• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.IIB Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.IIB Tahun 2018"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-112562.16/2013/PP/M.IIB Tahun 2018

Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2013

Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi Pajak Masukan sebesar Rp53.472.804,00, yang tidak disetujui Pemohon Banding;

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding menyatakan dasar koreksi Terbanding berdasarkan Pasal 1 angka 24 dan Pasal 9, di mana secara materi tidak dapat dibuktikan adanya pembayaran PPN dari Pemohon Banding ke PKP Penjual atau pengkreditan pajak masukan tidak memenuhi persyaratan material;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Pemohon Banding : 1. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan sebesar Rp53.472.804,00 menurut Terbanding bahwa Pajak Masukan tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 Undang-Undang PPN dan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang PPN sehingga tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN;

2. bahwa berdasarkan Surat Pemberitahuan untuk Hadir Nomor S- 166/WPJ.23/BD.06/2017 tanggal 3 Maret 2017 dalam Pemberitahuan Daftar Hasil Penelitian Keberatan Masa Pajak Desember 2013 menyatakan bahwa transaksi antara Pemohon Banding dengan PT. QWE, Tbk (PT. XXX) adalah hubungan jual beli;

3. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan tidak tepat karena data yang diperoleh Terbanding tidak berdasarkan data bukti yang ada yang diberikan pada waktu pemeriksaan di KPP dan penelitian di Kanwil, Jadi tidak benar kalau Terbanding menyampaikan bahwa Pemohon Banding tidak membayar PPN (tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 Undang-Undang PPN dan Pasal 13 ayat 9 Undang-Undang PPN sehingga Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN);

4. bahwa terkait keterangan poin 1 di atas, maka setiap Penyerahan Barang Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak, yang didalamnya terutang nilai DPP dan PPN yang terhutang. Dalam hal ini sudah dilakukan oleh Pemohon Banding dan dilaporkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Desember 2013 sebagai Pajak Masukan, dan Faktur Pajak Masukan tersebut telah dilaporkan oleh penjual sebagai Pajak Keluaran dalam SPT Masa PPN, yang telah diterima KPP setempat sesuai dengan bukti tanda terima Surat Pemberitahuan Masa;

5. bahwa mekanisme Pembayaran PPN sesuai Undang-Undang PPN diatur sebagai berikut:

Dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang PPN menyebutkan: "Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama";

Dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang PPN menyebutkan: " Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak";

Dalam Pasal 15A ayat (1) Undang-Undang PPN menyebutkan: "Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan";

Fakta yang ada bahwa Pajak Pemohon Banding yang berasal dari PT. QWE, Tbk yang menjadi sengketa sudah sesuai dengan SPT Masa PPN Desember 2013 PT.

QWE, Tbk (Formilir 1111 A2) sudah dilunasi/disetor ke kas Negara dan Faktur Pajak Masukan tersebut tidak cacat;

bahwa berdasarkan penjelasan tersebut diatas Pemohon Banding berkesimpulan bahwa Pemeriksaan yang dilakukan Terbanding tidak berdasarkan ketentuan yang berlaku, sehingga koreksi Terbanding yang tidak benar juga harus dibatalkan;

bahwa adapun dari sisi materi/sengketa banding Pemohon Banding telah membuktikan bahwa Pajak Masukan Pemohon Banding yang berasal dari PT. QWE, Tbk, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan demikian koreksi Terbanding tidak benar harus dibatalkan;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi Pajak Masukan sebesar Rp53.472.804,00, yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

bahwa Terbanding pada pokoknya mengemukakan bahwa koreksi Pajak Masukan sebesar Rp53.472.804,00, tidak terdapat pembayaran PPN kepada PT QWE Tbk (PT XXX) baik melalui kas/bank maupun kompensasi dengan piutang sehingga Pajak Masukan sebesar Rp53.472.804,00 yang berasal dari PT QWE Tbk (PT XXX) tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 Undang-Undang PPN dan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang PPN sehingga tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN;

bahwa Pemohon Banding pada pokoknya mengemukakan bahwa sistem pembayaran hutang dan piutang antara Pemohon Banding dan PT QWE Tbk (PT XXX) sering kali melalui kompensasi. Perhitungan jumlah hutang yang dikompensasi sudah sesui dengan nilai Faktur Pajak yaitu DPP ditambah dengan PPN sehingga transaksi Jual beli antara Pemohon Banding dengan PT QWE Tbk (PT XXX) dimana PT QWE Tbk (PT XXX) sebagai penjual telah menerbitkan Faktur Pajak yang diakui dan dilaporkan sebagai Faktur Pajak Keluaran;

bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Undang-Undang PPN) mengatur :

Pasal 1 angka 24 diatur bahwa:

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yanq seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak;

Pasal 9 ayat (2b) diatur bahwa:

Pajak Masukan yanq dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yanq memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9);

Pasal 9 ayat (8) diatur bahwa:

Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk:

a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;

c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

e. dihapus

f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

g. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);

h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;

i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan

j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a);

Pasal 13 ayat (9) diatur bahwa:

Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material;

bahwa dalam pelaksanaan Uji Bukti, Pemohon Banding telah menyerahkan dokumen berupa:

SPT Masa PPN Faktur Pajak Masukan Invoice

Surat Jalan

Bukti Barang Masuk Buku Besar Hutang Dagang Bukti Pengeluaran Kas dan Bank Buku Pembelian

SPT Masa PPN PKP Penjual/PT QWE Tbk (PT XXX)

bahwa Terbanding dalam Berita Acara Uji Bukti menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa berdasarkan hasil uji bukti diketahui hal-hal sebagai berikut :

1. bahwa terkait dengan proses pembelian bahwa Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan dokumen Purchase Order (PO). Pemohon Banding menyatakan bahwa PO dibuat oleh PT QWE (PT XXX). Hal ini tidak lazim dimana PO dibuat oleh pihak penjual. Hal ini menunjukkan ketidakwajaran proses pembelian;

2. bahwa Pemohon Banding menunjukkan dokumen Bukti Pengeluaran Kas dan Bank untuk melunasi hutang dagangnya, namun dalam kolom cara pembayaran(tunai, BG, atau cek) untuk menunjukkan adanya pembayaran hutang tidak diisi, dan tidak ada tanda tangan penerima uangnya;

3. bahwa Pemohon Banding menyatakan pembayaran hutang dilakukan dengan cara kompensasi antara piutang dagang dengan hutang dagang kemudian selisihnya diterima secara cash sebagai biaya operasional. Bahwa pada saat uji bukti, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan atas piutang dagang yang mana yang dikompensasi dengan hutang dagang, dan tidak ada bukti penerimaan uang cash atas selisih kompensasi tersebut;

4. bahwa berdasarkan UU PPN Pasal 1 angka 24 disebutkan bahwa Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau JKP dan/atau dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP;

5. bahwa faktanya Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bahwa Faktur Pajak Masukan sudah dibayar melalui mekanisme kompensasi piutang dengan hutang dagang, maka tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (9) UU PPN, sehingga tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f UU PPN;

bahwa berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa koreksi atas Pajak Masukan sebesar Rp53.472.804,00 sudah berdasarkan ketentuan yang berlaku, sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan;

bahwa Pemohon Banding dalam Berita Acara Uji Bukti menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa berdasarkan hasil uji bukti diketahui hal-hal sebagai berikut :

6. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan sebesar Rp53.472.804,00 menurut Terbanding bahwa Pajak Masukan tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 Undang-Undang PPN dan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang PPN sehingga tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN;

7. bahwa berdasarkan Surat Pemberitahuan untuk Hadir Nomor S-166/WPJ.23/BD.06/2017 tanggal 3 Maret 2017 dalam Pemberitahuan Daftar Hasil Penelitian Keberatan Masa Pajak Desember 2013 menyatakan bahwa transaksi antara Pemohon Banding dengan PT.

QWE, Tbk (PT. XXX) adalah hubungan jual beli;

8. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan tidak tepat karena data yang diperoleh Terbanding tidak berdasarkan data bukti yang ada yang diberikan pada waktu pemeriksaan di KPP dan penelitian di Kanwil, Jadi tidak benar kalau Terbanding menyampaikan bahwa Pemohon Banding tidak membayar PPN (tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 Undang-Undang PPN dan Pasal 13 ayat 9 Undang-Undang PPN sehingga Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN);

9. bahwa terkait keterangan poin 1 di atas, maka setiap Penyerahan Barang Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak, yang didalamnya terutang nilai DPP dan PPN yang terhutang. Dalam hal ini sudah dilakukan oleh Pemohon Banding dan dilaporkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Desember 2013 sebagai Pajak Masukan, dan Faktur Pajak Masukan tersebut telah dilaporkan oleh penjual sebagai Pajak Keluaran dalam SPT Masa PPN, yang telah diterima KPP setempat sesuai dengan bukti tanda terima Surat Pemberitahuan Masa;

10. bahwa mekanisme Pembayaran PPN sesuai Undang-Undang PPN diatur sebagai berikut:

Dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang PPN menyebutkan: "Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama";

Dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang PPN menyebutkan: " Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak";

Dalam Pasal 15A ayat (1) Undang-Undang PPN menyebutkan: "Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan";

Fakta yang ada bahwa Pajak Pemohon Banding yang berasal dari PT. QWE, Tbk yang menjadi sengketa sudah sesuai dengan SPT Masa PPN Desember 2013 PT.QWE, Tbk (Formilir 1111 A2) sudah dilunasi/disetor ke kas Negara dan Faktur Pajak Masukan tersebut tidak cacat;

bahwa berdasarkan penjelasan tersebut diatas Pemohon Banding berkesimpulan bahwa Pemeriksaan yang dilakukan Terbanding tidak berdasarkan ketentuan yang berlaku, sehingga koreksi Terbanding yang tidak benar juga harus dibatalkan;

bahwa adapun dari sisi materi/sengketa banding Pemohon Banding telah membuktikan bahwa Pajak Masukan Pemohon Banding yang berasal dari PT. QWE, Tbk, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan demikian koreksi Terbanding tidak benar harus dibatalkan;

