• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan instrumen penilaian PKn yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif teknik STAD untuk siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan instrumen penilaian PKn yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif teknik STAD untuk siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PKn YANG DIGUNAKAN DALAM

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STAD UNTUK SISWA KELAS

IV SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Stevanus Hari Trihartanto

081134014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Motto dan Persembahan

Lakukanlah apa yang bisa kamu lakukan, selama itu BAIK …

YESUS KRISTUS (Penuntun langkah penulis)

BUNDA MARIA (Tempat penulis berkeluh kesah)

FX. MARYONO (Bapaknya penulis)

Y. SUHARTINI (Ibunya penulis)

ANTONIUS EKO HARYONO (Kakaknya penulis)

YULIUS DWI HARYANTO (Kakaknya penulis)

Ucapan terima kasih :

Untuk semua orang yang telah berjasa mengantarkan penulis ke salah satu tahap di tangga kehormatan.

Keluarga Besar :

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Paduan Suara Mahasiswa CANTUS FIRMUS Universitas Sanata Dharma

SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

Dan seluruh pihak yang telah mendukung atas terselenggaranya skripsi ini, nama anda sudah penulis bahwa dalam doa, agar Keselamatan dan Berkat Allah selalu

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PKn YANG DIGUNAKAN DALAM

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STAD UNTUK SISWA KELAS

IV SEMESTER 2 SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA

Stevanus Hari Trihartanto Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penilaian yang inovatif, yaitu pembelajaran PKn yang menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk siswa Kelas IV Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Sub permasalahan yang diangkat pada penelitian pengembangan ini adalah, 1) bagaimana pengembangan instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa Kelas IV Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta, 2) bagaimana pengembangan instrumen penilaian yang inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori belajar untuk siswa Kelas IV Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penulis membatasi penelitian hanya sampai pada prototipe yang merupakan revisi draf produk berdasarkan hasil validasi ahli. Metode untuk memecahkan masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif teknik STAD dan sesuai dengan teori perkembangan anak, teori belajar konstruktivisme, teori instrumen penilaian, serta hasil analisis kebutuhan siswa.

(8)

viii ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF CIVIC ASSESSMENT INSTRUMENT USED IN

STAD TECHNIQUE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL FOR 4th GRADERS WITHIN 2nd

Stevanus Hari Trihartanto

SEMESTER IN BOPKRI GONDOLAYU ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA

Sanata Dharma University 2012

The type of research was the research and development. The writer limited the research on the prototype of a revised draft of the product based on the results of the expert validation. The method applied to solve the the problem was the STAD cooperative learning technique and in accordance with the theory of child development, learning theory of constructivism, the theory of assessment instruments and the analysis of the students' needs.

This research aims to generate innovative assessment instrument that is civic learning using model STAD cooperative learning techniques to the second semester of the fourth grade students of BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta. Sub issues raised in this development of research are, 1) how the development of civic assessment instruments to suit the needs of the second semester of the fourth students of BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta, 2) how does the development of innovative assessment instruments for civic learning based on the theory of learning to the second semester of the fourth grade students of BOPKRI Gondolayu Elementary School Yogyakarta.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam perjalanan penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang telah berperan besar dalam memberikan sumbangan pikiran, doa, semangat, maupun tenaga. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R, S.Th., M.Pd. selaku dosen pembimbing pertama. 5. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing kedua.

6. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji utama.

7. FX. Maryono dan Y. Suhartini di Purwakarta. (Saya bisa sampai seperti ini berkat kerja keras KALIAN berdua. Kebaikan KALIAN biar Tuhan yang membalas). Maturnuwun sanget dan Tuhan memberkati.

8. Antonius Eko Haryono, SE. dan Yulius Dwi Haryanto, S.Si. (My Brothers yang care terhadap kemajuan adiknya. Thanks and GBU All).

(10)

x

10.Emilia Prihastuty, S.Pd. (Terima kasih atas segala bentuk perhatian serta bantuan yang telah diberikan untuk saya, mengajarkan Bahasa Inggris terutama yang paling berkesan dalam hidup saya).

11.Bpk. Hermoyo, Ibu Tri, dkk di Sekretariat PGSD (Terima kasih atas kesabaran kalian dalam menghadapi keinginan setiap mahasiswa). Upah kalian besar di Surga.

12.Tim ahli produk saya (Bpk.Wahana, Bpk. Adisusilo, Miss Ari, Bu Andri, Bu Fia, Bu Vero, Bu Nita, Bu Wiwik). Tuhan memberkati.

13.Kel. Bpk. Slamet W di Purwakarta (Terima kasih atas support, doa, dan bantuan yang telah diberikan kepada saya sekeluarga).

14.Kel. Bpk. Bugel di Yogyakarta (Terima kasih telah memberikan tempat yang nyaman selama saya kos di tempat bapak).

15.Teman-teman seperjuangan selama di Yogya & Purwakarta (Romo Kun, Bpk. Mbong, Kel. Bang Gonz, Mas Gani, Asep, Bpk/Ibu Kamto, Mas Dewo-Mas Tono, Kel.Reza, Mas Wishnu, Anggit, Mas Aang, Jessi, Bastian, Angga, Rizal, Indra, Runding, Putut, Jepri, Ujang, Fajar, Chandra, Andi, Hesta, Tejo, Sigit, Wisnu, Kel. Besar Biara SSpS, Kel. Besar Kelas CCC, & Teman-teman penelitian payung PKn (Fransi, Mita, Tere, Phita, Niken, Eka, Via, Ncis, Meilan, Janu, dan Eko). GBU All.

16.Honda Astrea Prima ’91 (T.2727.BQ). Sahabat setia di kala panas-hujan, suka-duka, susah-senang dan yang selalu menemani saya mengarungi setiap langkah di Kota Yogyakarta (Terima kasih atas keistimewaan dan keindahan yang telah diberikan, benar-benar kota yang mengajarkan banyak hal tentang hidup). Serta semua pihak yang BELUM sempat tertulis di sini. Nama anda sudah terukir di hati saya. Akhir kata, semoga karya tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan masyarakat banyak. Apabila terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan maupun implementasi penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

(12)

xii

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif ... 18

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD ... 20

2.1.5. Instrumen Penilaian ... 22

2.1.6. Keterkaitan antara Teori Perkembangan Anak, Belajar Konstruktivisme, Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD, PKn, dan Instrumen Penilaian ... 27

2.1.7. Pendidikan Kewarganegaraan ... 28

2.1.8. Globalisasi ... 29

2.2. Penelitian yang Relevan ... 32

2.3. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN ... 37

3.1. Model Pengembangan ... 37

3.2. Prosedur Pengembangan Produk ... 39

(13)

xiii

4.5. Kajian Produk Akhir ... 58

BAB V PENUTUP ... 61

5.1. Kesimpulan ... 61

5.2. Saran ... 63

5.3. Tindak Lanjut Pengembangan ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.2 Keterkaitan antara Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes ... 24 Bagan 2.3 Keterkaitan antara Kondisi Awal Siswa Kelas IV SD BOPKRI

Gondolayu Yogyakarta, Teori Perkembangan Anak, Belajar Kontruktivisme, Instrumen Penilaian, Model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD, Instrumen Penilaian, hingga Produk

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.5 Warna layout pada cover produk ... 57

