• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AKTIVITAS FISIK EKSTRA KURIKULER OLAHRAGA DAN NON-OLAHRAGA TERHADAP PENURUNAN OBESITAS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH AKTIVITAS FISIK EKSTRA KURIKULER OLAHRAGA DAN NON-OLAHRAGA TERHADAP PENURUNAN OBESITAS SISWA."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

J. Lokasi Penelitian, Program Latihan dan Pengambilan Data ... 22

BAB II TINJAUAN TEORI A. Obesitas ... 23

1. Pengertian ……… 23

2. Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas………. 27

3. Jenis Obesitas ……….. 34

2. Intensitas Ltihan Olahraga ... 58

(2)

3. Permasalahan PJOK ... 65

4. Sikap Terhadap Aktivitas Jasmani ... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 74

B. Desain dan Langkah Penelitian ... 78

C. Definisi Operasional Variabel ... 84

D. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 87

E. Lokasi Penelitian ... 90

F. Instrumen Penelitian ... 90

G. Program Kegiatan Dan Latihan Ekstra Kurikuler Olahraga ... 92

H. Tehnik Pengumpulan Data ... 93

I. Analisis Data ……… ... 94

J. Hipotesis Data……….. ... 95

K. Deskripsi Data ……… 96

BAB. IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data ……….. 97

2. Uji Normalitas Dan Homogenitas Data……… 100

3. Uji Hipotesis... 106

B. Pembahasan………. 112

BAB. VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan…. ... 118

B. Rekomendasi. ... 118

DAFTAR PUSTAKA. ... 121

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan

yang berisiko pada kesehatan. Obesitas juga merupakan kelainan penyakit yang

ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Obesitas

adalah merupakan penyakit multifaktorial, diduga bahwa sebagian besar obesitas

disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, meliputi

aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi, dan nutrisional yang berhubungan dengan

perilaku makan.

Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan

pengukuran antropometrik dan atau pemeriksaan laboratoris. Pada umumnya

pengukuran berat badan yang dibandingkan tinggi badan seseorang menjadi

ukuran dengan standar berat badan ideal, atau dengan pengukuran lemak

subkutan dengan skinfold thickness atau lipatan kulit. Obesitas menurut WHO

(22 Februari 2011):

Overweight and obesity are defined as abnormal or excessive fat accumulation that person a risk to health. A crude population measure

of obesity is the body mass index (BMI), a person’s weight (in kilograms)

divided by square of his or her height ( in metres). A person with a BMI equal to or more than of 30 or more is generally considered obese. A person with a BMI equal to more than 25 is considered overweight. Overweight and obesity are major risk factor for a number of chronic diseases, including diabetes, cardiovascular diseases and cancer. Once considered a problem only in high income countries,overweight and obesity are now dramatically on the rise in low-and middle-income countries, particularly in urban settings.

(4)

Hal ini berarti kelebihan berat badan manggambarkan keadaan tubuh yang

tidak normal sebagai akibat dari kelebihan lemak pada seseorang yang beresiko

terhadap kesehatan. Pengukuran secara kasar populasi obesitas dengan

menngukur indek masa tubuh, berat badan (kg²) dibagi ¼ tinggi badan (m).

Seseorang dengan indek massa tubuh yang sama dengan atau lebih dari 25

dianggap kelebihan berat badan yang diindikasikan obesitas.

Obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu

rangkap, panjang leher yang relatif pendek, dada yang menggembung dengan

volume payudara yang membesar karena kandungan lemak berlebihan, perut

membuncit dan dinding perut berlipat-lipat, kedua pangkal paha bagian dalam

saling menempel. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena terbenam dalam

jaringan lemak suprapubik. (http://www.klikdokter.com/gizi/read/2010/07/05)

Kelebihan berat badan (over weight) merupakan penyebab utama beberapa

penyakit kronis termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular dan kanker. Sebagian

besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan

lingkungan, aktivitas, gaya hidup, tingkat sosial ekonomi dan nutrisi atau pola

makan. Kriteria berat badan ideal berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT),

menurut Giriwijoyo, 2007: 654 yaitu :

BB Idaman : IMT = 100% Nilai : 21 BB Kurang : IMT < 90% Nilai : < 18,9

BB Normal : IMT = 90-110% Nilai 18,9 – 23,1 BB Lebih : IMT = 110 – 120% Nilai 23,1 – 25,2 Gemuk/obesitas : IMT = > 120% Nilai > 25,2,

(5)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka seseorang dinyatakan obesitas bila berat

badan lebih besar dari 120 % berat badan ideal dengan nilai standar lebih besar

dari 23,1.

Obesitas pada remaja saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata, semakin

banyaknya remaja yang mengalami obesitas menjadi indikasi masalah kesehatan

yang akan terus berkembang. Sebuah langkah sangat penting untuk mengenal

obesitas pada remaja secara lebih mendalam, mengingat obesitas sering

menimbulkan risiko kesehatan lain yang lebih serius. Begitu pentingnya

penampilan fisik menurut remaja setidaknya membuat mereka harus mengetahui

sejauh mana gangguan penampilan fisik akibat kegemukan. Hal ini penting agar

gangguan kelebihan berat badan (overweight) tidak berlanjut. Jika tidak segera

ditanggulangi bisa menggangu penampilan bahkan menimbulkan penyakit yang

lebih sulit untuk disembuhkan. (http://remajasehat.com/blog Mar/19 th, 2009)

Pola makan yang tidak terkontrol, kemajuan teknologi yang membantu

meringankan kerja manusia, menyebabkan terjadinya aktivitas kurang gerak, hal

ini ternyata berakibat pada penyakit kegemukan/obesitas. Survey di Korea

Selatan pada tahun 1995, melaporkan sebanyak 1,5% penduduknya mengalami

obesitas (BMI > 30 kg/m2) dan 20,5% overweight (BMI> 25-29,9 kg/m2).

Sedangkan di Thailand sebanyak 4% mengalami obesitas, 16% overweight dan

Malaysia 4,7% pria 7,7 % wanita mengalami obesitas. Prevalensi anak obesitas

di Malaysia mengalami peningkatan 6,6% pada umur sekitar 7 tahun, 13,8%

pada umur 10 tahun, 12,5% pada pria dan 5% pada wanita umur 7-10 tahun

(6)

Kondisi di atas juga terjadi di Indonesia, hasil survey Bappenas (2004)

mengemukakan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan

setiap pada beberapa dasawarsa, pada 1982 prevalensi obesitas pria 4,2% dan

wanita 7,1% sedangkan pada 1992 pria 10,8% dan wanita 24,1%. Hasil

penelitian pada kelompok sosial menengah ke atas di Medan, pada tahun 2002

prevalensi overweight 54,0% dan obesitas 10,3%. Sedangkan hasil survey

terhadap sekitar 4.747 siswa SLTP di Jogyakarta Kabupaten Bantul 2% siwa

mengalami obesitas. Beberapa hasil penelitian di Indonesia yang tidak

diungkapkan disini, juga menyatakan bahwa usia remaja pada masa sekarang ini

rentan terkena penyakit obesitas, yang akibatnya timbul berbagai penyakit

lainnya seperti diabetes, jantung dan tekanan darah tinggi. (Imam S, 2005:7).

