• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I KELAS X SMA NEGERI BANYUMAS MATA PELAJARAN MATEMATIKA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I KELAS X SMA NEGERI BANYUMAS MATA PELAJARAN MATEMATIKA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I

KELAS X SMA NEGERI BANYUMAS

MATA PELAJARAN MATEMATIKA

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh :

ERLINA AENNY ZAHRA NIM : 083511033

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Erlina Aenny Zahra

NIM : 083511033

Jurusan/ Program Studi : Tadris Matematika

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 18 April 2012

Saya yang menyatakan,

Erlina Aenny Zahra NIM : 083511033

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang

Telp. 024-7601295 Fax. 7615387 PENGESAHAN

Naskah Skripsi dengan :

Judul : Analisis Soal Ulangan Akhir Semester I Kelas X SMA Negeri Banyumas Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama : Erlina Aenny Zahra NIM : 083511033

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Tadris Matematika.

telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

Semarang, 25 Juni 2012 DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Minhayati Saleh, M. Sc. Lulu Choirunnisa, M. Pd. NIP. 19760426 200604 2 001 NIP. 19810720 200312 2 002

Penguji I, Penguji II,

Nur Asiyah, S. Ag., M.S.I. Dra. Siti Mariam, M. Pd. NIP. 19710926 199803 2 002 NIP. 19650727 199203 2 002

Pembimbing I, Pembimbing II,

Lulu Choirunnisa, M. Pd. Drs. Shodiq, M. Ag. NIP. 19810720 200312 2 002 NIP. 19681205 199403 1 003

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 18 April 2012

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : ANALISIS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I KELAS X SMA NEGERI BANYUMAS MATA PELAJARAN MATEMATIKA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama : Erlina Aenny Zahra NIM : 083511033

Jurusan : Tabiyah

Program Studi : Tadris Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalan Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I,

Lulu Choirunnisa, M. Pd. NIP. 19810720 200312 2 002

(5)

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 18 April 2012

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : ANALISIS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I KELAS X SMA NEGERI BANYUMAS MATA PELAJARAN MATEMATIKA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama : Erlina Aenny Zahra NIM : 083411033

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Tadris Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalan Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing II,

Drs. Shodiq, M. Ag. NIP. 1968 1205 1994 03 1003

(6)

vi

ABSTRAK

Judul : Analisis Soal Ulangan Akhir Semester I Kelas X SMA Negeri Banyumas Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012

Penulis : Erlina Aenny Zahra NIM : 083511033

Latar belakang penelitian ini adalah soal ulangan akhir semester (UAS) I Kelas X SMA Negeri Banyumas Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012 yang disusun sendiri oleh guru SMA Negeri Banyumas dan soal tersebut belum pernah diujicoba dan dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas soal termasuk di dalamnya validitas isi dan validitas konstruksi. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui reliabilitas soal, tingkat kesukaran (TK) dan daya pembeda (DP) soal khusus untuk mata pelajaran matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi dan wawancara. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh soal-soal ulangan akhir semester I mata pelajaran matematika kelas X, silabus dan lembar jawab peserta. Sedangkan wawancara dilakukan kepada guru matematika SMA N Banyumas untuk mendapatkan informasi tentang soal UAS I mata pelajaran matematika kelas X. Sumber datanya diambil dari SMA Negeri Banyumas. Data yang digunakan adalah soal, silabus dan skor jawaban UAS I mata pelajaran matematika peserta didik kelas X SMA Negeri Banyumas tahun pelajaran 2011/2012.

Hasil penelitian menunjukkan soal UAS I Kelas X SMA Negeri Banyumas Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012 memiliki validitas isi dan validitas konstruksi yang baik, tetapi terdapat satu soal yang tidak diajarkan dalam kurikulum. Soal UAS 1 matematika ini reliabel dengan hasil perhitungan 0,679 untuk taraf kepercayaan 0,05. Proporsi distribusi tingkat kesukaran soal matematika adalah sukar sebesar 8%, sedang sebesar 60% dan mudah sebesar 32%. Sedangkan daya pembeda soal adalah jelek sebesar 16%, cukup sebesar 68% dan baik sebesar 16%. Dari hasil penelitian ini disarankan agar guru melakukan telaah soal terlebih dahulu sebelum soal diujikan agar dipenuhinya standar soal yang valid atau bisa juga dalam pembuatan soal mengambil soal yang sudah tervalidasi. Bagi kepala sekolah, disarankan untuk lebih memperhatikan guru dalam melakukan validasi soal ujian baik harian dan semester. Bagi peneliti lebih lanjut, hendaknya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan, rujukan, dan perbandingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan masalah yang serupa.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, kepada-Nya kami memohon pertolongan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang membimbing manusia dari masa kegelapan menuju masa yang penuh syariat.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak pihak yang banyak membantu dan memberikan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Lulu Choirunnisa, M. Pd. sebagai dosen pembimbing I dan Drs. Shodiq, M. Ag. sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan sumbangan pikiran dalam masa bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

4. Kepala Sekolah dan Guru Pengampu Mata Pelajaran Matematika kelas X SMA Negeri Banyumas yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lingkungan Sekolah.

5. Ibu (Siti Ma’rifah) dan Bapak (Darsa) yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta dengan tulus ikhlas mendoakan agar cepat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

6. Adik-adikku (Rian Bahar Rahmadi dan Satria Adi Sukma) yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

7. Sahabat-sahabatku (Anik Isma’atin, Asiyah Nur Hidayati, Ismaifah dan Islamiyah) yang selalu memberikan motivasi dan semangat.

