PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) U N T UK M E N IN GK A TK A N H AS I L B EL A J A R S IS W A PAD A
POK OK B AHASAN K UB US DAN B ALOK DI K ELAS VI II SM P NEGER I 1 JORL ANG HAT ARA N T.A 2014/2015
Oleh:
Dian Rae sita Sitio NIM 411311101 9
Prog ra m Studi Pendidi kan M atemati ka
SK RIPSI
Diajukan Untu k M emenuhi Sya rat M empe ro leh Ge la r Sarjan a Pendidi kan
JURUSAN M AT EM AT IK A
FAK UL T AS MAT E MAT IK A DA N IL MU PE NG E T AH UAN AL AM UNIV ERS IT AS NEG ERI M ED AN
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 JORLANG HATARAN
T.A 2014/2015
Dian Raesita Sitio (NIM 4113111019) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (2) mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian yaitu kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Jorlang Hataran yang berjumlah 29 orang siswa. Objek penelitian adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang Hataran pada Tahun Ajaran 2014/2015
Pada awal penelitian dilakukan observasi terhadap hasil belajar siswa dan diperoleh data bahwa rata-rata tes awal awal siswa adalah 54,31. Setelah diberikan perlakuan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada pertemuan I sebesar 71,21. Ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Karena rata-rata hasil belajar siswa masih belum mencapai kriteria ketuntasa sekolah yaitu 75, maka dilakukan siklus II. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 81,03.
Hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Jorlang Hataran setelah diterapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning meningkat sebesar 16,90 yaitu dari 54,31 sehingga menjadi 71,21 yaitu pada siklus I dan meningkat sebesar 9,82 yaitu menjadi 81,03 pada siklus II. Menurut indeks Gain peningkatan rata-rata siswa adalah sebesar 0,54 yaitu pada kategori sedang. Sedangkan peningkatan ketuntasan klasikal yaitu sebesar 41,38% dari tes awal yang sebelumnya adalah 24,14% menjadi 65,52% pada siklus I, kemudian meningkat sebesar 20,68% Pada siklus II dengan ketuntasan kelas sebesar 80,20%.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Daftar Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 8
1.3.Batasan Masalah 8
1.4.Rumusan Masalah 9
1.5.Tujuan Penelitian 9
1.6.Manfaat Penelitian 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Pengertian Belajar 11
2.1.2. Pembelajaran Matematika 11
2.1.3. Hasil Belajar 12
2.1.4. Model Pembelajaran Problem Based Learning 13
2.1.4.1. Model Pembelajaran 13
2.1.4.2. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning 14
2.1.4.3. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning 15
2.1.4.4. Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning 16
vii
Learning 16
2.1.4.6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem
Based Learning 17
2.1.5. Kubus dan Balok 18
2.1.5.1. Mengenal Kubus dan Balok 18
2.1.5.2. Unsur-unsur pada Kubus dan Balok 19
2.1.5.3. Menggambar Kubus dan Balok 23
2.1.5.4. Jaring-jaring Kubus dan Balok 24
2.1.5.5. Luas Permukaan Kubus dan Balok 25
2.1.5.6. Volume Kubus dan Balok 26
2.1.5.7. Perubahan Volume Kubus dan Balok 27
2.1.5.8. Penerapan Kubus dan Balok 28
2.2. Kerangka Konseptual 28
2.3. Penelitian yang relevan 29
2.4. Hipotesis Tindakan 30
BAB III METODE PENELITIAN 31
3.1. Lokasi Penelitian 31
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 31
3.3. Jenis Penelitian 31
3.4. Prosedur Penelitian 32
3.5. Alat Pengumpul Data 36
3.6. Teknik Analisa Data 37
3.7. Indikator Keberhasilan Penelitian 40
BAB IV Hasil dan pembahasan 42
4.1 Hasil Penelitian 42
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 56
viii
BAB V Kesimpulan dan Saran 59
5.1 kesimpulan 59
5.2 Saran 59
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel Langkah-langkah Problem Based Learning 17
Tabel 3.1 Tabel Tingkat Penguasaan Siswa 39
Tabel 3.2 Tabel Kriteria penilaian observasi 40
Tabel 3.3 Tabel interpretasi Gain 40
Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Tingkat Kemampuan Pada Tes awal 42
Tabel 4.2 Tabel Gambaran persentase Ketuntasan Belajar Tes awal 42
Tabel 4.3 Tabel Deskripsi Tingkat Kemampuan THB I 45
Tabel 4.4 Tabel Gambaran persentase Ketuntasan THB I 45
Tabel 4.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Tes Awal Ke Siklus I 46
Tabel 4.6 Tabel Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I 46
Tabel 4.7 Tabel Deskripsi Tingkat Kemampuan THB II 53