bahwa berdasarkan fakta dan peraturan perundang-undangan diatas, Majelis mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

bahwa telah dilakukan uji arus dokumen, arus uang dan arus barang dengan data yang lengkap sehingga terdapat bukti adanya arus dokumen, arus uang dan arus barang atas transaksi tersebut dan bukti pembayaran PPN-nya;

bahwa sistem pembayaran hutang dan piutang antara Pemohon Banding dan PT QWE Tbk (PT XXX) dilakukan melalui kompensasi, di mana perhitungan jumlah hutang yang dikompensasi sudah sesuai dengan nilai Faktur Pajak yaitu DPP ditambah dengan PPN,

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding, sehingga Pajak Masukan dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

Pajak Masukan menurut Terbanding Koreksi positif yang tidak dapat

dipertahankan

Pajak Masukan menurut Majelis

Rp 2,312,493,968.00 Rp 53,472,804.00 Rp 2,365,966,772.00

Menimbang : bahwa sehingga pajak dihitung kembali sebagai berikut : Dasar Pengenaan Pajak

- Ekspor Rp 0.00

- Penyerahan yang PPN harus dipungut sendiri

Rp 14,638,588.00

- Penyerahan yang PPN-nya dipungut pemungut PPN

Rp 0.00

- Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Rp 2,551,743,354.00 - Penyerahan yang dibebaskan dari

pengenaan PPN

Rp 0.00

Jumlah Rp 2,566,381,942.00

Penyerahan Barang dan Jasa yang tidak terutang PPN

Rp

Jumlah seluruh penyerahan Rp 2,566,381,942.00

Penghitungan PPN kurang/lebih bayar

Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri Rp 1,463,858.00 Dikurangi :

- PPN yang disetor dimuka dalam masa pajak yang sama

Rp 0.00 - Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan Rp 2,365,966,772.00 - Dibayar dengan NPWP sendiri Rp

- Lain-Lain Rp 0.00

Jumlah Rp

Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan Rp 2,365,966,772.00 Jumlah perhitungan PPN kurang/(lebih) bayarRp ( 2,364,502,914.00) Kelebihan pajak yang sudah :

- dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya

Rp - dikompensasikan ke Masa Pajak ....

(karena pembetulan)

Rp 0.00 PPN yang kurang/(lebih) dibayar Rp ( 2,364,502,914.00)

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan peraturan perundang- undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-00058/KEB/WPJ.23/2017 tanggal 13 Maret 2017 tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor:

00001/407/13/541/16 tanggal 01 Februari 2016 Masa Pajak Desember 2013, atas nama Pemohon Banding, sehingga pajak dihitung kembali sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak PPN

Pajak Keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri

Pajak yang dapat diperhitungkan Jumlah perhitungan PPN kurang/(lebih) bayar

Kelebihan yang sudah dikompensasikan PPN yang kurang/(lebih) bayar

Rp 2.566.381.942 Rp 1.463.858 Rp 2.365.966.772 Rp ( 2.364.502.914) Rp 0 Rp ( 2.364.502.914)

Demikian diputus pada Sidang Di Luar Tempat Kedudukan di Yogyakarta berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Kamis, tanggal 22 Februari 2018, oleh Hakim Majelis IIB Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut :

Drs. ABC, M.A., M.P.A.

DEF, SE., Ak., MSi., CA.

GHI, S.E., M.Si.

dengan dibantu oleh:

JKL, S.E., M.M.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis, tanggal 28 Juni 2018, dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti, dengan dihadiri oleh Pemohon Banding dan tidak dihadiri oleh Terbanding.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan uji bukti yang telah dilakukan, terhadap dokumen yang diberikan Pemohon Banding untuk Koreksi Faktur Pajak Masukan Masa Pajak Februari 2012

bahwa melihat bukti-bukti, dokumen, dan fakta-fakta hukum dalam persidangan, Majelis berpendapat bahwa banding Pemohon Banding atas koreksi Terbanding berupa Pajak Masukan

bahwa sehingga menurut Majelis, yang diharuskan untuk melakukan pemotongan, pemungutan dan penyetoran PPh Pasal 23 adalah kantor pusat di Surabaya yang terdaftar di KPP Madya

bahwa Terbanding berpendapat berdasarkan pemeriksaan terhadap SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2013, diketahui tidak terdapat pelaporan atas objek sewa

bahwa menurut Pemohon Banding, berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c UU KUP dan mengingat SPT Masa PPN Januari 2013 berada dalam posisi lebih bayar,

bahwa atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN Masa Pajak Agustus 2010 Nomor 00013/207/10/127/12 tanggal 15 Maret 2012 tersebut, Penggugat telah mengajukan Surat

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.34005/PP/M.XIII/15/2011 tanggal 4 Oktober 2011,

bahwa pokok sengketa koreksi atas Pajak Masukan, menurut Terbanding bahwa Pajak Masukan tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 UU PPN dan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang PPN