• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Tim Penyusun"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RENCANA

(Integrated Coastal Management)

KELURAHAN BUKIT HARAPAN

Kota Parepare

Project Management Office (PMO)

Coastal Community Development Project

Tim Penyusun :

Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si

Ir. Muhammad Saenong, MP

Ir. Sapta Putra, M.Sc., Ph.D

Dr. Ir. Irwandi Idris, M.Si

(3)

KATA PENGANTAR

Pengelolaan Pesisir Terpadu atau dalam bahasa asing sering disebut dengan Integrated

Coastal Managament (ICM) merupakan sebuah konsep pengelolaan wilayah pesisir secara

terintegrasi. Integrasi yang dimaksud ialah upaya pengelolaan secara terpadu, terpadu antar ekosistem pesisir, terpadu antara ekosistem daratan dengan laut, terpadu antar instansi pemerintahan, terpadu antara pemerintah dengan pemangku kepentingan (stakeholder), dan terpadu antar multi displin ilmu. Keterpaduan tersebut dipandang perlu untuk mencegah konflik kepentingan akan laut, konflik wewenang akan laut, dan konflik penggunaan sumber daya hayati dan non-hayati yang ada di pesisir dan lautan. Keterpaduan merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan masyarakat pesisir

Penyusunan dokumen rencana pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (ICM) Kelurahan Bukit Harapan merupakan salah satu kegiatan Pembangunan Masyarakat Pesisir melalui CCDP IFAD. Rencana ini diharapkan menjadi salah satu rekomendasi konstruktif, baik kepada pemerintah pusat (Kementerian Kelautan dan Perikanan) serta PMO (Project

Managament Officer), dan pemerintah daerah (Dinas Perikanan) serta PIU (Project Implementation Unit) Kota Parepare ataupun pemangku kepentingan diluar pelaksana kegiatan

CCDP IFAD. Dokumen ini dapat dijadikan salah satu dokumen acuan dan arahan dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya sehingga dapat tercapai keseimbangan ekonomi dan ekologi dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dokumen ICM ini disusun melalui serangkaian kegiatan antara lain pengumpulan data sekunder, survey lapangan, wawancara, FGD, analisis data dan penulisan dokumen.

Dokumen Pengelolaan Wilayah Pesisir (ICM) ini masih perlu dikonsultasikan kembali kepada stakeholder terkait untuk mendapatkan masukan sehingga menjadi lebih baik. Selain itu rencana pengelolaan ini diharapkan dapat diadopsi dalam rencana kerja kelurahan atau pemerintahan daerah Kota Parepare, agar mendapatkan pengakuan dari masyarakat luas dan pemangku kepentingan lainnya dan ikut mengimplementasikannya di masa datang.

Akhirnya, disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam keseluruhan proses penyusunan dokumen ICM ini.

(4)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Ruang Lingkup... 5 1.3. Tujuan... ... 6 1.4. Proses Penyusunan... 6

BAB II.RONA WILAYAH PESISIR 2.1. Keadaan Geografis dan Administratif... 9

2.2. Kondisi Sosial Budaya ... 10

2.3. Aktivitas Ekonomi Masyarakat Pesisir... 13

2.4. Potensi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Pesisir ... 14

BAB III.ISU-ISU PENGELOLAAN 3.1. Isu SDA dan Lingkungan ... 15

3.2. Isu Sosial-Budaya ... 15

3.3. Isu Ekologi ... 15

BAB IV.RENCANA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR 4.1. Isu Prioritas ... 16

4.2. Strategi Pengelolaan... 17

4.3. Rencana Aksi... 22

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses Penyusunan Rencana Pengelolaan W ilayah Pesisir

Terpadu Kelurahan Bukit Harapan... ... 8

2. Peta Administrasi Kelurahan Bukit Harapan ... 9

3. Grafik Jumlah Penduduk Kelurahan Bukit Harapan ... 10

4. Peta Land Use Kelurahan Bukit Harapan ... 11

5. Grafik Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Bukit Harapan ... 12

6. Sekolah Dasar (SD) Kelurahan Bukit Harapan... 13

7. Peta Sarana di kelurahan Bukit Harapan ... 14

8. Kondisi Lahan Mangrove di Kelurahan Bukit Harapan ... 15

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara wilayah daratan dengan karakteristik daratannya danlayah lautan dengan karakteristik lautannya danmembawa dampak yang cukup signifikan terhadapmbentukan karakterteristik wilayah sendiri yang lebih khas. Kekhasannya ini tidak hanya berlaku pada karakteristik sumberdaya alamnya saja, melainkan juga berdampak terhadap karakteristik sumberdaya manusia dan kelembagaan sosial yang terdapat di sekitarnya.

