• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII - DOCRPIJM c60f70d8e4 BAB VIIIBAB VIII MOMERANDUM PROGRAM JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VIII - DOCRPIJM c60f70d8e4 BAB VIIIBAB VIII MOMERANDUM PROGRAM JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

MEMORANDUM JANGKA MENENGAH

BIDANG CIPTA KARYA

8.1.

RINGKASAN SKENARIO RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN

SUBANG

A.

Visi dan Misi Pengembangan Kabupaten Subang

a)

Visi Kabupaten Subang adalah

“Terwujudnya Kabupaten Subang sebagai Daerah

Agribisnis, Pariwisata dan Industri yang berwawasan lingkungan dan religius serta

berbudaya melalui pembangunan berbasis Gotong Royong pada tahun 2025".

b)

Misi Kabupaten Subang adalah sebagai berikut :

1.

Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa;

2.

Mewujudkan Subang sebagai Daerah Agribisnis, Pariwisata, Industri yang

berdaya saing untuk meningkatkan perekonomian daerah;

3.

Mewujudkan Prasarana Wilayah yang berkualitas;

4.

Mewujudkan Lingkungan Hidup yang asri dan lestari;

5.

Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik

.

B.

Fungsi dan Peran Kota di Kabupaten Subang

Klasifikasi fungsi hirarki kota di wilayah Kabupaten Subang dapat dilihat pada tabel 8.1

(2)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

Tabel 8.1

Klasifikasi Fungsi Hirarki Kota Di Wilayah Kabupaten Subang.

Hirarki Kota Kecamatan Kecamatan Fungsi

Hirarki I (Insentif)

1. Subang Fungsi sebagai pusat pertumbuhan

utama dan sebagai pintu gerbang perdagangan ke luar wilayah kabupaten

2. Pamanukan

3. Jalancagak

Hirarki II

1. Kalijati Fungsi sebagai pusat perdagangan dan

jasa, permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan beberapa kecamatan (sebagai pusat pertumbuhan wilayah pengembangan)

2. Pagaden

3. Ciasem

4. Pabuaran

Hirarki III

1. Pusakanagara

Fungsi sebagai pusat-pusat produksi pertanian dengan skala pelayanan lokal serta menunjang kota dengan hirarki di atasnya

2. Purwadadi

3. Cisalak

4. Cipunagara

5. Cijambe

6. Cikaum

7. Sagalaherang

8. Binong

9. Patokbeusi

10.Compreng

11.Blanakan

12.Cipeundeuy

13.Tanjungsiang

14.Cibogo

15.Legonkulon

C.

Logical Framework : K

eterkaitan Rencana Pengembangan Wilayah dan

Pembangunan Prasarana dan Sarana

Kerangka kerja logis program investasi infrastruktur bidang PU/cipta Karya dapat dilihat

(3)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

Tabel 8.2.

Kerangka Kerja Logis Program Investasi Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 PERMUKIMAN

a. Rendahnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh minimnya perumahan layak huni bagi masyarakat

Tersedianya perumahan layak huni bagi masyarakat

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

Peningkatan

Penyusunan DED peningkatan infrastruktur dan penyusunan rencana tindak kawasan permukiman perdesaan

Output : Tersedianya PSD bagi Kawasan Perdesaan Outcome :

Meningkatnya kualitas permukiman

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

b. Rendahnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh minimnya perumahan layak huni bagi masyarakat

Tersedianya perumahan layak huni bagi masyarakat

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

Peningkatan Kualitas Permukiman

Pengembangan Prasarana dan Sarana Agropolitan

Penyusunan DED, supervisi

pelaksanaan fisik dan penyediaan Prasarana dan Sarana

Output : Tersedianya PSD bagi Kawasan Agropolitan Outcome :

Meningkatnya kualitas permukiman

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

c. Rendahnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh minimnya perumahan layak huni bagi masyarakat

Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

Peningkatan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat

Output : Tersedianya PSD bagi Kawasan RSH Outcome :

Meningkatnya kualitas permukiman

Jumlah PSD Bertambah

(4)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

d. Minimnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan infrastruktur pedesaan yang berkelanjutan

