• Tidak ada hasil yang ditemukan

Shared Christian Praxissebagai model katekese demi pengembangan hidup beriman umat lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Shared Christian Praxissebagai model katekese demi pengembangan hidup beriman umat lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI MODEL KATEKESE DEMI PENGEMBANGAN HIDUP BERIMAN UMAT LINGKUNGAN PAULUS ANDREAS PAROKI ADMINISTRATIF TYAS DALEM GUSTI YESUS MACANAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Arthi Rosa Widya Prasanti NIM: 131124006. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI MODEL KA TEKESE DEMI PENGEMBANGAN HIDUP BERlMAN UMA T LINGKUNGAN PAULUS ANDREASPAROKI ADMINISTRATIF TY AS DALEM GUSTI YESUS ~<\CANAN. 0 1eh : Arthi Rosa Widya Prasanti. NIM : 13 1124006. Telah disetujui oleh:. Pembimbing. Tanggal 09 November 2018. 11.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI MODEL KATEKESE DEMI PENGEMBANGAN HIDUP BERIMAN UMA T LINGKUNGAN PAULUS ANDREAS PAROKI ADMINISTRATIF TY AS DALEM GUSTI YESUS MACANAN. Dipersiapkan dan ditulis oleh Arthi Rosa Widya Prasanti NIM : 131124006 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 26 November 2018 dan dinyatakan memenuhi syarat. SUSUNAN PANITIA PEN GUn Tanda tangan. Nama Ketua. : Dr. B. A. Rukiyanto, SJ.. Sekretaris. : Yoseph Kli stianto, SFK. , M. Pd.. Auggota. : 1. Drs. F. X. Heryatno W. W ., SJ. , M . Ed. 2. YH Bintang Nusantara, SFK. , M. Hum 3. P. Banyu Dewa HS , S. Ag. , M .Si.. Yogyakatta, 26 November 2018 F akultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 111. H fij! ....... .... --?~. .~... f1,JI!l •.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah menyertai dan membimbingku. Kepada kedua orang tua Bapak FX. Subardi Ibu B. Maria Suhartini, saudaraku Galih Prasetya J, dan saudara-saudara sepupu serta teman-teman yang selalu mendukung hingga skripsi ini selesai.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”. (Rm 12:12). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 26 November 2018 Penulis,. 4il. Arth1 Rosa Wt dya Prasantl.. VI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNY A TAAN PERSETUJUAN PUBLlKASI KARYA ILMlAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dhanna: Nama: Arthi Rosa Widya Prasanti NIM: 131124006 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah penulis yang berjudul. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI MODEL KATEKESE DEMI PENGEMBANGAN HIDUP BERIMAN UMAT LINGKUNGAN PAULUS ANDREAS PAROKI ADMINISTRATIF TYAS DALEM GUSTI YESUS MACANAN beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atan media lain tUltuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenamya. Yogyakarta, 26 November 2018 Yang menyatakan,. Arthi Rosa Widya Prasanti. VlI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Demi Pengembangan Hidup Beriman Umat Lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan yang didasari oleh kesan penulis akan pelaksanaan pendalaman iman yang kurang menarik di lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan. Penulis mempunyai kesan bahwa pelaksanaan pendalaman iman di lingkungan kurang melibatkan umat secara aktif. Kenyataan menunjukkan pendalaman iman di lingkungan belum bertolak dari pengalaman hidup sehari-hari umat, kemudian dari segi media yang digunakan oleh pendamping masih terbatas. Masalah pokok dalam skripsi ini bagaimana membantu umat memperkembangkan hidup beriman umat melalui katekese model SCP. Menanggapi situasi tersebut penulis menggunakan studi pustaka yang bersumber dari dokumen-dokumen Gereja dan pandangan para ahli mengenai katekese model SCP. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pendalaman iman di lingkungan penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan, penyebaran kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendalaman iman di lingkungan masih memprihatinkan, namun rasa ingin tahu umat akan pendalaman iman model SCP sangatlah besar terutama dalam rangka meningkatkan hidup beriman yang berkualitas. Maka untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, penulis menawarkan pendampingan bagi pendamping pendalaman iman dengan model SCP sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas hidup beriman umat. Melalui kegiatan ini diharapkan umat dan juga para pendamping dapat melaksanakan pendalaman iman demi meningkatkan kualitas hidup beriman mereka.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT This thesis is titled Shared Christian Praxis as a Catechetical Model for the Development of Environmental Believers Life Paulus Andreas District Administrative Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan Parish who is based on the impression that the author will carry out an interesting exploration of faith in Paulus Andreas District Administrative Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan Parish. The author has the impression that the implementation of deepening faith in the environment does not actively involve the people. The fact shows the deepening of faith in the environment has not departed from the experience of everyday life of the people, then in terms of the media used by the companion is still limited. The main problem in this thesis is how to help Christian people develop the faithful life of the Christian people through the catechesis of the SCP model. Responding to the situation the author used a literature study sourced from Church documents and expert views on the catechesis of the SCP model. in addition, to obtain an overview of the implementation of deepening the faith in the environment the author conducted research by observing, distributing questionnaires and interviews. The results of the study indicate that the implementation of deepening the faith in the environment is still a concern, but the curiosity of the people for the deepening of the faith of the SCP model is very large, especially in order to improve the lives of quality believers. Then to follow up on the results of the study, the author offers assistance for companions to deepen their faith with the SCP model as an effort to improve the quality of life of faithful.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, karena telah menyertai dan selalu memberikan berkat yang melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun serta menyelesaikan skripsi yang berjudul KATEKESE. “SHARED CHRISTIAN PRAXIS DEMI. PENGEMBANGAN. SEBAGAI MODEL. HIDUP BERIMAN. UMAT. LINGKUNGAN PAULUS ANDREAS PAROKI ADMINISTRATIF TYAS DALEM GUSTI YESUS MACANAN”. Skripsi ini disusun berdasarkan kesan penulis yang belajar ilmu kateketik dan sebagai bagian umat mengenai situasi pelaksanaan pendalaman iman di lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan. Penulis melihat pendalaman iman di lingkungan sudah berjalan dengan baik namun umat belum terlibat secara aktif. Pendalaman iman perlu menggunakan model katekese yang bertolak dari pengalaman hidup sehari-hari umat. Maka dari itu melalui skripsi ini penulis menyampaikan sumbangan pemikiran bagi umat lingkungan Paulus Andreas dalam meningkatkan pendalaman iman menggunakan katekese model Shared Christian Praxis. Selama penulis menyusun skripsi ini banyak pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan dukungan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ, selaku Kaprodi Pendidikan Agama Katolik (PAK) Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Drs. F. X. Heryatno W. W., SJ., M. Ed, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan motivasi dan masukan yang positif kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. 3. Y.H Bintang Nusantara, SFK., M. Hum selaku dosen penguji kedua yang telah meluangkan waktu dan bersedia menjadi dosen penguji pada pertanggungjawaban skripsi ini. 4. P. Banyu Dewa HS, S. Ag., M.Si, selaku dosen penguji ketiga yang telah meluangkan. waktu. dan. bersedia. menjadi. dosen. penguji. pada. pertanggungjawaban skripsi ini. 5. Drs. L. Bambang Hendarto Y, M. Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi motivasi dan semangat dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. 6. Segenap staf dosen dan seluruh karyawan prodi PAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan dan bantuan selama proses penulisan skripsi ini. 7. Rm. Lambertus Issri Purnomo, Pr, selaku Romo Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di lingkungan Paulus Andreas. 8. Bapak W. Wahyudi Widodo, selaku ketua lingkungan Paulus Andreas dan seluruh umat lingkungan Paulus Andreas yang bersedia meluangkan waktu menjadi responden.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Bapak FX. Subardi dan ibu B. Maria SuhaItini serta adik Galib Prasetya J, yang tidak lelab mendoakan, memberi semangat dan motivasi, selalu mengasihi, menyayangi dan dengan tulus mendampingi penulis selama menjalani studi hingga menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman ahm1l1i 12 IPS 1 SMA N 1 Prambanan angkatan 2013 yang selahl memberikan seman gat, motivasi, dan selalu mengingatkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 11 . Teman-teman PAK aIlgkatan 2013 terima kasih atas kebersaInaarmya dalam suka dan duka selalu memberikan dukungan, motivasi dan rasa persaudaraan selama menjalani studi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Keluarga besar Kromodiharjo dan Prapto Harjono serta saudara, teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selaIna ini memberi SemaIlgat serta duktmgan dengan berbagai cara sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari segala maCaIn kekuraIlgan. Oleh karen a itu, dengan fendall hati dan terbuka penulis menenma kritik maupun saran yang membaIlgtm demi penyempumaan penulisan skripsi ini. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yaIlg membuluhkan. Yogyakarta, 26 November 2018 Penulis,. Arth4 i W~d . Rosa. XII. 1. ya Prasantl.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. iv. MOTTO ...................................................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................... vii. ABSTRAK .................................................................................................................. viii. ABSTRACT.................................................................................................................. ix. KATA PENGANTAR ................................................................................................ x. DAFTAR ISI............................................................................................................... xiii. DAFTAR TABEL...................................................................................................... xviii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xix. BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1. A. Latar Belakang .............................................................................................. 1. B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6. C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 7. D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 7. E. Metode Penulisan.......................................................................................... 7. F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 8. BAB II. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI MODEL KATEKESE UMAT .................................................................................. A. Shared Christian Praxis ............................................................................... 10 11. 1. Biografi Singkat Thomas H. Groome ...................................................... 11. 2. Elemen-elemen Pokok Shared Christian Praxis ..................................... 14. a. Praksis ................................................................................................. 14. b. Kristiani ............................................................................................... 15. c. Sharing ................................................................................................ 16. 3. Tujuan Shared Christian Praxis .............................................................. 17. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Langkah-langkah Shared Christian Praxis.............................................. 18. a. Langkah pertama : Pengungkapan Praxis Faktual .............................. 19. b. Langkah kedua : Refleksi Kritis Pengalaman Faktual ....................... 20. c. Langkah ketiga : Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau ................................................................ d. Langkah keempat : Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani............................ e. Langkah kelima : Keputusan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia .............................................. B. Pokok-pokok Katekese Umat ....................................................................... 22 24 25 26. 1. Arti Katekese Umat.................................................................................. 26. 2. Tujuan Katekese Umat ............................................................................. 28. 3. Pelaku Katekese Umat ............................................................................. 30. 4. Peranan Fasilitator ................................................................................... 31. 5. Proses Katekese Umat.............................................................................. 32. a. Langkah pertama : proses mengamati dan menyadari suatu fenomena tertentu dalam masyarakat yang diangkat sebagai tema Katekese Umat.............................................................. b. Langkah kedua : menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Sabda Allah ................................. c. Langkah ketiga : memikirkan dan merencanakan aksi yang akan dilakukan ........................................................................... 6. Kekhasan Katekese Umat ....................................................................... C. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese Umat yang Memperkembangkan Iman Umat ................................................................ BAB III. Gambaran Hidup Beriman Umat Lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan ..................................................................................................... A. Gambaran Umum Lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan ....................................... 1. Gambaran Umum Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan ....................................................................................... a. Sejarah Singkat Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan .................................................................................. b. Letak dan Batas Teritorial Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan ............................................................. c. Visi dan Misi Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan .................................................................................. d. Karya-Karya Pastoral ......................................................................... 1) Bidang Persekutuan (Koinonia) .................................................... xiv. 32 33 33 33 35. 38 39 39 39 44 45 47 47.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2) Bidang Pewartaan (Kerygma)......................................................... 48. 3) Bidang Liturgi (Leiturgia) .............................................................. 51. 4) Bidang Pelayanan Kemasyarakatan (Diakonia) ............................. 51. 2. Gambaran Singkat Lingkungan Paulus Andreas ..................................... 53. a. Letak dan Batas Teritorial Lingkungan Paulus Andreas ..................... 53. b. Gambaran Hidup Beriman Umat Lingkungan Paulus Andreas............................................................................................... c. Keprihatinan Umat Lingkungan Paulus Andreas ................................ 53 55. B. Penelitian Mengenai Pelaksanaan Pendalaman Iman di Lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan .................................................................................. 1. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 55 55. 2. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 57. 3. Jenis Penelitian......................................................................................... 58. 4. Instrumen Penelitian ................................................................................ 58. 5. Responden Penelitian ............................................................................... 59. 6. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 60. 7. Variabel Penelitian ................................................................................... 60. 8. Laporan Penelitian .................................................................................. a. Gambaran mengenai pelaksanaan pendalaman iman yang memprihatinkan .................................................................................. b. Gambaran peluang sejauh mana SCP membantu umat dalam memperkembangkan iman mereka .......................................... c. Gambaran harapan umat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendalaman iman melalui katekese model SCP ..................................................................................................... 9. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. a. Gambaran mengenai pelaksanaan pendalaman iman yang memprihatinkan .................................................................................. b. Gambaran peluang sejauh mana SCP membantu umat dalam memperkembangkan iman mereka .......................................... c. Gambaran harapan umat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendalaman iman melalui katekese model SCP ..................................................................................................... 10. Kesimpulan Penelitian ........................................................................... 61. BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI JALAN UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM KEGIATAN MENGGEREJA TERUTAMA DALAM PENDALAMAN IMAN ............................................................ xv. 62 65. 74 78 78 81. 87 89. 93.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. A. Pemikiran Dasar Program Pendampingan Pendamping Pendalaman Iman Model Shared Christian Praxis ..................................... B. Usulan Program Pendampingan Pendamping Pendalaman Iman Model Shared Christian Praxis ................................................................... 