• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN GANGGUAN NUTRISI DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN GANGGUAN NUTRISI DI RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES

MELLITUS DENGAN GANGGUAN NUTRISI DI RSU

Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO

MOJOKERTO

ERNA WULANDARI

1414401008

SUBJECT

Asuhan Keperawatan, Diabetes Mellitus, Gangguan Nutrisi

DESCRIPTION

Diabetes mellitus adalah penyakit gula yang merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan juga lemak, dimana kurang gizi dan lebih gizi meningkatkan risiko diabetes mellitus. Tujuan melakukan asuhan keperawatan dengan gangguan nutrisi.

Penelitian menggunakan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dengan gangguan nutrisi dilaksanakan pada 2 responden. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara (keluhan utama, riwayat, pola kesehatan, IMT : Indek Massa Tubuh, LLA : Lingkar Lengan Atas), dokumentasi dengan mencatat semua hasil wawancara dan observasi tentang pemasukan makanan yag dikonsumsi, pemahaman menu makanan, hasil laboratorium, serta penulisan dokumentasi dengan format asuhan keperawatan medikal bedah

Hasil study kasus menunjukkan partisipan 1 dan 2 berbeda dengan diagnosa sama etiologi berbeda dan dilakukan perencanaan mandiri, kolaborasi, observasi, Health Education dengan hasil evaluasi masalah belum teratasi pada partisipan 1 dan masalah teratasi sebagian pada partisipan 2.

Masalah kedua partisipan berbeda. Partisipan 1 karena anoreksia yang disebabkan karena sudah terjadinya komplikasi sedangkan partisipan 2 karena gangguan metabolik yang disebabkan glukosa tidak dapat masuk ke sel yang mengakibatkan hiperglikemi dan bila sudah masuk ke ambang ginjal terjadi glukosuria sehingga kehilangan kalori

Hasil laboratorium hendaknya lebih diperhatikan kembali dengan kondisi klien agar mendapatkan diet yang sesuai

ABSTRACT

(2)

The study used case study of nursing care in diabetes mellitus with nutritional disorder was performed on 2 respondents. Data collection techniques included interviews (main complaint, history, health pattern, BMI: Body Mass Index, LLA: Upper Arm Circumference), documentation by noting all interviews and observations about the consumption of food, food menu comprehension, laboratory results, and writing Documentation with the format of medical surgical nursing care

The result of case study showed that participants 1 and 2 were different with different etiologic diagnoses and performed independent planning, collaboration, observation, Health Education with the results of problem evaluation not yet solved in participant 1 and partially resolved in participant 2.

The problem of the two participants was different. Participant 1 due to anorexia that caused by due to complication occurring while participants 2 because of metabolic disorders caused by glucose could not enter the cells that cause hyperglycemia and when it entered the threshold of the kidney occured glucosuria so that lose calories

Laboratory results should be more concerned with the condition of the client to get the appropriate diet

Key words: nursing care, diabetes mellitus, nutritional disorders

Contributor

: 1.

Dwiharini Puspitaningsih, S. Kep. Ns., M. Kep. 2. Vonny Nurmalya Megawati, S. Kep. Ns., M. Kep.

Date :

Type Material : Laporan Penelitian

Edentifier

:

Right

: Open Document

Summary

: Latar belakang, Metodologi, Hasil, Simpulan dan

Rekomendasi

Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) diartikan sebagai penyakit metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia (lebih dari 120 mg/dl atau 120 mg%), karena itu DM sering disebut juga dengan penyakit gula (Maulana, 2015). Salah satu yang mempengaruhi terjadinya diabetes adalah status gizi (Marni BR. Kora, 2011). Penyakit gula tidak hanya dianggap sebagai gangguan metabolisme karbohidrat, tetapi juga menyangkut metabolisme protein dan lemak (Maulana, 2015). Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus (Marni BR. Kora, 2011).