Meningkatkan

keberdayaan masyarakat pedesaan melalui penyediaan infrastruktur

Penyediaan infrastruktur pedesaan

Penataan dan Peremajaan Kawasan

Pemberdayaan Masyarakat

Sosialisasi dan pembangunan infrastruktur perdesaan

Output : Tersedianya infrastruktur bagi

Kawasan perdesaan Outcome :

Meningkatnya

keberdayaan masyarakat perdesaan

Jumlah infrastruktur perdesaan Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

e. Terjadinya alih guna lahan menjadi permukiman dan rumah-rumah yang tidak permanen yang dapat menyebabkan lingkungan kumuh dan terdapatnya

bangunan-bangunan yang tidak permanen pada kawasan yang padat penduduk

Tersedianya pedoman teknis tata ruang Kawasan Permukiman Kumuh

Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan pada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah

Penyediaan

Penyusunan Rencana Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Kota Subang dan Kota Pamanukan

Output : Tersedianya pedoman teknis tata ruang Kawasan

Permukiman Kumuh Outcome :

Meningkatnya kualitas permukiman

Ketersediaan pedoman teknis tata ruang kawasan permukiman kumuh

Penyimpangan dalam pelaksanaan

f. Merupakan tempat berkembangnya daerah wisata

Tersedianya pedoman teknis tata ruang Kawasan Permukiman pada tipologi wilayah pegunungan

Pemenuhan kebutuhan PSD Pada Tipologi Wilayah Pegunungan

Penyusunan Rencana Penataan Kawasan Permukiman Pada Tipologi Wilayah Pegunungan

Output : Tersedianya pedoman teknis tata ruang Kawasan Permukiman pada tipologi wilayah pegunungan Outcome :

Meningkatnya kualitas permukiman

Ketersediaan pedoman teknis tata ruang kawasan permukiman pada tipologi wilayah pegunungan

(5)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

g. Minimnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan lingkungan sehat perumahan

Terwujudnya kondisi lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan

Peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman

Penyediaan PSD bagi Kawasan RSH dan Penataan serta

Peningkatan PSD dan pemberdayaan masyarakat

Output : Tersedianya PSD bagi Kawasan RSH Outcome :

Meningkatnya kualitas permukiman

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu h. Terjadinya degradasi

kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota

Tersedianya PSD bagi wilayah strategis dan cepat tumbuh

Penyediaan infrastruktur untuk wilayah strategis dan cepat tumbuh

Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh secara konsisten sesuai dengan RTRW

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Pembangunan/Penin gkatan Infrastruktur

Output : Tersedianya PSD bagi wilayah strategis dan cepat tumbuh Outcome :

Meningkatnya kualitas permukiman

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

i. Minimnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan infrastruktur pedesaan yang berkelanjutan

Meningkatkan

keberdayaan masyarakat pedesaan melalui penyediaan infrastruktur

Penyediaan infrastruktur pedesaan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat

Output : Tersedianya infrastruktur bagi

Kawasan perdesaan Outcome :

Meningkatnya

keberdayaan masyarakat perdesaan

Jumlah infrastruktur perdesaan Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat

dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan

program dapat terganggu

j. Minimnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan infrastruktur pedesaan yang berkelanjutan

Pengentasan kemiskinan yang menyentuh kawasan permukiman kumuh yang statusnya tidak berijin/ilegal

Penyediaan infrastruktur pedesaan

Sosialisasi dan pembangunan infrastruktur perdesaan

Output : Tersedianya infrastruktur bagi

Kawasan perdesaan Outcome :

Meningkatnya

keberdayaan masyarakat perdesaan

Jumlah infrastruktur perdesaan Bertambah

(6)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

k. Tidak tersedianya permukiman yang layak huni bagi masyarakat miskin dan berpendapatan rendah di daerah industri

Tersedianya Rusunawa untuk kawasan Industri bagi masyarakat menengah ke bawah

Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan pada masyarakat menengah ke bawah yang berada di kawasan industri

Penataan dan Peremajaan Kawasan

Pembangunan/P enyediaan Rusunawa untuk Kawasan Industri

Pembangunan/Penye diaan Rusunawa untuk Kawasan Industri

Output : Terbangunnya Rusunawa untuk kawasan industri Outcome : Penataan permukiman yang tertata rapi