Obesitas juga menyebabkan gangguan ortopedik yang disebabkan

kelebihan berat badan sehingga menyebabkan tergelincirnya epifisis kaput

femoris yang menimbulkan nyeri panggul. Selain itu obesitas juga menyebabkan

pseudomotor serebri akibat peningkatan tekanan intraknial pada obesitas yang

menyebabkan gangguan jantung dan paru, peningkatan kadar CO2 dan

memberikan gejala sakit kepala, pupil oedema, diplopia, kehilangan lapangan

pandang perifer dan iritabilitas.

Melihat begitu besarnya resiko yang timbul akibat obesitas maka

diperlukan suatu upaya untuk menurunkan resiko tersebut pada anak, mengingat

penyebab obesitas bersifat multi faktor maka upaya-upaya untuk menurunkan

obesitas pun seharusnya dilaksanakan secara multi disiplin. Prinsip dari

(7)

keluaran energi, dengan cara peningkatan aktivitas fisik dan mengubah atau

memodifikasi pola hidup. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan

antara aktifitas fisik yang rendah dengan obesitas.

Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan

berat badan sebesar = 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas

yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga,

sedangkan penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan dengan

jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak

menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan.

Selain aktivitas fisik, faktor nutrisi dan asupan energi dan yang dikeluarkan

tidak berimbang hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan berat badan.

Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan

asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar

dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak. penelitian lain menunjukkan

peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46

kali, keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy

density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek

termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung

protein dan karbohidrat.

Faktor genetik atau keturunan berperan sangat besar terhadap obesitas

seseorang dikenal dengan parental fatness, yaitu bila kedua orang tua mengalami

obesitas maka 80% kemungkinan anaknya menderita obesitas. Bila salah satu dari

(8)

sebesar 40%. Sedangkan bila kedua orang tua nya tidak menderita obesitas maka

kecenderungannya anaknya menderita obesitas menjadi 14%.

(http://remajasehat.com/blog Mar/19 th, 2009).

Semakin sempitnya ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat, terutama kaum remaja dengan kebutuhan gerak yang banyak,

menyebabkak aktivitas fisik remaja yang terbatas. Hal ini menyebakan asupan

energi yang tidak seimbang yang menyebabkan timbunan lemak yang berlebihan

dan berakibat terjadinya obesitas dan kelebihan berat badan terutama pada

remaja, karena pada dasranya aktivitas dapat membantu penurunan berat badan.

Lebih jauh U.S. Department of Health and Human Services, Office on

Women’s Health (2008:5) megungkapkan:

Physical activity can also help you lose weight. If you are overweight or obese, losing weight can lower your risk for many diseases. Being overweight or obese increases your risk of heart disease, high blood pressure, stroke, type 2 diabetes, breathing problems, osteoarthritis, gallbladder disease, sleep apnea (breathing problems while sleeping), and some cancers

Bersadasarkan penjelasan tersebut maka secara jelas aktivitas fisik dapat

menurunkan berat badan, mengurangi berbagai penyakit sebagai akibat

kegemukan, menurnkan tekanan darah, diabetes, masalah pernapasan, gangguan

tidur dan beberapa penyakit kangker. Dengan demikian sangat jelas banyak

dampak negatif yang ditimbulkan akibat obesitas pada anak diantaranya adalah

resiko penyakit kardiovaskular yang tidak biasa terjadi pada remaja.

Anak penderita obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah

(9)

menderita hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, dan obstructive sleep apnea suatu

penyakit yang banyak dijumpai pada anak penderita obesitas yaitu gejala

mengorok yang disebabkan oleh penebalan jaringan lemak di daerah dinding

dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma

sehingga terjadi penurunan tonus otot pada dinding dada yang disertai penurunan

saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2. (Division of Nutrition and Physical

Activity, NCCDPHP, CDC 2008).

Beberapa ahli menjelaskan pengertian mengenai aktivitas fisik, diantaranya

adalah:

1. Sunita Almatsier (2003:144) menyatakan: “bahwa aktivitas fisik adalah

gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.”

2. Carl J. Caspersen, PhD. MPH. dkk, dalam Public Health Report (1985:126)

menyatakan: “physical activity is defined as any bodily movement produced

by skeletal muscle that results in energy expenditure. they energy expenditure

can be measured in kilocalories.” Pernyataan diatas mengandung pengertian

bahwa aktivitas fisik adalah gerakan fisik apapun yang dihasilkan oleh otot

skelet yang memerlukan atau membutuhkan pengeluaran energi diatas level

istirahat. Pengeluaran energi tersebut dapat diukur dalam jumlah pengeluaran

kalori atau kilokalori (k.kal).

3. WHO, dalam Public Health Report 1985 menjelaskan lebih lanjut bahwa

aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

(10)

fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat,

bugar sepanjang hari (Pusat Promosi DEPKES. RI 2006).

Definisi aktivitas fisik secara luas adalah mencakup semua kegiatan yang

disukai seperti berjalan, bersepeda, menari, bermain permainan tradisonal,

bertanam, mengerjakan pekerjaan rumah, olah raga dan latihan yang disengaja,

sementara hidup aktif adalah suatu jalan hidup yang mengintegrasikan sedikitnya

setengah jam sehari menjalankan aktivitas fisik secara rutin (Cavill. et.al.,2006).

Aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap metabolisme dalam tubuh manusia

menjadi lebih baik, latihan fisik yang menunjang terhadap peningkatan kebugaran

dan kesehatan tubuh perlu diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan

motorik dan kemampuan fisik remaja pada umumya. Aktivitas fisik untuk anak

usia 6 - 12 tahun lebih tepat dengan menggunakan keterampilan otot, seperti

bersepeda, berenang, menari dan senam.

Berdasarkan ungkapan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas

fisik dimaksud adalah aktivitas fisik yang bukan merupakan kegiatan rutinitas

sehari-hari tetapi kegiatan dengan tenaga/energi yang dikeluarkan di atas

energi/tenaga yang dibutuhkan. Pola aktivitas hidup aktif dengan melakukan

aktivitas fisik yang teratur dan terencana seperti ini telah menjadi trend dan

banyak dpromosikan di berbagai negara maju. Dosis atau volume aktivitas fisik

dapat dikalkulasikan dari frekuensi, durasi (waktu), intensitas dan jenis dari

aktivitas fisik. Meskipun aktivitas fisik sering dievaluasi pada terminologi

(11)

biokultural yaitu energi dibelanjakan pada perilaku aktif yang terjadi dalam

bentuk dan konteks budaya yang berbeda-beda.

Selanjutnya WHO (2009) menjelaskan beberapa manfaat melakukan

aktivitas fisik secara teratur sebagai berikut:

1) Membantu orang mengendalikan berat badannya, yang pada akhirnya memungkinkan mereka untuk mempertahankan gaya hidup yang lebih baik dan tetap segar dan waspada selama terjaga.

2) Aktivitas fisik membantu mengurangi resiko penyakit jantung dan gagal jantung, karena otot-otot jantung menjadi lebih kuat.

3) Aktivitas fisik mampu mengurangi resiko diabetes tipe 2 dan kondisi lain yang terkait dengan aktivitas seperti obesitas dan apnea tidur.

4) Aktivitas secara fisik membantumengurangi risiko kanker jenis tertentu. 5) Aktivitas fisik membantu menguatkan tulang menjadi lebih kuat dan otot

menjadi lebih lentur. Hal ini mengurangi terjadinya cedera fisik dan meningkatkan perbaikan jaringan yang lebih cepat.