Gambar 4.6 Warna tiap pertemuan hingga evaluasi ... 57

Gambar 4.7 Keterangan daftar isi pada produk ... 57

Gambar 4.8 Jenis dan warna font pada produk ... 58

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif ... 12

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 44

Tabel 3.3 Kategori Butir Pernyataan Angket Penilaian Produk ... 44

Tabel 3.4 Pemetaan Penelitian Pengembangan ... 45

Tabel 4.1 Aktivitas Siswa Kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta selama di kelas ... 47

Tabel 4.2 Hasil dan Pembahasan Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 50

Tabel 4.3 Data Diri Tim Ahli ... 53

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi selama di SD ... 67

Lampiran 2. Silabus ... 71

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 75

Lampiran 4. Produk Instrumen Penilaian ... 85

Lampiran 5. Panduan wawancara dan observasi ... 163

Lampiran 6. Hasil Wawancara ... 165

Lampiran 7. Form Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 167

Lampiran 8. Contoh Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 169

Lampiran 9. Penilaian Angket Validasi Ahli ... 172

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ... 188

Lampiran 11. Surat Keterangan dari Sekolah ... 189

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan atau yang lebih dikenal dengan istilah PKn merupakan salah satu mata pelajaran penting di tingkat sekolah yang ada di berbagai tingkatan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Mata pelajaran ini memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadikan warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur serta moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu maupun anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Meskipun dianggap sebagai salah satu materi yang penting, namun alokasi waktu yang diberikan pada pelajaran ini setiap minggunya hanya sedikit.

(19)

tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman nomor 24. Penulis melakukan penelitian di SD BOPKRI Gondolayu, karena merupakan salah satu sekolah mitra dengan Universitas Sanata Dharma.

Pada tahap awal, penulis melakukan studi pustaka dan survei lapangan untuk memperoleh data yang valid berdasarkan teori-teori yang relevan. Survei lapangan yang dilakukan dalam bentuk wawancara. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan dengan guru kelas IV SD BOPKRI Gondolayu pada tanggal 5 dan 17 Januari 2012. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, terdapat permasalahan nyata yang ditemukan di sekolah tersebut yaitu instrumen penilaian yang kurang menarik, sehingga membuat siswa merasa jenuh dalam pembelajaran PKn di kelas. Instrumen penilaian yang digunakan guru masih berupa tes lisan yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa terkait dengan materi yang baru saja dijelaskan dalam bentuk tanya jawab di akhir pelajaran. Instrumen penilaian yang baik adalah instrumen penilaian yang bervariasi, serta harus memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(20)

Apabila ada siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan guru, siswa tersebut dapat bertanya kepada teman yang sudah mengerti. Di sisi lain, setiap siswa harus memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam belajar.

Model pembelajaran yang sesuai diterapkan untuk siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta adalah model pembelajaran kooperatif teknik STAD (Student Team Achievement Divisions). Model ini memiliki karakteristik yang kuat yaitu setiap siswa diharapkan dapat berlomba untuk memperoleh poin sebanyak-banyaknya dengan menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara cepat tepat. Melalui model pembelajaran seperti ini, siswa akan semakin terpacu dalam belajar, di sisi lain instrumen penilaian pun dapat lebih menarik karena memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Salah satu contoh instrumen penilaian yang berdasarkan model pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu diskusi kelompok, namun dikemas dalam bentuk kuis cepat tepat. Melalui aktivitas seperti itu, siswa akan semakin tertarik dalam mempelajari setiap materi yang ada dalam pelajaran PKn, khususnya globalisasi.

Oleh karena itu, penulis akan mencoba mengembangkan instrumen penilaian yang lebih inovatif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD. Diharapkan nantinya akan membantu siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah, “seperti apakah instrumen penilaian yang inovatif untuk pembelajaran PKn dengan menggunakan

model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk siswa Kelas IV Semester 2 SD

BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?”

Serta sub permasalahan yang diangkat dari penelitian pengembangan ini yaitu:

1.2.1. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian yang inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori belajar untuk siswa Kelas IV Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?

1.2.2. Bagaimana instrumen penilaian PKn yang sesuai dengan kebutuhan siswa Kelas IV Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Menghasilkan instrumen penilaian yang inovatif untuk pembelajaran PKn dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD untuk siswa Kelas IV Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

1.3.2. Menghasilkan instrumen penilaian yang inovatif untuk pembelajaran PKn berdasarkan teori belajar untuk siswa Kelas IV Semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

(22)

1.4. Spesifikasi Produk

Berdasarkan hasil angket, wawancara, dan observasi yang telah dilaksanakan, produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah buku berukuran 20 cm x 15 cm yang berisi tentang instrumen penilaian PKn dengan materi globalisasi untuk siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Di dalam buku ini terdapat 2 buah alat ukur yang disajikan yaitu dalam bentuk tes dan non tes. Dari segi teknik penyusunan yang digunakan, terdapat 2 buah teknik yaitu skala Likert dan tes tertulis. Buku ini dinamakan Harmoni Global, yang artinya harmoni berarti selaras/terpadu, sedangkan global berarti dunia/mendunia. Dikarenakan di dalam buku ini terdapat berbagai bentuk instrumen penilaian yang isinya berkaitan dengan materi globalisasi, jadi tujuan pembuatan buku ini adalah agar dapat menyelaraskan/memadukan berbagai bentuk instrumen penilaian yang inovatif mengenai globalisasi.

(23)

flash card (penilaian kinerja), g) menjelaskan pengertian dari kebudayaan nasional (penilaian kinerja), h) menilai tabel setuju/tidak setuju (penilaian kinerja).

1.5. Pentingnya Pengembangan

Adapun pentingnya pengembangan produk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1. Bagi penulis, merupakan pengalaman berharga dalam usaha mengembangkan instrumen penilaian khusus PKn yang lebih variatif dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD di Kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

1.5.2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha mengembangkan instrumen penilaian khusus PKn yang lebih inovatif dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD di Kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

1.5.3. Bagi siswa, dapat memberikan sesuatu yang baru dan juga meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran PKn di sekolah.

1.6. Asumsi dan Batasan Pengembangan

Adapun asumsi dan batasan pengembangan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(24)

1.6.1.1. Jika penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan menjawab kebutuhan guru dan siswa di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

1.6.1.2. Jika produk instrumen penilaian ini dikembangkan dengan model pembelajaran kooperatif teknik STAD, maka akan menciptakan suatu pembelajaran yang inovatif.

1.6.1.3. Jika penyampaian materi globalisasi dapat dikemas dalam bentuk yang bervariatif, maka akan memberikan stimulus dan rasa ingin tahu bagi siswa dalam mempelajari materi PKn.

1.6.2. Batasan Pengembangan

1.6.2.1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang lebih mengutamakan kerja sama antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan belajar.

1.6.2.2. Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD (Student Team Achievement Divisions)

(25)

1.6.2.3. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian adalah suatu alat penilaian yang telah direncanakan guru sesuai dengan sistem pengajaran guna memantau perkembangan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas. Produk ini disusun hanya sampai prototipe saja.