Jumlah infrastruktur Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu l. Banyaknya terdapat

permukiman tidak berijin/ilegal pada kawasan bantaran sungai

Tersedianya Rusunawa untuk kawasan Banjir bagi masyarakat menengah ke bawah

Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan pada masyarakat menengah ke bawah yang berada di kawasan banjir

Penataan dan Peremajaan Kawasan

Pembangunan/P enyediaan Rusunawa untuk Kawasan Banjir

Pembangunan/Penye diaan Rusunawa untuk Kawasan Banjir

Output : Terbangunnya Rusunawa untuk kawasan banjir Outcome : Penataan permukiman yang tertata rapi

Jumlah infrastruktur Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL)

a. Kurang diperhatikannya Fasilitas Sosial/Umum yang ada

Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung

pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat

Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi

Penyediaan dan peremajaan sarana dan prasarana

Program Pembangunan Fasilitas Sosial/Umum

Pembangunan dan pemeliharaan Fasum

Output : Tersedianya prasarana dan sarana Outcome : Penataan bangunan dan lingkungan yang tertata rapi

Jumlah prasarana dan sarana Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu b. Rendahnya

pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang peraturan terkait penataan bangunan dan lingkungan

Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman

Perencanaan dan pengembangan kota subang sebagai kota yang tertata rapi

Penataan kawasan secara konsisten sesuai dengan RTRW

Program Perencanaan Cipta Karya

Perencanaan teknis bangunan

Output : Terlaksananya kegiatan seminar dan Tersedianya alat/media sosialisasi Outcome : Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat

Pengetahuan terhadap PBL meningkat

(7)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

c. Kurang diperhatikannya sarana dan prasarana kantor

Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan dan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah Negara

Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi

Penyediaan dan peremajaan sarana dan prasarana

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor

Pembangunan dan rehabilitasi gedung kantor

Output : Tersedianya prasarana dan sarana kantor Outcome : Penataan bangunan dan lingkungan yang tertata rapi

Jumlah prasarana dan sarana Kantor Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

d. Kurang diperhatikannya sarana dan prasarana olahraga

Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung

pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat

Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi

Penyediaan sarana dan prasarana

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana olahraga

Output : Tersedianya prasarana dan sarana olahraga Outcome : Penataan bangunan dan lingkungan yang tertata rapi

Jumlah PS Olahraga Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu e. Kurang

diperhatikannya sarana dan prasarana kesehatan

Tersedianya prasarana dan sarana kesehatan bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah

Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi

Penyediaan sarana dan prasarana

Program Pengadaan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

Pembangunan puskesmas

Output : Tersedianya prasarana dan sarana kesehatan Outcome : Penataan bangunan dan lingkungan yang tertata rapi

Jumlah PS Kesehatan Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

f. Rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang peraturan terkait penataan bangunan dan lingkungan (PBL)

Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang peraturan terkait penataan bangunan dan lingkungan (PBL)

Sosialisasi kebijakan terkait penataan bangunan dan lingkungan (PBL)

Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Program Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademis Perda

Pelaksanaan seminar dan penyebaran alat sosialisasi terkait penataan bangunan dan lingkungan (PBL)

Output : Terlaksananya kegiatan seminar dan Tersedianya alat/media sosialisasi Outcome : Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat

Pengetahuan terhadap PBL meningkat

(8)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

g. Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah dan Kurang dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya

Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman nelayan melalui dukungan PSD permukiman dan membantu

pengembangan ekonomi masyarakat melalui dukungan peningkatan sarana aksesibilitas masyarakat

Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung

pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat

Penyediaan

Peningkatan PSD dan pemberdayaan masyarakat

Output : Tersedianya prasarana dan sarana lingkungan dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan terbangunnya Prasarana dan sarana lingkungan permukiman melalui pemberdayaan masyarakat

(perencanaan/pengelola an dan pengawasan) sebagai percontohan bagi kawasan lainnya

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam berpartisipasi dalam sosialisasi Resiko : kesadaran masyarakat rendah terhadap PBL

3 AIR MINUM

a. Daya dukung air baku makin terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas

Tersedianya prasarana dan sarana jaringan distribusi dalam mengembangkan cakupan pelayanan kepada masyarakat di kawasan Pantura

Pemenuhan cakupan pelayanan

Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap

Pengembangan Air Bersih Pantura

Penambahan sambungan (SR dan HU), Pengadaan & pemasangan pipa distribusi, Pompa, penurunan kebocoran dan sosialisasi

