REMAJA AKHIR
Bernadeta Vivi Ayu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir. Status Identitas terdiri dari status identity diffusion, moratorium, foreclosure, dan achievement. Subjek penelitian terdiri dari 199 mahasiswa dan pelajar SMA yang berusia 17-21 tahun pengumpulan data dengan menggunakan metode quota sampling. Pengumpulan data berbentuk skala. Skala penelitian ini terdiri dari skala identitas diri dan skala dukungan sosial teman sebaya. Koefisien reliabilitas pada identitas diri dari yang tinggi hingga terendah adalah identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, dan identity moratorium 0,458. Pada skala dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,909. Analisis data menggunakan One Way Anova menghasilkan sig sebesar 0,777 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.
Bernadeta Vivi Ayu
ABSTRACT
This research was aimed to know the differences peer’s social support on eachstages self
identity status achievement in late adolescence. Self identity consisted of status identity achievement, moratorium, diffusion, and foreclosure. The subjects consisted of 199 adolescence university students and senior high school students age 17-21 the method was quota sampling. Instruments are scale of self identity scale and peer social support. Reliability coefficient from the scale of self identity from the highest to the lowest was identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, and identity moratorium 0,458. On the peer social support, the scale was 0,909. Analytical process of this research data was done with one way anova which produce 0,777 (p > 0,05) probability value or Sig. This Result pointed that there was no difference peer’s social support on eachstages self identity status achievement in late adolescence.
PERBEDAAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA
ANTAR TAHAP PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI
PADA REMAJA AKHIR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
B. Vivi Ayu Dwi S
NIM : 119114091
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Berbahagialah orang yang bertahan dalam percobaan, sebab
apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang
dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
(Yakobus 1.12)
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
(Yer 29:11)
To get a success, your courage must be greater
than your fear.
The formulas of a success are a hard work and never give
up.”
v
Karya ini penulis persembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas Berkat dan
MukjizatNYA yang Luar Biasaaa
Bapak Y. Sukamto dan Ibu M.Sri Warni
Mas Budi Fernando Pakpahan dan Mbak Nines Resiska
Keponakanku yang ganteng dan cantik
Bonifasius Arlanata Mora Pakpahan dan Michaela Ruth
Hermion Pakpahan
Seseorang yang spesial Mas Aquino Armando Adentya
Sahabat-sahabatku yang sudah menjadi temat bertanya dan
vii
PERBEDAAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA
ANTAR TAHAP PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI
PADA REMAJA AKHIR
Bernadeta Vivi Ayu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir. Status Identitas terdiri dari status identity diffusion, moratorium, foreclosure, dan achievement. Subjek penelitian terdiri dari 199 mahasiswa dan pelajar SMA yang berusia 17-21 tahun pengumpulan data dengan menggunakan metode quota sampling. Pengumpulan data berbentuk skala. Skala penelitian ini terdiri dari skala identitas diri dan skala dukungan sosial teman sebaya. Koefisien reliabilitas pada identitas diri dari yang tinggi hingga terendah adalah identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, dan identity moratorium 0,458. Pada skala dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,909. Analisis data menggunakan One Way Anova menghasilkan sig sebesar 0,777 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.
viii
THE DIFFERENCES OF PEER
’S
SOCIAL SUPPORT ON
EACH STAGES SELF IDENTITY STATUS ACHIEVEMENT
IN LATE ADOLESCENCE
Bernadeta Vivi Ayu
ABSTRACT
This research was aimed to know the differences peer’s social support on
eachstages self identity status achievement in late adolescence. Self identity consisted of status identity achievement, moratorium, diffusion, and foreclosure. The subjects consisted of 199 adolescence university students and senior high school students age 17-21 the method was quota sampling. Instruments are scale of self identity scale and peer social support. Reliability coefficient from the scale of self identity from the highest to the lowest was identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, and identity moratorium 0,458. On the peer social support, the scale was 0,909. Analytical process of this research data was done with one way anova which produce 0,777 (p > 0,05) probability value or Sig. This Result pointed that there was no difference peer’s social support on eachstages self identity status achievement in late adolescence.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria yang telah memberikan segala rahmat dan berkat sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dari awal hingga akhir sebagai syarat
kelulusan dari fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak
pihak-pihak yang berperan penting dalam membantu, membimbing dan memberi
dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkanlah
penulis dengan kerendahan hati berterimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi tempat bersandar, berkeluh kesah, dan
memohon kekuatan selama proses penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si, Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Debri Debri Pristinella, M.Si, Dosen pembimbing akademik.
5. Ibu Sylvia Carolina MYM., S. Psi., M.Si, dosen pembimbing skripsi yang
dengan sabar memberikan perhatian, dukungan, bimbingan, kritik, dan
saran yang bermanfaat dalam proses penulisan skripsi.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi yang telah membantu dan
membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
7. Segenap staf Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Ibu Nanik, Pak Gie.
8. Lab. Fakultas Psikologi yang menjadi tempat belajar banyak hal, tempat
berkarya, dan belajar arti kehidupan yang keras dan butuh perjuangan.
Terimakasih Mas Muji dan Mas Doni.
9.
Kedua Orang tua yang penulis sayangi dan hormati Y.Sukamto dan M.Srixii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 1
A. Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 8
1.Dukungan Sosial ... 8
2.Komponen Dukungan Sosial ... 9
3.Jenis Dukungan Sosial ... 10
4.Sumber Dukungan Sosial ... 11
5.Teman Sebaya ... 12
6.Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 13
B. Identitas Diri ... 14
1.Status Identitas Diri ... 17
2.Pencapaian Status Identitas Diri ... 17
C. Remaja ... 18
1.Definisi Remaja ... 18
2.Hakekat Perkembangan Remaja ... 20
3.Tugas Perkembangan Remaja ... 23
D. Perbedaan Dukungan Sosial Teman Sebaya Antar Tahap Pencapaian Status Identitas Diri Pada Remaja Akhir ... 24
E. Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A. Jensi Penelitian ... 28
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 28
C. Definisi Variabel Penelitian... 29
D. Subjek Penelitian………...30
xiv
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 35
1. Validitas ... 35
2. Reliabilitas ... 35
3. Seleksi Aitem ... 36
G. Teknik Analisis Data ... 38
1. Uji Asumsi ... 38
2. Uji Hipotesis ... 39
H. Persiapan Penelitian ... 40
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 41
A. Pelaksanaan Penelitian ... 41
1.Pelaksanaan Penelitian... 41
2.Data Demografi ... 41
B. Analisis Data ... 42
1.Deskripsi Data Penelitian ... 42
2. Uji Asumsi Penelitian... 47
a.Uji Normalitas ... 47
b. Uji Homogenitas ... 47
C. Pembahasan ... 49
BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
C. Keterbatasan Penelitian ... 54
xv
DAFTAR TABEL ... xvi
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Status Identitas, Eksxplorasi, Komitmen ... 16
Tabel 2. Skor Item Untuk Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 32
Tabel 3. Blue Print Dan Sebaran Skala Dukungan Sosial Sebelum Uji Coba ... 32
Tabel 4. Sebaran Item Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebelum Uji Coba ... 33
Tabel 5.Skor Item Untuk Skala Identitas Diri ... 34
Tabel 6. Blue Print dan Rancangan Skala Status Identitas Diri Sebelum Uji Coba ... 34
Tabel 7. Sebaran Item Skala Identitas Diri ... 35
Tabel 8. Aitem- aitem Skala Status Identitas Diri Setelah Uji Coba ... 37
Tabel 9. Aitem-aitem Dukungan Sosial Teman Sebaya Setelah Uji Coba ... 38
Tabel 10. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ... 42
Tabel 11. Deskripsi Usia Subjek ... 42
Tabel 12. Deskrispsi Pendidikan Subjek ... 42
Tabel 13. Deskripsi Status Identitas Subjek ... 43
Tabel 14. Deskripsi Tingkat Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 43
Tabel 15. Data Dukungan Sosial Teman Sebaya Subjek berdasarkan Status Identitas ... 44
xvii
Tabel 17. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada
Status Identity Foreclosure ... 45
Tabel 18. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity Moratorium ... 46
Tabel 19. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity Achievement ... 46
Tabel 20. Hasil uji Normalitas Kolmogorov –Smirnov test ... 47
Tabel 21. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ... 48
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala Penelitian ... 62
Lampiran 2 : Reliabilitas Variabel ... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa
(Passer dan Smith, 2008). Karakteristik perkembangan masa remaja adalah
perkembangan transisional yang kuat seperti terjadinya pubertas,
perubahan fisik, peningkatan kemampuan kognitif, dan perubahan
ekspektasi sosial. Masa remaja dipengaruhi kelompok teman sebaya yang
sangat kuat, hal ini disebabkan remaja lebih banyak menghabiskan
waktu diluar rumah bersama teman-temannya (Hotland, 2002).