1.6.2.4. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu pelajaran penting di sekolah yang mengajarkan moral seseorang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Produk yang akan dihasilkan adalah buku berukuran 20 cm x 15 cm yang berisi tentang instrumen penilaian khusus pelajaran PKn dengan materi globalisasi untuk siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

1.6.2.5. Prototipe

(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Di dalam kehidupan sehari-hari, tentunya manusia sebagai makhluk sosial harus dapat memahami karakter atau kepribadian sesamanya sebelum bertindak. Tujuannya adalah agar dapat mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh sesama manusia tersebut. Dalam hal ini sama kaitannya dengan seorang guru yang akan memberikan suatu materi kepada siswa di kelas. Sebelum guru memberikan suatu materi kepada siswa, tentunya guru tersebut harus dapat mengenal dan memahami dengan baik karakter atau kepribadian setiap siswa di kelas, dengan tujuan agar guru tersebut dapat dengan mudah berinteraksi dan mentransfer ilmu kepada setiap siswa tersebut. Misalnya, seorang anak yang baru duduk di bangku Sekolah Dasar kelas IV, dalam hal ini baru berusia sekitar 9-10 tahun, seorang guru harus dapat terlebih dahulu mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan anak tersebut sebelum menerima ilmu yang akan ditransfer oleh guru tersebut.

(27)

Apabila seorang guru sudah mulai mengetahui karakter setiap siswa secara bertahap, maka secara tidak langsung, guru tersebut dapat mulai mentransfer ilmu melalui tanya jawab tentang hal-hal yang belum pernah dipelajari oleh siswa tersebut, namun masih berada dalam jangkauan pemikiran mereka. Dari situlah akan mulai merangsang perkembangan pola pikir anak tersebut, sehingga akan timbul rasa ingin tahu yang besar, serta akan membantu mereka dalam belajar menanamkan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang sudah mereka peroleh sebelumnya. Konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya, akan sangat mendukung siswa tersebut dalam memecahkan suatu permasalahan yang nyata. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalarnya.

Apabila guru sudah mulai mengetahui perkembangan setiap siswa di kelas, akan semakin mudah seorang guru dalam mengelompokkan mana siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih dan yang kurang. Agar tidak terjadi diskriminasi antara siswa yang satu dengan yang lain, dalam pembentukan kelompok pun, guru harus dapat membagi setiap kelompoknya secara heterogen (berdasarkan prestasi, jenis kelamin, karakter, serta ras/suku).

(28)

tentang materi tersebut. Setelah itu, guru akan memberikan soal yang sama kepada setiap anggota kelompok tersebut, namun harus dikerjakan secara secara individu dan tidak boleh saling bertanya. Nantinya siswa yang akan menjawab pertanyaan dari guru dengan cepat dan tepat akan diberikan poin. Pemberian poin bisa diberikan dalam bentuk apapun, misalnya bintang atau pun angka. Tujuannya adalah melalui metode pembelajaran inovatif seperti itulah, guru dapat menilai perkembangan setiap siswa dalam belajar serta mengukur sejauh mana kualitas dan kuantitas seorang anak dalam perkembangannya menuju dewasa sesuai dengan tahap perkembangan anak tersebut.

2.1.1. Teori Perkembangan Anak

Untuk dapat mengetahui sejauh mana pemahaman kita terhadap tingkat perkembangan anak lebih lanjut, di bawah ini akan dijelaskan beberapa teori ahli yang berkaitan dengan tingkat perkembangan anak secara nyata.

2.1.1.1. Teori Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh interaksi aktif anak dengan lingkungan, di sisi lain pengetahuan datang dari tindakan. Piaget (1994) meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan pengaruh lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Menurut Piaget (1994) dalam Trianto (2009: 29):

(29)

setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif”. Dengan demikian seorang anak akan dapat membangun suatu pengetahuan apabila dapat aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Karena melalui lingkungan, anak tersebut akan memperoleh suatu pengalaman berharga yang nantinya akan membentuk kepribadiannya.

Berikut ini adalah tabel tingkat perkembangan kognitif menurut Piaget.

Tahap Perkiraan Usia Kemampuan Utama

Sensori Motor 0-2 tahun

Terbentuk konsep “kepermanenan objek” dan perilaku yang mengarah kepada tujuan.

Pra Operasional 2-7 tahun

Pemikiran masih

egosentris, namun anak sudah dapat

membedakan mana yang dapat dilihat dan

didengar. Operasional Konkret 7-11 tahun

Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis.

Operasional Formal 11 tahun-dewasa

Remaja mulai

(30)

Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif di atas, sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget (1994) mengemukakan mengenai beberapa hal penting dalam model pembelajaran yaitu, 1) memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekadar pada hasilnya, 2) memperhatikan peranan dan inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam kemajuan perkembangan.

2.1.1.2. Teori Vygotsky

Vygotsky (2000) mengatakan bahwa seorang siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky juga berkeyakinan bahwa faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan. Menurut Vygotsky (2000) dalam Trianto (2009: 38-39):

“proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas-tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini”.

(31)

2.1.1.3. Teori Jerome Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan. Bruner (2009) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya akan memberi hasil yang paling baik. Bruner juga menyarankan agar siswa-siswi hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya, agar mereka dapat memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen itu sendiri. Menurut Dahar (1998) dalam Trianto (2009: 38):

“berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”. Dengan demikian seorang anak diharapkan dapat melakukan segala sesuatu dengan usahanya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Karena dengan usaha itu seorang anak akan memperoleh pengetahuan yang berharga dalam hidupnya.

(32)

2.1.2. Teori Konstruktivisme

2.1.2.1. Teori Belajar Bermakna menurut David Ausubel

Ausubel (1988) dalam Trianto (2009: 38) berpendapat, “untuk membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa berkaitan dengan konsep-konsep yang akan dipelajari”. Sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, di mana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Menurut Dahar (1988) dalam Trianto (2009: 37):

“belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. Dengan demikian seorang anak akan memperoleh informasi baru apabila dapat mengaitkan konsep-konsep yang sudah ada dalam dirinya. Dari situ akan menghasilkan suatu proses pembelajaran yang sangat bermakna.

2.1.2.2. Teori Konstruktivisme menurut Piaget

(33)

baru ke dalam pola yang sudah ada di dalam pikirannya, c) akomodasi yaitu membentuk pola baru yang cocok dan mengembangkan pola yang sudah ada sehingga dapat cocok dengan apa yang ada dalam pikirannya, d) ekuilibrasi yakni pengaturan diri yang lebih bersifat menjaga keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi.

2.1.2.3. Teori Belajar menurut Slameto

Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2010: 2) belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dengan demikian seorang anak akan memperoleh pengalaman apabila dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.

(34)

2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu yang artinya perubahan ini akan terjadi secara berkesinambungan, misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari yang tidak dapat menulis, menjadi dapat menulis, 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya perubahan yang bersifat aktif adalah bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri, misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam.

Berdasarkan pandangan dari ketiga ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang siswa dapat membangun perubahan yang terjadi dalam dirinya, apabila siswa tersebut mau terus berusaha untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Di sisi lain, seorang siswa harus dapat mengembangkan pola yang sudah ada, sehingga apabila menemukan pola yang baru, dapat cocok dengan apa yang ada dalam pikirannya.

2.1.2.4. Hubungan Konstruktivisme dan Teori Belajar

(35)

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1. Pengertian

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Siswa bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada siswa. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator, sehingga dalam mengerjakan suatu tugas, guru hanya bersifat mengarahkan. Menurut Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai berikut:

“suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan ke guru “.

Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk dapat belajar bersosialisasi dengan teman satu kelompok serta lebih mengenal kepribadian setiap anggota kelompoknya.

Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dimaksud. Sugiyanto (2009: 37) berpendapat:

(36)

Dengan demikian melalui berkelompok guru dapat membantu membuat kondisi belajar menjadi lebih nyaman sehingga guru dan siswa dapat bersama-sama mencapai tujuan yang diharapkan.

2.1.3.2. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

(37)

Berdasarkan pandangan dari Suprijono dan Sugiyanto mengenai pembelajaran kooperatif, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ialah suatu model pembelajaran inovatif yang bekerja sama dalam kelompok, untuk dapat saling membantu dalam mencapai tujuan bersama dalam belajar. Dalam hal ini, peranan guru sebagai fasilitator dan sekedar mengarahkan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan kepada tiap-tiap kelompok. Keuntungan yang diperoleh dari kerja kelompok ini ialah 1) setiap anggota dapat saling membantu apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi/menyelesaikan permasalahan, 2) dapat saling memotivasi satu sama lain dalam mengerjakan tugas, 3) meningkatkan kesetiakawanan sosial, 4) dapat menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri.

2.1.4.Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD (Student Team Achievement Divisions)

2.1.4.1. Pengertian

Manusia memiliki derajat, potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, asih, dan asuh. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Dalam hal ini siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Berikut ini adalah pendapat dari para ahli mengenai definisi pembelajaran kooperatif teknik STAD. Menurut Suprijono (2009: 133-134):

(38)

secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain), yang di dalamnya siswa saling bekerja sama positif”.

sedangkan menurut Sugiyanto (2009: 44):

“pembelajaran kooperatif teknik STAD merupakan metode pembelajaran yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan kooperatif”.

Berdasarkan pandangan dari kedua ahli di atas mengenai pembelajaran kooperatif teknik STAD, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif teknik STAD sangat cocok apabila diterapkan guru dalam mengajarkan materi kepada siswa

setiap hari, karena selain dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, guru pun dapat mengetahui secara langsung tingkat pemahaman atau kemampuan dari masing-masing siswa yang ada dalam anggota kelompok tersebut.

2.1.4.2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif teknik STAD

(39)

2.1.5. Instrumen Penilaian

2.1.5.1. Pengertian

Dalam ruang lingkup pendidikan, ada tiga istilah yang digunakan dan perlu disepakati pemakaiannya, yaitu penilaian (assessment), pengukuran (measurement), dan evaluasi (evaluation). Penilaian dapat dilakukan secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan alat penilaian yang berupa pengukuran. Menurut Fathurrohman dan Wuryandani (2011: 7-8):

“penilaian adalah suatu proses penting untuk dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar yang memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”. sedangkan menurut Uno dan Koni (2012: 1):

“penilaian adalah sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan, instrumen pendidikan lainnya suatu badan yang menyelenggarakan aktivitas tertentu”.

Berdasarkan teori dari kedua ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk menilai apakah suatu kegiatan yang telah direncanakan dalam ruang lingkup pendidikan, dapat berlangsung sesuai dengan tujuan, namun hanya menilai pada aspek-aspek tertentu saja.

(40)

kuantitatif. Secara sederhana penilaian adalah proses menentukan nilai, sifatnya kualitatif (misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang). Tanpa adanya data yang berupa informasi itu, hampir tidak mungkin dilakukan kegiatan penilaian yang berupa pemberian pertimbangan terhadap suatu hal. Misalnya kita bermaksud untuk menilai kemampuan menulis siswa, kita harus memiliki data tentang hal itu yang dapat diperoleh melalui pengukuran.

Di sisi lain, ada juga yang dinamakan evaluasi. Ada beberapa ahli yang memberikan definisi mengenai evaluasi. Menurut Arikunto dan Jabar (2008: 1-2):

“evaluasi adalah sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”.

sedangkan Ahmadi dan Supriyono (2008: 198):

“evaluasi merupakan suatu informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan”.

(41)

Berikut adalah bagan keterkaitan antara evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes menurut Arifin (2009: 9):

Bagan 2.2. Keterkaitan antara Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes

Gambar di atas menunjukkan bahwa istilah evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes memiliki arti yang berbeda. Ruang lingkup evaluasi lebih luas dibanding dengan penilaian, karena penilaian lebih berfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari lingkup evaluasi. Antara evaluasi dan penilaian memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya sama-sama menilai sesuatu. Di samping itu, alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pun sama, yaitu dengan cara non tes (wawancara, pengamatan, angket, catatan anekdotal).

Evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif, sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup (scope) dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih

Penilaian

Kuantitatif Kualitatif

Pengukuran Non Pengukuran

Tes Non Tes

(42)

sempit, misalnya guru hanya menilai prestasi belajar siswa saja, kepala sekolah menilai kinerja guru, sedangkan ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen (menilai sistem pendidikan, kurikulum, pembelajaran). Di sisi lain, ada juga yang dinamakan dengan pengukuran. Dalam hal ini pengukuran bersifat kuantitatif, dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan cara tes (tes obyektif dan uraian).

Setelah diamati berdasarkan definisi dari para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu bentuk penilaian keseluruhan yang diperoleh berdasarkan pengukuran untuk menentukan pendapat serta membuat keputusan pendidikan. Evaluasi juga dilakukan dengan cara membanding-bandingkan situasi yang lampau atau situasi yang sudah lewat. Dengan demikian, jelaslah bahwa penilaian merupakan bagian dari evaluasi. Sedangkan instrumen penilaian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur aspek tertentu dalam pembelajaran.

2.1.5.2. Teknik penilaian

(43)

teknik non tes terdiri atas penilaian unjuk kerja, produk, proyek, portofolio, maupun sikap.

2.1.5.3. Tujuan penilaian

Menurut Uno dan Koni (2012: 12) tujuan penilaian adalah 1) untuk mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu, 2) untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang digunakan selama jangka waktu tertentu. Menurut Arifin (2009: 15) tujuan penilaian adalah 1) untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan, 2) untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran.

2.1.5.4. Fungsi penilaian

(44)

2.1.5.5. Bentuk penilaian

Ahmadi dan Suprijono (2008: 201) mengatakan bahwa seperangkat bentuk penilaian yang dapat digunakan adalah ulangan umum, ulangan harian, serta tes sebelum memulai pelajaran. Menurut Uno dan Koni (2012: 112-116) bentuk penilaian yang digunakan adalah tes objektif dan tes esai.

2.1.6. Keterkaitan antara Teori Perkembangan Anak, Teori Belajar

Konstruktivisme, Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD, PKn, dan Instrumen Penilaian.

Produk instrumen penilaian yang dikembangkan harus memperhatikan tingkat perkembangan anak berdasarkan Teori Piaget, Vygotsky, dan Bruner. Berdasarkan teori perkembangan tersebut, siswa berpikir mulai dari yang konkret ke yang abstrak. Penulis membuat instrumen penilaian dengan memperhatikan teori belajar konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa lah yang belajar sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.

(45)

cepat tepat. Dari kegiatan seperti ini, siswa akan terpacu untuk aktif dalam belajar, serta dapat memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Di sisi lain, dengan adanya pengembangan ini, akan mendukung untuk pendidikan karakter siswa dalam pembelajaran PKn di sekolah.