Output : Tersedianya prasarana dan sarana jaringan distribusi dalam mengembangkan cakupan pelayanan kepada masyarakat di kawasan Pantura Outcome :

Meningkatnya

Jumlah PSD Bertambah

(9)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

b. Daya dukung air baku makin terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas

Tersedianya sarana dan prasarana air minum untuk daerah bencana dan daerah rawan air

Pemenuhan cakupan pelayanan

Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap

Pengembangan dan Pengelolaan Air Bersih dan Air Limbah

Penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sosialisasi

Output : tersedianya sarana dan prasarana air minum untuk daerah bencana dan daerah rawan air Outcome :

Meningkatnya cakupan pelayanan kepada masyarakat

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

c. Masih adanya daerah yang belum terlayani yang merupakan daerah rawan air

Optimalisasi dan Peningkatan kapasitas yang ada

Pemenuhan cakupan pelayanan

Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap

Program Penyediaan Air Bersih

Program Penyediaan Air Bersih

Output : Tersedianya prasarana dan sarana air minum Outcome :

Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat Perkotaan

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

d. Masih adanya daerah pedesaan yang belum terlayani yang merupakan daerah rawan air

Optimalisasi dan Peningkatan sarana dan prasarana air bersih pedesaan

Pemenuhan cakupan pelayanan

Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap

Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Pedesaan

Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih perpipaan dan non perpipaan

Output : Tersedianya prasarana dan sarana air minum Outcome :

Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat Perkotaan

Jumlah PSD Bertambah

(10)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

e. Daya dukung air baku makin terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas

Optimalisasi dan Peningkatan kapasitas yang ada

Pemenuhan cakupan pelayanan

Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap

Pengembangan SPAM Skala Kota

Unit air baku, Unit produksi, Unit Distribusi, Unit Pelayanan, Penurunan Kebocoran dan Peningkatan Managemen

Output : Tersedianya prasarana dan sarana air minum Outcome :

Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat Perkotaan

Jumlah PSD Bertambah

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

4 PENYEHATAN LINGKUNGAN

a. Air Limbah - Peraturan Daerah

(Perda No. 33 Th. 1996) yang melandasi kegiatan operasional pelayanan limbah tinja dinilai sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dan kondisi kota saat ini

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman

Penyaluran air limbah domestik diarahkan pada sistem individual dan komunal

Peningkatan pelayanan air limbah dengan sasaran target terpenuhi

Perencanaan dan Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat

Perencanaan dan Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat

Output : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman Outcome : Penurunan angka penduduk dengan masalah kesehatan

Cakupan pelayanan air limbah meningkat

Asumsi : Kecukupan anggaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga PSD Resiko : Keberlanjutan program dapat terganggu

b. Drainase

- Penanganan drainase belum terpadu

Terciptanya

pembangunan saluran drainase yang berwawasan lingkungan

Menciptakan pola pembangunan yang berkelanjutan melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan

Penyediaan PSD

Pembangunan Saluran Drainase

Pembangunan Saluran Drainase

Output : Terbangunnya saluran drainase dalam mengatasi terjadinya genangan air Outcome :

Jumlah PSD Bertambah

(11)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

No Isu/Permasalahan per

Kawasan Tujuan/Sasaran

Pendekatan/Strategi

Pembangunan Kebijakan Program

Ruang Lingkup

Kegiatan Output/Outcome

Performance

Indicator Asumsi dan Resiko

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

- Penyumbatan pada mulut gorong-gorong atau sedimetasi yang berlebihan pada dasar saluran dan kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi drainase

Mengurangi genangan dan bencana banjir

Sosialisasi kebijakan terkait fungsi saluran drainase

Penyediaan PSD

Pemeliharaan Saluran Drainase

Pemeliharaan Saluran Drainase

Output : Mengurangi genangan dan bencana banjir Outcome : Meningkatnya fungsi drainase

Jumlah PSD Bertambah

Kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi drainase

- Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir, efisien, efektif dan terpadu

Sosialisasi kebijakan terkait fungsi saluran drainase

Penataan PSD Pembuatan Outline Plan Drainase

Pembuatan Outline Plan Drainase Kec.Kalijati, Kec.Jalan Cagak dan

Kec.Cisalak

Output : Produk Outline Plan Drainase Outcome : Kejelasan fungsi sistem drainase

Ketersedian Outline Plan Drainase

Penyimpangan dalam pelaksanaan

c. Persampahan

- Sampah bertambah Lingkungan Sehat Pengurangan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya

Sampah Jadi Uang

Peningkatan 3R Peningkatan 3R Output : Lingkungan sehat

Outcome : Masyarakat sejahtera

Sampah terbuang berkurang

(12)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

8.2.

RINGKASAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

JANGKA MENENGAH

A.

Sub Bidang Permukiman

1)

Gambaran Umum

(a)

Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan

utama non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Ciri utama wilayah ini adalah merupakan

pusat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi

perkotaan, serta jumlah penduduk yang relatif padat tetapi dengan luasan lahan

yang relatif kecil.

(b)

Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian

termasuk pengolahan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kawasan permukiman perdesaan lokasinya menyebar dalam bentuk pusat-pusat

permukiman desa.

Kondisi perumahan dan pola perumahan dan permukiman di perdesaan pada

umumnya berupa bangunan semi permanen dan mengelompok pada satuan

lahan pertanian non irigasi, lahan pemilikan sendiri dan tegalan yang sudah

tertata rapi. Sarana dan prasarana dirasakan kurang emadai, baik itu berupa jalan,

saluran drainase, penerangan, dan kebutuan air bersih.

(c)

Kawasan Permukiman Pada Lokasi Rawan Bencana

Permukiman pada kawasan bencana di Kabupaten Subang meliputi 6.291 wilayah

permukiman yang tersebar banyak di Kecamatan Legonkulon dan Pamanukan.

Kecamatan yang memiliki permukiman rawan longsor yang cukup tinggi adalah

(13)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

Kecamatan yang memiliki permukiman rawan banjir yang cukup tinggi adalah

Kecamatan Legonkulon (1778 KK), Pamanukan (1464 KK), Blanakan (730 KK),

Ciasem (527 KK) dan Pusakanagara (96 KK).

Kecamatan yang memiliki permukiman rawan bencana lainnya yang cukup tinggi

adalah Kecamatan Tanjungsiang (920 KK), Pabuaran (400 KK) dan Legonkulon (215

KK). Jumlah keseluruhan keluarga yang tinggal didaearah rawan bencana adalah

89 keluarga tinggal di daearah rawan longsor, 4625 keluarga rawan banjir dan

1577 keluarga rawan bencana lainnya.

2)

Permasalahan

Permasalahan permukiman yang umum terjadi di Kabupaten Subang adalah

permukiman kumuh, permukiman pada daerah rawan bencana dan permukiman pada

bantaran sungai. Permukiman kumuh terjadi pada daerah bantaran sungai di

perkotaan. Hal ini yang disebabkan oleh semakin sempitnya lahan untuk bermukim

pada kantong-kantong permukiman yang dimanfaatkan masyarakat yang bekerja pada

sektor informal mendiami daerah-daerah ilegal untuk bermukim. Permukiman pada

daerah rawan bencana pada umumnya terjadi pada daerah-daerah lahan pertanian di

pinggiran kawasan rawan bencana yang sekaligus `dimanfaatkan petani untuk

bermukim

3)

Usulan Program

Di Kabupaten Subang sektor Permukiman yang diprogramkan sampai dengan tahun

2014 adalah dengan membangun komponen-komponen sebagai berikut :

1.

Optimalisasi/rehabilitasi saluran Permukiman (primer, sekunder dan tersier)

2.

Pembangunan jalan lingkungan dan jalan setapak

3.

Penyediaan sistim air bersih

4.

DED, Pelatihan Manajemen dan Supervisi.

Total investasi untuk program sektor permukiman sampai dengan tahun 2014

(14)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

Provinsi, APBD Kab/Kota dan swasta. Secara keseluruhan pengalokasian dana untuk

sektor Permukiman dapat dilihat dalam lampiran indikator program.

B.

