• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2018"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

RENCANA Strategis

Bappeda Provinsi Jawa Barat TAHUN 2013-2018

rencana

stra

tegis

Bbapped

a J

abar

(2)

KAT A PEN GAN T AR

Buku Rencana Strategis Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 hasil

revisi tahun 2016 dikemas dalam tujuh bab, meliputi : Pendahuluan, memuat tentang latar

belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan. Gambaran

Pelayanan Bappeda Provinsi Jawa Barat, memuat tentang tugas, fungsi dan struktur

organisasi Bappeda, sumber daya Bappeda, kinerja pelayanan Bappeda, serta tantangan dan

peluang pengembangan pelayanan Bappeda. Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas Dan

Fungsi, memuat tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan

Bappeda, telaahan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih,

telaahan Renstra Kementerian/Lembaga dan Renstra Provinsi, telaahan Rencana Tata Ruang

Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, serta penentuan isu-isu strategis.Visi, Misi,

Tujuan Dan Sasaran, Strategi Dan Kebijakan, memuat tentang visi dan misi Bappeda Provinsi

Jawa Barat, tujuan dan sasaran jangka menengah Bappeda Provinsi Jawa Barat, strategi dan

kebijakan Bappeda Provinsi Jawa Barat, Rencana Program Dan Kegiatan, Indikator Kinerja,

Kelompok Sasaran Dan Pendanaan Indikatif, memuat tentang program, kegiatan, indikator

kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif. Indikator Kinerja Opd Yang Mengacu

Pada Tujuan Dan Sasaran RPJMD, memuat tentang indikator kinerja Bappeda Provinsi Jawa

Barat yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung

pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD, dan Penutup, memuat tentang ringkasan Renstra

serta langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mengimplementasikan Renstra

Bappeda Tahun 2013 – 2018.

Dalam penyusunan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat ini, menggunakan

pendekatan logical framework sehingga diperoleh kebijakan, strategi dan indikator kinerja

Bappeda untuk mendukung tercapainya indikator pembangunan yang tertuang dalam Misi

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, khususnya Misi ke Tiga. Dengan terbitnya

renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat hasi revisi ini, diharapkan menjadi acuan bagi para

insane Bappeda dan seluruh stakeholders Bappaeda untuk mampu memberikan inspirasi

positif dalam menghadapi dinamika pembangunan Jawa Barat.

Bandung, Februari 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

Ir. Yerry Yanuar, MM.

(3)

DAFTAR ISI

Hal.

Kata Pengantar I

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Gambar iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Landasan Hukum 5

1.3 Maksud dan Tujuan 7

1.4 Sistematika Penulisan 7

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT 9

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Bappeda 10

2.2 Sumber Daya Manusia 13

2.3 Sarana dan Prasarana 16

2.4 Kinerja Pelayanan SKPD 16

2.5 Jenis Pelayanan Administrasi 20

2.6 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD yang Dihadapi 21

BAB 3 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT

24

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Provinsi Jawa Barat

24

3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 30 3.3 Telaahan Renstra Bappenas dan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat 35 3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

36

3.5 Penentuan Isu-isu Strategis 37

BAB 4 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 39

4.1 Visi dan Misi Bappeda 39

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Bappeda 41

A. Tujuan 41

B. Sasaran 41

4.3 Strategi dan Kebijakan Bappeda 45

A. Strategi 49

B. Kebijakan 50

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

57

BAB 6 INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

48

6.1 Indikator Kinerja SKPD 49

6.2 Indikator Kinerja Utama SKPD 53

PENUTUP 55

(4)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Rekapitulasi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa BaratBerdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013

14

Tabel 2.2 Rekapitulasi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa BaratBerdasarkan Golongan Tahun 2013

14

Tabel 2.3 Rekapitulasi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa BaratBerdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013

15

Tabel 2.4 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD 18

Tabel 2.5 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan SKPD 19

Tabel 3.1 Rekapitulasi Analisis Permasalahan Bappeda Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pohon Masalah

27

Tabel 3.2 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Misi Jawa Barat 2013-2018 30

Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah 42

Tabel 4.2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan 52

Tabel 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, Dan Pendanaan Indikatif

58

Tabel 6.1 Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD 65

Tabel 6.2 Indikator Kinerja Utama Bappeda 68

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi BAPPEDA 13

Gambar 4.1 Kerangka Analisis Logical Frame Work Dalam Menentukan Indikator Kinerja Bappeda Jawa Barat

46

Gambar 4.2 Kerangka Analisis Keterkaitan Antar Fungsi Kelembagaan Bappeda Jawa Barat

47

Gambar 4.3 Kerangka Analisis Pohon Kinerja Bappeda Jawa Barat 48

Gambar 6.1 Keterkaitan Antara Indikator Kinerja Bappeda Provinsi Jawa Barat yang Mengacu Pada Tujuan dan Sasaran RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018

64

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 merupakan dokumen perencanaan yang disusun sebagai panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Bappeda dalam jangka 5 (lima) tahun ke depan pada masa kepemimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat. Sehingga Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Tahun 2013-2018 dituangkan ke dalam kebijakan, strategi, dan program perencanaan pembangunan yang mengacu kepadaRPJMD Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 55 Tahun 2013 tentang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. Renstra ini merupakan pedoman bagi penyusunan rencana kerja dan penganggaran tahunan Bappeda Provinsi Jawa Barat.

Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat periode 2013-2018 menyajikan agenda utama Bappeda Provinsi Jawa Barat untuk mengantisipasi masalah dan kendala yang belum sepenuhnya tertangani pada periode 2008-2013 yang diperkirakan akan timbul pada lima tahun ke depan sebagai akibat dari perubahan lingkungan strategis yang dinamis, baik lingkungan strategis di tingkat regional, nasional maupun global, serta perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini. Renstra disusun untuk menjamin kontinuitas dan konsistensi program pembangunan sekaligus menjaga fokus sasaran yang akan dicapai dalam periode tersebut. Renstra juga menetapkan sasaran-sasaran yang akan dicapai dengan indikator keberhasilan yang dapat diukur dan diverifikasi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengendalian dan evaluasi.

Sebagai dokumen perencanaan formal suatu instansi pemerintah, Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat 2013-2018 disusun melalui proses partisipatif, teknokratis dan politis, yang berpedoman pada; (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan rencana pembangunan jangka panjang, menengah dan tahunan; (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbarui oleh UU NO. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; (3) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (4) Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; (5) Peraturan Daerah No. 24 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Perubahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025; dan (6) Peraturan Daerah Nomor 55 Tahun 2013 tentang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.

Prosespenyusunan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2013–2018 dilakukan melalui tahapan persiapan, penyusunan Rancangan Renstra, Rancangan Akhir Renstra, hingga penetapan

(6)

Renstra, dan telah dimulai sejak dimulainya penyusunan Rancangan Awal RPJMD. Keterkaitan serta tahapan penyusunan Renstra Bappeda Tahun 2013- 2018 mengacu pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, sebagaimana Gambar 1.1.