(8)

viii

8. Semua teman-teman Tadris Matematika, khususnya di Semarang yang selalu memotivasi, memberikan semangat dan bantuan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Semua teman-teman kos Bank Niaga B15 yang selalu memberi semangat. 10. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas bantuan dan do’anya.

Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skrpsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Semarang, 18 April 2012 Penulis,

Erlina Aenny Zahra NIM : 083511033

(9)

ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i PERNYATAAN KEASLIAN ... ii PENGESAHAN ... iii NOTA PEMBIMBING ... iv ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : LANDASAN TEORI ... 6

A. Kajian Pustaka... 6

B. Kerangka Teoritik ... 8

I. Ulangan Akhir Semester ... 8

II. Analisis Tes Hasil Belajar ... 8

1. Analisis Kualitas Tes Hasil Belajar... 9

a. Validitas ... 9

b. Reliabilitas ... 18

2. Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 27

a. Tingkat Kesukaran ... 27

(10)

x

BAB III : METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Sumber Data dan Jenis Data ... 33

D. Fokus Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38 B. Pembahasan ... 61 BAB V : PENUTUP ... 65 A.Simpulan ... 65 B. Saran ... 65 C. Penutup ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... …

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kata kerja operasional ranah kognitif pada Taksonomi Bloom ... 16

Tabel 2 Tabel analisis validitas isi ... 50

Standar Kompetensi 1 ... 50

Standar Kompetensi 2 ... 51

Standar Kompetensi 3 ... 54

Tabel 3 Hasil analisis validitas konstruksi soal UAS I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012 ... 56

Tabel 4 Perhitungan-perhitungan untuk memperoleh ... 57

Tabel 5 Tingkat kesukaran dari analisis seluruh soal pilihan ganda UAS I kelas X SMA N Banyumas mata pelajaran matematika ... 59

Tabel 6 Daya pembeda dari analisis seluruh soal pilihan ganda UAS I kelas X SMA N Banyumas mata pelajaran matematika ... 60

Tabel 7 Persentase tingkat kesukaran soal UAS I SMA N Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012 ... 62

Tabel 8 Persentase daya pembeda soal UAS I SMA N Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012 ... 63

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Guru Matematika SMA N Banyumas Lampiran 3 Format Penelaahan Validitas Konstruksi Soal Bentuk Pilihan

Ganda

Lampiran 4 Daftar Nama Peserta Didik Kelas XF

Lampiran 5 Penyebaran skor hasil tes UAS I kelas X SMA N Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012 kelas XF

Lampiran 6 Soal Ulangan Akhir Semester I SMA N Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012

Lampiran 7 Silabus semester I mata pelajaran matematika SMA N Banyumas tahun pelejaran 2011/2012

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Ulangan Akhir Semester I SMA N Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012

Lampiran 9 Tabel r Product Moment

Lampiran 10 Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Lampiran 11 Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal

Lampiran 12 Rekap Hasil Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester I SMA N Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012 Lampiran 13 Surat Izin Riset

Lampiran 14 Surat Keterangan Selesai Riset Lampiran 15 Surat Keterangan KO Kurikuler Lampiran 16 SKK OPAK Institut

Lampiran 17 SKK OPAK Fakultas Lampiran 18 SKK ORKA

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input peserta didik untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan.1 Sebagai sebuah proses yang disengaja maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya untuk melihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan dan apakah proses yang dilakukan efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.2

Evaluasi pendidikan yang komprehensif harus dilakukan terhadap seluruh komponen dan sistem kerjanya. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.3 Pendidikan melibatkan peserta didik, guru, metode, tujuan, kurikulum, media, sarana, kepala sekolah, pemerintah, masyarakat, pengguna lulusan, lingkungan fisik, manusia dan sebagainya. Oleh karenanya evaluasi pendidikan dilakukan atas komponen-komponen pendidikan tersebut. Evaluasi yang komprehensif menghasilkan informasi yang lengkap sebagai dasar perbaikan dalam pendidikan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 57 (ayat 1), evaluasi dalam pendidikan sangatlah penting sebagai pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan umpan balik bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran. Di dalam Al-Quran

1 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 18.

2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), hlm. 139.

(15)

2 terdapat ayat yang menyebutkan tentang perlunya mengadakan evaluasi, di antaranya dalam surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3:















































“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3).

Berdasarkan ayat di atas Allah SWT mengadakan ujian atau evaluasi kepada setiap makhluk-Nya untuk mengetahui sejauh mana kadar keimanan mereka. Dalam dunia pendidikan, diadakannya evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut. Misalnya, seorang guru mengadakan evaluasi terhadap peserta didik, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik tersebut.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 57 (ayat 2) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas.

Ulangan akhir semester adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar peserta didik dan merupakan proses penilaian hasil belajar yang dilaksanakan peserta didik pada akhir semester. Pada mata pelajaran matematika, ulangan akhir semester dilakukan dengan teknik tes. Suatu tes atau soal merupakan alat pengukur keberhasilan belajar. Soal sebagai alat ukur dikatakan baik apabila mampu memenuhi beberapa

(16)

3 persyaratan yang dapat diuji dengan melakukan analisis butir soal, baik kualitatif maupun kuantitatif.

