• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan yang signifikan bagi

negara. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan dalam

negara terbesar yang dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional ke arah masyarakat yang adil dan

makmur diperlukan peran aktif masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang

diwujudkan dalam pembayaran pajak.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2) diatur tentang kewajiban

perpajakan yang berbunyi : “Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan

Undang-Undang Perpajakan”. Jadi, setiap pajak yang dipungut harus berdasarkan

Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal tersebut keseriusan pemerintah terhadap

sektor pajak dapat dilihat dengan seringnya dilakukan pembaharuan-pembaharuan

dan perubahan-perubahan terhadap Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang

kini dinilai tidak sesuai lagi dengan keadaan dan perkembangan ekonomi sekarang.

Perubahan terakhir Undang – Undang perpajakan dilakukan pada tahun 2007

(2)

2008 dan UU PPh No. 36 tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009.

Mengenai masalah dan tata cara angsuran pajak atau cicilan pajak diatur dalam Pasal

25, sedangkan pelunasan kekurangan pembayaran pajak diatur dalam Pasal 29

Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang –

Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Guna meningkatkan penagihan pajak, maka pemerintah melakukan

pembaharuan dalam bidang perpajakan (Tax Reform) yang dilakukan sejak tanggal 1

Januari 1984. Sebelum reformasi perpajakan di Indonesia, sistem pemungutan

pajaknya hanya bertumpuh kepada Official Assessment System. Perubahan dilakukan

karena sangat lemahnya peraturan dan perundang-undangan sebagai akibat warisan

jaman kolonial. Peraturan pajak sebelumnya juga tidak memperhatikan asas serta

aspek pemerataan, keadilan, kepastian hukum, dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah

Wajib Pajak selama 38 tahun Indonesia merdeka hanya 435.517 dan penerimaan

pajak pada tahun 1983/1984 sebesar 2,9 Triliyun. Hal-hal inilah yang menjadi dasar

reformasi perpajakan dan diberlakukannya sistem pemungutan pajak yang baru yaitu

Self Assessment System. Disamping kedua sistem pemungutan tersebut juga berlaku

With Holding system.

Dalam pelaksanaannya Official Assessment System mempunyai beberapa

kelemahan diantaranya yaitu Wajib Pajak bersifat pasif dikarenakan wewenang untuk

menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, sehingga Wajib Pajak tidak

(3)

Wajib Pajak terhadap besarnya pajak terutang. Berbanding terbalik dengan Self

Assessment System yang member wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab

kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Letak kelemahan sistem

pemungutan pajak ini dikarenakan otoritas pajak bersifat pasif dan hanya

memberikan penerangan, pengawasan, dan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan

yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Salah satu alasan fundamental dari Self Assessment

System adalah menghindari kontak langsung antara Wajib Pajak dengan petugas

pajak dalam penetapan pajak yang seringkali menimbulkan kongkalikong untuk

kepentingan masing-masing yang merugikan Negara.

Usaha untuk mencapai target penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang

mudah. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan dedikasi, kerja keras, kesadaran

akan hak dan kewajiban serta kedisplinan dari seluruh aparatur perpajakan dibawah

Direktorat Jenderal Pajak, dan tidak terlepas dari peran serta Wajib Pajak. Karena

dengan Self Assessment System ini Wajib Pajak diberikan tanggung jawab penuh

maka aparatur pajak harus lebih giat dalam proses pengawasan terhadap Wajib Pajak

dan melakukan upaya-upaya demi meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam

membayar pajak.

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas pajak

(fiskus), tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang. Oleh

(4)

yang berada dalam naungannya. Dalam hal peningkatan kepatuhan Wajib Pajak ini

Direktorat Jenderal Pajak memberikan prosedur tentang upaya – upaya yang harus

dijalankan oleh setiap kantor Pelayanan Pajak. Demi meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajaknya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang mencakup 3

kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, dan

Kecamatan Medan Perjuangan juga menjalankan prosedur yang diberikan oleh

Direktorat Jenderal Pajak. Upaya – upaya yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Timur antara lain dengan mengadakan penyuluhan,

mengiklankan pajak dengan cara menyiarkan di televisi, memajang

spanduk,Walaupun demikian tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang berada di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur masih sangat rendah. Hampir sama dengan

Kantor Pelayanan Pajak yang laininstansi pemerintah yang lain, isntansi pemerintah

ini pun terus meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dengan

upaya-upaya yang dimiliki oleh instansi tersebut.Keberhasilan dalam penerimaan

pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini tidak terlepas dari kinerja

aparatur pajak dan Wajib Pajaknya.

Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

penulis ingin mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak,

serta peranan dan upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur perpajakan demi

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

(5)

mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi

pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Medan Timur dengan judul sebagai berikut :

“Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pengalaman praktik di lapangan yang seraca langsung berhubungan

dengan teori- teori yang diterima di bangku perkuliahan, tentunya dapat

memberikan tujuan dan manfaat.

Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan mandiri adalah :

1. Mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi

Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban

perpajakannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3. Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan

(6)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi Mahasiswa peserta PKLM :

a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan ke

dalam permasalahan yang dihadapi di dalam PKLM dan ikut bergabung

langsung sekaligus berperan serta kedalam lingkungan kerja.

b. Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme,

integritas, tanggungjawab, inovatif, etoskerja, yang tinggi serta

kedisplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika

memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

c. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman di bidang perpajakan.

d. Mendorong mahasiswa untuk belajar menjadi tenaga ahli yang siap pakai.

2.2Bagi Direktorat Jenderal Pajak

a. Menyediakan sumber ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang ada.

b. Agar dapat membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

dalam mensosialisasikan tentang caramenghitung dan melunasiPajak

Penghasilan Pasal 25/29kepada masyarakat.

c. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam peningkatan

(7)

2.3Bagi Prodip III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Membuka interaksi antara universitas dengan instalansi yang

bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan

yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta

memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

menerapkan ilmuu khususnya di bidang perpajakan.

c. Menjadikan masukan penyempurnaan dan perbaikan kurikulum yang

berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah

beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada

Pasal 1 Angka 1 disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Sedangkan banyak ahli yang memberikan pengertian tentang

pajak.seperti dalam bukuMr. Dr. N. J. Feldmann yang berjudul De Over

(8)

5 ) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada

pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa

adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. yangdikutip

oleh Mardiasmo (2003 : 4 ) : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Tidak jauh berbeda dengan kedua ahli tersebut Prof. Dr. M. J. H.

Smeets pun mengartikan pajak yang tertulis dalam bukunya De Economische

Betekis der Belastingen, 1951, yang dikutip oleh Early Suandy (2008 : 4) :

Pajak adalah prestasi kepada pemerintahyang terutang melalui norma-norma

umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang

dapat ditunjukkan dalam hal individual; maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.

Defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi penerimaan (budgeter)

dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi

mengatur ( regulerend). Oleh karena itu dari defenisi – defenisi tersebut dapat

disimpukan bahwa ciri – ciri yang melekat pada defenisi pajak tersebut yaitu

pajak peralihan kekayaan dari orang / badan ke Pemerintah, pajak dipungut

(9)

dipaksakan, serta dalam membayar pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh Pemerintah.

2. Pajak Penghasilan

2.1 Pengertian Penghasilan

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik berasal dari Indonesia yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka

penghasilan ini dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan

lain sebagainya.

2.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Orang

Pribadi dan Badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau

diperoleh selama satu tahun pajak. PPh termasuk dalam kategori pajak

subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni telah

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan.

Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek pajaknya, maka

jelas tidak dapat dikenakan PPh.

2.3 Tarif Pajak Penghasilan

Sesuai dengan Pasal 17 UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008,

(10)

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebesar 285 dan untuk Tahun 2010

menjadi 25%. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%

Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%

Di atas Rp 500.000.000,00 30%

2.4 Manfaat Pajak Penghasilan

Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau

keluarga, perekonomian Negara mengenal sumber – sumber penerimaan dan

pos – pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara. Tanpa

pajak, sebagian besar kegiatan Negara sulit untuk dapat dilaksanakan.

Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan

pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum

seperti jalan raya, jembatan, sekolah, rumah sakit / puskesmas, kantor polisi

(11)

Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka

memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga Negara

mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas

atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang

berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak

bagi suatu Negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda

pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.

2.4 Tujuan Pajak Penghasilan

Dengan berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan Undang –

Undang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan mempunyai tujuan untuk

meningkatkan keadilan pengenaan pajak terhadap Wajib Pajak maka

dilakukan perluasan subjek dan objek pajak dalam hal – hal tertentu dan

pembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya. Selain itu

meningkatkan daya saing dengan Negara – Negara lain dengan peningkatan

batas peredaran bruto untuk menggunakan norma yang sejalan dengan realitas

dunia.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak tentunya jangan sampai

menimbulkan hambatan atau masyarakat tidak mau melakukan bantahan /

(12)

Undang-Undang), maka untuk menghindarkan hambatan dan atau bantahan /

perlawanan tersebut harus memenuhi syarat yaitu adil, yuridis, ekonomis,

financial, sederhana. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia

sampai sekarang ini yaitu :

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus.

