• Tidak ada hasil yang ditemukan

pada Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu

Elfarini

Guru SMA Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diterima: 29 Mei 2015 Disetujui: 12 Juni 2015

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn pada siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu yang berjumlah 32 orang. Penelitian ini terdiri atas 3 siklus. Dari pelaksanaan penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran PKn materi Hak Asasi Manusia meningkat dari 28,12% pada pengukuran awal (pra- siklus) menjadi 81,25% pada pengukuran akhir (siklus III). Dari data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning efektif meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan materi hak asasi manusia pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Sekayu

Kata kunci: memecahkan masalah, problem based learning

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksankan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain : motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat dari luar siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan

belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.

Berdasarkan uraian diatas maka Penetitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam mata pelajaran PKn.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu: apakah pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah HAM dalam mata palajaran PKn?

ISSN : 2459-9743 | 93

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn pada siswa X.2 SMA Negeri 3 Sekayu sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.

4. Manfaat Penelitian

Secara teoritis dan praktik, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah SMA Negeri 3 Sekayu.

b. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas.

c. Memberikan alternatif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

d. Menciptakan rasa senang belajar Pendidikan Kewarganegaraan selama pelajaran berlangsung dengan adanya the involvement of participation melalui problem based learning.

B. Kajian Pustaka

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995)

Bound & Felleti (1991) menyatakan bahwa “problem based learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity. Senada dengan itu, Barrows (1982) menyatakan bahwa PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Stimulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu objek. PBL menyiapkan

siswa untuk berpikir secara kritis dan analisis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim & Nur (dalam Nurhadi dkk, 2004) pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Autentik Learning (Pembelajaran Autentik), dan Anchored Instruction atau pembelajaran yang berakar pada dunia nyata.

Peranan guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah adanya penyajian masalah, mengajukan pertanyaan dan menfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka, secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari penyajian kepada siswa situasi masalah autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelideikan secara inkuiri.

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan 3 siklus. Dari instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh data sebagai berikut:

1. Kemampuan Memecahkan Masalah.

Data ini diperoleh dengan menggunakan rubrik penilaian kemampuan memecahkan masalah dan hasilnya sebagai berikut:

Tabel 1 Lembar Observasi

Elfarini | Upaya Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah

94 | ISSN : 2459-9743