Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.80728/PP/M.XVIB/16/2017
Jenis Pajak : PPN
Tahun Pajak : 2012
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah sengketa DPP PPN sebesar Rp3.937.435.594,00, yang terdiri dari :
1.
2.
Koreksi Positif tagihan reimbursement air tenant sebesar
Koreksi Positif tagihan reimbursement listrik tenant sebesar
Rp 50.998.920,00 Rp 3.886.436.674,00
Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan dasar hukum yang ada serta beberapa dokumen tagihan (Invoice) yang ada dapat disimpulkan bahwa atas tagihan Reimbursement Air dan Listrik terutang PPN dengan penegasan sebagai berikut:
a. Reimbursement yaitu penggantian untuk biaya yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh pemberi jasa (Pemohon Banding) atas nama penerima jasa (Tenant), berupa biaya listrik dan air baik nilai tagihannya sama dengan nilai tagihan PLN dan Perusahaan Air Minum kepada Pemohon Banding terutang PPN karena hal tersebut merupakan bagian dari kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa persewaan ruangan yang dilakukan oleh Pemohon Banding;
b. Service charge pada dasarnya merupakan balas jasa atas kegiatan pelayanan yang menyebabkan ruangan yang disewa oleh penyewa dapat dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh penyewa, yang dapat meliputi biaya listrik dan air (untuk "public area"), biaya pemeliharaan dan perawatan gedung serta peralatannya, biaya kebersihan, biaya tenaga keamanan/teknisi, biaya administrasi dan sebagainya;
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas tanggapan terbanding terkait koreksi sebesar Rp3.937.435.594,00 dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Koreksi positif tagihan reimbursement air tenant sebesar Rp50.998.920,00
bahwa sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang juga menjadi salah satu dasar hukum Terbanding, terlihat bahwa air yang dikonsumsi oleh tenant merupakan air bersih yang belum siap untuk di minum, diserahkan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) dan dialirkan melalui pipa sehingga memenuhi syarat sebagai Barang Kena Pajak Tertentu yang penyerahannya dibebaskan dari PPN;
b. Koreksi positif tagihan atas reimbursement listrik tenant sebesar Rp3.886.436.674,00 bahwa sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang juga menjadi dasar hukum Terbanding, maka dapat dinyatakan bahwa listrik yang dikonsumsi oleh tenant termasuk ke dalam penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu karena bukan untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 watt sehingga memenuhi syarat sebagai Barang Kena Pajak Tertentu yang penyerahannya dibebaskan dari PPN;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Terbanding atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN Masa Desember 2007 sebesar Rp3.937.435.594,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding, yang terdiri dari:
i.
ii.
Tagihan reimbursement air tenant sebesar
Tagihan reimbursement listrik tenant sebesar
Jumlah
: Rp 50.998.920,00 : Rp 3.886.436.674,00 : Rp 3.937.435.594,00
bahwa menurut Terbanding, penerimaan tagihan reimbursemen atas air dan listrik dari para tenant (penyewa ruangan) merupakan penerimaan atas penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN, dikarenakan:
- -
Merupakan bagian dari kegiatan usaha penyerahan Jasa Kena Pajak berupa persewaan ruangan yang dilakukan oleh Pemohon Banding;
Merupakan bagian dari Service Charge, yang pada dasarnya merupakan balas jasa atas kegiatan pelayanan yang menyebabkan ruangan yang disewa oleh penyewa dapat dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh penyewa, yang dapat meliputi biaya listrik dan air (untuk “public area”), biaya pemeliharaan dan perawatan gedung serta peralatannya, biaya kebersihan, biaya tenaga keamanan/teknisi, biaya administrasi dan sebagainya;
bahwa menurut Pemohon Banding, penerimaan atas tagihan reimbursemen atas air dan listrik dari para tenant tidak dikenakan PPN, dikarenakan:
i.
ii.
