• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KROMATOGRAFI GAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. KROMATOGRAFI GAS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A. KROMATOGRAFI GAS KOLOM PACKING

Kromatografi gas adalah sistem kromatografi yang menggunakan fase gerak berupa gas dan fase diam berupa padatan atau cairan yang dilapiskan pada bahan penyangga. Interaksi yang ada dalam

interaksi antara sampel analit dengan fase diam. Interaksi antara analit (dalam bentuk gas) terhadap fase gerak (gas pembawa) praktis diabaikan karena interaksi antara dua fase gas sangat lemah. Gas yang paling banyak dipakai untuk fase gerak adalah helium, hidrogen dan nitrogen. Fase diam biasanya ditempatkan dalam kolom yang mempunyai diameter dalam 100 ^m sampai 4 mm. Sistem peralatan kromatografi gas terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem untuk memasukkan sampel (injektor),

detektor seperti terlihat pada gambar III.l. berikutini.

Gambar III.1

1. Sistem untuk memasukkan sampel atau Sistem Injektor Sampel dimasukkan melalui tempat ini dengan bantuan syringe. komponen yaitu injector port dan sampling loop.

Dengan bantuan syringe, sampel dimasukkan menembus septum, bertemu dengan aliran gas pembawa

Selanjutnya gas pembawa mengalir membawa uap sampel masuk ke da kolom. Bila sampel berupa gas, maka akan sulit mengukur volume secara tepat hanya dengan syringe, perlu

akan masuk memenuhi tempat sampel. Bila ada kelebihan volume maka BAB III. KROMATOGRAFI GAS

A. KROMATOGRAFI GAS KOLOM PACKING

Kromatografi gas adalah sistem kromatografi yang menggunakan fase gerak berupa gas dan fase diam berupa padatan atau cairan yang dilapiskan pada bahan penyangga. Interaksi yang ada dalam kromatografi gas hanya interaksi antara sampel analit dengan fase diam. Interaksi antara analit (dalam bentuk gas) terhadap fase gerak (gas pembawa) praktis diabaikan karena interaksi antara dua fase gas sangat lemah. Gas yang paling banyak dipakai ase gerak adalah helium, hidrogen dan nitrogen. Fase diam biasanya ditempatkan dalam kolom yang mempunyai diameter dalam 100 ^m sampai 4 mm. Sistem peralatan kromatografi gas terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem untuk memasukkan sampel (injektor), pengontrol temperatur kolom dan detektor seperti terlihat pada gambar III.l. berikutini.

Gambar III.1. Skema kromatografi gas

Sistem untuk memasukkan sampel atau Sistem Injektor Sampel dimasukkan melalui tempat ini dengan bantuan syringe.

injector port dan sampling loop.

Dengan bantuan syringe, sampel dimasukkan menembus septum, bertemu dengan aliran gas pembawa (carrier ga$ yang panas dan teruapkan. Selanjutnya gas pembawa mengalir membawa uap sampel masuk ke da kolom. Bila sampel berupa gas, maka akan sulit mengukur volume secara tepat hanya dengan syringe, perlu sampling loop. Pada posisi

akan masuk memenuhi tempat sampel. Bila ada kelebihan volume maka Kromatografi gas adalah sistem kromatografi yang menggunakan fase gerak berupa gas dan fase diam berupa padatan atau cairan yang dilapiskan kromatografi gas hanya interaksi antara sampel analit dengan fase diam. Interaksi antara analit (dalam bentuk gas) terhadap fase gerak (gas pembawa) praktis diabaikan karena interaksi antara dua fase gas sangat lemah. Gas yang paling banyak dipakai ase gerak adalah helium, hidrogen dan nitrogen. Fase diam biasanya ditempatkan dalam kolom yang mempunyai diameter dalam 100 ^m sampai 4 mm. Sistem peralatan kromatografi gas terdiri dari tiga komponen utama yaitu pengontrol temperatur kolom dan