Pada masa remaja terjadi pergerakan melepaskan diri dari ikatan
orang tua untuk menemukan jati dirinya, proses memisahkan diri ini
diikuti dengan proses mencari dan bergabung dengan teman–teman sebaya
karena merasa senasib. Perasaan senasib inilah yang memuat individu
bergabung dalam kelompok dan menaati norma yang ada dalam
kelompok, walaupun norma dalam kelompok bertentangan dengan norma
yang baik (Monks dkk, 2002).
Kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, pemahaman,
simpati, panduan moral, tempat bereksperimen, dan setting untuk
mendapatkan otonomi ataupun independensi dari orang tua Buhrmester
teman sebaya menjadi salah satu syarat adanya dukungan sosial yang
remaja terima dari kelompok teman sebaya.
Remaja perlu memiliki teman sebaya untuk mendapatkan
dukungan sosial mereka. Dengan penerimaan baik dari teman sebaya,
remaja mencoba berbagai hal baru, mengubah kebiasaan-kebiasaan hidup,
dan saling mendukung satu sama lain (Cairns dan Neckerman, 1988).
Remaja berusaha untuk diterima oleh suatu kelompok, tetapi hal tersebut
tidaklah mudah.
Kelompok remaja memiliki tuntutan yang harus dipenuhi oleh
setiap remaja (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Remaja bersedia melakukan
berbagai perilaku agar mendapat pengakuan dari kelompok. Remaja
bersedia melakukan apapun agar dapat diterima sebagai anggota
kelompok. Pengucilan membuat remaja mengalami stress, frustasi, dan
kesedihan (Santrock, 2003). Kelompok teman sebaya lebih memberikan
pengaruh dari pada keluarga terhadap sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku bagi remaja.
Dukungan sosial adalah interaksi antara manusia yang melibatkan
rasa sosial, emosional, instrumental, maupun pertukaran sumber daya
(Bernal dkk, 2003). Dukungan sosial berasal dari berbagai sumber,
termasuk kelompok teman sebaya atau peer group. Cowie dan Wallace
(2000) mengatakan dukungan sosial peer group adalah dukungan sosial
memiliki tingkat usia dan kematangan yang kurang lebih sama`dengan
individu seusianya (Santrock, 2002).
Dukungan sosial teman sebaya mengurangi tingkat stress, depresi,
dan gangguan kesehatan mental (Gottlieb, 1985 dan Zimet dkk, 1988).
Dukungan sosial membuat individu merasa dicintai, dihargai,dan menjadi
bagian dalam kelompok (Rook dalam Huurre, 2000). Hilman (2002)
mengatakan dukungan sosial teman sebaya terjadi dalam interaksi
sehari-hari pada diri remaja, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin
remaja bersama teman sebayanya melalui suatu perkumpulan di
kehidupan sosialnya dan lingkungan sekolah (La Greca dan Prinstein,
1999). Opini dan nasehat yang di berikan teman sebaya membantu remaja
melihat dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, sehingga
remaja memiliki beberapa alternatif pilihan dalam menentukan kehidupan
di masa depan.
Masalah yang dihadapi oleh remaja terkait dengan tugas
perkembangan yaitu menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam
masyarakat (Hurlock dalam Novita, 2012 dan Feldaman, 1996). Menurut
Meeus dan Dekowi (1999) pada remaja di Belanda menyatakan jika
dukungan dari teman sebaya memberikan pengaruh yang positif terhadap
pengembangan identitas diri.
Remaja yang memiliki sahabat memberikan pengaruh terhadap
explorasi dan komitmen, kedua hal tersebut membantu remaja dalam
aktivitas bertanya dan memperhitungkan berbagai macam variasi identitas
sebelum membuat keputusan tentang nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan
yang ingin dicapai. Komitmen adalah sikap membuat pilihan identitas
yang sebenarnya dan terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan
pilihan tersebut (Pinquart dan Jens, 2013).
Identitas diri (Erikson, 1989) adalah kesadaran individu dalam
menempatkan dan memberikan arti pada diri, agar menjadi sebuah
kesatuan diri yang utuh dan berkesinambungan. Hal tersebut membuat
remaja memiliki keinginan untuk menjadi pribadi yang berarti dan
mendapatkan pengakuan dari lingkungan masyarakat (Erikson dalam
Waterman, 1982). Sebelum mencapai identitas diri, remaja mengalami
sebuah krisis identitas.
Remaja yang gagal mengatasi krisis identitas diriselama masa
dewasa mengalami kekaburan tentang peran diri dalam lingkungan sosial
ataupun masyarakat, sehingga membuat remaja tidak mengetahui konsep
diri (Erikson, 1998). Krisis identitas yang dialami remaja mengahsilkan
status identitas (Honess dan Yardley, 2005), status identitas adalah cara
yang digunakan remaja dalam memilih peran dan nilai-nilai yang dapat
menjelaskan identitas individu (Cobb, 2007). Status identitas yang dimiliki
individu dapat dilihat ketika individu berada pada masa remaja akhir
(Honess dan Yardley, 2005), usia remaja akhir adalah usia saat munculnya
krisis dan komitmen yang semakin kuat pada domain identitas diri
Marcia (dalam Rice, 1996) mengatakan jika individu yang sudah
melalui masa krisis dan menetapkan komitmen dalam hidupnya, individu
tersebut sudah mencapai identitas dirinya (achieved identity). Remaja yang
sudah mencapai identitas diri dapat dilihat dari komitmen yang dibuat
oleh remaja. Marcia (Bergh dan Erling, 2005) membedakan status
identitas menjadi empat kategori yaitu Identity Achievement, Moratorium,
Foreclosure, dan Diffusion.