Analisis butir soal secara kualitatif merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Dalam penilaian hasil belajar, tes diharapkan dapat menggambarkan sampel perilaku dan menghasilkan nilai yang objektif serta akurat. Jika tes yang digunakan guru kurang baik, maka hasil yang diperoleh pun tentunya kurang baik. Hal ini dapat merugikan peserta didik itu sendiri. Artinya, hasil yang diperoleh peserta didik menjadi tidak objektif dan tidak adil. Oleh sebab itu, tes yang digunakan guru harus memiliki kualitas yang lebih baik dilihat dari berbagai segi. Tes hendaknya disusun sesuai dengan prinsip dan prosedur penyusunan tes. Setelah digunakan perlu diketahui apakah tes tersebut berkualitas baik atau kurang baik. Untuk mengetahui apakah suatu tes yang digunakan termasuk baik atau kurang baik, maka perlu dilakukan analisis kualitas tes.

Sedangkan analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas.4 Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.5

Soal-soal ulangan akhir semester pada sekolah tertentu disusun sendiri oleh guru mata pelajaran di sekolah tersebut. SMA Negeri Banyumas adalah salah satu sekolah yang membuat soal ulangan akhir semester sendiri. Soal ulangan akhir semester matematika adalah soal-soal yang dibuat oleh guru matematika SMA Negeri Banyumas. Dari informasi yang diperoleh, SMA Negeri Banyumas belum pernah melakukan analisis soal, padahal soal-soal

4 Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 10.

(17)

4 tersebut dibuat sendiri oleh guru. Dari sinilah timbul petanyaan apakah soal-soal ulangan akhir semester tersebut dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur keberhasilan belajar. Fokus permasalahan yang akan dibahas adalah soal-soal ulangan akhir semester I kelas X tahun pelajaran 2011/2012.

Dari latar belakang tersebut, maka kiranya perlu adanya pembuktian dengan diadakan sebuah penelitian. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal-soal ulangan akhir semester I kelas X di SMA Negeri Banyumas tersebut dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur keberhasilan belajar, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I KELAS X SMA NEGERI BANYUMAS MATA PELAJARAN MATEMATIKA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah validitas isi tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012? 2. Bagaimanakah validitas konstruksi tes ulangan akhir semester I kelas X

SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012?

3. Bagaimanakah reliabilitas tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012 ? 4. Bagaimanakah tingkat kesukaran tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012?

5. Bagaimanakah daya pembeda tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012?

(18)

5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain, sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana validitas isi tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012.

b. Untuk mengetahui bagaimana validitas konstruksi tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012.

c. Untuk mengetahui bagaimana reliabilitas tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012.

d. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesukaran tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012.

e. Untuk mengetahui bagaimana daya pembeda tes ulangan akhir semester I kelas X SMA Negeri Banyumas mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012.

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Guru

Sebagai pedoman para guru agar bisa dijadikan sebagai motivasi dan referensi dalam pembuatan soal-soal ulangan akhir semester yang akan datang sehingga soal-soal yang dibuat lebih baik dan berkualitas. Dari soal-soal tersebut, guru bisa membuat bank soal. b. Bagi Peneliti

Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah keintelektualitas peneliti, juga sebagai bukti dan implementasi dari ilmu yang diterima di bangku kuliah.

(19)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Pada hakikatnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan auto kritik terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Dan untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dan hampir sama dari seseorang, baik dalam bentuk skripsi, buku dan dalam bentuk tulisan lainnya maka penulis akan memaparkan bentuk tulisan yang sudah ada.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapati karya ilmiah yang berupa penelitian tentang analisis soal di sekolah yang peneliti anggap mempunyai relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan. Ada beberapa bentuk tulisan penelitian yang akan penulis paparkan.

1. Skripsi yang disusun oleh Andi Ashari (1706500926)), Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti Tegal dengan judul “Uji Validitas Konstruk Soal Ulangan Akhir Semester I Mata Pelajaran Matematika Kelas VII SMP Negeri Se-Kecamatan Balapulang Tahun Pelajaran 2009/2010”. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Andi Ashari adalah untuk mengetahui apakah soal Ulangan Akhir Semester (UAS) I mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri se-kecamatan Balapulang tahun pelajaran 2009/2010 memenuhi validitas isi dan validitas konstruk. Simpulan dari penelitian ini adalah: Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) I mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri se-kecamatan Balapulang tahun pelajaran 2009/2010 memenuhi validitas isi dan validitas konstruk.

Judul dari skripsi peneliti adalah Analisis Soal Akhir Semester I Kelas X SMA Negeri Banyumas Mata Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012. Antara judul skripsi ini dengan judul skripsi

(20)

7 peneliti ada persamaannya, yaitu sama-sama membahas tentang soal ulangan akhir semester I.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi peneliti yaitu terletak pada soal, kelas, sekolah, tahun pelajaran dan tujuan penelitian yang diambil. Dalam skripsi ini tujuannya hanya untuk mengetahui validitas isi dan validitas konstruk saja, sedangkan tujuan skripsi peneliti adalah untuk mengetahui validitas isi, validitas konstruksi, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

2. Skripsi yang disusun oleh Dini Kurniawati (209821420929), Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang dengan judul ”Validasi Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Mata Pelajaran Geografi Semester 2 Kelas X di SMA Negeri Kepanjen Kabupaten Malang Tahun Ajaran 2007/2008”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas soal termasuk di dalamnya validitas kurikuler dan validitas item. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui tingkat kesukaran (TK), daya beda (DB), reliabilitas soal, dan untuk mengetahui kekuatan masing-masing opsi dalam soal (analisis opsi) khusus untuk mata pelajaran geografi. Hasil penelitian menunjukkan soal UAS geografi ini memiliki validitas kurikuler yang baik dan validitas item yang jelek. Proporsi distribusi tingkat kesukaran soal geografi adalah jelek sedangkan daya beda soal adalah cukup baik. Soal UAS Geografi ini memiliki hasil reliabilitas yang tinggi yaitu dengan hasil perhitungan 0,7423 baik untuk taraf kepercayaan 0,05 maupun 0,01. Pada analisis opsi diperoleh hasil yaitu sebagian besar soal memiliki distraktor yang jelek, artinya dari 4 distraktor yang disiapkan ada rata-rata 3 distraktor yang tidak berfungsi sama sekali dalam mengecoh peserta didik.

