• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

77

SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-SINAR TAMPAK

Tadjuddin Naid, Syaharuddin Kasim, dan Mieke Pakaya

Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK

Spektrofotometri ultra violet-visible dengan menggunakan metode zero crossing merupakan metode alternatif dalam mengatasi penetapan kadar campuran dua komponen atau lebih senyawa yang spektrumnya saling tumpang tindih. Dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat spektra serapan normal, spektra serapan derivat pertama, dan spektra serapan derivat kedua dari parasetamol dan kafein dengan perbandingan konsentarsi 6:0,5. Berdasarkan spektra tersebut ditentukan panjang gelombang

zero crossing. Hasil penelitian menunjukkan tablet kombinasi parasetamol dan kafein dengan per-bandingan konsentrasi 6:0,5, hanya penetapan kadar parasetamol yang dapat ditentukan. Nilai panjang gelombang zero crossing parasetamol adalah 245 nm, rentang recovery adalah 80,19 – 96,52%, dan nilai presisi pada tiga konsentrasi masing-masing 1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Berdasarkan penelitian tersebut, menghasilkan bahwa penetapan kadar parasetamol cara ini terhadap tablet kombinasi parasetamol dan kafein memiliki akurasi dan presisi yang baik.

Kata kunci : paracetamol, kafein, spektrofotometer uv-sinar tampak

PENDAHULUAN

Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran berbagai zat ber-khasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkat-kan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian. Salah satu campuran zat aktif yang sering diguna-kan adalah parasetamol dan kafein yang berkha--siat sebagai analgetik dan antipiretik (1).

Campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk antiinfluenza dengan ber-bagai merek dagang. Parasetamol merupakan me-tabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan sam-pai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen, sedangkan kafein adalah basa lemah yang merupakan turunan xantin, me-miliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik parasetamol (2,3).

Dalam pemasarannya, pemeriksaan mutu suatu sediaan obat mutlak diperlukan untuk men-jamin bahwa sediaan obat mengandung bahan dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan dan mengikuti prosedur analisis standar, sehingga menunjang efek terapeutik yang diharapkan.

Pada beberapa literatur penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein dapat dilakukan dengan beberapa metode, di antaranya metode titrimetri yang meru-pakan metode konvensional, dan dalam pelaksa-naannya memerlukan waktu yang lama, serta ku-rang peka dalam penentuan zat yang kadarnya

relatif kecil. Selain itu metode kromatografi cair kinerja tinggi juga merupakan metode alternatif yang memiliki kepekaan analisis tinggi namun me-merlukan biaya relatif mahal (4).

Dilihat dari strukturnya, parasetamol mem-punyai gugus kromofor dan ausokrom, yang dapat menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan de-ngan metode spektrofotometri, tetapi kendala yang sering dijumpai adalah terjadinya tumpang tindih spektra (overlapping) karena keduanya memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan sehingga diperlukan proses pe-misahan terlebih dahulu (4,5).

Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu di-lakukan pengembangan metode spektrofotometri ultra violet-sinar tampak dalam penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein tanpa pemisahan terlebih dahulu yaitu secara spektrofotometri dengan aplikasi me-tode zero crossing. Permasalahan dalam peneliti-an ini adalah apakah penetappeneliti-an kadar paraseta-mol dalam tablet kombinasi parasetaparaseta-mol dengan kafein secara spektrofotometri ultra violet-visible dengan aplikasi metode zero crossing memiliki presisi dan akurasi yang baik.

(2)

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah corong, gelas Erlenmeyer 250 mL (Pyrex), labu tentukur 10, 50, dan 100 mL (Pyrex), lumpang dan alu, neraca analitik (Sartorius), pipet volume 1, 2, 3, 4, dan 5 mL (Pyrex), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1601).

Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling,etanol 95%, kafein (p.a), parasetamol (p.a).

Penyiapan Sampel

Sampel yang digunakan adalah sediaan tablet kombinasi parasetamol dengan kafein. Nomor bets produk yang diperoleh adalah 080660 dengan batas kadaluarsa Agustus 2015.