bukan merupakan bagian dari penyerahan jasa penyewaan ruangan, dan bukan merupakan bagian dari service charges yang dibebankan kepada para tenant;
Air dan Listrik merupakan barang strategis yang tidak dikenakan PPN;
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berkas sengketa, penjelasan para pihak serta bukti-bukti yang diserahkan dalam persidangan, diuraikan sebagai berikut:
a. Gambaran Umum Kegiatan Usaha
bahwa Pemohon Banding bergerak dalam bidang jasa persewaan ruangan untuk kegiatan usaha, berupa Pusat Perbelanjaan AAA di kota Bekasi;
bahwa dari kegiatan usaha persewaan ruangan tersebut, Pemohon Banding mengenakan biaya kepada para penyewa (tenant), yang pada pokoknya dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni:
- - -
Biaya Sewa Ruangan, dengan tarif per M2/bulan;
Biaya Service Charges dengan tarif per M2/bulan;
Biaya Air, Listrik, Telpon sesuai dengan jumlah pemakaian Air, Listrik dan Tilpun, dengan dengan tarif sesuai dengan yang ditetapkan oleh PDAM, PT. PLN dan PT.
Telkom Indonesia tanpa ditambah dengan biaya apapun;
bahwa atas Biaya Sewa dan Service Charges, Pemohon Banding mengenakan PPN dan menerbitkan Faktur Pajak, sedangkan untuk biaya Air dan Listrik tidak dikenakan PPN sehingga tidak menerbitkan Faktur Pajak;
bahwa untuk memenuhi kebutuhan Air dan Listrik di seluruh area Mal, dipasok oleh PDAM dan PT. PLN, disamping itu Pemohon Banding juga menyediakan Air Tanah dan Genset, sebagai fasilitas pendukung bila sewaktu-waktu pasokan dari PDAM dan PLN mengalami ganguan;
bahwa yang terdaftar sebagai Pelanggan PDAM dan PT. PLN adalah Pemohon Banding, oleh karena setiap bulan PDAM dan PT. PLN memnerbitkan Invoice/Tagihan kepada Pemohon Banding, yang selanjutnya dibayar oleh Pemohon Banding;
bahwa total biaya pemakaian Air dan Listrik yang telah dibayar oleh Pemohon Banding kepada PDAM dan PT. PLN setiap bulan, dialokasikan kedalam 2 (dua) kelompok biaya yakni:
- -
Biaya Air dan listrik yang digunakan oleh para penyewa, yang akan ditagihkan kepada masing-masing penyewa berdasarkan pemakaian Air dan Listrik;
Biaya Air dan Listrik yang digunakan untuk Fasilitas Umum (penerangan, Lift, AC dll), dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya Service Charges, yang akan dibebankan kepada masing-masing penyewa berdasarkan luas ruangan yang disewa;
bahwa untuk menghitung pemakaian Air dan Listrik para tenant, pada masing-masing ruangan yang disewa oleh para tenant dipasang Meter Air dan Meter Listrik yang berasal dari PDAM dan PT. PLN;
bahwa Majelis berpendapat, biaya Air dan Listrik yang dibayar langsung oleh Pemohon Banding kepada PDAM dan PT. PLN, pada dasarnya merupakan salah satu unsur biaya yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding dalam rangka menyediakan jasa persewaan ruangan, sebagaimana diatur dalam Perjanjian Sewa Menyewa denga para tenant;
bahwa hal tersebut sesuai dengan fakta yang terungkap, bahwa seluruh biaya Air dan Listrik yang telah dibayar oleh Pemohon Banding pada akhirnya dibebankan seluruhnya kepada para tenan, baik melalui pembebanan secara langsung kepada masing-masing tenan (berdasarkan pemakaian Air dan Listrik), serta pembebanan secara tidak langsung melalui Service Charges;
b. Reimbursement Biaya Air dan Listrik
bahwa berdasarkan Perjajian Sewa Menyewa antara Pemohon Banding dengan PT. BBB Tbk (penyewa), secara umum dapat disimpulkan bahwa Pemohon Banding sebagai pihak penyedia jasa persewaan ruangan, berkewajiban untuk menyediakan ruangan usaha dan seluruh fasilitas operasional yang diperlukan sebagaimana layaknya sebuah Mal, termasuk penyediaan Air dan Listrik;
bahwa sebagai penyedia jasa, Pemohon Banding memperoleh imbalan atau pembayaran dari para tenant, yang terdiri dari:
- - -
Pendapatan Sewa Ruangan Pendapatan Service Charges Penggantian Biaya Air dan Lastrik