6) Ketika seseorang aktif secara fisik, ia dapat meningkatkan kesehatan mental mereka dan juga mengendalikan suasana hati lebih stabil.

7) Membantu meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan bagi orang dewasa tua dapatmemberikan kekuatan yang lebih banyak membantu untuk mencegah terjadinya jatuh.

8) Secara keseluruhan, aktivitas fisik membantu kesempatan untuk lebih lama hidup ( panjang umur ).

( WHO, 2009 Physical Activity : Bennefit of Physical Activity)

Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat menghasilkan

perubahan pada seseorang ke arah derajat kondisi fisik yang lebih baik. Manfaat

aktivitas fisik yang rutin dilakukan seperti olahraga kesehatan di sekolah terutama

melalui kegiatan ekstrakurikuler akan mampu menghasilkan

perubahan-perubahan terhadap aspek jasmani/fisik pelakunya, perubahan-perubahan pada unsur

pelaksana gerak (ES.I) dan pada unsur pendukung gerak (ES.II). Perubahan pada

kedua ergosistem tersebut akan menyebabkan meningkatnya kemampuan

(12)

Aktivitas fisik yang dilakukan remaja, menurut dapat dibagi menjadi 3

kelompok yang disesuaikan dengan energi yang dibutuhkannya yaitu :

a. Kegiatan Ringan

Membaca, menulis, makan, menonton televisi, mendengarkan radio, merapikan tempat tidur, mandi, berdandan, berjalan lambat, bermain kartu, dan berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk atau tanpa menggerakan lengan, kebutuhan kalori 60 – 80 k.kal dengan lama aktivitas + 1 - 3 Jam.

b. Kegiatan Sedang

Bermain dengan mendorong benda, bermain tenis meja, menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik, mencuci baju dengan tangan, menjemurpakaian, berjalan kecepatan sedang, bersepeda santai, serta berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan berdiri atau duduk yang banyak menggerakan lengan, kebutuhan kalori 170 – 240 k.kal dengan lama aktivitas + 4 – 6 Jam.

c. Kegiatan Berat

Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat-angkat benda berat, berlari, berenang, bermain tenis, naik-turun tangga, memenjat, bersepeda, bermain sky, dansa, sepak bola, berkebun, serta bermain dengan banyak menggerakan lengan, kebutuhan kalori >250 k.kal dengan lama aktivitas lebih dari 6 jam.

(Dina Agoes dan Maria Poppy, 2003:42)

Pada dasaranya aktivitas fisik yang bermanfaat erat hubungannya dengan

kegiatan olahraga, hal ini dapat dilihat dari pengertian olahraga menurut UURI

NO 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menjelaskan

bahwa: “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,

membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.” Hal ini

sejalan dengan istilah aktivitas fisik yang digunakan WHO yaitu segala bentuk

aktivitas gerak yang dilakukan setiap hari, termasuk bekerja , rekreasi, latihan dan

aktivitas olahraga (Thoho Cholik 2007:14).

Pada anak usia sekolah aktivitas fisik yang secara rutin dan terawasi lebih

(13)

kegiatan ekstrkurikuler olahraga. Tetapi dengan waktu yang relatif singkat pada

pelajaran Penjasorkes (2 x 45 menit/Minggu), dirasakan sangat kurang untuk

memenuhi kebutuhan aktifitas rutin melalui kegiatan olahraga, maka dengan

kegiatan ekstrakurikuler olahraga, aktivitas bisa meningkat menjadi setara dengan

jenis olahraga kesehatan yang dilaksanakan 3–5 kali/minggu ataua dengan

olahraga minimal 2 X setiap minggu, dengan intensitas setiap latihan mencapai

60 – 80% denyut nadi maksimal (DNM), (Giriwijoyo, 2007:32). Selain aktivitas

fisik yang biasa dilakukan untuk penanggulangan obesitas adalah perubahan

perilaku pola makan Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi

asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur,

serta membatasi gula dan lemak.

Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang

seharusnya diperlukan pada masa pertumbuhan remaja. Puasa yang terus

menerus juga tidak dianjurkan karena penurunan berat badan dalam hal ini

hanyalah berasal dari kehilangan cairan tubuh sehingga tubuh menyebabkan rasa

lemas. Modifikasi perilaku digunakan untuk mengatur perilaku pola makan dan

aktivitas fisik pada mereka yang sedang melaksanakan terapi obesitas.

Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang

dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat

membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas. Pemberian

obat-obatan anti obesitas juga dapat diberikan atas anjuran dokter. Tindakan

pembedahan juga dapat menjadi pilihan apabila semua usaha di atas tidak

(14)

anatomi system pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yg dimakan dan

dicerna (http://www.news-medical.net/news/2007/10/29/65/Indonesian.aspx).

Program kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk memperluas wawasan

pengetahuan dan meningkatkan keterampilan diluar kegiatan intrakurikuler.

Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan di luar jam pelajaran yang termasuk dalam

program kegiatan sekolah yang disesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler juga berupa kegiatan pengajaran dan perbaikan yang

berkaitan dengan program kurikuler. Kegiatan dimaksudkan untuk memperdalam

dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata

pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan

manusia seutuhnya, Depdikbud (1997:250). Kegiatan yang dimaksud untuk

mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan

keadaan dan kebutuhan lingkungan juga dilaksanakan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Salahsatu kegiatan aktivitas fisik siswa di sekolah adalah

program kegiatan ekstra kurikuler . Kegiatan ini meliputi kegiatan ekstrakurikuler

olahraga dan non-olahraga.

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMA 6 Bandung antara lain meliputi

sepak bola, futsal, bola voli, bola basket dan atletik. Sedangkan kegiatan

ekstrakurikuler non olahraga meliputi kegiatan PMR, PASKIBRA dan Pramuka.

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan kegiatan yang banyak diminati

termasuk di SMA Negeri 6 Kota Bandung, program kegiatan ini bertujuan untuk

mengembangkan prestasi akademik dan olahraga. Pengaruh yang timbul terhadap

(15)

yaitu meningkatkan derajat kesehatan siswa, mengurangi resiko penyakit bahkan

menghindari kecenderungan kelebihan berat badan pada siswa.

Berdasarakan uraian tersebut maka aktivitas fisik dan pola hidup remaja

yang dilakukan secara tepat akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan

fisik pada remaja (siswa). Berat badan ideal akan diperolah dengan aktivitas fisik

yang tepat, asupan dan pengeluaran energi akan seimbang untuk mencegah

obesitas, sehingga dapat menghindari penyakit degeneratif seperti jantung dan

tekanan darah tinggi. Dengan tercapainya tujuan kegiatan olahrga, maka tujuan

sehat sejahtrera paripurna, sehat jasmani, rohani dan sosial akan tercapai,

Grirwijoyo (2007:8).