Gambar 1.1

Keterkaitan dan Tahapan Penyusunan RenstraSKPD BerdasarkanPermendagri Nomor 54 Tahun 2010

Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat menyajikan agenda utama perencanaaan pembangunan untuk mengantisipasi masalah dan kendala pembangunan yang belum sepenuhnya tertangani pada periode 2008-2013, dan perubahan lingkungan strategis yang diperkirakan akan timbul pada lima tahun berikutnya. Penyususnan Renstra Bappeda dilakukan dengan komitmen dalam menjamin kontinuitas dan konsistensi program pembangunan sekaligus menjaga fokus sasaran yang akan dicapai dalam periode 2013-2018. Renstra Bappeda juga menetapkan sasaran-sasaran yang akan dicapai dengan indikator keberhasilan yang dapat diukur dan diverifikasi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengendalian dan evaluasi. Sebagai dokumen perencanaan,Renstra Bappeda juga memperhatikan perencanaan sebagai alat manajerial yang ditujukan untuk memelihara keberlanjutan dan meningkatkan kinerja lembaga.

Berkaitan dengan hirarki organisasi, Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat merupakan penjabaran dari RPJPD Perubahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025, RPJMD Provinsi Jawa Barat

(7)

Tahun 2013-2018, serta memperhatikan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, juga memperhatikan Undang-Undang no 25 Tahun 2004 tentang SPPN yang menyebutkan bahwa lembaga Perencana Pembangunan di Indonesia harus mengemban tugas dan misi sebagai berikut:

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergitas antar daerah, sektor, ruang, waktu, fungsi antara pusat dan daerah;

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan;

4. Mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan dengan melibatkan masyarakat; dan 5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan

berkelanjutan.

Dalam rangka meningkatkan sinergitas penyusunan perencanaan pembangunan baik dengan Pemerintah Pusat maupun dengan Kabupaten/Kota, Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat dalam penyusunannya juga memperhatikan Renstra Kementerian/Lembaga khususnya Renstra Bappenas Tahun 2010-2014 serta Renstra Bappeda Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Demi tercapainya pelaksanaan tugas dan misi tersebut, maka Bappeda perlu menetapkan tujuan, arah dan sasaran yang ingin dicapai kurun waktu lima tahun ke depan untuk mencapai visi dan misi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sebagaimana diamanatkan di dalam RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2009-2014. Untuk mencapai tujuan lembaga diperlukan strategi pencapaiannya melalui suatu strategi, kebijakan, program dan kegiatan, yang selanjutnya Renstra tersebut akan dijabarkan dalam Rencana Kerja (Renja) tahunan sesuai dengan prioritas yang akan dicapai.

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan salah satu dokumen teknis operasional dan merupakan penjabaran teknis dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan indikasi rencana program lima tahunan meliputi program internal maupun eksternal, yaitu yang merupakan program SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, program lintas SKPD, dan program lintas wilayah.

Dinamika Pembangunan saat ini menuntut dipenuhinya akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah Daerah sehingga Gubernur Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat nomor 061/Kep.1409-org/2015 tentang Indikator Kinerja Utama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut setiap Organisasi Perangkat Daerah harus mendukung Indikator Kinerja Utama Gubernur sesuai dengan TUPOKSI dari masing-masing OPD. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Bappeda Provinsi Jawa Barat perlu menyesuaikan indikator kinerja Bappeda melalui penyesuaian Rencana Strategis (Renstra) Bappeda yang mendukung tercapainya Indikator Kinerja Utama Gubernur.

Proses penyusunan revisi Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2013–2018 selain mengikuti alur pada Gambar 1.1, juga dilakukan melalui tahapan : 1). Menyusun komponen-komponen yang mendukung keterukuran bagi keberhasilan pembanguan Jawa Barat; 2). Menganalisis

(8)

komponen-komponen tersebut dengan pendekatan logical framework; 3). Analisis tersebut untuk menghasilkan keterukuran dalam perencanaan, penganggaran, pertanggungjawaban setiap OPD, dan keterukuran dalam evaluasi, seperti disajikan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2

Tahapan Penyusunan Revisi RenstraBappeda Provinsi Jawa Barat

(9)

1.2.

Landasan Hukum

Peraturan perundang-undangan yang mendasari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2008 – 2013, adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4483);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran negara nomor 4816);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahuun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran negara Nomor 4817);

(10)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

13. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009 (lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 11);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi (lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran daerah Nomor 45);

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47);

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Daerah dan sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran daerah Tahun 2008 Nomor 19 Seri D, Tambahan Lembaran daerah Nomor 54);

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat nomor 21 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran daerah Tahun 2008 Nomor 20 seri D, Tambahan lembaran daerah Nomor 55);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat (Lembaran daerah Tahun 2008 Nomor 21 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2008 tentang Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Barat (Llembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 22 Seri D, Tambahan lembaran Daerah Nomor 57);

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Lembaga Lain Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 23 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 58);

23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA) Provinsi Jawa Barat (Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 64);

(11)

24. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029;

25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025;

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 55 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018; 27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah (SISRENBANGDA) Provinsi Jawa Barat (Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 64);

28. Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 78 Seri E)

1.3.

Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Renstra ini adalah sebagai pedoman bagi seluruh komponen/aparatur Bappeda Provinsi dalam melaksanakan kegiatan selama kurun waktu 5 (lima) tahun dan juga sebagai dasar perencanaan tahunan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan perencanaan yang berkesinambungan, sinergis, terpadu, akuntabel dan bermutu tinggi.

Tujuan penyusunan Renstra Bappeda adalah mengoptimalkan peran perencanaan pembangunan dalam pencapaian visi dan misi Pemerintah Provinsi yang tercantum didalam RPJPD Perubahan Provinsi Jawa Barat 2005-2025 dan RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018, sehingga terjadi sinergitas tupoksi Bappeda selaku perencana pembangunan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat.

1.4.

Sistematika Penulisan

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 -2018, disusun dalam sistematika sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN, memuat tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 GAMBARAN PELAYANAN BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT, memuat tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi Bappeda, sumber daya Bappeda, kinerja pelayanan Bappeda, serta tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Bappeda.

BAB 3 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI, memuat tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Bappeda, telaahan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih, telaahan Renstra Kementerian/Lembaga dan Renstra

(12)

Provinsi, telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, serta penentuan isu-isu strategis.

BAB 4 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN, memuat tentang visi dan misi Bappeda Provinsi Jawa Barat, tujuan dan sasaran jangka menengah Bappeda Provinsi Jawa Barat, strategi dan kebijakan Bappeda Provinsi Jawa Barat

BAB 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN

PENDANAAN INDIKATIF, memuat tentang program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif.

BAB 6 INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD, memuat tentang indikator kinerja Bappeda Provinsi Jawa Barat yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

BAB 7 PENUTUP, memuat tentang ringkasan Renstra serta langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mengimplementasikan Renstra Bappeda Tahun 2013 – 2018.

(13)

BAB 2

GAMBARAN PELAYANAN BAPPEDA PROVINSI JAWA

BARAT

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, mekanisme perencanaan pembangunan daerah kedepan dituntut untuk semakin mengedepankan perencanaan pembangunan partisipatif. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, maka sistem perencanaan pembangunan mencakup 5 (lima) pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu : Politik, Teknokratik, Partisipatif, Atas-Bawah dan Atas-Bawah-Atas.

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.

