• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN : 2459-9743 | 99 kelompok ini, konselor menjelaskan tema

konseling kelompok ini adalah perilaku agresif.

Pada akhir kegiatan layanan konseling

kelompok, konselor menegaskan komitmen anggota yang masalahnya telah dibahas (apa yang akan dilakukan berkenaan adanya pembahasan demi terentaskan masalahnya).

Pertemuan kedua ini konselor tidak lagi membagi peserta didik kedalam kelompok- kelompok kecil. Pada pertemuan kedua ini sudah tidak ada lagi anggota kelompok yang menyatakan ketidak siapan dalam mengikuti layanan konseling kelompok, sehingga layanan

bisa langsung dapat dimulai. Tahap

selanjutnya konselor mengingatkan kembali ke anggota kelompok bahwa tema yang mereka bahas masih mengenai perilaku agresif namun lebih di khususkan untuk perilaku bertengkar. Kemudian konselor mempersilahkan masing- masing anggota kelompok pengalaman mereka mengenai perilaku berengkar yang pernah mereka lakukan. Lalu dilakukan pembahasan mengenai permasalahan yang dikemukakan.

Pada akhir kegiatan layanan, konselor

menegaskan kembali komitmen dari masing- masing anggota yang masalahnya telah dibahas agar sifat agresif bertengkar tidak lagi mereka lakukan.

c. Pengamatan/ Observasi

Hasil pengamatan yang dilakukan pada

pertemuan pertama pemberian layanan

konseling kelompok ini umumnya peserta didik masih bingung akan peranannya dalam konseling kelompok. Hal ini terlihat dari data hasil observasi yang dilakukan pada saat pemberian layanan konseling kelompok yaitu dari 32 peserta didik yang menjadi objek penelitian, 20 orang terlihat melamun dan tidak memberikan perhatian. Serta hanya 12 orang peserta didik yang berani mengungkapkan

permasalahannya pada saat bimbingan

konseling kelompok berlangsung. Hal ini mungkin disebabkan karena yang berperan sebagai konselor sendiri adalah kepala sekolah mereka, sehingga kemungkinan mereka malu

atau takut untuk mengungkapkan

permasalahan mereka.

Pada pertemuan kedua ini semua anggota kelompok sudah terlihat antusias mengikuti layanan bimbingan kelompok dibuktikan dari data hasil observasi tidak ada peserta didik yang terlihat melamun dan dari 32 peserta

didik yang berani mengungkapkan

permasalahannya berjumlah 22 orang, 3 orang tidak mengikuti layanan konseling kelompok pada pertemuan kedua ini dikarenakan mereka tidak hadir sekolah pada saat layanan diberikan

serta 7 orang mengatakan tidak memiliki masalah. Rekapitulasi data hasil observasi

pemberian layanan bimbingan konseling

kelompok pertemuan I dan II pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1.

Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I

Setelah diberikan layanan konseling

kelompok sebanyak dua kali pertemuan, peneliti lalu melakukan observasi perilaku terhadap semua peserta didik yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian ini. Observasi ini dilakukan selama dua minggu berturut- turut. Untuk mengetahui lebih jelas data hasil observasi perilaku agresif bertengkar peserta didik pada siklus I, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2.

Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II

Dari siklus pertama ini juga didapat data dari hasil pengungkapan masalah sebesar 62,5% peserta didik laki-laki kelas XI. IPS pernah melakukan perilaku agresif bertengkar. Dalam pelaksanaan siklus I ini ada beberapa kendala yang dihadapi peneliti yaitu:

1) Masih ada peserta didik yang belum

berani mengungkapkan permasalahannya

saat diberikan layanan konseling

kelompok.

2) Masih banyak peserta didik dalam satu

kelompok yang tidak memperhatikan

pada saat anggota kelompoknya

berbicara.