Sampel dimasukkan melalui tempat ini dengan bantuan syringe. Ada dua tipe

Dengan bantuan syringe, sampel dimasukkan menembus septum, yang panas dan teruapkan. Selanjutnya gas pembawa mengalir membawa uap sampel masuk ke dalam kolom. Bila sampel berupa gas, maka akan sulit mengukur volume secara Pada posisi load, sampel akan masuk memenuhi tempat sampel. Bila ada kelebihan volume maka

(2)

secara otomatis akan dialirkan ke pembuangan. Selanjutnya diposisikan inject, sehingga arah aliran menjadi seperti bagian kanan. Gas pembawa akan berhubungan dengan tempat sampel dan selanjutnya membawa sampel ke arah kolom.

Injektor harus didesain agar sampel cepat dan efisien masuk ke dalam kolom, sehingga tidak ada kemungkinan sampel berdifusi balik yang dapat menyebabkan tailing. Suhu injektor biasanya diatur 50°C di atas suhu kolom.

2. Fase diam, fase gerak dan pola elusi

Fase diam merupakan jantung pemisahan, dapat diklasifikasikan berdasarkan diameter dan tipe packingnya. Berdasarkan ukurannya ada tiga macam, yaitu :

Konvensional, diameter 1/8 -1/4 inchi, panjang 6 -20 feet, bahan dari stainless steel atau gelas

Preparatif, diameter 1/4 inchi, panjang >10 feet

Kapiler, diameter dalam 0.1-0.5 mm, panjang 10 - 100 meter

Untuk kromatografi gas cair (GLC) perlu diperhatikan jenis fase diam dan bahan penyangga yang digunakan. Syarat bahan penyangga yang baik adalah diameter kecil (2-9 (µm) dan seragam, kekuatan mengikat fase diam besar, inert, luas permukaan spesifik > 1 m2/gram. Sedangkan fase diam cair yang digunakan mestinya memiliki selektifitas tinggi yang terhadap komponen yang dipisahkan, interaksi dengan komponen bersifat irreversibel, stabil pada temperatur yang digunakan dan mempunyai tekanan uap yang rendah.

Sekarang ini telah terdapat ratusan jenis fase diam untuk GLC yang dijumpai dalam literatur-literatur seperti pada tabel III.1. Untuk karakteristik masing-masing fase diam, Rohrschneider telah mengembangkan serangkaian konstanta untuk mendiskripsikan selektivitas masing-masing kolom dengan tipe-tipe sampel yang berbeda. Fase diam yang sesuai untuk suatu jenis sampel dapat dipilih berdasarkan konstanta ini. Pekerjaan ini telah disempurnakan oleh Me Reynolds dan kebanyakan supplier kolom kromatografi menggunakan konstanta Me Reynolds untuk mendiskripsikan produknya. Sejumlah senyawa yang mewakili masing-masing tipe interaksi telah diteliti dan diamati waktu retensinya menggunakan fase diam squalen sebagai model. Waktu retensi dari senyawa yang diuji dibandingkan terhadap

(3)

seri homolognya dan dinyatakan sebagai indeks retensi yang dapat dihitung dengan persamaan Ill.1.berikut:

Ix = 100Z ଵ଴଴ሺ୪୭୥ ௧

ோ௑ି୪୭୥ ௧ோ௓ሻ

ሺ௟௢௚௧ᇲோ௓ାଵି௟௢௚௧ᇱோ௓ሻ ……….. III.1

keterangan : t’RX : waktu retensi dari komponen yang diperiksa t’RZ : waktu retensi dari alkana yang terelusi sebelum X t’RZ + 1: waktu retensi dari senyawa alkana yang terelusi

setelah X

Z : jumlah karbon dari senyawa alkana yang mempunyai waktu retensi Z

Indek retensi untuk alkana adalah :

Ix = 100 x jumlah atom C... III.2 Tabel III.l Contoh jenis fase diam untuk kromatografi gas