Terdapat persamaan antara judul skripsi ini dengan judul skripsi peneliti, yaitu sama-sama membahas soal ulangan akhir semester kelas X. Judul skripsi ini menggunakan kata validasi, sedangkan judul skripsi peneliti menggunakan kata analisis. Perbedaannya terletak pada soal, semester, mata pelajaran, sekolah dan tahun pelajaran yang diambil.

(21)

8 Untuk tujuan penelitian hampir sama hanya saja tujuan dalam skripsi ini terdapat satu tujuan lagi yaitu untuk mengetahui analisi opsi.

B. Kerangka Teoritik

1. Ulangan Akhir Semester

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan disebutkan bahwa ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Sedangkan ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Mengukur di sini berarti menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji pencaipaian kompetensi peserta didik dalam bentuk tes hasil belajar. Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama.1 Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua kompetensi dasar pada semester tersebut. Ulangan akhir semester ini bertujuan untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu. Dalam penelitian ini adalah mata pelajaran matematika.

2. Analisis Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik.2 Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh materi yang sebelumnya telah diajarkan oleh guru. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik.

1 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 259.

2

(22)

9 Sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, diantaranya adalah:3

a. Validitas b. Reliabilitas c. Objektivitas d. Praktikabilitas e. Ekonomis

Dalam penelitian ini akan dibahas tentang analisis kualitas tes hasil belajar yaitu validitas dan reliabilitas dan analisis butir soal tes hasil belajar yaitu tingkat kesukaran dan daya pembeda.

a. Analisis Kualitas Tes Hasil Belajar 1) Validitas

Validitas sering diartikan kesahihan.4 Validitas adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku.5 Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.

Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak

3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

hlm. 57.

4 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2001), hlm. 109.

5

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.137.

(23)

10 diukur.6 Validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti berikut.7

a) Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.

b) Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi.

c) Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi matematika belum tentu valid untuk bidang yang lain misalnya bidang mekanika teknik.

Validitas memiliki beberapa karakteristik, antara lain:8

a) Menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya.

b) Menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid atau tidak valid.

c) Tidak berlaku umum. Suatu tes matematika menunjukkan validitas tinggi untuk mengukur keterampilan menghitung, tetapi hanya sedang dalam mengukur kemampuan berpikir matematis, bahkan rendah dalam memprediksi keberhasilan dalam matematika untuk masa yang akan datang.

Ada dua unsur penting dalam validitas. Pertama, validitas menunjukan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang dan

6 Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 2011),

hlm. 122.

7 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2009), hlm. 31.

8

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 228-229.

(24)

11 ada yang rendah. Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Sebagaimana pendapat R.L. Thorndike dan H.P. Hagen bahwa “validity is always in relation to a specific decision or use”. Sementara itu, Gronlund mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi validitas hasil tes, yaitu:9

a) Faktor instrumen evaluasi

b) Faktor administrasi evalusai dan penskoran c) Faktor dari jawaban peserta didik

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes dan faktor yang berasal dari peserta didik yang bersangkutan.10

a) Faktor yang berasal dari dalam tes.

Beberapa sumber yang pada umumnya berasal dari faktor internal tes evaluasi di antaranya sebagai berikut.

1) Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.

2) Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi, terlalu sulit.

3) Item-item tes dikonstruksi dengan jelek.

4) Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima peserta didik.

5) Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.

6) Jumlah item tes terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel materi pembelajaran.

9 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.

247-248.

(25)

12 7) Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi peserta

didik.

b) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor. Faktor ini dapat mengurangi validitasi interpretasi tes evaluasi, khususnya tes evaluasi yang dibuat oleh guru. Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya berasal dari proses administrasi dan skor.

1) Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga peserta didik dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa.

2) Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan antara peserta didik yang belajar dengan yang melakukan kecurangan.

3) Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua peserta didik.

4) Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, misalnya pada tes esai, juga dapat mengurangi validitas tes evaluasi.

5) Peserta didik tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.

6) Adanya joki (orang lain bukan peserta didik) yang masuk dan menjawab item tes yang diberikan.

c) Faktor-faktor yang berasal dari jawaban peserta didik

Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban peserta didik daripada interpretasi item-item pada tes evaluasi. Sebagai contoh, sebelum tes para peserta didik menjadi tegang karena guru pengampu mata pelajaran dikenal killer, galak dan sebagainya sehingga peserta didik yang ikut tes banyak yang gagal. Contoh lain, ketika peserta didik melakukan tes penampilan keterampilan, ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga para peserta didik tidak dapat konsentrasi dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas instrumen evaluasi.

(26)

13 Validitas menurut pendapat beberapa ahli dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yakni: validitas konstruksi (construct validity), validitas isi (content validity), validitas prediktif (predictive validity), validitas rupa (face validity) dan validitas konkuren (concurrent validity). Dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai validitas isi dan validitas konstruksi.

a) Validitas Isi

Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah butir tes hasil belajar mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur.11 Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).12

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.13 Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut validitas kurikuler. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan soal dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.

Untuk menyusun instrumen tes yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah dipelajari peserta didik.14 Untuk mengetahui apakah

11 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 120. 12 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.

164.

13 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 67. 14

S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 129-130.

