• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.XVIIIB Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.XVIIIB Tahun 2018"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.109167.15/2013/PP/M.XVIIIB Tahun 2018 Jenis Pajak :PPh Badan

Tahun Pajak :2013

Pokok

Sengketa

:bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah sebesar Rp10.196.000.575,00, dengan pokok sengketa koreksi Biaya Usaha sebesarRp10.196.000.575,00, yang tidak dapat disetujui oleh Pemohon Banding;

1. Koreksi Biaya Usaha sebesar Rp10.196.000.575,00;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Pemeriksaan Majelis

:bahwa Majelis tidak mempertimbangkan argumentasi atau pendapat para pihak yang menjadi dasar pendiriannya selama proses penyelesaian sengketa ini yang tidak ada hubungan atau tidak dapat dihubungkan dengan materi pokok sengketa;

bahwa Majelis dalam memeriksa dan memutus sengketa banding ini tidak mempertimbangkan dan memutus hal lain diluar Keputusan Terbanding Nomor KEP-01437/KEB/WPJ.07/2016 tanggal 26 September 2016 yang merupakan obyek pemeriksaan sengketa banding ini meskipun hal tersebut tercakup dalam permohonan yang diajukan Pemohon Banding;

a. Menurut Terbanding;

bahwa Terbanding dalam Penjelasan Tertulis Pengganti Surat Uraian Banding Nomor S- 869.SUB/WPJ.07/2017 tanggal 2 Agustus 2017, keterangan tambahan baik tertulis maupun pernyataan secara lisan, dan bukti-bukti yang disampaikan di persidangan pada intinya menyatakan hal-hal sebagai berikut :

bahwa dasar hukum Terbanding dalam melakukan koreksi adalah;

1) Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP);

2) Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 18 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Undang-Undang PPh);

3) Pasal 14 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011 tanggal 11 November 2011 tentang Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa;

4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2013 tanggal 1 Juli 2013 tentang Pedoman Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, Lampiran Bab IV Hal-hal khusus terkait Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;

5) Lampiran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE- 50/Pj/2013 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan lstimewa terkait Langkah Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha atas Transaksi Jasa Intra- Grup hal. 24 -26;

bahwa koreksi Biaya Usaha sebesar Rp10.196.000.575,00 adalah merupakan koreksi atas pembayaran komisi penjualan kepada pihak afiliasi, yaitu kepada Premium Oil Fats QWE (di luar negeri). Pemohon Banding tidak dapat membuktikan eksistensi serta manfaat ekonomis dari beban komisi penjualan tersebut. Koreksi tersebut berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan Terbanding yang pada intinya sebagai berikut;

1) menurut Pemohon Banding, kegiatan yang dilakukan adalah terkait dengan fungsi pemasaran dimana pihak afiliasi akan mencari pembeli, melakukan penilaian atas kelayakan kredit, mendapatkan penawaran dan harga penjualan terbaik, melakukan negosiasi harga serta berfungsi sebagai penghubung dengan pihak pembeli, juga melakukan promosi, analisis pasar, penelitian pasar, penentuan strategi pasar, sales planning, control marketing, bussines planning, serta melakukan fungsi penagihan kepada pelanggan. Pemohon Banding memberikan perjanjian / kontrak terkait kegiatan tersebut namun belum bisa menunjukkan apakah hal-hal yang diatur dalam perjanjian tersebut telah terlaksana;

2) seluruh penjualan Pemohon Banding berada di dalam negeri sehingga tidak lazim apabila fungsi marketing dilakukan di luar negeri, seperti melakukan negosiasi harga serta menentukan harga jual kepada customer;

sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayaran komisi penjualan kepada pihak afiliasi tidak memenuhi kewajaran serta kelaziman atas transaksi hubungan istimewa, karena tidak terdapat eksistensi serta azas manfaat atas biaya tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh;

bahwa berdasarkan ketentuan PER-32/PJ/2011 dan PER-22/PJ/2013, jika jasa tidak memberikan manfaat ekonomis maka jasa tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Berdasarkan Laporan Audit Pemohon Banding tahun 2013 diketahui bahwa penjualan hanya di dalam negeri saja (local sales) dan diketahui terdapat penurunan penjualan dengan rincian sebagai berikut;