bahwa atas pendapatan dari Sewa Ruangan dan Service Charges, Pemohon Banding telah mengenakan PPN, sedangkan untuk pendapatan dari Penggantian/Reimbursement Biaya Air dan Listrik tidak dikenakan PPN oleh Pemohon Banding;
bahwa Pemohon Banding menyatakan, pendapatan dari penggantian Biaya Air dan Listrik tidak dikenakan PPN, karena Air dan Listrik merupakan barang strategis yang tidak dikenakan PPN, sedangkan nilai penggantian didasarkan atas realisasi pemakaian Air dan listrik untuk masing-masing tenant (berdasarkan catatan Meter Air dan Meter Listrik), dengan tarif sesuai dengan yang ditetapkan PDAM dan PT. PLN tanpa ditambah biaya apapun;
bahwa Majelis berpendapat, sebagaimana diuraikan pada Gambaran Umum Kegiatan Usaha Pemohon Banding, pembayaran biaya Air dan Listrik merupakan salah satu unsur biaya yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding dalam rangka menyediakan jasa persewaan ruangan, yang selanjutnya menagih kepada para tenant sebagai imbalan atas jasa yang telah diberikan oleh pemohon banding;
bahwa Majelis berpendapat kegiatan usaha Pemohon Banding bukan sebagai penjual Air atau Listrik, tetapi sebagai penyedia jasa persewaan ruangan beserta seluruh fasilitasnya, sedangkan biaya Air dan Listrik merupakan unsur biaya yang harus dikeluarkan oleh Pemohon Banding dalam rangka penyediaan jasa persewaan ruangan beserta seluruh fasilitasnya tersebut;
bahwa pembebanan biaya Air dan Listrik kepada para tenant berdasarkan meter pemakaian Air dan Listrik dengan menggunakan tarif resmi dari PDAM dan PT. PLN tanpa ditambah biaya apapun, merupakan metode atau cara menghitung biaya Air dan Listrik yang telah disetujui oleh Pemohon Banding dan para tenant yang tertuang dalam perjanjian sewa menyewa, termasuk tata cara penagihan atau penggantiannya oleh para tenant, yang terpisah dari Biaya Sewa Ruangan dan Service Charges;
bahwa Majelis berpendapat, penggantian/reimbursement atas biaya Air dan Listrik oleh para tenant merupakan bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan imbalan jasa dari para tenant kepada Pemohon Banding atas penyediaan ruangan beserta seluruh fasilitasnya yang ada di area AAA Bekasi secara keseluruhan;
bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat atas jasa persewaan ruangan beserta seluruh fasilitas yang terdapat pada AAA Bekasi, Pemohon Banding memperoleh pendapatan dari para tenant berupa Sewa Ruangan, Service Charges, Penggantian biaya Air dan Listrik serta pendapatan lainnya yang terkait, yang semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan masing-masing, meskipun tata cara penghitungan dan penagihan atas masingmasing jenis pendapatan berbeda-beda;
bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berkesimpulan, penerimaan yang diperoleh Pemohon Banding dari penggatian/reimbursement atas biaya Air dan Listrik merupakan bagian dari pendapatan atas Penyerahan Jasa Kena Pajak yang terutang PPN, sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang PPN;
c. Dasar Pengenaan Pajak PPN Masa Desember 2007
bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Terbanding atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN yang harus dipungut sendiri Masa Desember 2007 sebesar Rp3.937.435.594,00 yang terdiri dari koreksi:
- -
DPP PPN atas Penggantian Biaya Air sebesar
DPP PPN atas Penggantian Biaya Listrik sebesar
Jumlah
: Rp 50.998.920,00 : Rp 3.886.436.674,00 : Rp 3.937.435.594,00
bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor: LAP-188/WPJ.22/KP.0100/2012 tanggal 4 Desember 2012, Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Penelitian Keberatan Nomor : LAP-165/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 10 Maret 2014, terungkap hal-hal sebagai berikut:
- bahwa koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Januari sd Desember 2007 adalah sebesar Rp3.960.267.134,00 dengan perhitungan sebagai berikut:
DPP PPN menurut Terbanding sebesar DPP PPN menurut Pemohon Banding (SPM) sebesar
Selisih/Koreksi DPP PPN
: Rp 8.582.949.828,00 : Rp 4.622.682.694,00 : Rp 3.960.267.134,00
- bahwa koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Desember 2007 adalah sebesar Rp3.937.435.594,00 dengan perhitungan sebagai berikut:
DPP PPN menurut Terbanding sebesar : Rp 4.728.750.905,00 DPP PPN menurut Pemohon Banding
(SPM) sebesar
: Rp 768.483.771,00 Selisih/Koreksi DPP PPN : Rp 3.960.267.134,00
bahwa berdasarkan data tersebut terlihat dengan nyata bahwa koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Desemeber 2007 adalah sama besarnya dengan koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Januari sd Desember 2007 sebesar Rp3.960.267.134,00;
- bahwa dalam Keputusan keberatan, Terbanding mempertahankan koreksi DPP PPN Masa Desember 2007 sebesar Rp3.960.267.134,00 dan atas keputusan keberatan tersebut, Pemohon Banding menyetujui sebagian koreksi Terbanding dan mengajukan banding sebesar Rp3.937.435.594,00 dengan rincian sebagaimana diuraikan sebelumnya;
bahwa berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang disusun oleh Terbanding, terungkap bahwa koreksi DPP PPN Masa Desember 2007 sebesar Rp3.960.267.134,00 menurut Terbanding merupakan total pendapatan atas penggantian/reimbursemen biaya Air dan Listrik selama periode Januari sd Desember 2007, namun tidak terdapat rincian pendapatan tersebut per Masa Pajak Januari sd Desmber 2007;
bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding menyerahkan bukti atas Biaya Air dan Listrik yang ditagih oleh PDAM dan PT. PLN, dengan rincian sebagai berikut:
Untuk tagihan pemakaian Air dari PDAM -
-
bahwa Pemohon Banding hanya menyerahkan bukti tagihan Air dari PDAM untuk bulan September, Oktober, Nopember dan Desember 2007, sedangkan tagihan Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus 2007 tidak diserahkan oleh Pemohon Banding;
bahwa dari bukti tagihan PDAM tersebut terungkap bahwa penagihan pemakaian Air oleh PDAM tidak dikenakan PPN;
Untuk tagihan Listrik dari PT. PLN -
-
bahwa Pemohon Banding menyerahkan bukti tagihan Listrik dari PLN untuk bulan September, Oktober, Nopember dan Desember 2007, dan terungkap bahwa penagihan biaya pemakaian listrik oleh PT. PLN kepada Pemohon Banding tidak dikenakan PPN;
bahwa besarnya tagihan pemakaian Listrik oleh PT. PLN untuk bulan Desember 2007 adalah sebesar Rp896.355.415,00 termasuk Pajak penerangan jalan sebesar 8% dari jumlah biaya pemakaian Listrik sebesar Rp896.355.415,00;
bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a dan b tentang Pembayaran Biaya-Biaya, dalam perjanjian Sewa Menyewa antara pemohon banding dengan para tenant, diatur sebagai berikut:
(1) Tagihan biaya pemakaian listrik, air, dan telepon Pihak Kedua wajib dibayarkan oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama atau kepada instansi terkait sesuai dengan ketentuan di bawah ini, yaitu :
a. Pembayaran tagihan pemakaian listrik ditetapkan berdasarkan KWH meter sendiri dengan tarif resmi dari instansi PLN (perusahaan Listrik Negara), tanpa dikenakan biaya tambahan apapun;
b. Pembayaran tagihan pemakaian air ditetapkan berdasarkan alat pencatat air sendiri dengan tarif resmi dari instansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk jenis golongan usaha, tanpa dikenakan biaya tambahan apapun;
bahwa dalam persidangan terungkap bahwa atas Biaya Air dan Listrik yang telah dibayar oleh Pemohon Banding kepada PDAM dan PT. PLN setiap bulan, dialokasikan oleh Pemohon Banding sebagai:
- -
Biaya Air dan Listrik yang digunakan langsung oleh para tenant, yang dihitung berdasarkan pemakaian masing-masing (berdasarkan catatan Meter Air dan Meter Listrik)
