• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA. docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA

A. Pendahuluan

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan keputusan politik tertinggi

yang melahirkan bangsa dan negara Republik Indonesia. Proklamasi kemerdekaan 17

Agustus 1945 merupakan titik puncak perjuangan fisik dalam membangun bangsa dan

negara merdeka, keputusan politik yang menandai kemerdekaan Republik Indonesia secar

de facto segera disusul oleh beberapa keputusan penting yang melengkapi persyaratan

formal sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

Meskipun secara formal persyaratan sebagai negara merdeka telah dipenuhi sejak 10

Agustus 1945, namun dalam operasionalnya tidak berjalan mulus. Hal ini disebabkan

oleh masih adanya campur tangan kekuatan asing terutama sekutu.

Sebagai pihak yang memenangkan perang dunia kedua. Sekutu mencoba menggugat

kemerdekaan Indonesia. Semua bekas jajahan negara-negara yang tergabung dalam

sekutu yang direbut agresor perang dunia II harus dikembalikan kepada mereka.

Penyebab lainnya adalah masih lemahnya kualitas intelektual, ekonomi, dan politik

masyarakat sehingga masih mudah dipengaruhi oleh kekuatan politik yang ada.

Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut, selama 64

tahun berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata bahwa masalah poko yang

kita hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya,

mempertinggi tingkat ekonomi disamping membina suatu kehidupan sosial dan politik

yang demokratis. Pada pokonya masalah ini berkisar pada menyusun suatu sistem politik

(2)

serta nation buliding, dengan partisipasi rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator

apakah diktator ini bersifat perorangan, partai atau militer.

Pasca kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, indonesia telah banyak menganut

sistem demokrasi mulai sistem demokrasi parlementer sampai demokrasi liberal.

Pada tanggal 05 Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Presiden Sukarno menetapkan

konstitusi di bawah dekrit presiden. Soekarno juga membubarkan Dewan Konstituante

yang ditugasi untuk menyusun Undang-Undang Dasar yang baru, dan sebaliknya

menyatakan diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945, dengan semoyan

“Kembali ke UUD 1945” Soekarno memperkuat tangan Angkatan Bersenjata dengan

mengangkat para jenderal militer ke posisi-posisi penting.

Demokrasi terpimpin lahir dalam suatu zaman yang sukar, persoalan yang muncul

pada tahun 1957 itu itu sangan runyam dan komplek. Ada ketakutan terhadap tentara ,

ketakutan terhadap PKI, terhadap Islam, terhadap pemberontakan-pemberontakan

panglima-panglima di daerah. Lalu ada lagi campur tangan dari luar negeri.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, dapat penulis rumuskan rumusan-rumusan masalah

sebagai berikut :

A.

1. Sejarah demokrasi terpimpin di Indonesia

2. Kondisi Negara Indonesia dalam masa demokrasi terpimpin

3. DPR Gotong Royong Demokrasi terpimpin

(3)

BAB II

SEJARAH DEMOKRASI TERPIMPIN

Pada permulaan pertumbuhannya demokrasi telah mencakup beberapa azas dan nilai

yang diwariskan kepadanya dari masa yang lampau, yaitu gagasan mengenai demokrasi dari

kebudayaan Yunani kuno dan gagasan mengenai kebebasan beragama yang dihasilkan oleh

aliran reformasi serta perang-perang agama yang menyusulnya.

Sistem demokrasi yang terdapat di negara kota (city-state) Yunani kuno merupakan

demokrasi langsung yaitu suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat

keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak

berdasarkan prosedur mayoritas. Sifat langsung dari demokrasi Yunani dapat diselenggarakan

secara efektif karena berlangsung dalam kondisi yang sederhana, wilayahnya terbatas serta

jumlah penduduknya sedikit. Lagipula ketentuan-ketentuan demokrasi hanya berlaku untuk

warga negara yang resmi, yang hanay merupakan bagian kecil saja dari penduduk. Untuk

mayoritas yang teridiri dari budak belian dan pedagang asing demokrasi tidak lagi bersifat

langsung, tetapi bersifat demokrasi berdasarkan perwakilan.