Kawasan pesisir merupakan basis bagi para pelaku utama yang memanfaatkan sumberdaya laut. Laut sendiri merupakan sumberdaya yang mempunyai peranan yang sangat penting karena memiliki berbagai potensi baik sumberdaya terbaharukan (renewale resources), tidak terbaharukan (non-

renewale resources), sumber energi dan jasa-jasa lingkungan. Sumberdaya-

sumberdaya terbaharukan di laut mencakup sumberdaya ikan laut (yang dihasilkan melalui kegiatan penangkapan dan budidaya), hutan mangrove, terumbu karang. Sedangkan sumberdaya tak terbaharukan meliputi minyak bumi dan gas, serta berbagai bahan tambang mineral. Sumber energi dihasilkan melalui adanya gaya atau proses-proses kelautan berupa energi gelombang, pasang surut, angi, hingga OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). Sedangkan jasa-jasa lingkungan kelautan dapat berupa lokasi-lokasi indah untuk rekreasi dan parawisata, media transportasi, pengetur iklim global, sumber plsma nutfah yang menjadi dasar kelangsungan kehidupan, serta penampung limbah. Mengingat hal di atas, laut merupakan asset yang sangat berharga dan dapat dijadikan sebagai sumberdaya andalan dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Di masa lalu, paradigma pembangunan lebih memprioritaskan masyarakat perkotaan dan pertanian pedalaman, sedangkan masyarakat pesisir kurang

(7)

2

diperhatikan. Sudah saatnya memang paradigma tersebut dirubah dengan memberikan perhatian yang terhadap masyarakat pesisir karena mereka juga adalah warga negara Indonesia. Konsekuensinya, justru masyarakat pesisir perlu mendapatkan perhatian khusus karena ketertinggalan mereka akibat paradigma masa lampau. Yang perlu dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat pesisir. Karenanya, arah kebijakan sekarang ini untuk masyarakat, umumnya bukan lagi ditekankan pada pembangunan (development) dalam arti memberikan barang atau uang kepada masyarakat, tetapi dengan pelatihan dan pendampingan selama beberapa waktu - perlu waktu bertahun tahun agar masyarakat mempunyai kemampuan manajemen (pengelolaan).

Pengelolaan berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan sumberdaya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Di Indonesia Pengelolaan Sumberdaya berbasis Masyarakat sebenarnya telah ditetapkan dalam Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa bumi danair dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat. Ketentuan tersebut secara tegas menginginkan agar pelaksanaan penguasaan negara atas sumberdaya alam khususnya sumberdaya pesisir dan lautan diarahkan kepada tercapainya manfaat yang sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat banyak, dan juga harus mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus memperbaiki kehidupan masyarakat pesisir serta memajukan desa-desa pantai.

Mempertimbangkan potensi-potensi yang dimiliki, sektor kelautan memiliki potensi yang sangat besar serta memberikan kontribusi yang signifikan pada perekonomian wilayah. Cotanza et al., (1997) memperkirakan bahwa sumberdaya kalautan berkontribusi sekitar 21 trilyun US$ per tahun perekonomian global, dari total GNP global sebesar 25 trilyun US$, dimana 60%- nya disumbangkan oleh kawasan pesisir dan sistemnya, sedangkan 40% lainnya dari laut terbuka. Secara global, sektor kelautan memiliki kontribusi 60% dari total nilai ekonomi biosphere.

Tingginya potensi sumberdaya laut yang ada dan di sisi lain terdapatnya tekanan pembengunan untuk memanfaatkannya, menurut pengelolaan

(8)

3

sumberdaya kawasan pesisir secara seimbang dan berkelanjutan. Kasus klasik di dalam pengelolaan sumberdaya kelautan adalah adanya fenomena open

access, fenomena dimana tidak berkembangnya sistem property rights yang

tegas yang menyebabkan terdapat kecenderungan semua pihak terkait hanya berusaha mendapatkan manfaat tanpa satu pihakpun yang memiliki insentif untuk menjaga kelestariannya. Oleh karenanya tantangan nyata di dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut adalah pengembangan sistem kelembagaan yang dapat lebih menjamin pengelolaan secara berkelanjutan.

Permasalah spesifik lainnya di dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan adalah terdapatnya ketimpangan antara potensi sumberdaya dengan fakta lapangan bahwa masyarakat pesisir yang notabene memiliki kedekatan spasial yang tinggi untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada, ternyata tidak memiliki akses riil terhadap pengelolaan sumberdaya yang menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir yang miskin pada gilirannya akan menjadi penyebab dan sekaligus penerima dampak yang utama dari berbagai kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan.