(27)

14 instrumen tes tersebut memiliki validitas isi atau tidak dapat dilakukan dengan membandingkan materi tes tersebut dengan analisis rasional yang dilakukan terhadap bahan-bahan yang seharusnya digunakan dalam penyusunan instrumen tes tersebut. Apabila materi tes tersebut telah cocok dengan analisis rasional yang dilakukan maka instrumen tes yang dianalisis telah memiliki validitas isi. Sebaliknya apabila instrumen tes tersebut tidak cocok dengan analisis rasional yang telah dilakukan maka instrumen tes tersebut tidak memiliki validitas isi.

Pembicaraan tentang validitas isi identik dengan pembicaraan tentang populasi dan sampel. Kalau saja keseluruhan materi pelajaran yang telah diberikan kepada peserta didik atau sudah diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik kita anggap sebagai populasi, dan isi tes hasil belajar dalam mata pelajaran yang sama kita anggap sebagai sampelnya, maka tes hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut dapat dikatakan telah memiliki validitas isi, apabila isi tes tersebut, dapat menjadi wakil yang representatif bagi seluruh materi pelajaran yang telah diajarkan atau telah diperintahkan untuk dipelajari15. Pengujian validitas isi dapat dilakukan menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrumen, meminta pertimbangan ahli dan analisis korelasi butir soal.16

Dalam pengujian validitas isi bisa dilihat juga dari ranah kognitifnya. Dalam penelitian ini soal akan dianalisis berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom.

Ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom meliputi enam jenjang kemampuan.17

15 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 164-165. 16 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 120.

(28)

15 1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali disebut juga aspek ingatan. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension)

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan adalah pemahaman. Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Peserta didik dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.

3) Penerapan atau aplikasi (application)

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut bisa berupa teori, ide atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi tersebut ke dalam suatu situasi yang baru disebut dengan aplikasi.18

4) Analisis (analysis)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraiakan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.

18

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 25.

(29)

16 5) Sintesis (synthesis)

Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat mengjasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisinya sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria, standar, atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Enam jenjang kemampuan ranah kognitif tersebut dapat digambarkan seperti piramida di bawah ini: Penilaian (Evaluation) Sintesis (Synthesis) Analisis (Analysis) Penerapan (Application) Pemahaman (Comprehension) Pengetahuan (Knowledge) Gambar 1.

Sistem Klasifikasi Bloom

Sedangkan kata kerja operasional yang menunjukkan enam ranah kognitif di atas adalah sebagai berikut:19

Tabel 1

Kata kerja operasional ranah kognitif pada Taksonomi Bloom Jenjang

kemampuan

Kata kerja operasional

Pengetahuan Menyebutkan kembali, menghafal, menunjukkan, menggarisbawahi,

19

Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2010), hlm. 40-42.

(30)

17 menyortir, menyatakan

Pemahaman Menjelaskan, mendeskripsikan, membuat pernyataan ulang, menguraikan, menerangkan, mengubah, memberikan contoh, menyadur

Penerapan Mengoperasikan, mendemonstrasikan, menghitung, menghubungkan, membuktikan, menghasilkan, menunjukan Analisis Membandingkan, mempertentangkan,

memisahkan, menghubungkan, membuat diagram/skema, menunjukan hubungan, mempertanyakan

Sintesis Mengategorikan, mengombinasikan, mengarang/menciptakan,

mendesain/merancang, menyusun kembali, merangkaikan, menyimpulkan, membuat pola

Penilaian Mempertahankan, mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, mendesain, mengatur, menyusun kembali, merangkaikan, menghubungkan, menyimpulkan, merancang, membuat pola, memberikan argumen

b) Validitas Kontruksi

Secara etimologis, kata konstruksi mengandung arti susunan, kerangka atau rekaan. Dengan demikian, validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaan.20 Borg dan Gall mendefinisikan: “Construct validity is the extent to which a particular test can be shown to measure hypothetical construct.”21

Secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan, kerangka atau rekaannya telah dapat dengan secara tepat

20 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 166. 21

Tedjo N. Reksoatmodjo, Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 194.

(31)

18 mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.22 Tentang istilah konstruksi dalam teori psikologis ini perlu dijelaskan, bahwa para ahli di bidang psikologis mengemukakan teori yang menyatakan bahwa jiwa dari seseorang peserta didik itu dapat dirinci ke dalam beberapa aspek atau ranah tertentu. Benjamin S. Bloom misalnya merincinya dalam tiga aspek kejiwaan yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.

Validitas konstruksi bukanlah dimaksudkan bahwa tes yang bersangkutan dipandang sudah baik susunan kalimat soalnya, atau urut-urutan butir nomor soalnya sudah runtut, melainkan bahwa tes hasil belajar baru dapat dikatakan telah memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal atau item yang membangun tes tersebut benar-benar telah dapat dengan secara tepat mengukur aspek-aspek berpikir sebagaimana telah ditentukan dalam tujuan instruksional khusus.

Validitas konstruksi mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Definisi atau konsep yang diukur berasal dari teori yang digunakan. Oleh karena itu, harus ada pembahasan mengenai teori yang menjadi dasar penentuan konstruksi suatu instrumen.

2) Reliabilitas

Keandalan (reliability) berasal dari kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang artinya dapat dipercaya. Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi.23 Reliabilitas berarti konsistensi di mana suatu instrumen menghasilkan hasil skor yang

22 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 166. 23 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 153-154.