2014 2013

Local Sales 903.448.872,00 1.008.262.374,00

Income for the year

270.633.853,00 309.430.885,00

bahwa berdasarkan hal tersebut maka sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (Undang- Undang PPh Pasal 18), pembayaran sales commision kepada pihak afiliasi tidak memberikan manfaat ekonomis bagi Pemohon Banding karena terdapat penurunan penjualan dan performa laba usaha;

bahwa berdasarkan struktur kepemilikan saham dan transaksi afiliasi diketahui bahwa dalam struktur kepemilikan saham tersebut terdapat PT RTY yang melakukan jasa manajemen operasional dalam Grup perusahaan Pemohon Banding yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri sehingga tidak lazim apabila fungsi marketing dilakukan oleh pihak afiliasi di luar negeri padahal penjualan barang komoditi Pemohon Banding berada di dalam negeri saja (local sales);

bahwa terkait dengan dokumen pendukung yang diserahkan oleh Pemohon Banding dalam persidangan, menurut Terbanding belum dapat membuktikan eksistensi jasa komisi penjualan dari POFSB kepada Pemohon Banding;

bahwa perhitungan komisi tahun 2013 apabila dihitung dari seluruh penjualan Pemohon kurang lebih adalah:

Tarif Sales Komisi

1,50% Rp 903.448.872.000,00 Rp 13.551.733.080,00

bahwa adapun komisi penjualan yang dibebankan oleh Pemohon Banding tahun 2013 adalah sebesar Rp10.196.000.575 saja, terdapat selisih/perbedaan di mana komisi penjualan yang dibebankan oleh Pemohon Banding lebih kecil dari perhitungan komisi dari seluruh penjualan. Hal ini dapat diartikan bahwa dasar komisi penjualan yang dibebankan adalah dari sebagian penjualan saja. Apabila dasar komisi penjualan yang dibebankan adalah dari sebagian penjualan saja maka terdapat penjualan yang benar-benar dilakukan oleh Pemohon Banding tanpa campur tangan atau tanpa jasa dari POFSB Malaysia.

Menurut Terbanding hal tersebut membuktikan bahwa Pemohon Banding mampu melakukan penjualan meskipun tanpa jasa dari POFSB. Dengan demikian terbukti bahwa tidak terdapat manfaat yang diperoleh Pemohon Banding dari komisi penjualan yang telah dibayarkannya kepada POFSB;

b. Menurut Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding mengajukan permohonan banding dengan Surat Nomor 243/PTAI/TAX/XII/2016 tanggal 15 Desember 2016 atas Keputusan Terbanding Nomor KEP- 01437/KEB/WPJ.07/2016 tanggal 26 September 2016 yang menolak keberatan Pemohon Banding atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2013 Nomor 00072/406/13/057/15 tanggal 29 Juni 2015;

bahwa Pemohon Banding dalam Surat Banding Nomor 243/PTAI/TAX/XII/2016 tanggal 15 Desember 2016, Penjelasan Tertulis Pengganti Surat Bantahan Nomor 275/PTAI/Tax/IX/2017 tanggal 13 September 2017, penjelasan tertulis dan pernyataan secara lisan, dan bukti-bukti pendukung yang disampaikan dalam persidangan, pada intinya Pemohon Banding menyatakan tidak setuju dengan koreksi positif Terbanding atas Biaya Usaha sebesar Rp10.196.000.575,00 dengan alasan sebagai berikut:

bahwa biaya Komisi Penjualan sebesar Rp10.196.000.575,00 tersebut merupakan biaya yang dibayarkan kepada Premium Oil QWE. (“POFSB”) yang merupakan perusahaan yang didirikan oleh Grup yang anggotanya antara lain adalah Pemohon Banding, dimana POFSB berfungsi sebagai support service sehubungan dengan kegiatan pemasaran dan penjualan atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan- perusahaan dalam Grup. Adapun tujuan pendirian dan fungsi POFSB adalah sebagai berikut;