Gagasan demokrasi Yunani boleh dikatakan hilang dari muka dunia barat waktu

bangsa Romawi, yang sedikit banyak masih kenal kebudayaan Yunani dikalahkan oleh suku

bangsa Eropa Barat dan benua Eropa memasuki abad pertengahan (600-1400). Masyarakat

abad pertengahan dicirikan oleh struktur sosial yang feodal. Dilihat dari sudut perkembangan

(4)

Charta (Piagam Besar). Magna Charta merupakan semacam kontrak antara beberapa

bangsawan dan raja John dari Inggris dimana untuk pertama kali seorang raja yang

mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa hak dari bawahannya sebagai

imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan sebagainya. Biarpun piagam ini

lahir dalam suasana feodal dan tidak berlaku untuk rakyat jelata, namun dianggap tonggak

dalam perkembangan gagasan demokrasi.

Demokrasi di Indonesia telah banyak mengalami perubahan sistem demokrasi itu

sendiri, sejak diproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 Indonesia

menggunakan sisitem demokrasi parlementer yang menonjolkan peranan parlemen serta

partai-partai, dalam periode ini yang dipakai sebagai pegangan adalah UUD 1945 tetapi

sudah barang tentu belum dapat dijalankan secara murnidan konsekuen oleh karena bangsa

Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya.

Kemudian pada periode berikutnya (27 Desember-17 Agustus 1950) negara Republik

Indonesia menjadi negara serikat. Sebetulnya bukan kehendak seluruh bangsa Indonesia

untuk memakai bentuk negara dan sisitem pemerintahan, politk dan adminitrasi negara

seperti tersebut di atas, tetapi keadaan yang memaksa demikian.

Sejak Gubernur Jenderal DR. Van Mook dikirim ke Indonesia, ia memang ditugasi

untuk memporak-porandakan keutuhan persatuan dan kesatuan Republik Indonesia yang baru

merdeka, politik devide et impera memang dimilikinya. Ia mengusulkan untuk disetujuinya

pembentukan negara dalam negara.

Pada periode berikutnya (1950-1959) dengan memperhatikan keadaan negara-negara

bagian yang semakin sukar untuk diperintah sedangkan kewibawaan pemerintah Negara

(5)

kenyataan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai ragam suku bangsa, adat istiadat, agama,

pulau-pulau, bahasa daerah, maka rakyat di daerah-daerah sepakat untuk kembali kebentuk

negara kesatuan.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara Kesatuan

Republik Indonesia walaupun konstitusinya adalah Undang-Undang Dasar Sementara

(UUDS) tahun 1950. oleh karenanya sistem pemerintahan tetap dalam bentuk kabinet

parlementer, yaitu para menteri (kabinet) bertanggungjawab kepada parlemen dan parlemen

dapat menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya.

Walaupun sudah kembali kepada bentuk negara kesatuan namun perbedaan antara

daerah yang satu dengan daerah yang lain masih terasa, ada yang menyesali keadaan ini

tetapi ada pula yang menyetujuinya namun tetap memiliki ketidakpuasan kepada pemerintah

pusat. Oleh karenanya pada era ini seringkali terjadi berbagai jenis pemberontakan seperatis

seperti Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Pemberontakan Andi Azis,

Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan), dan lain-lain.

Oleh karena itu menurut pengamatan Presiden Soekarno, demokrasi liberal tidak

semakin mendorong Indonesia mendekati tujuan revolusi yang berupa masyarakat adil dan

makmur, sehingga pada gilirannya pembagunan ekonomi sulit untuk dimajukan, karena

setiap pihak baik sipil (pegawai negeri sipil dan parpol) dan militer saling berebut

keuntungan dengan mengorbankan yang lain.

Sebaliknya Prsiden Soekarno ingin melihat bangsa Indonesia yang kuat dan bersatu

padu sebagaimana pada awal-awal kemerdekaan dulu, dari Sabang sampai Merauke. UUDS

1950 dianggap selama ini memang sudah melakukan penyimpangan-penyimpangan dari

(6)

Dengan dalih seperti itu Presiden Soekarno mencanangkan Demokrasi Terpimpin dan

politik dalam negeri Republik Indoensia.

BAB III

DEMOKRASI TERPIMPIN, DIKTATORNYA SOEKARNO

A. Kondisi Negara Indonesia dalam Demokrasi Terpimpin

Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Indonesia jatuh pada masa

demokrasi terpimpin. Dalam demokrasi terpimpin Soekarno bertindak seperti seorang

diktator, hampir semua kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif dan yudikatif berada pada

kekuasaannya. Sutan Takdir Alisyahbana menyamakan Soekarno dengan raja-raja kuno yang

mengklaim dirinya sebagai inkarnasi tuhan atau wakil tuhan di dunia.