2.1.7. Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.7.1. Pengertian

Fathurrohman dan Wuryandani (2011: 1-7) mengatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

(46)

2.1.7.2. Tujuan

Menurut Fathurrohman dan Wuryandani (2011: 7-8) tujuan mata pelajaran PKn adalah memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut: a) agar siswa dapat lebih berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan, b) agar siswa dapat ikut berpartisipasi secara bermutu, bertanggungjawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, c) agar siswa dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, d) agar siswa dapat berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.1.8. Globalisasi

2.1.8.1. Pengertian

(47)

Kartika (2008: 43) mengatakan bahwa globalisasi belum memiliki arti yang pasti. Untuk mengartikannya tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang

memandangnya sebagai suatu proses sosial, sejarah, atau alamiah yang akan

membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain.

Anggapan yang ada selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi

akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati

diri. Kebudayaan lokal atau daerah akan tersisih oleh kekuatan budaya besar atau

kekuatan budaya global. Misalnya saja tradisi gotong royong yang biasa dilakukan

masyarakat di desa, sekarang ini mulai sedikit orang yang mau melakukan.

Masyarakat mulai bersifat individualisme yaitu mementingkan diri sendiri. Anggapan

itu tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat

batas dan jarak menjadi hilang dan tidak berguna.

(48)

2.1.8.2. Dampak positif dari globalisasi

Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Sebagai contoh, mudahnya masyarakat memperoleh informasi maka masyarakat memiliki wawasan yang lebih luas, dengan adanya alat transportasi, semua kegiatan di daerah menjadi berjalan, begitu pula dengan adanya alat komunikasi, orang-orang dapat berkomunikasi tanpa harus bertemu secara langsung. 2.1.8.3. Dampak negatif dari globalisasi

Masuknya informasi dengan mudah melalui berbagai media cetak dan elektronik dari luar tidak dapat dibendung dengan mudah. Kebiasaan negara barat yang tidak sesuai dengan kebiasaan bangsa timur dapat mempengaruhi kejiwaan generasi muda bangsa Indonesia. Untuk itu diperlukan penyaring dalam menerima segala bentuk arus globalisasi. Dengan adanya pasar swalayan, masyarakat akan mudah membeli barang-barang yang sangat diperlukan; namun karena mudahnya mendapatkan barang, masyarakat akan mudah membelanjakan uangnya dengan membeli barang yang tidak diperlukan. Bentuk lain globalisasi adalah televisi. Televisi dapat membawa pengaruh terhadap seseorang. Jika tidak dapat memanfaatkannya dengan baik, orang menjadi malas belajar karena banyak acara televisi yang menarik.

Berdasarkan pandangan dari ketiga ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa globalisasi adalah proses segala sesuatu yang bersifat mendunia. Globalisasi berkembang sangat cepat dan sudah melanda ke seluruh dunia dan sangat

(49)

pengaruh globalisasi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Masyarakat perlu

menjadi lebih selektif dan kritis terhadap pengaruh budaya asing yang masuk ke

Indonesia.

2.2. Penelitian yang Relevan

Sutiman (2006) meneliti tentang model instrumen evaluasi sikap terhadap mata pelajaran PKn pada siswa SD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan instrumen yang paling efektif diantara model skala Thurstone, Likert, dan Diferensi Semantik untuk mengukur sikap siswa SD terhadap mata pelajaran PKn. Subyek penelitian 114 siswa dari SDN Jomblangan dengan kategori baik sejumlah 49 siswa. SDN Sokowaten baru 89 kategori sedang 43 siswa, dan SDN Ngentang dengan kategori kurang 22 siswa. Pengumpulan data menggunakan angket dengan instrumen evaluasi model skala Thurstone, Likert, dan Diferensi Semantik. Analisis data menggunakan program ITEMAN untuk mengukur indeks kehandalan dan indeks kesalahan masing-masing skala sikap. Hasil analisis ITEMAN menunjukkan bahwa indeks koefisien Alpha dari model skala Thurstone sebesar 0.858, skala Likert 0.855, dan skala Diferensi Semantik 0.827. Semua lebih besar dari 0.70. Berdasarkan kriteria indeks kehandalan 0.70, maka dapat disimpulkan bahwa model skala Thurstone, Likert, dan Diferensi Semantik semuanya efisien untuk mengungkap sikap siswa SD terhadap mata pelajaran PKn.

(50)

ialah menumbuhkan apresiasi dan kreatifitas siswa. Model evaluasi hasil belajar seni tari di sekolah dasar yang sampai sekarang masih berbasis pada bahan ajar, hanya menghasilkan informasi tentang keterampilan siswa dalam menarikan bentuk tari yang diajarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model evaluasi ini mampu menghasilkan model evaluasi yang mampu mengukur hasil belajar itu sendiri.

(51)

2.3. Kerangka Berpikir

Berikut ini adalah bagan keterkaitan antara kondisi awal siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta, teori perkembangan anak, model pembelajaran yang akan digunakan (STAD), instrumen penilaian, hingga hasil akhir yaitu produk instrumen penilaian yang inovatif.

Bagan 2.3. Keterkaitan antara kondisi awal siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta, teori perkembangan anak, belajar kontruktivisme, instrumen penilaian, model pembelajaran kooperatif teknik STAD, instrumen penilaian, hingga produk

instrumen penilaian yang inovatif.

Bagan di atas menggambarkan rangkaian keterkaitan yang dimulai dari kondisi awal siswa kelas IV di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta hingga hasil Kondisi awal siswa kelas

IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

(I)

Teori perkembangan anak, belajar konstruktivisme, instrumen

(52)

akhir dalam bentuk suatu produk instrumen penilaian inovatif yang akan dikembangkan di sekolah tersebut.

I. Kondisi Awal Siswa Kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta

Kondisi awal proses pembelajaran PKn di SD BOPKRI Gondolayu menunjukkan gejala siswa kurang aktif dan cenderung membosankan bagi siswa, dikarenakan guru terlalu menekankan pada penguasaan materi sehingga siswa selalu diminta untuk mencatat materi.

II. Teori Perkembangan Anak, Belajar Konstruktivisme, Instrumen Penilaian

Seorang anak akan dapat belajar memperoleh pengetahuan baru, apabila anak tersebut dapat aktif dan mau memadukan berbagai konsep yang belum pernah mereka pelajari sebelumnya, namun masih dalam jangkauan pemikiran mereka. Oleh karena itu, perlu adanya suatu instrumen penilaian yang sesuai dengan teori perkembangan anak dan belajar kontruktivisme tersebut, agar seorang siswa dapat mengembangkan kreatifitas serta meningkatkan keaktifan dalam belajar.

III. Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD

Model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta adalah model pembelajaran kooperatif teknik STAD, karena selain dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan dapat melatih kerja

(53)

IV. Instrumen Penilaian

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa yang telah dilaksanakan serta beberapa teori yang telah dijelaskan oleh para ahli sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta menginginkan instrumen penilaian yang bervariatif.