1) Sales & Marketing Support

bahwa POFSB menjalankan fungsi end to end sehubungan dengan penjualan dan pemasaran untuk Grup, termasuk didalamnya adalah:

a) mencari pembeli;

b) melakukan penilaian atas kelayakan kredit (credit worthiness), menetapkan kebijakan kredit (credit terms) terhadapa pelanggan/pembeli;

c) mendapatakan penawaran yang kompetitif untuk lokasi/pelabuhan diseluruh dunia, untuk mendapatkan harga penjualan CPO, PK dan PKO yang terbaik;

d) berfungsi sebagai penghubung antara pembeli dengan perusahaan-perusahaan dalam Grup yang memproduksi CPO, PK and PKO;

e) menyediakan informasi tentang prediksi harga jual di masa yang akan datang (sales forecast) serta perdiksi permintaan pasar (market demand) untuk tujuan budgeting forecast di perusahaan-perusahaan dalam rangka mendukung strategi operasi perusahaan-perusahaan dalam Grup;

2) Commercial Support - Scope of Work

bahwa POFSB menjalankan fungsi end to end sehubungan dengan commercial process terkait dengan silkus penjualan (order to cash cycle) termasuk didalamnya:

a) menyiapkan kontrak penjualan dan memonitor pengiriman barang sejak dari tangki penyimpanan sampai ke tangan pembeli;

b) mempersiapan seluruh kebutuhan logistik dalam rangka penjualan, termasuk mencari sarana pengiriman seperti tongkang dan kapal;

c) mempersiapkan seluruh dokumen terkait dengan pengiriman barang;

d) mencari surveyor di lokasi pengapalan, baik dilokasi pengiriman maupun dilokasi penerimaan barang;

e) mempersiapkan penagihan kepada pelanggan/pembeli;

f) manajemen atas piutang usaha serta penagihan;

g) menyelesaikan masalah kualitas dan kuantitas dengan pelanggan/pembeli sehubungan dengan pengiriman barang;

h) menyelesaikan masalah sehubungan sengan klaim auransi dengan pihak perusahaan asuransi;

i) menghimpun dan menyiapkan informasi sehubungan dengan biaya logistik serta biaya lainnya terkait dengan penjualan untuk digunakan sebagai informasi dalam menyusun budget operasional perusahaan-perusahaan dalam Grup;

j) manajemen pengunaan sistem informasi (management information system) sehubungan dengan kegiatan penjualan;

bahwa untuk mendukung argumentasi yang diuraikan di atas Pemohon Banding menyampaikan bukti- bukti atas kegiatan tersebut dalam persidangan berupa;

1) sampel survey harga pasar untuk kontrak yang dilakukan kepada pembeli untuk mencari harga jual terbaik berikut kontrak penjualan terkait hasil survey pasar;

2) tabel perhitungan komisi penjualan POFSB;

3) analisa atas kewajaran nilai komisi penjualan yang ditagih oleh POFSB;

4) salinan Invoice dan tagihan dari POFSB berikut bukti potong pajak penghasilan dan pembayaran PPN Jasa Luar Negeri;

5) salinan Bukti pembayaran komisi penjualan ke POFSB;

6) terjemahan Laporan keuangan Pemohon Banding untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2014 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang mejelaskan tentang komisi penjualan yang ditagihkan oleh POFSB;

7) tabel harga minyak dunia;

8) Management Service Agreement;

9) bukti survey harga pasar untuk kontrak yang dilakukan kepada pembeli;

10) analisis FAR;

11) struktur Organisasi;

12) analisa kewajaran sales commission rate cost plus method;

13) SPT Masa PPh Pasal 26;

bahwa sebagai imbalan atas fungsi sebagaimana yang dijelaskan di atas, POFSB mendapatkan komisi penjualan sebesar 1.5% dari nilai penjualan. Menurut Pemohon Banding, nilai komisi sebesar 1.5%

adalah nilai yang wajar yang dibayarkan atas jasa komisi penjualan;

bahwa lokasi POFSB yang berlokasi di Malaysia merupakan keputusan bisnis. Lokasi pemasaran perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit pada umumnya memang berada di Malaysia dan Singapura, yang merupakan pusat perdagangan minyak sawit dunia;

bahwa penjualan minyak sawit pada umumnya dilakukan dengan sistem kontrak dalam jumlah tertentu.