Keempat status identitas diri, pencapaian identitas (identity
achievement) adalah status identitas yang utama. Status identitas
selanjutnya adalah identity moratotium, foreclosure, dan diffusion
(Ohnishi, 2001). Identity achievement merupakan status identitas yang
SUDAH mengalami masa krisis dan komitmen, selain itu memberikan
banyak implikasi pada fungsi sosial dan representasi diri (Erikson dalam
Kumru dan Thompson, 2003). Constantinople (1969) menemukan
peningkatan dalam pencapaian status identitas diri terjadi selama empat
tahun kuliah, peningkatan identitas dimuali dari remaja awal (12 tahun)
sampai remaja akhir (18-21 tahun).
Identity Diffusion artinya remaja belum melakukan eksplorasi,
membuat komitmen, dan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi.
Identity Foreclosure, remaja belum melakukan eksplorasi akan tetapi
sudah membuat komitmen, dan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi.
Identity Moratorium, remaja melakukan eksplorasi, komitmen belum jelas
remaja sudah melakukan eksplorasi, membuat komitmen yang jelas, dan
mendapatkan dukungan sosial yang rendah.
Hasil penelitian menemukan masa sekolah menengah atas hingga
beberapa tahun terakhir masa kuliah, jumlah individu yang digolongkan ke
dalam identity achievement meningkat. Sementara jumlah individu yang
digolongkan ke dalam identity diffusion menurun, dalam domain religius
dan politik jumlah mahasiswa yang tergolong identity achievement lebih
sedikit beberapa diantaranya memperlihatkan karakteristik Identity
Foreclosure dan Diffusion (Waterman dalam Santrock, 2007).
Pencapaian status identitas diri seorang remaja penting untuk
menetapkan langkah yang kuat dalam menjalani masa remaja agar menjadi
individu yang bertanggung jawab dan memiliki karakter kuat (Purwanti,
2013). Erikson (Chen dan Yao, 2009) mengatakan remaja dengan identitas
diri kuat memiliki kesehatan mental yang positif.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar
tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi untuk
psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi bagi
remaja dalam memahami dukungan sosial teman sebaya pada
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dukungan Sosial Teman Sebaya
1. Dukungan Sosial
Remaja dengan dukungan sosial merasa diperhatikan, bernilai,
dicintai, dan mendapat dorongan ketika memiliki masalah. Dukungan
sosial berasal dari keluarga, teman, dan orang terdekatketika remaja
membutuhkan bantuan (Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley, 1988).
Sarason (dalam Kuntjoro, 2002) menyebutkan bahwa dukungan
sosial adalah suatu keberadaan, kesediaan, dan kepedulian orang lain
yang menyayangi diri kita. Sarason juga berpendapat bahwa dukungan
sosial mencakup dua hal, yaitu :
a. Jumlah dukungan sosial yang tersedia, yaitu persepsi individu
terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu
membutuhkan bantuan.
b. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan
dengan persepsi individu jika kebutuhan terpenuhi.
Menurut Sarafino (2008) dukungan sosial merupakan suatu
kesenangan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan
individu dari individu lain. Cohen dan Wills (dalam Maslihah, 2011)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan yang didapatkan
karena persepsi bahwa beberapa orang membantu ketika timbul
masalah, sehingga menaikkan perasaan positif dan harga diri.
Pemberian dan penerimaan dukungan sosial terkait dengan persepsi
tentang ketersediaan (availability) dan ketepatan (adequency)
dukungan sosial bagi seseorang (Valeria, 2014). Dengan demikian,
dukungan sosial tidak hanya diartikan sebagai pemberian bantuan akan
tetapi juga melibatkan persepsi dalam menerima bantuan.
2. Komponen Dukungan Sosial
Weiss (Cutrona dkk, 1994) membagi dukungan sosial ke dalam
enam bagian yang berasal dari hubungan antar individu dengan
individu lain, yaitu: guidance, reliable alliance, attachment,
reassurance of worth, social integration, dan opportunity to provide
nurturance.
1) Reliable alliance, yakni pengetahuan yang individu miliki bahwa
individu dapat mengandalkan bantuan orang lain. Individu yang
menerima bantuan merasa tenang.
2) Guidance (bimbingan), yakni dukungan sosial yang berupa nasehat
dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya.
3) Reassurance of worth, yakni dukungan yang berbentuk pengakuan
dan pengahargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu.
Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan
4) Attachment, yakni dukungan yang berupa pengekspresian dari
kasih sayang yang diterima individu dari orang lain. Dukungan ini
membuat individu merasa aman, kedekatan dan intimacy adalah
bentuk dari dukungan attachment .
5) Social Integration, dukungan ini adalah dukungan yang berbentuk
kesamaan minat, perhatian, dan rasa memiliki dalam suatu
kelompok.
6) Opportunity to provide nurturance, dukungan ini berupa perasaan
individu bahwa individu dibutuhkan orang lain.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komponen
dukungan sosial terdiri dari guidance, reliable alliance, attachment
,reassurance of worth, social integration, dan opportunity to provide
nurturance.
3. Jenis Dukungan Sosial
Cohen dan Wills (dalam Sarafino, 1994) membedakan lima
jenis dukungan sosial antara lain:
a. Dukungan emosional, dukungan yang mencakup empati dan
kepedulian. Dukungan ini dapat dilihat dari perhatian yang
diberikan orang lain, dukungan ini memberikan rasa nyaman,
dan perasaan dicintai.
b. Dukungan penghargaan, dukungan ini terjadi melalui
c. Dukungan instrumental, pada komponen ini dukungan yang
diberikan berupa bantuan langsung yaitu jasa, uang, tempat,
dan waktu.
d. Dukungan informatif, dukungan yang diberikan berupa
pemberian nasehat, petunjuk, saran, informasi, dan umpan
balik pada orang lain.
e. Dukungan jaringan sosial, pada aspek ini dukungan terlihat
dari perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling
berbagi kesenangan dan beraktivitas sosial bersama.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan jika
dukungan sosial teman sebaya terdiri dari dukungan emosional,
penghargaan, informasi, dan instrumental.
4. Sumber Dukungan Sosial
Sumber dukungan sosial dapat individu peroleh dari lingkungan
sekitar, akan tetapi sumber dukungan sosial tersebut dapat memberikan
efek positif bagi penerimanya. Dengan adanya pemahaman tersebut,
seseorang akan tahu kepada siapa individu memberikan dukungan
sosial yang sesuai dengan situasi dan keinginannya.
Goetlieb (1983) menyebutkan ada dua jenis hubungan dukungan
sosial, yaitu
a. Hubungan profesional, yakni dukungan yang bersumber dari
orang-orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu.
b. Hubungan non profesional, yakni dukungan yang bersumber
dari orang-orang terdekat seperti teman, keluarga dan orang
tua.