1. Latar Belakang....................................................................................... 93 95 95. 2.. Tujuan Kegiatan .................................................................................... 97. 3.. Tema Kegiatan ....................................................................................... 97. 4.. Identitas Kegiatan .................................................................................. 97. 5.. Peserta.................................................................................................... 98. 6.. Sarana .................................................................................................... 98. 7.. Materi .................................................................................................... 98. 8.. Sumber Bahan ....................................................................................... 98. 9.. Matriks Kegiatan ................................................................................... 99. 10. Gambaran Kegiatan dan Jadwal ........................................................... 107 11. Contoh Satuan Pendampingan .............................................................. 108 BAB V. PENUTUP .................................................................................................. 113 A. Kesimpulan .................................................................................................. 113 B. Saran ............................................................................................................ 114 1.. Bagi Pengurus, Tokoh-tokoh, dan Katekis Lingkungan....................... 114. 2.. Bagi Umat Lingkungan Paulus Andreas .............................................. 115. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 116 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian (Paroki) ............................. (1). LAMPIRAN 2 : Surat Permohonan Ijin Penelitian (Lingkungan) .................... (2). LAMPIRAN 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian ....................................... (3). LAMPIRAN 4 : Daftar Wilayah dan Lingkungan ............................................ (4). LAMPIRAN 5 : Data Umat Lingkungan Paulus Andreas ................................ (5). LAMPIRAN 6 : Kuesioner Tertutup ................................................................. (8). LAMPIRAN 7 : Contoh Jawaban Responden .................................................. (11) LAMPIRAN 8 : Transkrip Panduan Pertanyaan Wawancara .......................... (19) LAMPIRAN 9 : Transkrip Hasil Wawancara .................................................. (20). xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1: Kisi-kisi Penelitian ................................................................................... 61. Tabel 2: Pelaksanaan Pendalaman Iman yang Memprihatinkan............................ 62. Tabel 3: Peluang SCP dalam Memperkembangkan Iman Umat ............................ 65. Tabel 4: Harapan Umat .......................................................................................... 74. Tabel 5: Matriks Kegiatan Pelatihan SCP.............................................................. 99. Tabel 6: Jadwal Kegiatan Pendampingan Pendamping Pendalaman Iman ............................................................... 107. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN APP. : Aksi Puasa Pembangunan. ARDAS. : Arah Dasar. Art.. : Artikel. BKSN. : Bulan Kitab Suci Nasional. CT. : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini (16 Oktober 1979). KAS. : Keuskupan Agung Semarang. KU. : Katekese Umat. KLMTD. : Kecil Lemah Miskin Tersingkir Difabel. KWI. : Konferensi Waligereja Indonesia. MMM PAM : Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner OMK. : Orang Muda Katolik. PAUD. : Pendidikan Anak Usia Dini. PDDP. : Pedoman Dasar Dewan Paroki. PIA. : Pendampingan Iman Anak. PIR. : Pendampingan Iman Remaja. PKKI. : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia. Pr. : Imam Praja Diosesan. PSE. : Pengembangan Sosial Ekonomi. SD K. : Sekolah Dasar Kanisius. SCP. : Shared Christian Praxis. SJ. : Societas Jesu (Serikat Yesus, Yesuit). SMPK. : Sekolah Menengah Pertama Katolik. St. : Santo. WK. : Wanita Katolik. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Gereja selalu memerlukan katekese demi perkembangan iman umat. Gereja akan senantiasa tumbuh dan berkembang karena adanya katekese yang sesuai dengan kebutuhan umat dan mampu menjawab permasalahan yang sedang mereka hadapi. Menurut penulis, pada jaman sekarang ini banyak umat yang kurang memperhatikan hidup berimannya. Mereka sibuk dengan urusan mereka masingmasing dan sibuk mengejar harta duniawi dan kepuasan pribadi. Padahal, katekese sangatlah penting dalam kehidupan menggereja dan demi perkembangan iman mereka. Katekese adalah komunikasi iman yang terjadi antar anggota jemaat. Tukar pengalaman iman menimbulkan sikap saling meneguhkan satu sama lain. Dengan demikian, iman akan Yesus semakin dihayati bukan hanya secara pribadi melainkan juga dalam kelompok sehingga iman umat akan semakin berkembang. Katekese juga merupakan kegiatan menggemakan kembali atau menceritakan kembali kisah-kisah iman Kristiani yang terjadi sepanjang masa. Katekese dengan demikian ditempatkan secara khusus sebagai kegiatan pembinaan iman Kristiani (Groome, 2010: 40). Melalui katekese, umat dapat belajar dari pengalaman dan dari isi Kitab Suci yang merupakan harta kekayaan iman Gereja agar pengalaman dapat dimaknai sesuai dengan ajaran Gereja dan bukan dari sudut pandang manusiawi saja..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Katekese dalam rangka komunikasi iman bertujuan agar pengalaman iman dapat diungkapkan dengan baik. Sedangkan dalam rangka pendidikan iman, katekese bertujuan agar manusia mencapai kematangan atau kedewasaan iman (Sumarno, 2016: 1). Melalui katekese, umat diajak untuk memaknai pengalaman tidak hanya pengalamannya pribadi tetapi juga dapat memaknai pengalaman umat lain sebagai bekal bagi kehidupan di masa yang akan datang. Supaya menjadi efektif, katekese harus dijalankan terus menerus. Katekese tidak akan memperkembangkan iman umat jika hanya dilaksanakan satu kali dan tidak berkelanjutan. Katekese akan lebih bermakna jika kita mendalami secara terus-menerus, supaya iman dalam diri kita dapat lebih menggemakan Kristus yang hadir secara utuh dalam diri kita. Katekese juga harus selalu diperbaharui, dengan meninjau metode-metode yang digunakan, menggunakan bahasa yang sesuai, dan juga menemukan model yang membuat umat tidak hanya menemukan makna tetapi dapat menemukan pengajaran baru dan inspirasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Isi katekese adalah pengalaman perjumpaan umat dengan Yesus, di mana pengalaman itu dapat dimaknai dengan sungguh dan dapat diresapkan dalam diri sehingga membawa perubahan menjadi lebih baik juga dapat berguna bagi masyarakat di sekitarnya. Pengalaman, Kitab Suci dan Tradisi merupakan harta kekayaan iman Gereja yang perlu untuk diolah, dimaknai secara utuh, sehingga membuahkan hidup baru yang akan diwujudkan. Di lain pihak katekese juga merupakan hak: ditinjau dari sudut teologi setiap orang yang dibaptis, justru karena ia dibaptis, berhak menerima dari Gereja.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. pengajaran dan pendidikan, yang memungkinkannya menghayati hidup Kristen yang sejati (CT, art.14). Dengan demikian jelas bahwa katekese merupakan suatu yang utama dalam hidup menggereja. Tanpa adanya katekese, Gereja tidak akan berkembang dalam hal iman. Umat tidak akan mampu menjadi dewasa dalam iman jika tidak ada katekese yang menjadi pedoman iman mereka dan pedoman dalam menghayati iman pada Kristus terutama untuk menjadi muridNya. Untuk itulah katekese erat sekali hubungannya dengan pengembangan Gereja. Katekese dan perkembangannya juga merupakan tanggungjawab bersama sebagai umat beriman. Supaya pendalaman iman dapat berguna dan mengembangkan iman Gereja model katekese Shared Christian Praxis perlu dipahami sebagai model yang relevan bagi perkembangan iman umat karena model ini menggerakkan dan memberdayakan umat sebagai subjek utama dengan bertolak dari pengalaman dan permasalahan yang sedang dihadapi. Shared Christian Praxis menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogis-partisipatif supaya dapat mendorong umat, berdasar komunikasi antara tradisi dan visi hidup umat dengan Tradisi dan visi Kristiani, baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan bersama (Heryatno, 1997: 1). Menurut Groome inti dari Shared Christian Praxis adalah mengajak umat untuk mengolah dan merefleksikan pengalaman secara kritis. Umat pendamping merupakan. dan. partner dialog, yang terlibat aktif dan secara kritis. mengolah pengalaman mereka sesuai dengan keadaan faktual yang sedang mereka.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. hadapi. Selain itu, dengan kesadaran yang kritis-reflektif dan di dalam suasana yang dialogis umat didorong supaya membuat penegasan dan penilaian, serta mengambil keputusan yang mendorong pada keterlibatan baru (Heryatno, 1997: 4). Dialog mengandung unsur peneguhan, penegasan dan hasrat untuk maju secara bersama. Dialog juga menggarisbawahi hubungan dialektis antara praksis faktual umat dengan nilai dan semangat Kristiani. Shared Christian Praxis adalah model yang memandang umat sebagai subjek/pelaku yang penting. Berdasar pada refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya dalam kaitannya dengan situasi konkret masyarakat dan komunikasinya dengan iman dan visi Gereja, kesadaran diri umat sebagai subjek yang secara aktif dan kreatif menghayati imannya dapat makin diwujudkan (Heryatno, 1997:1). Dalam model ini terjadi adanya dialog bukan hanya antara pendamping dengan umat saja tetapi juga interaksi antara umat dengan umat lain yang saling meneguhkan. Jadi, dalam model ini semua umat maupun pendamping terlibat aktif. Tiga komponen pokok dalam Shared Christian Praxis. Praksis, yaitu tindakan yang mempunyai tujuan dan di dalamnya terkandung tiga komponen yang saling berkaitan yaitu aktivitas, refleksi dan kreativitas yang berfungsi membangkitkan. berkembangnya. imajinasi,. meneguhkan. kehendak,. dan. mendorong praksis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggungjawabkan. Praksis merupakan ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual dari hidup kita. Sesuatu yang faktual dan bukan sesuatu yang teoretis, atau apa yang dikatakan tanpa pembuktian (Sumarno, 2016: 15)..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Kristiani, Shared Christian Praxis mencoba mengusahakan supaya kekayaan iman kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan peserta pada zaman sekarang. Dengan proses itu diharapkan kekayaan iman Gereja sepanjang sejarah berkembang menjadi pengalaman iman jemaat pada zaman sekarang (Heryatno, 1997: 2-3). Sharing, merupakan proses katekese yang menggarisbawahi aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam sharing semua peserta diharapkan secara terbuka siap mendengar dengan hati dan berkomunikasi dengan kebebasan hati. Dalam kata sharing juga terkandung hubungan dialektis antara pengalaman hidup faktual peserta dengan tradisi dan visi Kristiani (Heryatno, 1997: 4). Dari pengamatan penulis, umat lingkungan Paulus Andreas kurang terlibat dalam pendalaman iman. Umat cenderung pasif dan hanya mendengarkan saja. Bagi mereka katekese masih merupakan pengajaran yang hanya diterima, tidak untuk didalami melalui pengalaman mereka. Hal ini yang menjadi keprihatinan penulis saat ini. Menurut penulis, iman mereka tidak akan berkembang jika mereka kurang aktif dan hanya menjadi penerima bukan menjadi pelaku utama. Umat juga dapat belajar bahwa tidak selamanya pengalaman yang pernah dialaminya itu merupakan cobaan yang memberatkan hidup tetapi juga bisa dilihat dari segi positifnya sebagai sapaan Tuhan yang meneguhkan. Kurangnya keterlibatan umat ini juga terlihat pada saat ada pendalaman iman. Yang hadir hanya empat orang padahal jumlah umat di lingkungan Paulus Andreas 145 orang dengan 54 kepala keluarga. Umat yang aktif dan mau terlibat hanya beberapa orang saja. Harapannya setelah adanya katekese model Shared.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Christian Praxis umat menjadi tertarik dalam mengikuti pendalaman iman maupun dalam kegiatan hidup menggereja lainnya. Katekese model Shared Christian Praxis juga diharapkan mampu menjawab kebutuhan umat dalam memperkembangkan imannya. Model ini diharapkan mampu menggerakkan umat agar terlibat dalam berkatekese dan mampu menggerakkan umat supaya terlibat aktif dalam hidup menggereja. Katekese ini akan mengangkat hal-hal yang mereka rasakan dan alami dalam hidup sehari-hari, sehingga pengalaman tersebut dapat dimaknai dan umat disadarkan untuk terlibat dalam hidup menggereja. Atas pertimbangan demikian maka penulis mengajukan skripsi ini dengan judul Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese demi Pengembangan Hidup Beriman Umat Lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan yang menjadi perhatian pokok : 1. Apa itu SCP dan perannya dalam membantu mengembangkan hidup beriman umat? 2. Bagaimana gambaran hidup beriman umat lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan? 3. Bagaimana SCP sebagai model katekese dapat membantu umat untuk mengembangkan hidup beriman mereka?.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. C. Tujuan Penulisan Penulisan skripsi ini bertujuan untuk : 1.. Menggambarkan pokok-pokok SCP dan perannya dalam mengembangkan iman umat.. 2.. Menggambarkan hidup beriman umat lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan. 3.. Menguraikan SCP sebagai model katekese yang dapat membantu umat untuk mengembangkan imannya.. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Umat dapat terlibat aktif dalam berkatekese demi memperkembangkan imannya. 2. Umat dapat terlibat aktif dalam kegiatan menggereja utamanya dalam pendalaman iman. 3. Sebagai calon katekis, skripsi ini bisa membantu penulis untuk lebih bersikap arif dan bijaksana dalam memberikan pendampingan.. E. Metode Penulisan Skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis yang dilakukan dengan: Pertama, menggambarkan dan menjelaskan mengenai pokok-pokok SCP dan perannya dalam mengembangkan iman umat. Hal ini didukung dengan menggunakan studi pustaka..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Kedua, metode ini didukung. dengan menggunakan penelitian kualitatif.. Dalam mencari data yang dibutuhkan untuk penelitian, penulis akan melakukan pengamatan. serta. menyebarkan. kuisioner.. Pengamatan. adalah. teknik. pengumpulan data di mana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, terutama umat lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan.. Kuesioner ialah daftar. pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden. Jenis angket yang digunakan bersifat tertutup dengan menggunakan checklist.. F. Sistematika Penulisan Penulis memilih judul skripsi “Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese demi Pengembangan Hidup Beriman Umat Lingkungan Paulus Andreas Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan”. Judul skripsi ini diuraikan dalam lima bab: Bab I memaparkan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan skripsi, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan pokok-pokok dan peranan Shared Christian Praxis melalui studi pustaka. Dimulai dari mengenal siapa yang mencetuskan model katekese Shared Christian Praxis, elemen-elemen pokok yang ada dalam Shared Christian Praxis, tujuan Shared Christian Praxis, dan langkah-langkah Shared Christian Praxis. Pada bagian kedua, penulis akan memaparkan mengenai pokokpokok Katekese Umat. Pertama, arti dan makna Katekese Umat, kemudian tujuan.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Katekese Umat, pelaku Katekese Umat, peranan fasilitator, proses Katekese Umat, dan kekhasan Katekese Umat. Pada bagian ketiga, penulis menguraikan Shared Christian Praxis sebagai model Katekese Umat yang memperkembangkan iman umat. Bab III memaparkan/menggambarkan hasil penelitian lapangan mengenai keterlibatan umat lingkungan Paulus Andreas dalam pendalaman iman. Penulis akan mengawali bagian ini dengan menguraikan profil Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan dan mengenai Lingkungan Paulus Andreas. Selanjutnya penulis akan memaparkan semua temuan lapangan yang berisi hasil kuesioner dan wawancara dengan responden yang sudah dianalisis. Bab IV berisi usulan kegiatan pendampingan bagi pendamping pendalaman iman model Shared Christian Praxis guna membantu umat dan juga pendamping agar terlibat aktif dalam pendalaman iman dan demi perkembangan iman. Bab V merupakan kesimpulan dari keseluruhan tulisan ini. Bagian ini menguraikan tentang kesimpulan umum dan beberapa saran penting yang perlu diperhatikan pelayan Gereja, kaum awam dan semua mereka yang sempat membaca karya tulis ini..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. BAB II SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI MODEL KATEKESE UMAT. Pada bab dua ini penulis akan mengemukakan tiga pokok. Pada pokok pertama, penulis menguraikan Shared Christian Praxis yang diawali dengan biografi Thomas H. Groome sebagai tokoh pencetus Shared Christian Praxis yang merupakan profesor teologi dan pendidikan agama. Selanjutnya, penulis akan menjelaskan elemen-elemen pokok Shared Christian Praxis sebagai model katekese yang bertolak dari pengalaman hidup umat yang kemudian direfleksikan secara kritis sehingga menumbuhkan kesadaran untuk membuat sikap baru yang lebih baik, tujuan Shared Christian Praxis, dan langkah-langkah Shared Christian Praxis. Dalam pokok kedua ini penulis akan menjelaskan pokok-pokok Katekese Umat, yang meliputi arti dan makna katekese umat, tujuan katekese umat, pelaku katekese umat, peranan fasilitator, proses katekese umat, dan yang menjadi kekhasan katekese umat. Pada pokok ketiga, penulis akan membahas Shared Christian Praxis sebagai model katekese umat yang memperkembangkan iman dan akan menjelaskan Shared Christian Praxis sebagai jalan pengembangan iman umat. Penulis menilai pokok ini penting karena dalam pelaksanaannya katekese model Shared Christian Praxis merupakan katekese umat yang memberdayakan umat untuk terlibat aktif dalam proses berkatekese..