Pada umumnya semakin besar jumlah yang dapat disediakan, maka daya tawar (bargaining power) pihak penjual akan semakin baik sehingga kemampuan untuk mendapatkan harga lebih baik akan semakin besar;

bahwa Pemohon Banding sebagai produsen CPO dan PK memiliki keterbatasan dalam jumlah produksi mengingat adanya peraturan pemerintah Republik Indonesia yang membatasi luas perkebunan kelapa sawit sebesar 20.000 hektar per propinsi dan total keseluruhan 100.000 hektar. Akibatnya Pemohon Banding secara inpidu mempunyai keterbatasan jumlah produksi CPO dan PK. POFSB sebagai perusahaan pemasaran Grup berperan untuk melakukan pengaturan kontrak penjualan sehingga Grup dapat melakukan penjualan dalam jumlah besar dan mendapatkan harga terbaik. Dalam hal ini POFSB akan melakukan pengaturan pasokan CPO dari perusahaan-perusahaan dalam Grup, termasuk dari Pemohon Banding, sehingga kontrak penjualan dalam jumlah besar dapat dilakukan;

bahwa menurut Pemohon Banding, pernyataan Terbanding bahwa tidak terdapat keuntungan ekonomis yang didapat Pemohon Banding atas penunjukan POFSB untuk menjalankan fungsi pemasaran disebabkan terjadinya penurunan penjualan Wajib Pajak dan performa laba usaha Wajib Pajak untuk tahun pajak 2013 dibanding dengan 2012 adalah pernyataan yang tidak akurat. Dapat Pemohon Banding sampaikan bahwa penyebab dari menurunnya nilai penjualan Pemohan Banding pada tahun pajak 2013 dibandingkan dengan tahun pajak 2012 adalah disebabkan menurunnya harga pasar dunia. Penurunan harga minyak sawit dunia ini tentunya merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh Pemohon Banding maupun POFSB sebagai pihak yang menjalankan fungsi pemasaran bagi perusahaan;

bahwa terkait pernyataan Terbanding yang menyatakan “Berdasarkan struktur kepemilikan saham dan transaksi afiliasi diketahui bahwa dalam struktur kepemilikan saham tersebut terdapat PT RTY yang melakukan jasa manajemen operasional dalam Grup Perusahaan Wajib Pajak yang merupakan WP DN sahingga tidak lazim apabila fungsi marketing dilakukan oleh pihak afiliasi luar negeri padahal penjualan barang komoditi Wajib Pajak berada didalam negeri saja (local sales)” dapat dijelaskan bahwa berdasarkan Management Service Agreement dapat dilihat secara jelas bahwa tidak ada fungsi pemasaran dalam pelibatan yang diberikan oleh Pemohon Banding kepada PT RTY. Hal ini juga dipertegas dengan penunjukan POFSB oleh Pemohon Banding untuk menjalankan fungsi pemasaran Pemohon Banding sesuai dengan Marketing Mangement Service Agreement tanggal 1 Januari 2012. Terkait dengan penjualan Pemohon Banding pada tahun pajak 2013 yang hanya dilakukan kepada pembeli lokal (di dalam daerah pabean Indonesia) saja, Pemohon Banding menegaskan bahwa Pemohon Banding bukanlah perusahaan yang berorientasi melakukan penjualan lokal saja. Keputusan melakukan penjualan lokal atau ekspor semata-mata didasari oleh pertimbangan keuntungan;

bahwa sesuai dengan model usaha yang dilakukan oleh Grup yang juga dianut oleh sebagian besar perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya, fungsi- fungsi tertentu dipusatkan pada perusahaan-perusahaan tertentu (service companies atau shared services companies). Hal ini untuk menghindari terjadinya duplikasi fungsi serta biaya dalam Grup sehingga diharapkan memberikan efisisensi biaya bagi Grup. Selain itu diharapkan perusahaan-perusahaan tertentu tersebut menjadi perusahaan yang memiliki spesialiasi (specialist companies) sehingga fokus terhadap satu jenis kegiatan dan memiliki kemampuan dan keahlian yang handal dibidangnya masing-masing.

