• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2015/PP/M.IIB Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2015/PP/M.IIB Tahun 2018"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-117679.16/2015/PP/M.IIB Tahun 2018

Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2015

Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi Pajak Masukan sebesar Rp619.342.093,00, yang tidak disetujui Pemohon Banding;

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding menyatakan dasar koreksi Terbanding berdasarkan Pasal 1 angka 24 dan Pasal 9, di mana secara materi tidak dapat dibuktikan adanya pembayaran PPN dari Pemohon Banding ke PKP Penjual atau pengkreditan pajak masukan tidak memenuhi persyaratan material;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Pemohon Banding : bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan penjelasan sebagai berikut:

bahwa pokok sengketa koreksi atas Pajak Masukan, menurut Terbanding bahwa Pajak Masukan tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 UU PPN dan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang PPN sehingga tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN;

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Pasal 1 angka 24 UU PPN, dinyatakan

"Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak;

Ungkapan "seharusnya sudah dibayar" pada pengertian di atas merupakan penerapan accrual basic, artinya meskipun belum dibayar oleh pembeli BKP atau penerimaan JKP maka PPN tersebut tetap dapat dikreditkan;

Dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang PPN menyebutkan "Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama";

Dalam Pasal 9 ayat (2b) Undang-Undang PPN menyebutkan "Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)";

Dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang PPN menyebutkan “Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak";

Berdasarkan penjelasan Pasal 13 ayat (9), UU PPN, dinyatakan Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material;

Faktur Pajak dikatakan telah memenuhi persyaratan formal apabila diisi lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (5);

Faktur Pajak telah memenuhi Persyaratan Material apabila berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

Dalam Pasal 15A ayat (1) Undang-Undang PPN menyebutkan "Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan";

bahwa terkait dengan sengketa di atas, Majelis telah meminta kepada Pemohon Banding untuk melakukan uji bukti dan Pemohon Banding telah menyampaikan bukti berupa :

1. SPT Masa PPN Pemohon Banding, 2. Faktur Pajak Masukan

3. Invoice 4. Surat Jalan

5. Bukti Barang Masuk

6. Buku Pembantu Piutang Dagang 7. Buku Pembantu Hutang Dagang 8. Bukti Pengeluaran Kas dan Bank 9. Buku Besar Kas dan Bank 10. Buku Pembelian

11. SPT Masa PPN Penjual (PT. QWE) 12. SPT Masa PPN Penjual (PT. RTY) 13. SPT Masa PPN Penjual (PT. ASD) 14. SPT Masa PPN Penjual (PT. FGH);

Penjelasan bukti-bukti yang Pemohon Banding sampaikan di atas sebagai berikut:

- SPT Masa PPN

Yang menunjukkan bahwa Pemohon Banding telah melaporkan pajak masukan tersebut;

- Faktur Pajak Masukan

Bahwa Faktur Pajak Masukan telah memenuhi persyaratan fomal dan material

- Invoice, Surat Jalan, Bukti Barang Masuk, Buku Pembantu Piutang Dagang, Buku Pembantu Hutang Dagang, Bukti Pengeluaran Kas dan Bank, Buku Besar Kas dan Bank, Buku Pembelian;

Berdasarkan bukti-bukti diatas terlihat adanya arus uang dan arus barang;

- SPT Masa PPN lawan transaksi (PT. QWE), SPT Masa PPN lawan transaksi (PT.

RTY), SPT Masa PPN lawan transaksi (PT. ASD), SPT Masa PPN lawan transaksi (PT. FGH);

bahwa berdasarkan SPT Masa tersebut diatas diketahui bahwa PKP Penjual (lawan transaksi Pemohon Banding) telah melaporkan dalam SPT Masa PPN, yang telah diterima KPP setempat sesuai dengan bukti tanda terima Surat Pemberitahuan Masa

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi Pajak Masukan sebesar Rp619.342.093,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

bahwa Terbanding pada pokoknya mengemukakan bahwa koreksi Pajak Masukan sebesar Rp619.342.093,00 karena tidak terdapat pembayaran PPN kepada PT. QWE, Tbk dan PT RTY baik melalui kas/bank maupun kompensasi dengan piutang sehingga Pajak Masukan sebesar Rp619.342.093,00 yang berasal dari PT. QWE, Tbk dan PT RTY tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 Undang-Undang PPN dan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang PPN sehingga tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN;

bahwa Pemohon Banding pada pokoknya mengemukakan atas pembelian Pemohon Banding dari penjual, dalam hal ini adalah PT. QWE, Tbk dan PT RTY dilakukan dengan hutang.