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. A. Shared Christian Praxis Pada bagian ini penulis akan menjabarkan Shared Christian Praxis yang diawali dengan memperkenalkan pencetusnya. Lalu penulis akan menjelaskan mengenai elemen-elemen pokok Shared Christian Praxis yaitu Shared, Christian, dan Praxis. Selanjutnya, penulis akan mengemukakan tujuan dan kekuatan Shared Christian Praxis, langkah-langkah Shared Christian Praxis, mulai dari langkah pertama, kedua, ketiga, keempat, hingga kelima. Katekese model Shared Christian Praxis menjadi salah satu metode yang relevan bagi umat masa kini. Langkah-langkah yang ada dalam model Shared Christian Praxis membantu umat untuk menemukan pengalaman berharga yang belum mereka refleksikan. Bertolak dari pengalaman yang kemudian diteguhkan melalui ajaran Kitab Suci, umat diharapkan semakin menyadari relasinya dengan Kristus. Sharing pengalaman antar umat juga akan menjadi bekal bagi perkembangan iman umat.. 1.. Biografi Singkat Thomas H. Groome Sumber pokok biografi ini diperoleh dari http://www.talbot.edu/ce20. /educators/catholic/thomas_groome/#bio. Diakses tanggal 5 April 2017. Pukul 13.00 WIB. Thomas Henry Groome lahir pada tanggal 30 September 1945 di Dublin, Irlandia. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Terence P Groome dan Margaret Flood Groome. Groome dibesarkan di dalam keluarga yang sangat taat kepada ajaran agama Katolik. Sejak kecil, orang tua Groome selalu menanamkan semangat keadilan, kebebasan, dan pelayanan sehingga membuat Groome ingin.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. bekerja dan mengabdi pada bidang pelayanan. Ia masuk seminari St. Don Bosco di Ballinkali pada tahun 1957 sampai 1959. Pada tahun 1966, Groome sudah menjadi guru agama di sebuah sekolah menengah dan juga mahasiswa teologi tahun ketiga. Groome mendapatkan gelar Bachelor of Arts (Sarjana) di bidang filosofi tahun 1964, dan meraih gelar Masters of Divinity (Magister Teologi) pada tahun 1968. Groome ditahbiskan di Katedral Carlow pada tanggal 8 Juni 1968, dan bertugas di Keuskupan Amerika Serikat yang berlokasi di Dodge City, Kansas. Saat di Dodge City, ia mengembangkan program kateketik untuk anak dan orang muda dan hal itu membuatnya melanjutkan studi pendidikan agama di Universitas Fordham Amerika pada tahun 1971 dengan mengambil program pascasarjana jurusan pendidikan agama. Pada saat itu, Groome diajar oleh Kevin O’Shea, C.Ss.R dan James DiGiacomo, SJ. Semasa studinya, Groome banyak belajar pada Kevin O’Shea yang merupakan profesor di Universitas Fordham dan karenanya Groome mendapatkan pengaruh yang baik di bidang yang sedang digelutinya. Perjuangan Groome membuahkan hasil yang baik hingga ia berhasil meraih gelar master di bidang pendidikan agama pada tahun 1973. Tidak hanya itu, Universitas Fordham juga memberi kesempatan kepada Groome untuk melanjutkan studinya tentang pembaharuan Konsili Vatikan II dan implikasinya terhadap pelajaran agama. Groome mempergunakan kesempatan dengan baik, sehingga ia meraih gelar Doctor of Education (Ed.D) pada tahun 1976 dalam program kerja sama di Union Theological Seminary dan Columbia Teacher College yang berlokasi di New York. Program doktor yang diambil oleh Groome berfokus pada sejarah dan teori.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. dasar pendidikan agama, teologi, dan fondasi pendidikan. Gelar yang diterima oleh Groome adalah berkat campur tangan para pembimbingnya yakni Nelson yang bertindak sebagai penasehat bagi Groome selama di Union, sedangkan Dwayne Huebner menjadi penasehatnya pada saat di Columbia. Selama masa studi doktoralnya, Groome juga mempelajari sejarah teologi Protestan dari para teolog Protestan yang hebat, termasuk Paul Tillich yang mempunyai pemahaman mengenai iman sebagai fokus utama dan Dietrich Bonheoffer yang mempunyai pemahaman tentang pengakuan dosa umat Kristen dan komitmen akan keadilan. Keduanya mempunyai pengaruh dalam membentuk pendidikan agama dan pandangan teologis Groome. Groome juga mengajar di Catholic University of America di Washington selama satu tahun akademik (19751976). Dari tahun 1976 hingga 2008, Groome merupakan salah satu staf pengajar di Departemen Teologi Boston College. Setelah tujuh belas tahun ditahbiskan, Groome meninggalkan imamat keuskupan dengan dispensasi resmi. Groome menikahi Colleen Griffith pada 8 Juni 1985. Griffith menyandang gelar doktor dalam bidang teologi dari Sekolah Ilmu Teologi Universitas Harvard, dan telah mengajar di Boston College sejak 1996. Groome dan Griffith memiliki seorang putra, Theodore Griffith Groome, yang lahir pada 4 Januari 2001. Tulisan-tulisan dan presentasi-presentasi Groome menunjukkan bahwa pernikahan, hidup berkeluarga dan dialognya yang tanpa henti dengan Griffith telah membentuk pandangan teologisnya dan pendidikan agama..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. 2.. Elemen-elemen pokok Shared Christian Praxis Shared Christian Praxis merupakan model katekese yang menekankan proses. berkatekese yang bersifat dialogis partisipatif, yang dapat mendorong umat, berdasar komunikasi antara “tradisi” dan visi hidup umat dengan “tradisi” dan visi Kristiani, sehingga baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia (Heryatno, 1997: 1). Kehidupan konkret, permasalahan, kebutuhan, dan kepentingan serta pengalaman hidup umat menjadi tempat di mana Allah berkarya dan sekaligus menjadi ungkapan nyata tindakan manusia yang menanggapi pewahyuan ilahi. Hal ini menjadi titik tolak katekese model Shared Christian Praxis. Umat adalah subjek dari katekese. Shared Christian Praxis terdiri dari tiga elemen pokok, yaitu: a.. Praksis Praksis merupakan perbuatan atau tindakan yang meliputi seluruh. keterlibatan manusia dalam dunia, segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia dengan tujuan tertentu atau dengan sengaja. Praksis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori yang membentuk suatu kreativitas, antara refleksi kritis dan kesadaran historis yang mengarah pada keterlibatan baru. Praksis juga merupakan ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, dan spiritual. Tindakan ini meliputi sesuatu yang kumiliki, kurasakan, kualami (Sumarno, 2016: 15)..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. Praksis dapat juga berarti pengalaman konkret yang dialami oleh umat. Ada tiga unsur praksis yang saling berkaitan yaitu: aktivitas, refleksi, dan kreativitas. Ketiga. unsur. meneguhkan. pembentuk kehendak. tersebut dan. berfungsi. mendorong. membangkitkan. praksis. baru. imajinasi,. yang. dapat. dipertanggungjawabkan secara etis dan moral (Sumarno 2016: 15).. b. Kristiani Kekayaan iman Kristiani melalui model Shared Christian Praxis diusahakan supaya makin terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan umat pada zaman sekarang. Dengan proses itu diharapkan harta kekayaan iman Gereja sepanjang sejarah berkembang menjadi bagian pengalaman iman umat yang hidup pada zaman sekarang (Heryatno, 1997: 2-3). Tradisi Gereja meliputi seluruh corak kehidupan Kristiani, Kitab Suci, ajaran Gereja, interpretasi/tafsir, penelitian para teolog, praktek suci, ibadat, sakramen, simbol, ritus, pesta/peringatan, hiasan atau lukisan yang menjadi ekspresi iman umat akan pengalamannya berhadapan dengan Allah, berdasarkan peristiwa historis, khususnya kehadiran Allah dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan Kristus (Sumarno, 2016: 17). Visi Kristiani menggarisbawahi tuntutan dan janji yang terkandung di dalam tradisi, tanggungjawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan mereka. Visi Kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya niai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia. Visi. ini. menunjuk. proses. sejarah. kehidupan. umat. Kristiani. yang.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. berkesinambungan dan bersifat dinamis, dan mengundang penilaian, penegasan, pilihan, dan keputusan (Heryatno, 1997: 2-3). Baik tradisi maupun visi Kristiani, yang bagaikan satu mata uang dengan dua sisi, menyingkapkan nilai-nilai kerajaan Allah yang betul-betul dihidupi dan terus diusahakan. Keduanya perlu dijadikan sebagai sarana untuk berdialog. Tradisi dan visi Kristiani menumbuhkan rasa “memiliki” dan kesatuan sebagai umat beriman, sekaligus meneguhkan identitas umat. Di dalam dialog iman, pengalaman hidup faktual dan visinya diintegrasikan ke dalam tradisi dan visi Kristiani, begitu juga umat memperkaya, mendinamisir, serta mempersonalisasi tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visinya. Maka keprihatinan utama bagaimana nilai dari tradisi dan visi Kristiani sepanjang sejarah menjadi milik umat sekarang baik secara pribadi maupun komuniter (Heryatno, 1997: 2-3).. c. Sharing Sharing merupakan komunikasi timbal balik yang terjadi antara umat dengan pendamping dan umat dengan umat yang lain. Dialog dalam proses berkatekese diharapkan mampu mendorong umat untuk terlibat secara aktif dalam menyampaikan pengalamannya dengan rendah hati, jujur, terbuka dan saling mendengarkan. Dalam sharing juga terkandung hubungan dialektis antara pengalaman hidup faktual umat dengan tradisi dan visi Kristiani. Umat tidak hanya pasif menerima tetapi baik umat maupun pendamping dapat menjadi nara sumber. Setiap umat sesuai dengan gayanya, pengalaman keterlibatannya yang.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. konkret, dan kepentingannya memberikan sumbangan yang khas (Heryatno, 1997: 4). Sharing berarti berbagi rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Dalam sharing ada dua unsur penting yaitu, membagikan dan mendengarkan. Membagikan berarti menyampaikan apa yang menjadi kebenaran dan pengalaman dan mengatakan apa yang terjadi dalam diri sebagaimana adanya, bukan apa yang didengar dari orang lain saja, atau apa yang dipikirkan atau diperkirakan. Mendengarkan berarti mendengar dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh umat yang lain. Umat dapat menemukan diri sendiri dan menemukan kehendak Tuhan. Dalam menyampaikan pengalaman iman sikap jujur dan terbuka menjadi kunci pokok, suasana saling berharap akan kekuatan dan dukungan dari sesama, bijaksana terhadap apa yang mau disharingkan dan yang diterima dari hasil sharing dari umat yang lain. Dalam sharing yang terjadi bukan hanya dialog antar umat saja, tetapi juga diharapkan umat dengan Tuhan (Sumarno, 2016: 16-17). Dalam model Shared Christian Praxis, sharing pengalaman hidup itu tidak ditanggapi sebagai suatu laporan yang bebas nilai melainkan sebagai undangan untuk melibatkan diri. Umat belajar dari dan menimba kekayaan pengalaman hidup umat lain. Umat ingin meneguhkan dan diteguhkan (Heryatno, 1997: 41).. 3.. Tujuan Shared Christian Praxis Menurut Groome seperti yang disadur oleh Heryatno Wono Wulung (1997:. 1), Shared Christian Praxis melalui sifatnya yang dialogis partisipatif dapat.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. mendorong umat untuk terlibat aktif dalam proses berkatekese, membagikan pengalaman. konkret. pengalamannya. kepada. sebagai. memperkembangkan. umat. pengalaman. imannya.. yang iman. Pengalaman. lain.. Umat. yang umat. dapat. berharga yang. mengenali dan. dibagikan. akan dan. direfleksikan secara kritis kemudian ditemukan maknanya yang akan diolah menjadi sikap baru yang diwujudkan dalam sebuah aksi nyata yang akan dilakukan umat setelah merefleksikan dan memaknai imannya dengan sungguh. Tujuan katekese model Shared Christian Praxis adalah terwujudnya nilainilai Kerajaan Allah yaitu, kedamaian, cinta kasih, kerukunan dalam kehidupan umat. Melalui katekese model ini umat diajak untuk mempunyai semangat baru, sikap-sikap baru dalam menghayati iman sebagai orang Kristiani. Umat didorong untuk secara kritis dan kreatif menemukan nilai-nilai, kesadaran baru dari iman dan perjuangan hidup yang hendak diwujudkan serta ditingkatkan. Shared Christian Praxis diharapkan mampu membawa umat untuk mencapai kedewasaan iman, kematangan dalam menghayati dan memaknai imannya dengan kesadaran melalui tindakan dan keterlibatan yang baru. Umat juga diharapkan dapat lebih dewasa dalam iman yang berarti peka untuk mendengar, menangkap, mengenali Roh Kristus yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia dan dunia (Heryatno, 2014: 54).. 4.. Langkah-langkah Shared Christian Praxis Sebagai model komunikasi tentang makna pengalaman hidup antar umat,. Shared Christian Praxis dapat dimengerti sebagai suatu proses yang terus.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. mengalir seperti suatu tari atau simphoni. Model ini terdiri dari lima langkah yang saling berurutan. Dalam praktek lima langkah itu dapat mengalami tumpang tindih, terulang kembali, atau langkah yang satu tergabungkan dengan langkah yang lain (Heryatno, 1997: 5). Thomas H. Groome seperti yang disadur Heryatno Wono Wulung (1997: 838) mengemukakan lima langkah dalam Shared Christian Praxis:. a.. Langkah pertama: Pengungkapan Praksis Faktual Langkah ini mengajak umat untuk mengungkapkan pengalaman hidup dan. keterlibatan mereka entah dalam bentuk ceritera, puisi, tarian, nyanyian, drama pendek, lambang atau dengan sarana yang lain. Dalam proses pengungkapan itu, umat. dapat. menggunakan. perasaan. mereka,. menjelaskan. nilai,. sikap,. kepercayaan, dan keyakinan yang melatarbelakanginya. Di samping pengalaman pribadi, umat dapat juga mengungkapkan pengalaman umat lain atau keadaan masyarakatnya. Komunikasi pengalaman konkret umat diharapkan dapat melahirkan tema-tema dasar yang akan direfleksikan secara kritis pada langkah berikutnya. Langkah pertama ini bersifat objektif, mengungkapkan apa yang sesungguhnya terjadi. Maksud utama langkah ini adalah membantu dan mendorong umat supaya menyadari pengalaman mereka sendiri, membahasakan dan selanjutnya mengkomunikasikannya dengan umat yang lain. Umat diharapkan betul-betul menjadi subjek yang aktif dan kreatif. Praksis dan kehidupan konkret umat menjadi pokok penting dari kurikulum berkatekese model ini. Praksis yang dimaksud dalam konteks ini adalah keterlibatan umat.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. dalam situasi konkret yang sudah dikodifikasi (disadari, diinterpretasi, dibahasakan dan dikomunikasikan). Proses kodifikasi ini memungkinkan munculnya kesadaran akan pentingnya praksis baru yang hendak diwujudkan. Dalam langkah ini pendamping bukan pihak yang menjawab pertanyaan tetapi pemberi pertanyaan. Pertanyaan pada langkah ini bersifat objektif, artinya mempertanyakan apa yang terjadi dan apa yang dilakukan (Heryatno, 1997: 1013).. b. Langkah kedua: Refleksi Kritis Pengalaman Faktual Langkah kedua ini berkaitan dengan seluruh proses katekese yang bersifat konatif, berarti katekese sungguh-sungguh membantu umat supaya berdasar pengalaman hidupnya sampai pada tingkat kesadaran yang terdalam, supaya mengolah dan menemukan maknanya, dan mendorong mereka untuk melangkah pada praksis baru. Maka langkah kedua ini antara lain dimaksud supaya umat dapat memahami dan merefleksikan secara kritis makna pengalaman mereka dan peran mereka di dalam kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya langkah kedua ini berusaha membantu umat untuk merefleksikan secara kritis praksis faktual yang telah mereka komunikasikan. Umat kembali memperdalam, mempertajam, dan mengolah pengalaman mereka bersama. Maksud utama refleksi kritis adalah mendorong umat supaya sampai pada suatu proses dialektis dari refleksi pengalaman hidup mereka. Orientasi dari refleksi kritis adalah transformasi kehidupan baik secara personal maupun sosial. Refleksi kritis juga menekankan segi kenangan dan imajinasi analitis, sosial, serta.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. kreatif. Refleksi kritis bukan semata-mata aktivitas rasio/pikiran saja, tetapi mencakup seluruh keberadaan umat sebagai subjek. Penafsiran kritis pada praksis faktual diharapkan membantu umat untuk memahami makna dan konsekuensi hidup mereka dan realitas sosialnya, membantu mereka untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, apa yang diusahakan dan menjadi keprihatinan bersama, serta memberanikan mereka untuk setia dan konsekuen dengan kebenaran yang telah mereka sadari. Umat juga dimampukan untuk melakukan analisis sosial; secara sistematis memahami dan menganalisis keadaan masyarakat, permasalahan, jaringan, dan strukturnya, di dalamnya termasuk ideologi, pranata sosial yang mempengaruhi praksis mereka. Satu hal pokok pada langkah kedua ini yaitu tercapainya kesadaran kritis dan kreatif. Maksud utama refleksi kritis supaya umat mengadakan penegasan bersama sehingga diperoleh suatu kesadaran akan “tradisi” dan visi praksis faktual mereka. “Tradisi” dan visi itu perlu diyakini sebagai milik pribadi maupun kelompok. Pertanyaan pada langkah ini bersifat analitis, yang biasanya dimulai dengan kata mengapa. Sifat pertanyaan terbuka tetapi tidak pernah bersifat netral atau bebas nilai. Kesadaran profetis penting untuk ditekankan dalam refleksi kritis ini. Pendamping perlu berusaha menghindari suatu kesan bahwa umat diwajibkan mempertanggungjawabkan komunikasi praksis faktualnya yang telah dilakukan pada langkah pertama. Dapat terjadi tumpang tindih antara langkah pertama dan kedua, karena langkah-langkah model shared praxis merupakan suatu proses yang mengalir (Heryatno, 1997: 13-19)..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. c.. Langkah ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau Pada hakikatnya langkah ketiga ini merupakan dialog “tradisi” pengalaman. iman umat Kristiani sepanjang sejarah dan visinya dengan “tradisi” dan visi iman umat yang bertujuan membangkitkan keterlibatan baru. Karena dasarnya adalah teologi pewahyuan Kristiani, maka baik tradisi maupun visi Kristiani perlu dipahami sebagai pewahyuan ilahi. Pada langkah ini pula, pendamping berperan menginterpretasi dan mengomunikasikan aspek-aspek tradisi dan visi jemaat Kristiani dengan tradisi dan visi umat. Pendamping harus mengerti apa dan bagaimana caranya mengusahakan supaya nilai tradisi dan visi Kristiani menjadi terjangkau untuk kehidupan umat. Pendamping berperan menjadi penghubung, maka tidak hanya menyampaikan pemahaman tetapi juga mengomunikasikan keterlibatannya. Penjelasan pendamping harus menggemakan perjuangan akan kedamaian, kebebasan, keadilan, cinta kasih, keutuhan dan kepenuhan yang dikehendaki oleh Allah sendiri. Untuk menghasilkan pemahaman akan nilai Kristiani yang kokoh dan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang hidup secara kristiani, pendamping perlu mempergunakan hermeneutik keterlibatan yang kreatif. Kreatif, karena dituntut oleh kebutuhan dan konteks umat untuk memberikan suatu pemahaman baru. Umat juga tidak akan pernah merasa puas dengan model penerjemahan dan pengulangan. Mereka mengharapkan supaya interpretasi itu di satu pihak otentik dan di lain pihak sungguh hidup dan relevan untuk umat. Dasarnya adalah kepercayaan kita bahwa Allah selalu mencintai hal-hal baru, keyakinan kita bahwa berdasar anugerah Roh ilahi Gereja selalu bergerak menuju kepada.