Secara umum dalam lima tahun terakhir, kualitas penyelenggaraan di bidang perencanaan daerah di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan yang ditandai dengan fenomena:

1. Meningkatnya keterlibatan berbagai unsur pemangku kepentingan antara lain : DPRD, Instansi Vertikal, Perguruan Tinggi, LSM, Asosiasi, Organisasi Profesi, lembaga dalam dan luar negeri, dan sektor swasta;

2. Meningkatnya kualitas sistem perencanaan dengan terselenggaranya mekanisme perencanaan partisipatif;

3. Meningkatnya konsistensi antara dokumen perencanaan dengan mekanisme penyusunan anggaran;

4. Meningkatnya intensitas fasilitasi dan koordinasi perencanaan antar tingkat strata pemerintahan oleh Bappeda dan SKPD terkait;

5. Meningkatnya penyediaan data, informasi pembangunan Jawa Baratkepada masyarakat dan instansi.

(14)

2.1.

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Bappeda Provinsi Jawa Barat

Tugas Bappeda sebagai salah satu perangkat daerah yaitu membantu Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas perencanaan pembangunan daerah, sebagaimana diamanatkan juga dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala BAPPEDA dalam hal ini Kepala BAPPEDA Provinsi Jawa Barat bertanggungjawab terhadap tugas pokok dan fungsi perencanaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Jawa Barat Nomor 17 Tahun 2015 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Provinsi Jawa Barat.

Tugas Pokok Bappeda Provinsi Jawa Barat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Barat bertugas menyelenggarakan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah provinsi, menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, pengendalian, fasilitasi dan pelaksanaan urusan pemerintahan Daerah Provinsi di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Perencanaan daerah tersebut meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya, pemerintahan, pendanaan pembangunan, pengendalian dan evaluasi, menyelenggarakan dan perencanaan Daerah Kabupaten/Kota, serta mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis data pembangunan.

Fungsi Bappeda Provinsi Jawa Barat

1. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan daerah; 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan Daerah Provinsi di bidang perencanaan

pembangunan daerah;

3. Penyelenggaraan koordinasi, pembinaan dan fasilitasi pelaksanaan urusan Pemerintah Daerah bidang perencanaan pembangunan daerah;

4. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan Darah Kabupaten dan Daerah Kota;

5. Penyelenggaraan pengendalian, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintah Daerah Provinsi di bidang perencanaan pembangunan daerah; dan

6. Penyelenggaraan identifikasi, pengolahan dan penganalisaan data pembangunan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta sebagai upaya pencapaian visi dan misi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Bappeda selalu berupaya untuk terus meningkatkan kinerjanya sebagai lembaga perencanaan yang handal dengan menjadikan organisasi pembelajaran (learning organization) dalam semua aspek termasuk penerapan good governance dan clean government. Dalam lima tahun ke depan, Bappeda memprioritaskan pada peningkatan kapasitas, kecepatan dan mutu pelayanan, serta efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki. Anggaran berbasis kinerja akan menjadi dasar penganggaran, sehingga sasaran dan indikator pencapaian hasil dari program pembangunan dipersiapkan secara jelas dan terukur serta digunakan dalam pengendalian dan evaluasi secara konsisten. Untuk menjawab perubahan lingkungan strategis

(15)

internal dan eksternal, setiap bidang harus mampu mengantisipasi perubahan multi dimensi dalam menyusun perencanaan dan merumuskan kebijakan pembangunan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing Bidang lingkup Bappeda.

Sistem pengendalian dan evaluasi akan terus dioptimalkan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan serta kajian stratejik pembangunan daerah, baik yang terkait dengan metodologi dan pelaksanaannya maupun penggunaan dan tindak lanjut hasilnya. Selain itu, peningkatan kemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seluruh insan Bappeda akan terus dipacu mengingat produk perencanaan yang dinamis, efektif dan efisien sangat bergantung pada kualitas pengetahuan dan keterampilan sumber daya aparatur perencananya.

Terorganisirnya basis data dan informasi pembangunan merupakan salah satu prioritas program ke depan, sehingga Bappeda dan pemangku kepentingan lainnya akan lebih mudah untuk mengakses, mencari dan mengungkapkan data dan informasi sebagai input dalam proses perencanaan pembangunan. Bappeda akan terus pula melakukan segala upaya untuk menjamin produk perencanaan dan hasil kajian stratejik pembangunan tidak saja berdaya guna dan berdaya hasil bagi penentu kebijakan tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh stakeholders dan publik.

Berdasarkan Perda No. 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, serta Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat yang telah berubah dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011, maka susunan organisasi BAPPEDA adalah sebagai berikut :

Kepala Badan mempunyai tugas pokok memimpin perumusan,menetapkan, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan ,dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokok badan.

A. Sekretariat, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan koordinasi perencanaan program dan anggaran internal badan,lintas sektor,kewilayahan dan lintas pemerintahan sesuai dengan kewenangannya, serta melaksanakan manajemen kegiatan kesekretariatan. Membawahkan: a. Subbagian Perencanaan;

b. Subbagian Keuangan; c. Subbagian Umum.

B. Bidang Penelitian, Pengendalian dan Evaluasi (PE),mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan dan melaksanakan penelitian spesifik serta pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah. Membawahkan:

a. Subbidang PE, Fisik, Ekonomi dan Pendanaan Pembangunan; b. Subbidang PE Sosial, Budaya dan Pemerintahan.

C. Bidang Fisik, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian dan penyusunan bahan kebijakan teknis serta mengkoordinasikan perencanaan pembangunan dalam aspek penataan

(16)

ruang, infrastuktur kewilayahan,perumahan, sumberdaya air, energi , transportasi dan lingkungan hidup. Membawahkan:

a. Subbidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup; b. Subbidang Infrastruktur Wilayah.

D. Bidang Ekonomi, mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pengkajian dan penyusunan bahan kebijakan teknis serta mengkoordinasikan perencanaan pembangunan ekonomi berbasis kewilayahan dan sektoral dalam aspek pertanian secara luas, industri, industri pariwisata dan industri kreatif, perdagangan, jasa dan investasi. Membawahkan:

a. Subbidang Pertanian;

b. Subbidang Dunia Usaha, Industri, Perdagangan dan Pariwisata.

E. Bidang Sosial dan Budaya, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian dan penyusunan bahan kebijakan teknis serta mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sumberdaya manusia, yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan, kebudayaan, keluarga berencana, kependudukan, tenaga kerja, transmigrasi, kemiskinan, kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan, anak dan masyarakat , pemuda dan olahraga, serta kebencanaan. Membawahkan:

a. Subbidang Kependudukan dan Kesehatan; b. Subbidang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan.

F. Bidang Pemerintahan, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian dan penyusunan bahan kebijakan teknis serta mengkoordinasikan perencanaan aspek aparatur, politik, hukum, ketentraman dan ketertiban, komunikasi dan informasi serta aspek kerjasama perencanaan pembangunan. Membawahkan:

a. Subbidang Aparatur, Politik dan Hukum; b. Subbidang Kerja Sama Pembangunan.

