• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Lisan Cenggok-Cenggok Pada Upacara Adat Perkawinan Melayu Panai Labuhanbatu-Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tradisi Lisan Cenggok-Cenggok Pada Upacara Adat Perkawinan Melayu Panai Labuhanbatu-Sumatera Utara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tradisi lisan merupakan suatu kekayaan kultural masyarakat. Sebagai produk kultural, tradisi lisan memiliki berbagai hal menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya (Pudentia, 2008). Di dalamnya terdapat berbagai bentuk berupa cerita, mitos, dan dongeng, sampai kepada aspek kearifan lokal (local wisdom), sistem nilai, pengetahuan tradisional (local knowledge), sejarah, hukum, pengobatan, sistem kepercayaan, religi, hasil seni, dan upacara adat.

Sebagai produk budaya manusia yang hidup, tradisi dapat berubah dan berkembang, mengalami transformasi seiring dengan dinamika sosial masyarakat. Perubahan ini terjadi diakibatkan oleh beberapa hal di antaranya para penutur dan komunitas tradisi lisan semakin berkurang, proses pewarisan secara alamiah tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan perubahan kebudayaan berjalan dengan cepat. Dihadapkan pada kenyataan ini, satu-satunya yang penting dalam upaya menjaga tradisi lisan sebagai sumber pengetahuan pada masa sekarang dan masa yang akan datang, adalah mengubah sistem pewarisannya yaitu membuat perlindungan, preservasi, dan revitalisasi.

(2)

dan kebudayaan tergambar di dalam identitas atau ciri masyarakat tradisi tersebut. Termasuk di dalam kebudayaan Melayu.

Sikap hidup berbudaya Melayu digambarkan oleh bahasanya. Bahasa Melayu digunakan masyarakat sebagai pencerminan sikap hidup. Masyarakat Melayu secara solidaritas sosial menggunakan bahasa Melayu dalam pergaulan sosial dan sekaligus sebagai identitas mereka. Di sini terlihat hubungan timbal balik antara bahasa dan kebudayaan dalam berbagai bentuk kegiatan apakah dalam dimensi wujud maupun dimensi isi kebudayaan. Pada suatu pihak bahasa berfungsi sebagai sarana dalam pergaulan sosial dan pada pihak lain berfungsi sebagai pengungkap atau melambangkan sistem budaya yang tercermin dalam konsep budaya mereka yang terdapat dalam ungkapan Melayu Yang kurik kundi yang merah saga; Yang baik budi yang indah bahasa. Budaya Melayu merupakan kebudayaan logogenik, yang menggunakan bahasa sebagai komunikasi utama, termasuk dalam pertunjukan tradisi.1 Dari sudut pandang budaya, bahasa Melayu

1

(3)

terkait dan memiliki hubungan timbal balik dengan hampir keseluruhan unsur kebudayaan Melayu lainnya, bahasa merupakan perwujudan pengutaraan dan peran sebagai sarana ekspresi nilai-nilai sosial budaya, sikap maupun pandangan hidup.2

Tradisi Melayu dalam pergaulan sosial sangat mementingkan sikap sopan santun, pengendalian diri, dan tidak mau menyakiti orang lain.3 Demikian pula sikap masyarakat Melayu yang berada di kawasan budaya Panai Labuhanbatu, yang kaya akan tradisi lisan yang dimilikinya . Salah satunya adalah tradisi lisan cenggok-cenggok. Tradisi ini tumbuh dan berkembang pada masyarakat melayu

Panai yang ada di Labuhanbatu. Etnis melayu Panai sebagian besar mendiami daerah pesisir sungai Barumun, yakni daerah Labuhan Bilik yang saat ini merupakan salah satu kecamatan yang ada di Labuhanbatu. Labuhan Bilik merupakan tempat kelahiran tradisi lisan cenggok-cenggok. Secara historis di Labuhan Bilik pernah terdapat kerajaan melayu yakni kerajaan Bilah, yang berdiri

2

Di dalam kajian kebudayaan, pada dasarnya wujud budaya itu bisa berupa gagasan, aktivitas, dan benda-benda (artefak). Gagasan berkait erat dengan konsep yang melatarbelakangi budaya dan bentuknya lebih abstrak dibandingkan dengan aktivitas maupun artefak. Sementara aktivitas diwujudkan dalam bentuk sikap, perilaku, dan pergaulan sosial. Wujud aktivitas inilah yang dapat dilihat oleh orang lain. Sementara benda-benda yang dihasilkan oleh kebudayaan tertentu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas dan gagasan. Di dalam kebudayaan Melayu contoh gagasan kebudayaannya adalah adat bersedikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah. Contoh aktivitas kebudayaan adalah berpantun di dalam acara-acara adat, demikian pula upacara jamu laut, khitanan, mandi Syafar, perkawinan, kematian, upacara gebuk, dan lain-lainnya. Contoh artefak adalah rumah adat Melayu, perahu Melayu, ornamen Melayu, dan lain-lainnya.

