• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI Aspek Teknis Per Sektor - DOCRPIJM 8620701e76 BAB VIBAB VI RPIJM Moker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI Aspek Teknis Per Sektor - DOCRPIJM 8620701e76 BAB VIBAB VI RPIJM Moker"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

BAB VI

Aspek Teknis Per Sektor

Pada bab 6 (enam) tentang aspek teknis per sektor di Kota Mojokerto akan menjelaskan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup 4 (empat) sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

(2)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :

a. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

b. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

c. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah. d. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut :

A. Tugas

1. Pemerintah Pusat

(3)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional. 2. Pemerintah Provinsi

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

(4)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

(5)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

(6)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Lingkup Kegiatan

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah :

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan ;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana ;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial ;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman ;

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Penanganan Prasarana dan Sarana bidang keciptakaryaan di Kota Mojokerto dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto. Adapun tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto seperti berikut :

(7)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Fungsi :

• Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum ;

• Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum ;

• Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum ; dan

• Pelaksanaan tugas dinas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini antara lain :

Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim ;

Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan ;

Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI ;

Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan ;

Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin ;

Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh ;

Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun ; Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman ;

Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

(8)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Tabel 6.1. Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Mojokerto

No Sektor/Kawasan Isu Strategis Pengembangan Lokasi

Pengembangan

1. Permukiman Pengembangan perumahan Perumnas Surodinawan, Perumnas Pulorejo

Pengembangan kualitas permukiman Kelurahan Miji, Kelurahan Prajurit Kulon, dan Kelurahan Blooto

Sumber : RTRW Kota Mojokerto 2012 - 2032

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian Kota Mojokerto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni, terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di Kota Mojokerto (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota, maupun peraturan lainnya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Tabel 6.2. Peraturan terkait Pengembangan Permukiman di Kota Mojokerto

No Jenis Peraturan Keterangan

Peraturan No. Peraturan Perihal Tahun

1. Undang-undang

Nomor 26 Penataan Ruang 2007

3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Kawasan Siap

(9)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

No Jenis Peraturan Keterangan

Peraturan No. Peraturan Perihal Tahun

Dan Utilitas (PSU)

188.45/329/417.111/2013 Tim Teknis Kegiatan Koordinasi

Sebagai salah satu elemen yang mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kota, maka perkembangan perumahan dan permukiman menjadi salah satu indikatornya. Secara keseluruhan jumlah rumah yang ada di Kota Mojokerto berjumlah ± 32.567 unit. Dari jumlah tersebut rumah yang terbanyak di Kecamatan Magersari sejumlah 16.902 unit, dengan distribusi tertinggi berada di Kelurahan Wates sebanyak 4.556 unit. Untuk Kecamatan Prajurit Kulon jumlah rumahnya adalah sebanyak 15.665, dengan distribusi terbanyak jumlah rumah ada di Kelurahan Kranggan sebanyak 4.311 unit. Lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.3. Jumlah Rumah Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto

No Kecamatan / Kelurahan Jumlah Rumah (unit)

1 Kecamatan Prajurit Kulon

(10)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

No Kecamatan / Kelurahan Jumlah Rumah (unit)

Kedundung 3.261

Balongsari 1.667

Jagalan 892

Sentanan 681

Purwotengah 492

Gedongan 508

Magersari 1.426

Wates 4.556

Sub Total 16.902

Total 32.567

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

Sedangkan untuk tipe atau pola permukiman yang terdapat di Kota Mojokerto adalah berupa Permukiman Informal. Permukiman informal adalah permukiman yang menempati tanah legal milik pemerintah yang dibangun atas hasil swadaya warga kota atau biasa disebut permukiman kampung (perumahan lama) yang merupakan permukiman yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pengertian permukiman informal lainnya adalah perumahan yang dibangun tidak pada lahan yang diperuntukkan untuk membangun perumahan atau tidak mendapatkan izin pemilikan tanah dari pemerintah contohnya adalah huniar liar yang berada di stren sungai maupun disepanjang rel kereta api yang merupakan lahan milik PT. KAI. Kondisi permukiman informal dan marginal tersebut akan cenderung kumuh. Berdasarkan atas Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan (Dirjen Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah), suatu kawasan dapat dikatakan kumuh jika aspek - aspek lingkungan permukiman secara jelas menunjuk kepada keadaan tidak layak, kondisi kesehatan tidak memenuhi syarat, secara fisik bangunan kurang nyaman dan tidak aman, kepadatan bangunan tinggi, rawan terjangkit berbagai penyakit, tingkat pelayanan prasarana dan sarana lingkungan tidak memadai, serta membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuni.