Penjelasan atas pemisahan fungsi-fungsi ini telah Pemohon Banding sampaikan dalam Catatan Khusus Transaksi Hubungan Istimewa (sesuai format Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 22/PJ/2013) dan telah disampaikan kepada Terbanding pada saat pemeriksaan. Dengan pemisahan fungsi-fungsi kegiatan manajemen di atas, kegiatan manajemen yang dijalankan sendiri oleh Pemohon Banding hanya terbatas pada pengelolaan operasional dilokasi perkebunan yang dimulai dari proses pembersihan lahan, penyiapan lahan untuk ditanami, persiapan bibit, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman kelapa sawit, panen dan pengolahan hasil panen. Sedangkan kegiatan diluar pengelolaan operasional seluruhnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tertentu dalam Grup. Sehingga struktur perusahaan Pemohon Banding juga dibentuk seusai dengan kebutuhan dan tidak memiliki fungsi pemasaran;

bahwa dalam melakukan koreksi terhadap biaya marketing Pemohon Banding, Terbanding telah menggunakan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang PPh. Pasal tersebut secara jelas mengatur kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan penyesuaian atau koreksi jika dianggap biaya yang dibebankan terkait transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa jumlahnya melebihi kewajaran.

Dengan demikian pasal di atas pada prinsipnya mengakui adanya biaya yang wajar dan tidak wajar dan yang dapat dilakukan adalah melakukan penyesuaian atau koreksi atas selisih biaya yang wajar dan tidak wajar. Namun kenyataannya dalam sengketa ini, Terbanding telah melakukan koreksi terhadap seluruh biaya pemasaran Pemohon Banding berdasarkan anggapan bahwa seluruh biaya pemasaran Pemohon Banding adalah tidak wajar. Dengan demikian, pasal tersebut di atas bukan merupakan dasar hukum atas koreksi Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, biaya komisi penjualan tersebut sudah

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Majelis

:bahwa dasar hukum yang digunakan terkait dengan sengketa banding ini adalah:

1. Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP), beserta memori penjelasannya;

2. Pasal 6 ayat (1) huruf a dan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Undang-Undang PPh), beserta memori penjelasannya;

bahwa dalam praktik kegiatan manajemen kegiatan usaha saat ini, tujuan efektifitas kegiatan dan efisiensi biaya tidak hanya sebagai target suatu entitas semata tetapi sudah menjadi target dari suatu kelompok atau grup entitas usaha. Oleh karena itu, pemisahan fungsi kegiatan atau spesialisasi fungsi kegiatan oleh suatu entitas dalam suatu kelompok usaha merupakan hal yang wajar terjadi dalam manajemen suatu kelompok usaha.

Sebagai contoh riil adalah dibentuknya Kantor Pemasaran Bersama oleh beberapa Badan Usaha milik Negara di bidang perkebunan (PT Perkebunan Nusantara atau PTPN), yang fungsinya adalah mengelola kegiatan pemasaran komoditi yang dihasilkan oleh PTPN-PTPN pembentuk Kantor Pemasaran Bersama tersebut;

bahwa praktik pemisahan fungsi kegiatan atau spesialisasi fungsi kegiatan oleh suatu entitas dalam suatu kelompok usaha sangat mungkin terjadi upaya pengindaran pajak dengan cara memperbesar biaya dan atau piden terselubung, sebagaimana dimaksud dalam memori penjelasan pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh, apabila terdapat hubungan istimewa dalam kelompok usaha tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Majelis, tidak terdapat indikasi upaya memperbesar biaya dan atau piden terselubung yang dilakukan Pemohon Banding dalam membebankan biaya komisi penjualan karena dua alasan berikut;

1. sesuai bukti laporan keuangan yang disampaikan dalam persidangan, pada tahun pajak 2013 Pemohon Banding membagikan piden kepada pemegang saham;

2. persentase laba bersih Pemohon Banding pada tahun pajak 2013 adalah sebesar 40% secara komersial (Rp. 361.607.802.000,00 : Rp. 903.448.872.333,00) dan sebesar 39,5% secara fiskal (Rp.