Uji Kualitatif

Tablet diserbukkan kemudian dilarutkan dengan kloroform, disaring, dan diuapkan. Sari kloroform digunakan untuk uji kualitatif kafein yaitu dilarutkan dengan 2 mL air, ditambah larutan iodum tidak menghasilkan endapan, dan pada saat penambahan HCI encer terjadi endapan coklat yang larut dalam NaOH. Serbuk tidak terlarut dilarutkan dengan metanol, disaring, diuapkan dan digunakan untuk uji kualitatif parasetamol yaitu dengan penambahan larutan FeCI3 menghasilkan

endapan biru keunguan.

Pembuatan Larutan Baku

Parasetamol (p.a.) ditimbang teliti seba-nyak 60 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL (6000 bpj), lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, dan ditambah etanol hingga 10 mL (600 bpj).

Kafein (p.a.) ditimbang teliti sebanyak 25 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambah etanol hingga 50 mL (500 bpj), lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, dan ditambah dengan etanol hingga 10 mL (50 bpj).

Pembuatan Spektra Serapan Normal

Sebanyak 1 mL larutan parasetamol baku (600 bpj) dicukupkan volumenya dengan etanol hingga 10 mL (60 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (6 bpj). Serapan diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm, dan dibuat spektra serapan normal.

Sebanyak 1 mL larutan kafein baku (50 bpj) dicukupkan volumenya hingga 10 mL dengan etanol (5 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (0,5 bpj). Serapan diukur dengan pada panjang gelombang 200 - 400 nm, dan dibuat spektra serapan normal.

Penentuan Zero Crossing

Parasetamol (p.a.) dan kafein (p.a) ditim-bang seksama masing-masing sebanyak 600 mg dan 50 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambah etanol hingga 100 mL (6000 bpj dan 500 bpj). Dari larutan tersebut, sebanyak 1 mL dipipet ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL (600 bpj dan 50 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (60 bpj dan 5 bpj), dipipet 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL (6 bpj dan 0,5 bpj). Dari larutan baku 600 bpj dan 50 bpj, dipipet 2 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hing-ga 10 mL (120 bpj dan 10 bpj), lalu dipipet 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (12 bpj dan 1 bpj.)

Dari larutan-larutan tersebut di atas dibuat kurva serapan derivat pertama. Kurva serapan derivat pertama dari berbagai konsentrasi ditum-pangtindihkan untuk masing-masing larutan zat. Dari spektra derivat tersebut ditentukan zero cross-ing parasetamol oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol.

Pembuatan Kurva Baku

Sebanyak 50 mg parasetamol (p.a.) yang ditimbang teliti dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambah etanol hingga 50 mL (1000 bpj), lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah dengan etanol hingga 10 mL (100 bpj), dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan hingga 50 mL (10 bpj), kemudian dipipet kembali sebanyak 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 mL, masing-masing dicukupkan volumenya dengan etanol hingga 10 mL, hingga diperoleh konsentrasi 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 bpj. Serapan masing-masing diukur pada gelombang 245 nm.

Penetapan Kadar Sampel

Dua puluh tablet merek dagang ditimbang satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Tablet diserbukkan lalu ditimbang seksama 472,0 mg, dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer yang berisi 25 mL etanol, dikocok, lalu disaring, diulangi sebanyak 3 kali, kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 mL. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL, kemudian dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL, lalu diukur serapannya pada gelombang 245 nm.

Pengujian Akurasi dan Presisi (13)

Akurasi dievaluasi dengan metode penam-bahan penam-bahan baku (standard addition method),

(3)

Sampel ditimbang dengan bobot setara 336, 420, dan 504 mg parasetamol kemudian di-ekstraksi sebanyak 3 kali dan volumenya dicukup-kan dengan etanol secara berturut-turut hingga 100 mL, 100 mL, dan 100 mL sehingga diperoleh total 9 hasil ekstraksi. Tiap hasil ekstraksi dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL, lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL. Larutan terakhir ini diukur serapannya pada panjang gelombang 245 nm

Sampel ditimbang dengan bobot setara 336, 420, dan 504 mg parasetamol. Sampel yang setara 336 mg ditambah parasetamol baku seba-nyak 144 mg, sampel setara 336 mg ditambah parasetamol baku sebanyak 180 mg, dan sampel setara 504 mg ditambah parasetamol baku seba-nyak 216 mg. Tiap campuran diekstraksi sebaseba-nyak 3 kali dan dicukupkan volumenya dengan etanol secara berturut-turut hingga 100 mL, 100 mL, dan 100 mL sehingga diperoleh total 9 hasil ekstraksi. serapannya pada panjang gelombang 245 nm.

