konseling kelompok ini adalah perilaku agresif.
Pada akhir kegiatan layanan konseling
kelompok, konselor menegaskan komitmen anggota yang masalahnya telah dibahas (apa yang akan dilakukan berkenaan adanya pembahasan demi terentaskan masalahnya).
Pertemuan kedua ini konselor tidak lagi membagi peserta didik kedalam kelompok- kelompok kecil. Pada pertemuan kedua ini sudah tidak ada lagi anggota kelompok yang menyatakan ketidak siapan dalam mengikuti layanan konseling kelompok, sehingga layanan
bisa langsung dapat dimulai. Tahap
selanjutnya konselor mengingatkan kembali ke anggota kelompok bahwa tema yang mereka bahas masih mengenai perilaku agresif namun lebih di khususkan untuk perilaku bertengkar. Kemudian konselor mempersilahkan masing- masing anggota kelompok pengalaman mereka mengenai perilaku berengkar yang pernah mereka lakukan. Lalu dilakukan pembahasan mengenai permasalahan yang dikemukakan.
Pada akhir kegiatan layanan, konselor
menegaskan kembali komitmen dari masing- masing anggota yang masalahnya telah dibahas agar sifat agresif bertengkar tidak lagi mereka lakukan.
c. Pengamatan/ Observasi
Hasil pengamatan yang dilakukan pada
pertemuan pertama pemberian layanan
konseling kelompok ini umumnya peserta didik masih bingung akan peranannya dalam konseling kelompok. Hal ini terlihat dari data hasil observasi yang dilakukan pada saat pemberian layanan konseling kelompok yaitu dari 32 peserta didik yang menjadi objek penelitian, 20 orang terlihat melamun dan tidak memberikan perhatian. Serta hanya 12 orang peserta didik yang berani mengungkapkan
permasalahannya pada saat bimbingan
konseling kelompok berlangsung. Hal ini mungkin disebabkan karena yang berperan sebagai konselor sendiri adalah kepala sekolah mereka, sehingga kemungkinan mereka malu
atau takut untuk mengungkapkan
permasalahan mereka.
Pada pertemuan kedua ini semua anggota kelompok sudah terlihat antusias mengikuti layanan bimbingan kelompok dibuktikan dari data hasil observasi tidak ada peserta didik yang terlihat melamun dan dari 32 peserta
didik yang berani mengungkapkan
permasalahannya berjumlah 22 orang, 3 orang tidak mengikuti layanan konseling kelompok pada pertemuan kedua ini dikarenakan mereka tidak hadir sekolah pada saat layanan diberikan
serta 7 orang mengatakan tidak memiliki masalah. Rekapitulasi data hasil observasi
pemberian layanan bimbingan konseling
kelompok pertemuan I dan II pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1.
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I
Setelah diberikan layanan konseling
kelompok sebanyak dua kali pertemuan, peneliti lalu melakukan observasi perilaku terhadap semua peserta didik yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian ini. Observasi ini dilakukan selama dua minggu berturut- turut. Untuk mengetahui lebih jelas data hasil observasi perilaku agresif bertengkar peserta didik pada siklus I, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2.
Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II
Dari siklus pertama ini juga didapat data dari hasil pengungkapan masalah sebesar 62,5% peserta didik laki-laki kelas XI. IPS pernah melakukan perilaku agresif bertengkar. Dalam pelaksanaan siklus I ini ada beberapa kendala yang dihadapi peneliti yaitu:
1) Masih ada peserta didik yang belum
berani mengungkapkan permasalahannya
saat diberikan layanan konseling
kelompok.
2) Masih banyak peserta didik dalam satu
kelompok yang tidak memperhatikan
pada saat anggota kelompoknya
berbicara.
