• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA Emulsif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA Emulsif"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

PERCOBAAN 5 :

EMULSIFIKASI

Disusun oleh,

Kelompok 5

Ashry Nurrachmah

31113007

Ina Lisnawati

31113021

Irfan Maulana

31113023

Novia Hergiani

31113035

Tia Sulistiani

31113049

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Emulsi, Emulsiones, adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi diantaranya dari bahasa latin (Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu emulsi alam.

Sistem emulsi dijumpai banyak penggunaannnya dalam farmasi. Dibedakan antara emulsi cairan , yang ditentukan untuk kebutuhan dalam (emulsi minyak ikn, emulsi parafin)dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang terakhir dinyatakan sebagai linimenta (latin linire = menggosok). Dia adalah emulsi kental (dalam peraturannya dari jenis M/A), juga sediaan obat seperti salap dan suppositoria dapat menggambarkan emulsi dalam pengertian fisika.

Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur

Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperlihatkan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :

a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak, terdispersi di dalam fasa air b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.

Emulsi sangat bermanfaat dalam bidang farmasi karena memiliki beberapa keuntungan, satu diantaranya yaitu dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari minyak. Selain itu, dapat digunakan sebagai obat luar misalnya untuk kulit atau bahan kosmetik maupun untuk penggunaan oral.

B. Tujuan

1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi

2. Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan. 3. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emuulgator.

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh pasien.

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa air. 2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu :

1. membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.

(4)

tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda.

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran.

Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu menampilakn kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan (antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme :

1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis

(5)

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel(1).

HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe system:

Nilai HLB Tipe system

3 – 6 A/M emulgator

7 – 9 Zat pembasah (wetting agent)

8 – 18 M/A emulgator

13 – 15 Zat pembersih (detergent)

15 – 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)

Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil.

Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase:

a. Fase I

Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran Span 20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira-kira. Bila semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi atau menambah emulgator.

b. Fase II

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal.

c. Fase III

(6)

B. Uraian Bahan 1. Span 80 (4:567)

Nama resmi : Sorbitan monooleat Nama lain : Sorbitan atau span 80 RM : C3O6H27Cl17

Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik dari asam lemak.

Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan dapat bercampur dengan alkohol sedikit larut dalam minyak biji kapas.

Kegunaan : Sebagai emulgator dalam fase minyak Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB : 4,3

2. Tween 80 (4: 509)

Nama resmi : Polysorbatum 80 Nama lain : Polisorbat 80, tween

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P

Kegunaan : Sebagai emulgator fase air Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

HLB : 15

3. Air suling (4:96)

Nama resmi : Aqua destilata Nama lain : Air suling RM/BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa

(7)

4. Parafin (FI Ed.III hal 474)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM Nama lain : Parafin cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorensensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai warna.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform dan dalam eter.

C. Prinsip Percobaan

(8)

BAB III

METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat

Praktikum kelarutan ini berlangsung pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015 di Laboratorium Farmakologi Farmasi STIKes BTH Tasikmlaya.

B. Alat Dan Bahan

a. Alat :

Alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah Batang pengaduk, botol semprot, cawan porselen, gelas kimia 250ml, gelas ukur 100ml, mixer, penangas air, pencatat waktu, pipet tetes, termometer, tissue roll, timbangan analitik.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium foil, aquadest, span 80, tween 80

C. Prosedur Kerja Formula :

 Paraffin Liquidum 30% = 30

100 x 100 ml = 30 ml  Tween

5%  Span

 Air ad 100 ml

Timbang Span 80 Timbang Paraffin Liquid 30 gram TimbangTween 80

Untuk masing-masing sesuai perhitungan HLB Butuh

Panaskan/lebur di atas penangas air sampai suhunya 700C.