Sistem pembayaran hutang antara Pemohon Banding dengan PT. QWE, Tbk dan PT RTY, sering kali melalui kompensasi piutang dan pembayaran. Perhitungan jumlah hutang yang dikompensasi maupun yang dibayar kemudian sudah sesuai dengan nilai Faktur Pajak yaitu DPP ditambah dengan PPN sehingga transaksi Jual beli antara Pemohon Banding dengan PT. QWE, Tbk dan PT RTY, selaku penjual telah menerbitkan Faktur Pajak yang diakui dan dilaporkan sebagai Faktur Pajak Keluaran;

bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Undang-Undang PPN) mengatur :

Pasal 1 angka 24 diatur bahwa:

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yanq seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak;

Pasal 9 ayat (2b) diatur bahwa:

Pajak Masukan yanq dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yanq memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9);

Pasal 9 ayat (8) diatur bahwa:

Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk:

a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;

c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, dan station wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

e. dihapus

f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

g. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);

h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;

i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan

j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a);

Pasal 13 ayat (9) diatur bahwa:

Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material;

bahwa dalam pelaksanaan Uji Bukti, Pemohon Banding telah menyerahkan dokumen berupa:

1. SPT Masa PPN Pemohon Banding, 2. Faktur Pajak Masukan

3. Invoice 4. Surat Jalan

5. Bukti Barang Masuk

6. Buku Pembantu Hutang Dagang 7. Bukti Pengeluaran Kas dan Bank 8. Buku Besar Kas dan Bank 9. Buku Pembelian

10. SPT Masa PPN Penjual (PT. QWE) 11. SPT Masa PPN Penjual (PT. RTY)

bahwa Terbanding dalam Berita Acara Uji Bukti menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa berdasarkan hasil uji bukti diketahui hal-hal sebagai berikut:

1. bahwa terkait proses pembelian Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan dokumen Purchase Order (PO). Dengan tidak adanya PO sebagai dokumen sumber, maka sulit untuk diketahui kegiatan usaha yang sebenarnya dari Pemohon Banding, hal ini menunjukkan bahwa pembukuan tidak diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan (3) UU KUP;

2. bahwa Pemohon Banding menunjukkan dokumen Bukti Pengeluaran Kas dan Bank untuk melunasi hutang dagangnya, namun dalam kolom cara pembayaran (tunai, BG, atau cek) untuk menunjukkan adanya pembayaran hutang tidak diisi, dan tidak ada tanda tangan penerima uangnya, hal ini menunjukkan bahwa pembukuan tidak diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan (3) UU KUP;

3. bahwa Pemohon Banding menyatakan pembayaran hutang dengan PT. Sx dilakukan dengan cara kompensasi antara piutang dagang dengan hutang dagang, kalau ada selisih lebih dicatat sebagai penerimaan sedangkan kalau selisih kurang dicatat sebagai potongan. Bahwa pada saat uji bukti, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan adanya bukti penerimaan uang kas atas selisih lebih tersebut;

4. bahwa Pemohon Banding menunjukkan Buku Besar Kas dan Bank, namun Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti penerimaan uang kas atas adanya pembayaran piutang;

5. bahwa atas hutang pembelian dari PT RTY sebesar Rp330.000.000,00, tidak ditemmukan bukti pembayarannya, Pemohon Banding mengakui memang belum dilakukan pembayaran;

6. Berdasarkan UU PPN Pasal 1 angka 24 disebutkan bahwa Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP dan/atau JKP dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean dan/atau JKP dari Luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP;

7. Karena Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bahwa Faktur Pajak Masukan sudah dibayar, maka tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (9) UU PPN, sehingga Faktur Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f UU PPN;

bahwa berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan bahwa koreksi atas Pajak Masukan sebesar Rp619.342.093,00 sudah berdasarkan ketentuan yang berlaku, sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan;

bahwa Pemohon Banding dalam berita acara uji bukti menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

1. bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan sebesar Rp619.342.093,00 menurut Terbanding bahwa Pajak Masukan tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 24 Undang-Undang PPN dan Pasal 13 ayat (9) Undang-Undang PPN sehingga tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f Undang-Undang PPN;

2. bahwa berdasarkan Surat Pemberitahuan untuk Hadir Nomor S- 421/WPJ.23/BD.06/2017 tanggal 28 Setember 2017 dalam Pemberitahuan Daftar Hasil Penelitian Keberatan Masa Pajak Desember 2015 menyatakan bahwa transaksi antara Pemohon Banding dengan PT. QWE, Tbk (PT. QWE), PT RTY adalah hubungan jual beli;

3. bahwa terkait keterangan poin 1 di atas, maka setiap Penyerahan Barang Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak, yang didalamnya terutang nilai DPP dan PPN yang terhutang. Dalam hal ini sudah dilakukan oleh Pemohon Banding dan dilaporkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Desember 2015 sebagai Pajak Masukan;

4. bahwa mekanisme Pembayaran PPN sesuai Undang-Undang PPN diatur sebagai berikut:

Dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang PPN menyebutkan: "Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama";

Dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang PPN menyebutkan: "Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak";

Dalam Pasal 15A ayat (1) Undang-Undang PPN menyebutkan: "Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan";

Fakta yang ada bahwa Pajak Masukan Pemohon Banding yang berasal dari PT.

QWE, Tbk., PT RTY yang menjadi sengketa sudah sesuai dengan SPT Masa PPN Desember 2015 PT. QWE, Tbk (Formulir 1111 A2), PT RTY dan sudah dilunasi/disetor ke kas negara;

Jadi tidak benar kalau Terbanding menyampaikan bahwa Pemohon Banding tidak membayar PPN (tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 Angka 24 UU PPN dan Pasal 13 ayat 9 UU PPN sehingga Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f UU PPN;

bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas Pemohon Banding berkesimpulan bahwa Pemeriksaan yang dilakukan Terbanding tidak berdasarkan ketentuan yang berlaku, sehingga koreksi Terbanding yang tidak benar juga harus dibatalkan;

bahwa adapun dari sisi materi/sengketa banding Pemohon Banding telah membuktikan bahwa Pajak Masukan Pemohon Banding yang berasal dari PT. QWE, Tbk, PT RTY, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan demikian koreksi Terbanding tidak benar harus dibatalkan;

bahwa berdasarkan fakta dan peraturan perundang-undangan diatas, Majelis mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Buku Pembantu Hutang Dagang diketahui bahwa Faktur Pajak yang dikoreksi telah diakui sebagai hutang Pemohon Banding kepada PT QWE Tbk (PT QWE) dan PT RTY;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis diketahui bahwa sistem pembayaran hutang dan piutang antara Pemohon Banding dengan PT QWE Tbk (PT QWE) dan PT RTY dilakukan melalui kompensasi, di mana perhitungan jumlah hutang yang dikompensasi sudah sesuai dengan nilai Faktur Pajak yaitu DPP ditambah dengan PPN, sehingga nilai yang dikompensasi telah menunjukkan bahwa PPN yang masuk dalam komponen hutang telah terbayarkan;

bahwa telah dilakukan uji arus dokumen, arus uang dan arus barang dengan data yang lengkap sehingga terdapat bukti adanya arus dokumen, arus uang dan arus barang atas transaksi tersebut dan bukti pembayaran PPN-nya;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis diketahui bahwa SPT Masa PPN PKP Penjual yaitu PT QWE Tbk (PT QWE) dan PT RTY yang telah diterima KPP setempat sesuai dengan bukti tanda terima diketahui bahwa oleh PKP Penjual yaitu

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding, sehingga Pajak Masukan dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

Pajak Masukan menurut Terbanding

Koreksi positif yang tidak dapat dipertahankan

Pajak Masukan menurut Majelis

Rp 3,453,225,070.00 Rp 619,342,093.00 Rp 4,072,567,163.00

Menimbang : bahwa sehingga pajak dihitung kembali sebagai berikut : Dasar Pengenaan Pajak