Kawasan pesisir sebagai ekosistem alami memberikan 4 (empat) fungsi terhadap kebutuhan dasar manusia dan pembangunan ekonomi, yaitu : (I) mendukung kegiatan sebagai sumber kehidupan; (ii) keindahan dengan keramahan; (iii) sumber bahan baku; dan (iv) penampungan limbah. Karena itu dari perspektif bio-ekologi, pembangunan sumberdaya kawasan pesisir berkelanjutan membutuhkan adanya panduan utama, yang meliputi : (I) Penataan ruang yang harmonis; (ii) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam; (iii) Pengendalian polusi/pencemaran; dan (iv) Meminimalisasi kerugian yang disebabkan oleh dampak lingkungan. Pemanfaatan kawasan pesisir untuk kegiatan sosial ekonomi dapat menimbulkan berbagai konflik kepentingan antara budidaya, pariwisata, pemukiman, pelabuhan, transportasi dan lainnya.

Orientasi pembangunan dan aktifitas masyarakat untuk menjalankan roda pembangunan berspektif jangka pendek, yaitu meraih manfaat material sebanyak-banyaknya, apalagi ditambah dengan adanya krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu. Pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak memperhatikan keberlanjutan ketersediaannya untuk jangka panjang, akan menyebabkan kerusakan habitat dan hilangnya

(9)

4

keanekaragaman hayati yang cenderung akan menurunkan kualitas lingkungan alam di kawasan pesisir.

Keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya pesisir, sebagai suatu kawasan yang penting, hanya dapat dicapai dengan pengelolaan yang didasarkan pada pendekatan pengelolaan lingkungan secara lestari dan terpadu. Bertambahnya tekanan pembangunan di kawasan pesisir akan menyebabkan meningkatnya aktifitas eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumberdaya pesisir, yang pada akhirnya berakibat pada pemanfaatan secara berlebih terhadap jenis-jenis sumberdaya perikanan, karena dilakukan tanpa memperhatikan potensi lestari yang tersedia.

Bertambahnya penduduk yang berdomisili di kawasan pesisir

menyebabkan meningkatnya eksplorasi terhadap sumberdaya pesisir, selain juga over-fishing yang terjadi karena pemanfaatan secara berlebih terhadap sumberdaya perikanan tanpa memperhatikan jumlah yang tersedia, sehingga sumberdaya perikanan menjadi berkurang dan mengganggu keseimbangan ekologis kawasan pesisir.

Kelebihan jumlah nelayan yang terdapat di wilayah pesisir yang telah mengalami kondisi over-fishing harus segera mendapatkan perhatian dari pelaku pembangunan, agar keseimbangan pembangunan ekonomi dapat tetap diupayakan secara berkelanjutan dengan menjaga lingkungan ekologi kawasan pesisir. Upaya pengelolaan wilayah pesisir merupakan suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian agar dapat mengubah atau membawa kondisi masyarakat pesisir yang ada pada saat ini ke suatu kondisi masyarakat pesisir yang diharapkan.

Untuk maksud tersebut, maka diperlukan adanya Rencana Induk atau Rencana Pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, dengan berdasar pada kajian potensi sumberdaya alam, kondisi biogeofisik dan lingkungan, penggunaan lahan kawasan pesisi, sosial ekonomi dan budaya masyarakat di pesisir dan lautan Kota Parepare. Pemahaman yang menyeluruh tentang kondisi biogeofisik, lingkungan, dan sosial ekonomi budaya kawasan ini dapat dikembangkan untuk dijadikan pegangan dalam pengelolaan sumberdaya alam

(10)

5

Wilayah pesisir dan laut Kota Parepare merupakan salah satu wilayah pesisir Indonesia yang mempunyai potensi besar, namun terjadi ancaman secara ekologis dan rawan terjadinya berbagai konflik sosial ekonomi, jika tidak dilakukan penataan ruang dan pengelolaan dengan baik dan bijaksana. Olehnya itu, dengan adannya Rencanapengelolaan wilayah pesisir Kota Parepare, diharapkan dapat menyusun Rencana Induk pengelolaan wilayah pesisir secara

terpadu berdasarkan rencana tata ruang kawasan pesisir dan laut secara

terpadu di Kota Parepare.

1.2. Ruang Lingkup

1.2.1. Ruang Lingkup Wilayah

W ilayah Perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan pengelolaan wilayah pesisir terpadu (Integrated Costal Management-ICM) kelurahan Kota Parepare ini adalah seluruh wilayah pesisir Kelurahan Bukit Harapan Kota Parepare sampai batas 4 mil.

1.2.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Parepare ini adalah sebagai berikut : 1. Inventarisasi berbagai data primer dan sekunder berkaitan dengan

potensi sumber daya alam (pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi, pariwisata, dll) dan jasa lingkungan di Pesisir Kota Parepare.

2. Identifikasi isu strategis yang ada, khususnya isu kerusakan ekosistem wilayah pesisir, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan di Pesisir Kota Bukit Harapan Parepare.;

3. Identifikasi terhadap kondisi perekonomian wilayah baik berupa gambaran perekonomian masyarakat, kegiatan investasi yang berkembang, dan potensi pengembangan ekonomi untuk multi sektor yang ada di Pesisir Kelurahan Bukit Harapan Kota Parepare.;

4. Identifikasi kondisi sosial dan nilai-nilai budaya (budaya lokal) dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan;

5. Penyusunan rencana induk pengelolaan wilayah Pesisir Kota Parepare. yang antara lain berisi : isu strategis, visi dan misi, konsep kebijakan dan

(11)

6

strategi pengembangan wilayah pesisir dan laut, rencana struktur ruang wilayah pesisir dan laut, rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan wilayah pesisir dan laut, rencana infrastruktur wilayah, rencana pola pemanfaatan ruang pesisir dan laut, rencana kawasan-kawasan prioritas yang layak usaha secara nasional dan regional serta sektor unggulan yang dapat dikembangkan.

6. Mengadakan pertemuan dan diskusi melalui FGD di daerah dan pusat yang melibatkan segenap pemangku kepentingan di Pesisir Kota Parepare

1.3. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyusun rencana Pengelolaan W ilayah Pesisir Terpadu Kota Parepare yang menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi pengembangan Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Parepare 20 (dua puluh) tahun ke depan.

1.4. Proses Penyusunan

Penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir dan laut Desa sebagai wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki kewenangan mengurus kepentingan masyarakatnya perlu meletakkan dasar-dasar yang kuat dengan mempertimbangkan berbagai aspek untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir dan lautnya.Untuk meletakan dasar dasar pembangunan berkelanjutan tersebut maka pada setiap desa yang mendapat program CCDP IFAD diharuskan menyusun rencana pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu.

Proses penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu kelurahan Labukkang terdiri dari 6 tahapan yaitu :

1. Tahapan Persiapan - Administrasi

- Pembentukan tim perencana - Penyusunan rencana kerja

- Personil, fasilitas dan pembiayaan - Pelatihan tenaga perencana 2. Tahapan identifikasi isu pengelolaan

- Mengidentifikasi stakeholder utama dan kepentingannya. - Menilik potensi dan kondisi sumberdaya dan lingkungan pesisir.

(12)

7

- Mengkaji isu-isu pesisir dan kelembagaan serta implikasinya melalui

FGD.

- Mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara kegiatan manusia, proses alamiah dan kerusakan sumberdaya pesisir.

- Memilih isu-isu penting yang akan menjadi fokus utama pengelolaan - Merumuskan arahan pengelolaan pesisir.

3. Tahapan Perencanaan Program

- Melaksanakan penelitian ilmiah terhadap berbagai isu yang dipilih pada langkah pertama.

- Mendokumentasikan kondisi awal wilayah pesisir yang akan dikelola. - Menyusun rencana pengelolaan dan kerangka kerja kelembagaan

yang akan melaksanakan program.

- Mempersiapkan SDM dan kelembagaan pelaksanaan program. - Menguji strategi pelaksanaan program dalam skala kecil.

4. Tahapan Adopsi Program dan Pendanaan

- Mendapatkan persetujuan pemerintah terhadap suatu perencanaan dan proses penyusunan kebijakan.

- Memperoleh pengesahan resmi terhadap kebijakan ataupun rencana yang disusun

- Memperoleh pendanaan yang dibutuhkan bagi implementasi program

5. Tahapan Pelaksanaan Program

- Pelaksanaan mekanisme koordinasi antar lembaga dan prosedur- prosedur resolusi konflik.

- Penguatan kapasitas pengelolaan program

- Membangkitkan, mendorong atau meningkatkan partisipasi kelompok

stakeholder utama.

- Melaksanakan program pendidikan dan penyadaran bagi masyarakat (umum) dan stakeholder

- Menjaga agar prioritas program tetap berada dalam agenda publik. - Memantau kinerja program dan kecenderungan yang terjadi pada

lingkungan sosial.