3

(4)

pada tahun 1623 dengan raja pertamanya yaitu Sutan Tahir Indera Alam. Pada saat itu cenggok-cenggok merupakan tari hiburan untuk menjamu para tamu yang datang ke kerajaan Bilah. Tradisi lisan cenggok-cenggok merupakan salah satu jenis kesenian kerajaan yang kemudian berkembang di luar lingkungan kerajaan dan menjadi salah satu jenis kesenian rakyat sampai saat ini. Pertunjukan cenggok-cenggok pada perkembangannya disajikan pada acara-acara di lingkungan

pemerintahan, pesta pernikahan, syukuran, sunat rasul, dan akikah yang fungsinya tetap sebagai hiburan buat para tamu undangan dari si pemilik hajatan.

Cenggok-cenggok adalah sebuah judul lagu yang dilantunkan untuk

mengiringi tarian. Penamaan kata cenggok-cenggok tidak memiliki arti tapi hanya merupakan sebuah syair lagu penyambung lirik (Rishan, 2013).

(5)

dengan berbalas pantun dan yang terakhir adalah penampilan tarian cenggok-cenggok. Gerakan tarian ini merupakan perpaduan seni tari dan pencak

silat dengan pola lantai sederhana yang biasanya berbentuk segi empat dan garis lurus. Musik yang digunakan untuk mengiringi tarian yakni alat musik etnis melayu pada umumnya yang terdiri dari gendang pak pung, rebana, biola, san seruling. Tarian ini biasanya dilaksanakan pada malam hari dan dipentaskan di panggung atau pelataran rumah.

Tradisi lisan ini merupakan salah satu kebudayaan masyarakat Melayu Panai yang dulunya tersebar luas di dalam masyarakat pendukungnya di Labuhanbatu. Namun dalam perkembangannya saat ini tradisi lisan cenggok-cenggok ini sudah jarang ditampilkan, dan telah terjadi kemunduran

konsepsi pengetahuan tentang tradisi cenggok-cenggok yang dipakai secara lisan tersebut. Saat ini banyak generasi muda yang enggan mewarisinya dan bahkan kurang mengetahuinya lagi.

Sanggar-sanggar kesenian cenggok-cenggok yang dulunya banyak tersebar di beberapa wilayah Labuhan Batu tinggal beberapa yang masih ada. Hal ini dikarenakan masyarakat kurang berminat lagi untuk menampilkan pertunjukan ini saat upacara adat sejak 15 tahun terakhir ini, karena telah tergantikan seni modern , sehingga sanggar-sanggar kesenian yang ada tidak dapat mempertahankan keberadaannya . Dan juga kurang berminatnya generasi muda mewarisi tradisi lisan

(6)

karena tradisi cenggok-cenggok merupakan refleksi dan proyeksi dari kehidupan masyarakat pemiliknya.4

Pada penelitian ini, data tradisi lisan baik dalam bentuk pantun atau syair merupakan seperangkat ujaran yang telah melekat di mulut penutur Melayu Panai, di mana keindahan bahasa dan kebijakan mereka dalam bertutur kata dilandasi kesopan-santunan berbahasa yang merupakan ciri-ciri yang transparan. Pada upacara adat, mereka mengungkapkan secara lisan pesan-pesan moralisme bersasaran keteladanan dan pengajaran.

Tradisi lisan pada upacara adat perkawinan Melayu Panai merupakan salah satu dari warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage) bagi masyarakat Melayu yang kaya makna dan nilai tersebut tentunya perlu dikembangkan dan direvitalisasi ditengah realitas pada masyarakat di mana para penutur dan komunitas tradisi lisan yang semakin berkurang. Tradisi lisan sebagai kekuatan kultural merupakan sumber pembentukan peradaban dalam berbagai aspek kehidupan, sebagai tradisi lisan baik yang berupa pantun, peribahasa, tamsil, pameo, ibarat dan ungkapan mengandung berbagai hal yang menyangkut

4

(7)

hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya. Karena, tradisi lisan merupakan ingatan kolektif masyarakat pemiliknya, tentang kebudayaannya, sistem religinya, dan lain sebaginya. Seperti kearifan lokal (local wisdom), sistem nilai, pengetahuan tradisional (local knowledge), sejarah, hukum adat, pengobatan, sistem kepercayaan dan religi. Tradisi lisan dapat dilihat sebagai suatu bentuk kebudayaan yang diciptakan kembali (invented culture) untuk dimanfaatkan, dikembangkan dan direvitalisasi atau sebagai suatu bentuk kebudayaan yang karena suatu alasan tertentu perlu dijaga dari kepunahannya.

Tradisi lisan masyarakat Melayu Labuhanbatu yang turut menyertai pertunjukan cenggok-cenggok saat ini antara lain bordah5, sinandong6, tari inai7, tari pilandok,8 di mana biasanya digelar pada acara penyambutan tamu, acara perkawinan, akikah, dan sunatan, yang lebih dari 15 tahun terakhir ini sudah sangat jarang sekali ditemukan di dalam komunitas masyarakat Labuhanbatu Sumatera Utara.

Keadaan ini tentunya harus mendapat perhatian karena pertunjukan tradisi lisan ini menggambarkan kearifan lokal melalui seni budaya lisan yang

5

Zikir Bordah merupakan ritual keagamaan dengan membacakan zikir Al-Barzanji yang kemudian dipadukan dengan seni berupa alat musik.

6

(8)

melibatkan upacara-upacara istiadat.9 Di mana kegiatan pertunjukan tradisi lisan menggambarkan nilai-nilai positif didalam membina hubungan kebersamaan dalam sebuah masyarakat, kegotong-royongan dalam membantu, dan menyenangkan warga masyarakat yang mempunyai hajatan. Pantun disampaikan secara interaksional saat acara berbalas pantun di mana isi pantun tersebut mengandung nilai-nilai sikap dan pembinaan hidup yang berisi petuah dan nasehat sebagai media pengajaran dan pendidikan. Penyampaian tradisi lisan yang mengandung nilai

–nilai filosofis dengan kemasan kesenian yang riang dan bahasa yang halus tentu

lebih mengena bagi generasi muda dan diperlukan adanya upaya untuk terus dilestarikan, karena sangat disayangkan apabila tradisi lisan ini akhirnya tidak dikenal lagi oleh kaum muda Melayu Panai.

Selanjutnya, perlu diupayakan pelestarian tradisi lisan cenggok-cenggok yang apabila benar-benar punah akan semakin terlihat nilai-nilai luhur yang meredup dan kehilangan makna. Tradisi ini masih dilakukan tapi dalam pertunjukannya sudah tidak lengkap lagi ditampilkan, tergantung dari orang yang mempunyai hajatan. Saat ini jarang tari inai, tari pilandok, dan tarian

9

(9)

cenggok-cenggok ditampilkan utuh secara keseluruhannya . Kenyataannya,

pertunjukan tradisi lisan cenggok- cenggok di Labuhanbatu khususnya di Labuhan Bilik pada masa sekarang ini dalam penyajiannya terdapat adanya modifikasi baik penambahan maupun pengurangan pada bentuk pementasannya, Untuk dapat bertahan tradisi ini mengadopsi kesenian musik modern, dengan menghadirkan organ tunggal dan pelantang suara (sound system). Pada pementasan tradisi lisan cenggok-cenggok juga dikombinasikan dengan seni pertunjukan lain yang khas di Labuhanbatu seperti bordah, dan tari endeng-endeng10, bahkan lagu-lagu dangdut populer. Hal ini dikarenakan lebih sesuai dengan selera dan minat masyarakat, disamping alasan efisiensi waktu dan biaya. Saat ini masyarakat Labuhanbatu sangat jarang menampilkan hiburan tradisi lisan cenggok-cenggok saat upacara-upacara adat, salah satu dikarenakan pemainnya

juga sangat minim dan hanya tinggal segelintir dikarenakan kemajuan teknologi dan informasi serta proses regenerasi yang belum maksimal.