- Ekspor Rp 0.00

- Penyerahan yang PPN harus dipungut sendiri

Rp 9,064,406.00 - Penyerahan yang PPN-nya dipungut

pemungut PPN

Rp 537,290,909.00 - Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut Rp 5,854,135,211.00 - Penyerahan yang dibebaskan dari

pengenaan PPN

Rp 0.00

Jumlah Rp 6,400,490,526.00

Penyerahan Barang dan Jasa yang tidak terutang PPN

Rp Jumlah seluruh penyerahan Rp 6,400,490,526.00 Penghitungan PPN kurang/lebih bayar

Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri

Rp 906,439.00 Dikurangi :

- PPN yang disetor dimuka dalam masa pajak yang sama

Rp 0.00 - Pajak Masukan yang dapat

diperhitungkan

Rp 4,072,567,163.00 - Dibayar dengan NPWP sendiri Rp 0.00

- Lain-Lain Rp 0.00

Jumlah Rp 4,072,567,163.00

Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan Rp 4,072,567,163.00 Jumlah perhitungan PPN kurang/(lebih)

bayar

Rp (4,071,660,724.00) Kelebihan pajak yang sudah :

- dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya

Rp 0.00 - dikompensasikan ke Masa Pajak

.... (karena pembetulan)

Rp 0.00 PPN yang kurang/(lebih) dibayar Rp (4,071,660,724.00)

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan peraturan perundang- undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-00156/KEB/WPJ.23/2017 tanggal 05 Oktober 2017 tentang keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor: 00004/407/15/541/17 tanggal 24 Januari 2017 Masa Pajak Desember 2015, atas nama Pemohon Banding sehingga pajak dihitung kembali sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak PPN Pajak Keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri

Pajak yang dapat diperhitungkan Jumlah perhitungan PPN kurang/(lebih) bayar

Kelebihan yang sudah dikompensasikan

PPN yang kurang/(lebih) bayar

Rp 6.400.490.526,00 Rp 906.439,00 Rp 4.072.567.163,00 Rp ( 4.071.660.724,00) Rp 0,00 Rp ( 4.071.660.724,00)

Demikian diputus pada Sidang Di Luar Tempat Kedudukan di Yogyakarta berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Kamis, tanggal 17 Mei 2018, oleh Hakim Majelis IIB Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut :

Drs. ABC, M.A., M.P.A.

DEF, SE., Ak., MSi., CA.

GHI, S.E., M.Si.

dengan dibantu oleh:

JKL, S.E., M.M.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis, tanggal 19 Juli 2018, dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh Pemohon Banding dan Terbanding.

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata usia menopause perempuan Kecamatan Pamijahan yang tidak berKB adalah 45.0 tahun dengan usia rata-rata menarke 13.5 tahun, sedangkan rata-rata usia menopause

BCA berupaya meningkatkan koordinasi di antara unit kerja terkait dalam melakukan evaluasi atau kajian terhadap proses, sistem dan prosedur untuk mengembangkan maupun

Ga boleh makan lewat dari jam 6, harus pakai sandal kaus kaki terus, sebenarnya masih banyak pantangan lainnya kalau kita perawatan traditional tapi tidak semua kakak

Ketertarikan untuk dijadikan tema penulisan adalah: pertama, belum adanya yang membahas pemikiran Badiuzzaman Said Nursi dalam bentuk skripsi di Departemen

lain, dalam bahasa yang mudah mereka mengerti. Ini dapat membantu pemahaman bagi anggota group untuk ketuntassn materi pelajaran. 4) Group work memberikan kesempatan

Media informasi yang digunakan adalah poster yang dapat mempengaruhi masyarakat (Public Persuasion) dengan menggunakan kampanye sosial untuk mengubah pola pikir

Bahwa selanjutnya frasa "diperkenankan untuk membuat satu Faktur Pajak" sebagaimana disebutkan dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang PPN, menurut Majelis dapat dimaknai

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tetang Pengadilan Pajak, Pasal 1 angka 5 menyatakan: Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara