BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Tidak ada satu pun
reaksi kimia dalam tubuh dapat berlangsung tanpa adanya air. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah dapat
digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda,
baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme sebagai media reaksi yang menstabilkan
pembentukan biopolimer dan lain-lain (Soraya, 2014).
Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan tetapi hanya
beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh. Kandungan air berbeda pada manusia tergantung proporsi otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung lebih banyak otot mempunyai lebih banyak air (Dewi dan
Mustika, 2012).
Air bukan hanya sekedar benda yang kita minum saat kehausan atau setelah
mengandung satu atom oksigen dan 2 atom hydrogen yang dihubungkan dengan
ikatan kovalen. Air yang bersih mempunyai sifat tidak bewarna, tidak berasa dan juga tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur
273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya (Tilong, 2013).
Menurut penelitian, manusia lebih bisa bertahan tanpa makanan dari pada
tanpa air. Hal ini disebabkan oleh kondisi tubuh kita yang susunannya sekitar 80% memang terdiri atas air. Setiap sistem dari tubuh manusia pun bergantung pada air.
Kelancaran peredaran darah butuh air yang memadai. Kelancaran kerja otak juga demikian. Begitu juga halnya dengan kelancaran kerja ginjal. Sementara otak dan
darah adalah dua organ penting pada tubuh manusia yang memiliki kadar air diatas 80%. Tubuh akan kekurangan air (dehidrasi) jika masukan dan pengeluaran air tidak seimbang, karena masukan air kurang atu pengeluaran air yang berlebihan
(Oktaviani, 2013).
Air minum sangat diperlukan karena membantu pembentukan cairan kimia yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, air juga dapat membersihkan saluran makanan
dari kotoran makanan yang tersisa. Tanpa air yang cukup, ginjal akan sulit bekerja dan akan memproduksi urin yang berwarna pekat. Hal ini dapat mengakibatkan
infeksi saluran kencing dan kencing batu.
Setiap saat manusia akan kehilangan air melalui pernafasan, keringat, urin dan pergerakan usus. Agar tubuh berfungsi normal, maka air yang hilang harus digantikan
mengkonsumsi 2 liter air atau minuman lainnya dalam sehari (kurang lebih 8 gelas),
maka air yang hilang akan tergantikan. Rekomendasi harian Institute Of Medicine menyarankan pria untuk mengkonsumsi 3 liter (13 gelas) dan perempuan
mengkonsumsi 2,2 liter (9 gelas) dari total minuman dalam sehari, untuk menghindari terjadinya dehidrasi dan gangguan ginjal. Dalam 15 tahun terakhir, pemerintah sudah menjadikan air minum sebagai bagian penting. Bahkan pemerintah telah menetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Meskipun ada perkembangan pesat terkait kebutuhan air
minum, sebagian masyarakat masih mengonsumsi dalam jumlah yang kurang dibanding dengan kebutuhan (Desty dan Yunita, 2014).
Masalah kurangnya konsumsi cairan bukan hanya di Indonesia, tetapi juga masalah global. Penelitian yang dilakukan di Hongkong pada orang dewasa menunjukkan hasil bahwa 50% responden minum air kurang dari 8 gelas per hari.
Sementara penelitian yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) merupakan kelompok yang banyak kekurangan air. Sebagian besar wanita hanya minum 5-6 gelas dan laki-laki hanya
minum 6-8 gelas perhari. Padahal rekomendasi kebutuhan air minum adalah 8 gelas per hari. Sebanyak 70% responden minum setelah merasa haus, padahal haus
dirasakan setelah tubuh kekurangan cairan sekitar 1%. Alasan yang sering mereka katakan adalah merasa tidak haus, lupa minum, merepotkan dan tidak ingin sering buang air kecil (Desty dan Yunita, 2014).
Indonesia, yaitu Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makasar dan Malino, yang
melibatkan 1.200 orang responden berusia 15-55 tahun di Indonesia tahun 2010, sebesar 46,1% penduduk Indonesia mengalami dehidrasi ringan, jumlah tersebut lebih
tinggi pada remaja yaitu 49,5% dibandingkan orang dewasa 42,5 % (Soraya, 2014). Saat ini, banyak remaja kurang menyadari akan pentingnya kebutuhan air dalam tubuh manusia. Kronisnya hanya sekitar setengah dari remaja yang mengetahui
kebutuhan air minum sekitar 2 liter per hari. Hal itu terungkap dari paparan penelitian yang dilakukan oleh ketua Umum Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan
Indonesia Hardinsyah beserta rekan pada tahun 2008 yang menunjukkan bahwa, dari 209 remaja yang diteliti, 51,1 % mempunyai pengetahuan yang rendah tentang air
minum. Hanya 21,4 % yang mengetahui empat kegunaan air minum bagi tubuh, 43,2 % yang mengetahui akibat kurang air minum, dan 44,2 % yang mengetahui empat gejala kekurangan air pada tubuh (Oktaviani, 2013).