Dengan adanya kenyataan tersebut di atas, diperlukan berbagai upaya untuk menyelamatkan tradisi lisan cenggok-cenggok yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Melayu Panai karena apabila tradisi lisan ini punah patut

10

Tari endeng-endeng merupan tari tradisi yang berasal dari daerah Tapanuli Selatan yang cukup dikenal di daerah Labuhanbatu . Endeng ni endeng amang, situkkoni dondong…Aha ma dikonang,

(10)

disesalkan karena tradisi lisan mempunyai berbagai nilai yang bermanfaat, oleh karena itu perlu adanya upaya pelestarian tradisi lisan.11

Melalui tradisi lisan pengungkapan aspek budaya yang tidak ternilai harganya dapat dilakukan. Tradisi lisan berisi nilai auntentik12 yang memberikan identifikasi masyarakatnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bascom (1955), bahwa penelitian tradisi lisan banyak dilakukan terutama melalui pendekatan historiografi 13 guna memahami kebudayaan suku-suku bangsa di dunia. Hakikatnya tradisi lisan memiliki kaitan dengan kehidupan manusia. Dalam upaya pewarisan pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) seperti yang tertera dalam Buku Pedoman Kajian Tradisi Lisan Dikti (2009:2) mengemukakan pentingnya melakukan pengembangan penelitian tradisi lisan melalui perguruan tinggi sesuai dengan pernyataan berikut.

“Perguruan tinggi mempunyai peran penting menyiapkan program konkret mengubah media pewarisan tradisi lisan tanpa meninggalkan hakikat tradisi lisan itu sendiri, yang tidak dapat dipisahkan dalam komunitasnya. Dalam kaitan ini penting juga memperhatikan upaya pengembangan potensi, penyusunan langkah-langkah perlindungan termasuk perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), pengembangan dan pemanfaatan tradisi lisan sebagai kekuatan kultural yang kreatif”.

11

Nilai yang dimaksud adalah (1) kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai sarana pendidikan (Sobary, 1999:5-12), (2) nilai estetik, agama, nilai sosial (Teeuw, 1984:304), dan (3) nilai seni yang bercirikan individual, lokal, dan universal (Foley, 1986).

12

autentik berkenaan dengan kebenaran atau hal-hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan masyarakat.

13

(11)

Upaya pemerintah melalui Dirjen Pendidikan Tinggi ini tentunya perlu mendapat perhatian pemerintah daerah Sumatera Utara khususnya pemerintah daerah Labuhanbatu agar melestarikan tradisi lisan cenggok-cenggok. Penelitian tradisi bertujuan untuk melakukan revitalisasi agar generasi muda Melayu Labuhanbatu mengenal, ikut melestarikan, dan mencintai kekayaan budaya lokal mereka karena tradisi lisan merupakan milik bersama.

Menurut Takari, dkk. (2015:10) dalam kebudayaan Melayu upacara adat dilakukan dalam suasana tradisi lisan di mana upacara adat itu berlangsung melalui kelisanan atau bentuk-bentuk verbal.14 Dalam budaya masyarakat Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara, khususnya pada upacara perkawinan pada bagian-bagian upacara dan waktu tertentu, dimeriahkan dengan jenis seni pertunjukan untuk melengkapi rangkaian upacara antara lain seni bela diri silat, tarian, ronggeng, marhaban, dan lain sebagainya

Kajian tradisi lisan selama ini, lebih banyak menelaah masalah fungsi dan struktur.15 Penelaahan tradisi lisan dari aspek pementasan atau performansi

14

Dalam tradisi lisan ini, enkulturasi budaya dalam wawasan keilmuannya dan aspek-aspek lainnya ditumpukan pada kemampuan menyerap, mengingat, menerapkan dan mengembangkannya. Kenyataannya enkulturasi secara lisan ini menyebabkan sangat beragamnya adat perkawinan Melayu baik ditinjau dari sisi wilayah maupun budaya, kemampuan tokoh-tokoh adat dalam menerjemahkan konsep budaya dalam wawasan keilmuannya dan aspek-aspek lainnya. Demikian pula keberadaan juru telangkai (dari pihak keluarga laki-laki maupun perempuan calon mempelai), memiliki variasi kata-kata, kalimat, pantun, pepatah, yang sangat variatif.