Nama Struktur kimia Range

suhu ( C) Polaritas

Squalane C30 alkana -50 - 100 0

SF-96, OV-101 Minyak Metilsilikon 0-200, 260 205, 229 SE-30, OV-1 Metilsilikon gum 20-350 216, 217 SE-52 5% fenil metilsilikon gum 20-350 334 SE-54 1% vinil, 5% fenil metilsilikon gum 20-350 337 UCON LB 550 Polietilen polipropilen glikol (10/90) -20 - 160 496 OV-7 20% fenil metilsilikon oil 20-300 592 OV-1701 7% fenil, 7% cyanopropil metilsilikon

gum

40-300 819

OV-17 %% fenil metilsikon oil 20-250 884 0V 17 (gum) 50% fenil, 2% Vinil metilsilikon gum 20-300 - OV-25 75% fenil metilsilikon oil 20-300 1175 OV-210 50% trifluoropropil metilsilikon oil 20-200 1520 OV-215 50% trifluoropropil, 2% vinil

metilsilikon gum

20-200 1545

(4)

metilsilikon oil (atau gum)

UCON HB 5100 Polietilen propilen glikol (50/50) 20-200 1706 Superox-4 Polietilenglikol gum 50-300 2238 Superox- 0.1 Polietllenglikol gum 50-280 2301 Carbowax 20M Polietilenglikol gum 80-250 2308 Superox-20M Polietilenglikol gum 50-300 2309 Silar 5CP 50% Cyanopropil, 50% fenil silikon

oil

50-240 2424

SP2340 75% Cyanopropil metilsilikon oil 100-240 2428 Poly-S 179 Polyphenileter sulfon 200-400 - Chirasil-Val Chiral polisiloksan 50-240 - Fase diam dengan harga konstanta Me Reynolds yang sama akan memiliki sifat kromatografik yang sama. label III.2 berikut ini memuat penggolongan fase diam cair menurut Me Reynolds dan Rohrscneider. Tabel III. 2. Penggolongan fase diam cair untuk kromatografi gas

menurut Me Reynolds dan Rohrscneider

Simbol Me Reynolds Rohrschneider Interaksi yang dihitung

X' Bensena Bensen Kerapatan elektron untuk senyawa aromatik dan hidrokarbon olefin Y' n-butanol Etanol Kemampuan donor proton dan

aseptor proton (alkohol dan nitril)

Z' 2-pentanon 2-butanon Interaksi proton aseptor (keton, eter, aldehid, ester)

U' Nitropropan Nitrometan Interaksi dipol

S' Piridin Piridin Interaksi proton aseptor kuat H' metil

2-pentanol

Interaksi alkohol tersubstitusi mirip dengan n-butanol

y lodobutan Interaksi alkana polar

K' 2-oktin Interaksi hidrokarbon tak jenuh mirip dengan bensena

L' 1,4 dioksan Interaksi aroton aseptor M' Cis-hidrindan Interaksi-dispersi

(5)

Tabel III.3. Harga konstanta Me Reynolds dan Rohrscneider beberapa jenis fase diam yang biasa digunakan

Nama Suhu

Min/Maks (°C)

Isi fase diam X' Y' Z' U' S' Fase diam yang mirip Squalen 20/100 sikloparafin 0 0 0 0 0 POLISILOKSAN DC 200 0/200 Dimetilsiloksan 16 57 45 66 43 SP-2100, SE-30, OV-101, DC-710 5/250 Fenilmetilsiloksan 107 149 153 228 190 OV11 SE-30 50/300 Dimetil 15 53 44 64 41 SP-2100, OV-101, OV-1 SE-54 100/350 5% fenil, l%vinil 33 72 66 99 67