Campurkan Tween 80 Air

Tween 80 Span 80

Paraffin Liquid

(9)

Amati kestabilan selama 5 hari Beri tanda

masing-masing HLB Emulsi yang homogen di

masukkan ke dalam tabung sedimentasi

Fase air

Masukkan Fase air ke dalam gelas kimia

Aduk dengan Mixer kemudian di tambahkan fase minyak sedikit demi sedikit

Emulsi yang homogen di masukkan ke dalam tabung sedimentasi

Amati kestabilan selama 5 hari Beri tanda

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

a. Menghitung jumlah Tween dan Span yang dibutuhkan pada masing-masing HLB butuh

 HLB Butuh 5

%Tween =

(5−4,3)

¿ ¿ ¿

x 100 % = 6,54%

= 6,54100 x 5 gram = 0,32 gram % Span = 100% - 6,54%= 99,46%

= 99,46100 x 5 gram= 4,97 gram

 HLB Butuh 6

%Tween =

(6−4,3)

¿ ¿ ¿

x 100 % = 15,8%

= 15,8100 x 5 gram = 0,79 gram % Span = 100% - 15,8%= 84,2%

= 84,2100 x 5 gram= 4,2 gram

 HLB Butuh 7

%Tween =

(7−4,3)

¿ ¿ ¿

(11)
(12)

= 10028 x 5 gram= 1,4 gram b. Tabel Hasil Perhitungan Jumlah Tween 80 dan Span 80

HLB Butuh Jumlah Tween 80 Jumlah Span 80

5 0,32 gram 4,97 gram

6 0,79 gram 4,2 gram

7 1,26 gram 3,74 gram

8 1,725 gram 3,275 gram

9 2,2 gram 2,8 gram

10 2,66 gram 2,34 gram

11 3,13 gram 1,87 gram

12 3,6 gram 1,4 gram

13 4,065 gram 0,935 gram

14 4,53 gram 0,47 gram

c. Pengamatan Stabilitas Emulsi (Volume Sedimentasi)

Kel HLBButuh Pengamatanhari ke Volume Awal(Vo) VolumeSedimen

(13)
(14)

3 80 ml 79 ml 0.98

4 80 ml 79 ml 0.98

5 80 ml 78 ml 0.975

Rerata : 0.987

Keterangan :

F=Vu Vo

F = Volume Sedimentasi

Vu =Volume Sedimen

Vo = Volume awal

Nilai F semakin mendekati satu semakin baik

B. Pembahasan

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair yang lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak

Apabila menggunkan surfaktan sebagai emulgator dsapat pula terjadi emulsi dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis emulsi air-minyak-air atau sebaliknya.

(15)

polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.

Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj fase terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi ). Hal ini menyebabkan pemisahan dari kedua fase emulsi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kestabilan yaitu :

1. Teknik pembuatan

2. Penambahan garam atau elektrolit lemah dalam konsentrasi besar mempengaruhi kestabilan emulsi.

3. Pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka partikel-partikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel-partikel yang lebih besar sehingga emulsi akan pecah.

4. Penyimpanan

Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan jumlah span dan tween yang akan digunakan dari masing-masing HLB butuh dari HLB butuh 5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, dan bahan yang lainnya. Pencampuran bahan berdasarkan dari sifat bahan itu tujuannya bahan yang berfase air dicampur dengan fase air itu sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri.

Untuk membuat suatu emulsi dibutuhkan adanya emulgator, dalam percobaan ini emulgator yang digunakan adalah Tween 80 dengan HLB butuh 15,0 (bersifat hidrofil) dan Span 80 (bersifat lipofil).

Jadi pada percobaan ini untuk fase air yaitu tween 80 dan air, sedangkan untuk fase minyak yaitu span 80 dan paraffin liquidum pada cawan porselen. Kemudian pencampuran dilakukan pada suhu 70oC. Alasannya, kedua fase tersebut memiliki

suhu lebur yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat diperoleh emulsi yang

baik dan tidak pecah.

(16)

Diperlukan suhu ± 700 untuk membuat emulsi , hal ini dimaksudkan untuk

menurunkan viskositas dari partikel-partikel minyak dan menurunkan tegangan antar muka sehingga dapat membentuk corpus dengan fase air.

Fase air dipanaskan di waterbath karena pada suhu yang tinggi dapat menurunkan viskositas dan tegangan permukaan emulsi sehingga masing-masing fase mudah untuk dibuat dalam tetesan-tetesan halus dan emulsi pun dapat dengan mudah terbentuk.

Pada fase air dilakukan pengaturan suhu, yaitu suhu dilebihkan sedikit dari suhu rata-rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase ini dapat terjadi penurunan suhu yang cepat. Lalu campuran dikocok, dengan cara pengocokan intermitten menggunakan mikser selama 5 menit dan diistirahatkan setiap 20 detik. Pengocokan intermitten dilakukan untuk memberikan kesempatan pada minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

Proses penggerusan yang kuat dan konstan dalam pembuatan emulsi ini sangat penting, untuk memperkecil partikel-partikel dari fase minyak dan air. Sehingga memudahkan partikel-partikel tersebut terdispersi dalam fase kontinunya.