3) Belum adanya partisipasi dari masing-
masing anggota kelompok dalamtahap
pembahasan untuk menanggapi
permasalahan yang di ungkapkan oleh anggota kelompoknya.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil observasi selama dilakukannya konseling kelompok ada proses yang perlu dikembangkan pada penelitian
Sejuta | Upaya Menurunkan Perilaku Agresif Bertengkar
100 | ISSN : 2459-9743
tindakan kelas ini. Refleksi yang dilakukan peneliti adalah :
1) Memberikan penjelasan mengenai
manfaat dari layanan konseling kelompok ini dan menyebutkan azas keterbukaan dan kerahasiaan sangat diperlukan dalam layanan konseling kelompok, sehingga peserta didik tidak perlu ragu dan takut
untuk mengungkapkan permasalahan
yang mereka hadapi.
2) Memberikan lembar catatan kepada
masing-masing anggota kelompok untuk
mencatat permasalahan yang
diungkapkan oleh anggota kelompoknya, sehingga secara tidak langsung mereka akan memperhatikan pada saat teman mereka berbicara.
3) Peneliti meminta secara langsung dengan
menyebutkan nama peserta didik untuk
memberikan tanggapan terhadap
pemecahan permasalahan yang dihadapi anggota kelompoknya. Sehingga peserta didik yang disebutkan namanya akan
memberikan komentar mengenai
permasalahan yang dihadapai temannya. 3. Siklus Kedua
Siklus kedua dilakukan dua kali
pertemuan. Pendekatan yang dilakukan ini merupakan perbaikan tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini terdapat perubahan tindakan dimana peserta didik di tuntut untuk lebih proaktif dalam kegiatan layanan konseling kelompok baik pada saat mengungkapkan
permasalahan mengenai perilaku agresif
maupun pada saat memberikan saran/
pemecahan terhadap permasalahan yang
diungkapkan. a. Perencanaan
Pada pertemuan pertama, konselor
menjelaskan perilaku agresif bertengkar secara
mendalam, konselor lebih memberikan
perhatian kepada anggota kelompok yang pernah melakukan tindakan agresif bertengkar, membagikan lembar evaluasi layanan kepada masing-masing anggota kelompok sehingga nantinya masing-masing anggota kelompok dapat menilai manfaat diberikannya layanan konseling kelompok ini dan mempersiapkan lembar observasi perilaku peserta didik saat konseling kelompok berlangsung. Hal yang sama juga dilakukan pada siklus kedua.
b. Pelaksanaan
Siklus ke II pertemuanIini laksanakan dua minggu setelah pertemuan ke II pada siklus I dilaksanakan. Selama dua minggu tersebut dilakukan observasi perilaku peserta didik yang telah mengungkapkan bahwa dirinya
pernah melakukan tindakan agresif bertengkar. Pada siklus ke II baik pertemuan I maupun II peserta didik dikondisikan untuk lebih proaktif dalam kegiatan layanan konseling kelompok baik pada saat mengungkapkan permasalahan mengenai perilaku agresif maupun pada saat memberikan saran/ pemecahan terhadap permasalahan yang diungkapkan.
c. Pengamatan/ Observasi
Secara lengkap data hasil observasi perilaku peserta didik pada saat pemberian layanan konseling kelompok pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3.
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan I
Dari pertemuan pertama dan kedua terungkap bahwa peserta didik memberikan kesan yang baik dengan diberikannya layanan konseling kelompok ini, mereka menjadi lebih memahami yang dimaksud dengan perilaku agresif sehingga bisa menghindari perilaku agresif terutama bertengkar untuk tidak dilakukan lagi. Untuk mengetahui lebih jelas data hasil observasi perilaku agresif bertengkar peserta didik pada siklus II ini, dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4.
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan II
Walaupun perilaku mendorong,
menendang dan mengejek teman masih muncul setelah diberikan layanan konseling kelompok pada siklus II ini, namun jumlah peserta didik
yang melakukannya berkurang secara
signifikan dibandingkan pada sebelum dan setelah siklus I. Dari hasil observasi tersebut didapatkan data peserta didik yang melakukan perilaku mendorong temannya berjumlah 4 orang, yang melakukan tindakan menendang temannya berjumlah 1 orang, yang melakukan tindakan mengejek/ mengolok-olok temannya sebanyak 5 orang, sedangakn untuk perilaku mengancam dan memukul tidak ditemukan lagi peserta didik yang melakukannya.