Bagian dari biaya Service Charges yang merupakan biaya pemakaian Air dan Listrik untuk fasilitas umum, yang juga dibebankan kepada para tenan berdasarkan satuan luas ruangan yang disewa;
bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat besarnya biaya Air dan Listrik yang dibebankan langsung kepada para tenant melalui metode penggantian/reimbursemen untuk Masa Desember 2007 tidak akan melebihi jumlah biaya Air dan Listrik yang ditagih oleh PDAM dan PT. PLN kepada Pemohon Banding;
bahwa untuk PPN Masa Januari sd November 2007, Terbanding telah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaannya Terbanding berkesimpulan bahwa SPM PPN Masa Januari sd November 2007 telah diakui kebenarannya dan tidak terdapat koreksi apapun;
bahwa berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Desember 2007 yang menjadi pokok sengketa sebesar Rp3.937.435.594,00 didasarkan pada perhitungan pendapatan Pemohon Banding dari penggantian/reimbursemen atas biaya Air dan Listrik masa Januari sd Desember 2007, dan bukan semata-mata dari pendapatan pada Masa Desember 2007;
bahwa dalam persidangan Terbanding mengakui adanya perhitungan tersebut, dengan alasan Terbanding tidak memperoleh bukti dan rincian penerimaan penggantian/reimbursement biaya Air dan Listrik per Masa Pajak Januari sd Desember 2007, oleh karena itu seluruh koreksi dibebankan pada Masa Desember 2007;
bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut Undang-Undang KUP), antara lain dinyatakan:
Pasal 1:
6.
7.
8.
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim;
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim;
Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak;
Memory penjelasan pasal 29 Ayat (2), antara lain dinyatakan:
Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan, Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Desember 2007, tidak mencerminkan kejadian atau transaksi yang benar-benar terjadi pada Masa Pajak Desmber 2007 dan tidak didasarkan pada bukti- bukti yang terkait serta berlandaskan pada peraturan perundang-undangan;
bahwa Terbanding tidak konsisten terhadap hasil pemeriksaan yang telah dilakukan sendiri, disatu sisi mengakui kebenaran SPM PPN Masa Januari sd November 2007 dengan menerbitkan SKP Nihil, namun disisi lain membebankan transaksi yang terjadi pada Masa Januari sd November 2007 sebagai koreksi untuk DPP PPN Masa Desember 2007;
bahwa berdasarkan uraian pada angka 1 sd 3, Majelis berkesimpulan sebagai berikut:
- -
bahwa pendapatan Pemohon Banding dari penggantian/reimbursemen atas biaya Air dan Listrik merupakan bagian tidak terpisahkan dari pendapatan Pemohon Banding dari usaha penyediaan jasa persewaan ruangan, sehingga merupakan penyerahan Jasa Kena Pajak yang terutang PPN;
koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Desember 2007 tidak mencerminkan kejadian atau transaksi yang sebenarnya terjadi, dan tidak didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Desember 2007 sebesar Rp3.937.435.594,00 harus dibatalkan seluruhnya;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menimbang : bahwa dalam sengketa ini Hakim Anggota Drs. CCC berpendapat lain (dissenting opinion), dengan pendapat sebagai berikut :
Pokok Sengketa
bahwa yang menjadi sengketa dalam perkara banding ini adalah koreksi positip atas obyek PPN Masa Pajak Desember 2007 sebesar Rp.3.937.435.594,00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
Tentang Duduk Perkara:
bahwa Pemohon Banding mengajukan keberatan dengan Surat Nomor: 002/FA/BBN/III/2013 tanggal 11 Maret 2013 dan dengan Keputusan Terbanding Nomor: KEP- 160/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 10 Maret 2014 berupa menolak permohonan keberatan sehingga dengan surat Nomor :001/BBN/FA/VI/2014 tanggal 09 Juni 2014 mengajukan banding;
