• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model JIGSAW pada Siswa Kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu

Sri Maharani

Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatam

Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningatkan kemampuan pemahaman bacaan narative text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu. Penelitian terdiri atas 3 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan pemahaman bacaan narative

text siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris mengalami peningkatan dari rata-rata 51,56 pada

siklus pertama, meningkat menjadi 59,58 pada siklus kedua, dan 72,22 pada siklus ketiga. Dari data

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif model Jogsaw efektif meningatkan kemampuan pemahaman bacaan narative text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas VX MIA.1 SMA Negeri 1 Sekayu.

Kata kunci: narative text, pembelajaran kooperatif, jigsaw

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Membaca adalah salah satu kemampuan bahasa yang harus diajarkan pada siswa SMA di pelajaran Bahasa Inggris seperti yang di terangkan pada Kurikulum Bahasa Inggris untuk SMA. Berdasarkan pengalaman mengajar penulis di SMA Negeri 1 Sekayu, penulis

mendapatkan siswa-siswinya mengalami

kesulitan dalam pemahamam bacaan. Setiap penulis memberikan latihan dalam membaca, mereka sering membuat banyak kesalahan, misalnya mereka kesulitan memahami isi bacaan, sehingga nilai membaca mereka sangat rendah hingga mencapai dibawah KKM (2,67). Siswa Kls X MIA1 SMA Negeri 1 Sekayu mempunyai problem dalam memahami isi bacaan yang diberikan dalam sebuah wacana.

Salah satu aspek yang paling penting dalam mengajar membaca adalah memilih materi/bahan pelajaran. Penulis sebagai guru Bahasa Inggris dalam situasi ini mencoba

mengambil disebuah buku bacaan atau

mencoba menulis sendiri teks maupun latihan- latihan yang sesuai dengan kurikulum.

Memilih materi-materi yang sesuai dangan

tingkat kesulitan siswa dan yang bisa

membangkitkan minat siswa itu sulit. Guru

seharusnya dapat menggunakan banyak

sumber belajar.

Membaca adalah sebuah proses

penafsiran atau pengembangan maksud teks

tertulis. Selanjutnya (Cooper, 1988:3)

mengatakan bahwa membaca adalah sebuah proses pengembangan makna yang terbentuk oleh dua komponen dasar yaitu penguraian dan pemahaman. Defenisi ini menyatakan bahwa proses ini termasuk sebuah interaksi antara pembaca dan bacaan.

Membaca adalah sebuah proses tindakan nyata yang memerlukan bacaan yang cocok dengan keinginan pembaca untuk mengerti dan merespon sebuah sumber cetak. Bagaimana kita membaca terbentuk oleh peranan pribadi

dan bagaimana baiknya kita membaca

tergantung pada isi atau potensi bacaan (Hill, 1979:4-5).

Berdasarkan ilustrasi diatas ini bisa termasuk pemahaman bacaan yang disiapkan untuk siswa-siswa yang dipertimbangkan siap melakukannya. Meskipun, dalam proses belajar mengajar, Guru Bahasa Inggris seharusnya

mempertimbangkan beberapa strategi

mengajar yang bisa digunakan untuk

menyempurnakan hasil yang dikehendaki (Cooper, 1993:135).

ISSN : 2459-9743 | 109

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut, yaitu: apakah model pembelajaran

jigsaw dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman bacaan narative text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas X MIA1 di SMA Negeri 1 Sekayu?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan pemahaman bacaan narative

text dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas X MIA1 di SMA Negeri 1 Sekayu.

4. Mamfaat Penelitian

a. Untuk siswa: dapat memperbaiki dalam

kemampuan memahami bacaan narative

text.

b. Untuk Guru: dapat memberikan kontribusi

pada guru Bahasa Inggris dalam perbaikan strategi mengajar dalam pemahaman bacaan.

B. Kajian Teori

1. Membaca Naratif

Salah satu aspek yang paling penting dalam mengajar membaca adalah memilih materi/ bahan pelajaran. Penulis sebagai guru Bahasa Inggris dalam situasi ini mencoba

mengambil disebuah buku bacaan atau

mencoba menulis sendiri teks maupun latihan- latihan yang sesuai dengan kurikulum. Memilih materi-materi yang sesuai dangan tingkat kesulitan siswa dan yang bisa membangkitkan minat siswa itu sulit. Guru seharusnya dapat menggunakan banyak sumber belajar.

Membaca adalah sebuah proses

penafsiran atau pengembangan maksud teks

tertulis. Selanjutnya (Cooper, 1988:3)

mengatakan bahwa membaca adalah sebuah proses pengembangan makna yang terbentuk oleh dua komponen dasar yaitu penguraian dan pemahaman. Defenisi ini menyatakan bahwa proses ini termasuk sebuah interaksi antara pembaca dan bacaan.

Berdasarkan ilustrasi diatas ini bisa termasuk pemahaman bacaan yang disiapkan untuk siswa-siswa yang dipertimbangkan siap melakukannya. Meskipun, dalam proses belajar mengajar, Guru Bahasa Inggris seharusnya

mempertimbangkan beberapa strategi

mengajar yang bisa digunakan untuk

menyempurnakan hasil yang dikehendaki (Cooper. 1993:135).