357.297.504.957,00 : Rp. 903.448.872.333,00). Persentase laba bersih tersebut cukup tinggi dibanding industri sejenis sehingga tidak cukup alasan untuk memperbesar biaya guna menghindari pajak;

bahwa menurut Terbanding, pembayaran komisi penjualan oleh Pemohon Banding kepada POFSB tidak memberikan manfaat ekonomis kepada Pemohon Banding yang dapat dibuktikan dari dua hal, yaitu adanya penurunan penjualan atau performa laba usaha dan penghitungan komisi penjualan yang tidak berdasarkan seluruh nilai penjualan sehingga tanpa kegiatan jasa pemasaran dari POFSB pun Pemohon Banding dapat menjual barangnya. Terkait dengan argumentasi Terbanding ini, menurut Majelis, manfaat suatu kegiatan secara komersial tidak dapat dinilai dari hasil kegiatan yang dilakukan. Karena pada prinsipnya, suatu kegiatan adalah upaya pengorbanan, yang diukur berdasarkan nilai uang dalam bentuk pembebanan biaya, dalam rangka menghasilkan sesuatu yang dalam hal ini adalah hasil penjualan. Sehingga apabila hasil penjualannya nihil pun tidak dapat dinilai bahwa pembebanan biayanya tidak membawa manfaat ekonomis. Kecuali apabila terdapat hubungan istimewa dan dapat dibuktikan biaya yang dibebankan merupakan transaksi yang diadakan untuk memperbesar biaya, tetapi dalam sengketa ini Terbanding tidak membuktikan hal tersebut dan tidak menjadikannya sebagai alasan koreksi;

bahwa sesuai dengan fakta yang terungkap dalam persidangan, selain komisi penjualan yang dibayarkan kepada POFSB Pemohon Banding juga membebankan biaya jasa kepada PT RTY yang juga memiliki hubungan istimewa dengan Pemohon Banding dan POFSB. Menurut Majelis, dengan berdasarkan alasan hubungan istimewa tanpa membuktikan upaya penghindaran pajak oleh Pemohon Banding sebagaimana dimaksud memori penjelasan pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh, semestinya pembebanan biaya jasa kepada PT RTY juga dilakukan koreksi sebagaimana pembayaran komisi penjualan kepada POFSB. Namun demikian, hal tersebut tidak dilakukan oleh Terbanding sehingga dapat disimpulkan terdapat ketidakpastian Terbanding dalam upaya penegakan hukum terhadap Pemohon Banding;

bahwa dengan mempertimbangkan bukti-bukti dan keterangan yang telah disampaikan para pihak serta fakta yang terungkap dalam persidangan, Majelis berpendapat bahwa pembayaran komisi penjualan oleh Pemohon Banding kepada POFSB adalah pembebanan biaya sehubungan jasa pemasaran atas produk yang dihasilkan Pemohon Banding yang secara nyata telah dilakukan oleh POFSB;

bahwa sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah diuraikan di atas Majelis berpendapat bahwa

(5)

Menimbang :bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak;

Menimbang :bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kompensasi Kerugian;

Menimbang :bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;

Menimbang :bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi, kecuali besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang :bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, menurut Majelis penghitungan jumlah PPhyang Kurang (Lebih) Dibayar Tahun Pajak 2013 adalah sebagai berikut:

(dalam Rupiah) Pajak dan

Sanksi Administrasi

Versi Terbanding Versi Pemohon Banding

Jumlah yang disengketakan

versi Pemohon Banding

Jumlah yang dikabulkan oleh

Majelis

Versi Majelis

1 2 3 4 (2-3 5 6 (2-5)

Peredaran Usaha

903.448.872.333,00 903.448.872.333,00 0,00 0,00 903.448.872.333,00 Harga

Pokok Penjualan

305.312.074.232,00 305.312.074.232,00 0,00 0,00 305.312.074.232,00

Laba Bruto 598.136.798.101,00 598.136.798.101,00 0,00 0,00 598.136.798.101,00 Biaya Usaha 225.602.712.486,00 235.798.713.061,00 10.196.000.575,00 10.196.000.575,00 235.798.713.061,00 Penghasilan