G. Bidang Pendanaan Pembangunan, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian dan penyusunan bahan kebijakan teknis dan koordinasi perencanaan aspek pendanaan pembangunan. Membawahkan:

a. Subbidang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. Subbidang Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

H. Unit Pelaksana Teknis Balai Pusat Data dan Analisis Pembangunan,membawahkan: a. Kepala

b. Subbagian Tata Usaha; c. Seksi Pendataan dan Analisa;

d. Seksi Pelayanan Informasi dan Komunikasi.

(17)

Gambar 2.1

Bagan Struktur Organisasi BAPPEDA

2.2.

Sumber Daya Manusia

Komposisi jabatan dalam struktur organisasi BAPPEDA Provinsi Jawa Barat berdasarkan peraturan daerah tersebut di atas adalah: 1 (satu) orang Eselon II; 8 (delapan) orang Eselon III terdiri dari 1 (satu) orang sekretaris dan 6 (enam) orang kepala bidang dan 1 (satu) kepala balai serta 15 orang Eselon IV yang terdiri dari 6 (enam) orang kasubbag dan 9 kasubid. Dalam pelaksanaan tugas pokoknya sehari-hari Bappeda juga didukung oleh tersedianya 30 (tiga puluh) tenaga fungsional perencana, 1 (satu) orang fungsional pustakawan dan 1 (satu) orang tenaga fungsional arsiparis.

Sumber daya manusia merupakan komponen penting dalam menjalankan kinerja organisasi secara keseluruhan. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan terutama dalam menciptakan BAPPEDA sebagai center of knowledge dan learning organization. Komposisi jumlah pegawai Bappeda dengan latar belakang pendidikan sarjana lebih besar dibandingkan dengan yang bukan sarjana, secara signifikan diharapkan memberikan andil yang cukup besar. Komposisi pegawai BAPPEDA berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 101 orang laki-laki atau 71,63% dan perempuan sebanyak 40 orang atau 28,37%, sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.1. Sedangkan komposisi Pegawai Bappeda berdasarkan tingkat golongan yaitu golongan 4 sebanyak 31

(18)

orang atau 21,99%, golongan III sebanyak 61 orang atau 43,26% dan golongan II sebanyak 43 orang atau 30,50% dan sisa golongan I sebanyak 6 orang atau 4,26%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Adapun komposisi pegawai berdasarkan tingat pendidikan yaitu Doktor (S-3) sebanyak 4 orang atau 2,84%, Pasca Sarjana (S-2) 49 orang atau 34,75%, Sarjana dan Diploma 42 orang atau 29,79%, dan sisanya yang berpendidikan SLTA kebawah sebanyak 46 orang atau 32,62% seperti tertera pada Tabel 2.3.

Tabel 2.1

Rekapitulasi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013

No UNIT KERJA

JENIS KELAMIN

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. KEPALA 1 0 1

2. SEKRETARIAT 39 15 54

3. BIDANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI 4 2 6

4. BIDANG FISIK 5 2 7

5. BIDANG EKONOMI 4 2 6

6. BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA 5 1 6

7. BIDANG PEMERINTAHAN 5 2 7

8. BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN 6 0 6

9. KOMITE PERENCANA 4 0 4

10. UPTB PUSDALISBANG 6 1 7

11. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL 22 15 37

JUMLAH TOTAL 101 40 141

Sumber: Data Kepegawaian, 2013

Tabel 2.2

Rekapitulasi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Golongan Tahun 2013

No UNIT KERJA JUMLAH PNS

GOLONGAN

IV III II I

A B C D E JML A B C D JML A B C D JML A B C D JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 KEPALA 1 1 1 0 0 0

2 SEKRETARIAT 54 4 4 3 7 1 2 13 23 5 5 33 4 4

3

BIDANG

PENGENDALIAN DAN EVALUASI

6 1 1 1 1 2 2 1 3 0

4 BIDANG FISIK 7 1 1 3 2 1 6 0 0

5 BIDANG EKONOMI 6 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1

6 BIDANG SOSIAL DAN

BUDAYA 6 2 1 3 1 1 2 1 1 0

7 BIDANG

PEMERINTAHAN 7 2 2 1 2 1 4 1 1 0

(19)

No UNIT KERJA JUMLAH PNS

GOLONGAN

IV III II I

A B C D E JML A B C D JML A B C D JML A B C D JML 8 BIDANG PENDANAAN

PEMBANGUNAN 6 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1

9 KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL 37 7 2 2 1 12 1 17 1 6 25 0 0

10 UPTB PUSDALISBANG 7 1 1 1 2 3 1 1 1 3 0

11 KOMITE PERENCANA 4 3 1 4 0 0 0

JUMLAH TOTAL 141 18 5 5 2 1 31 9 29 9 14 61 0 30 6 7 43 0 6 0 0 6

Sumber: Data Kepegawaian, 2013

Tabel 2.3

Rekapitulasi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013

No UNIT KERJA

PENDIDIKAN

S3 S2 S1 D4 D3 D2 D1 SLTA SLTP SD NON SD

DATA TDK ADA

JMLH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. KEPALA BADAN 1 - - - 1

2. SEKRETARIAT - 6 13 - 6 - - 40 2 8 - - 75

3. BIDANG PENELITIAN,

PENGENDALIAN DAN EVALUASI - 4 4 - 2 - - 1 - - - - 11

4. BIDANG FISIK - 7 6 - - - - 2 - 1 - - 16

5. BIDANG EKONOMI - 7 4 - 1 - - 4 - 1 - - 17 6. BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA - 7 3 - 1 - - 3 - - - - 14 7. BIDANG PEMERINTAHAN - 5 3 2 - - - 1 - - - - 11

8. BIDANG PENDANAAN

PEMBANGUNAN - 5 4 - - - - 2 - 1 - - 12

9. UPTB PUSAT DATA DAN ANALISIS

PEMBANGUNAN - 5 3 - 1 - - 2 1 - 12

10. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL 1 17 16 - 1 - - - 35

11. KOMITE PERENCANA - 2 1 - - - 3

TOTAL 2 65 57 2 12 0 0 55 3 11 0 0 207

Sumber: Data Kepegawaian, 2013

Perencanaan pembangunan yang disusun oleh Bappeda Provinsi Jawa Barat melalui proses pengkajian yang mendalam dari para tenaga ahli sesuai keahliannya. Dengan demikian, perencanaan pembangunan yang dilakukan Bappeda tidak terlepas dari perencanaan dengan pendekatan teknokratik, untuk itu dibentuklah Komite Perencana (KP),yaitu sekumpulan tenaga ahli/pakar yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur yang memiliki kemampuan untuk merumuskan dan memberikan masukan dalam bidang perencanaan yang dikoordinasikan oleh Bappeda Provinsi Jawa Barat.

(20)

2.3.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana pendukung kegiatan Bappeda Provinsi Jawa Barat adalah Gedung kantor seluas 6.800 m²,Kendaraan Dinas sebanyak 21 Unit, Saluran Telepon sebanyak 16 Line, ruang rapat yang memadai dapat menampung 20 s/d 250 Orang yaitu ruang rapat utama; RS.Soehoed Warnaen dan Operation Room serta 7 ruang rapat biasa.