Ov-1 0/350 Dimetil (gum) 16 55 44 65 42 SP-2100 OV-3 0/350 10%fenil-fenilmetildimetil 44 86 81 124 88 OV-7 0/350 20% fenil-fenilmetildimetil 69 113 111 171 128 OV-11 0/350 35%fenil-fenilmetildimetil 102 142 145 219 178 DC-710 OV-17 0/350 50%fenil-50%metil 119 158 162 243 202 SP-2250 OV-22 0/350 65%fenil-fenilmetildimetil 160 188 191 283 253 OV-25 0/350 75%fenil-fenilmetildimetil 178 204 208 305 280 OV-61 0/350 33%fenil-difenildimetil 101 143 142 213 174 OV-73 0/350 5.5% fenil-difenildimetil (gum) 40 86 76 114 85

OV-101 0/350 Dimetil (fluid) 17 57 45 67 43 SP-210, SE-30, OV-1 OV-105 0/275

Cyanopropilmetil-dimetil

(6)

OV-202 0/275 Trifluoropropil-metil(fluid) 146 238 358 468 310 OV-210 0/275 Trifluoropropil-metil(fluid) 146 238 358 468 310 SP-2401 OV-215 0/275 Trifluoropropil-metil(Fgum) 149 240 363 478 315 OV-225 0/265 Cyanopropilmetil-fenilmetil 228 369 338 492 386 SP-2300, Silar 5 CP OV-275 25/275 Dicyanoalil 629 872 763 1106 849 SP-2340 OV-330 0/250 Fenilsilikon-carbowax kopolimer 222 391 273 417 368 OV-351 50/270 Carbowax-asam nitrotereftalat polimer 335 552 382 583 540 SP-1000 OV-1701 0/250 14%cyanopropilfenil 67 170 153 228 171 Silar 5 CP 0/250 50% cyanopropil-50%fenil 319 495 446 637 531 SP-2300, OV-225 Silar 10CP 0/250 100%cyanopropil 520 757 660 942 800 SP-2340 SP-2100 0/350 Metil 17 57 45 67 43 SE-30, 0V-101, OV-1 SP-2250 0/375 50% fenil 119 158 162 243 202 OV-17 SP-2300 20/275 50% cyanopropil 316 495 446 637 530 OV-225 SP-2310 25/275 55 % cyanopropil 440 637 605 840 670 SP-2330 25/275 90% cyanopropil 490 725 630 913 778 SP-2340 25/275 100% cyanopropil 520 757 659 942 800 Silar 10 CP SP-2401 0/275 Trifluoropropil 146 238 358 468 310 OV-210 FASE DIAM NONSILIKA

Apiezon L 50/300 Hidrokarbon grease 32 22 15 32 42 Carbowax

20M

60/225 Polietilenglikol 322 536 368 572 510 Superox4, superox20M DEGS 20/200 Dietilen glikol 496 746 590 837 835

TCEP 0/175

1,2,3-tri(cyanoetoksi)propa

(7)

FFAP 50/250 Fase asam lemak bebas

340 580 397 602 627 OV-351

Syarat fase gerak yang dapat dipakai adalah gas tidak bereaksi dengan fase diam dan sampel, tidak memberikan respon terhadap detektor dan dapat diperoleh dengan kemurnian tinggi 99,995%. Untuk memperoleh kecepatan alir yang konstan sering digunakan dua pengatur tekanan yaitu diletakkan pada tabling gas dan pada saat mau masuk ke dalam injektor. Kecepatan alir harus konstan untuk memperoleh performance kromatogram yang baik dan reprodusibilitas waktu retensi yang tinggi. Kecepatan alir sangat dipengaruhi oleh temperatur kolom, karena kerapatan gas dapat berubah dengan kenaikkan temperatur. Waktu retensi dalam sistem kromatografi gas seringkali memiliki reprodusibilitas yang rendah, oleh karena itu sering ditambahkan standard internal untuk meningkatkan selektifitasnya. Sebelum dialirkan ke dalam injektor, fase gerak seringkali dilewatkan filter agar diperoleh gas yang lebih bersih. Filter dapat berisi molecular siever untuk menyerap uap air dan karbon aktif untuk menyerap kontaminan organik yang ada dalam gas pembawa.