Tabel 4.8 Tabel Gambaran persentase Ketuntasan Belajar THB II 53
Tabel 4.9 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II 53
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar kubus dan Balok 18
Gambar 2.2 Gambar Rusuk kubus dan Balok 19
Gambar 2.3 Gambar Bidang Balok 19
Gambar 2.4 Gambar Bidang Kubus 20
Gambar 2.5 Gambar Model Kerangka Balok 20
Gambar 2.6 Gambar Model Kerangka kubus 21
Gambar 2.7 Gambar Gambar Diagonal Bidang Kubus Dan Balok 22
Gambar 2.8 Gambar Diagonal Ruang Kubus dan Balok 22
Gambar 2.9 Gambar Bidang Diagonal Kubus dan Balok 23
Gambar 2.10 Gambar kubus dan Balok 23
Gambar 2.11 Gambar Jaring –Jaring kubus 24 Gambar 2.12 Gambar Jaring –Jaring Balok 24
Gambar 2.13 Gambar Volume Kubus 26
Gambar 2.14 Gambar Volume Balok 27
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 61
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 68
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 75
Lampiran 4. Rencana Pelakasanaan Pembelajaran IV 81
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 88
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 91
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III 94
Lampiran 8. Lembar Akktivitas Siswa IV 97
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LAS I 100
Lampiran 10. Alternatif Penyelesaian LAS II 102
Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LAS III 104
Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian LAS IV 105
Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Awal 106
Lampiran 14. Tes Awal 107
Lampiran 15. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 108
Lampiran 16. Penskoran Tes Awal 109
Lampiran 17. Lembar Validasi Tes Awal 112
Lampiran 18. Kisi-kisi Tes hasil Belajar I 115
Lampiran 19. Tes Hasil Belajar I 116
Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 117
Lampiran 21. Penskoran Tes Hasil Belajar I 121
Lampiran 22. Lembar Validasi Tes hasil Belajar I 123
Lampiran 23. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 126
Lampiran 24. Tes Hasil Belajar II 127
Lampiran 25. Alternatif Penyelesaian Tes hasil Belajar II 128
Lampiran 26. Penskoran Tes Hasil Belajar I 132
xii
Lampiran 28. Nama-Nama Validator 137
Lampiran 29. Lembar Observasi 138
Lampiran 30. Analisis Tes 151
Lampiran 31. Analisis Hasil Observasi Guru 157
Lampiran 32. Interpretasi Gain 1 161
Lampiran 33. Interpretasi Gain 2 162
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan
menuntut adanya suatu perubahan yang terjadi secara terus menerus. Perubahan
yang dilakukan berperan untuk menjadikan adanya perbaikan yang menjadi suatu
keharusan sebagai pencapaian tujuan kurikulum. Perubahan dapat dilakukan
dalam hal metode mengajar, buku-buku, alat-alat laboratorium, maupun
materi-materi pelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian,
memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang
diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Pendidikan membutuhkan banyak sarana dan tenaga kependidikan yang
baik untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Seperti yang disampaikan
oleh Hamalik (2013:3-4) bahwa:
“Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran, dan /atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap tenaga kependidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan supaya berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan”.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Salah satu hal yang menunjukkan pernyataan tersebut
adalah terlihat dari banyaknya jam pelajaran matematika di sekolah dibandingan
dengan bidang studi lain. Bidang studi matematika diberikan pada setiap jenjang
pendidikan untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia
2
Menurut Cornellius (dalam Abdurrahman, 2010 : 253) yang
mengemukakan,
“Ada lima alasan pentingnya belajar matematika yaitu karena matematika merupakan : (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan kehidupan sehari – hari (3) sarana mengenal pola – pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”
Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan siswa untuk
menguasai pelajaran matematika. Dalam proses belajar mengajar matematika
diperlukan minat dan motivasi siswa yang tinggi guna menunjang keberhasilan
pembelajaran matematika sehingga hasil belajar yang diperoleh tinggi. Namun
kenyataannya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih rendah.
Daryanto (2013:155) mengungkapkan bahwa,
“Hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk pengetahuan. Selain itu, ternyata matematika pun hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. Rasa takut terhadap pelajaran matematika (fobia matematika) sering kali menghinggapi perasaan para peserta didik dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi.”
Dalam pembelajaran matematika siswa cenderung kurang berminat dan
termotivasi belajar matematika. Siswa menganggap matematika itu sebagai mata
pelajaran yang membosankan dan sebagian besar siswa menjadikan matematika
itu sebagai momok yang menakutkan sehingga menyebabkan hasil belajar yang
belum maksimal. Selain membosankan, siswa juga menganggap bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Seperti yang diungkapkan oleh
Daryanto (2013:157),
3
Seperti masalah yang dikemukakan di atas, pada umumnya para siswa
kurang tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena kenyataannya dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Seperti yang
diungkapkan Trianto (2011:5-6),
“Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Oleh karena itu perlu perubahan paradigma pembelajaran dari yang semula berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered). Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.”
Menurut Abdurrahman (2003:251), “banyak orang yang memandang
matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua
orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari”. Namun, dalam kenyataannya mutu pendidikan di
Indonesia khususnya pendidikan matematika masih sangat rendah. Hal ini sejalan
dengan masih terus ditingkatkannya mutu pendidikan dengan segala macam
upaya seperti perubahan kurikulum secara berkala. Salah satu cara untuk melihat
mutu pendidikan matematika adalah dari tinggi rendahnya hasil belajar
matematika siswa di tingkat sekolah. Hasil belajar matematika siswa masih
tergolong rendah.
Rendahnya hasil belajar matematika ini terjadi di berbagai sekolah. Salah
satu sekolah yang hasil belajar matematikanya rendah adalah SMP Negeri 1
Jorlang Hataran. Nilai hasil ulangan semester genap yang diperoleh siswa masih
rendah. Hal ini diproleh dari hasil wawancara dengan salah satu guru matematika
SMP Negeri 1 Jorlang Hataran yaitu Ibu R. Panggabean, S.Pd. Ibu R.Panggabean
menerangkan bahwa minat belajar matematika siswa di SMP Negeri 1 Jorlang
Hataran masih rendah. Siswa sering merasa bingung saat ditanyai permasalahan
matematika, terlebih ketika ditanyai tentang pelajaran yang lalu, siswa cenderung
lupa dan kurang paham. Jika siswa sudah tidak mampu mengerjakan soal yang
4
usahanya sendiri, melainkan menunggu jawaban dari guru. Hal ini juga
menjadikan program pembelajaran cenderung mengalami keterlambatan.
Kebanyakan siswa tidak suka pelajaran matematika, hal itu terlihat dari keadaan
siswa yang tidak aktif dan tidak semangat ketika belajar matematika. Ketertarikan
siswa untuk menyelesaikan soal juga masih sangat jauh dari yang diharapkan.
Terutama pada saat siswa mengerjakan soal penerapan seperti berikut: Sebuah bak
penampungan air berbentuk kubus dengan panjang rusuk bagian dalam 80 cm.
Jika bak itu diisi penuh air yang mengalir dengan debit 4 liter/menit, berapa lama
kah bak tersebut akan penuh?
Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 Januari
2015 berupa tes diagnostik yang diberikan pada siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1
Jorlang Hataran yang berjumlah 29 siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa 7
siswa (24,14%) memperoleh nilai di atas 75, dan sebanyak 22 siswa (75,86%)
memperoleh nilai di bawah 75. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di
kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Jorlang Hataran terhadap matematika masih
rendah.Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa di kelas VIII SMP Negeri 1
Jorlang Hataran terhadap matematika masih kurang, sehingga hasil belajarnya
masih rendah karena jauh dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75.
Contoh masalah matematika yang membuat nilai matematika siswa
5
Siwa tidak mampu menyelesaikan permasalahan matematika di atas dan mereka
belum memahami dengan baik apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu untuk
memperoleh jawaban dari soal tersebut. Siswa tidak menjawab pertanyaan dengan
benar karena siswa tidak mencermati permasalahan soal. Siswa hanya mengalikan
dan membagikan angka-angka yang terdapat dalam soal tanpa memahami
konsep-konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut.
Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari proses
pembelajarannya. Sanjaya (2011:1) mengatakan,
“Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.”
Selain itu problematika dan kasus model pembelajaran juga
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Sagala (2013: 174) mengatakan,
“Pengalaman diantara pengajar dalam proses pembelajaran menunjukkan, bahwa ada pada beberapa sekolah model pengajarannya mengkondisikan muridnya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang kurang perlu seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menceritakan hal-hal yang tidak perlu, dan sebagainya. Sering pula ditemukan waktu kontak antara guru dengan murid tidak dimanfaatkan secara baik, guru lebih suka memaksakan kehendaknya dalam belajar muridnya sesuai keinginannya dan ada juga guru untuk memudahkan kerjanya meminta salah seorang muridnya untuk mencatat dipapan tulis kemudian murid lainnya mencatat apa yang dicatat dipapan tulis dan kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang perlu dan sebagainya.”
Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang Hataran, masih kurang tepat.
Hal ini dapat disimpulkan melalui hasil observasi penulis bahwa siswa kurang
aktif dalam menampilkan unjuk kerja siswa. Keadaan siswa pada kelas VIII SMP
Negeri 1 Jorlang Hataran justru menampilkan unjuk kerja dengan kuantitas yang
cenderung kecil atau sedikit. Proses pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak
menekankan pada aktivitas guru dari pada aktivitas siswa sehingga siswa kurang
6
masih kurang tepat. Hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan sekolah sehingga
dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar.
Dari permasalahan diatas, perlu diterapkan suatu model pembelajaran
matematika yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
siswa. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk hasil belajar siswa adalah
dengan membelajarkan siswa dengan model pembelajaran yang lebih
memberdayakan siswa agar berperan aktif dalam pembelajaran seperti model
pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) . Menurut
suprijono (2010:72) hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah
peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan, mengatasi masalah, dan
sebagainya.
Model Pembelajaran Problem Based Learning bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk
melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis serta mendapatkan
pengetahuan konsep-konsep penting , di mana tugas guru harus memfokuskan diri
untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Sehingga
dengan kemampuan yang akan diterima siswa dalam berpikir kritis membuat
siswa tidak mudah lupa akan materi yang baru saja mereka peroleh.
Pemilihan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran
berbasis masalah) ini juga adalah berdasarkan penelitian yang relevan. Lestari (2013) menyatakan, “Model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel
di kelas VIII SMP Karya Bunda Medan”. Fadillah (2013) juga mendukung dengan menyatakan bahwa “Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan bantuan media komputer microsoft power point di kelas VIII-3 SMP
Negeri 3 Sunggal dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika”.
Model Pembelajaran Problem Based Learning juga lebih unggul jika
dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya seperti Model pembelajaran
7
“Model Pembelajaran Problem Based Learning lebih unggul jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat memperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Peserta didik belajar secara aktif dengan sajian materi yang relevan dengan keadaan sebenarnya yang sering disebut student centered.”
Selain itu, alasan penulis untuk memilih penelitian dengan penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah karena penulis ingin
menerapkan suatu model yang berbeda dari pada model pembelajaran sebelumnya
di SMP Negeri 1 Jorlang Hataran. Demikian juga sebaliknya, SMP Negeri 1
Jorlang Hataran dipilih karena di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian
penerapam model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa . Problem Based Learning diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan rendahnya hasil belajar matematika yang akan
mengubah proses pembelajaran agar tidak lagi cenderung berpusat pada guru.
