• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran tematik

a. Pengertian pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik disebut dengan integrated instruction, yang termasuk model pembelajaran terpadu, yang diartikan sebagai suatu sistem pembelajaran yang menekankan pada pengorganisasian materi yang saling dipadukan dalam sebuah tema, sehingga memperoleh pengalaman bermakna serta membantu peserta didik dalam memahami konsep menjadi mudah (Suwandayani, 2018). Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh (Ain & Kurniawati, 2012) bahwa pembelajaran tematik diartikan sebagai suatu sistem pembelajaran yang memungkin bahwa peserta didik baik secara kelompok maupun individual untuk aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan yang secara holistik, otentik, dan bermakna. Oleh karena itu, pembelajaran tematik dipilih pada peserta didik tingkat sekolah dasar karena memiliki karakteristik menarik untuk dikembangkan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran terpadu yang berpusat pada peserta didik dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran membentuk suatu tema, sehingga dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik tentang pembelajaran yang bermakna.

b. Prinsip pembelajaran tematik

Adapun prinsip pembelajaran tematik menurut (Ananda &

Fadhilaturrahmi, 2018) yaitu 1) Prinsip penggalian tema, yang merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik, 2) Prinsip pengelolaan pembelajaran, dimana guru harus mampu menempatkan diri sebagai mediator dan fasilitator dalam proses pembelajaran, 3) Prinsip evaluasi, yang pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan, dan 4) Prinsip

(2)

reaksi, dimana guru harus bereaksi terhadap aksi peserta didik dalam semua peristiwa.

Sedangkan menurut (Anshory et al., 2018) bahwa pembelajaran tematik dilandasi dengan beberapa prinsip yaitu 1) Humanisme, dimana manusia secara fitrah mempunyai bekal yang sama dalam upaya memahami sesuatu, 2) Progresifisme, dimana prinsip ini memandang perilaku manusia yang dilandasi minat dan motif tertentu, dan 3) Rekonstruksionisme, dimana manusia mempunyai kesamaan dan ciri khas masing-masing sebagai pribadi yang unik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pembelajaran tematik yaitu 1) Prinsip penggalian tema, 2) Prinsip pengelolaan pembelajaran, 3) Prinsip evaluasi, 4) Prinsip reaksi, 5) Prinsip humanisme, 6) Prinsip Progesifisme, dan 7) Prinsip Rekontruksionisme.

2. Karakteristik peserta didik kelas 1 sekolah dasar

Setiap peserta didik memiliki karakteristik atau ciri khas dari masing-masing individu. Hal ini yang menyebabkan bahwa anak memiliki keunikan yang tidak bisa disama-ratakan rahman. Oleh karena itu, salah satu tahap penting dalam proses perencanaan pembelajaran adalah melakukan analisis karakteristik peserta didik.

Karakteristik peserta didik sebagai salah satu tolak ukur bagi perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar didalam kelas. Oleh sebab itu, sebaiknya guru mendesain pembelajaran dengan memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik secara individu maupun kelompok.

Adapun ciri-ciri anak sekolah dasar kelas rendah (1, 2, dan 3) menurut (Laely, 2013) yaitu: (1) Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, (2) Anak suka memuji diri sendiri, (3) Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, maka hal itu dianggap tidak penting, dan (4) Anak suka membandingkan dirinya dengan hal yang lain.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebagai guru sebaiknya harus memahami ciri-ciri peserta didik terlebih dahulu, dalam rangka untuk kesiapan suatu pembelajaran. Langkah

(3)

awal yang dilakukan seorang guru adalah memberikan perhatian, dengan perhatian akan timbul ketertarikan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.

3. Model pembelajaran picture and picture

a. Pengertian model pembelajaran picture and picture

Pada proses pembelajaran seorang guru tidak hanya cukup menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi juga harus mempu menciptakan suasana pembelajaran yang penuh perhatian, sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih optimal dan efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru diminta mampu menentukan model pembelajaran yang akan digunakan.

Salah satunya model pembelajaran picture and picture ini, merupakan model pembelajaran yang kooperatif dan mengutamakan adanya kerja sama kelompok dengan menggunakan media gambar yang diurutkan dan dipasangkan menjadi urutan yang logis (Shoimin, 2017).

Model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002 oleh Agus Suprijono, yang mulai menyebar dikalangan guru di Indonesia. Selain itu (Huda, 2015) mengemukakan bahwa picture and picture termasuk strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran, dimana gambar tersebut digunakan sebagai media dipasangkan dan dirutkan secara logis.

Model pembelajaran ini melibatkan peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang memiliki karakteristik inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang dikemukakan oleh (Riyono & Retnoningsih, 2015).

Inovatif dimana setiap pembelajaran harus memberikan suatu hal yang baru, berbeda, dan dapat menarik perhatian peserta didik. Sedangkan kreatif dimana setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu dan dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara-cara yang telah dipilih atau ditentukan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwa model pembelajaran picture and picture merupakan suatu model pembelajaran yang mengandalkan

(4)

gambar sebagai media dalam proses pembelajaran, yang mana gambar- gambar tersebut menjadi faktor utama dalam suatu proses pembelajaran.

b. Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture

Penerapan model pembelajaran picture and picture ini, tidak hanya sekedar menerapkan saja tetapi ada beberapa langkah-langkah yang harus diperhatikan. Seperti yang dikemukakan oleh (Hamdani, 2011) langkah- langkah pelaksanaan model picture and picture yaitu: (1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) Menyampaikan pengantar pembelajaran, (3) Memperlihatkan gambar yang telah disiapkan, (4) Memanggil peserta didik secara bergantian untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis, (5) Menanyakan alasan logis urutan gambar, (6) Menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, dan (7) Kesimpulan.

Sedangkan (Huda, 2015) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran picture and picture yaitu: 1) Penyampaian kompetensi, 2) Presentasi materi, 3) Penyajian gambar, 4) Pemasangan gambar, 5) Penjajakan, 6) Penyajian kompetensi, dan 7) Penutup.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa langkah-langkah model pembelajaran picture and picture yaitu (1) Penyampaian kompetensi, (2) Penyampaian materi, (3) Penyajian gambar, (4) Pemasangan gambar, (5) Penjajakan, (6) Penanaman konsep, dan (7) Penutup.

c. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan maupun kekurangan masing-masing. Kelebihan model pembelajaran picture and picture menurut (Hamdani, 2011) yaitu: (1) Dapat mengetahui kemampuan tiap- tiap peserta didik, (2) Dapat melatih peserta didik untuk berfikir logis dan sistematis. Sedangkan menurut (Huda, 2015) mengemukakan bahwa kelebihan model picture and picture yaitu: (1) Guru dapat mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik, (2) Melatih berpikir logis dan sistematis, (3) Membantu peserta didik belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasa dengan memberikan kebebasan peserta didik

(5)

dalam praktik berpikir, (4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik, (5). Peserta didik dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Adapun model pembelajaran picture and picture memiliki kekurangan menurut (Huda, 2015) yaitu: (1) Memakai banyak waktu, (2) Banyak peserta didik yang pasif, (3) Guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas (4) Banyak peserta didik yang tidak senang apabila disuruh bekerja sama, (5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. Cara mengatasi kekurangan tersebut, pada saat membentuk kelompok dilakukan secara heterogen agar anak yang kurang aktif berinteraksi dengan anak yang aktif, begitu juga dengan anak yang kurang pandai dicampur dengan anak yang pandai.

Kekurangan model pembelajaran picture and picture menurut (Hamdani, 2011) yaitu: (1) Peserta didik banyak yang pasif dan (2) Memakan waktu yang banyak. Sedangkan kekurangan menurut (Aprudin, 2012) yaitu: (1) Sulit menemukan gambar yang sesuai dengan kompetensi, (2) Sulit menemukan gambar yang bagus sesuai dengan materi pelajaran, (3) Baik guru maupun peserta didik kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama, (4) Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan gambar yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelebihan model pembelajaran yaitu memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran serta melatih peserta didik untuk aktif, berfikir logis dan sistematis. Sedangkan kekurangannya model pembajaran ini memerlukan banyak waktu dan banyak peserta didik yang pasif jika tidak diperhatikan dengan baik oleh guru.

4. Permainan word connect a. Pengertian

Secara bahasa kata permainan berasal dari kata “main” yang mendapat imbuhan pe- dan akhiran–an. Kata permainan termasuk bentuk kata benda dari “main”, yang kata kerjanya “bermain”, sedangkan sebagai

(6)

kata benda “permainan” (game) atau mainan seperti dalam pernyataan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Bermain termasuk hal yang penting bagi seorang anak, yang mana permainan dapat melatih keterampilannya baik secara berulang-ulang dan dapat mengembangkan suatu ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya anak itu sendiri (Laely, (2013). Bagi anak-anak, bermain tidak hanya sekedar main-main saja, akan tetapi bermain termasuk salah satu bagian dari proses pembelajaran. Sebab, didalam bermain anak-anak dapat menerima banyak rangsangan sehingga dapat membuat diri anak-anak senang dan dapat menambah pengetahuan. Tidak ada cara yang lebih baik yang dapat merangsang perkembangan kecerdasan otak anak-anak, yang melalui kegiatan melihat, mendengar, merasakan dan meraba, yang semua itu dapat dilakukan melalui kegiatan bermain.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa main, bermain, dan permainan mempunyai keseragaman arti sebagai suatu aktivitas mencari kesenangan dan kepuasan dalam wujud objek konkret dan abstrak, dimana permainan merupakan kegiatan yang dilakukan pada masa kanak-kanak, berupa kegiatan yang menyenangkan dan mengasikkan (Yuliana et al., 2012).

Permainan itu sendiri merupakan fasilitas yang unik dan efektif bagi anak, sehingga anak-anak dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman.

Banyak kegiatan bermain yang dapat dilakukan oleh anak. Kegiatan yang dilakukan oleh anak sebaiknya disesuaikan dengan tahapan perkembangannya. Salah satu kegiatan bermain yang dapat dilakukan oleh anak usia 5–7 tahun adalah permainan kartu kata (Ernawati, 2019).

Word connect berasal dari dua kata bahasa Inggris yaitu “word” dan

“connect”. Kata “word” artinya kata, sedangkan “connect” artinya menghubungkan atau menyambung. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa word connect artinya penyambungan kata atau kata sambung, yang mana permainan word connect ini dimodifikasi dengan model pembelajaran picture and picture menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik.

Permainan ini dilakukan secara kelompok yang terdiri dari 4 peserta didik atau lebih yang bertujuan untuk menyusun kata. Permainan word

(7)

connect berupa kepingan beberapa kata yang sudah tersedia, kemudian peserta didik berusaha menyusun kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang urut dan logis. Kartu kata termasuk salah satu jenis media dua dimensi atau grafis. Kartu kata merupakan media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kartu yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu alat peraga yang berfungsi untuk mempermudah peserta didik dalam pemahaman materi pembelajaran. Kartu tersebut terbuat dari kertas AP berbentuk persegi dengan ukuran A5. Terdapat tulisan kata-kata dengan menyesuaikan gambar yang dibuat satu set (Rahmat & Heryani, 2014).