Sub Bidang Penataan Bangunan Gedung Dan Lingkungan

1)

Gambaran Umum

Saat ini, kondisi bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Subang belum tertata

dengan baik, ini terlihat dari kesemrawutan tata bangunan di Kabupaten Subang yang

merupakan pusat konsentrasi seluruh aktivitas. Selain itu, kurangnya ruang terbuka

hijau baik berupa jalur hijau maupun taman-taman skala lingkungan yang berfungsi

sebagai taman bermain serta tempat bersosialisasi dan berinteraksi bagi penduduk.

Untuk Penataan Bangunan Gedung yang ada merupakan warisan sisa tata bangunan di

era kolonial yang terlihat dari pola dan susunan bangunan dan gedung yang bersimpul

di pusat kota yang dikenal dengan nama Alun-Alun. Struktur polanya terdiri atas pusat

pemerintahan bangunan spiritual islam berupa Mesjid Raya/Agung dan pasar. Juga

terlihat pola bangunan sisa perkebunan yang dimanfaatkan untuk kepentingan meliter

dan pemerintahan yang kurang memperhatikan akses efisiensi. Pada wilayah-wilayah

pertumbuhan permukiman terlihat pola perkembangan yang didorong oleh aktivitas

sosial budaya termasuk aktivitas ekonomi, yang tumbuh mengikuti akses jalan provinsi,

jalan poros perkebunan dan inisiatif masyarakat. Hal ini mencerminkan belum

dilakukan pendekatan perencanaan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang

mungkin disebabkan keterbatasan sumber daya terutama sumber daya manusia, dan

kesadaran masyarakat Kabupaten Subang termasuk Pemangku Kepentingan

Kabupaten Subang.

2)

Permasalahan

Permasalahan yang ada di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten

(15)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

a.

Bangunan Gedung

Belum optimalnya kondisi penegakan aturan keselamatan, keamanan dan

kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan

bencana

Kondisi Prasarana dan sarana hidran kebakaran dari segi fungsi dan

kapasitas layannya di Kabupaten Subang belum optimal dan sebagian dalam

kondisi rusak

Belum optimalnya kondisi pengaturan penyelenggaraan dan kualitas

pelayanan publik serta perijinan Bangunan Gedung di Kabupaten Subang.

b.

Gedung dan Rumah Negara

Kondisi Bangunan Gedung Negara di Kabupaten Subang yang sudah

memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan dari segi

kualitas maupun kuantitas masih kurang.

Kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara, belum

tertib dan efisien, hal ini disebabkan oleh terbatasnya plafond anggaran

pembangunan

Kondisi aset negara yang sudah diadministrasikan baik dari segi kualitas dan

kuantitas dirasakan masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari belum

optimalnya kinerja peyedia jasa serta terbatasnya plafond anggaran

pembangunan.

c.

Penataan Lingkungan

Masih adanya permukiman kumuh di kantong permukiman yang dihuni di

Kabupaten Subang

Kondisi bangunan gedung bersejarah belum tertata dengan baik serta

kurang mendapat pehatian baik dari pemerintah, masyarakat maupun dari

para stakeholder.

Kondisi sarana lingkungan hijau/

open space atau public space

, sarana olah

(16)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

d.

Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

Kondisi kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat

saat ini masih kurang berperan.

Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan penetaan prioritas

pembangunan masih kurang aktif.

3)

Usulan Program

Di Kabupaten Subang sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL) yang

diprogramkan sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1.

Pembangunan Fasilitas Sosial/Umum.

2.

Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor.

3.

Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.

4.

Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademis Perda Bangunan Gedung

5.

Penataan Kawasan Nelayan

6.

Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

7.

Program Revitalisasi Kawasan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Total investasi untuk program sektor penataan bangunan gedung dan lingkungan

sampai dengan tahun 2014 membutuhkan biaya yang sumber dananya dianggarkan

dari dana APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota. Secara keseluruhan pengalokasian

dana untuk sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL) dapat dilihat

dalam lampiran indikator program.

C.

Sub Bidang Air Limbah

1)

Gambaran Umum

Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) yang terdapat di Kabupaten Subang adalah IPLT

Cibarola yang berlokasi di Kelurahan Soklat Kecamatan Subang. Luas IPLT Cibarola ini

adalah 3 (tiga) hektar.

IPLT Cibarola dibangun pada tahun 1995 oleh Dinas PU Cipta Karya Provinsi Jawa Barat

(17)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

Potensi Limbah tinja yang terbuang ke IPLT yaitu potensi limbah cair yang berasal dari

buangan truck vakum tinja rata-rata perhari mencapai : ± 5.000 liter.