15

(12)

hampir dilupakan dan ini akan berdampak pada hilangnya berbagai pengetahuan lokal yang ada dalam proses pementasan itu sendiri. Sebagaimana, yang dikatakan oleh Fine (1984:58) bahwa penelitian tradisi lisan seharusnya diarahkan kepada pementasan atau performansi tradisi lisan, karena dalam performansi tersebut

sekurang-kurangnya menyajikan proses komunikasi sosial antara pelantun dengan pendengar yang memiliki banyak karakteristik sesuai dengan kondisi masyarakatnya.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, diperlukan upaya-upaya guna menyelamatkan tradisi cenggok-cenggok yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Melayu Panai. Karena dikhawatirkan hilangnya tradisi lisan cenggok-cenggok merupakan hilangnya rumah-rumah kecil kebudayaan yang ada

dalam masyarakat Melayu Panai, hal ini dikarenakan cenggok-cenggok merupakan ruang ingatan kolektif masyarakat Melayu Panai tentang kebudayaan mereka, sejarah, sistem religi, kekerabatan, sistem norma, dan berbagai ingatan mereka tentang tata cara kehidupan.

Telah banyak tulisan mengenai tradisi lisan masyarakat Melayu tetapi belum ada penelitian yang mengkaji tradisi lisan cenggok-cenggok pada masyarakat Melayu Panai melalui aspek kelisanan terutama performansinya. Penelitian ini merupakan bentuk kepedulian terhadap tradisi lisan cenggok-cenggok sehingga melalui kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

(13)

penyelamatan tradisi lisan cenggok-cenggok dan kebudayaan Melayu pada umumnya. Penelitian ini menggunakan kajian tradisi lisan dengan pendekatan etnografi. Ada beberapa hal penting yang diuraikan dalam latar belakang ini yang mendasari masalah dalam kajian ini, yakni : (1) tradisi lisan masyarakat Melayu Panai, (2) teori tradisi lisan, (3) etnografi, kearifan lokal, dan (5) revitalisasi. 1.2 Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan pengamatan terhadap bahan penelitian ini dapat diidentifikasi enam masalah. Lima masalah yang diidentifikasi dalam tradisi lisan ini adalah sebagai berikut:

1) Tradisi lisan cenggok-cenggok sebagai representasi budaya masyarakat kehilangan identitasnya bahkan para pendukung tradisi budaya lokal ini sudah langka ditemukan akibat modernisasi dalam perkembangan seni budaya yang berubah seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini. 2) Akibat perubahan dalam menghadirkan acara hiburan yang

mengutamakan modernisasi dalam pelaksanaannya sesuai dengan pola pikir masyarakat untuk mengutamakan kepraktisan dan kemudahan dalam pengelolaan ruang dan waktu yang semakin meninggalkan tradisi lokal masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.

(14)

seniman-seniman tradisi lisan dalam kehidupan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.

4) Upaya yang berkaitan dengan pengembangan potensi, penyusunan langkah-langkah perlindungan termasuk perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), pengembangan dan pemanfaatan tradisi lisan sebagai kekuatan kultural yang kreatif yang masih mengalami hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya.

5) Belum adanya penelitian tradisi lisan masyarakat Melayu Panai sebagai kajian empiris yang mendalam dengan menggunakan analisis kajian tradisi lisan yang diarahkan pada performansi tradisi lisan, dan kajian etnografi dalam konteks ilmu budaya.

1.3 Batasan Masalah

Semua masalah yang terdapat dalam penelitian ini dideskripsikan, dianalis, dan direpresentasikan dengan realitas budaya pada masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu saat ini. Selanjutnya masalah ini kemudian dikaitkan dengan kenyataan sejarah dan kondisi masa kini yang terdapat pada tradisi lisan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.

Berkaitan dengan adanya realitas budaya lokal dan historis dalam tradisi cenggok-cenggok yang dijadikan sumber data, penelitian ini diidentifikasi, dan

(15)

diketahui dan bagaimana upaya revitalisasi kepada generasi muda demi keberlangsungan tradisi ini dapat diungkap.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas banyak permasalahan yang dapat dikaji dalam tradisi lisan masyarakat Melayu, maka penelitian ini hanya dibatasi dalam ruang lingkup tradisi lisan cenggok-cenggok pada masyarakat Melayu Labuhanbatu Sumatera Utara. Penulis mencoba merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah performansi tradisi lisan cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu?

2. Bagaimanakah bentuk teks, koteks, dan konteks tradisi lisan cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

Labuhanbatu?

3. Nilai-nilai kearifan lokal apakah yang terdapat pada tradisi lisan cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

Labuhanbatu ?