Rusman (2012: 245-246) mengatakan,
“Pembelajaran melalui pendekatan PBM merupakan suatu rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memberdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian hari. Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok. Langkah awal kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengajak siswa untuk memahami situasi yang diajukan baik oleh guru maupun siswa, yang dimulai dari apa yang telah diketahui oleh siswa.”
Pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning
dimulai dengan adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya
tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang perlu mereka ketahui untuk
memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan
sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok
sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada
siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman
8
merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
mengintrepretasi data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan
membuat laporan.
Dari uraian diatas peneliti tertarik ingin meneliti tentang, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok Kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang Hataran T.A 2104/2015”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah maka yang menjadi Identifikasi
Masalah adalah :
1. Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa masih rendah.
2. Siswa merasa matematika adalah pelajaran yang sulit.
3. Pembelajaran matematika cenderung berpusat pada guru.
4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan perlu
variasi tindakan diterapkannya model pembelajaran Problem Based
Learning dalam pengajaran matematika khususnya pada pokok bahasan
kubus dan balok.
1.3 Batasan Masalah
Dengan adaanya beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas,
dan dengan mengingat keterbatasan penulis, akan lebih baik jika dilakukan
pembatasan masalah supaaya pembahasan lebih terarah. Penelitian akan
diorientasikan untuk membahas tentang penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
pada pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang
9
1.4Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, dirumuskan permasalahan adalah:
1. Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan
hasil belajr matematika siswa dalam menyelesaikan soal kubus dan balok?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan kubus dan
balok setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran problem
based learning di kelas VIII SMP Negeri 1 Jorlang Hataran?
1.5Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan kubus dan balok setelah diajar dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning
1.6Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, melalui model pembelajaraan PBL diharaapkan siswa lebih
aktif dalam menyelesaikan permasalahan matematika sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Bagi guru, sebagai bahaan masukan matematika SMP mengenai model
pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai acuan untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian sejenis
59 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan Hasil Belajar Matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1
Jorlang Hataran. Ini dapat dilihat pada tes awal sebelum diberikan model
pembelajaran PBL rata-rata hasil belajar siswa adalah 54,31, hasil belajar
setelah tindakan I diberikan (siklus I) nilai rata – rata kelas adalah 71,21 dan tes hasil belajar siklus II, nilai rata – rata kelas adalah 81,03.
2. Peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 1
Jorlang Hataran setelah diterapkan Model Pembelajaran Problem Based
Learning meningkat sebesar 9,82 yaitu dari 71,21 pada siklus I sehingga
menjadi 81,03 pada siklus II. Menurut indeks Gain peningkatan rata-rata
siswa adalah sebesar 0,34 yaitu pada kategori sedang. Sedangkan
peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal yaitu sebesar 65,52% pada
siklus I dan Pada siklus II meningkat sebesar 20,84 % yaitu 86,20% .
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu
disampaikan yaitu:
1. Bagi guru khususnya guru matematika sebaiknya menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat membuat siswa menjadi lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran didalam kelas.
2. Bagi peneliti lanjutan yang berminat melakukan penelitian dengan objek
yang sama dengan penelitian ini, agar hasil dan perangkat penelitian ini
60
Problem Based Learning dalam proses pembelajaran pada materi kubus dan
balok atau pun pokok bahasan yang lain dan disarankan untuk
3. mengembangkan penelitian ini dengan mempersiapkan pembelajaran
dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang lebih baik dan
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2012). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia: Jakarta
Rusman, (2012). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media: Jakarta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Daryanto, (2013). Inovasi pembelajaran Efektif. Yrama Widya: Jakarta
Sugijono, Adinawan.(2007). Matematika Untuk SMP Kelas VIII, Penerbit Erlangga: Jakarta.
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Inplementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana: Jakarta.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta : Bandung