Permukiman formal adalah permukiman yang diberi izin oleh pemerintah dalam skala luas dan biasanya dibangun oleh developer swasta ataupun pemerintah yang bekerjasama dengan developer untuk membantu warga kota dalam mendapatkan rumah. Permukiman formal ini juga dapat disebut sebagai perumahan massal meliputi perumahan yang biasanya berbentuk real estate atau kompleks yang dikembangkan oleh pengembang secara komersial.

(11)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Wates, Perumahan Magersari Indah di Kelurahan Magersari, Griya Permata Meri (GPM) di Kelurahan Meri, Perumahan Kedundung Indah di Kelurahan Kedundung, Perum Kranggan Permai di Kelurahan Kranggan. Kemudian mengenai jumlah rumah sederhana sehat (RSH) di Kota Mojokerto dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 6.4. Data Jumlah Rumah Sederhana Sehat (RSH) Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto

No Kecamatan / Kelurahan Jumlah Rumah Sehat Jumlah Rumah Tidak Sehat 1 Kecamatan Prajurit Kulon

Surodinawan 1.757 0

Kranggan 4.311 0

Miji 1.460 296

Prajurit Kulon 1.843 0

Blooto 1.620 0

Mentikan 1.512 320

Kauman 559 185

Pulorejo 1.363 439

Sub Total 14.425 1.240

2 Kecamatan Magersari

Meri 1.985 33

Gunung Gedangan 1.355 46

Kedundung 3.052 209

Balongsari 1.577 90

Jagalan 626 266

Sentanan 561 120

Purwotengah 219 273

Gedongan 324 184

Magersari 1.426 0

Wates 2.997 1.559

Sub Total 14.122 2.780

Total 28.547 4.020

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto 2012

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan yang terkait dengan perkembangan perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto antara lain :

Pesatnya perkembangan permukiman oleh developer semakin mengurangi luasan lahan pertanian khususnya sawah teknis.

Berkembangnya pembangunan rumah pada kawasan sempadan/Squater.

(12)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Kecamatan Prajurit Kulon

Kecamatan Prajurit Kulon mempunyai luas sebesar 775,8 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 7.838 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Mentikan sebesar 39.621 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada di Kelurahan Blooto sebesar 3.267 jiwa/km², kesenjangan ini jika dibiarkan maka dapat berdampak pada rawan akan menurunnya kondisi lingkungan di kelurahan yang memiliki kepadatan hunian tinggi. Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon lebih banyak menunjukkan permasalahan kualitas, terutama dalam hal permasalahan kualitas fisik. Prosentase cakupan rumah layak huni pada Kecamatan Prajurit Kulon adalah 95,5% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4,5%. Sehingga dalam upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh. Permasalahan lain yang terkait perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon adalah permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta api.

Dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penertiban sedini mungkin di kawasan tersebut agar jangan sampai proses ini menjadi semakin komplek.

Kecamatan Magersari

Kecamatan Magersari merupakan kecamatan yang paling luas yaitu sebesar 870,3 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 8.437 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Jagalan sebesar 20.881 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada di Kelurahan Gunung Gedangan sebesar 3.952 jiwa/km². Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di Kecamatan Magersari terdiri dari permasalahan kualitas fisik, permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta api.

Prosentase cakupan rumah layak huni di Kecamatan Magersari adalah 96% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4%. Sehingga dalam upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh. Melihat kondisi permukiman yang ada di Kecamatan Magersari maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan penanganan permukiman kumuh yang ada.

(13)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Mojokerto ;

Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingkat golongan masyarakat di Kota Mojokerto ;

Menyediakan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang serasi dan berkelanjutan ; serta

Mengelola pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan efisien di Kota Mojokerto.

6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisa kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisa kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap kecamatan memiliki permasalahan yang terkait dengan perumahan dan permukiman. Permasalahan tersebut ada yang bersifat fisik dan non fisik. Permasalahan yang bersifat fisik misalnya kondisi bangunan rumah yang tidak permanen, kondisi lantai bangunan rumah yang masih tanah, fasilitas MCK keluarga yang minim sementara hunian berdekatan dengan saluran air sehingga digunakan sebagai alternatif MCK, lingkungan kumuh, dan sebagainya. Sementara permasalahan non fisik adalah adanya keluarga-keluarga yang secara ekonomi kurang mampu, sehingga hunian yang dimilikinya relatif kurang layak untuk ditempati.