Fakta hukum berdasarkan hasil pemeriksaan Terbanding :
bahwa Pemohon Banding telah membayar SKPKB PPN sebesar Rp.4.571.285,00 dan Rp.196.871.780,00 berturut-turut tgl. 15 Januari 2013 dan 6 juni 2014 melalui kas negara;
bahwa tagihan PPN berdasarkan SKPKB PPN Nomor 00007/207/07/407/12 berjumlah Rp.792.053.426,00 berikut sanksi kenaikan Pasal 13 ayat 3 KUP;
bahwa Penelaah Keberatan sependapat dengan Pemeriksa atas koreksi obyek PPN yang belum dilaporkan oleh Pemohon Banding sebesar Rp.3.937.435.594,00 yang terdiri atas Reimbursement listrik tenant sebesar Rp. 3.886.436.674 dan reimbursement tagihan air tenant sebesar Rp. 50.998.920,00;
bahwa menurut Hakim Anggota Drs. CCC, reimbursement merupakan biaya yang terlebih dulu dibayarkan oleh Pemohon Banding atas nama penerima jasa tenant berupa listrik dan air yang nilai tagihannya sama dengan nilai tagihan PLN dan Perusahaan Air minum PAM yang terutang PPN, sehingga merupakan bagian kegiatan penyerahan JKP berupa persewaan ruangan yang dibayar oleh tenant;
bahwa service charge merupakan balas jasa atas kegiatan pelayanan persewangan ruangan oleh penyewa yang dapat dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan penyewa (tenant) yang antara lain dapat berupa biaya listrik dan air untuk public area, biaya pemeliharaan gedung serta peralatannya, biaya kebersihan, biaya tenaga keamanan/teknisi, dan biaya administrasi, dsb;
bahwa berdasarkan perjanjian sewa menyewa antara Pemohon Banding dengan PT BBB Tbk.
Diketahui bahwa Pemohon Banding wajib menyediakan fasilitas antara lain air conditioning (AC), listrik, genset, telepon, dsb;
bahwa berdasarkan hal tersebut kelas bahwa kegiatan usaha Pemohon Banding adalah persewaan ruangan di Grandmall Bekasi, dimana Pemohon Banding memiliki kewajiban menyediakan air dan listrik,sehingga selain menerima pendapatan dan persewaan ruangan Pemohon Banding juga menagihkan biaya listrik dan air kepada para tenant (penyewa);
bahwa dengan demikian penerimaan (reimbursement) ) atas tagihan listrik dan air merupakan penyerahan yang merupakan obyek pengenaan PPN atas jasa persewaan ruangan;
bahwa menurut Hakim Anggota Drs. CCC, obyek sengketa bukanlah air bersih yang dialirkan melalui pipa atau listrik yang merupakan BKP barang strategis, namun obyek sengketa adalah
"service charge" yang merupakan nilai jasa persewaan ruangan yang adalah obyek pengenaan PPN;
bahwa kegiatan usaha Pemohon Banding adalah jasa persewaan ruangan di AAA Bekasi dimana sesuai dengan dengan perjanjian sewa menyewa, terdapat kewajiban Pemohon Banding untuk menyediakan listrik dan air, sehingga selain menerima pendapatan dan persewaan ruangan Pemohon Banding juga menagih biaya listrik dan air kepada para tenant (penyewa ruangan) sehingga penerimaan atas tagihan listrik dan air dalam bentuk reimbursement merupakan penerimaan obyek PPN karena merupakan bagian dan jasa persewaan ruangan;
bahwa selanjutnya meteran yang dipasang ditempat tenant/penyewa bukanlah milik tenant/penyewa ruangan melainkan milik pemohon banding ,dimana meteran tersebut berfungsi untuk menghitung alokasi arus listrik yang harus ditanggung oleh tenant/penyewa ruangan atas penggunaan genset milik Pemohon Banding, sebagai bagian tanggung jawab atas jasa persewaan ruangan sebagaimana tercantum dalam klausul kewajiban pihak pertama dalam perjanjian sewa menyewa;
bahwa dengan demikian Hakim Anggota Drs. CCC berpendapat bahwa penolakan permohonan Keberatan Permohon Banding oleh Terbanding sudah benar dan oleh karenanya berpendapat bahwa keputusan Terbanding yang menolak permohonan keberatan sudah benar dan tetap dipertahankan;