V. Hasil (Produk instrumen penilaian yang inovatif)

Melihat dari kondisi kebutuhan siswa dan guru di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta ini, penulis berinisiatif untuk mencoba mengembangkan instrumen penilaian yang lebih inovatif dengan membuat sebuah produk buku instrumen penilaian PKn yang berisi tentang materi globalisasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD berdasarkan teori belajar dan konstruktivisme yang ada. Diharapkan nantinya akan membantu siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta dalam memahami pembelajaran PKn khususnya untuk materi globalisasi dengan mengacu pada standar kompetensi yang menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungan.

(54)

37

BAB III

METODOLOGI PENGEMBANGAN

3.1. Model Pengembangan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan (Research and Development). Sugiyono (2011: 297) mengatakan bahwa penelitian pengembangan

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Berikut ini adalah bagan langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang telah dimodifikasi:

Bagan 3.1. Langkah-langkah Pengembangan

Gambar di atas merupakan bagan langkah-langkah pengembangan yang telah dimodifikasi. Alasan dilakukannya modifikasi adalah karena produk yang dibuat, hanya dinilai oleh ahli saja, tidak sampai diujicobakan secara masal (dalam hal ini siswa). Pada tahap awal yang berisi identifikasi masalah, maksudnya adalah dalam hal ini penulis mencoba untuk mengkaji, menyelidiki, dan mengumpulkan informasi

(55)

seperti apakah permasalahan yang menjadi kebutuhan siswa dan guru di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Dalam hal ini penulis melakukan survei langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang sesungguhnya. Di sisi lain, penulis pun melakukan studi pustaka, mencari tahu buku yang sesuai untuk dapat menunjang penelitian tersebut.

Pada tahap kedua yaitu analisis kebutuhan, penulis melakukan 3 hal yaitu wawancara, observasi, dan pengisian angket analisis kebutuhan siswa. Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV sebanyak 2 kali, kemudian observasi langsung di kelas IV, serta membuat angket analisis kebutuhan untuk siswa. Pembuatan angket untuk siswa mengalami beberapa tahap, dimulai dari penyusunan butir-butir pernyataan terlebih dahulu, kemudian mengoreksi keterbacaannya (dalam hal ini apakah kata-kata yang digunakan dalam angket dapat dipahami atau tidak oleh siswa), lalu angket tersebut diberi sedikit hiasan warna, tulisan, dan gambar, agar menarik untuk dibaca siswa nantinya. Setelah itu baru tahap akhir adalah diketik, dicetak, dan dibagikan kepada siswa untuk diisi.

(56)

adalah penulis menyusun angket untuk ahli yang berisi tentang butir-butir pernyataan yang sesuai dengan hasil angket siswa. Angket yang dibuat ini telah disesuaikan berdasarkan pustaka yang diperoleh sebelumnya. Untuk memberi ruang pada ahli, jika seandainya pernyataan yang tertera di angket tidak relevan dengan produk yang dibuat, maka dilakukan modifikasi skala Likert dengan menambahkan nol (0) yang artinya tidak relevan. Dikarenakan produk ini tidak sampai diujicobakan secara masal, maka pada tahap akhir dalam penelitian dan pengembangan ini hanya sebatas pada penilaian ahli atau yang lebih dikenal dengan istilah prototipe.

3.2. Prosedur Pengembangan Produk

(57)

menyusun RPP, 11) mengembangkan produk berupa buku khusus instrumen penilaian PKn.

3.3. Validasi Desain

Di dalam mengembangkan suatu produk instrumen penilaian yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa di lapangan, diperlukan beberapa aspek yang mendukung untuk dapat menghasilkan suatu produk yang inovatif dan bermanfaat bagi pengembang.

3.3.1. Jenis Validasi

Jenis validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi konstruk, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana produk pembelajaran yang dirancang layak digunakan dan dapat mencapai sasaran, serta mengembangkan instrumen penilaian yang lebih inovatif, sehingga dapat membangun minat serta keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn terutama materi globalisasi. Validasi ahli yang digunakan berupa angket penilaian produk instrumen penilaian. Di dalam angket tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan produk instrumen penilaian yang dibuat, apakah sudah ada kesesuaian antara angket penilaian produk dengan isi produk instrumen penilaian.

3.3.2. Subyek Penelitian

(58)

IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta yang berjumlah 36 siswa dan guru PKn.

3.3.3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini ada 2 yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan dan diisi oleh siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta serta masukan/komentar dari tim ahli terhadap kualitas dari masing-masing komponen pengembangan instrumen penilaian PKn yang dituangkan dalam sebuah angket. Sedangkan data kuantitatif diperoleh berdasarkan hasil penilaian angket analisis kebutuhan siswa dan angket validasi yang telah dihitung dalam bentuk angka.

3.3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

3.3.4.1. Angket analisis kebutuhan siswa

(59)

3.3.4.2. Panduan wawancara dan observasi

Wawancara merupakan salah satu alat pengumpul data dalam penelitian pengembangan ini. Wawancara dilakukan kepada guru kelas untuk mengetahui kondisi pembelajaran PKn di kelas serta instrumen penilaian yang sering digunakan untuk memantau tingkat pemahaman siswa terhadap materi globalisasi pada mata pelajaran PKn. Observasi digunakan untuk mengamati suasana pembelajaran di kelas serta tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. Selain itu, observasi juga digunakan untuk mengamati instrumen penilaian yang digunakan oleh guru ketika akan diberikan pemantapan terhadap materi globalisasi pada pembelajaran PKn.

3.3.4.3. Angket validasi

(60)

3.3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis datayang digunakan dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari angket untuk siswa dan tim ahli.

3.3.5.1 Angket analisis kebutuhan siswa

Data yang diperoleh dari hasil angket yang telah diisi oleh siswa, kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Data kualitatif yang berupa pernyataan tidak pernah, jarang, sering, selalu serta sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju kemudian diubah menjadi data kuantitatif dengan skala nilai 4, 3, 2, 1. Hasilnya kemudian dihitung dalam bentuk persentase dan digunakan untuk mengetahui seberapa besar jumlah siswa yang menginginkan instrumen penilaian yang lebih bervariasi.

(61)

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Siswa

3.3.5.2. Angket validasi

Angket validasi ini berisi tentang butir-butir pernyataan yang telah sesuai berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan siswa sebelumnya. Untuk memberi ruang pada ahli jika seandainya pernyataan yang tertera pada angket tidak relevan dengan produk yang dibuat, maka dilakukan modifikasi skala Likert dengan menambahkan nol (0) yang artinya tidak relevan.