Dalam menyikapi permasalahan yang beragam terkait pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto ada beberapa latar belakang pemikiran yang menjadi paradigma dalam konsep nantinya, yaitu :

1. Penanganan permasalahan diupayakan untuk dilakukan secara komprehensif atau menyeluruh. Misalnya dalam program perbaikan kampung kumuh tidak hanya bangunan saja yang mendapat program tetapi lingkungan sekitarnya juga perlu mendapatkan program ;

2. Pemberdayaan masyarakat setempat dalam setiap program bantuan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan perawatan ;

3. Bantuan diupayakan dalam bentuk prgram kegiatan yang pelaksanaannya mengikut sertakan masyarakat lokal, tetapi jika hal tersebut masih terlalu komplek dan mengalami banyak kendala dapat diubah dalam bentuk bantuan non tunai ; 4. Perlu diupayakan menjajaki program kemitraan dengan pihak swasta yang memiliki

(14)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

5. Untuk semakin dapat memberikan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman terutama di kawasan yang padat penduduknya, perlu dirintis konsep pembangunan rumah susun dengan pendekatan peremajaan kota. Program penyediaan rumah susun tersebut dapat diintegrasikan dengan Program Perbaikan Kampung (Kampung Improvement Program/KIP), sehingga tidak hanya diperoleh permukiman yang layak huni tapi juga lingkungan pendukung yang baik. Adapun elemen yang ditata dari konsep penyediaan perumahan dan permukiman dengan pola ini adalah perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan, perbaikan saluran air hujan, saluran air limbah, sarana mandi cuci kakus (MCK), pengadaan air bersih, serta penanganan persampahan ;

6. Bagi kawasan yang masih memiliki lahan relatif luas maka dapat dikembangkan konsep kapling siap bangun untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Kemudian konsep Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang dilaksanakan dengan subsidi pemerintah, usaha koperasi dalam pengadaan rumah, dan kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat ;

7. Pada kawasan yang dinilai merupakan kawasan cepat tumbuh maka diperlukan konsep penataan kawasan terintegrasi dalam bentuk RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) diperdetail sehingga dihasilkan desain tapak sebagai panduan perwujudan fisik bangunan dan lingkungan serta panduan bagi pengendalian pelaksanaan. RTBL juga memuat rencana keserasian antar bangunan dan estetika lingkungan, di samping rencana fisik bangunan ;

8. Sebagai kegiatan turunan dari setiap pengembangan perumahan dan permukiman, perlu dikembangkan konsep progran penyehatan lingkungan perumahan dan permukiman yang meliputi pengelolaan persampahan, pengelolaan dainase dan pengelolaan air limbah yaitu :

a) Di dalam pengelolaan persampahan antara lain dikembangkan sistm modul dalam pelayanan dan pengelolaan sampah. Pengumpulan sampah dari rumah tangga sampai dengan tempat pembuangan sementara dilakukan oleh RT/ RW setempat atau dengan cara pemilahan sampah, sedangkan pengangkutan sampah selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA) dilakukan oleh Pemerintah Daerah/Perusahaan Daerah.

(15)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

merahabilitasi dan menyempurnakan jaringan saluran drainase perkotaan, termasuk pompa dan bangunan drainase lainnya.

c) Dalam pengelolaan air limbah dikembangkan konsep pelayanan dan pengelolaan dengan cara sanitasi setempat menggunakan teknologi murah dan tepat guna. Konsep pelayanan menggunakan jamban keluarga, MCK dan sebagainya diterapkan pada kawasan berkepadatan rendah dan memiliki muka air tanah rendah. Dalam hal penanganan dengan cara sanitasi setempat sudah tidak memadai, mulai dikembangkan sistem pengelolaan terpusat dengan menggunakan perpipaan, terutama pada kawasan berkepadatan tinggi.

d) Penyediaan dan pengelolaan air bersih konsepnya ditekankan pada peningkatan kapasitas produksi serta penambahan jumlah sambungan rumah. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, khususnya untuk meluaskan pelayanan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, terpencil dan sulit air. Salah satu konsep yang dapat dikembangkan adalah dengan pembangunan kran umum dan terminal air yang dilanjutkan pemasangan sambungan ke rumah-rumah sesuai perkembangan kemampuan masyarakat.

