Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus
2. Hasil Pengamatan dan Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data tes pada siklus I, terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 65 baru 14 orang (50%). Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi target yang diinginkan. Dalam rangka refleksi, peneliti mencoba mengkaji basil tindakan yang telah dicapai pada siklus pertama ini dan aspek hasil belajar siswa. Dan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, terlihat hal-hal sebagai berikut.
a. Pada semua kelompok beium ada pembagian tugas yang jelas dalam mengerjakan LKS.
b. Inisiatif untuk menyelesaikan LKS masih didominasi oleh satu orang saja.
Ketika hal ini didiskusikan dengan supervisor dan teman sejawat yang sekaligus observer pada saat pelaksanaan tindakan, diperoleh informasi bahwa kemungkinan penyebab hal ini adalah karena belum ada pembagian tugas yang jelas diantara anggota kelompok dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dengan cara kelompok.
Sehubungan dengan hasil refleksi, maka dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan tindakan sebagai berikut.
a. Pembentukan kelompok disertai dengan pembagian tugas dan peran yang jelas untuk setiap anggota kelompok.
b. Untuk memupuk kerjasama yang baik diantara anggota kelompok. Peneliti menerapkan aturan bahwa nilai pada setiap akhir pembelajaran diadakan tes akhir yang dilakukan secara individu tetapi nilai tes yang diperlukan adalah nilai rata-rata dan seluruh anggota kelompok. Dengan demikian nilai tes akhir akan sama untuk setiap kelompok. Nilai tes mi akan digabungkan dengan nilai ulangan harian.
Pada siklus II tindakan yang diberikan hampir sama dengan tindakan pada siklus I, tetapi disertai pembagian tugas dan peran yang
jelas diantara anggota kelompok yang ada. Dengan menggunakan tindakan mi terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 65 mencapai 18 (61,54%). Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan dengan siklus I, namun hasil belajar siswa mi juga belum memenuhi target yang diinginkan, yaitu ≥ 85% siswa mencapai skor ≥ 65.
Mengingat pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus kedua ini masih belum mencapai sasaran yang ditetapkan, maka perlu dilakukan refleksi terhadap rencana dan pelaksanaan tindakan. Dari hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, telihat bahwa pada kelompok-kelompok tertentu masih terdapat anggotanya yang belum memahami dengan baik hasil kerja kelompoknya.
Ketika hal tersebut didiskusikan dengan supervisor dan teman sejawat, diperoleh imformasi bahwa kemungkinan besar penyebab munculnya masalah ini, karena siswa-siswa yang belum memahami hash tugas kelompoknya tersebut memang merupakan siswa-siswa dengan kemampuan akademik yang sangat rendah. Bahkan untuk kemampuan dasar seperti pengerjaan operasi hitung pada bilangan cacah pun mereka masih sangat lemah sekali. Contohnya kekeliruan yang dilakukan siswa berikut.
Soal:
Sehubungan dengan hasil refleksi diatas, maka dalam pelaksanaan tindakan pada siklus III dilakukan perbaikan tindakan dengan melakukan apersepsi berupa pengerjaan operasi hitung pada bilangan cacah.
Pada siklus III tindakan yang diberikan hampir sama dengan tindakan pada siklus I dan siklus II, tetapi diawali dengan pengerjaan operasi hitung bilangan cacah pada apersepsi. Dengan menggunakan tindakan ini, terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor 65 mencapai 22 orang (80,77%). Hal ini menunjukan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus III dibandingkan dengan siklus II. Namun hasil belajar siswa pada siklus III dibandingkan dengan siklus II. Namun hasil belajar ini juga belum memenuhi target yang diinginkan, yaitu > 85% siswa mencapai skor 65%.
Nurdilah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan
44 | ISSN : 2459-9743
Dan uraian diatas terlihat bahwa fokus perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui LKS buatan guru pada pembelajaran matematika telah tercapai, walaupun target PTK yang diinginkan belum tercapai.
3. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran oleh guru dan hasil tes siswa, diperoleh petunjuk bahwa secara umum fokus perbaikan pembelajaran telah tercapai. Namun demikian masih ada beberapa kelemahan peneliti sebagai guru dalam melaksanakan pembelajarann yang menggunakan LKS buatan guru dalam pembelajaran matematika. Kelemahan pertama adalah dalam menempatkan tugas dan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas LKS secara kelompok.
a. Siklus I
Pada siklus I, siswa dibagi dalam beberapa kelompok tanpa disertai penetapan peran dan tugas yang diantara anggota kelompok. Akibatnya penyelesaian kegiatan LKS hanya didominasi oleh satu orang saja. Berdasarkan hash analisis tes pada siklus I, terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor 65 baru 14 orang (50%). Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar pada siklus I tidak tuntas atau belum memenuhi target. b. Siklus II
Pada siklus II untuk mengurangi dominasi pembentukan kelompok disertai dengan penetapan peran dan tugas yang jelas pada setiap anggota kelompok. Dengan cara ini suasana kelas menjadi hidup karena sebagian besar siswa mau terlibat menyelesaikan tugas LKS. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang nilainya rendah. Bahwa dua orang siswa, Sapran dan Sun Suryani cenderung sama sekali tidak memahami peningkatan hasil belajar. Penyebab masalah ini adalah karena kelemahan siswa dalam mengerjakan operasi hitung bilangan cacah. Bahkan untuk kemampuan membaca dan menulis pun mereka masih sangat lemah sekali padahal kedua kemampuan dasar ini merupakan modal utama siswa untuk memahami semua mata pelajaran.
d. Siklus III
Namun hal diatas bukanlah hal aneh, karena beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa salah satu penyebab ketidak berhasilan siswa dalam memahami konsep-konsep dasar matematika adalah kelemahan dalam membaca dan memahami masalah. Padahal untuk dapat memahami konsep-konsep dasar matematika
terutama memahami masalah, diperlukan persyaratan kemampuan membaca yang baik disamping kemampuan penguasaan dasar matematika seperti pengerjaan operasi hitung dan lain-lain. Oleh karena itu, apabila guru mau menerapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan LKS, maka guru hams memperhitungkan kedua kemampuan dasar ini. Guru perlu selalu mendidik siswa terutama untuk kedua kemampuan pelaksanaan ini dapat dilakukan setiap hari sebelum pelaaran dimulai atau path akhir pembelajaran.
Namun berdasarkan pengamatan observer selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa siswa-siswa sangat bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugas LKS. Hal ini menunjukan bahwa siswa-siswa bersikap positif terhadap penggunaan LKS dalam pembelajaran matematika secara kelompok, walaupun hal ini bagi mereka relatif baru.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan
pembelajaran yang dilakukan melalui Penilaian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS buatan guru pada pelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 12 Sekayu telah dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika siswa. Hal ini terlihat pada:
1. Pada siklus I jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar adalah 14 orang (50%). Hal ini menunjukan bahwa tindakan siklus I belum memenuhi target yang diinginkan. Karena 12 orang siswa belum mencapai nilai ≥ 65.
2. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Dan hasil tes didapat hasil bahwa jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 18 orang (61 54%). Dan hanya delapan orang belum mencapai nilai ≥ 65.
3. Pada siklus III terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil tes, didapat bahwa jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 22 orang (80,77%). Sedangkan 4 orang siswa belum mencapai nilai ≥ 65.
Daftar Pustaka
Depdikbud RI.1995. Kurikulum SD Tahun 1994. Jakarta: Depdikbud
Mahmud, D. 2000. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: BPF Handayani. 2002. Sains Kelas IV. Klaten: CV