Guna mendukung proses peningkatan kualitas perencanaan Provinsi Jawa Barat, Bappeda juga sedang membangun sebuah Kampus Lapangan di Pasirjambu Kabupaten Bandung, dengan nama : Kampus Lapangan Perencanaan Pembangunan Daerah (KLP2D) Provinsi Jawa Barat.

Untuk proses menertibkan administrasi pengelolaan barang dan jasa di Bappeda, seluruh barang inventaris telah di inventarisir dan tercatat dalam Buku Inventaris Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Jika dilihat dari jumlah aset, dapat diketahui bahwa jumlah aset yang dikuasai Bappeda Provinsi Jawa Barat sebanyak Rp. 66.384.810.334, sedangkan aset yang tidak digunakan adalah senilai Rp. 584.616.580 (0,88%).

2.4.

Kinerja Pelayanan Bappeda Provinsi Jawa Barat

Secara umum, salah satu kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan yang menjadi hak setiap warga negara ataupun memberikan pelayanan kepada warganegara yang memenuhi kewajibannya terhadap negara. Kewajiban pemerintah, maupun hak setiap warga negara pada umumnya disebutkan dalam konstitusi suatu Negara, termasuk Bappeda Provinsi Jawa Barat didalamnya.

Jika dilihat dari jenisnya, pelayanan dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu:

Pertama, Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikahan, Akte kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat Kepemilikan / Penguasaan Tanah dan sebagainya.

Kedua, Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk / jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya.

Ketiga: Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan lain sebagainya.

(21)

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan pola pelayanan maka dapat dibedakan dalam 5 macam pola, yaitu :

Pertama, Pola Pelayanan Teknis Fungsional. Adalah pola pelayanan masyarakat yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangannya.

Kedua, Pola Pelayanan Satu Pintu. Merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan.

Ketiga, Pola Pelayanan Satu Atap. Pola pelayanan disini dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing.

Keempat, Pola Pelayanan Terpusat. Adalah pola pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan.

Kelima, Pola Pelayanan Elektronik. Adalah pola pelayanan yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat on-line.

Berdasarkan jenis dan pola pelayanan yang telah disebutkan diatas, maka pada dasarnya Bappeda Provinsi Jawa Barat melaksanakan jenis pelayanan administrasi dengan pola pelayanan teknis fungsional dan pola pelayanan elektronik.

Satu hal penting yang perlu digarisbawahi adalah Bappeda memberikan pelayanan tidak hanya kepada publik saja (masyarakat) tetapi juga melaksanakan pelayanan kepada unsur-unsur pemerintahan lainnya, yaitu unsur Pimpinan Daerah, OPD/Biro Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten/Kota se Jawa Barat serta kepada Instansi Vertikal yang terkait dengan perencanaan pembangunan, khususnya Kementerian Dalam Negeri dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Gambaran kinerja Bappeda Provinsi Jawa Barat periode lima tahun sebelumnyadiperoleh dari Dokumen LaporanAkuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (LAKIP), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.

(22)

Tabel 2.4

(23)

Tabel 2.5

(24)

2.5.

Jenis Pelayanan Administrasi

Jenis pelayanan administrasi yang dilaksanakan adalah dengan menyediakan berbagai dokumen perencanaan resmi yang dibutuhkan dalam proses pembangunan daerah. Dokumen-dokumen tersebut adalah 1) Dokumen-dokumen Peraturan Gubernur tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Murni dan RKPD Perubahan sebagai dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Murni dan APBD Perubahan; 2) dokumen Kebijakan Umum dan Anggaran serta Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS); 3) Buku Jawa Barat dalam Angka (Kerjasama dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat); 4) dokumen dokumen kajian strategis perencanaan pembangunan di Jawa Barat yang meliputi dokumen kajian bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang fisik (Infrastruktur dan Tata Ruang Lingkungan Hidup) serta dokumen perencanaan bidang pemerintahan.

Dokumen-dokumen tersebut disusun setiap tahun dan kemudian disosialisasikan kepada seluruh stakeholders (pemangku kepentingan) pembangunan di Jawa Barat. Sedangkan dokumen – dokumen yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu, yaitu dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat tahun 2005 – 2025 yang berlaku selama 20 tahun, dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat tahunb 2009 – 2029 yang juga berlaku selama 20 tahun, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat yang disusun selama 5 tahun sekali bersamaan dengan masa jabatan Kepala Daerah.

Setiap dokumen perencanaan yang disusun oleh Bappeda Provinsi Jawa Barat kemudian dijadikan pedoman oleh seluruh Kabupaten/Kota dan OPD/Biro ataupun stakeholders lainnya dalam menyusun dokumen-dokumen perencanaan lainnya. Selain pelayanan secara administrasi berupa dokumen, Bappeda Provinsi Jawa Barat juga memberikan pelayanan yang sifatnya Surat Rekomendasi dalam penyusunan dokumen rencana pembangunan kabupaten/kota, yaitu dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten/Kota.

Selain itu, seiring dengan telah terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.24 Tahun 2012 tentang Satu Data Pembangunan Jawa Barat, maka Bappeda Jawa Barat pun melaksanakan Diseminasi Data pembangunan yang dilakukan dalam bentuk media cetak dan elektronik secara berkala, juga dalam bentuk media cetak berupa buku, leaflet, majalah, jurnal, koran, dan bentuk lainnya. Selain itu, kami melaksanakan pula diseminasi data pembangunan dalam bentuk media elektronik berupa layanan pesan singkat (Short Message Service), radio, televisi, laman (website), dan bentuk lainnya.

Pola Pelayanan Elektronik Bappeda Provinsi Jawa Barat saat ini masih terus mengembangkan sistem pelayanan kepada masyarakat, yaitu dengan ber-inovasi membuat layanan KM. 0 Pro Poor

Jabar serta Sistem RKPDJabar Online 2101. Layanan KM. 0 Pro Poor Jabar ini merupakan sebuah sistem informasi berbasis spasial dan a-spasial. Tujuan dari dibuatnya Sistem Informasi KM. 0 Pro Poor Jabar untuk Pengendalian dan Perwalian RTS (Rumah Tangga Sasaran) hingga Lepas dari kondisi kemiskinan. Prinsip kerjanya cukup sederhana, yaitu dengan melakukan survei koordinat dan identitas RTS dengan

(25)

menggunakan Teknologi Informasi Geo-spasial, kemudian mengukur secara otomatis jarak dan merekonstruksi rute terpendek pencapaian RTS dari titik KM. 0 Pro Poor Jabar untuk pengelolaan data, Pengendalian dan Perwalian RTS (Tiang Bendera Kantor Gubernur Jabar, Jl. Diponegoro No. 22 Bandung) serta Hal yang Sama dari Kantor Bupati/Walikota. Setelah itu memvisualisasikan identitas RTS secara lengkap bersama keluarganya melalui media foto (5 foto) dan tabulasi data kemudian menentukan Intervensi Program/Kegiatan/Pekerjaan yang sesuai untuk lepas dari kondisi kemiskinan.

Sementara RKPD JABAR Online 2101 adalah suatu sistem informasi perencanaan secara online

dengan alamat : www.rkpdjabarOnline.jabarprov.go.id yang dibuat untuk proses pengusulan program dan kegiatan prioritas Provinsi Jawa Barat dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan tahunan, yaitu dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat.