6. Tahapan Monitoring dan Evaluasi

Melakukan monitoring dan evaluasi program sebagai pembelajaran untuk program pengelolaan berikutnya:

- dampak program secara ekologis, sosial dan ekonomi - proses pelaksanaan program,

(13)

8

- pengembangan program

Secara ringkas proses penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu kelurahan Bukit Harapan diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana Pengelolaan W ilayah Pesisir Terpadu Kelurahan Bukit Harapan

(14)

9

BAB II

RONA WILAYAH PESISIR

2.1. Keadaan Geografis dan Administratif

Secara administratif, kelurahan Bukit Harapan adalah bagian dari

Kecamatan Soreang. Kecamatan Soreang sendiri memiliki luas 8,33 km2 atau

8,39% dari luas wilayah kota Parepare. Kecamatan ini terbagi dalam 7 kelurahan dengan luas wilayah. Kelurahan terluas di kecamatan W atang Soreang adalah

kelurahan Bukit Harapan dengan luas 5,56 km2 (66,74%) dan terkecil adalah

kelurahan Kampung Pisang yakni 0,12 km2 atau hanya 1,44% dari luas wilayah

kecamatan W atang Soreang.

(15)

10

10

Batas administrasi kelurahan Bukit Harapan adalah :

Sebelah Utara : Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap Sebelah Timur : Kelurahan Lapadde Kec. Ujung

Sebelah Selatan : Kelurahan Bukit Indah Sebelah Barat : Kelurahan W atang Soreang

2.2. Kondisi Sosial Budaya a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data statistik kecamatan dalam angka tahun 2012 sampai 2015 didapatkan bahwa populasi yang terbanyak di kelurahan Bukit Harapan adalah pada tahun 2014. Jumlah penduduk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Bukit Harapan

Masyarakat Kelurahan Bukit Harapan dapat dikatakan sebagai masyarakat Bugis sepenuhnya. Masyarakat Bugis sendiri secara menganut sistem patrilineal dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang banyak dipengaruhi oleh ajaran agama Islam. Salah satu prinsip sentral dalam merupakan warisan asli budaya

Bugis adalah apa yang disebut sebagai siri’. Prinsip ini dapat dikatakan

memandu seluruh tindak-tanduk masyarakat Bugis. Dari laku sehari-hari, hingga

ke adat-istiadat formal. Siri’, jika meminjam peristilahan Pierre Bourdieu (1932-

2002), dengan kata lain dapat dikatakan sebagai ‘habistus’-nya masyarakat Bugis.

(16)

11

11

dipermalukan”. Konsep akan ketidakmauan untuk dipermalukan ini menjadi khas sebab konsep tentang “dipermalukan” di kalangan masyarakat Bugis sendiri cukup khas. Menikahi anak gadis sebuah keluarga tanpa persetujuan dari keluarga itu adalah sebuah contoh malu besar bagi masyarakat Bugis. Dan untuk kasus berat seperti ini, penyelesaiannya seringkali, jika bukan hampir selalu, berupa

pertumpahan darah. Kasus seperti ini adalah sebuah siri’ besar yang hanya bisa

dibayar dengan darah, entah kepada mempelai perempuan, lelaki, atau keduanya. Reaksi berupa konflik hingga pertumpahan darah ini sendiri pun adalah bagian dari

prinsip siri’ tersebut.

Gambar 4. Peta Land Use Kelurahan Bukit Harapan

Saat ini, jika dilihat dari aspek transformasi sosial, masyarakat Bukit Harapan secara telah menunjukkan ciri masyarakat perkotaan, atau setidaknya sedang semakin condong ke arah bentuk masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan sendiri, menurut Poplin (1972, dalam Nat, 2011) di antaranya ditandai watak individualistis di antara anggota masyarakatnya, diferesensiasi sosial yang jelas, dan mobilitas sosial yang tinggi. Ciri ini cukup mudah ditemui di antara masyarakat kelurahan Bukit Harapan, tidak terkecuali di antara para nelayannya kendati (sebagaimana masyarakat yang sedang mengalami ‘transisi’) ciri-ciri masyarakat lama/tradisional atau pedesaan juga masih teramati.

(17)

12

12

b. Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat

Menurut data statistik parepare jumlah murid SD, SMP, SLTA pada Kecamatan Soreang adalah 4.848 murid, SMP 1.950 murid dan SLTA 2.383 murid. Pada kelurahan bukit harapan dari segi tingkat pendidikan, terlihat bahwa fasilitas SD yang dominan pada kelurahan ini yaitu berjumlah 4 unit. Fasilitas pendidikan di kelurahan ini, terdapat fasilitas sekolah untuk orang yang mempunyai keterbelakangan fisik mulai dari SD sampai SMA yaitu sekolah luar biasa (SLB).