Elusi dapat dikerjakan secara isotermal atau gradien temperatur (temperature programming). Disebut isotermal bila suhu kolom selama analisis adalah sama. Disebut gradien temperatur bila temperatur kolom selama analisis diatur secara terprogram. Karena kelarutan gas dalam cairan turun bila temperatur dinaikkan, maka kita dapat mempercepat waktu retensi suatu senyawa dengan menaikkan temperatur kolom.

3. Detektor

Syarat detektor yang baik adalah :

Memberikan respon linear dengan perubahan konsentrasi solute Stabil untuk jangka waktu yang lama

Tahan terhaddap suhu tinggi Sensitivitas tinggi

Selektifitas tinggi

Sinyal tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan kecepatan alir, tekanan dan temperature

(8)

Sensitifitas detektor dapat dilihat berdasarkan parameter perubahan sinyal terhadap perubahan konsentrasi solut dan parameter batas deteksi (limit of detection). Tingkat sensitifitas berdasarkan range konsentrasi yang dapat diaplikasikan beberapa detektor kromatografi gas dapat dilihat pada gambar III.2. berikut ini.

Gambar III.2. Tingkat selektifitas detektor berdasarkan range konsentrasi linear yang dapat diaplikasikan

1. Thermal Conductivity Detector (TCD)

Sifat detektor : non selektif, non destruktif, LOD sekitar 400 pg/ml gas pembawa, range linear 106g. Perubahan respon detektor tergantung pada perubahan konsentrasi analit. Besarnya sinyal dapat dirumuskan dengan persamaan III.3 beikut ini.

S = kI2R ( ) (Tf - Tb) ………III.3

Keterangan : k : tetapan sel

I : arus pada kawat pij'ar

R : tahanan

: konduktivitas termal gas pembawa : konduktivitas termal gas pembawa Tf : suhu lewat pijar

(9)

Detektor TCD dapat digunakan untuk mendeteksi CS2, CoS, H2S, S02, CO, NO, N02, CO2, dan lain-lain.

2. Flame lonization Detector (FID)

Sifat detektor FID adalah lebih spesifik karena sampel harus dapat dibakar, destruktif, LOD 5 pg karbon/second, kisaran linear 107 g. Tidak atau sedikit memberikan respon terhadap senyawa NOX, H20, NH3, CO, C02, CS2, O2, N2/ asam format, formaldehid dan senyawa terhalogenasi. Respon FID tergantung jumlah karbon yang terkandung dalam solut. Adanya halogen atau oksigen dapat mengurangi pembakaran. Jenis gas pembawa yang digunakan juga mempengaruhi intensitas respon. Intensitas respon bila menggunakan fase gerak argon lebih besar dibanding nitrogen, helium dan hidrogen. Urutan intensitas respon detektor argon > N2 > He > H2.

3. Electrone Capture Detector(ECD)

Sifat : spesifik karena sampel harus mengandung senyawa elektronegatif, non destruksi, LOD 0.1 pg Cl/second, range linear 104 g. Detektor ini sangat bermanfaat untuk analisis unsur kelumit dalam sampel lingkungan seperti senyawa terhalogenasi, gugus nitro dan senyawa dengan banyak ikatan ganda.

Adanya gugus elektronegatif yang terkandung dalam senyawa (halogen, nitril, nitrat, ikatan ganda terkonjugasi) akan mengabsorpsi sinar β, sehingga dapat menurunkan arus konstan. Sebagai pengemisi sinar β adalah 63Ni. Karena digunakan bahan radioaktif, maka harus dilakukan pemantauan secara berkala di sekitar perangkat kromatografi gas agar bila terdapat kebocoran bahan radioaktif dapat segera diketahui.

4. Nitrogen Phosphorous Detector (NPD)

Sifat detektor ini adalah spesifik karena sampel harus mengandung unsur N atau P, destruktif, LOD 0.4 pg N/second dan 0.2 pg P/second, kisaran linear 104g.