(32)

19 sama.24 Reliabilitas alat ukur (instrumen) adalah ketetapan atau keajekan instrumen tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya.25 Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya.26 Berikut adalah pendapat para ahli mengenai reliabilitas:

a) Menurut Thorndike dan Hagen, reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang.

b) Hopkins dan Antes menyatakan reliabilitas sebagai konsistensi pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun sejumlah subjek.27

c) Conny Semiawan mengungkapkan bahwa pengertian reliabilitas menunjuk pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen.28

Dari beberapa definisi reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat. Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan menghasilkan ukuran yang

24 M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Petunjuk Praktis Penelitian Pendidikan

(Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm. 234.

25 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.

45.

26 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),

hlm. 4.

27 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 154. 28

Dewa Ketut Sukardi dan Nila kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori & Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 259.

(33)

20 sebenarnya. Alat ukur yang reliabel akan memberikan hasil pengukuran yang relatif stabil dan konsisten karena pengukurannya menghasilkan galat yang minimal.

Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Makin kecil kesalahan yang terjadi dalam pengukuran, maka semakin reliabel alat pengukur tersebut. Sebaliknya semakin besar kesalahan pengukuran maka semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.

Reliabilitas suatu tes pada umumnya dituliskan secara numerik dalam bentuk koefisien. Apabila koefisiennya tinggi maka menunjukan reliabilitas yang tinggi. Sebaliknya jika koefisiennya rendah maka reliabilitas tesnya rendah juga. Tidak reliabelnya suatu tes hasil belajar pada prinsipnya dapat dikatakan bahwa tes hasil belajar tersebut sia-sia, hal ini dikarenakan jika dilakukan pengetesan kembali maka hasilnya akan berbeda.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas (keandalan), diantaranya adalah:29

a) Luas tidaknya sampling yang diambil

Dengan semakin luasnya suatu sampling, maka tes hasil belajar akan semakin reliabel

b) Perbedaan bakat dan kemampuan peserta didik yang dites

Tes yang diberikan terhadap peserta didik dengan bakat dan kemampuan yang berbeda maka akan menghasilkan reliabilitas yang berbeda pula.

c) Suasana dan kondisi saat berlangsungnya tes.

Suasana dan keadaan saat berlangsungnya tes, seperti gaduh, tenang, banyak gangguan dapat mempengaruhi hasil dan reliabilitas dari tes tersebut.

29

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 141.

(34)

21 Ada beberapa cara untuk mengetahui reliabilitas suatu tes, diantaranya adalah:

a) Metode bentuk paralel (equivalent)

Pendekatan reliabilitas bentuk paralel dilakukan dengan memberikan sekaligus dua bentuk tes yang paralel satu sama lain, kepada sekelompok subjek.30 Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali sunstansi item yang ada dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan sama dan mempunyai petunjuk, cara skoring dan interpretasi yang sama.31

Berikut ini adalah langkah-langkah melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen:32

1) Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.

2) Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut. 3) Administrasikan hasilnya secara baik.

4) Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang kedua kalinya pada grup tersebut.

5) Korelasikan kedua hasil tes skor.

Menentukan korelasi antara tes pertama dan kedua menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

30

Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, hlm. 59.

31 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm.

129.

(35)

22 b) Metode tes ulang (test-retest method)

Metode yang jelas untuk mengetahui reliabilitas suatu tes adalah dengan cara memberikan tes itu dua kali kepada sekelompok individu yang sama.33 Metode pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan mengujikan sebuah perangkat tes hasil belajar kepada kelompok peserta uji coba yang sama sebanyak dua kali disebut dengan metode tes ulang. Hasil pengukuran kedua pengujian selanjutnya dikorelasikan.

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan metode tes ulang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen dua kali atau lebih kepada responden. Dalam hal ini, instrumennya sama, respondennya sama tetapi waktunya yang berbeda.34 Sebuah tes hasil belajar dikatakan reliabel apabila dua kali atau lebih pengujian menunjukan hasil yang stabil. Stabilitas ditunjukan oleh korelasi antara skor yang diperoleh dari kedua pengujian.35 Pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:36

1) Pada bulan November disajikan suatu bentuk tes misalnya tes matematika kepada peserta didik kelas X SMA.

2) Setelah beberapa waktu setelah tes pertama, misalnya saja pada bulan Desember tes matematika tersebut diteskan kembali kepada peserta didik kelas X SMA.

3) Skor perolehan dari kedua tes tersebut kemudian dikorelasikan untuk mengestimasi reliabilitas tes.

Menentukan korelasi antara tes pertama dan kedua menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

33 H. Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2007), hlm. 318.

34

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hlm. 354.

35 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 156. 36

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

(36)

23

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Jarak atau selang waktu antara tes pertama dengan tes kedua sebaiknya tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh. Jika terlalu dekat, hasilnya banyak dipengaruhi oleh ingatan peserta didik tentang jawaban yang diberikan pada saat pengukuran pertama. Sebaliknya, jika selang waktu terlalu lama bisa terjadi adanya suatu perubahan pengetahuan dan pengalaman peserta tes sehingga hal ini dapat mempengaruhi reliabilitasnya.

c) Metode belah dua (split-half method)

Reliabilitas belah dua ini, termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam tes. Reliabilitas belah dua ini pelaksanaanya hanya memerlukan waktu satu kali.37

Ada dua cara membelah butir soal, yaitu:38

1) Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil yang selanjutnya belahan ganjil-genap.

2) Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separuh jumlah pada nomor-nomor awal dan separuh pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal-akhir.