5. Teman Sebaya
Teman sebaya (peers) adalah anak atau remaja dengan tingkat usia
atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrok, 2003). Moorish
(Sihotang, 2009) mengatakan kelompok teman sebaya adalah
kelompok yang terdiri dari beberapa individu dan memiliki persamaan,
persamaan yang utama adalah usia dan status sosialnya. Pada masa
remaja, seseorang melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua.
Remaja melakukan proses sosialisasi dengan dunia yang lebih luas
seperti teman sebaya.
Teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat terhadap
kehidupan remaja, sehingga dapat menggantikan peran orang tua.
Furman dan Buhrmester (dalam Santrock, 2003) remaja lebih
mengandalkan teman sebaya dari pada orang tua dalam memenuhi
kebutuhan kebersamaan, harga diri dan keakraban. Maka dari itu,
remaja menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan teman
sebayanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kelompok teman sebaya
adalah sekumpulan individu yang memiliki persamaan usia, status
menggantikan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan seperti
kebersamaan, harga diri, dan keakraban.
6. Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dukungan sosial dari teman sebaya dapat memberikan pengaruh
terhadap perkembangan remaja dan memahami diri untuk mencapai
identitas diri yang jelas (Coates, 1985 ; Dubow, 1991 ; Slavin dan
Rainer, 1990). Menurut hasil penelitian menemukan jika komposisi
jaringan sosial berubah sesuai dengan perkembangan usia anak, jika
anak yang berusia lebih dari 10 tahun akan lebih banyak mendapatkan
dukungan dari teman sebaya (Degirmanciogiu, 1998 dan Levitt, 1993).
Cohen, Kay, Wills (Sarafino, 1994) dukungan sosial teman
sebaya adalah bantuan dari teman sebaya yang individu rasakan
berupa dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
informatif, dukungan jaringan sosial dan dukungan penghargaan.
Dukungan sosial teman sebaya adalah bantuan yang diberikan
individu dengan individu yang lain, bantuan yang diberikan dapat
berupa materi ataupun non materi. Taylor (2009) mendefinisikan
dukungan sosial adalah informasi yang diberikan orang yang dicintai
dalam bentuk perhatian.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan dukungan sosial teman
sebaya adalah dukungan atau bantuan berupa materi atau non materi
yang diberikan oleh teman sebaya kepada individu lain, sehingga
Dukungan yang diterima oleh individu berupa dukungan emosional,
instrumental, informatif, jaringan sosial,dan penghargaan.
B. Identitas Diri
1. Status Identitas Diri
Marcia (Santrock, 2003) status identitas digunakan untuk
mendeskripsikan posisi seseorang dalam perkembangan identitas diri.
Status identitas diri adalah cara yang digunakan remaja dalam memilih
peran dan nilai-nilai yang dapat menjelaskan identitas individu (Cobb,
2007). Marcia (1983) mengidentifikasikan bahwa eksplorasi dan
komitmen adalah dua dimensi dasar dalam mendefinisikan status
individu dalam mencapai identitas diri.
Menurut Marcia (dalam Papalia, Olds dan Feldman, 2009) terdapat
empat status identitas, yaitu :
a. Penyebaran Identitas (identity diffusion)
Status identitas yang ditandai dengan ketiadaan komitmen
dan kurangnya pertimbangan serius terhadap berbagai
alternatif. Selain itu, remaja tidak mampu membuat keputusan
mengenai pekerjaan dan ideologi (Santrock, 2003).
Ciri-ciri individu yang berada pada status identity
diffusionadalah tidak menjadi dirinya sendiri, dan menjadi apa
saja yang di inginkan oleh orang lain (Kroger dan Marcia,
b. Penundaan Identitas (identity foreclosure)
Remaja tidak menghabiskan waktu untuk
mempertimbangkan berbagai alternatif (yang tidak pernah
berada dalam krisis) dan berkomitmen dalam menjalani
rencana orang lain untuk hidupnya sendiri.
Status ini terjadi ketika orang tua menyerahkan komitmen
pada remaja, orang tua menerapkan pola asuh otoriter sehingga
remaja tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi diri,
pekerjaan, dan ideologi (Santrock, 2003).
Orang-orang yang mencapai identity foreclosure memiliki
kerapuhan, kesulitan dalam mempertimbangkan alternatif,
menjaga sikap untuk membela diri dan mampu menolak
informasi yang salah (Kroger dan Marcia, 2011).
c. Penundaan Identitas (identity moratorium)
Status identitas yang digambarkan Marcia yaitu saat
seseorang mempertimbangkan berbagai alternatif (dalam krisis)
dan akan menjalankan komitmen.
Ciri-ciri individu yang mencapai status identitas ini adalah
melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang dihadapi,
melupakan hal-hal yang sensitif, dan memiliki banyak masalah
d. Pencapaian identitas (identity achievement)
Status yang digambarkan Marcia dengan adanya komitmen
dalam menjalani berbagai pilihan yang dibuat setelah memalui
masa krisis, dan mulai mengeksplorasi pilihan-pilihan.
Ciri-ciri individu yang mencapai status identitas ini adalah
solid, mementingkan kehidupan masa depan, fleksibel dalam
berbagai hal, dan tidak mudah terpengaruh oleh tekanan
[image:36.595.84.517.224.640.2](Kroger dan Marcia, 2011).
Tabel 1
Status Identitas, Ekxplorasi, Komitmen
Keempat status identitas diatas bukan merupakan suatu tahapan
yang harus dilalui oleh remaja, seorang remaja tidak harus mencapai
identity diffusion lalu mencapai identity foreclosure atau seorang
remaja tidak harus mengalami urutan diffusion, foreclosure,
moratorium, dan achievment. Remaja dapat mengubah status
identitasnya dari satu identitas ke identitas lainnya, banyak individu
yang sudah dewasa awal masih berada dalam status identitas
foreclosure atau diffusion (Kroger dalam Papalia, 2008) yang sudah
dewasa awal masih berada dalam status identitas foreclosure atau
diffusion (Kroger dalam Papalia, 2008). Faktor
Status Identitas
Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement
Explorasi Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada
2. Pencapaian Status Identitas Diri
Marcia (Ginanjar dan Yunita, 2002) pencapaian identitas diri
adalah seseorang yang sudah mencapai identitas diri yang matang dan
dapat dilihat dari adanya komitmen yang telah dibuat. Proses
pencapaian identitas diawali dengan eksplorasi yang dimulai pada
masa remaja, pada tahap perkembangan selanjutnya remaja sudah
memiliki suatu komitmen yang menandakan dimilikinya suatu status
identitas tertentu. Seringkali diantara masa eksplorasi dan
pembentukan komitmen terjadi peristiwa yang tidak diharapkan,
sehingga seseorang harus meneruskan kembali apa yang sudah
dibentuknya.
Pencapaian status identitas diri adalah sebuah proses seorang
remaja yang mengembangkan suatu identitas personal yang unik dan
dapat membedakan diri sendiri dengan orang lain (Josselson dalam
Agnes, 2008). Pencapaian status identitas diri merupakan suatu hal
yang penting, hal ini disebabkan seseorang yang sudah mencapai
identitas diri dapat mengetahui siapa dirinya dan ingin menjadi apa di
masa depan (Agnes, 2008).