Gambar 5. Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Bukit Harapan

Saat pengumpulan data sekunder dilakukan tidak diperoleh data mengenai tingkat kesehatan warga kelurahan Bukit Harapan. Hanya diperoleh data tentang ketersediaan layanan medis di kelurahan ini. Fasilitas kesehatan, di kelurahan ini terdapat 2 rumah sakit, 1 Pustu dan 1 Poskeskel.

(18)

13

13

2.3. Aktivitas Ekonomi Masyarakat Pesisir

Nelayan di kelurahan Bukit Harapan berjumlah paling banyak 50 orang atau 1,4% dari total jumlah penduduk. Ke-50 orang tersebut terdiri atas 20 orang nelayan-tangkap, 26 orang penjual ikan eceran dan 4 orang bos/pengepul. Selain ke-50 orang nelayan tersebut, ibu rumah tangga yang biasa membuat abon ikan di kelurahan ini terdapat 16 orang. Ke-16 perempuan/ibu-ibu ini tergabung dalam usaha pembuatan abon ikan yang dikoordinir oleh seorang

perempuan bernama Hj. Oma dengan nama kelompok “Sejatera”. Saat ini

jumlah tersebut bertambah dengan berjalannya kegiatan pendampingan oleh proyek CCDP-IFAD di kelurahan ini sejak tahun 2013 lalu.

Lebih rinci, mata pencaharian masyakarat pesisir di kelurahan Bukit Harapan terdiri atas (1) pembudidaya ikan, (2) pemasar, (3) pembuatan abon ikan (perempuan pengolah). Jumlah pelaku kegiatan tersebut saat ini, masing- masing berjumlah 8 orang. Untuk kelompok pembudidaya pelaku usaha terdiri dari kaum laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk kelompok pemasar dan pengolah pelaku kegiatan adalah ibu-ibu/perempuan.

(19)

14

14

2.4. Potensi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Pesisir

Hasil observasi lapangan, tidak ditemukan adanya ekosistem lamun dan terumbu karang sedangkan ekosistem mangrove masih bertahan di wilayah kelurahan Bukit Harapan. Kondisi manrove di kelurahan bukit harapan, saat ini telah tercemar oleh ban bekas milik masyarakat. Selain itu, tingginya aktivitas pelayaran akibat bersebelahan dengan pelabuhan kargo Parepare, perairan kelurahan Bukit Harapan juga menerima tekanan ekologis yang cukup besar dari besarnya limbah domestik yang masuk. Seperti dikatakan di atas, sampah tampak menumpuk di beberapa titik di daerah ini. Aktivitas pelayaran menimbulkan pengadukan pada sedimen perairan, yang menyebabkan air menjadi keruh. Keruhnya air mengahalangi masuknya cahaya matahari yang merupakan prasayarat hidup hewan karang, yakni dibutuhkan oleh hewan karang untuk melakukan proses fotosintesis.

(20)

15

15

BAB III

ISU-ISU PENGELOLAAN

3. Isu Pengelolaan

3.1. Isu SDA dan Lingkungan

1. Rendahnya pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM) terkait budidaya ikan

2. Rendahnya pengetahuan masyarakat terkait penanggulangan penyakit dan kualitas air

3. Rendahnya keterampilan masyarakat terkait pembuatan kolam batu 4. Suplai air bersih yang terbatas

3.2. Isu Sosial-Budaya

1. Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia terkait dengan Pengolahan Ikan

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menciptakan produk jenis olahan lain,

3. Belum optimalnya pemasaran produk perikanan 4. Kurangnya kerjasama usaha

5. Tidak adanya rumah produksi olahan ikan 6. Kurangnya sarana dan prasarana pengolahan

4.3. Isu Ekologi

1. Konflik batas wilayah dalam pemanfaatan ekosistem mangrove 2. Kurang optimalnya fungsi ekosistem mangrove

(21)

16

16

BAB IV

RENCANA PENGELOLAAN

WILAYAH PESISIR

Wilayah Kelurahan Bukit Harapan sangat potensial dalam mengembangkan usaha budidaya dan olahan ikan, karena memiliki sumber daya alam berupa sumber air yang cukup melimpah serta lahan yang cukup luas dapat di lat pada gambar 10

Gambar 10. Peta Perencanaan W ilayah Bukit Harapan

4.1. Isu Prioritas

1. Rendahnya pengetahuan masyarakat dalam penanggulangan penyakit dan kualitas air

2. Belum optimalnya pemasaran produk perikanan 3. Tidak adanya rumah produksi olahan ikan

(22)