bahwa oleh karena itu, berdasarkan fakta dipersidangan dan mempertimbangkan bukti bukti yang disampaikan para pihak dalam persidangan, Hakim Anggota Drs. Erwin Silitonga berpendapat perhitungan Terbanding sudah benar, sehingga perhitungan PPN yang terutang sebagaimana tercantum dalam Keputusan Keberatan Nomor KEP-160/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 16 Maret 2014 tetap dipertahankan;
bahwa dengan demikian, Hakim Anggota Erwin Silitonga berbeda pendapat (dissenting opinion) dengan Anggota Majelis lainnya, serta memutuskan menolak permohonan banding yang diajukan oleh Pemohon Banding dan mempertahankan Keputusan Terbanding Nomor KEP-160/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 16 Maret 2014;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menimbang : bahwa berdasarkan Pasal 79 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak “Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, putusan Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin oleh Hakim Ketua dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan diambil dengan suara terbanyak”;
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 79 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak sebagaimana tersebut di atas, maka putusan atas sengketa ini diambil dengan suara terbanyak;
Menimbang : bahwa dengan demikian, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP- 160/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 10 Maret 2014 tentang keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2007 Nomor: 00007/207/07/407/12 tanggal 14 Desember 2012, dengan perhitungan sebagai berikut :
Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Keluaran yang Harus dipungut sendiri
Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan
PPN terutang
PPN lebih Bayar yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya :
PPN yang Kurang /(Lebih) Bayar Sanksi Administrasi : Pasal 13 (3) KUP PPN Yang Masih Harus Dibayar
Rp 791.315.311,00 Rp 79.131.531,00 Rp 6.682.501.400,00 Rp ( 6.603.369.869,00) Rp 6.605.653.024,00 Rp 2.283.155,00 Rp 2.283.155,00 Rp 4.566.310,00
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;
Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundangundangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding atas sengketa pajak terhadap terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEPKEP- 160/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 10 Maret 2014 tentang keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Desember 2007 Nomor: 00007/207/07/407/12 tanggal 14 Desember 2012, atas nama : XXXX, dengan perhitungan sebagai berikut :
Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Keluaran yang Harus dipungut sendiri
Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan
PPN terutang
PPN lebih Bayar yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya :
PPN yang Kurang /(Lebih) Bayar Sanksi Administrasi : Pasal 13 (3) KUP PPN Yang Masih Harus Dibayar
Rp 791.315.311,00 Rp 79.131.531,00 Rp 6.682.501.400,00 Rp ( 6.603.369.869,00) Rp 6.605.653.024,00 Rp 2.283.155,00 Rp 2.283.155,00 Rp 4.566.310,00
Demikian diputus di Jakarta pada hari Kamis tanggal 5 Februari 2015 berdasarkan musyawarah Majelis XVIB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut :
1. Drs. ABC, MM 2. Drs. DEF 3. GHI, Ak., MSI 4. MR. JKL, SH. MM
: sebagai Hakim Ketua, : sebagai Hakim Anggota, : sebagai Hakim Anggota, : sebagai Panitera Pengganti,
Putusan Nomor: PUT.80728/PP/M.XVIB/16/2017 diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Kamis tanggal 2 Februari 2017 dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut :
1. Drs. MNO, MSi 2. Drs. DEF 3. GHI, Ak., Msi 4. MR. JKL, SH., MM
: sebagai Hakim Ketua, : sebagai Hakim Anggota, : sebagai Hakim Anggota, : sebagai Panitera Pengganti,
dihadiri oleh Para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, serta tidak dihadiri oleh Terbanding, dan tidak dihadiri oleh Pemohon Banding.