(Beban) Lainnya

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Penghasilan (Biaya) dari Luar Usaha

(730.283.040,00) (730.283.040,00) 0,00 0,00 (730.283.040,00)

Penghasilan Neto

371.803.802.575,00 361.607.802.000,00 10.196.000.575,00 10.196.000.575,00 361.607.802.000,00 Penyesuaian

Fiskal

(2.632.429.865,00) (2.632.429.865,00) 0,00 0,00 (2.632.429.865,00) Jumlah

Penghasilan (Rugi) Neto

369.171.372.710,00 358.975.372.135,00 10.196.000.575,00 10.196.000.575,00 358.975.372.135,00

Kompensasi Kerugian

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Penghasilan Kena Pajak

369.171.372.710,00 358.975.372.135,00 10.196.000.575,00 10.196.000.575,00 358.975.372.135,00 PPh

Terutang

92.292.843.000,00 89.743.843.000,00 2.549.000.000,00 2.549.000.000,00 89.743.843.000,00 Kredit Pajak 97.128.999.926,00 97.128.999.926,00 0,00 0,00 97.128.999.926,00 PPh yang

Kurang (Lebih) Dibayar

(4.836.156.926,00) (7.385.156.926,00) 2.549.000.000,00 2.549.000.000,00 (7.385.156.926,00)

Memperhatikan:Surat Banding, Penjelasan Tertulis Pengganti Surat Uraian Banding, Penjelasan Tertulis Pengganti Surat Bantahan, penjelasan lisan / tertulis para pihak yang bersengketa;

Mengingat :Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Memutuskan :Mengabulkan seluruhnya Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-01437/KEB/WPJ.07/2016 tanggal 26 September 2016 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2013 Nomor 00072/406/13/057/15 tanggal 29 Juni 2015, atas nama Pemohon Banding dengan perhitungan menjadi sebagai berikut:

Penghasilan (Rugi) Neto ...

Kompensasi Kerugian ...

Penghasilan Kena Pajak ...

PPh Terutang ...

Kredit Pajak ...

PPh yang Kurang (Lebih) Dibayar ...

Rp. 358.975.372.135,00 Rp. 0,00 Rp. 358.975.372.135,00 Rp. 89.743.843.000,00 Rp. 97.128.999.926,00.

Rp.( 7.385.156.926,00)

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan yang telah dicukupkan pada hari Kamis tanggal 14 Desember 2017 oleh Hakim Majelis XVIII B Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:

Drs. ABC M.Sc.

Drs. DEF M.M.

GHI, S.E., Ak.

dengan dibantu oleh JKL S.E., Ak.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti.

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis XVIII B Pengadilan Pajak pada hari Kamis tanggal 12 Juli 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, namun tidak dihadiri oleh Pemohon Banding maupun Terbanding.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan bagan Pemegang Polis, PT AJMI, dan PT MAMI (disampaikan dalam sidang tanggal 26 Juni 2014) dan terkait pernyataan Pemohon Banding bahwa pengelolaan investasi

bahwa pada dasarnya Majelis sependapat dengan alasan koreksi Terbanding yaitu karena alasan dipengaruhi oleh adanya hubungan istimewa sehingga harga transaksi dikoreksi

1.724.406.559,00 merupakan pembayaran atas bunga pinjaman yang transaksinya merupakan transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa, dan Terbanding memang mempunyai wewenang

Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti pendukung kebenaran nilai transaksi dan data yang ada dalam berkas banding serta penjelasan dari Terbanding dan

bahwa Terbanding berpendapat Beban Angkut yang menjadi komponen Harga Pokok Penjualan sejalan dengan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

bahwa Majelis berpendapat, nilai riil transaksi sebesar US$110 dapat digunakan oleh karena nilai yang seharusnya diterima atau dikeluarkan dalam transaksi pengalihan saham

bahwa Terbanding berpendapat Beban Angkut yang menjadi komponen Harga Pokok Penjualan sejalan dengan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyatakan tidak setuju atas penghitungan Terbanding atas Dasar Pengenaan Pajak yang PPN-nya harus dipungut sendiri untuk