Penelitian oleh Naya (2011), di SMA Triguna Utama Ciputat menunjukkan bahwa 57,6% siswa mengalami dehidrasi. Pengetahuan siswa tentang air minum menunjukkan bahwa 91,3% siswa memiliki pengetahuan sedang tentang air minum.
Sebanyak 5,4% siswa memiliki pengetahuan baik tentang air minum, dan 3,3% siswa memiliki pengetahuan buruk tentang air minum. Sebanyak 62% siswa mengetahui
bahwa kebutuhan air bagi tubuh adalah 2000 ml, sedangkan 38% siswa tidak mengetahui kebutuhan air minum tubuh adalah 2000 ml setiap hari. Sebanyak 66,3% responden minum air putih 5-6 kali per hari, sedangkan 33,7% responden minum
Sementara hasil penelitian tentang kebiasaan minum dan asupan cairan remaja
perkotaan di Bogor menemukan bahwa terdapat 37,3% remaja yang minum kurang dari 8 gelas perhari dan sebesar 24,1% remaja asupan cairannya kurang dari 90%
kebutuhan (Briawan, dkk. 2011).
Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air minum bagi kesehatan tubuh manusia juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak
memperhatikan air minum bagi tubuhnya. Selain kebiasaan minum air di saat haus saja, minum air hanya sebagai pelengkap bagi rasa haus saat makan, atau sesegera
minum saat makan, bahkan tidak jarang di tempat-tempat makan mereka justru makan tidak dibarengi dengan air putih, ini menjadi pola kebiasaan yang jauh dari
pola kesehatan minum yang baik dan benar.
Ditinjau dari lokasi penelitian yaitu sekolah SMA Negeri 3 Medan yang terletak di daerah perkotaan dan banyak sekali tempat penjualan minuman di sekitar
sekolah sehingga memungkinkan dan memberikan kesempatan besar untuk membeli produk - produk minuman yang bisa dikonsumsi. Dari survei awal di SMA Negeri 3 Medan Sumatera Utara, dengan sampel awal berjumlah 13 orang siswa, dapat
digambarkan kebiasaan konsumsi air minum mereka sebagai berikut, diantaranya 5 orang yang selalu mengkonsumsi air minum yang berasal dari minuman berasa dan
air putih (plain water) 8 gelas setiap harinya, dan 8 orang yang mengatakan asupan air minumnya nya hanya 5-6 gelas per hari.
Berdasarkan dari survei awal diatas, dapat diidentifikasi masalah sebanyak 8
sekitar 5-6 gelas ukuran sedang perhari), mereka juga mengatakan jarang
mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang merupakan makanan sebagai penyumbang cairan bagi tubuh setiap harinya. Sedangkan 5 (38%) dari 13 orang
mengatakan tidak tahu akan manfaat air minum bagi tubuh, tetapi asupan air minumnya cukup (sekitar 8 gelas ukuran sedang per hari), dan mereka juga sering mengkonsumsi air minum yang manis seperti teh dan minuman bersoda yaitu sekitar
4-5 kali per minggu. Sehubungan dengan hal itu, maka penulis melakukan penelitian tentang gambaran perilaku konsumsi air minum pada siswa/ siswi di SMA Negeri 3
Medan.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana perilaku konsumsi air minum pada siswa/ siswi SMA Negeri 3 Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui perilaku konsumsi air minum pada siswa/ siswi SMA Negeri 3 Medan Tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis air minum yang dikonsumsi oleh siswa/ siswi SMA Negeri
3 Medan Tahun 2015.
2. Mengetahui jumlah air minum yang dikonsumsi oleh siswa/siswi SMA Negeri 3 Medan Tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
minum siswa/ siswi SMA Negeri 3 Medan.
2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah supaya dapat mengontrol dan memberikan himbauan secara intensif kepada pengelola kantin sekolah
sebagai penyedia makanan dan minuman untuk lebih memperhatikan makanan dan minuman yang dijual untuk dibeli dan dikonsumsi siswa/ siswi SMA Negeri 3 Medan.
3. Memberikan masukan bagi pihak PUSKESMAS untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang konsumsi, khususnya konsumsi air minum