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. kebenaran ilahi. Nilai-nilai Kristiani yang abadi mendorong kita untuk bersikap kreatif menginterpretasikan teks supaya tetap aktual dan relevan untuk perubahan jaman dan untuk karya-karya baru Allah. Sikap yang aktif dan kreatif dituntut oleh kepentingan model ini yang sejak langkah pertama telah ditekankan sifatnya yang praktis yaitu untuk berpartisipasi mewujudkan kehadiran nilai-nilai kerajaan Allah (Heryatno, 1997: 19-29). Pada langkah ini umat mengonfrontasikan atau mendialogkan “tradisi” dan visi hidup mereka dengan tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visinya. Dialog tradisi dan visi hidup ini dipermudah oleh peran pendamping yang berusaha secara kritis, berdasar kehidupan konkret umat, menafsirkan tradisi Gereja dan visi Kristiani. Maksud utamanya supaya kekayaan iman Kristiani dapat semakin terjangkau dan supaya umat terdorong secara kritis dan kreatif menghayati makna dan kebenarannya. Dengan cara itu umat tergugah untuk melangkah menuju praksis baru. Tradisi Kristiani adalah sumber utama untuk kehidupan dan penghayatan iman. Visi Kristiani merupakan suatu metafor dari janji dan tanggungjawab yang muncul pada tradisi. Visi utama tradisi iman Kristiani adalah nilai-nilai kerajaan Allah yang harus diwujudkan di tengah-tengah kehidupan manusia. Dalam mengusahakan supaya tradisi dan visi Kristiani lebih terjangkau bagi kehidupan umat, pendamping di dalam tafsirnya perlu: a. menghormatinya sebagai yang otentik dan normatif, dengan kata lain interpretasi pendamping harus sejalan dengannya; b. cara dan isi interpretasinya di samping memberi informasi harus pula membantu umat berdasar pengalaman hidup mereka sendiri untuk.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. mengusahakan supaya nilai-nilai tradisi dan visi Kristiani menjadi miliknya sendiri. Pendamping diharapkan menemukan dari Kitab Suci atau dokumen Gereja pokok-pokok yang relevan bagi kehidupan umat.. d. Langkah keempat: Interpretasi Dialektis Antara Praksis dan Visi Umat dengan Tradisi dan Visi Kristiani Langkah ini menekankan interpretasi yang dialektis antara “tradisi” dan visi umat dengan nilai tradisi dan visi Kristiani. Interpretasi tersebut akan melahirkan kesadaran, sikap-sikap dan niat-niat baru umat Kristiani yang hendak diwujudkan demi penegakan kerajaan Allah di dunia. Pada langkah ini umat tidak hanya menyetujui atau menolak interpretasi pendamping, tetapi mereka mulai berpikir, dan merasa, serta membayangkan apa yang akan dilakukan. Maksud utama pada langkah ini adalah memampukan umat untuk secara kritis mempersonalisasi dan mengintegrasi nilai-nilai tradisi dan visi Kristiani bagi kehidupan mereka sendiri. Langkah keempat ini mendorong umat untuk mengadakan penilaian dan penegasan.. Pendamping. berperan. membantu. umat. agar. betul-betul. memperhatikan apa yang terjadi, mendorong mereka supaya memahami, menilai serta memutuskan pokok-pokok kebenaran Kristiani yang hendak dipersonalisasi. Adanya dialog mendorong umat untuk mengintegrasikan segi-segi baru yang telah ditemukan, dengan demikian iman mereka diperdalam. Prosedur pokok yang perlu ditekankan oleh para pendamping adalah tindakan personalisasi yang dijalankan dengan dialog dan hermeneutik yang dialektis antara persepsi umat tentang praksis faktual dengan nilai tradisi dan visi Kristiani. Pendamping diharapkan memberi umat kebebasan untuk mempertimbangkan,.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. menilai, dan mengambil keputusan mengenai nilai tradisi dan visi Kristiani berdasar situasi konkret dan kepentingan mereka. Pendamping tidak menentukan pokok-pokok mana yang harus dipersonalisasikan. Shared Christian Praxis adalah model pendidikan yang bersifat membebaskan dan mendorong setiap pribadi untuk menjadi tuan atas dirinya sendiri. Kebebasan dan keterbukaan sejati bagi umat untuk mempertimbangkan, menilai, dan kemudian mengambil suatu keputusan bagi kehidupan mereka merupakan hal mendasar pada model ini sehingga mendorong umat untuk melangkah maju (Heryatno, 1997: 29-34).. e.. Langkah kelima: Keputusan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia Langkah ini menciptakan suatu dialog dan dinamika yang secara eksplisit. mengundang umat untuk sampai pada keputusan baik secara pribadi maupun kolektif sebagai puncak dan hasil nyata dari model Shared Christian Praxis. Umat didorong supaya sampai pada pemahaman, kesadaran, niat-niat, dan tindakan baru yang membantu perkembangan kehidupan mereka dan dunianya. Secara teologis, langkah kelima mengungkapkan suatu harapan bahwa dalam rahmat Allah dan dengan tanggapan baru manusia atasnya masa mendatang akan menjadi lebih baik. Langkah yang terakhir ini tidak hanya memberi peluang eksplisit pada umat tetapi juga bertujuan membantu mereka untuk mengambil keputusan yang secara moral, konseptual, sosial, politis sesuai dengan nilai iman Kristiani. Pemahaman yang menyeluruh akan kebenaran dan keyakinan umat yang dimengerti dalam terang iman perlu dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. Teologi pewahyuan, yang mendasari arah pokok langkah kelima ini, merefleksikan keyakinan bahwa kesadaran baru, yang mendorong manusia supaya lebih terlibat dalam menanggapi kehendak Allah, berlandaskan pada kepercayaan akan pewahyuan Allah yang terus terjadi di tengah-tengah kehidupan manusia. Prosedur pokok pada langkah kelima ini adalah membantu umat supaya sampai pada keputusan yang kemudian ditindaklanjuti dan dihidupi. Mereka diharapkan menghidupi keputusan mereka demi terwujudnya kerajaan Allah di tengah kehidupan masyarakat (Heryatno, 1997: 34-38).. B. Pokok-Pokok Katekese Umat 1.. Arti Katekese Umat Dalam Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia II Katekese Umat. dirumuskan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar umat (Komisi Kateketik KWI, 1993: 9). Komunikasi iman antar umat merupakan suatu usaha untuk membangun persatuan dan kesatuan antar umat beriman agar iman umat semakin tumbuh dan berkembang secara utuh. Umat berdialog mengenai pengalamannya sehari-hari yang kemudian direfleksikan dan ditemukan maknanya sehingga menjadi pengalaman iman yang meneguhkan. Umat bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus dalam suasana yang terbuka, saling menghargai dan mendengarkan. Melalui kesaksian, iman umat semakin diteguhkan dan dihayati secara lebih sempurna. Katekese Umat menekankan penghayatan, sehingga umat dapat menjadikan Yesus sebagai pola hidup yang mendasari penghayatan iman Gereja sepanjang sejarah (Lalu, 2007: 12-13)..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. Katekese Umat juga merupakan usaha membangun iman personal dan membangun relasi personal antar umat yang mengarah ke hidup nyata di masyarakat. Supaya umat dapat tampil sebagai tanda dan sarana keselamatan Allah bagi dunia, meresapi tata dunia dengan semangat Yesus Kristus pentinglah menyadari kasih Allah dalam pengalaman mereka. Namun hubungan personal umat dengan Allah dalam Kristus tidak pernah disadari hanya untuk diri sendiri, atau untuk persekutuannya atau berhenti pada pengungkapan. Persekutuan dan pengungkapan iman selalu terarah ke perwujudan iman dalam hidup nyata (Afra Siauwarjaya, 1987: 33-34). Katekese Umat juga merupakan usaha secara terencana untuk saling menolong agar umat makin bersatu dengan Kristus sehingga terdorong untuk semakin mampu mengungkapkan iman baik secara pribadi maupun bersama. Melalui KU, umat juga dapat saling memotivasi agar iman akan Yesus Kristus dihayati dengan mendalam dan dapat dilaksanakan atau diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Dalam rangka membangun Gereja yang dicita-citakan maka Katekese Umat harus dilaksanakan secara terus-menerus (Afra Siauwarjaya, 1987: 35). Dalam Katekese Umat komunikasi yang terjadi bukan hanya antara pembimbing dengan umat tetapi komunikasi antar umat sendiri. Arah katekese sekarang menuntut agar umat semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan iman umat. Katekese Umat merupakan usaha pembinaan iman umat secara teratur dan terencana. Iman umat diteguhkan melalui tukar penghayatan iman tentang tema atau bahan (Huber, 1981: 18-19)..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. 2.. Tujuan Katekese Umat Berdasarkan rumusan PKKI II (Lalu, 2007: 13) tujuan komunikasi iman itu. ialah : a.. Supaya dalam terang Injil umat semakin meresapi arti pengalaman seharihari;. b.. dan umat bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;. c.. dengan demikian umat semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani;. d.. umat makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;. e.. sehingga sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah masyarakat. Tujuan pertama sampai dengan ketiga lebih memperhatikan iman umat secara. personal, kemudian yang keempat dan kelima menegaskan tujuan demi pembangunan Gereja dan semuanya berpuncak pada hidup umat di tengah masyarakat. Katekese Umat membantu umat untuk hidup dengan semakin sadar, semakin beriman mendalam dan utuh. Katekese Umat menempatkan pengalaman religius kembali ke dalam hidup konkret. Dengan demikian umat ditolong untuk menafsirkan riwayat hidupnya sebagai sejarah penyelamatanNya. Membuka diri dengan segala konsekuensinya bagi kehadiran Allah di tengah-tengah umat, itulah arti tobat menurut Kitab Suci. Dengan mengusahakan tobat, Katekese Umat memperpendek jurang antara agama dengan hidup sehari-hari. Agama dihayati.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. dalam hidup yang profan, dan hidup biasa menjadi medan perjumpaan dengan Allah. Melalui Katekese Umat, kaum beriman mengalami dan menyadari bahwa seluruh dunia ini termasuk segala pengalaman hidup ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus untuk mengantar umat kepada Allah Bapa. Turut serta dalam gerak Trinitas itu menyatakan diri melalui tiga gejala besar, yaitu iman, harapan dan cinta kasih. Agar umat semakin mengalami dan menyadari karunia Allah, itulah tujuan seluruh pewartaan Gereja, termasuk pula tujuan Katekese Umat. Katekese Umat demi membangun Gereja. Umat dipanggil dan diselamatkan untuk mengalami kebersamaan langsung, karena pengalaman iman bersama mengutus umat untuk mewartakan Kristus dengan kata dan tindakan. Dengan melaksanakan tugas Gereja setempat, Gereja semesta semakin hidup dan sekaligus mendorong untuk mewujudkan Gereja setempat. Gereja merupakan sarana untuk bersaksi tentang Kristus melalui pengabdian kepada hidup konkret umat. Agar Kristus semakin berpengaruh dalam masyarakat, itulah yang dicitacitakan katekese umat (Komisi Kateketik KWI, 1993: 19-20). Tujuan Katekese Umat juga ditegaskan oleh Afra Siauwarjaya (1987: 42), sebagai usaha menolong umat agar mereka makin mampu mengungkapkan dan melaksanakan imannya dalam hidup nyata. Katekese Umat yang sungguh berhasil dalam membina iman yang personal dan mendalam akan menolong dan mendorong umat lain menghayatinya dalam hidup sehari-hari. Hal ini merupakan bentuk nyata dalam membina iman umat yang berpusat pada Yesus Kristus. Yesus yang dihayati dan diimani Gereja awal, yang dikomunikasikan melalui Kitab Suci adalah Yesus Kristus yang menegakkan Kerajaan Allah melalui perkataan dan.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. tindakan. Dalam Katekese Umat, hidup nyata diartikan sebagai medan penghayatan relasi umat dengan Yesus Kristus. Relasi itu sekaligus menuntut keterlibatan umat dalam pengutusanNya untuk melaksanakan kehendak Allah dalam segala dimensi hidup manusia. Relasi itu mendesak umat untuk memusatkan perhatian dan solider dengan kaum miskin dan tertindas serta menegakkan keadilan bagi mereka dengan perkataan dan tindakan. Dengan keterlibatan konkret itulah umat sungguh menjadi tanda keselamatan bagi semua orang.. 3.. Pelaku Katekese Umat Pelaku Katekese Umat adalah semua orang beriman yang secara pribadi. memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus dan menjadikan Kristus sebagai pola hidup baik secara pribadi maupun kelompok. Katekese tidak ditujukan kepada sebagian umat saja melainkan segenap warga umat terpanggil untuk mendalami iman terus menerus (Lalu, 2007: 92). Semua orang beriman juga berarti semua anggota Gereja termasuk di dalamnya para imam, kaum religius (biarawan/biarawati), diakon, katekis, dan kaum awam mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing demi terselenggaranya KU. Setiap anggota Gereja mempunyai peran dan tugas masing-masing untuk mewujudkan dan menyelenggarakan KU. Hal ini dilakukan supaya iman umat dapat semakin berkembang menuju iman yang cerdas, tangguh dan missioner. Yang secara pribadi memilih Kristus maksudnya adalah mereka yang sudah memilih Kristus dan mengungkapkan keputusan itu dalam permandian maupun.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. yang ingin mengenal Kristus seperti para katekumen (Lalu, 2007: 92). Umat yang sudah dibaptis mempunyai peran, tugas dan tanggungjawab pula dalam proses penyelenggaraan KU. Umat merupakan subjek KU karena diselenggarakan oleh umat, dari umat dan untuk umat.. 4.. Peranan Fasilitator Peranan fasilitator adalah membangun suasana saling menghargai antar umat,. menciptakan suasana yang komunikatif, saling mendengarkan sehingga setiap umat yang terlibat dapat dengan nyaman dan bebas dalam mengungkapkan pengalaman imannya.. Pembimbing Katekese Umat. dapat. mengarahkan. pembicaraan agar tujuan Katekese Umat dapat tercapai dengan baik. Seorang fasilitator sebisa mungkin memberi semangat, membantu dalam merumuskan, dan menjadi penengah jika terdapat ketegangan (Huber, 1981: 21). Seorang fasilitator perlu mempunyai keterampilan berkomunikasi dan berelasi. yang baik sehingga mampu mengumpulkan, menyatukan dan. mengarahkan umat sampai pada suatu tindakan yang nyata. Kemampuan untuk mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan, menciptakan suasana yang memudahkan umat untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman yang lain itu harus ada dalam diri seorang fasilitator (Lalu, 2007: 96). Fasilitator atau Pembina KU tidak cukup hanya berbekal keterampilan berkomunikasi tetapi juga penting bahwa mereka perlu ditolong untuk menyadari dan memahami arah pastoral dan peranan KU dalam rangka membangun Gereja yang dicita-citakan. Pembina KU perlu mengetahui dan memahami bahwa.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. penentuan prioritas tujuan dan bahan KU mampu mempengaruhi perkembangan Gereja ke arah Gereja yang hendak dibangun. Untuk itu pemilihan bahan KU yang akan dilaksanakan perlu diperhatikan supaya umat dapat terarah dalam mewujudkan Gereja macam apa yang akan dibangun. Pembina KU perlu menyadari pula situasi konkret umat yang meliputi gambaran Gereja macam apakah yang hidup dalam benak umat yang dilayaninya dan dalam benaknya sendiri serta kenyataan hidup yang tengah digeluti umat di masyarakat (Afra Siauwarjaya, 1987: 47-48). Dengan demikian fasilitator, pembina, ataupun pendamping KU perlu meneladan sikap Yesus yang menjadi pelayan. Fasilitator perlu mempunyai keterampilan, mempunyai kesadaran akan arah dan tujuan KU supaya dapat membimbing umat menuju kepada iman yang dewasa dan matang. Pembina KU juga dapat menjadi perantara umat untuk semakin menghayati karya dan kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari umat sehingga dapat mewujudkan hidup baru di tengah masyarakat.. 5.. Proses Katekese Umat Pada dasarnya proses Katekese Umat adalah proses mengolah pengalaman. umat menjadi pengalaman iman umat. Menurut Yosef Lalu (2007: 98-100) ada tiga langkah besar yaitu : a.. Langkah pertama: proses mengamati dan menyadari suatu fenomena tertentu dalam masyarakat yang diangkat sebagai tema Katekese Umat. Situasi konkrit dalam masyarakat yang menjadi pengalaman umat diamati,. didalami dan dianalisis supaya disadari secara utuh. Supaya umat dapat.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. menghayati Sabda Allah dengan baik maka perlu menghadirkan diri dalam konteks sosial dan budaya masyarakat setempat. b. Langkah kedua: menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Sabda Allah. Umat diajak untuk menyadari dan merefleksikan sesuatu yang terjadi dalam masyarakat atau pengalaman konkret umat dalam terang Injil. Tujuannya membantu umat untuk mengerti serta meresapkan pandangan dan sikap Allah atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian umat menjadi sadar akan perbuatan apa yang akan dilakukan supaya keselamatan dapat terjadi dan hadir dalam hidup mereka dan masyarakat. c.. Langkah ketiga: memikirkan dan merencanakan aksi yang akan dilakukan. Langkah. ini. mengajak. umat. untuk. menyadari. dan. merefleksikan. pengalamannya dalam terang Sabda Allah. Umat juga diajak untuk bertobat dan belajar dari pengalaman. Sehingga umat diharapkan dapat menyadari akan tugas dan panggilannya sebagai kaum beriman untuk melakukan suatu aksi nyata yang akan dilakukan.. 6.. Kekhasan Katekese Umat Katekese Umat mempunyai kekhasan dalam proses berkatekese yakni umat. diajak untuk membagikan pengalaman dalam kelompok. Berbagi pengalaman ini juga. merupakan. komunikasi. iman. yang. dapat. menumbuhkan,. memperkembangkan dan mengarahkan iman umat menjadi semakin sempurna. Pengalaman umat yang dibagikan, dihayati dan direfleksikan secara kritis.

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan LQ 45 dianggap paling ideal untuk menjadi objek penelitian ini karena mempunyai nilai kapitalisasi dan likuiditasnya paling besar serta dapat menjadi daya banding

ACE2 adalah reseptor fungsional untuk SARS-CoV-2, dan distribusinya dalam sistem saraf menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebabkan manifestasi neurologis melalui jalur

Sebagai akibatnya unsur-unsur yang tadinya tidak tersedia seperti N, P, K, dan Mg menjadi tersedia bagi tanaman Sejalan dengan gypsum, pemberian pupuk kandang yang mengandung

Kondisi peternakan di Indonesia saat ini sedang mengalami masalah karena maraknya virus avian influenza (AI) dan penyakit anthrax. Adanya kasus ini secara tidak langsung

Hal ini menunjukkan bahwa citra merek bukan pertimbangan utama dalam membuat keputusan untuk membeli oli TOP 1 karena oli TOP 1 sudah menjadi merek generik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami serta

(1) Agar setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara melakukan pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan pengolahan dan atau

Film dokumenter juga menjadi salah satu solusi dalam menyampaikan kembali makna dan ajaran pendidikan Ki Hadjar Dewantara sehingga dapat memberi informasi lebih