• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GUGATAN BERSIFAT IN REM TERHADAP HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI PADA SISTEM HUKUM COMMON LAW TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS GUGATAN BERSIFAT IN REM TERHADAP HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI PADA SISTEM HUKUM COMMON LAW TESIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GUGATAN BERSIFAT IN REM TERHADAP

HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI PADA

SISTEM HUKUM COMMON LAW

TESIS

Oleh

OLOAN E. HUTABARAT

077005053/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Judul Tesis : ANALISIS GUGATAN BERSIFAT IN REM TERHADAP HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI PADA SISTEM HUKUM COMMON LAW

Nama Mahasiswa : Oloan E. Hutabarat

Nomor Pokok : 077005053

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Ketua

)

(Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum) (Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi D e k a n

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

(3)

ABSTRAK

Gugatan perdata yang diatur dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi hampir memiliki konsep yang sama dengan gugatan in rem yang diterapkan dalam sistem hukum common law, tetapi perbedaan yang paling menonjol adalah cara penyelesaiannya, dimana upaya hukum perdata dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi hanya mengenal proses

Permasalahan di dalam penelitian ini adalah : Pertama, Mengapa gugatan bersifat in rem berdasarkan Sistem Hukum Common Law perlu diterapkan terhadap Tindak Pidana Korupsi?, Kedua, Bagaimana instrumen yang perlu diterapkan pada gugatan bersifat in rem berdasarkan Sistem Hukum Common Law yang dikaitkan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Ketiga, Bagaimana kendala dan solusi penerapan instrumen gugatan bersifat in rem berdasarkan Sistem Hukum

Common Law di Indonesia?

persidangan yang mengikuti hukum perdata formil atau materil biasa.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan perbandingan

(Comparative Approach) hukum yaitu kegiatan untuk membandingkan hukum suatu negara dengan hukum negara lain dari suatu waktu tertentu. Sebagai Bahan Hukum Primer berupa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan

United Nations Convention Against Coruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003), serta peraturan-peraturan lainnya.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama, Gugatan bersifat

in rem terhadap hasil tindak pidana korupsi pada Sistem Hukum Common Law perlu diterapkan Kedua, Instrumen gugatan bersifat in rem berdasarkan Sistem Hukum

Common Law yang dikaitkan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, diutamakan terhadap kasus yang secara nyata telah ada kerugian keuangan negara;

Ketiga, kendala penerapannya, meliputi : sistem hukum yang kaku, belum memaksimalkan prinsip litigasi multiyurisdiksi, serta perilaku para penegak hokum yang cenderung KKN dan masih berpihak kepada adanya aturan undang-undang.

Saran didalam penelitian ini diantaranya : Kesatu, Guna kepentingan untuk mengejar aset tindak pidana korupsi perlu diperkenalkan suatu aturan baru yang mengatur penyitaan aset secara perdata maupun secara pidana. Kedua, Instrumen yang perlu diterapkan adalah tidak selalu bergantung pada adanya kerugian Negara dan penyelesaiannya harus dilakukan secara perdata, yaitu dilakukan secara terpisah dengan penyelesaian secara pidana. Ketiga, sebaiknya para penegak hukum tidak terpaku pada aturan undang-undang saja (asas legalitas), tetapi harus lebih memperhatikan rasa keadilan masyarakat.

(4)

ABSTRACT

Civil complaint regulated in Law on Corruption has the concept which is almost the same as the in rem complaint applied in the common law system but the most significant difference is their solution in which the effort of civil law in the Law of Corruption is only familiar with the trial process following the formal or ordinary material civil law.

The research questions discussed in this study were: first, why does the Common Law System-based in rem complaint need to be applied in corruption cases?; second, How is the instrument needed to be applied in the Common Law System-based in rem complaint related to the Law on Corruption in Indonesia?; and third, what constraints and solutions are faced in applying the instrument of the Common Law System-based in rem complaint in Indonesia?

This study employed a Comparative Approach to compare the law in one country to that in other countries in a certain period of time. The data for this study were obtained from the primary legal materials such as Law No. 20/2001 on the amendment of Law No. 31/1999 on Corruption Eradication, law No. 30/2002 on Corruption Eradication Commission, Law No.7/2006 on the Ratification of United Nations Convention Against Corruption, 2003, and the other related regulations.

The conclusion drawn fronm this study are that, first, the in rem complaints against the results of corruption in Common Law System needs to be applied; second, the instrument of the Common Law System-based in rem complaint related to the Law on Corruption in Indonesia is prioritized on the cases which have obviously inflicted financial loss to the state; third, the constraints faced include rigid legal system, the principle of multi-jurisdictional litigation is not yet maximized, the law enforcers still tend to practice corruption, collusion, and nepotism and favor the legislation rules. It is suggested that: first, for the sake of pursuing the assets obtained through corruption, it is necessary to introduce a new civil or criminal rule regulating asset confiscation; second, the instrument needed to be applied does not always have to depend on the state loss and its solution must be done based on civil law which is separately done from the solution based on criminal law; and third, the law enforcers should not get stuck to the rules of legislation alone (principle of legality), but should pay more attention to the public sense of justice.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang senantiasa melimpahkan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini dengan judul “Analisis Gugatan bersifat in rem terhadap hasil tindak pidana

korupsi pada sistem hukum Common Law” ,merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Magister Ilmu Hukum

di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak

kekurangan-kekurangan dalam penulisannya juga menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat

terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak

terhingga kepada : Prof. Dr. Bismar Nasution,S.H.,M.H,

Prof.Dr.Sunarmi,S.H.,M.Hum, Syafruddin Hasibuan,S.H.,M,H, DFM,

ditengah-tengah kesibukannya meluangkan waktu dan penuh perhatian memberi bimbingan,

petunjuk dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada

pihak-pihak yang turut memberikan dukungan, yaitu :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, Msc(CTM), SpA(K), selaku Rektor

(6)

penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister

Ilmu Hukum.

2. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menjadi

mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum.

3. Prof. Dr. Suhaidi, S.H.,M.H., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala arahan dan dorongan

yang diberikan selama menuntut ilmu di Program Studi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Para dosen, staf pengajar dan seluruh pegawai di Program Studi Magister Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang senantiasa membantu

penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Sefwitson, S.H.,M.H. selaku Ketua Pengadilan Negeri Tanjungpadan yang telah

memberi izin penelitian, dan memberikan dukungan kepada penulis mengikuti

pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua (Tambok Hutabarat,S.E. dan Herlina Hutagalung), kedua

mertua (Ir. S. Siahaan dan Dr. dr. Sarma Lumbanraja, SpOG (K)) yang selalu

memberikan dukungan nasihat-nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan

pendidikan ini.

(7)

membagi hati dan pikirannya menjadi kekuatan, inspirasi dan motivasi penulis

dalam penyelesaian pendidikan ini.

8. Saudara-saudaraku terkasih (Pytua Hutabarat, Dr Eng. Nauas DM Romauli

Hutabarat, S.Tp. M.Eng beserta lae Himsar Ambarita, S.T.P.HD , Anggina

Hutabarat,Amd, dr Jesurun B.D. Hutabarat, Gratia Hutabarat) yang selalu

mndukung penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

9. Rekan-rekan hakim yang selalu membantu memberi masukan dan dorongan

kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

10. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang saling memberikan dukungan salam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, kritik dan saran konstruktif penulis harapkan demi perbaikan

pada masa yang akan datang. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu hokum

khususnya.

Medan, Maret 2013

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi ………. Metode Penelitian ………. 16 18 25 BAB II PENERAPAN GUGATAN BERSIFAT IN REM DALAM SISTEM HUKUM COMMON LAW ……… 29

A. Perkembangan gugatan bersifat in rem pada negara common law ……… 29

B. Prosedur gugatan bersifat in rem ……….. 38

C. Penerapan dan Penggunaan Gugatan Bersifat In Rem … 42 D. Upaya Pemberantasan Korupsi oleh Negara-Negara di Dunia ……… 46 E. Implementasi UNCAC dalam Gugatan In Rem …….. 47

F. Upaya Indonesia Dalam Pengembalian Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi ……… 55 BAB III PENERAPAN GUGATAN BERSIFAT IN REM DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA ………. 59

A. Penegakan Hukum dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ……….……… ……….. 59

B. Instrumen Perdata dalam Gugatan Korupsi …………. 62

C. Implementasi Gugatan In Rem Dalam Sistem Hukum Di Indonesia ... 68

D. Ratifikasi UNCAC ... 93

E. Kendala-kendala Dalam Menerapkan Instrumen Gugatan Bersifat In Rem Berdasarkan Sistem Hukum Common Law Di Indonesia ………. 101

(9)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………..…….. 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 132

Referensi

Dokumen terkait

Kearifan Lokal Komunitas Adat Terpencil Suku Taburta dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berbasis Rumah Tangga. Marthen Sagrim, Nur Nasry Noor,

ditetapkan sebagai Account Representative (AR) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang mengemban tugas untuk memberikan pelayanan, pengawasan dan pengarahan secara langsung

(1999), siklus reproduksi teripang terdiri atas beberapa tahap sebagai berikut. 1) Tahap I (gametogenesis), pada organisme jantan disebut spermatogenesis yang dicirikan oleh

Berdasarkan permasalahan diatas penulis merasa perlu merancang dan membuat Sistem Informasi pengelolaan keuangan daerah pada SKPD Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan kedelai dan air yaitu 1:10 yang dipakai dalam proses pengolahan susu kedelai dapat menghasilkan susu kedelai dengan mutu yang baik

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memetakan model bisnis Aikori dengan menggunakan pendekatan business model canvas, kemudian model bisnis yang ada di evaluasi

Activities Implementation Locations Project Implementation Unit Construction works and services North Sumatra Province State Electricity

Dengan adanya kebijakan desentralisasi, menuntut tiap daerah untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, tetapi juga memerlukan keberadaan daerah lain untuk dapat membantu