17

17

4.2. Strategi Pengelolaan

Rendahnya Pengetahuan Masyarakat dalam

Penanggulangan Penyakit dan Kualitas air

Strategi :

a) Meningkatkan pengetahuan dalam penanggulangan penyakit ikan

b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam perbaikan kualitas air

c) Penyuluhan budidaya ikan d) Penyedian suplai air bersih

Tujuan :

1. Mengetahui teknik dan cara menanggulangi penyakit ikan 2. Mengetahui dan terampil dalam menjaga kualitas air 3. Meningkatkan kualitas masyarakat dalam budidaya ikan

Indikator :

a) Berkurangnya penyakit pada ikan budidaya dan tidak ada lagi bintik merah pada ikan

b) Pertumbuhan ikan yang optimal dan tidak tercium bau busuk pada kolam budidaya

c) Hasil produksi budidaya yang meningkat d) Suplai air bersih tercukupi

Belum Optimalnya Pemasaran

Produk Perikanan

Strategi

a) Peningkatan keterampilan dan manajemen usaha.

b) Memfasilitasi pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan dengan

memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi bermitra usaha dalam kesempatan kerja dan iklim usaha yang kondusif dan terbuka

c) Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan tidur.

d) Menguatkan dan mengoptimalkan fungsi lembaga ekonomi masyarakat pesisir.

e) Memfasilitasi pembentukan koperasi nelayan yang berfungsi menampung dan memasarkan produk-produk perikanan.

(23)

18

18

f) Memfasilitasi penyediaan skim-skim kredit murah atau tanpa

agunan.

g) Mengembangkan iklim yang kondusif bagi investor yang berminat berinvestasi di daerah.

h) Pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan internasional

i) Penataan pasar sebagai sentra-sentra perdagangan agar layak, bersih, nyaman dan teratur.

j) Melengkapi infrastruktur dan aksesibilitas yang baik dan memadai penunjang aktifitas ekonomi masyarakat.

Tujuan

Terjadinya Peningkatan Diversifikasi Usaha, Lapangan Kerja, Akses Modal dan Pemasaran Masyarakat Pesisir.

Indikator

a) Meningkatnya akses modal bagi pemberdayaan masyarakat pesisir. b) Tersedianya lapangan kerja dan berkurangnya pengangguran.

b) Meningkatnya akses pasar melalui koperasi nelayan (kedai pesisir) pada sentra-sentra produksi perikanan yang berfungsi menampung dan memasarkan produk-produk perikanan.

c) Berfungsinya secara optimal lembaga ekonomi masyarakat dalam melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan dan Perikanan.

d) Tersedianya skim-skim kredit murah atau tanpa agunan.

e) Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi dan menanamkan modal di wilayah pesisir.

f) Tersedianya infrastruktur dan aksesibilitas.

TIDAK ADANYA RUMAH PRODUKSI

OLAHAN IKAN

Strategi :

a) Pembangunan rumah produksi

b) Menjalin komunikasi dengan berbagai kelompok usaha agar memanfaatkan rumah produksi

c) Mengadakan kerjasama sama untuk mengadakan sarana dan prasarana di rumah produksi

Tujuan

(24)

19

19

c) Meningkatkan kerjasama berbagai kelompok usaha di kelurahan Bukit

Harapan

d) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produk olahan perikanan e) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir

Indikator :

a) Terbentuknya rumah produksi olahan ikan b) Meningkatnya volume produksi

c) Meningkatnya berbagai produk olahan ikan d) Meningkatnya keuntungan masyarakat pesisir

e) Adanya kerjasama dari berbagai kelompok olahan ikan di sekitar kelurahan Bukit Harapan

f) Tidak adanya kelompok usaha yang bekerja di rumah pribadi

KONFLIK BATAS WILAYAH PEMANFAATAN

EKOSISTEM MANGROVE

Strategi :

a) Menyediakan papan batas wilayah kabupaten di sekitar ekosistem mangrove b) Meningkatkan pengawasan terhadap pemanfaatan ekosistem mangrove

Tujuan :

a) Mengetahui batas wialayah kabupaten di sekitar ekosisitem mangrove b) Mengurangi konflik antar kabupaten

Indikator :

a) Tersedianya batas wilayah kabupaten di sekitar ekosistem mangrove b) Tidak adanya konflik dalam pemanfaatan mangrove

(25)

22

22

Isu Strategi Program Kegiatan Pelaksana Waktu Pendanaan Sumber

1 2 3 4 5 Rendahnya pengetahuan dan keterampilan budidaya Rendahnya Pengetahuan Masyarakat dalam

