• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.IA Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.IA Tahun 2018"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-111699.16/2013/PP/M.IA Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2013

Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi Pajak Masukan Masa Januari 2013 sebesar Rp2.221.375,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Terbanding : Bahwa Terbanding mengenakan Sanksi Kenaikan 100% Pasal 13 ayat (3) UU KUP karena dalam hasil pemeriksaan tersebut menghasilkan "PPN yang kurang dibayar", sebagai akibat dari adanya "Kelebihan Pajak yang sudah Dikompensasikan ke Masa Pajak Berikutnya" yang lebih besar dari semestinya;

bahwa atas pengenaan Sanksi Kenaikan 100% Pasal 13 ayat (3) UU KUP Masa Pajak Januari 2013 sebesar Rp19.905.034. Pemohon Banding mengajukan banding atas sebagian sanksi tersebut yaitu sebesar Rp2.221.375;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pengenaan sanksi tersebut. Pemohon Banding berargumen bahwa Pemohon Banding berada dalam posisi lebih bayar. Merujuk pada pemahaman Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP bahwa sepanjang tidak terdapat PPN yang tidak atau kurang dibayar, maka menurut Pemohon, sanksi administrasi berupa kenaikan 100% berdasarkan Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP tidak dapat dikenakan, mengingat sanksi tersebut hanya dikenakan atas pajak yang tidak atau kurang dibayar. Pemahaman ini juga telah diperkuat melalui surat DJP No.S-253/PJ.532/2000 tanggal 18 Februari 2000;

bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 16, Pasal 1 angka 18, dan Pasal 1 angka 19 UU KUP, dapat diketahui bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) diterbitkan apabila ditentukan jumlah pokok pajak lebih besar daripada jumlah kredit pajak, Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) diterbitkan apabila ditentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, sedangkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) diterbitkan apabila ditentukan jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang;

bahwa untuk menentukan jenis Surat Ketetapan Pajak apakah termasuk kurang bayar, lebih bayar, atau nihil, maka unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah menentukan jumlah pokok pajak/pajak yang terutang dan menentukan kredit pajak;

bahwa untuk menentukan jumlah kredit pajak dalam Surat Ketetapan Pajak untuk PPN, dalam Pasal 1 angka 23 UU KUP diatur bahwa :

“Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang”;

bahwa merujuk pada Pasal 1 angka 16, Pasal 1 angka 18, Pasal 1 angka 19, dan Pasal 1 angka 23 UU KUP, maka penghitungan untuk menentukan jenis Surat Ketetapan Pajak PPN atas Masa Pajak Januari 2013 adalah sebagai berikut:

No Uraian Menurut

SPT (Rp)

Menurut Pemeriksaan

(Rp)

Koreksi (Rp) 1. Pokok Pajak/ pajak yang

terutang

1.256.061.482 1.256.061.482 0

2. Kredit Pajak:

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan

4.560.828.892 4.540.923.858 19.905.034 dikurangi pengembalian

pendahuluan kelebihan pajak

0 0 0

Dikurangi pajak yang telah dikompensasikan

3.304.767.410 3.304.767.410 0

Jumlah kredit pajak (a-b-c) 1.256.061.482 1.236.156.448 19.905.034 3. Pajak kurang/ (lebih)

dibayar (1-2)

0 19.905.034 19.905.034

bahwa berdasarkan penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa jumlah pokok pajak/ pajak yang terutang yang ditentukan lebih besar daripada kredit pajak ditentukan sehingga sesuai dengan ketentuan yang harus diterbitkan adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;

bahwa dari aturan Pasal 13 ayat (1) huruf c dan Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP, dapat dilihat bahwa pengertian kurang bayar dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP merujuk pada Pasal 13 ayat (1) huruf c UU KUP, jadi pengenaan sanksi kenaikan 100% Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP merujuk kepada adanya kurang bayar pada Pasal 13 ayat (1) huruf c UU KUP yaitu kurang bayar karena adanya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);

bahwa jumlah pajak yang kurang bayar merupakan akibat dari adanya PPN yang tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajaknya sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (1) UU KUP, sehingga sesuai dengan Pasal 13 ayat (3) UU KUP dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%

(seratus persen) dari PPN yang tidak atau kurang dibayar tersebut;

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka argumentasi Pemohon Banding bahwa Pemohon Banding berada dalam posisi lebih bayar sehingga tidak perlu dikenakan sanksi kenaikan Pasal 13 (3) KUP adalah tidak tepat karena tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana di atur dalam Pasal 1 angka 16, Pasal 1 angka 18, Pasal 1 angka 19, dan Pasal 23 UU KUP, sebagaimana telah dijabarkan penghitungannya dalam penjelasan di atas;

bahwa terhadap argumentasi Pemohon Banding bahwa argumentasi Pemohon Banding diperkuat dari Pemahaman melalui surat DJP No.S-253/PJ.532/2000 tanggal 18 Februari 2000, Terbanding menyampaikan tanggapan sebagai berikut:

bahwa surat DJP No.S-253/PJ.532/2000 tanggal 18 Februari 2000 ditujukan kepada pihak tertentu saja sehingga surat tersebut tidak dapat dijadikan dasar hukum;