RKPD Jabar Online 2101 merupakan salah satu inovasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk proses perencanaan, sehingga terwujud efektifitas dan efisiensi perencanaan di Jawa Barat. Sistem RKPD Jabar Online memberikan kemudahan aksesbilitas pengusulan program dan kegiatan dari berbagai stakeholder pembangunan, dimana

stakeholder pembangunan diajak turut serta berperan aktif merencanakan pembangunan di Jawa Barat. Salah satu titik kritis yang dapat diatasi dengan RKPD Jabar Online ini adalah bagaimana mewujudkan mekanisme seleksi program dan kegiatan prioritas tingkat provinsi yang efisien dan efektif, serta sesuai dengan aturan perundangan yang ada. Selain itu, secara teknis, sistem informasi ini dipersiapkan sebagai bank data usulan program dan kegiatan pembangunan sampai dengan tahun 2101. Adanya RKPD Jabar Online 2101 diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan yang lebih akuntabel dan transparan di Jawa Barat dalam rangka mewujudkan Jawa Barat sebagai provinsi termaju di Indonesia.

2.6.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Bappeda Provinsi

Jawa Barat yang Dihadapi

Siklus perencanaan pembangunan tahunan daerah dilaksanakan secara kontinyu setiap tahun. Setiap Provinsi dan Kabupaten dituntut untuk membuat sebuah dokumen perencanaan tahunan dengan sebutan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat daftar rencana program dan kegiatan prioritas untuk satu tahun mendatang sesuai dengan Permendagri No 54 Tahun 2010. Proses pembahasan program dan kegiatan prioritas tersebut dilaksanakan melalui metode Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) secara berjenjang, dimulai dari tingkat Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten/Kota, Musrenbang Provinsi dan terakhir di Musrenbang Nasional. Sementara di tingkat OPD Provinsi, pembahasan dan musyawarah program dan kegiatan prioritas dilaksanakan melalui "Forum OPD Provinsi".

Selain menampung hasil Musrenbang dan Forum OPD, RKPD ini juga memuat daftar usulan program hibah dan bantuan sosial dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang mengajukan bantuan. Jumlah daftar hibah dan bantuan sosial ini bisa mencapai

(26)

ribuan usulan yang harus diseleksi dan di verifikasi. Sebelum adanya RKPD Jabar Online di tingkat Provinsi ini, semua proses pengusulan program dan kegiatan prioritas hasil Musrenbang Kabupaten/Kota, Hasil Forum OPD, Hibah dan Bantuan Sosial yang disampaikan ke Provinsi dilakukan secara manual, melalui Surat Menyurat dan melalui transfer file, menggunakan Microsoft Excel. Hal ini tentunya tidak efektif dan efisien.

Pada saat RKPD Jabar Online belum ada, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:

Permasalahan Umum

1. Terbatasnya akses masyarakat untuk berperan aktif dalam perencanaan pembangunan di Jawa Barat:

2. Proses Perencanaan pembangunan lebih didominasi oleh kepentingan partai politik golongan tertentu;

3. Tidak adanya kepastian hukum bagi masyarakat saat mengusulkan program dan kegiatan; 4. Stakeholders hanya dapat mengusulkan program dan kegiatan sampai dengan 1 (satu) tahun

ke depan.

Permasalahan Khusus

1. Perbedaan format dan persyaratan pengusulan program dan kegiatan dari stakeholders 2. Sulitnya pemilahan dan penentuan kategori usulan kegiatan oleh stakeholders;

3. Sulitnya proses seleksi usulan kegiatan prioritas yang dilakukan oleh Bappeda selaku perencana provinsi dan juga oleh OPD Provinsi selaku perencana sektoral;

4. Data usulan program dan kegiatan yang disampaikan ke provinsi seringkali tercecer dan hilang berkasnya;

5. Usulan yang disampaikan berupa kertas dan dokumen sehingga memerlukan ruang/space yang sangat besar untuk menyimpan dokumen tersebut;

6. Proses report yang dihasilkan memerlukan pengolahan data yang rumit dan waktu yang lama; 7. Report tidak dapat diakses oleh stakeholders secara langsung.

Sementara itu, dalam konteks pengembangan KM. 0 Pro Poor Jawa Barat, diawali untuk mengatasi kondisi tidak terstrukturnya data-data pembangunan yang ada di Jawa Barat. Hal ini sangatlah wajar terjadi karena di Provinsi Jawa Barat terdapat 1 (satu) Badan Pusat Statistik (BPS) di Tingkat Provinsi dan 27 BPS di setiap Kabupaten/Kota. Untuk mengatasi hal diatas, maka diperlukan suatu lembaga yang dapat menjadi jembatan dan menjadi pengelola data-data pembangunan yang ada di Jawa Barat, khususnya data kemiskinan. Data kemiskinan ini sangatlah penting, karena sering dijadikan sebagai tolok ukur indikator pembangunan yang muncul dalam setiap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah di akhir tahun.

Guna menyeragamkan data kemiskinan ini, maka Bappeda Jawa Barat mengambil kebijakan untuk mengambil data kemiskinan yang bersumber dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra) yang juga digunakan sebagai basis data dalam penyaluran Bantuan Langsung Tunai, dsb. Tugas dari Bappeda Provinsi dan Bappeda Kabupaten/Kota adalah melakukan verifikasi data di daerah masing-masing

(27)

dengan memfoto keadaan orang miskin tersebut, kemudian diupload ke dalam sistem KM. 0 Pro Poor

Jabar.

(28)

20

BAB 3

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT

3.1.

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Bappeda Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Bappeda dalam hal ini Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi perencanaan. Bappeda Provinsi Jawa Barat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan kewenangan di bidang perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bappeda memiliki tugas dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, serta menyelenggarakan tiga fungsi utama, yaitu perumusan kebijakan teknis perencanaan, pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan, serta pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Tantangan 5 (Lima) tahun ke depan, Bappeda Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat menghasilkan perencanaan yang berkualitas dan akuntabel,yang memerlukan dukungan dari berbagai unsur pembangunan. Peningkatan kualitas perencanaan tidak terlepas dari kapasitas kelembagaan Bappeda yang meliputi kapasitas SDM, sarana dan prasarana, serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sistem perencanaan tersebut meliputi :

Pertama, Peningkatan kapasitas SDM baik melalui pendidikan formal maupun diklat fungsional;

Kedua,Penyediaan hasil-hasil kajian/penelitian yang mendukung penyusunan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan daerah;

Ketiga,Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan daerah; dan

Keempat, Pemanfaatan teknologi informasi dalam penyusunan perencanaan, pengolahan data dan informasi berbasis web untuk pengolahan data perencanaan.

Pelaksanaan tugas dan fungsi Bappeda ke depan masih menghadapi beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain :

(29)

21 RKPD Terhadap Prioritas Tahunan RPJMD belum optimal; (6) Target Program Renstra OPD belum sesuai dengan dengan Target Program RPJMD; (6) Hasil Evaluasi Pelaksanaan Renstra OPD Terhadap Target RPJMD belum diacu dalam perencanaan; (7) Target Kegiatan Renja OPD belum sesuai dengan Target Prioritas Pembangunan RKPD; (8) Pendanaan program dan kegiatan Renja OPD belum mendukung Target Prioritas RKPD; (8) Hasil Evaluasi pelaksanaan target kegiatan Renja OPD terhadap Target Prioritas Pembangunan RKPD belum menjadi acuan perencanaan.