(3)

Serikat. Bahkan jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama untuk DM tipe 2. Data WHO memperkirakan jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada

2030 mendatang. “Lebih dari 60 persen pengidap diabetes tidak sadar kalau terkena diabetes. Kebanyakan datang ke dokter dalam kondisi sudah komplikasi,”

ungkap Ahli Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dr. R. Bowo Pramono, Sp. Pd. KEMD(K) Rabu (6/4) (Pramono B, 2016). Dr. David menganjurkan kepada penderita DM di Indonesia, gunakan komposisi 68% kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, dan 12% kalori protein. Hasil studi pendahuluan menyebutkan bahwa jumlah yang menderita diabetes mellitus mencapai 68 dan yang mengalami masalah nutrisi mencapai 45 pada bulan Febuari – April 2017 di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

Status gizi merupakan salah satu yang menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus, dimana status gizi dibagi menjadi status gizi normal, status gizi lebih (Marni BR. Kora, 2011). Kurang gizi (malnutisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gizi berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin. Makan berlebihan dapat menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat badan atau biasa disebut dengan status gizi lebih yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan berupa lemak. Dampak masalah gizi lebih pada orang dengan status gizi lebih akan tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus (Almatsier, 2009 dalam Marni BR. Kora, 2011). Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan kronis (Wijayakusuma, 2008). Hal-hal inilah yang menyebabkan munculnya masalah keperawatan, antara lain ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh dan ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh yang memicu timbulnya diabetes

Penatalaksanaan diabetes mellitus paling utama 4 pilar. Dalam hal ini peran perawat juga penting untuk penyuluhan dan perencanaan makan. Konseling gizi merupakan hal yang mendukung keefektifitasan bagi penderita DM sesuai penelitian oleh (Spencer et al 2006 dalam Farudin 2011), dimana konseling gizi berperan penting dalam merubah pengetahuan, yang nantinya diharapkan dapat merubah sikap dan tingkah laku seorang penderita DM untuk patuh terharap dietnya sehingga berpengaruh pada perubahan kadar gula darah menjadi normal, dan dapat mengangkut dan memelihara serta mempertahankan sendiri tingkat kesehatannya secara optimal (Sukraniti & Abartana, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis sengaja melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes Melitus dengan gangguan nutrsi di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

Metodologi

(4)

utama, riwayat, pola kesehatan, teknik observasi tentang GDA (Gula Darah Acak) dan IMT (Indeks Massa Tubuh) atau Body Mass Indeks (BMI). Teknik pengumpulan data ini juga mengambil teknik dokumentasi yaitu mencatat semua hasil wawancara dan observasi tentang pemasukan makanan yang dikonsumsi partisipan, pemahaman akan menu makanan yang telah didapatkan dari partisipan, serta hasil laboratorium. Penulisan dokumentrasi berdasarkan format asuhan keperawatan medikal bedah.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil pengkajian pada tanggal 11 juni 2017 Ny. N tidak nyaman pada perut dan tampak lemas, mual, susah menelan, menolak makan, merasa kenyang setelah mengkomnsumsi makanan.

Klien dilakukan pemeriksaan data fokus nutrisi, Diet DM G cair, nafsu makan menurun, porsi makan kurang lebih 4x/hari dengan porsi tidak habis, jenis susu cair, IMT: 20, LLA: 25 % (gizi kurang). hasil pengkajian pada pengukuran hasil LLA didapat LLA 25% pada partisipan 1 yang menunjukkan status gizi kurang (Fatimah, 2015).

Hasil pengkajian kebiasaan makan partisipan 1 mengkonsumsi makanan luar rumah sakit seperti roti. Kebiasaan makan merupakan faktor yang mempengaruhi perencanaan menu, dimana kebiasaan makan perorangan dan kelompok dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman makannya (Waspadji dkk, 2009).

Pada tanggal 12 Juni 2017 saat pengkajian klien mengatakan muntah 2 x dari pagi, mual.

Klien dilakukan pemeriksaan data fokus nutrisi, Diet DM KV 1900 kkal, nafsu makan menurun, porsi makan 3 x/hari dengan porsi 5 sendok makan tidak habis, jenis bubur haalus, IMT: 25, LLA: 27% (gizi kurang). hasil pengkajian pada pengukuran hasil LLA didapat LLA 27% menunjukkan status gizi kurang (Fatimah, 2015).

