BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan instrumen penelitian yang disebar-kan kepada Guru SD Gugus Durian, diperoleh karakteristik responden mengenai jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status dan masa kerja. Karakteris-tik responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 40 59%
Perempuan 28 41%
Total 68 100%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas res-ponden (59%)adalah berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
20 - 25 3 5 %
26 - 30 15 22%
31 - 35 6 9%
36 - 40 5 7%
41 – 45 4 6%
>45 35 51%
Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden (51%) adalah guru yang berusia > 45 tahun.
Tabel 4.3
Karakteristik Responden berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
SLTA 4 6%
D2 23 34%
S1 41 60%
Berdasarkan Tabel 4.3 tentang karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan, sebagian besar berpendidikan S1 (60%).
Tabel 4.4
Karakteristik Responden berdasarkan Status Kepegawaian
Status Frekuensi Persentase
PNS 54 79%
GTT 14 21%
Total 68 100%
Tabel 4.5
Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Persentase
1 - 5 8 12%
4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Mengajar Guru
Deskripsi klasifikasi distribusi frekuensi Kinerja Mengajar Guru di Gugus Durian dilaporkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kinerja Mengajar Guru
Berdasarkan Tabel 4.6 kinerja mengajar guru gugus durian berada pada kategori Tinggi (72%). Rerata kinerja mengajar guru SD Gugus Durian Kecamatan Bejen sebesar 46,2 dengan SD=3,68.
4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel Supervisi Aka-demik
Deskripsi klasifikasi distribusi frekuensi Kinerja Guru di Gugus Durian dilaporkan pada Tabel 4.7
4.2.3 Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja
Deskripsi klasifikasi distribusi frekuensi Moti-vasi kerja di Gugus Durian dilaporkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja
Kategori Rentang
Skor f % Mean SD Maks Min Sangat
Tinggi
62 – 72 40 59
62,31 2,32 71 47 Tinggi 51 – 61 27 40
Sedang 40 – 50 1 1 Rendah 29 – 39 0 0 Sangat
rendah
18 – 28 0 0
Total 68 100
Dari Tabel 4.8 motivasi kerja guru SD gugus Durian berada pada kategori Sangat Tinggi (59%) dengan Rerata skor = 62,31 dan SD = 2,32.
4.3 Uji Normalitas
Untuk mengetahui kenormalan distribusi skor masing-masing variabel dilakukan pengujian
normali-tas data menggunakan one sample kolmogorov-
Smirnov, Test, yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Variabel Supervisi Akademik, Motivasi Kerja dan Kinerja Mengajar Guru
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
nilai Supervisi
Akademik 0,134 68 0,191
*
Motivasi Kerja 0,104 68 0,201* Kinerja
Mengajar 0,157 68 0,149
Sumber: Uji Normalitas Data
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa hasil uji normalitas sebaran data koefisien kolmogorof-smirnov = 0,134 dengan taraf signifikansi 0,191 >0,05 berarti bahwa sebaran data variabel supervisi akademik adalah berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa hasil uji normalitas sebaran data koefisien kolmogorof-smirnov = 0,104 dengan taraf signifikansi 0,201 >0,05 yang berarti bahwa sebaran data variabel motivasi kerja guru adalah berdistribusi normal.
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa hasil uji normalitas sebaran data koefisien kolmogorof-smirnov
4.4
Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan antara: (1) variabel supervisi akademik kepala sekolah (X1) dengan kinerja
mengajar guru (Y)); (2) variabel motivasi kerja (X2)
dengan kinerja mengajar (Y).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel superisi akademik kepala sekolah dengan variabel kinerja mengajar guru dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10
Hasil Analisis Korelasi antara Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) dengan Kinerja Mengajar (Y) dan Motivasi Kerja (X2) dengan Kinerja mengajar (Y)
Correlations
Supervisi Motivasi Kinerja
Supervisi Pearson Correlation 1 .344 .568 **
Sig. (2-tailed) .027 .001
N 68 68 68
Motivasi Pearson Correlation .344* 1 .629 Sig. (2-tailed) .027 .001
N 68 68 68
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
bahwa supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru mempunyai hubungan yang signifikan. Koefisien korelasi (r) antara motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru mempunyai koefisien 0,629. Sedangkan uji signifikansi menghasilkan koefi-ien sebesar 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motivasi kerja terhadap ki-nerja mengajar guru mempunyai hubungan signifikan.
4.5 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai berikut
1. H0 : rx1y = 0. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru di gugus durian kecamatan Bejen;
Ha : rx1y ≠ 0. Ada hubungan yang signifikan
antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru di gugus durian kecamatan Bejen.
2. H0 : rx2y ≠ 0. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara motivasi kerja kerja dengan kinerja mengajar guru di Gugus Durian kecamatan Bejen;
Ha : rx2y = 0. Ada hubungan yang signifikan
mengajar guru di Gugus Durian kecamatan Bejen.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Hubungan Supervisi Akademik Kepala Seko-lah dengan Kinerja Mengajar Guru
Berdasarkan uji signifikansi korelasi Pearson
Product Moment pada Tabel 4.10 ditemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan kinerja mengajar guru di Gugus Durian Kecamatan Bejen dengan koefisien korelasi rx1y = 0,568. Sedangkan
berdasarkan uji signifikansi menghasilkan koefisien signifikansi sebesar 0,001 < 0,05, sehingga disimpul-kan hubungan antara supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru di Gugus Durian mempunyai hubungan yang signifikan. Berarti bahwa tinggi rendahnya kinerja mengajar guru salah satunya ditentukan oleh supervisi akademik kepala sekolah.
mengelola proses pembelajarannya demi mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Lucio (1990) bahwa supervisi akademik adalah upaya untuk membimbing guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran.
terse-memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja mengajar guru.
Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jaenuri (2012) di Kecamatan Bandungan Jawa Tengah yang meneliti 175 orang guru SD dan menyimpulkan bahwa supervisi akademik memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Hasil penelitian menunjukkan rx1y = 0,422
dengan p=0,000 < 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja mengajar guru. Semakin tinggi skor supervisi akademik, maka skor kinerja mengajar guru akan semakin baik.
Adapun yang menjadi dasar persamaannya karena menggunakan variabel bebas pertama (X1)
dengan konsepsi pengertian yang sama, yaitu Super-visi Akademik Kepala sekolah adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemam-puannya mengelola proses pembelajaran demi penca-paian tujuan pembelajaran. Alat ukurnya sama meng-gunakan skala supervisi akademik kepala sekolah yang disusun berdasarkan teori Lucio (1990) yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap umpan balik.
signifikansi sebesar 0,773 > 0,05. Temuan ini
menun-jukkan bahwa supervisi Kepala sekolah tidak
berhubungan secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru SD di Kecamatan Jenawi Kabupaten Karangganyar. Hal ini karena kegiatan supervisi akademik yang dilakukan kepada Guru SD bertujuan
untuk membantu guru dalam mengembangkan
potensi mereka untuk mencapai tujuan pendidikan dengan sebaik- baiknya.
guru hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati (2006).
4.5.2 Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Mengajar guru
Berdasarkan uji signifikansi korelasi Pearson
product Moment seperti pada Tabel 4.10 ditemukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru SD Gugus Durian di Kecamatan Bejen dengan koefisien korelasi rxy = 0,629. Berdasarkan uji signifikansi
menghasilkan koefisien sebesar 0,001< 0,05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru. Semakin tinggi skor motivasi kerja guru dikecamatan Bejen, semakin tinggi pula kinerja mengajar gurunya. Sebaliknya jika skor motivasi kerja semakin rendah, maka skor kinerja mengajar guru semakin rendah.
Menurut analisis deskriptif, rata-rata guru memiliki motivasi kerja pada kategori sangat tinggi. Hal ini berarti guru memiliki dorongan yang kuat dalam bekerja. Dengan adanya motivasi yang tinggi guru akan mampu menyelesaikan pekerjaan menga-jarnya dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Herzberg (1995) bahwa motivasi kerja adalah dorongan untuk menentukan perilaku seseorang dalam
energetik yang dimiliki seseorang untuk menunjukkan perilaku terkait pekerjaan dan menentukan bentuk, arah dan intensitas. Keterkaitan motivasi kerja dengan kinerja mengajar dapat dilihat dari peran guru dalam menjalankan perannya secara optimal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneli-tian yang Muhammad (2010) dalam penelipeneli-tiannya di Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan yang menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja mengajar guru SD yang ditunjukkan olah koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,551 dengan koefisien
signifi-kansi sebesar 0,000 < 0,05. Bahwa tinggi rendahnya kinerja mengajar guru salah satunya ditentukan oleh motivasi kerja guru. Hal ini disebabkan adanya dampak positif motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru disebabkan karena adanya dorongan di dalam individu guru untuk bekerja atau melaksana-kan tugas yang diembannya yaitu mengajar. Masing-masing guru memiliki motivasi instrinsik. Dari motivasi tiap individu tersebut, guru melakukan pengarahan diri agar pekerjaanya berhasil, atau dengan kata lain kinerjanya meningkat.
korelasi (r) sebesar 0,246 dan nilai p = 0,051 > 0,05, temuan ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dan kinerja mengajar guru. Perbedaan hasil penelitian kemung-kinan disebabkan oleh jumlah sampel, dan jenjang sekolah. Jumlah sampel yang digunakan peneliti 68 orang atau dua kali jumlah sampel yang digunakan Bungan (1987).
Sudarmadi (2011) menyatakan jumlah sampel mempengaruhi tingkat kepercayaan hasil penelitian. Jika jumlah sampel kecil maka tingkat kepercayaan-nya juga kecil. Sampel yang digunakan Bungan merupakan guru SLTP Swasta sementara sampel yang digunakan peneliti adalah guru Sekolah Dasar Negeri. Kinerja mengajar guru sekolah swasta lebih tinggi daripada kinerja mengajar guru sekolah negeri. Sistem suatu sekolah ternyata juga mempengaruhi tingkat kinerja guru, terbukti dari penelitian Hanif (2004) menerangkan bahwa kinerja guru di sekolah negeri lebih buruk, sedangkan kinerja mengajar guru di sekolah swasta baik.
Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilaku-kan oleh Ngasripan (2011) yang meneliti tentang Hubungan Kepuasan Kerja dan Motivasi kerja dengan
Kinerja mengajar Guru SD Negeri Kecamatan
antara motivasi kerja dengan kinerja mengajar guru, dengan koefisien korelasi 0,379 p= 0,001< 0,05.
4.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian memiliki keterbatasan, sehingga mem-pengaruhi penggunaan hasil penelitian di lingkup lebih luas. Keterbatasan penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini hanya melibatkan dua variabel
independen kinerja mengajar guru, yaitu supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru;
2. Variabel kinerja mengajar guru diukur dengan
menggunakan penilaian guru itu sendiri ;