Dengan menggunakan metode belah dua dapat diperoleh ukuran reliabilitas dari sekali pemberian satu bentuk tes. Tes tersebut diberikan kepada sekelompok subjek, kemudian butir-butir tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sebanding. Setelah itu dicari skor tiap-tiap individu di kedua bagian itu dan dihitung koefisien korelasi kedua skor tersebut. Apabila setiap subjek mempunyai kedudukan yang serupa di kedua bagian tes tersebut,

37 Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan, hlm. 130.

(37)

24 maka tes tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi. Jika konsistensi kedudukan tersebut kecil, maka reliabilitas tersebut rendah.

Dalam metode belah dua ini ada beberapa formula untuk menghitung koefisien reliabilitas suatu tes, di antaranya adalah: 1) Formula Spearman-Brown

Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penentuan reliabilitas dengan menggunakan formula Spearman-Brown adalah sebagai berikut:

a) Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir soal pada belahan pertama yang dimiliki oleh masing-masing peserta tes. b) Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir soal pada belahan

kedua yang dimiliki oleh masing-masing peserta tes.

c) Menghitung koefisien korelasi “r” product moment dengan rumus:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

d) Menghitung koefisien reliabilitas tes dengan menggunakan rumus:

e) Memberikan interpretasi terhadap .

2) Formula Flanagan

Persamaan lain yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas belah dua adalah persamaan Flanagan yaitu:39

(

)

= reliabilitas tes

= varian belahan pertama

39

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

(38)

25 = varian belahan kedua

= varian total 3) Formula Rulon

Rulon merumuskan suatu formula untuk mengestimasi reliabilitas belah dua tanpa perlu berasumsi bahwa kedua belahan mempunyai varian yang sama. Formula Rulon dirumuskan sebagai berikut:40

Di mana:

= reliabilitas tes

= varian perbedaan skor kedua belahan = varian skor tes

= perbedaan skor kedua belahan d) Internal Konsistensi

Metode lainnya yang digunakan untuk menentukan reliabilitas adalah internal konsistensi yang berkaitan dengan unsur-unsur yang membentuk sebuah tes, yaitu soal-soal yang membentuk tes. Terdapat beberapa teknik dan persamaan yang digunakan untuk mencari reliabilitas dengan internal konsistensi yaitu:

1) Koefisien Alpha

Koefisien alpha dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:41 ( ) ( ∑ ) Di mana:

= banyaknya belahan tes

40 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, hlm. 72. 41 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, hlm. 78.

(39)

26 = varian belahan j; j = 1, 2, ...k

= varian skor tes 2) Kuder-Richardson

Adapun formula yang diajukan oleh Kuder-Richardson ada dua buah yang masing-masing diberi kode dan , yaitu: Rumus 42:

( ) (

∑ ) Di mana:

= reliabilitas tes secara keseluruhan = varian total

p = proporsi subyek yang menjawab benar pada suatu butir q = proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1-p) n = banyaknya item

∑ = jumlah hasil kali antara p dan q Rumus 43:

{ } {

} Di mana:

= koefisien reliabilitas tes

= banyaknya butir soal 1 = bilangan konstan

= rata-rata hitung dari skor total = varian total

3) Teknik Hoyt

Perhitungan koefisien reliabilitas menggunakan teknik Hoyt dilakukan dengan rumus berikut:44

42 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 100. 43 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 253.

(40)

27 Di mana: = koefisien reliabilitas = varian sisa = varian responden

b. Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar

Analisis butir soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun. Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu ke giatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban peserta didik untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Faedah mengadakan analisis butir soal adalah sebagai berikut:45

a. Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek.

b. Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.

c. Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan soal yang disusun.

1) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran (difficulty index) dapat didefinisikan sebagai proporsi peserta didik peserta tes yang menjawab benar.46 Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan

45 H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, hlm. 177-178. 46 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 99.

(41)

28 peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Dalam penyusunan instrumen tes perlu adanya keseimbangan dari tingkat kesukaran tes tersebut. Keseimbangan di sini adalah adalah adanya soal-soal yang termasuk dalam kategori mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal yakni penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk dalam kategori mudah, sedang dan sukar.

Perbandingan proporsi antara soal yang mudah, sedang dan sukar misalnya bisa dibuat 3-4-3. Ini berarti 30% soal kategori mudah. 40% soal kategori sedang dan 30% soal kategori sukar. Perbandingan lain misalnya, 3-5-2. Ini berarti tes tersebut terdiri dari 30% soal dengan kategori mudah, 50% kategori sedang dan sisanya 20% termasuk dalam kategori sukar.

Dalam menentukan kriteria soal (mudah, sedang, sukar) menggunakan keputusan dari pembuat soal berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, antara lain47:

a. Abilitas yang hendak diukur dalam pertanyaan tersebut. Misalnya dalam aspek kognitif, pengetahuan dan pemahaman termasuk dalam kategori mudah, penerapan dan analisis termmasuk dalam kategori sedang dan sintesis dan evaluasi termasuk dalam kategori sukar. b. Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan. Misalnya, fakta termasuk

kategori mudah, konsep dan prinsip termasuk kategori sedang dan generalisasi termasuk kategori sukar.

c. Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya. d. Bentuk soal.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan tingkat kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.

(42)

29

0,0 1,0

sukar mudah

Secara umum tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya proporsi menjawab benar, skala kesukaran linier dan indeks Davis.

a. Proporsi menjawab benar

Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan proporsi menjawab benar adalah:48

proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran ∑ banyaknya peserta tes yang menjawab benar

skor maksimum jumlah peserta tes b. Skala kesukaran linier

Skala kesukaran linier ini disusun dengan cara mentransformasikan nilai menjadi nilai z, di mana perubahan nilai menjadi nilai z itu dilakukan dengan berkonsultasi pada tabel nilai z. Langkah-langkah menentukan tingkat kesukaran dengan skala kesukaran linier adalah sebagai berikut:

1) Mengoreksi nilai kotor ( ) menjadi nilai bersih ( ) dengan menggunakan rumus:49

bersih kotor

alternatif atau option yang disediakan atau dipasangkan pada butir item yang bersangkutan.