Hasil pengkajian kebiasaan makan partisipan 2 tidak mengkonsumsi makanan selain dari rumah sakit karena klien takut kadar gula mengalami kenaikan. Kebiasaan makan merupakan faktor yang mempengaruhi perencanaan menu, dimana kebiasaan makan perorangan dan kelompok dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman makannya (Waspadji dkk, 2009),

1. Diagnosa Keperawatan

Diangnosa keperawatan yang muncul pada kedua responden sama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tetapi faktor penyebabnya berbeda. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sendiri adalah asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic dengan batasan kharakteristik kram abdomen, menolak makan, merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan (Wilkinson 2011).

(5)

gangguan glikolisis/ glukogenesis, dan apabila terjadi pemecahan lemak maka terjadi peningkatan produksi keton dan terjadi ketoasidosis, akibatnya terjadi mual, muntah, bau nafas keton dan anoreksia sehingga mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Cahyono (2007), Nurarif & Kusuma (2015)).

Pada pasien kedua mengalami gangguan metabolisme, dimana glukosa tidak dapat masuk dalam sel yang mengakibatkan hiperglikemi sehingga terjadi glukosuria yang mengakibatkan kehilangan kalori yang mengakibakan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Cahyono (2007), Nurarif & Kusuma (2015)).

2. Intervensi

Intervensi yang akan dilakukan pada kedua partisipan sama, yaitu selama 2x24 jam.

Klien pertama dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat mencapai kriteria hasil Mual berkurang, ada peningkatan pemasukan makanan, nafsu makan meningkat, tidak terlihat lemas. Penyebab mendasar anoreksia dan penurunan berat badan adalah penurunan asupan, pengkajian umum mencangkup pola asupan klien namun pengkajian mendasar seperti berat badan tidak akan membantu klien (Casciato, 1995 dalam Kemp, 2009) sehingga pengkajian berat badan tidak bisa dilakukan dalam waktu 2x24 jam. Penderita diabetes dengan dengan penyakit penyerta asam urat perlu diperhatikan makanan apa yang boleh dikonsumsi, yang dibatasi, dan yang tida boleh dikonsumsi, dengan memperhatikan diet yang sesuai. Menurut Waspadji mengutip pendapat Joslin (1952) dari Medical Centre Institute, dalam penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada tiga yang harus dilaksanakan oleh penderita diabetes mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makanan

3. Implementasi

Hasil pengkajian bahwa responden 1 dan 2 menglami masalah yang sama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah di ikuti pedoman 3 J yaitu (Handayani, 2016) :

J 1: Jumlah makan tiap orang beda-beda maka yang diperlukan saja, makan disaat perut keroncongan dan perlu diingat dalam sehari-hari hanya memerlukan 1800-2000 kalori

J 2: Jenis makanan sehat dengan kaya serat, protein, lemak baik dan mengandung glykemic rendah, ciri glycemic tinggi dari putih, gula, tepung. Contoh menu makanan (1700 kkal) untuk diabetisi (Mahendra dkk, 2008): 1) Pagi (pk 06.30) : roti panggang dan omelet (275 kkal)

2) Snack pagi (pk 09.30) : pisang 3 buah ukuran sedang (150 kkal) 3) Siang (pk 12.30) : nasi, tahu, udang dan urap sayuran (500 kkal) 4) Snack sore (pk 15.30) : kentang rebus 3 buah (150 kkal)

(6)

J 3: Jadwal makan, agar kita kontinyu maka diperlukan jadwal, agar pola makan frekuensi teratur. Makan besar 3 kali sehari dan disisipi makanan selingan di jam 10.00, jam 16.00.