Kemampuan membaca dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu :

a. Scanning yang mana pembaca membaca

dengan cepat untuk mencari informasi khusus.

b. Skimming disini pembaca memusatkan ke

informasi khusus.

c. Extensive Reading pembaca membaca teks

yang lebih luas dan mendapatkan pokok pikiran dari teks tersebut.

d. Intensive Reading yang mana pembaca

membaca untuk memahami sebuah teks secara keseluruhan. Krashen dan Terrell (1988:134).

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif

Learning)

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu

maupun pengalaman kelompok. Esensi

pembelajaran kooperatif itu adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.

Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.

Dengan memperhatikan pengertian dari pembelajaran kooperatif di atas, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif.

Bukan hanya siswa SMA bahkan sejak duduk ditingkat SMP siswa telah diajarkan salah satu aspek dalam Bahasa Inggris yaitu

membaca. Disini siswa sudah mulai

diperkenalkan beberapa strategi belajar

membaca, salah satunya adalah metode pembelajaran Jigsaw atau model tim ahli.

Pada model pembelajaran Jigsaw siswa yang berkelompok akan mempunyai tugas untuk mengetahui, mengerti atau memahami isi bacaan. Meskipun mereka berkelompok

Sri Maharani | Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Bacaan Narative Text

110 | ISSN : 2459-9743

tanggungjawab sendiri-sendiri, inilah yang disebut Tim Ahli (Bahan Diklat Profesi Guru Rayon 4 Unsri, 2008:2).

C. Hasil Penelitian

1. Siklus Pertama

Berdasarkan observasi dicatat didalam catatan guru selama perlakuan-perlakuan pada siksul pertama. Disini masih terlihat siswa masih bingung. Beberapa sibuk karena tidak punya kamus. Mereka meminjam pada teman mereka, padahal temanya juga melakukan. Disamping itu juga mereka masih banyak menghabiskan waktu tanpa banyak yang

dilakukan. Kita dapat melihat perolehan nilai

latihan pada siklus pertama di tabel 1.

Tabel 1

Peroleh Nilai Latihan 1

Keterangan: 3.44-4.00 = Very Good 2.84-3.40 = Good 2.24-2.80 = Average 1.65-2.20 = Poor 0.00-160 = Very Poor

Hasil dari evaluasi dari siklus pertama adalah sebagai berikut : satu orang (1.27%) memperoleh skor very good, 15 orang (41,66%)

memperoleh skor good, 17 orang (47.22%)

memperoleh skor average, 3 orang (8.33 %)

memperoleh skor poor, dan tidak ada peserta

didik (0 %) yang memperoleh skor very poor. Namun demikian, aplikasi tindakan pada siklus pertama belum efektif, karena jumlah anggota kelompok terlalu banyak atau besar sehingga masih ada peserta didik yang tidak memahami isi bacaan narative dan sangat sulit untuk mengartikan teks tersebut.

a. Refleksi Siklus Pertama

Pada perlakuan pertama siklus pertama, semua siswa mendapatkan kesulitan dalam diskusi. Mereka masih bingung mendapatkan potongan kertas yang berisi bagian dari paragrap untuk mengatasi hal tersebut saya suruh siswa menggunakan kamus. Masalah yang lain waktu tidak mencukupi. Pada perlakuan pertama siklus pertama mereka hanya sampai pada langkah ke 4. pada perlakuan kedua dan ketiga mereka sudah

mulai mengerti. Berdasarkan refleksi diatas saya membuat revisi dalam mengarahkan kepada siswa.

2. Siklus Kedua

Pada siklus kedua, ini ditemukan pada setiap treatmen, sebagian besar siswa (90%) termotivasi dalam belajar setelah mereka melakukan diskusi mereka enjoy dan bisa berkerja sama dalam memahami bacaan, meskipun masih ada siswa yang sibuk sendiri karena belum punya kamus. Kondisi tersebut

mengganggu proses belajar mengajar

dikerenakan mereka mennggu temannya

meminjamkan kamus. Sementara menunggu temannya mereka berbicara dan mengganggu

siswa lainnya sedangkan yang lainnya

berdiskusi. Kita dapat melihat perolehan nilai latihan pada siklus kedua di tabel 2.

Tabel 2

Peroleh Nilai Latihan 2

Berdasarkan hasil tes yang diberikan pada akhir tindakan, diperoleh hasil sebagai berikut: 5 orang (13.88%) memperoleh skor very good, 20 orang (55.55%) memperoleh skor good, 11 orang (30.55%) memperoleh skor average, dan tidak ada peserta didik (0%) yang memperoleh skor poor ataupun very poor.

a. Refleksi Siklus Kedua

Pada siklus ini setiap siklus siswa mulai mengalami peningkatan pada langka ke 3, 4, dan 5 mulai aktif. Meskipun beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam langkah- langkahnya terutama pada langkah ke 5 dan 6. setelah mereka berdiskusi saya memberikan

beberapa pertanyaan yang berhubungan

dengan teks yang mereka diskusikan.

3. Hasil Siklus tiga

Pada siklus ketiga, pada setiap tretment semua siswa lebih antusias dan aktif. Pada siklus ini semua siswa mempunyai kamus. Mereka melakukan diskusi dengan lancar, mereka menunjukkan minat keinginan dan

motivasi dalam belajar. Kita dapat melithat

perolehan nilai latihan pada siklus ketiga di tabel 4.

ISSN : 2459-9743 | 111