Menurut Adams (Waterman,2007) dalam Eomeis (Extended
Objective Measure of Ego Identity Status) menyebutkan terdapat 2 hal
yang mencakup identitas yaitu identitas intrapersonal dan ideologis.
Identitas ideologis terdiri dari pekerjaan, agama, politik, nilai-nilai
dan identitas personal terdiri dari pertemanan, pacaran, peran gender,
dan rekreasi. Peneliti hanya mencakup 3 domain yaitu agama, nilai-nilai
gaya hidup, dan pertemanan. Hal ini terkait dengan tugas
perkembangan pada diri remaja.
C. Remaja
1. Definisi Remaja
Penggolongan remaja menurut Thornburg (dalam Dariyo, 2004)
terbagi kedalah tiga tahap yaitu remaja awal (usia 13-14 tahun), remaja
tengah (usia 15-17 tahun), dan remaja akhir (usia 17-21 tahun). Pada
masa remaja awal, umumnya individu berada di bangku Sekolah
Menengah Pertama. Remaja tengah, berada di jenjang sekolah tingkat
kedua atau SMA dan remaja akhir berada dalam jenjang pendidikan
sekolah menengah atas hingga lulus SMA sampai perguruan tinggi.
Pada masa remaja, kelompok teman sebaya memiliki peran
yang penting dalam perkembangan remaja baik secara emosional
maupun secara sosial. Buhrmester (Papalia, 2008) mengatakan
kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati,
pemahaman panduan moral, tempat bereksperimen, dan setting
untuk mendapatkan otonomi dan independensi dari orang tua. Piaget
(Ali, 2009) remaja adalah usia individu yang terintegrasi ke dalam
masyarakat dewasa, anak tidak merasa dirinya berada di bawah tingkat
Istilah adolescent atau remaja berasal dari bahasa Latin
adolescere yang berarti “ tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.
Dalam budaya Amerika, periode remaja dipandang sebagai masa
“Strom dan Stress”, frustasi, penderitaan, konflik, krisis penyesuaian,
mimpi, melamun tentang cinta, dan perasaan teralinesasi (tersisihkan)
dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, dalam
Yusuf, 2011).
Remaja (adolescent) diartikan sebagai perubahan perkembangan
antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengakibatkan
perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, 2014). Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan jika remaja sudah tidak termasuk
golongan anank-anak, akan tetapi belum dapat diterima secara penuh
untuk memasuki golongan dewasa. Masa remaja merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan
merupakan masa transisi yang diarahkan kepada perkembangan masa
dewasa yang sehat.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan remaja adalah suatu
perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang ditandai
dengan perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak dan
kemandirian dengan batasan usia antara 12-21 tahun. Peneliti
mengambil subjek penelitian dengan rentang usia 17-21 tahun atau
2. Hakekat Perkembangan Remaja
Perkembangan (development) adalah suatu pola pergerakan dan
perubahan yang dimulai pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang
siklus kehidupan pada remaja. Perkembangan yang dialami mencakup
pertumbuhan, walaupun juga mencakup penurunan.
Proses dari perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi
proses perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Proses
perubahan tersebut adalah
a. Proses Biologis
Proses biologis (biological processes) mencakup
perubahan-perubahan yang melibatkan fisik individu tersebut.
Gen yang orang tua wariskan pada anak, seperti perkembangan
otak, pertambahan tinggi badan, berat badan, keterampilan
motorik, dan perubahan hormonal. Perubahan tersebut
merefleksikan proses perkembangan biologis dalam proses
perkembangan remaja. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh
individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua
bagiannya.
Dalam perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan
dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
Ciri-ciri seks primer pada remaja pria ditandai dengan
bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostat
semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut,
memungkinkan remaja pria mengalami “mimpi basah”. Pada
remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai
dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Pada masa
inilah, untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami
“menarche”, peristiwa “ menarche” diikuti oleh menstruasi
yang terjadi dalam interval yang tidak beraturan.
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja pria adalah
tumbuh rambut pubik atau bulu kapok disekitar kemaluan atau
ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis, dan tumbuh
jakun. Sedangkan pada wanita tumbuh rambut pubik atau bulu
kapok disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah
dada, dan bertambah besarnya pinggul (Yusuf, 2011).
b. Proses Kognitif
Proses kognitif (cognitive processes) meliputi perubahan
dalam pikiran, inteligensi dan bahasa individu. Perubahan
tersebut dapat terlihat dari aktifitas menghafal rumus
matematika, menghafal materi perkuliahan, dan membayangkan
kehidupan kedepan.
Menurut Piaget masa remaja sudah mencapai tahap oprasi
formal, remaja sudah dapat berpikir logis tentang berbagai
kesempurnaan, dan berat otak sudah menyamai orang dewasa
(Yusuf, 2011).
c. Proses Sosial-Emosional
Proses sosial-emosional (socio-emotional processes)
meliputi perubahan hubungan individu dengan manusa lain, hal
ini juga berkaitan dengan emosi, keperibadian, dan peran dari
konteks sosial perkembangan. Masa remaja merupakan puncak
emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Pertumbuhan fisik terutama organ-organ seksual
mempengaruhi berkembangannya emosi atau perasaan dan
dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, misalnya
perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan
lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya
menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat
terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,emosinya bersifat
negatif dan temperamental, sedangkan remaja akhir sudah
mampu mengendalikan emosinya.
Pada masa remaja perkembangan sosial ditandai dengan
berkembangnya “social cognition”, yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Pemahaman ini mendorong remaja untuk
menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman
sebaya, baik melalui jalinan persahabatan atau percintaan. Pada
kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat,
nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain
(teman sebaya) (Yusuf, 2011).
3. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havinghurst (Mukhtar dkk, 2001) mengatakan terdapat 10
perkembangan yang harus dilalui oleh remaja, yaitu:
a. Mencapai hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya,
baik laki-laki maupun perempuan.
b. Mencapai peran jenis kelamin sebagai laki-laki atau
perempuan.
c. Menerima keadaan jasmaninya dan menggunakan dengan
efektif.
d. Mencapai kemandirian secara emosional dari rasa
ketergantungan pada orang tua maupun orang dewasa lainnya.
e. Mencapai kemandirian secara ekonomi pada masa yang akan
datang.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan pekerjaan
tertentu.
g. Menyiapkan kesiapan diri untuk menghadapi pernikahan dan
keluarga.
h. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual sebagai
i. Menginginkan dan melakukan tindakantindakan yang secara
sosial bertanggung jawab.
j. Memilih seperangkat system tata nilai dan tata krama yang
menuntun perilakunya.
D. Perbedaan Dukungan Sosial Teman Sebaya Berdasarkan Pencapaian
Identitas Diri pada Remaja Akhir
Masa remaja adalah masa transisi untuk menjauh dari orang tua
dan mendekati teman sebaya untuk memperoleh dukungan sosial (Slavin
dan Berndt, 1990). Sumber dukungan emosional yang utama pada remaja
adalah teman sebaya, remaja merasa nyaman dengan bersama orang yang
melewati perubahan dan perkembangan yang sama (Jackie dalam Papalia,
2011). Peran orang tua akan sedikit berkurang ketika remaja memilih
untuk mengembangkan diri dengan teman sebaya, teman sebaya memiliki
peran sebagai media dalam menunjukkan sesuatu yang benar atau pun
salah.