2. Perencanaan pembangunan belum dengan fungsi perencanaan pemerintah daerah (kab/kota) dan pemerintah pusat yang diebabkan oleh: (1) Perencanaan pembangunan partisipatif belum optimal; (2) Koordinasi dan komunikasi rencana pembangunan antar daerah belum optimal; (3) Intensitas komunikasi public dalam perencanaan pembangunan belum optimal ; (4) Efektivitas proses usulan pembangunan dari pelaku pembangunan belum optimal; (5) Implementasi rencana pola dan rencana struktur ruang dalam rencana pembangunan belum optimal; (6) Keselarasan rencana tata ruang Kab/Kota terhadap tata ruang Provinsi belum optimal.

3. Perencanaan pembangunan belum konsisten dan transparan yang disebabkan oleh : (1) Peran unit kerja penyedia data di Bappeda belum optimal; (2) Ketersediaan data dan kualitas hasil analisis data pembangunan belum mendukung perencanaan pembangunan; (3) Data dan informasi pembangunan belum tersebar kepada penggunan; (4) Data dan informasi pembangunan belum dapat di akses secara optimal oleh masyarakat; (5) Rencana pembnguan tahunan belum sepenuhnya berdasarkan hasil evaluasi kinerja rencana pembangunan jangka panjang dan menengah; (6) Fungsi pengendalian pelaksanaan pembangunan belum optimal; (7) Pembiayaan program dan kegiatan dalam perencanaan pembangunan belum sesuai dengan dengan penganggaran tahunan; (8) Prinsip pembiayaan pembangunan berbasis money follow program belum optimal.

4. Perencanaan pembangunan belum yang didukung oleh SDM yang handal yang disebabkan oleh: (1) keahlian dan keterempilan SDM perencana OPD/Biro dan Kab/Kota belum memadai; (2) keahlian dan keterampilan bagi SDM perencana Bappeda belum terpenuhi; (3) Belum terpenuhinya PNS yang akan berkarir di jalur perencana; (4) Belum terjadi akselerasi perencana dalam meningkatkan jabatannya.

(30)

22 Gambar 3.1

Pohon Permasalahan Bappeda Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.1

Rekapitulasi Analisis Permasalahan Bappeda Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pohon Masalah

No Misi Bappeda Akibat Penyebab

Akibat

Masalah

(31)

23

No Misi Bappeda Akibat Penyebab

Akibat

Masalah

Utama Sebab Penyebab

1 Perencanaan belum di dukung oleh tersedianya data sesuai dengan dengan Target Program RPJMD

Pembangunan tidak berorientasi terhadap hasil

(32)

24

No Misi Bappeda Akibat Penyebab

Akibat

Masalah

Utama Sebab Penyebab

2 Perencanaan dengan rencana tata ruang

(33)

25

No Misi Bappeda Akibat Penyebab

Akibat

Masalah

Utama Sebab Penyebab

Pembangunan belum sesuai dengan target yang ditetapkan sesuai dengan dengan penganggaran

(34)

26 1. Perencanaan pembangunan dalam kerangka regulasi dan investasi, fokus kepada hasil, yaitu:

kesejahteraan masyarakat, pelayanan publik, dan daya saing daerah.

2. Program disusun berdasarkan kontribusinya terhadap daya ungkit untuk mencapai hasil (Program

follow Result)

3. Percepatan capaian target pembangunan melalui Rencana Aksi Multi Pihak Implementasi Pekerjaan (RAM-IP) yang dituangkan pada SK. Gubernur Nomor 500 Tahun 2014

4. Penerapan anggaran berbasis kinerja. Hasil yang dicapai dari penggunaansumberdaya (money

follow program)

5. Tanggung jawab pada level program dan kegiatan, pemberlakuan Perjanjian Kinerja (PK) di seluruh level birokrasi dengan reward and punishment yang jelas

6. Evaluasi terintegrasi antara perencanaan, penganggaran,dan evaluasi.

3.2.

Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 berada pada tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa

Barat, yaitu “Memantapkan Pembangunan Secara Menyeluruh”. Hal tersebut dalam rangka mencapai visi pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, yaitu:

"Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua"

Dalam mencapai visi tersebut, terdapat 5 (lima) misi yang harus dilaksanakan dengan tujuan, dan sasaran, sebagaimana diuraikan pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Misi Jawa Barat 2013-2018

Visi : “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua”

Misi Tujuan Sasaran

Misi Pertama, Membangun Masyarakat Yang

Berkualitas dan Berdaya Saing

Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai IPTEK, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya.

1. Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas

pendidikan yang unggul, terjangkau dan merata;

2. Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi

seluruh masyarakat, serta perluasan akses pelayanan yang terjangkau dan merata;

3. Meningkatnya daya saing sumber daya manusia

dan kelembagaan serta berbudaya IPTEK

4. Meningkatnya kualitas ketahanan keluarga

(35)

27

Visi : “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua”

Misi Tujuan Sasaran

Membangun Perkonomian yang Kokoh dan Berkeadilan

ekonomi yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah

Agrikultur

2. Meningkatnya daya saing usaha pertanian 3. Meningkatnya kualitas iklim usaha dan investasi 4. Meningkatnya jumlah dan kualitas

wirausahawan

5. Meningkatnya pembangunan ekonomi

perdesaan dan regional

1. Meningkatkan kualitas

birokrasi yang profesional dan akuntabel dalam rangka peningkatkan kualitas pelayanan publik serta pembangunan

pemerintahan yang didukung oleh aparatur yang kompeten.

4. Meningkatkan stabilitas

di daerah.

1. Meningkatnya kualitas dan akuntabilitas layanan Pemerintahan serta mewujudkan perluasan partisipasi publik.

2. Meningkatnya kualitas tata kelola Pemerintahan berbasis IPTEK.

3. Meningkatnya profesionalisme dan kualitas kesejahteraan aparatur.

4. Meningkatnya stabilitas tibumtranmas, kesadaran politik dan hukum.

Misi Keempat,

infrastruktur untuk peningkatan

produktivitas ekonomi, dan pelayanan dasar.

1. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kualitas penanganan bencana. 2. Meningkatnya kualitas pemenuhan infrastruktur

dasar masyarakat

3. Meningkatnya percepatan pembangunan infrastruktur strategis

Misi Kelima, 1. Mewujudkan

kesejahteraan para

(36)

28

Visi : “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua”

Misi Tujuan Sasaran

Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

2. Mewujudkan pemuda yang tangguh dan berdaya saing serta meningkatnya prestasi olahraga;

3. Melestarikan seni dan budaya berbasis kearifan lokal dan mengembangkan pariwisata yang berdaya saing;

4. Mewujudkan

pemenuhan kebutuhan dasar dan hak dasar manusia.

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

2. Meningkatnya peran pemuda, organisasi kemasyarakatan dan prestasi olahraga serta penanganan komunitas tertentu.

3. Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan olah raga, seni, budaya dan pariwisata.

4. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dan kerukunan antar umat beragama.

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) skenario pembangunan Common Goals berbasis tematik sektoral. Adapun operasionalisasi Common Goals dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) strategi yaitu: Pertama, pelibatan komunitas berbasis masyarakat dengan prinsip penguatan aktor lokal (strengthening local actor); Kedua, integrasi seluruh potensi nyata pembangunan dan daya saing di seluruh kabupaten/kota; Ketiga, penerapan manajemen pemerintahan model hibrida sebagai penghela percepatan pembangunan, yaitu mengkombinasi manajemen berbasisdaerah otonom Kabupaten/Kota dengan manajemen kewilayahan; Keempat, penguatan komitmen pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas pemerintahan; serta Kelima, peningkatan peran multi pihak dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan mutu serta akuntabilitas pembangunan. Penjabaran tematik sektoral untuk 10 (sepuluh) Common Goals adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan aksesibilitas dan mutu pendidikan

a. Jabar bebas putus jenjang sekolah

(37)

29 c. Pendidikan berkebutuhan khusus

d. Peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan tinggi

e. Peningkatan fasilitas pendidikan dan kompetensi tenaga pendidik

2. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan;

a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, puskesmas PONED dan pemenuhan sumber daya kesehatan

b. Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak

c. Peningkatan Layanan Rumah sakit Rujukan dan Rumah sakit Jiwa

d. Pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Mengembangkan infrastruktur wilayah, energi dan air baku

a. Penanganan kemacetan lalu lintas di Metropolitan Bodebek-Karpur dan Bandung Raya b. Infrastruktur Strategis di Koridor Bandung-Cirebon, Cianjur-Sukabumi-Bogor,

Jakarta-Cirebon, Bandung-Tasikmalaya serta Jabar Selatan c. Infrastruktur jalan dan perhubungan

d. Infrastruktur sumber daya air dan irigasi strategis;

e. Kawasan industry terpadu, infrastruktur permukiman dan perumahan;

f. Jabar mandiri energi perdesaan untuk listrik dan bahan bakar kebutuhan domestic; dan

g. Pemenuhan kecukupan air baku dan pengembangan infrastruktur air bersih perkotaan dan perdesaan di Jawa Barat

4. Meningkatkan ekonomi non pertanian

a. Peningkatan budaya masyarakat bekerja, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha UMKM

b. Perkuatan peran BUMD dalam pembangunan dan mewujudkan Jawa Barat sebagai tujuan investasi

c. Pengembangan skema pembiayaan alternative d. Pengembangan industri manufaktur

e. Pengembangan industri kreatif dan wirausahawan muda kreatif

5. Meningkatkan ekonomi pertanian;

a. Jabar sebagai sentra produksi benih/bibit nasional

(38)

30 c. Perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, pemenuhan 13 juta ton GKG dan

swasembada protein hewani d. Jawa Barat bebas rawan pangan

e. Meningkatnya dukungan infrastruktur (jalan, jembatan dan irigasi) disentra produksi pangan

6. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan kebencanaan

a. Konservasi dan rehabilitasi kawasan lindung 45%

b. Pengendalian pencemaran limbah industry, limbah domestic dan pengelolaan sampah regional

c. Penanganan bencana longsor dan banjir

7. Meningkatkan pengelolaan seni, budaya dan wisata serta kepemudaan

a. Pengembangan fasilitas olahraga dan kepemudaan

b. Pelestarian seni budaya tradisonal dan benda cagar budaya di Jawa Barat c. Gelar karya dan kreativitas seni budaya di Jawa Barat

d. Pengembangan destinasi wisata

8. Meningkatkan ketahanan keluarga dan kependudukan

a. Peningkatan ketahanan keluarga dan program keluarga berencana b. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan ekonomi keluarga c. Peningkatan pengelolaan kependudukan

9. Menanggulangi kemiskinan, penyandang masalah kesejahteraan sosial dan keamanan

a. Pengurangan kemiskinan

b. Peningkatan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial dan perlindungan sosial terhadap PMKS;

c. Peningkatan ketentraman dan keamanan masyarakat

10. Meningkatkan kinerja aparatur serta tata kelola pemerintahan dan pembangunan

berbasis IPTEK.

a. Modernisasi Pemerintahan dan profesionalisme aparatur

b. Peningkatan kualitas komunikasi organisasi dan komunikasi publik c. Penataan sistem hukum dan penegakan hukum

d. Kerjasama program pembangunan dan pendanaan multipihak

(39)

31 f. Peningkatan sarana dan prasarana Pemerintahan

3.3.

Telaahan Renstra Bappenas dan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat

Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian PPN/Bappenas adalah melakukan penyusunan perencanaan pembangunan, yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PPN/Bappenas Tahun2010-2014 dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Renstra Kementerian PPN/Bappenas ditetapkan dengan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1Tahun 2010 tentangKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014.

Visi Kementerian PPN/Bappenas “Mewujudkan Kementerian PPN/Bappenas Yang Handal,

Kredibel, Dan Proaktif Untuk Mendukung Pencapaian Tujuan Berbangsa dan Bernegara”. Guna mewujudkan visi tersebut, ditempuh melalui 3 (tiga) misi sesuai dengan peran-peran Kementerian PPN/Bappenas. Misi tersebut adalah:

1. Menyusun rencana pembangunan nasional yang berkualitas dalam rangka:

a. Mengintegrasikan, memadukan (sinkronisasi), dan mensinergikan baik antardaerah, anta ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah, maupun antara pusat dengan daerah;

b. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;

c. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;

d. Menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. 2. Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan nasional,

kajian dan evaluasi kebijakan yang berkualitas terhadap permasalahan pembangunan, sebagai masukan bagi proses perencanaan berikutnya dan atau untuk perumusan kebijakan pembangunan di berbagai bidang.

3. Melakukan koordinasi yang efektif dalam pelaksanaan tugas-tugas Kementerian PPN/Bappenas.

Berdasarkan analisis terhadap Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014 dan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013, maka dapat ditelaah sebagai berikut:

a) Kontribusi capaian sasaran pelaksanaan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat terhadap pencapaian Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014.

Gambar

Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi BAPPEDA
Tabel 2.1 Rekapitulasi Pegawai Bappeda Provinsi Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan judul “ Tinjauan atas Prosedur Pengeluaran Kas Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta sebagai upaya pencapaian visi dan misi Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan, Bappeda selalu berupaya untuk terus meningkatkan

Penyusunan Renstra ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pencapaian sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) di Bappeda Kabupaten Way

Investasi fisik atau PMTB sangat diandalkan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan PMDN ke Jawa Barat selama dua tahun terakhir menurun. Namun

Sebagai penutup, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Bappeda Kota Semarang Tahun 2017 ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran,

Dengan adanya pihak yang berwenang dan bertanggung jawab dalam pencapaian visi Satu Data untuk Pembangunan Jawa Barat diharapkan proses pencapaian visi tersebut

7. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan Transformasi Pelayanan Publik. Untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil 2020-2024, Kementerian PPN/Bappenas perlu menghasilkan

1) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya disebut Kementerian PPN/Bappenas, adalah kementerian yang