Dekrit tersebut dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari

kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-Undang Dasar

1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama

sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir.

Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun

ini. Selain itu banyak lagi tindakan yang menyimpang dari ketentuan Undang-Undang Dasar.

Misalnya dalam tahun 1960 Ir. Soekarno sebagai Prseiden membubarkan Dewan Perwakilan

Rakyat hasil Pemilihan Umum, padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 secara

eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian.

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang mengganti Dewan Perwakilan Rakyat

(7)

tiadakan. Lagipula pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dijadikan menteri dan dengan

demikian ditekankan fungsi mereka sebagai pembantu presiden disamping fungsi sebagai

sebagai wakil rakyat. Hal terakhir ini mencerminkan telah ditinggalkannya doktrin trias

politica. Dalam rangka ini harus pula dilihat beberapa ketentuan lain yang memberi

wewenang kepada presiden sebagai badan eksekutif. Misalnya presiden diberi wewenang

untuk campur tangan di bidang yudikatif berdasarkan Undang-Undang No. 19/1964 dan di

bidang legislatif berdasarkan Peraturan Tata Tertib Peraturan Presiden No. 14/1960 dalam hal

anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak mencapai mufakat.

Hal tersebut kemudian menjadikan kaburnya batas-batas wewenang antara badan

eksekutif dan legislatif, keduanya seolah-olah dirangkap oleh presiden. Akibatnya fungsi dan

peranan MPRS dan DPR-GR hilang. Apalagi pada waktu itu menteri-menteri diperbolehkan

menjabat sebagai ketua MPRS, DPR-GR, DPA dan MA.

MPRS dan DPR-GR yang seharusnya menjadi lembaga perwakilan rakyat yang

bertugas sebagai lembaga negara yang mengawasi jalannya pemerintahan pada akhirnya

tunduk kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan presiden.

Demokrasi terpimpin ialah hypen pendek demokrasi yang tidak didasarkan atas

paham liberalisme, sosialisme-nasional, facisme, dan komunisme, tetapi suatu faham

demokrasi yang didasarkan keinginan-keinginan luhur bangsa Indonesia seperti yang

tercantum dalam pembukaan UUD 1945, menuju satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil

dan makmur yang penuh dengan kebahagiaan material dan spiritual sesuai dengan cita-cita

Proklamasi 17 Agustus 1945.

Akan tetapi dalam prakteknya, apa yang dinamakan dengan demokrasi terpimpin

(8)

Sebaliknya sistem ini sangat jauh dan menyimpang dari arti yang sebenarnya. Dalam

prakteknya yang memimpin demokrasi ini bukan pancasila sebagaiman dicanangkan tetapi

sang pemimpinnya sendiri. Akibatnya demokrasi yang dijalankan tidak lagi berdasarkan

keinginan luhur bangsa Indonesia tetapi berdasarkan keinginan-keinginan atau ambisi-ambisi

politik pemimpinnya sendiri.

Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi telah membawa jalannya pemerintahan

jauh dari mekanisme yang ditetapkan dalam UUD 145. kondisi ini diperburuk dengan

merosotnya keadaan ekonomi negara. Sebagai akibatnya, keadaan politik dan keamanan

sudah sangat membahayakan keselamatan negara. Situasi ini dimanfaatkan oleh Partai

Komunis Indonesia (PKI) dengan mengadakan pemberontakan pada tanggal 30 September

1965. tujuan utama pemberontakan ialah untuk mengganti falsafah pancasila dengan falsafah

lain.

Dalam periode demokrasi terpimpin pemikiran ala demokrasi barat banyak

ditinggalkan. Presiden Soekarno sebagai Pimpinan Nasional tertinggi ketika itu menyatakan

bahwa demokrasi liberal tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan negara Indonesia.

Prosedur pemungutan suara dalam lembaga perwakilan rakyat dinyatakan sebagai tidak

efektif dan Bung Karno kemudian memperkenalkan apa yang kemudian disebut dengan

“musyawarah untuk mufakat”.

Banyaknya partai oleh Bung Karno disebut sebagai salah satu penyebab tidak adanya

pencapaian hasil dalam pengambilan keputusan, karena dianggap terlalu banyak debat

bersitegang urat leher. Untuk merealisasikan demokrasi terpimpin ini, kemudian dibentuk

yang dikenal dengan nama Front Nasional.