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa Word connect merupakan permainan kata yang cukup simpel dan menarik, dimana permainan ini diminta untuk menemukan kartu kata bergambar tersembunyi yang kemudian disusun menjadi sebuah kalimat yang lengkap dan tepat sesuai dengan gambar yang disediakan.

b. Langkah-langkah permainan word connect

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam sebuah permainan word connect, yaitu: (1) Nomor kepala, (2) Kotak box, (3) Kartu kata bergambar,

dan (4) Gambar. Adapun langkah-langkah permainan :

1. Guru dan peserta didik membentuk lingkaran di dalam kelas.

2. Guru menjelaskan ungkapan penyampaian terimakasih dan permintaan maaf itu seperti apa dan alasan kenapa mengucapkan kata tersebut.

3. Guru mengajak peserta didik untuk bermain permainan word connect.

4. Petunjuk permainan :

a) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok (tergantung dari jumlah peserta didik di kelas).

b) Setiap kelompok diminta untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing membentuk setengah lingkaran (duduk melingkar).

c) Setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor kepala.

(8)

d) Setelah itu, setiap kelompok diberi misteri kotak box yang didalamnya berisi soal gambar dan kartu kata yang sudah diacak.

e) Peserta didik dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal sesuai gambar dan mencari kartu kata sebagai jawaban yang cocok dengan gambar.

f) Kemudian peserta didik diminta untuk menyusun kartu kata agar menjadi sebuah kalimat yang berurut sesuai dengan gambar.

g) Setelah selesai mengerjakan, perwakilan dari kelompok maju kedepan untuk menempelkan kartu kata di papan tulis.

h) Bagi kelompok yang selesai terlebih dahulu menempelkan kartu kata, akan menjadi kelompok pemenang.

i) Guru memberikan reward kepada kelompok pemenang.

c. Kelebihan dan kelemahan permainan word connect

Permainan word connect ini merupakan permainan yang dimodifikasi dengan model pembelajaran picture and picture, kelebihan dari permainan word connect yaitu: (1) Permainan yang cukup simpel dan menarik, (2) Tidak membutuhkan peralatan yang khusus.

Adapun kelemahan dari permainan word connect yaitu: (1) Jika dalam penyedian media kartu kata kurang jelas (font, warna, gambar dan ilustrasi) maka menyebabkan menjadi kurang menarik dan cepat membosankan, (2) Hanya menekankan pada persepsi indra mata, jika media kartu kata diberikan ke peserta didik yang mengalami keterbatasan penglihatan akan kurang efektif begitu juga dengan peserta didik yang kesulitan dalam membaca.

5. Sintaks model picture and picture berbasis permainan word connect a. Tahap penyampaian kompetensi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang akan dicapai (orientasi).

b. Tahap penyampaian materi

Guru menyampaikan materi dengan jelas dan memotivasi siswa agar tetap fokus dalam setiap proses pembelajaran sebagai pengantar.

(9)

c. Tahap membentuk kelompok

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diminta untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing membentuk setengah lingkaran (duduk melingkar). Setelah itu, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor kepala.

d. Tahap mengamati gambar

Guru meminta peserta didik mengamati gambar yang ada didalam video scribe, gambar tentang kata ungkapan penyampaian terimakasih dan permintaan maaf.

e. Tahap presentasi gambar

Guru mempresentasikan gambar yang ada didalam video scribe dan memberikan contoh-contoh sesuai dengan konsep.

f. Tahap memberikan arahan

Guru memberikan arahan dengan memperkenalkan permainan word connect yang akan dilakukan. Setelah itu, guru menyampaikan cara permainan dan peraturan dalam permainan word connect kepada peserta didik. Adapun petunjuk permainan sebagai berikut :

1. Guru mengajak peserta didik untuk mengamati gambar dan kartu kata ungkapan penyampaian terimakasih dan permintaan maaf.

2. Guru mencontohkan kepada peserta didik cara menyusun kata dengan benar. Contoh kartu katanya :

Sumber: olahan peneliti

Yang akan disusun menjadi sebuah kalimat menyesuaikan dengan gambar :

(10)

Sumber: olahan peneliti

“Fatin meminta maaf kepada Iwan karena menghilangkan penghapusnya”.

3. Setiap kelompok diberi misteri kotak box yang didalamnya berisi soal gambar dan kartu kata yang sudah diacak.

4. Peserta didik dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal sesuai gambar dan mencari kartu kata sebagai jawaban yang cocok dengan gambar.

5. Kemudian peserta didik diminta untuk menyusun kartu kata agar menjadi sebuah kalimat yang berurut sesuai dengan gambar.

6. Setelah selesai mengerjakan, perwakilan dari kelompok maju kedepan untuk menempelkan kartu kata di papan tulis.

7. Bagi kelompok yang selesai terlebih dahulu menempelkan kartu kata, akan menjadi kelompok pemenang.

8. Model pap ini dikembangkan dalam bentuk permainan word connect. Tujuannya agar dapat mmenarik minat belajar peserta didik sehingga memudahkan peserta didik dalam belajar.

9. Permainan word connect dikemas dengan cukup simpel dan menarik serta peneliti akan memberikan petunjuk permainan word connect.

10. Terdapat kuis dalam bentuk soal evaluasi yang sesuai dengan materi, setelah melakukan permainan word connect.

g. Tahap pencantuman gambar

Peserta didik melakukan permainan word connect sesuai dengan tata cara yang disampaikan oleh guru. Kemudian peserta didik bersama kelompoknya melakukan permainan sampai selesai.

h. Tahap eksplorasi

Guru menanyakan alasan dari hasil mengurutkan kartu kata, dengan meminta perwakilan dari kelompok maju kedepan. Guru memberikan reward kepada kelompok pemenang.

(11)

i. Tahap penjelasan kompetensi

Guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dari permainan word connect.

j. Tahap akhir dan evaluasi

Peserta didik dikumpulkan membentuk lingkaran, kemudian peserta didik diminta menjawab pertanyaan yang disediakan untuk kegiatan refleksi, yaitu : 1) Kegiatan apa yang sudah dilakukan hari ini?, 2) Apakah kegiatan hari ini menyenangkan?, dan 3) Pada permainan word connect bagian mana yang kalian suka dan tidak suka?. Setelah itu, guru memberikan evaluasi kepada peserta didik terkait dengan kegiatan yang sudah dilakukan. Setelah itu, peserta didik dan guru menyimpulkan kegiatan yang sudah dilakukan bersama guru.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan model peneliti saat ini, yang akan diimplementasikan disekolah yang dituju. Beberapa kajian penelitian yang relevan menurut peneliti sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

No Nama Tahun Hasil Penelitian

1. Wiyati 2018 Penerapan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan kemampuan membaca, yang diperoleh dari data lembar observasi mulai dari pengamatan guru sebesar 92,5%, siswa sebesar 87,5%, dan hasil ulangan harian yang dilakukan sebesar 36,17%.

2. Fakih Islah Fadli

2019 Hasil uji keefektifan menunjukkan bahwa model picture and picture berbasis gambar berseri efektif dan layak, yang diperoleh data dari SDN Sinoman sebesar 4,267>1,78 SDN Geritan sebesar 4,225>1,73 dan SDN Widodokandang sebesar 4,17>1,78.

3. Sulistio Ernawati

2019 Penerapan permainan menyusun kata dengan media kartu kata efektif dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat siswa kelas 5 SD. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil nilai rata-rata post test, treatment, dan post test bahwa peningkatannya cukup signifikan yaitu selisih 11,96.

Penelitian (Wiyati, 2018) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar”. Persamaan peneliti

(12)

terdahulu dengan peneliti sekarang model pembelajaran yang digunakan sama yaitu model picture and picture serta subjeknya sama yaitu siswa kelas 1 SD. Sedangkan perbedaannya jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) berbeda dengan peneliti yang menggunakan penelitian pengembangan atau research and development (R&D), dan penelitian terdahulu penerapan model picture and picture melalui gambar, sedangkan peneliti yang akan dilakukan pengembangan model pap melalui permainan word connect.

Penelitian kedua dilakukan oleh (Fadli, 2019) dengan judul

“Pengembangan Model Pembelajaran Picture and Picture Berbasis Gambar Berseri untuk Meningkatkan Menulis Narasi di Sekolah Dasar”. Persamaan peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang menggunakan model pembelajaran picture and picture dan Jenis penelitiannya sama yaitu pengembangan atau research and development (R&D). Sedangkan perbedaannya model picture and picture berbasis gambar berseri, sedangkan peneliti yang akan dilakukan pengembangan model picture and picture melalui permainan word connect.

Penelitian ketiga dilakukan oleh (Ernawati, 2019) dengan judul

“Keefektifan Permainan Menyusun Kata dengan Media Kartu Kata untuk Meningkatkan Kemapuan Membuat Kalimat dalam Bahasa Mandarin Siswa Kelas 5 SD Tunas Harum Bangsa Semarang”. Persamaan peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang menggunakan permainan menyusun kata (word connect) dan media yang digunakan media kartu kata.

Sedangkan perbedaannya Penelitian ini menggunakan pre-experimental designs dengan one-group pretest-posttest design berbeda dengan peneliti yang menggunakan penelitian pengembangan atau research and development (R&D) dan penelitian terdahulu permainan menyusun kata dengan media kartu kata, sedangkan peneliti sekarang pengembangan model picture and picture melalui permainan word connect.

(13)

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Kondisi Ideal :

1. Model pembelajaran yang bervariasi sangat dibutuhkan untuk mendukung kualitas pembelajaran.

2. Semua peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Kondisi Faktual :

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah dan kurang menyesuaikan dengan kondisi peserta didik.

2. Proses pembelajaran kurang kondusif dikarenakan masa transisi dari taman kanak- kanak ke sekolah dasar.

3. Sebagian peserta didik masih kesulitan dalam membaca dan menulis.

Analisis Kebutuhan

Pengembangan model pembelajaran picture and picture berbasis permainan word connect pada pembelajaran tematik.

Model Pengembangan

Model ADDIE yang terdiri dari tahapan Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation.

Instrumen Penelitian 1. Instrumen observasi 2. Instrumen

wawancara 3. Instrumen angket

Hasil yang diharapkan

Modifikasi Model Picture And Picture Berbasis Permainan Word Connect pada Pembelajaran Tematik untuk Siswa Kelas 1 SD

Teknik Analisis Data 1. Kualitatif (kritik dan

saran)

2. Kuantitatif (angket penilaian dan respon peserta didik) Teknik

Pengumpulan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Angket 4. Dokumentasi

Referensi

Dokumen terkait

Masing-masing siswa diberi satu kartu (ada yang mendapat kartu pertanyaan dan ada siswa yang mendapat kartu jawaban). Siswa yang mendapatkan pertanyaan mencari pasangan kunci jawaban

Operasi hitung pembagian dengan kartu bilangan berarti memindahkan (memasukkan atau mengeluarkan) kartu yang mewakili

3) Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang

1) Pengenalan huruf dilakukan dengan menggunakan kartu huruf. Hal ini dapat membantu siswa meningkatkan kelancaran cara mengenali kartu huruf dan pelafalan huruf. 2)

Adapun langkah-langkah make a match dalam (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009: 46) yaitu: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok

Kemudian pada langkah 5 yaitu membacakan soal secara acak dan meminta siswa menuliskan jawabannya di dalam kartu atau kotak, ini sesuai dengan indicator minat ke 3

Dengan pembiasaan ucapan tersebut secara terus menerus yang dilakukan di sekolah maupun di rumah, maka kebiasaan- kebiasaan peserta didik dalam mengucapkan tolong, maaf

2.10 Yellow Box Juction YBJ Yellow Box Juction adalah marka jalan berupa kotak kuning berbentuk bujursangkar yang ditempatkan di perempatan jalan dengan 2 garis diagonal berpotongan