bahwa melihat isi dari surat tersebut dapat diketahui terkait dengan kelebihan bayar PPN yang dimintakan restitusi sehingga tidak ada pengenaan Sanksi Kenaikan 100% Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebagaimana disebutkan dalam surat tersebut. Dengan demikian surat tersebut tidak relevan dengan pokok sengketa yang diajukan oleh Pemohon Banding mengingat dalam SPT Masa PPN yang dilaporkan oleh Pemohon Banding, atas kelebihan pajaknya dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengenaan Sanksi Kenaikan 100% Pasal 13 ayat (3) UU KUP telah tepat dan telah sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku, sehingga Terbanding memohon kepada Majelis Hakim untuk menolak permohonan banding Pemohon Banding dan mempertahankan pengenaan Sanksi Kenaikan 100% Pasal 13 ayat (3) UU KUP;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menurut Pemohon Banding

: Bahwa merujuk pada Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP dan mengingat SPT Masa PPN Januari 2013 Pemohon Banding berada dalam posisi lebih bayar, sehingga tidak terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar, maka menurut Pemohon Banding dalam hal ini sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% tidak dapat dikenakan terhadap Pemohon Banding;

bahwa pemahaman ini juga telah diperkuat melalui Surat DJP Nomor: S-253/PJ.532/ 2000 tanggal 18 Februari 2000, dimana dalam surat tersebut, Direktur Jenderal Pajak telah memberikan penegasan bahwa apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata SPT Masa PPN Wajib Pajak masih dalam posisi lebih bayar, maka sanksi administrasi berupa kenaikan 100% tidak dikenakan dan seharusnya dibatalkan;

bahwa Surat DJP Nomor: S-253/PJ.532/2000, butir 6 (c) :

"Apabila dari hasil pemeriksaan setelah memperhitungkan koreksi Faktur Pajak karena tidak lengkap (cacat) atau tidak memenuhi syarat yang ditentukan Undang-undang ternyata SPT Masa PPN pihak pembeli masih dalam posisi Lebih Bayar maka sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% tidak dikenakan."

bahwa Pasal 13 ayat (3) huruf (c ) UU KUP menyatakan:

" Jumlah Pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:

(a) 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar"

Penjelasannya :

“ Ayat ini mengatur sanksi administrasi dari suatu ketetapan pajak karena melanggar kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d. Sanksi administrasi berupa kenaikan merupakan suatu jumlah proporsional yang harus ditambahkan pada pokok pajak yang kurang dibayar”;

bahwa Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-32/PJ.3/1988 tanggal 28 Juli 1988 (Lampiran-2) tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerbitan Ketetapan Pajak (Seri PPN-124), pada butir 8 disebutkan:

“Jika dalam penerapan S.K. Menteri Keuangan Nomor : 465/KMK.01/1987 telah diterbitkan SKP untuk beberapa Masa Pajak dan diantara Masa Pajak tersebut dalam SKP terdapat kelebihan yang seharusnya tidak dikompensasikan maka atas kelebihan pajak tersebut tidak dikenakan sanksi kenaikan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.

Tetapi kelebihan pajak yang terjadi dalam Masa Pajak terakhir dari Masa Pajak tersebut dalam SKP maka atas kelebihan pajak yang tidak seharusnya dikompensasikan tersebut dikenakan sanksi Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.

bahwa Surat Edaran ini diterbitkan dikarenakan adanya ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

465/KMK.01/1987 yang membenarkan penerbitan 1 SKP dalam untuk Masa Pajak. Dalam SE No 32 dijelaskan bahwa Pasal 13 ayat (3) UU KUP tidak dikenakan dimasih ada kelebihan pembayaran pajak dalam masa pajak berjalan. Sanksi Kenaikan 100% hanya dikenakan pada akhir masa pajak jika masih dilakukan kompensasi;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Majelis : Bahwa menurut Terbanding, pengenaan Sanksi Kenaikan sebesar 100% sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 13 ayat (3) UU KUP, dikarenakan berdasarkan hasil pemeriksaan, terdapat PPN yang kurang dibayar sebagai akibat dari adanya kelebihan jumlah pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya melebihi jumlah berdasarkan hasil pemeriksaan;

bahwa menurut Pemohon Banding, berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP dan mengingat SPT Masa PPN Januari 2013 berada dalam posisi lebih bayar, maka tidak terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar, oleh karena itu sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% tidak dapat dikenakan;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berkas sengketa, penjelasan para pihak serta hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang diserahkan oleh para pihak dalam persidangan, diuraikan sebagai berikut:

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 (selanjutnya disebut dengan UU KUP), antara lain diatur sebagai berikut:

Pasal 1:

23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

bahwa Majelis berpendapat, perhitungan kredit pajak Masa Januari 2013 menurut Terbanding telah didasarkan pada data yang terdapat dalam SPT Masa PPN yang dilaporkan oleh Pemohon Banding dan telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU KUP,

bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas pengenaan sanksi kenaikan Pasal 13 Ayat (3) UU KUP, namun dalam Surat Bandingnya secara eksplisit dinyatakan jumlah PPN yang masih harus/(lebih) dibayar menurut Pemohon Banding adalah sebagai berikut:

Uraian Cfm Terbanding

(Rp)

Cfm Pemohon Banding

(Rp)

Sengketa (Rp) Penghitungan PPN Kurang

Bayar

a. Pajak Keluaran dipungut 1.256.061.482 1.256.061.482 0 b. Dikurangi:

b.1. Pajak Masukan diperhitungkan

4.540.923.858 4.543.145.233 2.221.375

b.2. Lain-lain 0 0 0

b.3. Jumlah (b.1 + b.2) 4.540.923.858 4.543.145.233 2.221.375 c. Jumlah Pajak dapat

diperhitungkan

4.540.923.858 4.543.145.233 2.221.375

d. PPN Kurang Bayar (a-c) (3.284.862.376) (3.287.083.751) 2.221.375 Kelebihan Pajak yang sudah:

a. Dikompensasikan ke Masa berikutnya

3.304.767.410 3.304.767.410 0

b. Jumlah (a) 3.304.767.410 3.304.767.410 0

PPN yang Kurang dibayar 19.905.034 17.683.659 2.221.375

Sanksi Administrasi:

a. Kenaikan Pasal 13 (3) KUP 19.905.034 17.683.659 2.221.375

Jumlah PPN harus dibayar 39.810.068 35.367.318 4.442.750

bahwa berdasarkan tabel tersebut, Majelis berpendapat secara substantive Pemohon Banding mengakui dan membenarkan pengenaan sanksi kenaikan berdasarkan Pasal Pasal 13 Ayat (3) UU KUP, sedangkan yang diajukan banding sebenarnya hanya terkait jumlahnya yang berkaitan dengan pokok sengketa;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pokok sengketa, Majelis berkesimpulan untuk membatalkan koreksi Terbanding dan mengabulkan banding Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan sanksi kenaikan berdasarkan 13 Ayat (3) UU KUP yang dikenakan oleh Terbanding sebesar Rp2.221.375,00 harus dibatalkan;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menimbang : Bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding, sehingga Pajak Pertambahan Nilai Masukan Masa Pajak Januari 2013, dihitung kembali sebagai berikut

Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-00013/KEB/WPJ.22/2017 tanggal 16 Januari 2017, tentang keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Januari 2013 Nomor: 00231/207/13/431/15 tanggal 27 November 2015, atas nama: PT. xxx, NPWP: xxx, beralamat di xxx, sehingga jumlah yang masih harus dibayar adalah sebagai berikut :

Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Pajak Keluaran

Kredit Pajak

Jumlah perhitungan PPN Kurang/(lebih)Bayar Kelebihan pajak yang sudah dikompensasikan ke Masa berikutnya

Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Dibayar Sanksi Administrasi: Kenaikan pasal 13 ayat (3) KUP

Jumlah Pajak Pertambahan Nilai harus dibayar

Rp 12.560.615.013,00 Rp 1.256.061.482,00 Rp 4.543.145.233,00 Rp 3.287.083.751,00 Rp 3.304.767.410,00 Rp 17.683.659,00 Rp. 17.683.659,00 Rp. 35.367.318,00

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Senin tanggal 5 Februari 2018, oleh Hakim Majelis IA Pengadilan Pajak, dengan susunan Hakim Majelis IA dan Panitera Pengganti sebagai berikut:

ABC, Ak, MSi DEF, S.E., Ak, MBT GHI, S.H., M.Kn.

Dengan dibantu oleh JKL, S.H.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis IA pada hari Senin tanggal 26 Maret 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti, dihadiri oleh Terbanding dan tidak dihadiri oleh Pemohon Banding

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Terbanding melakukan Koreksi atas Biaya Overhead Site-Rekreasi yaitu biaya dalam rangka kunjungan QWE (QWE) karena QWE merupakan salah satu pemegang saham sebesar 5%

bahwa dari hasil pemeriksaan Majelis atas data yang ada di dalam berkas banding diperoleh petunjuk bahwa penetapan nilai pabean yang dilakukan oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen pada

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.45933/PP/M.III/15/2013 tanggal 27 Juni 2013 diberitahukan

Bahwa apabila menurut Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) persediaan akhir 2007 telah disampaikan dalam SPT Masa PPN 2008, dan atas SKP/pemeriksaan tahun pajak

bahwa Terbanding berpendapat berdasarkan pemeriksaan terhadap SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2013, diketahui tidak terdapat pelaporan atas objek sewa

bahwa Pemohon Banding mengemukakan, berdasarkan penjelasan tersebut maka atas pembayaran biaya bunga obligasi yang dilakukan oleh Bank CC Cabang BB kepada pemegang obligasi

bahwa berdasarkan Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 113/KMK.03/2002 tanggal 28 Maret 2002 Tentang Perlakuan Perpajakan Atas Penghasilan Kena Pajak

bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan tidak tepat karena data yang diperoleh Terbanding tidak berdasarkan data bukti yang ada yang diberikan pada waktu pemeriksaan