(9)

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong ini didirikan dengan Penetapan Presiden No. 04

tahun 1960 sebagai pengganti DPR peralihan yang dibubarkan dengan penetapan Presiden

No. 03 Tahun 1960. DPR-GR berbeda sekali dengan badan-badan legislatif sebelumnya.

Tidak hanya oleh karena dia bekerja dalam suatu sistem pemerintahan yang lain, akan tetapi

juga oleh karena dia bekerja dalam suasana dimana DPR ditonjolkan peranannya pembantu

pemerintah, suasana ini tercermin dalam istilah Gotong Royong. Perubahan fungsi ini

tercermin di dalam tata tertib DPR-GR yang dituangkan dalam Peraturan Tata Tertib tidak

disebut hak kontrol seperti hak bertanya, hak interpelasi dan sebagainya.

Kelemahan DPR-GR di bidang legislatif ialah bahwa DPR-GR kurang sekali memakai hak

inisiatifnya untuk mengajukan rancangan undang-undang. Selain itu DPR-GR telah

membiarkan badan eksekutif mengadakan Penetapan-Penetapan Presiden atas dasar Dekrit 5

Juli 1959, seolah-olah Dekrit merupakan sumber hukum baru. Padahal dekrit sekedar untuk

menuntun langkah kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, tetapi sesudah itu semua

perundang-undangan seharusnya berdasarkan langsung pada Undang-Undang Dasar 1945.

Lagipula banyak keputusan penting (seperti pengguntingan uang, politik konfrontasi,

pengambil alih perkebunan dan perusahaan asing dan sebagainya) diputuskan di luar

DPR-GR.

Selain itu DPR-GR telah menerima baik Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No.

19 Tahun 1964, yang memberi wewenang kepada Presiden untuk “turut atau campur tangan

dalam soal pengadilan” demi kepentingan revolusi, suatu ketentuan yang dengan tegas

menyalahi ketentuan Undang-Undang Dasar bahwa kekuasaan kehakiman terlepas dari

pengaruh kekuasaan Pemerintah.

Selama masa kerjanya, DPR-GR telah mengesahkan 117 Undang-Undang, dengan perincian :

(10)

1962 disahkan 19 Undang-Undang, tahun 1963 disahkan 14 Undang-Undang, tahun 1964

disahkan 36 Undang-Undang dan tahun 1965 disahkan 21 Undang-Undang.

B. Peristiwa Besar pada masa Demokrasi Terpimpin

Pada masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia, sejarah mencatat telah terjadi beberapa kali

peristiwa besar, baik peristiwa yang bersifat politik, sosial maupun budaya. Antara lain :

a. Pemberotakan Partai Komunis Indonesia (PKI)

Penyimpangan-penyimpangan konstitusional tersebut telah mengakibatkan

tidak berjalannya sistem pemerintahan yang ditetapkan dalam UUD 1945.

penyimpangan-penyimpangan ini juga telah mengakibatkan memburuknya keadaan

politik, keamanan, ekonomi, yang mencapai puncaknya dengan pemberontakan yang

gagal oleh G-30-S/PKI.

PKI secara sadar telah mendalangi dan merencanakan kudeta. Perbuatan jahat tersebut

bukan saja telah menimbulkan korban jiwa dan materi yang cukup besar, bertentangan

dan melanggar ketentuan UUD 1945 serta hukum-hukum lainnya yang berlaku, tetapi

juga jelas-jelas bermaksud hendak mengganti falsafah Pancasila dengan falsafah lain.

Karena dalam sejarah bangsa Indonesia, telah dua kali PKI mengkhianati negara,

bangsa dan dasar negara, maka rakyat Indonesia menghendaki dan menuntut PKI

dibubarkan. Namun pada waktu itu pimpinan negara tidak mau mendengarkan dan

memenuhi tuntutan rakyat sehingga timbullah pertentangan politik antar rakyat di satu

pihak dan presiden di lain pihak.

Keadaan semakin meruncing, situasi ekonomi dan stabilitas nasional semakin tidak

(11)

disampaikanlah tuntutan-tuntutan kepada presiden pada tanggal 12 Januari 1966, yang

dikenal dengan nama TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat), yakni :

1.Bubarkan PKI

2. Bersihkan kabinet dari unsur PKI

(12)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ,

Presiden Soekarno meletakkan dasar-dasar kepemimpinannya yang dinamakan Demokrasi

Terpimpin, menurut Presiden Soekarno demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang khas

Indonesia yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Namun dalam prakteknya, demokrasi terpimpin cenderung bergeser maknanya. Demokrasi

yang dijalankan tidak lagi dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan, namun diwarnai oleh

kepentingan politik-politik tertentu. Keadaan ini telah melahirkan berbagai penyimpangan

dari yang telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945. penyimpangan-penyimpangan

itu antara lain :

1. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilihan Umum 1955 dan membentuk DPR Gotong Royong. Hal ini dilakukan karena DPR menolak Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara yang diajukan pemerintah.

2. Pimpinan Lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat sebagai menteri negara

3. MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup

4. Kekuasaan Presiden melebihi wewenang yang ditetapkan dalam UUD 1945. hal ini terbukti dengan keluarnya beberapa penetapan presiden sebagai produk hukum yang setingkat dengan undang-undang tanpa persetujuan DPR.

Apabila dianalisis secara sistematis dari berbagai aspek, maka pada masa Demokrasi

(13)

NO ASPEK ANALISIS

1 Penyaluran Tuntutan Tinggi tetap tidak disalurakan karena adanya

Front Nasional

2 Pemeliharaan Nilai Penghormatan HAM rendah

3 Kapabilitas Abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi

tidak maju

4 Integrasi Vertikal Atas bawah

5 Integrasi Horizontal Berperan solidarity makers

6 Gaya Politik Ideologi, Nasakom

7 Kepemimpinan Tokoh Kharismatik dan paternalistik

8 Partisipasi Massa Dibatasi

9 Keterlibatan Militer Militer masuk ke pemerintahan

10 Aparat Negara Loyal kepada negara

B. Saran

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat penulis katakan bahwa sebenarnya secara

konseptual Demokrasi terpimpin itu baik bagi perkembangan Indonesia namun secara tehnis

(14)

banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran, oleh karena itu ada saran-saran yang bisa penulis

sebutkan, antara lain :

1. Demokrasi terpimpin pada saat itu memang belum waktunya diterapkan di Indonesia

2. Pelaksanaan demokrasi terpimpin hendaknya diiringi dengan kondisi stabilitas nasional yang sudah stabil

3. Tidak dibatasinya partisipasi massa dalam menyuarakan aspirasi

4. Dijalankan fungsi Trias Politika secara baik, agar tidak terjadi overlapping bagi perjalanan pemerintahan.

5. Sebaiknya militer tidak perlu masuk ke dalam pemerintahan agar bisa konsentrasi terhadap stabilitas keamanan negara.

6. Konsep Nasionalis-Agamis-Komunis (Nasakom) tidak cocok diterapkan di Indonesia.

Demikian uraian singkat mengenai demokrasi terpimpin di Indonesia, akhirnya

penulis menyadari masih banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, kritik dan

saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan.

Lamongan, Desember 2007

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Idrus. 1997. Hukum Tata Negara. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Budiardjo, Miriam. 1977. Dasar-Dasai Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Fatoni, Uwes. 2006. Sejarah Sistem Politik Indonesia. Surabaya. Unitomo.

Kansil. 1996. Tata Negara. Jakarta. Erlangga.

Kencana, Inu. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung. Refika Aditama.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian ini adalah pemetaan produktivitas panen dalam bentuk sistem informasi geografis untuk mempermudah melakukan pemantauan produktivitas panen, juga

Sebuah katrol dari benda pejal dengan tali yang dililitkan pada sisi luarnya ditampilkan seperti gambar.. Gesekan

Gambar diatas merupakan tampilan menu input Master data Gangguan yang terdapat beberapa kolom isian yang harus dilengkapi, kolom-kolom tersebut harus diisi oleh data

Menurut Imam Abu Hanifah, hadits di atas juga menjadi sebuah dalil tentang wajibnya shalat Idul Fitri, hingga para wanita yang sedang haid pun dianjurkan untuk keluar

Uji instrumen penelitian digunakan untuk menguji apakah instrumen penelitian ini memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau tidak sesuai dengan standar metode

[r]

Berbelanja online sangat menguntungkan antara kedua belah pihak baik penjual dan pembeli Selain keuntungan utama ada juga keuntungan tambahan dengan belanja

Selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan tetapi bukan termasuk dalam elemen yang cukup penting seperti akuisisi perusahaan