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka peneliti mencoba

mengangkat beberapa kondisi yang terjadi pada remaja usia sekolah dan menjadi

suatu permasalahan. Kondisi tersebut diantaranya adalah: 1)Adanya

kecenderungan malnutrisi pada pelaku aktivitas fisik atau bergerak pada usia

anak dan remaja, 2) Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan dapat menimbulkan

berbagai penyakit kardiovaskuler obesitas, 3) Obesitas merupakan salah satu

faktor atau pemicu yang dapat menimbulkan terjadinya berbagai penyakit, 4)

Program Kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non olahraga di sekolah

merupakan kegiatan yang penting dan sangat bermanfaat bagi kesehatan remaja

terutama menyangkut pertumbuhan badan siswa, karena merupakan aktivitas fisik

(16)

Dengan memperhatikan latar belakang penelitian yang diungkapkan, maka

penulis merumuskan permasalahan yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap

penurunan tingkat obesitas (BMI) siswa di SMA Negeri 6 Kota Bandung.

2. Apakah terdapat pengaruh kegiatan ekstrakurikuler non olahraga terhadap

penurunan tingkat obesitas (BMI) siswa di SMA Negeri 6 Kota Bandung.

3. Apakah terdapat perbedaaan pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga

dan non olahraga terhadap penurunan tingkat obesitas (BMI) siswa SMA

Negeri 6 Kota Bandung.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstra kurikuler olahraga di SMA

Negeri 6 Kota Bandung, terhadap penurunan tingkat obesitas.

2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstra kurikuler non olahraga di

SMA Negeri 6 Kota Bandung, terhadap penurunan tingkat obesitas.

3. Untuk perbedaaan pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non

olahraga terhadap penurunan tingkat obesitas di SMA Negeri 6 Kota

Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan (kontribusi)

terhadap teori-teori yang menerangkan manfaat kegiatan ekstra kurikuler

(17)

2. Secara praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, kepala sekolah dan

orang tua untuk dapat memberikan keleluasaan gerak atau kebebasan

gerak untuk melakukan aktivitas jasmani melalui kegiatan ekstrakurikuler

olahraga maupun non olahraga secara maksimal pada anak, selain untuk

itu penelitian ini juga berguna untuk perubahan paradigma berfikir tentang

pentingnya pembelajaran melalui pendidikan jasmani di sekolah.

E. Asumsi

Asumsi adalah anggapan dasar yang melandasi perumusan hipotesis,

beberapa landasan serta asumsi sangat penting dalam perumusan hipotesis.

Sebagai landasan dalam pelaksanaan yang mendukung penelitian, berikut ini

dikemukakan beberapa asumsi yang merupakan hasil penelitian terdahulu.

Mengenai manfaat latihan olahraga terhadap penurunan lemak tubuh, Hardman

dan Stensel, (2003:183) mengemukakan :

Exercise can be effective in the treatment of obesity in women as well in men. Hardjilova and colleagues studied 32 obese women over a 45-day period (Hardjilovat et. Al 1982). Participant performed 10 h of exercise per day including walking and long distance races, gymnastic, games, and dancing. Diet was maintained at pre-training levels. Body weight decrease from 95.l to 82.7 kg (only 1.5 kg of this loss was fat free mass) and body fat declined from 38.2% to 30.7%. Although these two studies are extreme example involving considerable amounts of exercise they do show that physical activity can be effective weight-loss strategy, providing that energy expenditure is sufficien.

Hardjilova mempelajari perempuan dan juga pria yang menderita obesitas

(18)

ternyata dapat menurunkan masa lemak tubuh dari 38,2% menjadi 30.7% hal ini

bias membuktikan bahwa aktivitas fisik yang efektif mampu mengobati atau

menurunkan obesitas. Dalam sebuah hasil studi yang dipublikasikan oleh WHO

(2009) dan tercantum di dalam menjelaskan bahwa individu dengan aktivitas fisik

yang rendah mempunyai resiko peningkatan berat badan sebesar = 5 kg.

Penelitian di Jepang menunjukkan resiko obesitas yang rendah (OR:0,57),

aerobik (OR:0,59) , tetapi untuk olahraga tim dan tennis tidak menunjukkan

penurunan berat badan yang signifikan.

Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat social ekonomi yang

sama menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV = 5 jam per hari mempunyai

resiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar disbanding mereka yang nonton TV=2

jam setiap harinya. (www.pediatric.com/bulletin/06224.048qwc.pdf)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mark S. Trembla. Terhadap 6.923

murid kelas 6 SD di daerah New Brunswick Kanada (1996) menyimpulkan ,

Physical activity had negative relationship with body mass index, and a trivial negative relationship with academic achievement. The analysis revealed that both females and males who were more physically active had considerably higher levels of self esteem. The study suggest that the relationship between physical activity and academic achievement is weak. For some children, physical activity may be indirectly related to enhanced academic performance by improving physical health and self esteem.

Artinya adalah aktivitas fisik mempunyai hubungan yang negativ

dengan BMI dan academic achievement yang berarti dengan melakukan aktivitas

fisik maka tidak terjadi peningkatan indeks massa tubuh (BMI) atau dengan kata

(19)

Aktivitas remaja setelah belajar di sekolah, David K. Ahern, PhD, et.all

(Childhood Obesity Prevention and Reduction, 2007), menjelaskan hasil

penelitiannya :

Other factors affecting PA are childcare responsibilities and after school constraints such as studying and club duties. Also, genetics and biology, personal predisposition, age, gender, and ethnicity can help determine levels of PA in addition to time and physical constraints. A question was raised regarding the difference in absolute energy expenditure between organized sports, where children may spend a lot of time standing or sitting (like in baseball), and free play in the backyard. One panelist pointed out that recommendations for PA can be confusing to both parents and children, making it difficult for parents to model healthy behaviors in the home.

Aktivitas setelah sekolah seperti belajar dan tugas kelompok, genetik dan

biologis, kedudukan seseorang, usia jenis kelamin serta turunan dapat membantu

menentukan tingkat aktivitas fisik seseorang. Demikian juga dengan waktu dan

kesempatan untuk kegiatan fisik lain. Pertanyaan yang timbul adalah mengenai

perbedaan jumlah energi yang dipergunakan antara olahraga yang teratur, ketika

mereka cukup waktu bergerak. Hal ini sama dengan ketika mereka menggunakan

sebagian besar waktunya dengan beraktivitas rutin atau bermain. Panelis

menunjukkan rekomendasi yang dapat membingungkan aktivitas fisik yang tepat

dan prilaku hidup sehat di rumah. Maka dengan kegiatan estrakurikuler siswa

kan melakukan kegiatan yang lebih teratur serta dengan program yang jelas,

sehingga tingkat aktivitas dapat diatur sedemian rupa agar mampu memberikan

pengaruh terhadap kemampuan dan keterampilan siswa. Semakin tinggi

keterampilan gerak siswa dalam beraktivitas, semakin besar energi yang

(20)

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan asumsi dasar di atas, maka dapat diajukan hipotesis

yang dapat memberi arah penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan kegiatan ekstrakurikuler olahraga

terhadap penurunan obesitas siswa di SMA Negeri 6 Bandung.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan kegiatan ekstrakurikuler olahraga

terhadap penurunan obesitas siswa di SMA Negeri 6 Bandung.

3. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kegiatan

ekstrakurikuler olahraga dan non-olahraga terhadap penurunan obesitas

siswa SMA Negeri 6 Bandung.

G. Metode penelitian

Penggunaan sebuah metode tentunya harus disesuaikan dengan

permasalahan yang hendak diungkap, tidak semua metode dapat digunakan untuk

menyelesaikan suatu masalah penelitian. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. Riduwan (2010:50)

mengemukakan bahwa, “Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu

penelitian yang berusaha mencari pengaruh variable tertentu terhadap variable

yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.” Dengan pendapat tersebut

penulis menganggap bahwa metode eksperimen merupakan cara yang cocok

untuk digunakan dalam mengungkapkan permasalahan yang ada.