Data yang diperoleh dari hasil angket yang telah diisi ahli, kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Data kualitatif yang berupa pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, dan tidak relevan diubah menjadi data kuantitatif dengan skala nilai 4, 3, 2, 1, 0. Hasilnya kemudian dirata-rata dan digunakan untuk menilai kualitas instrumen penilaian yang telah dibuat. Berikut ini adalah kategori untuk setiap butir pernyataan angket produk instrumen penilaian:

Interval Kategori

Tabel 3.3. Kategori Butir Pernyataan Angket Penilaian Produk Bagian II

Kriteria Skor Sangat Tidak Setuju 1

(62)

Skor rata-rata produk instrumen penilaian di dapat dengan menggunakan rumus mencari mean yang dikembangkan berdasarkan Abdurahman (2011: 272) sebagai berikut:

Keterangan:

M = Mean (Skor rata-rata produk instrumen penilaian)

∑ 𝑥𝑥 = Jumlah nilai tim ahli N = Jumlah ahli

3.4. Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan mulai dari bulan November 2011, dengan pemetaan sebagai berikut:

Uraian Kegiatan Nov

(63)

Penulisan skripsi Ujian skripsi Penulisan artikel deseminasi mahasiswa Deseminasi hasil penelitian

(64)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Analisis Kebutuhan

4.1.1. Observasi

Observasi dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2012 di kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta. Guru memulai pelajaran PKn dengan bercerita yang ada kaitannya dengan materi globalisasi. Metode yang digunakan pun masih berbentuk ceramah, sehingga banyak siswa yang bosan untuk mendengarkan. Dari segi pemberian instrumen penilaian pun diberikan oleh guru pada setiap akhir pelajaran selesai secara lisan. Berikut ini adalah tabel aktivitas siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu selama belajar materi globalisasi di kelas:

Aktivitas Frekuensi %

Siswa bertanya kepada guru 3 8,3%

Siswa fokus mendengarkan penjelasan dari guru 4 11,1%

Siswa bermain-main sendiri 4 11,1%

Siswa menulis materi yang ada di papan tulis 8 22,2%

Siswa mengganggu teman yang sedang belajar 5 14%

Siswa yang melamun 2 5,5%

Siswa mengobrol hal di luar pelajaran dengan teman satu meja 10 27,7% Sumber: Observasi pada 10 Januari 2012

Tabel 4.1. Aktivitas Siswa Kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta selama

(65)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu tidak fokus tehadap materi yang sedang diberikan oleh guru di kelas. Justru mereka cenderung lebih pada melakukan aktivitas lain di luar materi pembelajaran seperti mengobrol sendiri, mengganggu teman yang sedang belajar, bahkan ada yang bermain sendiri dan melamun. Hal ini membuktikan bahwa metode pengajaran yang diberikan guru masih belum dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar PKn.

Dari hasil observasi terhadap instrumen penilaian yang telah dilakukan, pada saat guru memberikan tes lisan kepada siswa kelas IV di akhir pelajaran, sebagian besar siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu sudah malas untuk merespon penjelasan guru karena mereka menginginkan supaya cepat berkemas dan langsung pulang. Di sisi lain, pandangan guru belum menyeluruh, hanya terpaku pada siswa yang aktif saja. Sedangkan siswa yang kurang aktif hanya diam dan melihat temannya saja yang sedang menjawab. Hal ini membuktikan bahwa instrumen penilaian guru perlu dimodifikasi agar lebih bervariasi karena apabila metode seperti ini masih digunakan, siswa akan semakin malas dan tidak fokus terhadap setiap penjelasan yang diberikan oleh guru.

4.1.2. Wawancara

(66)

bahwa instrumen penilaian yang saat ini digunakan dalam mengajarkan pelajaran PKn hanya sebatas pemberian tugas membuat kliping. Namun tugas ini pun tidak selalu bisa dipakai tergantung materi yang diajarkan seperti materi globalisasi. Untuk hasil wawancara dengan guru kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta akan disertakan pada lembar lampiran.

4.1.3. Angket

Angket untuk siswa-siswi kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta disebarkan pada tanggal 17 Januari 2012. Angket yang dibuat ini mengacu pada 2 skala yaitu skala frekuensi (tidak pernah, jarang, sering, selalu) dan skala sifat (sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat setuju). Berdasarkan hasil angket yang berisi 10 pernyataan (terdiri dari bagian I nomor 1-8 dan bagian II nomor 1-2) mengenai instrumen penilaian dan disebarkan pada 36 siswa-siswi di SD BOPKRI Gondolayu, maka diperoleh hasil bahwa siswa-siswi di SD BOPKRI Gondolayu menginginkan model instrumen penilaian yang bervariatif sehingga dapat membuat pelajaran PKn menjadi lebih menarik. Untuk form angket instrumen penilaian akan disertakan pada lembar lampiran.

4.1.3.1. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan angket yang berisi 10 pernyataan (terdiri dari bagian I nomor 1-8 dan bagian II nomor 1-2) mengenai instrumen penilaian dan disebarkan pada 36 siswa-siswi di SD BOPKRI Gondolayu, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

(67)

Bagian I

(68)

Berdasarkan tabel hasil di atas, maka dapat diberi kesimpulan bahwa sebagian besar siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu menginginkan instrumen penilaian yang bervariasi seperti penilaian kinerja, produk, sikap dengan memuat aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Instrumen penilaian ini diharapkan dapat memberikan stimulus dalam mempelajari materi globalisasi di kelas.

4.2. Desain Produk Awal

Setelah membaca beberapa teori yang ada kaitannya dengan kondisi perkembangan anak, belajar konstruktivisme, serta berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan, baik dari segi wawancara, observasi, serta pengisian angket, penulis akan mencoba mengembangkan suatu produk instrumen penilaian yang bervariatif berdasarkan model pembelajaran kooperatif teknik STAD. Hal itu terlihat dari penilaian kinerja, sikap, tertulis, dan produk yang disajikan dengan tujuan dapat membangun kreatifitas dan keaktifan siswa dalam mempelajari materi globalisasi.

(69)

dengan materi dan tahap perkembangan anak, seperti gambar senjata tradisional, rumah adat, alat musik, dan salah satu bentuk kesenian yang terkenal yaitu wayang. Di sisi lain, ada juga penilaian produk yang diminta untuk membuat slogan maupun kliping, penilaian kinerja yang menyajikan presentasi, diskusi, menempel flash card, dan pengamatan di luar kelas.

Model pembelajaran kooperatif teknik STAD disajikan di dalamnya, misalnya salah satu contoh penialaian kinerja yang disajikan dalam bentuk diskusi kelompok yang dikemas dalam bentuk kuis cepat tepat. Nantinya poin yang diberikan tidak dalam bentuk angka, namun diberikan dalam bentuk bintang. Maksudnya adalah apabila siswa dalam kelompok dapat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan guru dengan cepat dan tepat, maka siswa tersebut akan memperoleh poin dalam bentuk bintang.

(70)

Oleh karena itu, desain produk awal yang akan disajikan dalam penelitian ini adalah sebuah produk instrumen penilaian yang di dalamnya berkaitan dengan segala bentuk dunia anak dan telah disesuaikan dengan beberapa teori yang mendukung, yang bersifat konstruktivisme atau membangun kreatifitas dan keaktifan siswa, baik secara individu maupun kelompok. Dengan demikian setelah dilihat berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan siswa kelas IV SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta, penulis akan mencoba untuk memadukan konsep-konsep yang sudah ada dengan lebih mengembangkan instrumen penilaian yang inovatif dengan mengacu pada model pembelajaran kooperatif teknik STAD. Di dalamnya akan terdapat 2 buah alat ukur yang mendukung, yakni tes dan non tes, serta dari segi teknik penyusunan yang digunakan pun, akan menyelaraskan antara teknik yaitu skala Likert dengan tes tertulis.