Menurut Hall dan Lindzey (1985) dengan bersama teman sebaya
remaja merasakan kehadiran seseorang yang mengerti dan memahami
dirinya, sehingga remaja menaruh kepercayaan yang besar pada teman.
Rogacion (1982) menegaskan remaja lebih senang ketika membicarakan
suatu masalah atau hal-hal tertentu bersama dengan teman sebaya. Cowie
dan Wallace (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial peer group
merupakan dukungan sosial yang bersumber dari teman sebaya, mereka
Dukungan sosial yang berasal dari teman sebaya dapat membuat
remaja memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang belum
pernah remaja lakukan, remaja belajar untuk mengambil peran baru dalam
kehidupannya (Tarakanita, 2001). Remaja yang mampu menjalankan
peran sosial di masyarakat adalah remaja yang sudah berhasil membentuk
identitas diri. Marcia (Papalia, 2009) membangun teori identitas terukur
melalui metode wawancara dan menemukan empat tipe status identitas,
yaitu identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, dan
identity achievement. Perbedaan keempat status identitas tersebut terletak
pada ada tidaknya eksplorasi dan komitmen.
Eksplorasi dan komitmen merupakan tolak ukur dalam
menempatkan individu ke masing-masing status identitas diri. Identity
diffusion menunjukkan tidak adanya komitmen dan eksplorasi, identity
foreclosure menunjukkan adanya komitmen tanpa melalui eksplorasi,
identity moratorium menunjukkan adanya eksplorasi akan tetapi belum
memiliki komitmen, dan identity achievement menunjukkan adanya
eksplorasi dan sudah memiliki komitmen.
Dukungan sosial teman sebaya dapat mempengaruhi pencapaian
status identitas moratorium atau achievement (Marcia, 1966). Teman
sebaya menawarkan alternatif sudut pandang dan pengalaman baru untuk
mendorong eksplorasi. Teman sebaya dapat memberikan dampak pada
pencapaian identitas diffusion atau foreclosure. Misalnya, individu yang
toleransi terhadap keberagaman dan mencerminkan nilai –nilai yang mirip
dengan diri sendiri (Bosma dan Kunnen, 2001).
Remaja yang berada pada status identity diffusion mendapat
dukungan sosial yang tinggi. Mereka tidak menjadi dirinya sendiri,
menjadi apa saja yang diinginkan oleh orang lain, dan tidak mampu
membuat keputusan mengenai pekerjaan dan ideologi sehingga remaja
dengan status identity foreclosure mendapat dukungan sosial yang tinggi.
Remaja pada status identitas ini tidak memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi diri, mengalami kerapuhan, kesulitan dalam
mempertimbangkan alternatif dan menolak informasi yang salah. Remaja
yang berada dalam identity moratorium merupakan remaja yang
melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang dihadapi, sering
melupakan hal-hal yang sensitif, memiliki banyak masalah dengan
demikian remaja yang mencapai status identity moratorium mendapatkan
dukungan sosial yang tinggi. Remaja yang berada dalam status identity
achievement merupakan remaja yang sangat solid, mementingkan
kehidupan masa depan, fleksibel, dan tidak mudah terpengaruh oleh
tekanan. Remaja tersebut mendapat dukungan sosial teman sebaya yang
rendah.
Remaja yang mencapai status identitas tertentu memperlihatkan
dukungan sosial teman sebaya yang diterimanya tinggi atau rendah, hal
ini dikarenakan seseorang yang sudah menapai status identitas tertentu
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui adanya
perbedaan dukungan sosial teman sebaya dilihat berdasarkan pencapaian
status identitas diri.
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas penulis mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara bahwa: terdapat perbedaandukungan sosial teman
sebaya pada tahap pencapaian status identitas diri pada remaja.
Identity Diffusion
Identity Foreclosure
Identity Moratorium
Identity Achievment
Dukungan sosial rendah
Dukungan sosial tinggi
Dukungan sosial tinggi
Dukungan sosial tinggi
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A.JenisPenelitian
Penelitian ini menggunakan metode komparatif yaitu suatu analisis
untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok atau lebih
(Siregar,2015).
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial
teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja
akhir.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah :
1. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
disebabkan oleh variabel lain (Hasan, 2004). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Dukungan Sosial Teman Sebaya.
2. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi penyebab bagi variabel lain (Hasan, 2004). Variabel bebas
C. Definisi Variabel Penelitian
Batasan atau definisi operasional dari variabel-variabel penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dalam penelitian ini dukungan sosial teman sebaya diukur dengan
menggunakan skala dukungan sosial teman sebaya yang disusun oleh
Weiss (Cutrona dkk, 1994). Semakin tinggi skor total dari skala
dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi pula dukungan
sosial yang diterima oleh remaja dan begitu juga sebaliknya.
2. Identitas Diri
Dalam penelitian ini identitas diri diukur dengan menggunakan
skala identitas diri yang disusun berdasarkan teori James Marcia
(dalam Papalia dkk, 2009). Dengan empat jenis status identitas yaitu
identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, identity
achievment (Adams dalam Waterman, 2007).
Penempatan masing-masing subjek ke dalam empat status identitas
yakni identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium,
identity achievment adalah dengan mengolah Z score. Z score berguna
untuk membandingkan posisi seseorang dengan orang lain dalam suatu
Z = (X-M)/SD
Keterangan : Z = Z Score
X= Skor subjek
M=Mean kelompok subjek
SD=Standar Deviasi Kelompok
Pertama, memisahkan aitem berdasarkan status identitas
berdasarkan delapan domain identitas diri (Adams dalam Waterman,
2007). Kedua, menghitung Z score pada setiap remaja akhir
berdasarkan masing-masing status identitas diri (James Marcia dalam
Papalia dkk, 2009). Ketiga, membandingkan hasil Z score dari keempat
status identitas untuk masing-masing remaja akhir. Kelima,
mengkategorikan remaja akhir pada status yang memiliki nilai Z score
paling tinggi. Setelah pengkategorian subjek ke masing-masing status
identitas, kemudian dilihat perbedaan dukungan sosial teman sebaya
menggunakan uji Brown-Forsythe dan Welch.
D. Subjek Penelitian
1. Metode Pengumpulan Sampel
Sampel merupakan sumber data yang penting untuk mendukung
penelitian, adapun teknik pengambilan sampel dengan cara non
random sampling yang artinya tidak semua populasi memiliki
kesempatan untuk digunakan sebagai sampel. Pangambilan sampel
sample), yaitu peneliti menentukan jumlah sampel, (Crocker dan
Algina dalam Azwar, 2012) memberikan saran jumlah sampel sebesar
200 orang sebagai jumlah sampel yang sudah cukup memadai.
Selanjutnya data dikumpulkan dengan cara menghubungi sujek
penelitian tanpa menghiraukan asal sampel (Taniredja dan
Mustadifah, 2011).