2)

Permasalahan

Data Subjek dan Objek Pelayanan air limbah yang belum terdata secara up to

date, menjadi penyebab sasaran operasional pelayanan kurang terarah ;

Adanya keterlibatan operasional pihak swasta yang mempengaruhi tingkat

pelayanan dan pendapatan ;

Peraturan Daerah (Perda No. 33 Th. 1996) yang melandasi kegiatan

operasional pelayanan limbah tinja dinilai sudah tidak relevan lagi dengan

perkembangan dan kondisi kota saat ini ;

Aspek mobilitas yang mendukung kegiatan operasional seperti Tuck Vacum

Tinja, Kondisi IPLT, sudah tidak memadai lagi dengan kondisi saat ini dan

diperlukan peremajaan.

3)

Usulan Program

Di Kabupaten Subang sistim penyediaan Air Limbah yang diprogramkan sampai dengan

tahun 2014 adalah Kegiatan Perencanaan dan Pembangunan Sanitasi Berbasis

Masyarakat.

Total investasi untuk program sektor air limbah sampai dengan tahun 2014

membutuhkan biaya yang sumber dananya dianggarkan dari dana APBN, APBD

Provinsi dan APBD Kab/Kota. Secara keseluruhan pengalokasian dana untuk sektor Air

Limbah dapat dilihat dalam lampiran indikator program.

D.

Sub Bidang Drainase

1)

Gambaran Umum

Secara umum alur jaringan drainase di kota Subang mengikuti garis ketinggian (kontur)

dan mengikuti pola jaringan jalan kota yang ada. Dibagian lain jaringan drainase dibuat

(18)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

Arah pengaliran air sebagian besar tertuju ke arah Utara, dengan terlebih dahulu

masuk sungai-sungai yang ada di kota subang yaitu : Cigadung, Cipanggilingan,

Cipeujeuh, Cileuleuy, Cilametan dan Ciasem.

2)

Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi adalah banjir yang disebabkan oleh :

-

Penyebab alam seperti lokasi cekungan dan terisolir tanpa adanya outlet

untuk mengeringkan daerah tersebut.

-

Bentuk, dimensi penampang saluran saluran serta kemiringan dasar saluran

drainase yang tidak terencana dengan baik.

-

Pemeliharaan yang tidak memadai, seperti penyumbatan pada mulut

gorong-gorong atau sedimetasi yang berlebihan pada dasa saluran.

-

Terjadi penyempitan penampang saluran akibat terdesak bangunan di

sekitarnya dan lain-lain.

3)

Usulan Program

Di Kabupaten Subang sistim Drainase yang diprogramkan sampai dengan tahun 2014

adalah dengan sebagai berikut :

1.

Optimalisasi/rehabilitasi saluran drainase (primer, sekunder dan tersier)

2.

Pembangunan drainase primer

3.

Pembangunan drainase sekunder

4.

Pembangunan drainase tesier

5.

Pembuatan outline plan drainase

Total investasi untuk program sektor drainase sampai dengan tahun 2014

membutuhkan biaya yang sumber dananya dianggarkan dari dana APBN, APBD

Provinsi dan APBD Kab/Kota. Secara keseluruhan pengalokasian dana untuk sektor

(19)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

E.

Sub Bidang Persampahan

1)

Gambaran Umum

Pengelola sistem persampahan di Kabupaten Subang dilaksanakan oleh Sub Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU, dan pihak swasta yang ikut mengelola

persampahan di Kabupaten Subang yaitu PT. Adiguna Persada yang berlokasi di

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Panembong dan juga terdapat partisipasi dari

masyarakat yang dikelola oleh YAPESMAS yang berlokasi di IPLT Cibarola dimana peran

serta masyarakat disini adalah mengelola sampah menjadi pupuk kompos.

Jumlah penduduk yang terlayani di Kabupaten Subang saat ini adalah 554.680 jiwa

dengan cakupan penduduk terlayani 39,56 %. Total timbunan sampah di TPA

Panembong adalah sebanyak 2.873,554 m

3

/hari dan untuk total sampah yang

terangkut sebanyak 295 m

3

/hari.