Detektor NPD hampir sama dengan detektor FID yaitu adanya ionisasi dalam nyala. Yang membedakan adalah adanya elemen aktif yang akan memblok ion nyala yang tidak dikehendaki, sehingga ion yang sampai ke pengumpul ion adalah ion N dan P.

5. Flame Photometric Detector (FPD)

(10)

S/second dan 0.9 pg P/second, kisaran linear 104g untuk P dan 103g untuk S. Detektor FPD akan menghitung emisi nyala yang dihasilkan selama pembakaran unsur S dan P yang terkandung dalam sampel.

6. Photo lonization Detector (PID)

Sifat detektor ini adalah spesifik karena senyawa harus dapat terionisasi oleh sinar ultra violet, LOD 2 pg karbon/second, kisaran linear 107g. Dasar pengamatan adalah sinar ultra violet akan mengionisasi sampel dan menghasilkan arus listrik yang dapat diukur

7. Electrolyte Conductivity Detector

Sifat detektor ini adalh selektif untuk unsur halogen, S, N (hanya satu jenis yang terkandung dalam sampel), sensitif (LOD untuk halogen 5-10pg, S 10-20pg, N 10-20pg), kisaran linear halogen 105-106g, N 104-105g, S 103-104g. suhu reaksi halogen 800-1000°C, N 850-925°C, S 750- 825°C.

8. Hyphenated Methods

Sistem kromatografi gas seringkali dihubungkan dengan instrumentasi lain untuk memperoleh data kualitatif dan kuantitatif yang dikehendaki, seperti dihubungkan dengan alat mass spectrofotometer (MS), fourier transform infra red (FTIR), atomic emission detector (AED).

(11)

B. KROMATOGRAFI GAS KOLOM KAPILER

Kromatografi gas kolom kapiler sering digunakan untuk analisis campuran yang sangat kompleks dengan jumlah komponen yang harus dipisahkan cukup banyak. Perbedaan dengan kolom packing terutama kecilnya diameter dalam kolom, panjang kolom, tidak adanya fase diam yang dipacking dalam kolom, dan kapasitas sampel yang lebih kecil, seperti terlihat pada tabel III.4 berikut.

Tabel III.4. Perbedaan parameter dalam kromatografi gas kolom packing dan kolom kapiler

Parameter Panjang (meter)

Diameter dalam (meter) Kecepatan alir (ml/menit) Tekanan in let (psig) Total lempeng teoritik Kapasitas

Ketebalan lapisan fase diam (

Karena jumlah lempeng teoritis dalam kolom kapiler sangat besar, maka pita kromatogram berbentuk runcing dengan lebar dasar yang sempit, sehingga sensitifitasnya besar

Gambar III..3 . Perbedaan bentuk pita kromatogram antara kromatogram B. KROMATOGRAFI GAS KOLOM KAPILER

Kromatografi gas kolom kapiler sering digunakan untuk analisis campuran yang sangat kompleks dengan jumlah komponen yang harus dipisahkan cukup banyak. Perbedaan dengan kolom packing terutama kecilnya diameter dalam kolom, panjang kolom, tidak adanya fase diam yang dipacking dalam kolom, dan kapasitas sampel yang lebih kecil, seperti terlihat pada tabel III.4 berikut.

Tabel III.4. Perbedaan parameter dalam kromatografi gas kolom packing n kolom kapiler

Parameter Kolom packing

0.5-5

5-Diameter dalam (meter) 2-4 0.1

Kecepatan alir (ml/menit) 10-60 0.5

10-40

3-Total lempeng teoritik 4000 250.000

10 µg/pita 100

Ketebalan lapisan fase diam (µrn) 1-10 0.1

Karena jumlah lempeng teoritis dalam kolom kapiler sangat besar, maka pita kromatogram berbentuk runcing dengan lebar dasar yang sempit, sehingga

besar seperti pada gambar III.3, berikut ini.

