BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan yang signifikan bagi
negara. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan dalam
negara terbesar yang dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional ke arah masyarakat yang adil dan
makmur diperlukan peran aktif masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang
diwujudkan dalam pembayaran pajak.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2) diatur tentang kewajiban
perpajakan yang berbunyi : “Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan”. Jadi, setiap pajak yang dipungut harus berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal tersebut keseriusan pemerintah terhadap
sektor pajak dapat dilihat dengan seringnya dilakukan pembaharuan-pembaharuan
dan perubahan-perubahan terhadap Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang
kini dinilai tidak sesuai lagi dengan keadaan dan perkembangan ekonomi sekarang.
Perubahan terakhir Undang – Undang perpajakan dilakukan pada tahun 2007
2008 dan UU PPh No. 36 tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009.
Mengenai masalah dan tata cara angsuran pajak atau cicilan pajak diatur dalam Pasal
25, sedangkan pelunasan kekurangan pembayaran pajak diatur dalam Pasal 29
Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang –
Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Guna meningkatkan penagihan pajak, maka pemerintah melakukan
pembaharuan dalam bidang perpajakan (Tax Reform) yang dilakukan sejak tanggal 1
Januari 1984. Sebelum reformasi perpajakan di Indonesia, sistem pemungutan
pajaknya hanya bertumpuh kepada Official Assessment System. Perubahan dilakukan
karena sangat lemahnya peraturan dan perundang-undangan sebagai akibat warisan
jaman kolonial. Peraturan pajak sebelumnya juga tidak memperhatikan asas serta
aspek pemerataan, keadilan, kepastian hukum, dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah
Wajib Pajak selama 38 tahun Indonesia merdeka hanya 435.517 dan penerimaan
pajak pada tahun 1983/1984 sebesar 2,9 Triliyun. Hal-hal inilah yang menjadi dasar
reformasi perpajakan dan diberlakukannya sistem pemungutan pajak yang baru yaitu
Self Assessment System. Disamping kedua sistem pemungutan tersebut juga berlaku
With Holding system.
Dalam pelaksanaannya Official Assessment System mempunyai beberapa
kelemahan diantaranya yaitu Wajib Pajak bersifat pasif dikarenakan wewenang untuk
menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, sehingga Wajib Pajak tidak
Wajib Pajak terhadap besarnya pajak terutang. Berbanding terbalik dengan Self
Assessment System yang member wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Letak kelemahan sistem
pemungutan pajak ini dikarenakan otoritas pajak bersifat pasif dan hanya
memberikan penerangan, pengawasan, dan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Salah satu alasan fundamental dari Self Assessment
System adalah menghindari kontak langsung antara Wajib Pajak dengan petugas
pajak dalam penetapan pajak yang seringkali menimbulkan kongkalikong untuk
kepentingan masing-masing yang merugikan Negara.
Usaha untuk mencapai target penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang
mudah. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan dedikasi, kerja keras, kesadaran
akan hak dan kewajiban serta kedisplinan dari seluruh aparatur perpajakan dibawah
Direktorat Jenderal Pajak, dan tidak terlepas dari peran serta Wajib Pajak. Karena
dengan Self Assessment System ini Wajib Pajak diberikan tanggung jawab penuh
maka aparatur pajak harus lebih giat dalam proses pengawasan terhadap Wajib Pajak
dan melakukan upaya-upaya demi meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam
membayar pajak.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas pajak
(fiskus), tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang. Oleh
yang berada dalam naungannya. Dalam hal peningkatan kepatuhan Wajib Pajak ini
Direktorat Jenderal Pajak memberikan prosedur tentang upaya – upaya yang harus
dijalankan oleh setiap kantor Pelayanan Pajak. Demi meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajaknya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang mencakup 3
kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, dan
Kecamatan Medan Perjuangan juga menjalankan prosedur yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Upaya – upaya yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur antara lain dengan mengadakan penyuluhan,
mengiklankan pajak dengan cara menyiarkan di televisi, memajang
spanduk,Walaupun demikian tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang berada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur masih sangat rendah. Hampir sama dengan
Kantor Pelayanan Pajak yang laininstansi pemerintah yang lain, isntansi pemerintah
ini pun terus meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dengan
upaya-upaya yang dimiliki oleh instansi tersebut.Keberhasilan dalam penerimaan
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini tidak terlepas dari kinerja
aparatur pajak dan Wajib Pajaknya.
Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
penulis ingin mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak,
serta peranan dan upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur perpajakan demi
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi
pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur dengan judul sebagai berikut :
“Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pengalaman praktik di lapangan yang seraca langsung berhubungan
dengan teori- teori yang diterima di bangku perkuliahan, tentunya dapat
memberikan tujuan dan manfaat.
Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan mandiri adalah :
1. Mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi
Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban
perpajakannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
3. Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi Mahasiswa peserta PKLM :
a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan ke
dalam permasalahan yang dihadapi di dalam PKLM dan ikut bergabung
langsung sekaligus berperan serta kedalam lingkungan kerja.
b. Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme,
integritas, tanggungjawab, inovatif, etoskerja, yang tinggi serta
kedisplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika
memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
c. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman di bidang perpajakan.
d. Mendorong mahasiswa untuk belajar menjadi tenaga ahli yang siap pakai.
2.2Bagi Direktorat Jenderal Pajak
a. Menyediakan sumber ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang ada.
b. Agar dapat membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
dalam mensosialisasikan tentang caramenghitung dan melunasiPajak
Penghasilan Pasal 25/29kepada masyarakat.
c. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam peningkatan
2.3Bagi Prodip III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Membuka interaksi antara universitas dengan instalansi yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmuu khususnya di bidang perpajakan.
c. Menjadikan masukan penyempurnaan dan perbaikan kurikulum yang
berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP.
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada
Pasal 1 Angka 1 disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sedangkan banyak ahli yang memberikan pengertian tentang
pajak.seperti dalam bukuMr. Dr. N. J. Feldmann yang berjudul De Over
5 ) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. yangdikutip
oleh Mardiasmo (2003 : 4 ) : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Tidak jauh berbeda dengan kedua ahli tersebut Prof. Dr. M. J. H.
Smeets pun mengartikan pajak yang tertulis dalam bukunya De Economische
Betekis der Belastingen, 1951, yang dikutip oleh Early Suandy (2008 : 4) :
Pajak adalah prestasi kepada pemerintahyang terutang melalui norma-norma
umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang
dapat ditunjukkan dalam hal individual; maksudnya adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
Defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi penerimaan (budgeter)
dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi
mengatur ( regulerend). Oleh karena itu dari defenisi – defenisi tersebut dapat
disimpukan bahwa ciri – ciri yang melekat pada defenisi pajak tersebut yaitu
pajak peralihan kekayaan dari orang / badan ke Pemerintah, pajak dipungut
dipaksakan, serta dalam membayar pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh Pemerintah.
2. Pajak Penghasilan
2.1 Pengertian Penghasilan
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik berasal dari Indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka
penghasilan ini dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
lain sebagainya.
2.2 Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Orang
Pribadi dan Badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh selama satu tahun pajak. PPh termasuk dalam kategori pajak
subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni telah
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan.
Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek pajaknya, maka
jelas tidak dapat dikenakan PPh.
2.3 Tarif Pajak Penghasilan
Sesuai dengan Pasal 17 UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008,
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebesar 285 dan untuk Tahun 2010
menjadi 25%. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebagai berikut :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
2.4 Manfaat Pajak Penghasilan
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau
keluarga, perekonomian Negara mengenal sumber – sumber penerimaan dan
pos – pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara. Tanpa
pajak, sebagian besar kegiatan Negara sulit untuk dapat dilaksanakan.
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan
pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum
seperti jalan raya, jembatan, sekolah, rumah sakit / puskesmas, kantor polisi
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga Negara
mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas
atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang
berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak
bagi suatu Negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda
pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.