3) Belum adanya partisipasi dari masing-

masing anggota kelompok dalamtahap

pembahasan untuk menanggapi

permasalahan yang di ungkapkan oleh anggota kelompoknya.

d. Refleksi

Berdasarkan data hasil observasi selama dilakukannya konseling kelompok ada proses yang perlu dikembangkan pada penelitian

Sejuta | Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar

100 | ISSN : 2459-9743

tindakan kelas ini. Refleksi yang dilakukan peneliti adalah :

1) Memberikan penjelasan mengenai

manfaat dari layanan konseling kelompok ini dan menyebutkan azas keterbukaan dan kerahasiaan sangat diperlukan dalam layanan konseling kelompok, sehingga peserta didik tidak perlu ragu dan takut

untuk mengungkapkan permasalahan

yang mereka hadapi.

2) Memberikan lembar catatan kepada

masing-masing anggota kelompok untuk

mencatat permasalahan yang

diungkapkan oleh anggota kelompoknya, sehingga secara tidak langsung mereka akan memperhatikan pada saat teman mereka berbicara.

3) Peneliti meminta secara langsung dengan

menyebutkan nama peserta didik untuk

memberikan tanggapan terhadap

pemecahan permasalahan yang dihadapi anggota kelompoknya. Sehingga peserta didik yang disebutkan namanya akan

memberikan komentar mengenai

permasalahan yang dihadapai temannya. 3. Siklus Kedua

Siklus kedua dilakukan dua kali

pertemuan. Pendekatan yang dilakukan ini merupakan perbaikan tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini terdapat perubahan tindakan dimana peserta didik di tuntut untuk lebih proaktif dalam kegiatan layanan konseling kelompok baik pada saat mengungkapkan

permasalahan mengenai perilaku agresif

maupun pada saat memberikan saran/

pemecahan terhadap permasalahan yang

diungkapkan. a. Perencanaan

Pada pertemuan pertama, konselor

menjelaskan perilaku agresif bertengkar secara

mendalam, konselor lebih memberikan

perhatian kepada anggota kelompok yang pernah melakukan tindakan agresif bertengkar, membagikan lembar evaluasi layanan kepada masing-masing anggota kelompok sehingga nantinya masing-masing anggota kelompok dapat menilai manfaat diberikannya layanan konseling kelompok ini dan mempersiapkan lembar observasi perilaku peserta didik saat konseling kelompok berlangsung. Hal yang sama juga dilakukan pada siklus kedua.

b. Pelaksanaan

Siklus ke II pertemuanIini laksanakan dua minggu setelah pertemuan ke II pada siklus I dilaksanakan. Selama dua minggu tersebut dilakukan observasi perilaku peserta didik yang telah mengungkapkan bahwa dirinya

pernah melakukan tindakan agresif bertengkar. Pada siklus ke II baik pertemuan I maupun II peserta didik dikondisikan untuk lebih proaktif dalam kegiatan layanan konseling kelompok baik pada saat mengungkapkan permasalahan mengenai perilaku agresif maupun pada saat memberikan saran/ pemecahan terhadap permasalahan yang diungkapkan.

c. Pengamatan/ Observasi

Secara lengkap data hasil observasi perilaku peserta didik pada saat pemberian layanan konseling kelompok pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3.

Hasil Observasi Siklus II Pertemuan I

Dari pertemuan pertama dan kedua terungkap bahwa peserta didik memberikan kesan yang baik dengan diberikannya layanan konseling kelompok ini, mereka menjadi lebih memahami yang dimaksud dengan perilaku agresif sehingga bisa menghindari perilaku agresif terutama bertengkar untuk tidak dilakukan lagi. Untuk mengetahui lebih jelas data hasil observasi perilaku agresif bertengkar peserta didik pada siklus II ini, dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4.

Hasil Observasi Siklus II Pertemuan II

Walaupun perilaku mendorong,

menendang dan mengejek teman masih muncul setelah diberikan layanan konseling kelompok pada siklus II ini, namun jumlah peserta didik

yang melakukannya berkurang secara

signifikan dibandingkan pada sebelum dan setelah siklus I. Dari hasil observasi tersebut didapatkan data peserta didik yang melakukan perilaku mendorong temannya berjumlah 4 orang, yang melakukan tindakan menendang temannya berjumlah 1 orang, yang melakukan tindakan mengejek/ mengolok-olok temannya sebanyak 5 orang, sedangakn untuk perilaku mengancam dan memukul tidak ditemukan lagi peserta didik yang melakukannya.

ISSN : 2459-9743 | 101