Sugiyono (2009:72) membagi jenis penelitian eksperimen berdasarkan

desain menjadi empat jenis, yaitu Pre-experimental design, True-experimental

(21)

desain penelitian tersebut, peneliti menggunakan jenis pendekatan berdasarkan

desain True Experimental Design. Adapun metode eksperimental yang penulis

gunakan adalah Pre eksperimental design dengan istilah weak experimental

design. Desain penelitian yang digunakan adalah The Static Group

Pretest-Posttest Design, merupakan salah satu desain weak experimental design. Desain

ini dianggap tepat untuk mencari pengaruh dari dua jenis perlakuan, yaitu

kegiatan ekstrakurikuler olah raga dan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga.

Adapun bentuk dari desain ini adalah pada gambar berikut (Gambar 1:1) :

Gambar. 1.1

Static Group Pretest-Posttest Design Sumber: Fraenkel & Wallen (1993:272)

Keterangan :

O = Pretest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti

ekstra kurukuler olah raga.

O = Pretest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti

ekstra kurikuler non olahraga.

X1 = Posttest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti

ekstra kurikuler olahraga.

X2 = Posttest indek masa tubuh (BMI) pada kelompok siswa yang mengikuti

ekstra kurikuler non olahraga.

O

X1

O

(22)

Sugiyono (2010:74) menjelaskan dalam desain ini terdapat dua kelompok

yang dipilih kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adalah

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H. Variabel Penelitian

Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari

(Kerlinger, 1973: Sugiyono, 2007:38). Dengan kata lain variable penelitian pada

dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut ,

kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2007:38). Variabel-variabel yang akan dikaji

perlu diberi batasan-batasan terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran suatu

istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan dapat mengaburkan (menjadi

bias) akan pengertian yang sebenarnya.

Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya dan timbulnya variabel terikat (dependent). Pada penelitian ini

yang menjadi variabel terikatnya adalah penurunan tingkat obesitas atau Indeks

Masa Tubuh (BMI) pada siswa SMA Negeri 6 Kota Bandung. Secara rinci dapat

diidentifikasikan variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (independent)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah aktivitas fisik

berupa kegiatan ekstra kurikuler olahraga dan aktivitas fisik kegiatan

(23)

b. Variabel terikat (dependent)

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah penurunan tingkat

obesitas dan Indek Masa Tubuh (BMI) siswa yang mengalami kelebihan di

SMA Negeri 6 Kota Bandung.

I. Langkah Penelitian

Langkah penelitian merupakan garis besar mengenai tahapan pelaksanaa

penelitian, hal ini diperlukan agar memberikan kemudahan mengenai apa-apa

yang harus dilakukan. Langkah tersebut digambarkan pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Langkah Penelitian

Populasi

Pengolahan & Analisis Data

Kesimpulan Tes Awal

Sampel

Kel. EKSKUL NON OLAHRAGA Kel. EKSKUL

OLAHRAGA

Tretment B.

Tes Awal

Tretment A.

(24)

J. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 6 Kota Bandung yang terletak di

jalan Pasirkaliki no 51 Kota Bandung. Adapun populasi dan sampelnya adalah

siswa kelas X yang merupakan anggota kelompok ekstra kurikuler olahraga dan

non olahraga. Sampel dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian, terutama pada

siswa yang termasuk pada kriteria obesitas dan memiliki kelebihan berat badan

(overweight).

K. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 Seminar Penelitian 2 Perbaikan

usulan penelitian 4 Penulisan Bab

I,II,III 5 Pelaksanaan

test awal 6 Pelaksanaan

eksperimen 7 Pelaksanaan

test akhir 8 Analisis data

9 Sidang tahap 1

10 Sidang tahap 2

Tabel 1.2

(25)
(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah sangat

menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Oleh

karena itu diperlukan suatu metode tertentu agar data dapat terkumpul dan dapat

dianalisis untuk keberhasilan penelitian. Mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam sebuah penelitian, biasanya disesuaikan dengan tujuan yang

ingin dicapai dalam sebuah penelitian. Seperti diungkapkan Surakhmad

(1985:131) bahwa : “ Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk

mencapai suatu tujuan.” Penggunaan metode penelitian tergantung kepada

permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain harus dilihat dari

efektivitasnya, efisiennya dan relevansi metode penelitian tersebut. Suatu

metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya

perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan, dan suatu metode dapat

dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya dan tenaga dapat

dilaksanakan seminimal mungkin tetapi dapat mencapai hasil yang maksimal.

Sama halnya dengan pengertian tersebut, Sugiyono (2009:2) menjelaskan

bahwa: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Mengenai bentuk dan

jenis metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian biasanya

(27)

Penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas,

dengan kata lain penggunaan suatu metode harus dilihat dari efektivitasnya,

efisiennya, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif

apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif. Sedangkan

suatu metode dapat dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya

dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dapat mencapai hasil

yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil

pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

Metode penelitian yang digunakan penulis untuk mengungkap permasalahan

dalam penelitian adalah dengan metode penelitian eksperimen. Riduwan

(2010:50) mengemukakan bahwa, “Penelitian dengan pendekatan eksperimen

adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu

terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.”

Bentuk dan jenis dari metode penelitian menurut Tuckman (1982:128)

dalam Riduwan (2008:50-51) bahwa, „Terdapat empat bentuk metode yaitu pre

experimetal, true experimental, factorial, dan quasy experimental. Senada

dengan Tuckman, Sugiyono (2009:72) membagi empat jenis metode penelitian

eksperimen, yaitu “Pre-Experimental, True-Experimental, Factorial

Experimental, dan Quasi Experimental.” Sedangkan Fraenkel dan Wallen

(1993:245) menyebutkan desain Pre-Eksperimental Design dengan sebutan

Weak Eksperimental Designs. Desain eksperimen yang digunakan tergantung

(28)

lapangan. Adapun jenis metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Pre-Experimental Design atau Weak Experimental Design.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen. Pemilihan quasi eksperimen ini

adalah suatu situasi yang dijadikan sebagai eksperimen walaupun situasi tersebut

tidak dirancang secara keseluruhan, variabel independen tidak boleh

dimanipulasi oleh peneliti yang terdiri dari kelompok penanganan dan kontrol.

Quasi eksperimen menggambarkan bahwa kekurangan yang ada pada setiap

variabel kontrol berpengaruh kepada percobaan (penelitian) yang sesungguhnya.

Suatu penelitian telah diterapkan namun seluruh variabel ekstra yang ada di

dalamnya tidak dikontrol. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:114)

:”Quasi eksperimen adalah mempunyai kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol vareiabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen.” maka hal ini jelas bahwa dengan pendekatan quasi

eksperimen tidak sepenuhnya dapat mengontrol variabel yang

mempengaruhinya.

Terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dalam penggunaan

pendekatan quasi eksperimen seperti dikemukakan oleh Sugiyono, 2011:114:

”Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen. Basarkan pendapat tersebut, maka peneliti berasumsi

bahwa penerapan quasi eksperimen dalam penelitian ini dipandang tepat karena

(29)

ekstrakurikuler olahraga meliputi ekstra kurikuler bola basket, futsal dan bola

voli. Sedangkan untuk ekstrakurikuler non olahraga meliputi PASKIBRA, PMR

dan Prakmuka. Dalam proses perlakuannya banyak hal yang tidak bisa

sepenuhnya terkontrol secara ketat terhadap sampel. Hal tersebut meliputi

aktivitas sehari-hari pada saat tidak melaksanakan latihan diantaranya : aktivitas

lain yang diikuti, pola makan, alat tranportasi yang digunakan dn lingkungan

masyarakat.

Lebih jauh Sugiyono (2009:72) mengemukakan bahwa : “metode

penelitian experimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi

yang terkendalikan.” Pada metode eksperimen terdapat kelompok kontrol

sebagai pembanding terhadap kelompok yang diberikan perlakuan (treatment).

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengungkap

permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Mengenai metode eksperimen, Riduwan (2008:50) menyatakan bahwa,

“Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang

berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam

kondisi yang terkontrol secara ketat.” Berdasarkan pernyataan tersebut, maka

metode penelitian eksperimen adalah pendekatan yang cocok dalam penelitian

penulis. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah aktivitas

kegiatan ekstrakurikuler olahraga, sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat

(30)

Metode eksperimen dalam penelitian ini dipandang merupakan pilihan

yang paling tepat, metode ini digunakan karena sifat dari penelitian

eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui sebab akibat dari

sebuah perlakuan (treatment). Disamping itu penulis ingin mengetahui pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai

metode eksperimen, Surakhmad (1998:149) menjelaskan bahwa : “ dalam arti

kata yang lebih luas. Bereksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan

untuk melihat sesuatu hasil.“ Sedangkan Lutan, Berliana, dan Sunardi

(2007:146) menjelaskan bahwa: ”penelitian eksperimen adalah hanya jenis

penelitian yang langsung berusaha untuk mempengaruhi variable utama, dan

jenis penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis tentang hubungan

sebab dan akibat.” Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat

penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh

atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Dengan metode ini dikaji

variable-variabel dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non olahraga

yang berpengaruh terhadap variable-variabel lainnya yaitu penurunan berat

badan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuker tersebut.

B. Desain dan Langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang digunakan adalah

The Static Group Pretest-Posttest Design. Mengenai desain The Static Group

Pretest-Posttest Design, Fraenkel dan Wallen (1993:247) mengemukakan

(31)

comparison design only in that a pretest is given to both groups.” Static group

pretest-posttest design berbeda dari static-group comparison design, pretest atau

tes awal diberikan pada kedua kelompok. Pada penelitian ini kedua kelompok

diberikan perlakuan (treatment) yang berbeda, yaitu kelompok kegiatan

ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga. Pada pelaksanaan desain ini

dilakukan dengan cara meneliti terlebih dahulu variabel terikat (Y) melalui

pre-test (T1) sebelum mengadakan pengukuran dan pengidentifikasikan variabel

bebas (X) setelah melakukan pre-test kemudian dilakukan perlakuan. Hasil

perlakuan dilakukan melalui post-test (T2), dan hasil pengukuran pre-test (T1)

dibandingkan dengan hasil post-test (T2) untuk mengetahui hubungan sebab

akibat dari munculnya X.

Desain penelitian ini, menggunakan yang merupakan desain penelitian

yang menggunakan dua kelompok yang dipilih sesuai dengan tujuan kemudian

diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal dan dibandingkan dengan sampel

setekah diberi perlakuan. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:112)

bahwa : ”dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih kemudian diberi

pre-test untuk mengetahui keadaan awal perbedaan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol”. Desain penelitian dapat dilihat dalam

gambar 3.1 berikut :

Gambar. 3.1

Static Group Pretest-Posttest Design Sumber: Fraenkel & Wallen (1993:247)

O

X1

O

(32)

O = Observasi obesitas pada kelompok kegiatan ekstrakurikukler non olahraga

sebelum perlakuan.

O= Observasi obesitas pada kelompok pendekatan ekstrakurikuler olahraga

sesudah perlakuan.

X1 = Perlakuan (Treatment) kegiatan ekstrakurikuker olahraga.

X2 = Perlakuan (Treatment) kegiatan ektrakurikuler non olahraga.

Pada dasarnya terdapat beberapa kelemahan sebagai pengaruh validitas

internal dengan pendekatan dengan eksperimen Pretest-Posttest Control Group

Design seperti pada tabel 3 : 1 berikut :

Effectiveness of Experimental Design in Controlling Threats To Internal Validity ( Dikutif dari Fraenkel, 1993 : 283)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian dengan menggunakan

pendekatan desain Static pretest-posttest Control Group mempunyai beberapa

kelemahan seperti yang tergambar dalam tabel di atas, kontrol yang lemah dan

memungkinkan terjadi ancaman dari luar. Sedangkan sebagai pengaruh dari

(33)

(2003:256) menjelaskan validitas internal dan eksternal sebagai berikut, seperti

pada tabel 3:2 berikut :

Internal Validity External Validity and Reactivity

Selection Bias

Mayor Internal and External Validity Concern (Lawrence Neuwman, 2003:2006)

Dari gambaran tabel diatas dapat dinyatakan bahwa validitas external

mempunyai kemampuan untuk mengeneralisasi temuan eksperimental diluar

eksperimen itu sendiri.

2. Langkah Penelitian

Langkah penelitian dibuat merupakan sebagai rencana atau rancangan

kerja dalam penelitian. Secara garis besar urutan langkah penelitian dalam

penelitian ini terlebih dahulu dengan melakukan identifikasi mengenai

permasalahan yang ada, perencanaan pelaksanaan penelitian, pengambilan dan

analisis data dan diakhiri dengan menyimpulkan hasil penelitian.Dengan

dibuatnya langkah penelitian maka diharapkan dapat mempermudah dalam

pelaksanaan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penulis membuat rencana kerja

(34)

a. Menentukan populasi yang akan dijadikan objek dalam penelitian.

b. Menentukan jumlah atau ukuran sampel yang akan digunakan, yang

dianggap dapat mewakili populasi.

c. Membagi sampel ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok eksperimen

yang diberikan perlakuan kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kegiatan

ekstrakurikuler non olahraga serta kelompok kontrol yang tidak diberikan

perlakuan.

d. Memberikan tes awal (pre-test) pengukuran obesitas dan indek massa tubuh

pada sampel kelompok eksperimen dan sampel kelompok kontrol

e. Memberikan perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen

f. Pada kelompok kontrol, penulis tidak memberikan perlakuan seperti pada

kelompok eksperimen. Artinya untuk kelompok kontrol dibiarkan saja

tanpa adanya intervensi yang dilakukan.

g. Melakukan tes akhir (post-test) pengukuran obesisitas dan indek massa

tubuh kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah

dilakukan treatment pada kelompok eksperimen.

h. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil pre-test dan hasil

post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

i. Menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan hasil

pengolahan dan analisis data.