Rencana tindakan pada kedua Responden observasi tentang GDA (Gula Darah Acak) dan IMT (Indeks Massa Tubuh) atau Body Mass Indeks (BMI). Pemberian diet pada kedua partisipan juga berbeda. Partisipan 1 mendapat DIET-G yang secara teori adalah diet yang yang diberikan untuk diabetisi dan gangrene. Komposisi diet ini sama dengan diet B1, hanya ditambahi tinggi arginin, tinggi serat, rendah kolesterol, ekstra asam folat, vitamin B6 dan B12 (Tjokroprawiroto A, 2001). Partisipan 1 mendapatkan implementasi akan terapi nutrisi berupa diet DM G cair 1900 kalori (diet pada penderita Diabetes Melitus dengan gangren berupa susu cair dimana dalam pemberian 1 gelas susu berisi 200 cc yang diberikan tiap 3 jam dengan 6x / hari pemberian), sedangkan partisipan 2 mendapatkan terapi nutrisi berupa diet DM RG RL R. purin (diet pada penderita Diabetes Melitus dengan Rendah Garam Rendah Lemak Rendah Purin) yang menunjukkan hasil laboratorium dengan kadar asam urat 11,8 mg/dl, kolesterol 310 mg/dl, glukos darah 694 mg/dl dan memiliki riwayat hipertensi)..

4. Evaluasi

Responden pertama pada tanggal 11 juni 2017. Klien mendapatkan Diet DM G cair 1900 kkal. Klien hanya menghabiskan 2 gelas susu (400 cc) dala jam 06.00 – 11.00, yang seharusnya menghabiskan 3 gelas susu (600 cc) dalam waktu mulai jam 06.00 – 14.00. sehingga dalam waktu 24 jam klien hanya menghabiskan susu sekitar 4x/hari dengan porsi tidak habis. Kebutuhan nutrisi dengan masalah belum teratasi, melanjutkan intervensi 3, 3, 4, dan 5.

Pada tanggal 12 juni 2017 ada peningkatan makan yang dikonsumsi klien, dalam waktu 24 jam klien sudah menghabiskan susu sekitar 6 gelas dengan porsi habis. Kebutuhan nutrisi dengan masalah belum teratasi, melanjutkan intervensi 2, 3, dan 4.

Hasil yang didapatkan pada responden pertama dari evaluasi pertama sampai kedua, klien mengalami peningkatan mengkonsumsi makanan, pada saat pengkajian klien hanya mengkonsumsi makanan sekitar 4x/hari dan pada hari kedua 6x/hari.

Responden kedua pada tanggal 12 juni 2017. Klien mendapatkan Diet DM KV 1900 kkal. Klien menghabiskan makanan sekitar 5 sendok makan dengan porsi tidak habis/ 24 jam, jenis bubur halus. Kebutuhan nutrisi dengan masalah belum teratasi, melanjutkan intervensi 2, 3, 4, 5, dan 6.

Pada tanggal 13 juni 2017 ada peningkatan makan yang dikonsumsi klien, klien mengatakan klien menghabiskan makan lebih dari 5 sendok makan (1/3 porsi dengan porsi tidak habis). Kebutuhan nutrisi dengan masalah teratasi sebagian, melanjutkan intervensi 3, 4, dan 5.

(7)

Tujuan umum penatalaksanaan diet pada penderita diabetes adalah mencapai dan kemudian mempertahankan glukosa darah mendekati normal, mencapai dan mempertahankan lipid mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat badan agar selalu dalam batas –batas yang memadai atau berat badan idaman ± 10 %, mencegah komplikasi akut dan kronik, meningkatkan kualitas hidup (Waspadji dkk, 2009). Menurut penulis antara teori dan fakta sama bahwa dengan asupan kebutuhan nutrisi yang benar sesuai dengan prisip 3 J yakni jumlah, jenis, dan jadwal makan pada penderita diabetes, akan bisa mempertahankan kadar gula mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik, mempertahnkan berat badan dalam batas yang memandai.

Perawat perlu mengevaluasi kriteria hasil dari tindakan keperawatan dan tanda-tanda akan tujuan yang telah dicapai, memastikan waktu yang adekuat untuk menguji setiap pendekatan keperawatan terhadap setiap masalah (Perry dan Potter, 2010). Pendapat penulis antara fakta dan teori sama dengan masalh teratasi sebagian dan masalah belum teratasi.