Pengamatan emulsi dilakukan selama 5 hari tujuannya untuk melihat pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase tersebut, dan volume dari emulsi setelah 5 hari kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu yang dipaksakan (stress coindition) perlakuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi penurunan suhu secara drastis, kondisi ini akan lebih mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suatu emulsi.

Pengamatan selama 5 hari dilakukan pada masing masing emulsi dengan HLB butuh. Perbuhan warna yang terjadi pada masing-masing HLB adalah tetap yaitu berwarna putih susu. Tetapi yang membedakan adalah volume sedimentasinya. Volume sedimentasi dihitung berdasarkan rumus yaitu Volume awal dibagi dengan Volume sedimen. Nilai F atau volume sedimentasi yang mendekati satu, semakin baik. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada emulsi dengan HLB butuh 12 yang relative lebih stabil dibanding dengan emulsi pada HLB butuh yang lain, karena nilai F nya rata-rata adalah 0,99.

Berdasarkan literature (Martin 5th

, edisi Indonesia hal 563) RHLB Parafin

(17)

semua emulsi yang dibuat merupakan tipe O/W maka seharusnya Emulsi yang stabil kita dapatkan dari HLB butuh 10. Namun pada percobaan nilai F yang paling mendekati 1 ada pada emulsi dengan HLB 12. Hal itu mungkin terjadi dikarenakan kesalahan dari praktikan dalam membuat emulsi dan juga dapat dikarenakan kesalahan dari alat-alat yang digunakan.

Berdasarkan pengamatan selama lima hari berturut-turut dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh kurang stabil. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya :

 Suhu pemanasan tidak konstan

 Perbedaan intensitas pengadukan

 Pencampuran kurang merata

 Kekompakan dan elastisitas fillm yang melindungi zat terdispersi

 Ketidaktelitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.

 Suhu yang tidak sama dari kedua fase ketika dicampur, dimana kenaikan

temperatur dapat mengurangi ketegangan antar muka dan viskositasnya.

Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini adalah terjadinya :

a. Flokulasi dan Creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi permukaan bebas saja. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan kosentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau di sebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.

b. Koalesen dan demulsifikasi

(18)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil perhitungan jumlah Tween dan Span yang dibutuhkan pada masing-masing HLB butuh adalah :

HLB Butuh Jumlah Tween 80 Jumlah Span 80

5 0,32 gram 4,97 gram

6 0,79 gram 4,2 gram

7 1,26 gram 3,74 gram

8 1,725 gram 3,275 gram

9 2,2 gram 2,8 gram

10 2,66 gram 2,34 gram

11 3,13 gram 1,87 gram

12 3,6 gram 1,4 gram

13 4,065 gram 0,935 gram

14 4,53 gram 0,47 gram

2. Dari semua emulsi yang dibuat , emulsi yang paling stabil adalah emulsi dengan HLB butuh 12, karena nilai F nya paling mendekati 1

(19)

B. SARAN

Diharapkan agar asisten memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai praktikum ini.

.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas Indonesia.

Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III.Edisi III. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,.

Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-Press.

R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press

Parrot, Eugene L. 1968. Pharmaceutical Technology . Penerbit Burgess Publishing Company Iowa.

Ansel C. Howard.1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.

(20)

Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design. London: Pharmaceutical Press.

Kurniawan, D. W. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and Dispensing. London: Pharmaceutical Press.

Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and Targeting. London: Pharmaceutical Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan pada menit ke-0 sedimentasi pada emulsi minyak jarak dicampur dengan air baru mengalami sedimentasi dan

Suspensi farmasi adalah disperse kasar, dimana partikel padat yang tak larut terdispersi dalam medium cair (Anief,1993).. Evaluasi sediaan suspensi

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk

Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dimana obat

Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau

Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam

Kesimpulan Pada praktikum sediaan emulsi krim didapatkan kesimpulan berupa - Proses pemanasan sangat penting atatu langkah kunci dalam pembuatan emulsi yang stabil, - Teskstur yang