Penanggulangan Penyakit dan Kualitas air Peningkatan kualitas dan kuantitas budidaya ikan 1. Penyuluhan budidaya ikan 2. Pelatihan penanggulanga n penyakit ikan 3. Pelatihan teknik dan cara menjaga kualitas air budidaya Dinas KP3K, Dinas Kebersihan √ √ IFAD, APBN Belum optimalnya pemasaran produk olahan hasil perikanan Mengembangkan kerjasama

usaha dengan berbagai

perusahaan perikanan Peningkatan hasil olahan produk perikanan 1. Mengadakan MOU dengan berbagai perusahaan dalam pemasaran produk 2. Pelatihan pembuatan kemasan produk 3. Peningkatan bahan baku Dinas KP3K, Tidak adanya Pengembangan kuantitas produk Peningkatan volume 1. Pengadaan rumah produksi 4.3. Rencana Aksi

(26)

23

23

PENYUSUNAN DETAIL VILLAGE (Integrated Coastal Management-ICM)

rumah produksi Olahan ikan produksi olahan hasil perikanan 2. Pengadaan sarana dan prasarana pengolahan Konflik batas wilayah pemanfaata n ekosistem mangrove

Adanya papan batas wilayah dan pengawasan terhadap ekosistem mangrove Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap ekosistem mangrove 1. Pengadaan papan batas wilayah di sekitar ekosistem mangrove 2. Pengawasan terhadap pemanfaatan ekosistem mangrove Dinas KP3K, Dinas Pariwisata √ √ √ √ √ IFAD, APBD

(27)

24

24

4.4. Rencana Monitoring dan Evaluasi

No Kegiatan

Waktu Monitoring

Penanggung Jawab

1 2 3 4 5

1 Penyuluhan budidaya ikan Dinas KP3K

2 Pelatihan penanggulangan penyakit ikan Dinas KP3K

3 Pelatihan teknik dan cara menjaga kualitas air

budidaya

Dinas KP3K

4 Mengadakan MOU dengan berbagai perusahaan

dalam pemasaran produk

Dinas KP3K

5 Pelatihan pembuatan kemasan produk Dinas KP3K

6 Peningkatan bahan baku Dinas KP3K

7 Pengadaan rumah produksi Dinas KP3K

8 Pengadaan sarana dan prasarana pengolahan Dinas KP3K

9 Pengadaan papan batas wilayah di sekitar ekosistem

mangrove

Dinas KP3K

10 Pengawasan terhadap pemanfaatan ekosistem

mangrove

(28)

25

25

(29)

26

26

LAMPIRAN PETA

(30)

27

27

(31)

28

28

(32)

29

29

(33)

30

30

(34)

31

31

(35)

32

32

(36)

Gambar

Gambar  1.  Proses Penyusunan  Rencana Pengelolaan  W ilayah Pesisir Terpadu  Kelurahan Bukit Harapan
Gambar 2. Peta Administrasi Kelurahan Bukit Harapan
Gambar 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Bukit Harapan
Gambar 4. Peta Land Use Kelurahan Bukit Harapan
+6

Referensi

Dokumen terkait

27840/06 registered at the Kuching Land Registry Office on the 22nd day of November, 2006 affecting all that parcel of land together with the building thereon and appurtenances

Penerimaan usahatani padi (5000 kg @ Rp.. Pendapatan usahatani padi dengan cara tanam jajar legowo dan terintegrasi tiktok lebih besar dari pada tanpa cara tanam jajar legowo dan

Penggunaan tepung ampas teh produk fermentasi sampai taraf 7,5% dapat direspon secara positif oleh ayam broiler, sedangkan penggunaannya pada taraf 10,0% dapat menurunkan

HARI KE JAM DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH KLS TDF Nomor Ruang 7 07:30 Karimatul Ummah,,S.H., M.Hum... HARI KE JAM DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH KLS TDF Nomor Ruang 8 07:30 Muhammad

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Dengan demikian pada hari ini dapat kami sampaikan bahwa dari hasil penyelidikan epidemiologi yang terus dilakukan oleh Tim Surveilans Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Batam

Majelis Jemaat GPIB Galilea Bekasi mengucapkan terimakasih kepada seluruh jemaat dan tamu jemaat yang telah berpartisipasi dalam persembahan Janji Iman tahap 1 untuk

Berdasarkan Rencana Jangka Menengah Tahun 2010-2012 Kampung Totokaton Kecamatan Punggur pelaksanna pembangunan berdasarkan hasil identifikasi, pemetaan swadaya dan