Langkah penelitian adalah urutan pelaksanaan penelitian yang digunakan

sebagai acuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. Dalam hal ini

(35)

sebagai patokan, langkah penelitian juga dapat memberikan kemudahan dalam

bekerja menentukan apa yang seharusnya terlebih dahulu dikerjakan dan apa

yang harus dilakukan berikutnya. Secara garis besar urutan langkah penelitian

dalam penelitian ini terlebih dahulu dengan melakukan identifikasi mengenai

permasalahan yang ada, perencanaan pelaksanaan penelitian, pengambilan dan

analisis data dan diakhiri dengan menyimpulkan hasil penelitian. Untuk lebih

jelasnya, langkah penelitian atau rancangan kerja dalam penelitian pada gambar

3.2 berikut :

Gambar. 3.2 Langkah Penelitian

Post-Test POPULASI

SAMPEL Kontrol

Pre-Test

Non-Treatment

Post-Test

Pengolahan & Analisis Data

Kesimpulan & Rekomendasi

Eksperimen

Pre-Test

(36)

C. Definisi Operasional Variabel

1. Definisi Oprasional

“Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau

obyek, yang mempunyai „variasi‟ antara satu orang dengan yang lain atau suatu

obyek dengan obyek yang lain.” (Hatch dan Farhady, 1981) dalam Sugiyono

(2009:60). Variabel dalam penelitian merupakan atribut dalam penelitian.

Selanjutnya Sugiyono (2009:60) menyatakan bahwa, “Tinggi, berat badan,

sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari

setiap orang.” Atribut-atribut tersebut dapat menjadi variabel yang bervariasi

dalam sebuah penelitian.

Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2009:61) menyatakan bahwa, „variabel

adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.‟ Dengan kata lain,

variabel adalah berbagai sifat atau sesuatu yang hendak diteliti atau dipelajari

oleh peneliti yang ada pada suatu objek, baik itu orang, binatang atau objek

lainnya yang memiliki sifat tertentu yang dapat diteliti dan dipelajari.

Selanjutnya Kidder (1981) dalam Sugiyono (2009:61) menyatakan bahwa,

„variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan

menarik kesimpulannya.‟

Variabel menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel lain

dalam penelitian terdiri dari, variabel independen, variabel dependen, variabel

moderator, variabel intervening dan variabel kontrol. Dalam penelitian ini

terdiri atas dua variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan variabel

(37)

merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat).”

Sedangkan mengenai variabel terikat Sugiyono (2009:61) menyatakan

bahwa, “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”Pandangan atau penafsiran suatu

istilah dapat berbeda-beda, sehingga untuk mencegah terjadinya salah penafsiran

dalam penelitian ini, maka perlu untuk mendefinisikan istilah-istilah dari

variable yang dipakai dalam penelitian ini dengan mengacu pada pendapat para

ahli. Oleh karena itu penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan

penelitian ini dengan mengacu kepada literatur.

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau

benda) yang berkuasa atau berkekuatan (Poerwadarminta, 1984:713).

Dalam penelitian ini maksud pengaruh berarti daya yang timbul dari

proses kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga terhadap

kemungkinan timbulnya obesitas/kelebihan berat badan.

2. Siswa yang mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler olahraga.

Siswa yang mengikuti pembelajaran “ekstrakurikuler olahraga” adalah

siswa yang menjadi anggota kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang

melakukan kegiatan tersebut di sekolah secara reguler. Peserta

ekstrakurikuler olahraga yang akan dijadikan subjek dari penelitian ini

adalah siswa peserta ekstrakurikuler olahraga kelas X di SMA Negeri 6.

(38)

Siswa yang mengikuti pembelajaran “ekstrakurikuler bukan olahraga”

adalah siswa-siswa kelas X di SMA Negeri 6.

4. Obesitas

Obesitas merupakan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau

sangat berlebihan, hal ini sangat berisiko pada kesehatan. Derajat obesitas

biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks

Massa Tubuh (IMT)

Badan kesehatan dunia (WHO) 2011, menjelaskan mengenai kelebihan

berat badan dan obesiatas :

Overweight and obesity are defined as abnormal or excessive fat accumulation that presents a risk to health. A crude population

measure of obesity is the body mass index (BMI), a person’s weight

(in kilograms) divided by the square of his or her height (in metres). A person with a BMI of 30 or more is generally considered obese. A person with a BMI equal to or more than 25 is considered overweight.Overweight and obesity are major risk factors for a number of chronic diseases, including diabetes, cardiovascular diseases and cancer. Once considered a problem only in high income countries, overweight and obesity are now dramatically on the rise in low- and middle-income countries, particularly in urban settings.

(http://www.who.int/topics/obesity/en/2011)

Obesitas merupakan sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau

sangat berlebihan, hal ini sangat berisiko pada kesehatan. Derajat obesitas

biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa

Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram

(kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan

sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan

(39)

2. Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian di dalam tesis ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (Independent Variabel), adalah :

- X1 = siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga (X1)

- X2 = siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler non olahraga

(X2)

b. Variabel terikat (dependent variabel), yaitu: tingkat kegemukan

(obesitas) siswaSMA Negeri 6 yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

olahraga dan ekstrakurikuler non olahraga di SMA Negeri 6 kelas X.

D. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Dalam suatu penelitian untuk memperoleh data, diperlukan sumber data

yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Sumber dari penelitian tersebut bisa

dari orang, binatang atau pun benda sesuai dari tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian tersebut. Adapun mengenai objek yang hendak diteliti adalah

dinamakan dengan populasi dan sampel penelitian. Mengenai populasi,

Arikunto (2002:108) mengatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.” Mengenai hal yang sama, Sugiyono (2009:117) menjelaskan

bahwa, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sesuai dengan

(40)

menjadi populasi adalah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 6 Kota Bandung

yang berjumlah 20 orang dengan asumsi sebagai berikut:

- Usia siswa berekisar antara 14 16 tahun yang merupakan usia remaja,

sesuai dengan karakter yang dibutuhkan dalam penelitian sesuai dengan

latar belakang penelitian

- Banyak siswa yang memiliki berat badan yang lebih (overweight) dan

terindikasi mengalami obesitas

- Rata-rata siswa merupakan kelompok ekonomi menengah ke atas dan

berangkat sekolah diantar atau memakai kendaraan

- SMA Negeri 6 merupakan sekolah yang memiliki kegiatan ekstra kurikuker

yang beragam sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian objek yang diambil dari populasi penelitian.

Sampel yang diambil harus dapat menggambarkan atau mewakili populasi

secara keseluruhan. Mengenai sampel, Sugiyono (2009:118) mengemukakan

bahwa, ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”. Jadi dalam hal ini sampel yang diambil dalam penelitian,

harus merupakan bagian dari populasi.

Soetrisno (1990:70) mengatakan : “tidak semua populasi harus dijadikan

sebagai sampel, sampel bisa diambil mengambil sebagian dari populasi, asal

sampel tersebut bisa mewakili populasi.” Selajutnya ampel menurut Sugiyono

(41)

oleh populasi tersebut”. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 siswa yang

mengalami obesitas.