Subjek penelitian adalah 199 remaja laki-laki dan perempuan
berusia 17-21 tahun. Pada masa remaja seseorang akan lebih banyak
menghabiskan waktu dengan teman sebaya dari pada orang tua
(Grotevant dan Cooper, 1986), sehingga remaja mendapatkan
dukungan sosial teman sebaya sebagai pengganti dukungan dari orang
tua.
E. Alat Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data adalah skala sebagai berikut :
a. Dukungan Sosial Teman Sebaya
Skala ini disusun peneliti berdasarkan teori Weiss (Cutrona
dkk, 1994) yang membagi dukungan sosial ke dalam enam bagian
dari hubungan antar individu, yaitu : guidance, reliable alliance,
attachment, reassurance of worth, social integration, dan
opportunity to provide nurturance.
Skala dukungan sosial teman sebaya berisi dua pernyataan
pernyataan dan diminta memilih satu pernyataan yang sesuai
dengan keadaan diri subjek. Terdapat empat pilihan respon
jawaban dalam pernyataan favorable yaitu SS (Sangat Setuju) = 4,
S (Setuju) = 3, TS (Tidak setuju) = 2, dan STS (Sangat Tidak
Setuju) = 1. Untuk pernyataan unfavorable empat pilihan respon
jawaban yaitu SS (Sangat Setuju) = 1, S (Setuju) = 2, TS (Tidak
setuju) = 3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 4. Pada skala ini
tidak disediakan pilihan respon jawaban N (netral), agar subjek
[image:52.595.85.537.182.747.2]memilih respon sesuai dengan dirinya.
Tabel 2
Skor Item Untuk Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya
Respon Skor
Favorable Unfavorable
SS (Sangat Setuju) 4 1
S (Setuju) 3 2
TS (Tidak Setuju) 2 3
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4
Tabel 3
Blue Print Dan Sebaran Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebelum Uji Coba
No Aspek Dukungan Sosial Jenis Item Jumlah
Item Bobot Favorable Unfavorable
1. Reliable alliance 5 5 10 16,67%
2. Guidance 5 5 10 16,67%
3. Reassurance of
worth 5 5 10 16,67%
4. Attachment 5 5 10 16,67%
5. Social
integration 5 5 10 16,67%
6.
Opportunity to provide
nurturance
5 5 10 16,67%
Tabel 4
Sebaran Item Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebelum Uji Coba
No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
1. Reliable alliance 6,7,17,14,28 4,*9,*22,33,18 10
2. Guidance 21,23,27,46,57 19,20,31,38,39 10
3. Reassurance of
worth 15,*32,35,43,*55 10,24,*49,51,*58 10
4. Attachment 41,*42,45,50,59 53,48,52,54,37 10
5. Social
integration 25,*30,36,*56,29 60,5,26,34,40 10
6.
Opportunity to provide
nurturance
2,*8,*12,*16,44 1,3,11,13,47 10
Jumlah 60
*aitem-aitem yang gugur setelah uji coba
b. Skala status identitas
Skala ini dibuat oleh peneliti berdasarkan teori James Marcia
tentang status identitas diri yang terdiri dari identity diffusion,
identity foreclosure, identity moratorium, identity achievment
(Papalia, Olds, Feldman, 2009). Pada masing-masing pilihan
jawaban dapat menunjukkan keempat status identitas diri yang
diungkap.
Skala status identitas diri berisi pernyataan mengenai status
identitas diri yang terdiri dari ketiga domain identitas diri yaitu
agama, filosofi gaya hidup, dan pertemanan. Skala identitas diri
berisi satu pernyataan yaitu favorable. Peneliti tidak menyediakan
pernyataan unfavorable karena dapat mengarahkan subjek pada
satu status identitas tertentu. Subjek dihadapkan pada beberapa
diminta untuk memilih respon jawaban yang sesuai dengan diri
subjek.
Skala ini terdiri dari empat pilihan respon jawaban, subjek
diminta memilih respon jawaban yang sesuai dengan diri subjek.
Empat pilihan respon jawaban yang disediakan yaitu SS (Sangat
Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak setuju) = 2, dan STS (
[image:54.595.86.547.222.626.2]Sangat Tidak Setuju) = 1.
Tabel 5
Skor Item Untuk Skala Identitas Diri
Respon Skor
Favorable
SS (Sangat Setuju) 4
S (Setuju) 3
TS (Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Tabel 6
Blue Print dan Rancangan Skala Status Identitas Diri Sebelum Uji Coba
No Domain Jenis Item Jumlah
item Bobot
Favorable
1. Agama 20 20 33,3 %
2. Filosofi Gaya Hidup 20 20 33,3 %
3. Pertemanan 20 20 33,3 %
Tabel 7
Sebaran Item Skala Identitas Diri
*aitem-aitem yang gugur setelah uji coba
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas penelitian adalah validitas isi, yaitu pengujian isi
skala dengan analisis rasional atau professional judgment. Validitas isi
yaitu melihat sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2009).
Pengujian validitas dilakukan oleh professional judgmen yaitu dosen
pembimbing.
2. Reliabilitas
Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah
reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror
pengukuran yang kecil (Azwar, 2013). Reliabilitas dinyatakan oleh
koefisien reliabilitas ( ) yang berada dalam rentang angka 0 sampai
Nomer Aitem Status
Identitas Agama Pertemanan Gaya Hidup Jumlah
Identity
Diffusion *1,*3,21,23,59 *17,*22,29,42,60 *4,*6,9,15,37 15 Identity
Foreclosure 14,16,*31,*45,55 11,36,*50,52,57 28,32,*34,56,58 15 Identity
Moratorium *10,*12,27,35,41 *25,*44,46,48,54 *20,24,30,39,53 15 Identity
Achievement 5,7,19,*47,*51 *2,8,*33,38,40 *13,18,26,43,49 15
1,00, koefisien reliabilitas dikatakan tinggi apabila mendekati angka
1,00. Apabila koefisien reliabilitas mendekati angka 0 berarti semakin
rendahnya reliabilitas (Azwar, 2013).
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach, dengan bantuan SPSS 22 for
windows. Dari hasil penghitungan didapatkan hasil koefisien
reliabilitas skala dukungan sosial teman sebaya adalah 0,909
Pada pengujian skala status identitas didapatkan koefisien
Alpha-Cronbach adalah sebagai berikut
1. Identity Diffusion : 0,656untuk 9 item
2. Identity Foreclosure : 0,682 untuk 11 item
3. Identity Moratorium : 0,458 untuk 10 item
4. Identity Achievment :0,564 untuk 10 item
3. Seleksi item
Seleksi item dilakukan untuk mengkoreksi apakah item-item yang
ditulis pada kenyataannya sudah berfungsi dengan baik untuk
mengukur suatu atribut (Azwar, 1999). Apabila terdapat aitem yang
tidak sesuai dengan syarat, maka tidak dapat disertakan dalam skala
penelitian. Seleksi item dilakukan dengan cara memilih item
berdasarkan koefisien korelasi item total.
a. Dukungan Sosial Teman Sebaya
Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi item total
koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap
memuaskan. Peneliti menggunakan daya diskriminasi 0,30.
Pada hasil uji coba skala dukungan sosial teman sebaya
menunjukkan dari 60 aitem yang diujikan terdapat 58 aitem yang
baik dan 12 aitem yang kurang baik. Besarnya koefisien korelasi
aitem total berkisar antara -0,131 – 0,789. Berikut adalah daftar
spesifikasi aitem skala dukungan sosial teman sebaya setelah diuji
[image:57.595.85.540.222.636.2]cobakan :
Tabel 8
Aitem-aitem Dukungan Sosial Teman Sebaya Setelah Uji Coba
No Aspek Nomer Aitem Jumlah
1 Reliable alliance F 4,8,34,48,44
8 UF 13,45,27
2 Reassurance of worth F 1,15,22,47,36
10 UF 20,24,41,16,12
3 Social integration F 37,2,10
6 UF 9,33,25
4 Guidance F 6,17,23,21
9 UF 18,43,31,26,30
5 Attachment F 7,38,32
8 UF 35,28,5,29,42
6 Opportunity to provide nurturance
F 40,46
7 UF 39,19,11,14,13
TOTAL 48
b. Skala Status Identitas
Peneliti menggunakan daya diskriminasi 0,25 untuk
memperoleh jumlah aitem yang diinginkan. Menurut (Azwar, 2013)
apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi
menurunkan batas kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah
aitem yang diinginkan dapat tercapai.
Penghitungan koefisien korelasi aitem total menggunakan
bantuan SPSS 20 for windows, uji coba dalam penelitian melibatkan
50 subjek remaja akhir untuk skala identitas diri. Hasil dari
pengukuran menunjukkan bahwa dari 60 aitem yang diujikan
terdapat 30 aitem baik dan 30 aitem yang tidak baik. Besarnya
koefisien korelasi aitem total berkisar antara –0,007 - 0,668.
Berikut adalah daftar spesifikasi aitem skala identitas diri setelah
[image:58.595.86.527.207.656.2]diuji cobakan :
Tabel 9
Aitem- aitem Skala Status Identitas Diri Setelah Uji Coba
G. Teknis Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian yang didapatkan berasal dari populasi yang sebarannya
Nomer Aitem Status
Identitas Agama Pertemanan Gaya Hidup Jumlah
Identity
Diffusion 5,9,36 23,37,39 22,24,26 9 Identity
Foreclosure 31,14,33 25,30,20,11 29,32,27,16 11 Identity
Moratorium 3,17,1 13,18,28 12,34,40,15 10 Identity
Achievement 5,35,21 7,10,2 6,38,8,4 10
normal (Santoso, 2010). Apabila taraf signifikansinya p > 0,05
maka dapat disimpulkan jika data memiliki sebaran data yang
normal, akan tetapi jika p < 0,05 maka sebaran datanya tidak
normal. Peneliti menguji normalitas data dengan menggunakan uji
one-sample kolmogorov-smirnov test (Santoso, 2010), pengujian
dilakukan dengan bantuan SPSS versi 22 for Windows.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek
yang diteliti mempunyai varian yang sama (Siregar, 2014.), jika p
> 0,05 maka varian tersebut homogen atau sama (Santoso, 2010).
Uji homogenitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 22for
Windows, melalui Levene’s Test for Equality of Variance.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
Anova, yaitu salah satu uji komparatif digunakan untuk menguji
perbedaan data lebih dari dua kelompok (Suyantoro, 2014). Uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan Anova Satu Jalur melalui
program SPSS versi 22 for Windows. Pengujian dilakukan dengan
melihat taraf signifikansi, hipotesis diterima bila memiliki taraf
signifikansi p < 0,05 yang artinya ada perbedaan dukungan sosial
teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja
H. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba
terhadap alat ukur. Peneliti melakukan uji coba untuk melihat validitas dan
reliabilitas dari alat ukur penelitian. Penelitian ini menggunakan dua alat
ukur, yaitu skala identitas diri (skala A) dan skala dukungan sosial teman
sebaya (skala B). Skala identitas diri terdiri dari 60 aitem dan skala
dukungan sosial teman sebaya terdiri dari 60 aitem.
Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 18 dan 19 November
2015, di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek uji coba alat ukur
sebanyak 60 mahasiswa universitas sanata dharma yogyakarta. Pengisian
skala dilakukan langsung oleh masing-masing subjek yang berada di
lingkungan kampus, skala yang sudah selesai diisi langsung dikumpulkan
41
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian di lakukan pada tanggal 8-10 Desember 2015, 12 dan 14
Januari 2016 di lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
dengan subjek mahasiswa dari berbagai fakultas sejumlah 140 dan di
SMAN 1 Pakem dengan subjek pelajar kelas XI yang berjumlah 59
pelajar.
Pengambilan data (penyebaran skala), menggunakan dua cara.
Pertama peneliti menyebarkan skala di Universitas Sanata Dharma
dengan cara membagikan skala kepada mahasiswa yang peneliti temui,
dan di SMAN 1 Pakem pada masing-masing kelas dengan waktu
kurang lebih tiga puluh menit (satu jam pelajaran).
2. Data Demografi
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan
rentang usia 17-21 tahun, terdiri dari pelajar SMA dan mahasiswa
berjumlah 199 subjek. Subjek penelitian terdiri dari perempuan
berjumlah 96 dan laki-laki berjumlah 103 yang terdiri dari S1 143 dan
Tabel 10
Deskripsi Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Perempuan 96 48,2%
Laki-laki 103 51,8%
[image:62.595.84.510.135.619.2]Total 199 100%
Tabel 11
Deskripsi Usia Subjek
Usia Jumlah Presentase (%)
17 64 32,2 %
18 25 12,6 %
19 47 23,6 %
20 40 20,1 %
21 23 11,6 %
Total 199 100,0 %
Tabel 12
Deskrispsi Pendidikan Subjek
Pendidikan Jumlah Presentase (%)
S1 143 71,9 %
SMA 56 28,1 %
Total 199 100,0 %
B. Analisis Data
1. Deskripsi Data Penelitian
a. Data subjek penelitian berdasarkan Status Identitas Diri Menurut
James Marcia
Penempatan subjek kedalam masing-masing status identitas
diri dilihat berdasarkan nilai Z score yang paling tinggi, dengan
dasar bahwa status identitas diri tidak stabil hingga akhir
kehidupan (Santrock, 2007), artinya ketika remaja mencapai salah
satu dari keempat status identitas diri, bukan berarti status identitas
menjadi status identitas yang lain (Novilia, 2012). Dari hasil
[image:63.595.84.522.180.639.2]penghitungan maka diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 13
Deskripsi Status Identitas Subjek
Status Identitas Frekuensi Presentase (%) Identity diffusion 27 13,6 % Identity foreclosure 74 37,2 % Identity moratorium 40 20,1 % Identity achievment 58 29,1 %
Total 199 100%
Subjek penelitian berjumlah 199 orang yang merupakan
mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan Siswa SMA Kelas XII.
Dari tabel di atas dapat dilihat subjek yang masuk dalam status
Identity diffusion berjumlah 27 orang (13,6%), identity foreclosure
berjumlah 74 orang (37,2%), identity moratorium berjumlah 40
orang (20,1%), dan identity achievment berjumlah 58 orang
(29,1%).
b. Deskripsi Tingkat Dukungan Sosial Teman Sebaya Su