48 Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes

Implementasi Kurikulum 2004, hlm. 12.

(43)

30 bilangan konstan

2) Mentransfomasikan nilai menjadi nilai z dengan berkonsultasi pada tabel kurva normal.

c. Indeks Davis

Dengan menggunakan indeks Davis maka derajat kesukaran item dibuat bergerak antara 0 sampai dengan 100. Dalam keadaan seperti ini tidak akan ada tanda minus.

Langkah-langkah menentukan tingkat kesukaran dengan indeks Davis adalah:

1) Mentransformasikan nilai menjadi nilai z dengan berkonsultasi pada tabel kurva normal.

2) Menghitung indeks Davis dengan rumus: D = 21,063 z + 50

2) Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes hasil belajar membedakan peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda berhubungan dengan derajad kemampuan butir membedakan dengan baik perilaku pengambil tes dalam tes yang dikembangkan. Daya pembeda harus diusahakan positif dan setinggi mungkin. Butir soal yang mempunyai daya pembeda positif dan tinggi berarti butir tersebut dapat membedakan dengan baik peserta didik yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah.50

Mengetahui daya pembeda item itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang dipegangi untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya anggapan, bahwa kemampuan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa butir-butir item tes hasil belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan peserta didik tersebut.

(44)

31 Angka yang menunjukakkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.

-1,00 0,00 1,00 daya pembeda daya pembeda daya pembeda negatif rendah tinggi

Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat dipergunakan dua macam rumus sebagai berikut:

Rumus pertama: ∑ ∑ Di mana:

indeks diskriminasi

∑ jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas ∑ jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah

jumlah peserta tes kelompok atas jumlah peserta tes kelompok bawah Rumus kedua:

Angka indeks diskriminasi item diperoleh dengan menggunakan teknik korelasi Phi dengan rumus:

√ Di mana:

angka indeks korelasi phi, yang dalam hal ini dianggap sebagai angka indeks diskriminasi item

proporsi peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas proporsi peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah

(45)

32 bilangan konstan

proporsi seluruh peserta tes yang menjawab benar proporsi seluruh peserta tes yang menjawab salah

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik pandai maupun bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua peserta didik baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik yang pandai saja.51

Dalam menghitung daya pembedat terdapat beberapa kejadian khusus yang harus diperhatikan:52

a. Bila data di tengah sama maka data yang sama dikeluarkan dari analisis.

b. Dalam hal jumlah peserta didik uji coba sangat banyak maka penentuan kelompok atas dan bawah adalah dengan mengambil 27% peserta didik yang memperoleh skor tertinggi sebagai kelompok atas dan 27% peserta didik yang memperoleh skor terendah sebagai kelompok bawah. Sebanyak 46% peserta didik di tengah distribusi dikeluarkan dan tidak dianalisis.

51 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 211. 52 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm. 107.

(46)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu penelitian

Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan peneliti untuk mulai megumpulkan data penelitian sampai menganalisis adalah selama 1 bulan setelah pelaksanaan ulangan akhir semester gasal yang dilakukan SMA Negeri Banyumas yaitu pada bulan Januari 2012.

2. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Banyumas yang terletak di Jl. Pramuka No. 13 Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas.

C. Sumber Data dan Jenis Data

Dalam penelitian kualitatif, sumber dan jenis data dibagi menjadi 4 macam, yaitu: kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto dan statistik.2 Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data paling utama dalam penelitian kualitatif, meskipun demikian, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber tertulis dan data statistik. Sumber tertulis yang

1 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 1. 2

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 157.

Gambar

Grafik dengan titik puncak (-1, -4) dan melalui titik (0, -3), persamaannya:
Tabel r Product Moment  N  Taraf Signifikan  N  Taraf Signifikan  N  Taraf Signifikan  5%  1%  5%  1%  5%  1%  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  0.997 0.950 0.878 0.811 0.754 0.707 0.666 0.632 0.602 0.
Tabel Hasil Jawaban Soal No 1 untuk menghitungn Daya Pembeda

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 512/menkes/per/IV/2007/tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran bab 1pasal 1 ayat 10 standar

- Setiap siswa mempelajari kerusakan yang terjadi dan melaksanakan perbaikan pada rangkaian sistem peneranganb.

Serta pelayanan publiknya pun masih sangat rendah dalam melakukan pelayanan-pelayanan kepada masyarakat kurangnya kebijakan atau peraturan yang ada dikantor kelurahan koya barat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) di dalam maupun di luar rumah kaca, menghitung nilai evapotranspirasi

Pelaksanaan kerja sama yang tercantum pada Pasal II dari Memorandum Saling Pengertian ini akan dilakukan dengan pengaturan pelaksanaan yang akan disepakati oleh Para

4.7 Hasil Analisa Statistik Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Siswa (aspek keterampilan mensintesis) Uji Coba Terbatas Siklus Kesatu sampai Siklus Keempat Di SDN

Sanksi pembayaran ganti kerugian dan instrumen hukum pengembalian kerugian keuangan negara terhadap pihak ketiga yang menerima hasil tindak pidana korupsi dengan

Persepsi yang muncul dari benak audience mengenai masing-masing program berita sore akan memperlihatkan bagaimana positioning program tersebut dengan program lainnya yang berada