6.1.4. Program-program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :

1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa, serta

2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil ; 2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE) ; 3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

(16)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Sumber : Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 6.1. Alur Program Pengembangan Permukiman

Untuk Kota Mojokerto program yang akan diterapkan dalam sektor pengembangan permukiman antara lain :

1. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perumahan dan

Permukiman

Program ini bertujuan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman dan terjangkau. Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :

a) Pembangunan rumah secara efektif : rumah susun, rumah mewah dan menengah, RSS dan RSH serta kasiba/lisiba ;

b) Pembangunan rumah swadaya ;

c) Pembuatan regulasi yang memuat tata cara mendirikan bangunan di pusat kota ; dan

(17)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

2. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang berkemampuan mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan. Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :

a) Peningkatan kualitas lingkungan secara umum pada kawasan kumuh perkotaan, serta daerah genangan ;

b) Fasilitasi dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh dan perkotaan ;

c) Fasilitasi dan pemberian stimulan pembangunan perumahan swadaya yang berbasis pemberdayaan rakyat ;

d) Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perumahan ; dan e) Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan tanggap bencana. 3. Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan permukiman sesuai dengan standar paradigma sehat. Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :

a) Peningkatan pengelolaan limbah padat, cair dan udara ; b) Peningkatan pengelolaan sanitasi lingkungan ;

c) Pemantapan manajemen perkotaan ;

d) Peningkatan sarana dan prasarana TPA ; dan e) Optimalisasi dan penyediaan sarana 3R.

4. Program Pengelolaan Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kebersihan, kesehatan dan kerapian lingkungan permukiman dan perkotaan serta pemakaman menuju terwujudnya lingkungan Kota Mojokerto yang BERSERI.

6.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

(18)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

rincian dan kegiatan program perumahan dan permukiman dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.5. Rincian dan Kegiatan Program Perumahan dan Permukiman

Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana Instansi

Pengembangan,

(19)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain : 1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

(20)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)

(21)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara ;

b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan ;

c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan ;

d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial ;

e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan ; dan

f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

(22)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

Gambar 6.2. Lingkup Tugas PBL

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ; • Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ;

• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan ;

• Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan ;

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung ; • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur ; • Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan ;

(23)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

• Paket dan replikasi.

6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

a. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Isu strategis untuk penataan bangunan dan lingkungan (PBL) Kota Mojokerto dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Penataan Lingkungan Permukiman

Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ;

PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ;

Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan ;

Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal ;

Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal ;

Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan) ;

Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di Kota Mojokerto ;

Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan ;

Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara ;

Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

(24)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

b. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan

Tata letak perkotaan Kota Mojokerto sesuai dengan RTRW Kota Mojokerto, dimana pusat kota berada di Kantor Walikota Mojokerto yang disekitarnya terdapat fasilitas-fasilitas perkantoran Pemerintah Daerah dan fasilitas umum peribadatan, pendidikan serta fasilitas umum kesehatan. Namun demikian, pada bangunan-bangunan tersebut sebagian telah ada yang direnovasi, sehingga bentuk peninggalan jaman dahulu telah tertutup oleh bangunan modern.

Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, bangunan perumahan-perumahan penduduk masih ada yang menggunakan bangunan lama. Hal tersebut dapat dilihat di Jalan Gajah Mada maupun di sekitar alun-alun. Ciri khas bangunan lama masih terlihat dengan jelas. Di wilayah perkotaan dominasi bangunan modern sangat jelas terlihat. Bangunan-bangunan pertokoan dengan segala fasilitasnya berdiri disekitar jalan utama kota dan sekitar pusat kota, sehingga mengurangi estetika dari bangunan kuno. Saat ini konservasi bangunan kuno belum diterapkan di Kota Mojokerto, sehingga apabila bangunan tersebut tidak dipelihara, akan hilang peninggalan-peninggalan tersebut.

Bangunan-bangunan di wilayah Kota Mojokerto secara umum saat ini diarahkan kepada penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan yaitu perdagangan dan jasa, industri, permukiman, perkantoran, pertanian, pariwisata, kesehatan dan pendidikan.

1) Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan, dan Kenyamanan

Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kota di wilayah Kota Mojokerto disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran dan banjir, maka disyaratkan bangunan-bangunan tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.

2) Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran

(25)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, perkantoran, pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak/tidak berfungsi. Keberadaan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran, dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

3) Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan

Beberapa daerah kawasan di Kota Mojokerto memang telah memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat penegakan aturan tata bangunan dan lingkungan tersebut dikarenakan RTBL yang ada belum disahkan yang berarti belum memiliki landasan hukum untuk ditegakkan. Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi lahan/ kawasan. Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik.

4) Kondisi Sumber Mata Air

Parameter kunci untuk estimasi atau prediksi kuantitas dari sumber air adalah debit dan kecepatan arus yang dihasilkan overflownya. Arus dan debit adalah parameter fisika air yang dapat dijadikan pembeda beberapa ekosistem perairan tawar. Secara kasat mata adalah pembeda untuk ekosistem perairan air tawar menggenang (kolam, waduk, dan sumber air) atau mengalir (sungai dan saluran air). Selain itu, sebagai pelengkap kedua parameter fisika ini juga dapat mempengaruhi kualitas fisik kimia dari sumber air.

(26)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

hidraulik 2 cm/10 meter atau 0,2% maka kapasitas aliran yang diperoleh sekitar 87 liter/detik sedangkan untuk garis hidraulik 0,5% dengan aliran penuh diperoleh aliran sebesar 137 liter/detik. Untuk 2 saluran diameter 20” dalam keadaan bersih tanpa endapan maka kapasitas yang dihasilkan mencapai 270 liter/detik. Kemudian untuk kebutuhan air rata-rata harian untuk memenuhi target sebesar 60% penduduk di area pelayanan diperkirakan sebesar 179,8 liter/detik dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan mengantisipasi fluktuasi pemakaian air oleh masyarakat, maka kapasitas sistem distribusi harus diperhitungkan terhadap debit jam puncak yang besarnya 323,62 liter/detik dan kapasitas terpasang IPA dan transmisi sebesar 217,75 liter/detik.

5) Kondisi Ruang Terbuka Hijau

Untuk memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Mojokerto, perlu dilakukan inventarisasi dan alokasi terhadap lahan-lahan yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.

Data kondisi eksisting terkait dengan Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK Walikota Mojokerto, Peraturan Gubernur/Walikota Mojokerto, yang terkait sektor PBL. Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel dibawah ini.

Tabel 6.6. Peraturan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Mojokerto

No Jenis Peraturan Keterangan

Peraturan No. Peraturan Perihal Tahun

1. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 23 Lingkungan Hidup 1997

2. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 28 Bangunan Gedung 2002 3. Undang-undang

Nomor 26 Penataan Ruang 2007

5. Undang-undang

(27)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

No Jenis Peraturan Keterangan

Peraturan No. Peraturan Perihal Tahun

Republik Indonesia 10. Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum

Nomor 29/PRT/2006 Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

2006

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 30/PRT/M/2006 Persyaratan Teknis Fasilitas dan

Nomor 06/PRT/M/2007 Pedoman Umum Rencana Tata

Nomor 05/PRT/M/2008 Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan

Nomor 01/SE/DC/2009 Modul Sosialisasi Rencana Tata

c. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi di Kota Mojokerto, antara lain :

Penataan Lingkungan Permukiman :

Masih terdapatnya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata dan budaya. Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana prasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.

Belum terkelolanya sarana parkir, dan bus transmition system (BTS) menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayah perkotaan.

Keberadaan usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan selaras. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara :

(28)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung dan rumah negara. Hal ini berdampak pada tidak tertibnya dan ketidaksesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan pada masa-masa mendatang.

Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang terhadap penataan bangunan gedung dan rumah negara, hal ini mengakibatkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan aglomerasi perkotaan Kota Mojokerto sering menyulitkan penanggulangan terhadap bencana kebakaran di Kota Mojokerto.

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau :

Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau, taman jalan dan sarana olah raga belum tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau, taman jalan serta sarana olah raga. Kapasitas Kelembagaan Daerah :

Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan.

Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.

Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Analisis kebutuhan program dan kegiatan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan meliputi antara lain :

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

(29)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :

- Program Bangunan dan Lingkungan ; - Rencana Umum dan Panduan Rancangan ; - Rencana Investasi ;

- Ketentuan Pengendalian Bencana ; - Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

(30)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :

- Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Kota Mojokerto ;

- Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat ;

- Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan ;

- Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.7. SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Jenis Pelayanan Dasar

(31)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi :

Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan) ;

Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara ; Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung. c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.