Pengujian akurasi dapat dihitung melalui % perolehan kembali (% recovery) dengan rumus :

CF = konsentrasi sampel + baku parasetamol

CA = konsentrasi sampel sebenarnya

C*A = konsentrasi parasetamol yang ditambahkan

Presisi dapat dihitung dengan urutan sebagai berikut :

1. Hasil analisis adalah X1, X2, X3 ….. Xn, maka

simpangan bakunya adalah

2. Simpangan baku relatif atau koefisien variansi (KV) adalah :

HASIL PENELITIAN

Serapan maksimum dari parasetamol dan kafein berada pada panjang gelombang yang ber-dekatan yaitu 249 nm dan 272 nm. Hal ini

menye-babkan terjadinya tumpang tindih (overlapping) spektrum secara total. Spektrum yang tumpang tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan kadar kedua senyawa ini. Metode spektrofotometri ultra violet-visibel tertentu dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan puncak yang saling tumpang tindih. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah tablet kombinasi parasetamol dengan kafein dengan perbandingan konsentrasi 6:0,5. Pada konsentrasi ini hanya penetapan kadar parasetamol yang dapat ditentukan, karena serap-an yserap-ang dihasilkserap-an oleh kafein sserap-angat kecil yaitu 0,021172. Penetapan kadar secara simultan untuk kedua senyawa ini hanya dapat dilakukan pada konsentrasi 5 : 5.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Pegukuran Konsentrasi Parasetamol dan Kofein

Larutan zat Konsentrasi (bpj)

Serapan pada panjang gelombang

249 nm 272 nm

Parasetamol 12 1,07930 0,28574

(4)

Penentuan Zero Crossing

Penentuan zero crossing parasetamol di-lakukan dengan membuat kurva serapan derivat pertama masing-masing larutan dalam berbagai konsentrasi. Spektrum derivat pertama dibuat

ga m mpl t ilai d /dλ d ga pa ja g g l m

-bang. Nilai d /dλ dip l h d ga m mbagi d lta absorba si Δ λ 2- λ1) dengan delta panjang g l mba g Δλ , Δλ a g digu aka pada d i at

pertama adalah 1 nm. Hasil penentuan

menunjuk-ka bahwa ilai a g m d menunjuk-kati λ zero crossing

parasetamol pada kurva serapan derivat pertama adalah 244 nm – 245 nm (Tabel 4), maka yang

dipilih u tuk dijadika λ a alisis adalah λ zero

crossing yaitu : 1) serapan senyawa pasangannya

da ampu a a p sis sama, ka a pada λ

tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya, dan 2) memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar, serapannya lebih tepat sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil. Berdasarkan

u aia diatas maka λ zero crossing parasetamol

kanlah penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol – kafein dengan tiga kali replikasi. Kadar terukur parasetamol rata-rata 98,17%. Kadar parasetamol dalam tablet kombi-nasi parasetamol dengan kafein, memenuhi per-syaratan kadar yang tertera dalam Farmakope

Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Penetapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri ultra violet-visibel aplikasi metode

zero crossing ini dapat digunakan dengan melihat parameter akurasi dan presisi yang dihasilkan.

Tabel 4. Perhitungan kadar parasetamol dalam sediaan tablet kombinasi parasetamol dan kofein, dengan bobot sampel setara dengan 336 mg parasetamol

Replikasi Pengenceran Serapan Kadar

(%)

Hasil pengujian akurasi menunjukkan bah-wa nilai rentang recovery keseluruhan adalah 80,19 – 96,52%.

Nilai perolehan kembali ini memenuhi per-syaratan persen perolehan kembali pada analit de-ngan konsentrasi 1 - 10 bpj, yaitu berkisar antara 80 - 110% (13). Hal ini menunjukkan bahwa pene-tapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri derivatif metode zero crossing memiliki akurasi yang baik.

(5)

Presisi (ketelitian)

Hasil pengujian presisi menunjukkan nilai RSD (Relative standard deviation atau simpangan baku relatif) pada sampel dalam 3 konsentrasi adalah 1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Nilai RSD ini memenuhi

p s a ata pada a alit aitu ≤ 3 . Hal i i

menunjukkan bahwa penetapan kadar parasetamol secara spektrofotometri derivatif metode zero crossing memiliki presisi yang baik.

Tabel 6. Perhitungan presisi analisis kadar parasetamol dalam sediaan tablet kombinasi parasetamol dan kofein, dengan pengenceran masing-masing (10/1) x (10/1) x

Simpangan Baku (SD) 1,30

Koefisien Varian (KV), (%) 1,32

Simpangan Baku (SD) 1,03

Koefisien Varian (KV), (%) 1,07

Simpangan Baku (SD) 0,06

Koefisien Varian (KV), (%) 0,07

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-hasan, maka dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parase-tamol dengan kafein secara spektrofotometri ultra violet-sinar tampak dengan aplikasi metode zero crossing memiliki akurasi dan presisi yang baik dan memenuhi syarat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti, S., Ibrahim, S., Firman, K., and Tjahjono, D.H., 2003, Simultaneous Determin-ation of Paracetamol and Ibuprofene Mixtures By High Performance Liquid Chromatography.

IJC. 3 (1); [Serial on the internet], [accessed 1 Oktober 2010]; [13 screens]. Available from: http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?datald =750

2. Ganiswarna, S.G., (editor) 1995, Farmakologi dan Te-rapi. ed. 5. Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Sudjadi dan Rahman, A., 1994, Analisis Obat dan Makanan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 4. Levent, M., 2002, HPLC Method for the

Analy-sis of Paracetamol, Caffeine and Dipyrone.

TJC. 3 (1). [Serial on the internet]. [accessed 1 October 2010]; Available from: http://journals. tubitak.gov.tr/chem/issues/kim-02-26-4/kim-26-4-8-0106-13.pdf

5. Wulandari, M.G.D., Friamita, R.D., Patramurti, C., 2006, Penetapan Kadar Kafein dalam Campuran Parasetamol, Salisilamida, dan Kafein Secara Spektrofotometri Derivatif.

Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

6. Hayun, H., 2006,Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida Dan Pseudoefedrina Hidroklorida Dalam Tablet Anti Influenza Secara Spektro-fotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kefarmasian.

Vol.3, No.1. [Serial on the internet]. [dikutip 26 Februari 2011]; Available from: http://staff.ui. ac.id/internal/131804013/material/hayun0302.p df

7. Huber, L., 2003, Validation of Analytical Me-thods and Processes. Marcel Dekker, Inc. Germany. Available as PDF File.

8. Torbeck L.D., (editor), 2007, Pharmaceutical and Medical Device Validation By Experimen-tal Design. Informa Healthcare. New York.

Available as PDF File.

9. Goswami, L., Mukhopadhyay, S., Durgapal, S., 2010, Simultaneous Estimation of Metfor-min and Pioglitazone by Ultraviolet Spectro-photometry. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, July 2010. [Serial on the internet].,

11. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia. ed. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

(6)

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Hasil Pegukuran Konsentrasi Parasetamol dan Kofein
Tabel 5. Hasil Pengujian Akurasi Rentang Spesifik 80%, 10 %, dan 12 %.
Tabel 6. Perhitungan presisi analisis kadar parasetamol dalam sediaan tablet kombinasi parasetamol dan kofein, dengan pengenceran masing-masing (10/1) x (10/1) x (10/1) x 100

Referensi

Dokumen terkait

PENETAPAN KADAR NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET..

Metode alkalimetri dan nitrimetri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran ibuprofen dan parasetamol dalam sediaan tablet. Dari hasil uji validitas metode yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode KCKT dapat digunakan dalam penetapan kadar parasetamol, salisilamida, dan kafein dalam tablet dan juga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode KCKT dapat digunakan dalam penetapan kadar parasetamol, salisilamida, dan kafein dalam tablet dan juga

Saridon ® dan kemudian menentukan jumlah kandungan parasetamol dan kafein dengan spektrofotometri derivatif metode zero crossing pada serapan derivat kedua

Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif Untuk Penetapan Kadar Campuran Pseudoefedrin Hidroklorida dan Tripolidin Hidroklorida dalam Sediaan Tablet.. Fakultas Farmasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode KCKT dapat digunakan dalam penetapan kadar parasetamol, propifenazon dan kafein dalam tablet dan juga

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penetapan kadar domperidone secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol untuk menentukan apakah sediaan