2.4 Tujuan Pajak Penghasilan
Dengan berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan Undang –
Undang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan mempunyai tujuan untuk
meningkatkan keadilan pengenaan pajak terhadap Wajib Pajak maka
dilakukan perluasan subjek dan objek pajak dalam hal – hal tertentu dan
pembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya. Selain itu
meningkatkan daya saing dengan Negara – Negara lain dengan peningkatan
batas peredaran bruto untuk menggunakan norma yang sejalan dengan realitas
dunia.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak tentunya jangan sampai
menimbulkan hambatan atau masyarakat tidak mau melakukan bantahan /
Undang-Undang), maka untuk menghindarkan hambatan dan atau bantahan /
perlawanan tersebut harus memenuhi syarat yaitu adil, yuridis, ekonomis,
financial, sederhana. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia
sampai sekarang ini yaitu :
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
2. Wajib Pajak bersifat pasif.
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang
ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
4. Kepatuhan Wajib Pajak 4.1 Wajib Pajak
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan. Subjek pajak orang pribadi
yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
4.2 Kepatuhan
Kepatuhan adalah ketaatan, keteladanan, kedisplinan. Kepatuhan
terhadap kewajiban perpajakan artinya memenuhi seluruh kewajiban
perpajakan sesuai peraturan perundang – undangan. Sedangkan
kepatuhan terhadap Pajak Penghasilan Pasal 25 yaitu teratur dan disiplin
dalam melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 yang sebagaimana diketahui
bahwa Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pembayaran pajak secara
angsuran.
Kepatuhan dalam bidang perpajakan dapat didefenisikan sebagai
suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan dalam
bidang perpajakan dibagi 2 (dua) , yaitu :
a. Kepatuhan Formal
Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban
perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang
– Undang Perpajakan.
b. Kepatuhan Materiil
Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif /
hakikat memenuhi semua ketentuan materiil perpajakan yakni
sesuai isi dan jiwa Undang – Undang perpajakan, kepatuhan
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini penulis melaksanakan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak
pratama Medan Timur dan ingin memperoleh data tentang :
1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi Pajak
Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban perpajakannya di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
3. Upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan konsep - konsep yang telah diterima
selama masa bangku perkuliahan, menentukan judul tugas akhir, menentukan
tempat diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta melakukan
1. Studi Literatur
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku - buku yang berkaitan dengan
kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29.
2. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperolah data - data
yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang
bersangkutan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai prosedur Praktik
Kerja Lapangan Mandiri.
3. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data melalui :
3.1Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang
dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi
penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
4.2 Data Sekunder
Data / informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti sumber -
sumber pustaka, Undang - Undang, dokumentasi maupun literature lain
4. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan dari tempat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, penulis akan menganalisis dan mengevaluasi data yang
diperoleh tersebut secara kumulatif yang kemudian akan diinterprestasikan
secara objektif, jelas, dan sistematis.
F. Metode pengumpulan Data
Untuk mengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam Paktik Kerja
Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Metode Observasi (Observation Guide)
Mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
mendapatkan data informasi yang akurat serta pencatatan terhadap hasil
pengamatan.
2. Metode Wawancara (Interview Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan
pegawai (key person) pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan
maupun tulisan yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan
3. Metode Dokumentasi (Optional)
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan
mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan
pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, data mengenai
kepegawaian dan data - data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri yang penulis lakukan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan sistematika penulisan
laporan ini agar penulisan lebih terarah, dan membatasi permasalhan yang akan
dibahas atas beberapa bab sesuai dengan penelitian serta mempermudah
pemahaman dalam penulisan laporan ini. Sistematis penulisan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan
diberi penjelasan yang memperinci yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang yang menjadi
dasar penulisan, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis,
Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum dari Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, meliputi sejarah singkat
berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,
struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dan gambaran
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai data yang diperoleh dari
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tentang Pajak
Penghasilan Pasal 25 / 29.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang
ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai
tingkat kepatuhan Wajib pajak orang pribadi dalam menghitung
dan melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai Self
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan
dari objek yang telah diteliti serta saran - saran yang membangun
bagi kemajuan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai
Self Assessment System di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.