2. Wajib Pajak bersifat pasif.

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

(13)

2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang

ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

4. Kepatuhan Wajib Pajak 4.1 Wajib Pajak

Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,

meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang – undangan perpajakan. Subjek pajak orang pribadi

yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia

lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi

yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat

(14)

4.2 Kepatuhan

Kepatuhan adalah ketaatan, keteladanan, kedisplinan. Kepatuhan

terhadap kewajiban perpajakan artinya memenuhi seluruh kewajiban

perpajakan sesuai peraturan perundang – undangan. Sedangkan

kepatuhan terhadap Pajak Penghasilan Pasal 25 yaitu teratur dan disiplin

dalam melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 yang sebagaimana diketahui

bahwa Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pembayaran pajak secara

angsuran.

Kepatuhan dalam bidang perpajakan dapat didefenisikan sebagai

suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan dalam

bidang perpajakan dibagi 2 (dua) , yaitu :

a. Kepatuhan Formal

Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban

perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang

– Undang Perpajakan.

b. Kepatuhan Materiil

Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif /

hakikat memenuhi semua ketentuan materiil perpajakan yakni

sesuai isi dan jiwa Undang – Undang perpajakan, kepatuhan

(15)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini penulis melaksanakan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak

pratama Medan Timur dan ingin memperoleh data tentang :

1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi Pajak

Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban perpajakannya di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3. Upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis mempersiapkan konsep - konsep yang telah diterima

selama masa bangku perkuliahan, menentukan judul tugas akhir, menentukan

tempat diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta melakukan

(16)

1. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku - buku yang berkaitan dengan

kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29.

2. Observasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperolah data - data

yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang

bersangkutan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai prosedur Praktik

Kerja Lapangan Mandiri.

3. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data melalui :

3.1Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang

dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi

penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

4.2 Data Sekunder

Data / informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti sumber -

sumber pustaka, Undang - Undang, dokumentasi maupun literature lain

(17)

4. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan dari tempat Praktik Kerja

Lapangan Mandiri, penulis akan menganalisis dan mengevaluasi data yang

diperoleh tersebut secara kumulatif yang kemudian akan diinterprestasikan

secara objektif, jelas, dan sistematis.

F. Metode pengumpulan Data

Untuk mengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam Paktik Kerja

Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Metode Observasi (Observation Guide)

Mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk

mendapatkan data informasi yang akurat serta pencatatan terhadap hasil

pengamatan.

2. Metode Wawancara (Interview Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan

pegawai (key person) pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan

maupun tulisan yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan

(18)

3. Metode Dokumentasi (Optional)

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan

mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan

pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, data mengenai

kepegawaian dan data - data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri yang penulis lakukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan sistematika penulisan

laporan ini agar penulisan lebih terarah, dan membatasi permasalhan yang akan

dibahas atas beberapa bab sesuai dengan penelitian serta mempermudah

pemahaman dalam penulisan laporan ini. Sistematis penulisan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan

diberi penjelasan yang memperinci yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang yang menjadi

dasar penulisan, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis,

Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan

(19)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum dari Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, meliputi sejarah singkat

berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,

struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dan gambaran

pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Dalam bab ini akan dibahas mengenai data yang diperoleh dari

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tentang Pajak

Penghasilan Pasal 25 / 29.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang

ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai

tingkat kepatuhan Wajib pajak orang pribadi dalam menghitung

dan melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai Self

(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan

dari objek yang telah diteliti serta saran - saran yang membangun

bagi kemajuan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai

Self Assessment System di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Timur.

Referensi

Dokumen terkait

secara keseluruhan, strategi bisnis kami akan terus maju dan tetap diarahkan oleh visi dan misi kami yakni menciptakan dan mengembangkan usaha yang unggul di bidang

PELATIHAN KURIKULUM NASIONAL BAGI KEPALA SEKOLAH DAN

2) Services are defined to support defining and executing chains of services. 3) Some service interfaces support server storage of operation results until requested by the

Sales of fragrance products continuing its double digit growth and recorded a growth of 14.2% compared to 2Q-13. In the men's fragrance market, Gatsby is now number 1 and its Urban

After the formal acceptance as National Historic City, government officials gave up the original plan to build modern 6-storey buildings, and requested us to work out

DQE reports are circulated to various mission teams as feedback on daily basis. However, it is required to systematically archive the quality information during various phases

Dalam penelitian ini akan dibuat alat penakar hujan otomatis dengan menggunakan mikokontroler AVR AT-Mega 128 serta penggunaan Alasan penggunana Mikrokontroler

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa informasi laporan keuangan merupakan hal yang penting baik bagi investor jangka pendek ataupun investor jangka panjang