(16)

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum

Sesuai dengan masalah yang diteliti, secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tentang kekhasan budaya daerah di Indonesia dalam upaya memperkaya khazanah budaya nasional. Selain itu, secara umum penelitian ini juga bertujuan untuk memahami keberagaman budaya etnik dan sub-etnik nusantara, sebagai upaya untuk menyelamatkan dan mengembangkan tradisi lisan upacara adat perkawinan Melayu Panai. Mengetahui kondisi dan tantangan perkembangannya, baik yang berhubungan dengan sikap generasi mudanya maupun dari luar dalam kerangka kebudayaan di Indonesia. Hal ini disebabkan tradisi lisan upacara adat perkawinan Melayu Panai merupakan ingatan kolektif masyarakat pendukungnya yang sekaligus kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya.

1.5.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana performansi dalam tradisi lisan cenggok-cenggok upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

Labuhanbatu.

2. Menjelaskan bentuk teks, ko-teks, dan konteks tradisi lisan cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai

(17)

3. Untuk memahami nilai-nilai kearifan yang terdapat dalam tradisi lisan cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.

4. Untuk menemukan model revitalisasi tradisi lisan cenggok-cenggok pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.

1.6 Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang sekaligus akan diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.6.1 Manfaat teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat :

1) Mengembangkan analisis penelitian bidang tradisi lisan melalui tradisi lisan pada upacara adat perkawinan Melayu Panai Labuhanbatu dan diharapkan menjadi referensi dalam penelitian lanjutan.

2) Mengembangankan dan memberdayakan kearifan lokal sebagai kekuatan kultural dalam konteks tradisi lisan masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu. 3) Menumbuhkan minat dan apresiasi terhadap permasalahan budaya secara

kajian tradisi lisan khusus tradisi lisan yang terdapat pada masyarakat Melayu Panai Labuhanbatu.

(18)

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat dicapai dari hasil penelitian ini antara lain, adalah: 1) Sebagai salah satu sumber rujukan bagi pemerintah kabupaten Labuhanbatu dalam menyusun materi mata pelajaran muatan lokal dan pendidikan karakter bangsa berbasis kearifan budaya lokal etnik Melayu Panai untuk diajarkan pada jenjang pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah yang ada di wilayah Labuhanbatu dalam upaya merancang pembangunan masyarakat berbasis budaya lokal.

2) Sebagai informasi yang lebih mendalam dan bermanfaat dalam mengembangkan tradisi lisan dalam budaya Melayu Panai. Bentuk tradisi lisan dapat mengurai dan mensarikan bentuk , makna , fungsi dan nilai yang terdapat dalam tradisi lisan upacara adat perkawinan Melayu Panai yang berhubungan dengan kearifan lokal sebagai bagian dari tradisi yang akan direvitalisasi, guna membangun paradigma bagi masyarakat agar memahami tradisi lisan sebagai suatu kekuatan untuk mewujudkan kegiatan sosial budaya dalam suatu komunitas.

(19)

4) Sebagai sumber rujukan bagi peneliti lain yang ingin merancang model revitalisasi tradisi lisan masyarakat Melayu Panai yang mensinergikan nilai lama dan nilai baru agar dapat berterima bagi masyarakat etnik Melayu Panai baik dari kalangan generasi tua maupun generasi muda.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengkaji tradisi lisan yang dipakai pada upacara perkawinan adat di Tapanuli Selatan, ada tiga permasalahan yang diungkapkan dalam penelitian ini, pertama,

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahwa tradisi berbalas pantun selalu digunakan pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Kecamatan Meral

Tradisi ini juga adalah hasil dari kesepakatan yang tidak tertulis itu sebenarnya sudah ada pada surat tumbaga holing (di dalam jiwa masyarakat adat) dalam menjalani

Objek yang diteliti adalah tradisi lisan marosong-osong adat Angkola, dengan pendekatan tradisi lisan akan diperoleh nilai-nilai tuturan marosong-osong dalam

berdrama, dan lomba seni. Pementasan tradisi marosong-osong dalam upacara adat perkawinan yang dikemas dalam bentuk hiburan pertunjukan, telah dilakukan oleh

Tema-tema Psikologis dalam tradisi Marosong-osong pada pasangan pernikahan pemula dalam masyarakat perantau Tapanuli Selatan di Pekanbaru.. Yogyakarta: Program Studi

Gelas yang berisikan nasi putih atau kuning dalam tradisi nasi hadap- hadapan pada upacara adat Perkawinan Melayu Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara

2 Manfaat Praktis: a bagi siswa dapat digunakan dalam pembelajaran sastra bermuatan kearifan lokal, sehingga menambah wawasan siswa untuk memahami tradisi lisan yang terdapat di