SIMPULAN

Data hasil pengkajian pada kedua partisipan dengan gangguan nutrisi sama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. tetapi terjadap perbedaan dari etiologi, pada klien pertama dengan etiologi anoreksia dengan berbagai komplikasi diantra nya yakni anemi, hipoalbumin, ACKD, efusi pleura, ascites dengan pemberian terapi diet DM G cair 1900 kkal. Klien kedua dengan etiologi hangguan metabolisme tanpa adanya komplikasi dengan pemberian Diet DM KV1900 kkal.

REKOMENDASI

Diharapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan nutrisi diperhatikan dalam pemberian diet yang sesuai dan memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakir/ klinik.

Bagi institusi agar lebih mengoptimalkan standar praktek bagi mahasiswa agar mencapai lulusan yang profesional berdedikasi tinggi, memiliki attitude yang baik, serta memberikan pelayanan mutu kesehatan yang berkualitas dan memadai. Hasil studi kasus ini dijadikan data dasar untuk studi kasus lebih lanjut tentang klien dengan gangguan nutrisi.

Alamat Correspondensi :

- Email : wulandarierna15@gmail.com

- No. Hp : 085748668499

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. (2007). “Diabetes Melitus”,Available: http://fkuii.org/tikidownload wiki

attachment.(Accessed: 2017, Maret 18)

Handihandayani. 2016. Cara Mencegah Diabetes Melitus Dengan 3J.

http://www.hannihandayani.com/2016/11/cara-mencegah-diabetes-mellitus-dengan3-J.html. Diakses tanggal 16 Mei 2017

Marni BR. Kora. 2011. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diabetes Melitus. Pada Lansia Di PSTW Dharma Bekasi Tahun 2012. Bekasi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia

Mulana, M. (2015). Mengenal Diabetes Melitus : Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis . Jogyakarta: Katahati

Nurarif, AH dan Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diangnosa Medis & NANDA NIC - NOC. Jogyakarta : Madi Action

Potter Patrician A, Perry Anne G 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika

Pramono Bowo. 2016. 60 Persen Masayarakat Indonesia Tidak Sadar Mengidap Diabetes. www.dikti.go.id. Diakses tanggal 22 Maret 2017

Puspitaningsih, Dwi Harini, 2016. Buku Panduan Studi Kasus Prodi D3 Keperawatan, LPPM Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.

Tjokroprawito A (2002). Informasi 13 macam Diet – Diabetes RSU Dr Sutomo.

Simposium Sosialisasi dan Aplikasi 13 Macam Diet – Diabetes. Surabaya, 6 April Wijayakusuma, P. (2008). Bebas Diabetes Melitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa Swara Waspadji, S. 2007. Penatalaksanan Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta: Fakultas

Referensi

Dokumen terkait

Metode AHP memiliki beberapa keunggulan yaitu : (1) dapat memecahkan berbagai persoalan yang kompleks; (2) dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang

Untuk itu Penelitian ini bertujuan untuk megetahui bagaimana pengaruh Tingkat Religiusitas , Kualitas Pelayanan, Dan Prmosi Terhadap Minat Masyarakat Desa Sraten Kab..

Strategi Tempat ( Place ).. Lokasi BMT Syamil yang strategis ditujukan agar anggota mudah dalam bertransaksi. Dalam hal ini penentuan lokasi pada BMT Syamil di Jalan Ampel-candi no

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa penggunaan beton mutu tinggi dapat meningkatkan perilaku hubungan pelat-kolom mengingat struktur flat slab

Skripsi ini kupersembahkan sebagai awal dari dharma bhakti kepada orang tua ku,Terima kasih untuk Ayah yaitu Nuryanto, S.H yang selalu mendoakan dan memberiku semangat serta

Sebanyak , responden memilih atau menggunakan produk tabungan Si Jangka di BMT Al Ishlah Salatiga atas kesadaran diri sendiri dengan alasan mempunyai minat

Model yang diusulkan di dalam paper ini mengasumsikan jaringan yang terkoneksi penuh terdiri dari situs S = { S1, S2, …., Sm }, di mana setiap situs memiliki