Kemudian analisis kebutuhan program dan kegiatan untuk sektor PBL di Kota Mojokerto, mengacu pada lingkup tugas Ditjen Cipta Karya untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 tahun 2010. Analisa ini merupakan proses merumuskan rencana tata ruang di Kota Mojokerto, adapun tujuan dari analisa ini yaitu untuk mengevaluasi jenis kebijakan yang berkaitan dengan rencana tata ruang wilayah Kota Mojokerto. Kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan yang digariskan dalam kebijaksanaan Kota Mojokerto secara umum adalah :

a) Mewujudkan penataan ruang yang berkualitas dan partisipatif berdasarkan prinsip adil, efiesien dan berkelanjutan ;

b) Mewujudkan penataan bangunan kota yang berkualitas dan handal ;

c) Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya ;

d) Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan ;

(32)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

f) Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa ;

g) Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.

6.2.4. Program-program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan

dan Lingkungan

Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Mojokerto terdiri dari :

a) Kegiatan penataan lingkungan permukiman ;

b) Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara ; c) Kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda Kota Mojokerto dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) antara lain :

Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung, kriteria khususnya yaitu :

- Kabupaten/Kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung, untuk Kota Mojokerto belum menyusun ranperda Bangunan Gedung ; - Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda Bangunan

Gedung.

Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas, kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas yaitu :

(33)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

- Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkis (Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan)-nya ;

- Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ; - Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL), kriteria lokasi : - Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006 ;

- Kawasan terbangun yang memerlukan penataan ; - Kawasan yang dilestarikan/heritage ;

- Kawasan rawan bencana ;

- Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga/central business district) ;

- Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota ;

- Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat; - Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah. Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED. Kriteria umumnya yaitu :

- Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau ;

- Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha) ;

- Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kemudian untuk kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak penataan dan revitalisasi kawasan adalah :

(34)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

- Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas ; - Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat ; - Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Sedangkan kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak ruang terbuka hijau yaitu :

- Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH Publik) ;

- Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No.26/2007 tentang Tata ruang) ;

- Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat ; - Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria khusus fasilitasi penyusunan rencana tindak permukiman tradisional bersejarah adalah :

- Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten) ; - Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan

estetis ;

- Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ; - Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) : - Ada Perda Bangunan Gedung ;

- Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang ;

- Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi ;

- Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata Ruang ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ; - Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan PSD untuk Revitalisasi Kawasan, RTH dan Permukiman Tradisional/Gedung Bersejarah :

- Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-Bersejarah ;

(35)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

- Ada DDUB ;

- Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran ;

- Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ; - Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran :

- Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal SK/peraturan bupati/walikota) ;

- Memiliki Perda Bangunan Gedung (minimal Raperda Bangunan Gedung dalam tahap pembahasan dengan DPRD) ;

- Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun ; - Ada lahan yg disediakan Pemda ;

- Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat ; - Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan : - Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan ;

- Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, stasiun, bandara) ;

- Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat (taman, alun-alun) ;

- Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

6.2.5. Usulan Program dan Kegiatan PBL

Untuk usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Kota Mojokerto adalah sebagai berikut :

1. Program Perencanaan Ruang Kota

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan pranata tata ruang Kota Mojokerto disesuaikan dengan keinginan dan dinamika kehidupan masyarakat, yang dilengkapi dengan instrumen pendukungnya, sehingga lebih memantapkan pemanfaatan ruang kota sesuai dengan fungsinya dan semua pihak dapat mentaati mekanisme pelaksanaannya secara konsekuen.

(36)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

• Menyusun rencana tata ruang kota yang efisien, adil dan berkelanjutan sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat ;

• Menyediakan pelayanan informasi tata ruang kota pada masyarakat ;

• Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan berbagai elemen masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang kota;

• Menyusun dan memantapkan instrumen pendukung implementasi rencana tata ruang kota ;

• Menyusun kebijakan tata guna tanah.

2. Program Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengendalian dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota sesuai dengan peruntukannya.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :

• Menyusun peraturan daerah tentang pengendalian pemanfaatan ruang kota yang disesuaikan dengan dinamika kehidupan masyarakat ;

• Meningkatkan pelayanan pemanfaatan ruang kota sekaligus sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang kota ;

• Memberdayakan masyarakat kota dalam bidang tata ruang kota ;

• Menyusun pola kebijakan pertanahan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang kota.

3. Program Penataan dan Pengawasan Bangunan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan penataan dan pengawasan terhadap kualitas dan tata bangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :

• Menyusun kebijakan tertib bangunan ;

• Melayani secara prima perijinan bangunan dan kelayakan ;

• Penertiban penomoran bangunan ;

• Meningkatkan pengarahan dan penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku pembangunan terhadap ketentuan peraturan bangunan ;

(37)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

4. Program Pengembangan Kawasan Khusus/ Strategis

Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kawasan strategis/khusus. Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah :

• Mengembangkan serta memberikan kemudahan/insentif berusaha pada kawasan khusus, antara lain aksesibilitas gedung pemerintahan ;

• Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana publik, penyediaan lahan yang diperlukan masyarakat kota dan disesuaikan dengan pengembangan kawasan, antara lain penyediaan RTH publik ;

• Meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan sarana dan prasarana permukiman disesuaikan dengan perkembangan kawasan ;

• Mewujudkan iklim yang kondusif bagi investasi dan usaha di bidang sarana dan prasarana publik ;

• Mengadakan inventarisasi terhadap kepemilikan lahan di perkotaan, dan mengelola tata ruang dan penggunaan tanah yang lebih efisien, efektif dan berkelanjutan ;

• Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada beberapa kawasan strategis perkotaan ;

• Fasilitasi dan dukungan sarana dan prasarana pemadam kebakaran. 5. Kegiatan dan Rincian

a. Rehabilitasi Bangunan Gedung Pemerintah 1. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

• Merupakan pekerjaan konstruksi fisik ;

• Melakukan kegiatan : Koordinasi dengan dinas provinsi dan instansi pengelola/ pemilik bangunan gedung; Survey dan inventarisasi kondisi bangunan gedung yang bersangkutan; Pengendalian pekerjaan.

2. Keluaran/produk kegiatan

• Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi ;

• Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings) ; • Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi; • Dokumen pendaftaran sebagai bangunan gedung negara.

b. Perencanaan Tata Ruang Perkotaan 1. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

(38)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

• Melakukan kegiatan : Koordinasi dengan dinas/instansi terkait; survey dan inventarisasi kondisi bangunan gedung yang bersangkutan; pengendalian pekerjaan.

2. Keluaran/produk kegiatan

• Dokumen perencanaan tata ruang ;

• Gambar dan peta yang sesuai dengan perencanaan ; • Papan dan Pigura rencana tata ruang

c. Rehabilitasi Fasilitas Umum

1. Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

• Merupakan pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi fisik. • Melakukan kegiatan : Koordinasi dengan dinas/instansi terkait; survey dan

inventarisasi kondisi bangunan/lingkungan yang bersangkutan; pengendalian pekerjaan

2. Keluaran/produk kegiatan

• Fasilitas umum berupa stadion olahraga yang memenuhi standar kualitas ; • Gambar-gambar yang sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan

(as built drawings).

6.3. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

6.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain :

1) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Gambar

Tabel 6.1. Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Mojokerto
Gambar 6.1. Alur Program Pengembangan Permukiman
Tabel 6.5. Rincian dan Kegiatan Program Perumahan dan Permukiman
Gambar 6.2. Lingkup Tugas PBL
+7

Referensi

Dokumen terkait

BASF Indonesia and Head of Business Development, FederasiIndustri Kimia Indonesia ontheirpresentation related to renewable energy for sustainable development... Further we extend

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Dosen Akuntansi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh tergadap kinerja majerial sedangkan komitmen organisasi, job relevant information dan motivasi

Uji hipotesis asosiatif ini untuk menguji hipotesis keempat yang berbunyi “ Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan gaya mengajar personal dan

“Guru ilmu faroidl sudah menggunakan teknik POGIL dalam pembelajarannya, sehingga dengan menggunkan teknik tersebut dapat meningkatan kemampuan kognitif siswa, guru

Schubungan dengan hal tersebut saya mohon sudi kiranya Bapak/lbu bcrkenan memberi ijin bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk mcngambil data di tempat yang Bapa,k!Ibu

Aplikasi Web E-commerce pada Inkubator Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya adalah sebuah perangkat lunak e-commerce yang terdiri dari kumpulan perintah-perintah yang

Dari data yang diperoleh untuk tahap memahami masalah subjek tepat dapat menuliskan apa yang diketahui soal sehingga subjek mengalami proses berpikir konseptual (B1.1) dan