Gambar III..3 . Perbedaan bentuk pita kromatogram antara kromatogram kolom packing dan kolom kapiler

Kromatografi gas kolom kapiler sering digunakan untuk analisis campuran yang sangat kompleks dengan jumlah komponen yang harus dipisahkan cukup banyak. Perbedaan dengan kolom packing terutama pada kecilnya diameter dalam kolom, panjang kolom, tidak adanya fase diam yang dipacking dalam kolom, dan kapasitas sampel yang lebih kecil, seperti terlihat

Tabel III.4. Perbedaan parameter dalam kromatografi gas kolom packing

Kolom kapiler -100 0.1-0.7 0.5-15 -40 250.000 100 µg/pita 0.1-8

Karena jumlah lempeng teoritis dalam kolom kapiler sangat besar, maka pita kromatogram berbentuk runcing dengan lebar dasar yang sempit, sehingga

(12)

Kolom kapiler terbuat dari fused silika yang dilapisi dengan fase diam. Bagian sisi luar dilapisi dengan poliimida untuk memperkuat silika dari benturan mekanik. Fase diam dapat juga diikatkan secara kimiawi ke dalam fused silika {bonded phase}. Ada beberapa keuntungan menggunakan bonded phase yaitu lebih stabil, kemungkinan rusak karena pemanasan lebih kecil, waktu pakai (lifetime) lebih lama, lebih mudah dibersihkan apabila kolom terkontaminasi. Di samping bonded phase, sekarang telah dikembangkan kolom porous layer open tubular (PLOT) yaitu kolom kapiler yang di dalamnya dilapisi fase diam padat sehingga sistem merupakan kromatografi gas-padat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pemisahan adalah panjang kolom, diameter dalam kolom, tebal lapisan fase diam, tipe atau jenis fae gerak, kecepatan alir fase gerak dan temperatur kolom. Pemilihan fase diam biasanya hanya didasarkan pada hukum like dissolved like. Senyawa non polar dipisahkan dengan fase diam non polar, senyawa polar dipisahkan dengan fase diam polar. Fase diam non polar contohnya metil silikon, fase diam sedang contohnya metilsilikon-fenil silikon dengan perbandingan 20-50 % fenil, fase diam polar contohnya Carbowax 20M. Lapisan fase diam yang tebal akan menaikkan kapasitas sampel tetapi memberikan konsekuensi lain yaitu pita kromatogram memiliki lebar dasar yang besar sehingga resolusinya rendah. Diameter dalam yang semakin besar menyebabkan tekanan inlet kolom menjadi kecil, kapasitas sampel meningkat tetapi resolusi menurun.

Gambar

Gambar III.1
Tabel III.l Contoh jenis fase diam untuk kromatografi gas
Tabel  III.  2.  Penggolongan  fase  diam  cair  untuk  kromatografi  gas  menurut Me Reynolds dan Rohrscneider
Tabel  III.3.  Harga  konstanta  Me  Reynolds  dan  Rohrscneider  beberapa  jenis fase diam yang biasa digunakan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam.Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Sampel tinta diteteskan pada garis

Prinsip dari kromatografi kolom adalah didasarkan pada afinitas kepolaran analit dengan fase diam, sedangkan fase gerak selalu memiliki kepolaran yang berbeda

1. Kromatografi gas adalah cara pemisahan kromatografi menggunakan gas sebagai fasa penggerak. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam kolom yang diisi dengan fasa

Pada sebagian besar kromatografi kolom menggunakan fase diam yang bersifat polar dengan fase gerak yang non-polar dengan  begitu waktu retensi akan menjadi lebih singkat.. Semakin

Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang diikatkan pada suatu. pendukung sehingga solut akan terlarut dalam

Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionary

1. Kromatografi gas adalah cara pemisahan kromatografi menggunakan gas sebagai fasa penggerak. Zat yang dipisahkan dilewatkan dalam kolom yang diisi dengan fasa

Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisika-kimia dengan fase gerak (larutan pengembang yang cocok), dan fase diam (bahan berbutir) yang diletakkan