Siswa yang mengalami obesitas di SMA Negeri 6 Bandung yang aktif

dalam kegiatan ekstra kurikuler olahraga maupun non olahraga berjumlah 20

orang, seperti pada tabel 3.3 berikut :

Klasifikasi Ekstrakurikuler Olahraga

Ekstrakurikuler Non-Olahraga

Pre-Obesitas 2 1

Obesitas Kelas I

8 7

Obesitas Kelas II 1 1

Jumlah 11 9

Tabel. 3.3

Sampel Siswa Yang Mengalami Obesitas

Dalam hal ini penulis menggunakan Purposive sampel yaitu pemilihan

sampel berdasarkan pengetahuan sebelumnya dari populasi yang tersedia yang

ditujukan khusus untuk penelitian ini. Para peneliti yang menggunakan teknik

ini beranggapan bahwa mereka dapat menggunakan pengetahuannya tentang

populasi untuk menilai sesuai atau tidak sampel tertentu menjadi wakil dalam

penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen (2007 : 100) :

(42)

Berdasarkan pendapat tersebut, maka siswa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler olahraga dan non-olahraga yang dinilai mempunyai kelebihan

berat badan atau overweight di SMA Negeri 6 Bandung dijadikan sebagai

sampel penelitian.

E.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah daerah Jalan Pasirkaliki no 51 di Sekolah

Menengah Atas Negeri 6 Kota Bandung, merupakan salahsatu sekolah dengan

siswa yang reltif memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas dengan aktivitas

fisik sehari- hari yang lebih ringan. Penelitian ini dilakukan 3 kali dalam satu

minggu selama 16 kali pertemuan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen memiliki peran penting dalam sebuah penelitian. Sugiyono

(2009:173) menjelaskan bahwa, “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur.” Dengan kata lain, sebuah alat ukur harus dapat dipercaya dan diakui

oleh banyak orang bahwa alat ukur tersebut layak digunakan untuk mengukur.

Instrumen berperan dalam memperoleh data yang dinginkan dari sebuah

penelitian, untuk selanjutnya diteliti dan ditarik kesimpulannya sebagai hasil

penelitian. Arikunto (1997:23) menyatakan bahwa “Setelah peneliti mengetahui

dengan pasti apa yang akan diteliti dan dari mana data bisa diperoleh, maka

(43)

dikumpulkan. ”Kebutuhan instrumen disesuaikan dengan permasalahan yang

hendak diungkap. Mengenai instrumen, Arikunto (1997:138) menerangkan

sebagai berikut:

”Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.”

Adapun instrumen yang digunakan adalah :

1. Skinfold-callipers : alat untuk mengukur lemak tubuh dengan satuan

milimeter yang dilakukan pada daerah Subscapular skinfold, Abdominal

skinfold, Suprailiac/supraspinale skinfold, Iliac crest skinfold, Midaxillary

skinfold, Medial calf skinfold, Front thigh skinfold, Triceps skinfold,

Biceps skinfold, Chest skinfold.

Gambar. 3.3

(44)

2. Pengukur Berat Badan (timbang badan)

Gambar 3.4

Pengukur Berat Badan

3. Meter Ukur Tinggi Badan

Gambar 3.5

Meter Ukur Tinggi Badan

G. Program Kegiatan Dan Latihan Ekstra Kurikuler Olahraga Dan Non Olahraga

Kegiatan ekstrkurikuler olahraga dan non olahraga di SMA Negeri 6

Bandung dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa, pada

dasarnya kegiatan tersebut merupakan pengembangan intrakurikuler sesuai

dengan KTSP yang telah disepakati olaeh seluruh dewan guru. Kegiatan tersebut

meliputi kegiatan yang banyak melibatakan siswa termasuk yang mengalami

(45)

1. Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga :

- Futsal

- Sepak Bola

- Bola Voli

- Basket Ball

- Atletik

- Pencinta Alam

2. Kegiatan Ekstrakurikuler Non-Olahraga:

- PASKIBRA

- PMR

- Pramuka

- Fotografi

H. Teknik Pengumpulan Data

Pada pembahasan metode penelitian yang digunakan telah dijelaskan,

bahwa metode yang digunakan adalah Weak Eksperimental Designs dengan

desain The Static Group Pretest-Posttest Design. Langkah awal yang ditempuh

adalah menentukan sampel kelompok ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga.

Untuk memperoleh data penelitian diawali dengan memberikan tes awal

(pretest) kepada kedua kelompok untuk mengetahui kondisi awal self-esteem

sampel. Tes awal dilakukan dengan memberikan instrumen yang telah

(46)

Berikut ini penulis uraikan langkah dan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian yaitu:

1. Melakukan tes (pretest) indek masa tubuh (BMI) tubuh kepada kedua

kelompok sampel

2. Memberikan perlakuan (treatment) kepada sampel yang termasuk pada

peserta kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

3. Memberikan perlakuan (treatment) kepada sampel yang termasuk pada

peserta kegiatan ekstra kurikuler non-olahraga.

4. Pada akhir perlakuan dilakukan tes akhir (pos tes) indek masa tubuh (BMI)

untuk memperoleh data hasil selama pelaksanaan perlakuan (treatment).

5. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan

menggunakan statistik.

I. Analisis Data

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menggunakan

pendekatan pendekatan kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen.

Pemilihan quasi eksperimen ini adalah suatu situasi yang dijadikan sebagai

eksperimen walaupun situasi tersebut tidak dirancang secara keseluruhan,

variabel independen tidak boleh dimanipulasi oleh peneliti. Quasi eksperimen

menggambarkan bahwa kekurangan yang ada pada setiap kontrol berpengaruh

kepada percobaan (penelitian) yang sesungguhnya. Suatu penelitian telah

(47)

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data terhadap hasil uji

coba instrumen dengan menggunakan program SPSS Seri 17. Adapun urutan

langkah pengujiannya adalah:

1. Melakukan pengukuran kadar lemak pada bagian perut, paha, dada,

lengan dan bagian leher.

2. Memberikan skor hasil pengujian kadar lemak pada masing-masing

alternatif jawaban responden sesuai dengan patokan yang telah dibuat.

3. Melakukan input data pada program Microsoft Excell.

4. Melakukan penghitungan comparativ dengan SPSS Seri 17

J. Hipotesis Data

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang

diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis

dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan

homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil tes

sikap sebelum dan sesudah perlakuan (pre-test dan post-test). Pengujian

dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari kegiatan

ekstrakurikuler olahraga di sekolah terhadap penurunan obesitas/lemak tubuh.

Untuk menguji data antara hasil pre-test dan hasil post-test digunakan

penghitungan uji rata-rata sampel berpasangan, yang dalam analisis statistik

SPSS dinamakan dengan Paired Sample t-test. Adapun output yang dihasilkan

terdiri dari deskripsi data dan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) antara pretest dan

Gambar

Gambar.  1.1 Static Group Pretest-Posttest Design
Tabel 1.1     Langkah Penelitian
Tabel 1.2
Gambar.  3.1 X
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani pala di Kabupaten Bogor dan Sukabumi memiliki kelayakan untuk diusahakan serta memiliki keunggulan komparatif dan

• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien. • Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD), peranan PAD trhadap

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Skripsi: Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas tentang (1) Gerakan Freemasonry pada

Untuk pengolahan pada dataset kelompok pertama memiliki ukuran data KRS oleh kelompok mahasiswa atau data pengambilan mata kuliah oleh kelompok mahasiswa (pada

Uji efektivitas yang digunakan dalam pengembangan modul pembelajaran pada materi menulis teks eksposisi berbasis teknik critical incident siswa kelas VIII SMP Negeri 8

Dari sisi kesehatan, salah satunya dapat diukur dengan angka harapan hidup, angka harapan hidup yang ada di India setiap tahunnya mengalami peningkatan, walaupun