2)

Permasalahan

Permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Subang adalah sebgai

berikut :

1.

Jumlah personil/SDM pengelola sampah masih kurang dibandingkan jumlah

penduduk yang harus dilayani;

2.

Masih terbatasnya sarana dan prasarana persampahan yang mengakibatkan

terbatasnya pelayanan;

3.

Sarana penampungan sampah yang tersedia kurang memadai dan tidak

seimbang dengan luas wilayah pelayanan dan volume sampah yang harus

ditampung;

4.

Masih terbatasnya dana untuk pengelolan sampah;

5.

Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan masih

rendah.

3)

Usulan Program

Di Kabupaten Subang sistim Persampahan yang diprogramkan sampai dengan tahun

(20)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

Total investasi untuk program sektor persampahan sampai dengan tahun 2014

membutuhkan biaya yang sumber dananya dianggarkan dari dana APBN, APBD

Kab/Kota dan swasta. Secara keseluruhan pengalokasian dana untuk sektor

Persampahan dapat dilihat dalam lampiran indikator program.

F.

Sub Bidang Air Minum

1)

Gambaran Umum

Sampai akhir Juli tahun 2007, total kapasitas terpasang sebesar 400,88 liter/detik

dengan total kapasitas produksi 730.359 m

3

(272 liter/detik) dan jumlah air

terdistribusi sebesar 634.647 m3 (236,95 liter/detik) dengan angka kebocoran air di

Instalasi Produksi sebesar 13,1%. Air terjual pada bulan Juli tahun 2007 sebesar

453.518 m

3

(169,32 liter/detik) dengan angka kebocoran air di jaringan distribusi

sebesar 28,54%.

Cakupan pelayanan PDAM Kabupaten Subang sampai akhir tahun 2006, di wilayah

administrasi sebesar 12,65% sedangkan di wilayah yang telah dilayani sebesar 37,95%,

dengan jumlah sambungan pelanggan sebesar 23.206 sambungan.

2)

Permasalahan

Untuk Kabupaten Subang, permasalahan yang dihadapi adalah semakin berkurangnya

lahan-lahan resapan air, yang mengakibatkan sumber air di mata air semakin sedikit.

3)

Usulan Program

Di Kabupaten Subang sistim penyediaan air minum yang diprogramkan sampai dengan

tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1.

Optimalisasi Sistim

2.

Komponen air baku

3.

Komponen pipa transmisi

(21)

L a p o r a n R P I J M

K a b u p a t e n S u b a n g

5.

Komponen Pipa distribusi

6.

Komponen pelayanan.

7.

DED, Pelatihan Manajemen dan Supervisi.

Total investasi untuk program sektor air minum sampai dengan tahun 2014

membutuhkan biaya yang sumber dananya dianggarkan dari dana APBN, APBD

Provinsi, APBD Kab/Kota dan PDAM. Secara keseluruhan pengalokasian dana untuk

Gambar

Tabel 8.1
Tabel 8.2.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen Kusuma Agrowisata dalam Membentuk Minat Berkunjung Ulang .... Uji

Sifat open source arduino juga banyak memberikan keuntungan tersendiri untuk kita dalam menggunakan board ini, karena dengan sifat open source komponen yang kita

Sehingga arthritis sering menyebabkan masalah dalam penegakkan diagnosa DRA, karena jika arthritis yang ditemukan bukan merupakan arthritis yang termasuk dalam kriteria Jones maka

Dari analisis SWOT tentang posisi awal strategi yang dilihat pada gambar diagram SWOT untuk sub sektor drainase lingkungan adalah terletak di garis batas antara kuadran

Secara umum longsorlahan adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Secara geologi

Sesuai pengamatan peneliti tentang kurangnya respon siswa terhadap materi yang diajarkan dan motivasi belajar siswa di kelas yang tidak dapat dimaksimalkan oleh

sains Presentasi makalah oleh kelompok X Penjelasan tambahan dari dosen Membaca literatur untuk memperdalam pemahaman konse tentang inkuiri Selasa Pembelajaran Kooeperatif

Penelitian ini dilatarbelakangi hasil wawancara pada 10 orang siswa SMP Pasundan 12 Bandung yang mengatakan merasa kurang percaya diri, penampilannya kurang