4.3. Hasil Validasi Ahli

Tim ahli yang menilai produk ini berjumlah 8 orang. Mayoritas dari tim ahli produk ini berkecimpung dalam 4 bidang yaitu ahli evaluasi pembelajaran, ahli pendidikan kewarganegaraan, ahli pengembangan, dan ahli materi. Berikut ini adalah data diri dari tim ahli yang menilai produk instrumen penilaian:

Pekerjaan

- Sarjana Pendidikan / PGSD

- Magister Pendidikan /

(71)

Dikdas

Tabel 4.3. Data Diri Tim Ahli

Berikut ini adalah tabel hasil validasi dari 8 ahli yang telah dihitung berdasarkan penilaian angket validasi:

Keterangan: T = Tinggi , ST = Sangat Tinggi

Ahli Pekerj aan

No Butir Pernyataan Jum

(72)

(2)

Tabel 4.4. Hasil Analisis Produk

Berdasarkan hasil perhitungan angket dari tim ahli, dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan untuk produk instrumen penilaian yang telah diujicobakan adalah valid. Hal itu terlihat dari hasil penilaian tim ahli yang tidak mengisi tabel TR / Tidak Relevan. Terdapat tiga ahli yang memberi penilaian sangat tinggi dengan skor 3.5, 3.7 dan 3.8. Sisanya terdapat lima ahli yang memberi penilaian tinggi.

(73)

4.4. Revisi Produk

4.4.1. Masukan dari tim ahli

Berikut ini adalah beberapa masukan dari tim ahli sehubungan dengan produk yang telah dinilai. Ada 6 ahli yang berpendapat bahwa perlu adanya pemahaman isi rubrik, rumusan yang jelas, soal evaluasi yang lebih spesifik, serta penggunaan kata-kata yang baku agar mudah dimengerti. Lalu dilihat dari segi pemilihan warna pun kurang menarik karena dominan hitam. Tanggapan peneliti mengenai masukan dari tim ahli adalah pada intinya memang isi rubrik perlu dibenahi, terutama dalam hal pemilihan kata-kata agar mudah dimengerti. Kemudian dari segi warna dasar hitam itu sebenarnya memiliki tujuan tersendiri yaitu agar lebih minimalis dan nyaman dilihat, karena setiap pertemuan di produk ini memiliki warna yang beragam, ada yang berwarna hijau, merah, biru, ungu, dan orange.

4.4.2. Revisi yang Telah Dilakukan

(74)

kedua sudah banyak. Di produk pertama belum dimasukkan kisi-kisi, sedangkan pada produk kedua sudah dimasukkan. Berikut ini beberapa perubahan pada produk yang telah dilakukan:

(Sebelum) (Sesudah)

Gambar 4.5. Warna layout pada cover produk

(Sebelum) (Sesudah)

Gambar 4.6. Warna tiap pertemuan hingga evaluasi

(Sebelum) (Sesudah)

Gambar 4.7. Keterangan daftar isi pada produk

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Pertemuan 3 Pertemuan 4

Pertemuan 5 Evaluasi

Pertemuan 1 hingga Evaluasi

(75)

Jenis Font: Comic San MS Jenis Font: Calibri Warna Font: Putih Warna Font: Hitam

(Sebelum) (Sesudah)

Gambar 4.8. Jenis dan warna font pada produk

(Sebelum) (Sesudah)

Pemberian point dalam bentuk bintang Pemberian bintang hanya diberikan setiap pertemuan dengan diberikan pada tugas diskusi warna yang berbeda kelompok yang dikemas dalam

dalam bentuk kuis cepat tepat dan warna bintang tiap pertemuan pun sama

Gambar 4.9. Pemberian bintang pada produk

Demikianlah beberapa perubahan yang telah dilakukan penulis pada produk pertama hingga produk kedua.

4.5. Kajian Produk Akhir

Produk yang dikembangkan adalah sebuah instrumen penilaian. Instrumen penilaian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam

(76)

belajar. Tujuan dari pembuatan produk ini adalah agar seorang guru dapat menilai hasil belajar siswa di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat, dan mengetahui ketercapaian mutu pendidikan. Pengembangan produk instrumen penilaian khusus pembelajaran PKn ini disusun berdasarkan studi pustaka, identifikasi masalah, observasi, wawancara, hasil angket analisis kebutuhan siswa, penyusunan silabus dan RPP yang telah dibuat. Di sisi lain, inovasi dari produk instrumen penilaian ini mengacu pada teori perkembangan anak dan teori belajar konstruktivisme yang dimulai dari fakta hingga konsep/abstrak.

Di dalam produk instrumen penilaian pun terdapat beragam soal evaluasi yang berisi mengenai fakta, konsep, norma, serta nilai. Ada pun juga suatu bentuk diskusi kelompok yang dikemas dalam sebuah kuis cepat tepat. Maksud dari kuis cepat tepat ini adalah siswa dalam kelompok akan saling berlomba menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru secara individu dan tidak boleh saling bertanya dengan teman satu kelompok. Apabila siswa tersebut dapat menjawab dengan cepat dan tepat, maka siswa tersebut akan memperoleh poin yang diberi dalam bentuk sebuah bintang dan setiap 1 bintang tersebut bernilai 100.

Kuis cepat tepat ini dibuat berdasarkan model pembelajaran kooperatif teknik STAD, dengan harapan guru akan dapat memantau, kira-kira siswa mana yang

(77)

PKn yang sesuai diterapkan pada siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

(78)

61

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini merupakan penelitian pengembangan sebuah produk instrumen penilaian PKn yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD. Dalam penelitian ini telah dihasilkan instrumen penilaian yang inovatif untuk pembelajaran PKn yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD untuk siswa kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

5.1.1. Instrumen penilaian PKn yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik STAD adalah instrumen penilaian yang dapat membuat siswa terpacu dalam berpikir sesuai dengan teori belajar konstruktivisme seperti diskusi kelompok, namun dikemas dalam bentuk kuis cepat tepat.

5.1.2. Instrumen penilaian PKn yang dibutuhkan siswa adalah instrumen penilaian yang bervariasi, seperti penilaian kinerja, penilaian produk, maupun penilaian sikap, dengan memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(79)

dapat mengaktifkan siswa, sesuai dengan tahap berpikir anak yang dimulai dari hal yang konkret ke abstrak.

Desain produk instrumen penilaian ini memperoleh nilai keseluruhan dengan rata-rata 3.2 dengan kategori setuju/tinggi. Produk instrumen penilaian ini layak diujicobakan sebagai instrumen penilaian dalam pembelajaran PKn di kelas IV semester 2 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

Pernyataan tersebut didasarkan dari hasil validasi ahli yang telah dilakukan. Tim ahli produk ini berjumlah 8 orang, yang berkecimpung dalam berbagai bidang, seperti ahli pengembangan, ahli PKn, ahli materi, serta ahli evaluasi pembelajaran. Instrumen penilaian ini di desain dalam bentuk sebuah buku berukuran 20 cm x 15 cm yang dilengkapi dengan berbagai bentuk penilaian, seperti penilaian kinerja, produk, serta sikap dengan memuat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Gambar

Gambar 4.5  Warna  layout pada cover produk ............................................................
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif ...............................................................
Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Gambar di atas menunjukkan bahwa istilah evaluasi, penilaian, pengukuran,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Students Teams-Achievements Divisions ) Pada Kelas VI SD Negeri 01 Tanjungsari Kabupaten Pemalang.. Program

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan penguasaan

Objek dalam penelitian ini adalah Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif teknik student teams achievement divisions (STAD) untuk meningkatkan kemampuan menulis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan

Hasil penelitian menunjukkan: (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD) dengan media grafis dilaksanakan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions