• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self Regulation-Akademik (Suatu Penelitian Pada Siswa Sekolah Nasional Berbasis Internasional di SMAN 3 Kota Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self Regulation-Akademik (Suatu Penelitian Pada Siswa Sekolah Nasional Berbasis Internasional di SMAN 3 Kota Bandung)."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul

“Studi Deskriptif Mengenai Self

Regulation-Akademik” (Suatu Penelitian pada Siswa Sekolah Nasional Berbasis

Internasional di SMAN 3 Kota Bandung) yang bermaksud mengetahui dan mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang Self Regulation-Akademik pada siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung. SNBI merupakan program khusus yang dimiliki oleh SMAN 3 Bandung. SNBI adalah sekolah yang memiliki kualitas pendidikan yang dapat disejajarkan dengan sekolah internasional. Siswa yang dapat mengikuti program khusus ini adalah siswa yang telah lulus seleksi berdasarkan kriteria yang dibuat oleh SMAN 3. Untuk menjadi siswa SNBI tidaklah mudah, oleh karenanya diharapkan siswa SNBI memiliki kemampuan meregulasi diri dengan baik dalam bidang akademik. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan variabel dalam penelitian ini adalah Self Regulation-Akademik siswa SNBI.

Lokasi penelitian adalah Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) di SMAN 3 Kota Bandung, menggunakan teknik survey dengan melibatkan seluruh siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang berjumlah 50 siswa untuk dijadikan populasi dari penelitian ini. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur komponen Self Regulation-Akademik (SRQ-A) dengan mengacu kepada skripsi Widyawati Inggrid. Alat ukur berupa kuesioner dan pertanyaan tertutup sebagai data penunjangnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik. Hasil tryout terhadap alat ukur menunjukkan nilai validitas berkisar 0.30-0.79 dan nilai reliabilitas adalah 0.85.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data sebesar 56% siswa perilaku belajarnya lebih bercirikan komponen otonomi, artinya memiliki Self Regulation-Akademik tinggi, dan 44 % siswa perilaku belajarnya lebih bercirikan komponen kontrol, artinya memiliki Self Regulation-Akademik rendah. Terdapat siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah, namun didominasi oleh tipe Identified Regulation. Selain itu pula, tidak ditemukan kekuatan yang signifikan dari faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik terhadap pembentukan Self Regulation-Akademik pada siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

halaman

Abstrak

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... x

Daftar Bagan... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Maksud Penelitian ... 8

1.4. Tujuan Penelitian... 8

1.5. Keguanaan Penelitian ... 9

1.5.1. Kegunaan Teoretis ... 9

1.5.2. Kegunaan Praktis ... 9

1. 6. Kerangka Pikir ... 10

1.7. Asumsi ... 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar... 17

(3)

Universitas Kristen Maranatha

2.2. Prestasi Belajar ... 19

2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 21

2.3. Motivasi Belajar ... 24

2.3.1. Pengertian Motivasi ... 24

2.3.2. Peranan Motivasi dalam Belajar... 25

2.4. Self Determination Theory ... 27

2.4.1. Pengertian Needs menurut Self Determination Theory... 28

2.5. Self Regulation-Akademik ... 31

2.5.1. Definisi Self Regulation-Akademik ... 31

2.5.2. Peran Motivasi dalam Self Regulation-Akademik... 32

2.5.3. Proses Internalisasi dan Integrasi ... 33

2.5.4. Komponen Self Regulation-Akademik ... 35

2.5.5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik . 36 2.6. Periode Masa Remaja ... 38

2.6.1. Masa Remaja ... 38

2.6.2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja... 38

2.6.3. Perubahan pokok dan Ciri-Ciri Remaja ... 39

2.6.4. Teori Perkembangan Kognitif ... 42

2.6.4.1. Pengambilan Keputusan ... 44

2.7. Sekolah dan Remaja ... 44

2.7.1. Sekolah dan Ruang Kelas... 45

2.7.2. Interaksi dengan guru... 46

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.7.4. Orang tua dan Sekolah ... 48

2.8. Sejarah SMAN 3 Bandung ... 48

2.8.1. Kurikulum Berbasis Kompetensi... 49

2.8.2. Sekolah Nasional Berbasis Kompetensi ... 51

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 53

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 54

3.2.1. Variabel ... 54

3.2.2. Definisi Operasional ... 54

3.3. Alat Ukur ... 55

3.3.1. Alat Ukur Komponen Self Regulation-Akademik (SQR-A) ... 55

3.3.2. Pengolahan Hasil Penilaian... 57

3.3.3. Uji Coba Alat Ukur... 58

3.3.3.1. Validitas Alat Ukur ... 58

3.3.3.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 60

3.4. Populasi dan Teknik Sampling... 61

3.4.1. Populasi Sasaran ... 61

3.4.2. Karakteristik Populasi... 61

3.4.3. Ukuran Sampel ... 61

(5)

Universitas Kristen Maranatha BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Subjek ... 63

4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 63

4.2. Hasil Penelitian ... 64

4.2.1. Komponen Self Regulation-Akademik ... 64

4.2.2. Tabulasi silang antara Tipe Self Regulation dominan dan Self Regulation-Akademik ... 64

4.2.3. Tabulasi silang antara kesempatan dari orang tua untuk meme- cahkan masalah sendiri dan Self Regulation-Akademik ... 65

4.2.4. Tabulasi silang antara sikap orang tua saat menghadapi masalah dalam bidang akademik dan Self Regulation-Akademik ... 65

4.2.5. Tabulasi silang antara kebebasan dari orang tua untuk melakukan pilihan yang berkaitan dengan bidang akademik dan Self Regulation-Akademik ... 66

4.2.6. Tabulasi silang antara perilaku orang tua yang mengingatkan untuk belajar dan Self Regulation-Akademik ... 66

4.2.7. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari guru untuk bertanya dan menyampaikan pendapat dan Self Regulation-Akademik .... 67

4.2.8. Tabulasi Silang antara sikap guru saat ada siswa yang bertanya dan Self Regulation-Akademik... 67

(6)

Universitas Kristen Maranatha 4.2.10.Tabulasi silang antara dukungan dari teman sekolah saat meng-

hadapi kesulitan belajar dan Self Regulation-Akademik ... 68 4.3. Pembahasan... 69

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 73 5.2. Saran ... 74

(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 63 Tabel 4.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 63 Tabel 4.3. Tabel Distribusi frekuensi Komponen

Self Regulation-Akademik ... 64 Tabel 4.4. Tabulasi silang antara Tipe Self Regulation

dan Self Regulation-Akademik ... 64 Tabel 4.5. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari

orang tua untuk memecahkan masalah sendiri

dengan Self Regulation-Akademik ... 65 Tabel 4.6. Tabulasi Silang antara Sikap orang tua saat menghadapi

masalah dalam bidang akademik dengan

Self Regulation-Akademik ... 65 Tabel 4.7. Tabulasi Silang antara Kebebasan dari orang tua

untuk melakukan pilihan yang berkaitan dengan

bidang akademik dan Self Regulation-Akademik... 66

Tabel 4.8. Tabulasi Silang antara Perilaku Orang Tua yang Meng-

ingatkan untuk Belajar dan Self Regulation-Akademik ... 66 Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari guru untuk

bertanya dan menyampaikan pendapat dan

(8)

Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara Sikap guru saat ada siswa

yang bertanya dan Self Regulation-Akademik ... 67 Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Sikap guru saat ada

siswa yang menyampaikan pendapat dan

Self Regulation-Akademik ... 68 Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Dukungan dari teman

sekolah saat menghadapi kesulitan belajar

(9)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(10)

KUESIONER

Inisial nama : Nilai raport :

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Bacalah setiap pernyataan dengan hati-hati kemudian jawablah dengan tenang dan tidak perlu tergesa-gesa. Jawaban saudara tidak ada yang salah. Semua jawaban adalah benar jika sesuai dengan keadaan diri saudara. Saudara dimohon menjawab semua pernyataan yang ada.

Perhatian :

Mohon memberi jawaban sesuai dengan keadaan saudara SAAT INI !

Pilihlah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia, yang paling sesuai dengan dengan keadaan diri saudara.

Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia di samping kanan dari pernyataan yang ada 1. Saya berangkat ke sekolah karena orang

tua menghendaki saya berbuat begitu 2. Saya berangkat ke sekolah karena saya

merasa ada manfaatnya

3. Saya akan merasa malu kepada teman apabila tidak mengerjakan tugas dengan baik

4. Saya berangkat ke sekolah atas kehendak saya sendiri

5. Saya tiba di sekolah tepat waktu untuk menghindari hukuman sekolah

6. Saya menikmati kegiatan belajar di sekolah setiap hari

7. Bagi saya mengerjakan tugas sekolah dengan sebaik mungkin adalah penting 8. Saya mengerjakan tugas dengan

tanggung jawab yang tinggi

9. Bagi saya mengumpulkan tugas tepat waktu adalah penting

(11)

No. Pernyataan Sangat 11. Saya rajin mengerjakan tugas sekolah

agar lebih dihargai oleh teman

12. Saya mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin atas dasar kehendak sendiri 13. Saya akan merasa malu kepada guru

apabila tidak mengerjakan tugas dengan baik

14. Saya membuat rangkuman catatan pelajaran karena merasakan manfaatnya 15. Saya mengerjakan tugas dengan baik

karena ingin dipuji oleh orangtua 16. Saya merasa tidak nyaman apabila tidak

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

17. Saya merasa senang mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sebaik mungkin

18.\ Saya mengerjakan tugas tepat waktu karena ingin dipuji oleh guru

19. Saya sungguh-sungguh belajar karena khawatir akan mengecewakan orang tua 20. Saya sengaja mempersiapkan materi

pelajaran yang akan diajarkan oleh guru agar menguasai materi

21. Saya menyediakan waktu belajar rutin setiap hari

22. Saya berangkat ke sekolah karena merasa bersalah pada diri sendiri apabila tidak hadir

23. Saya mengerjakan tugas dengan baik karena ingin dipandang sebagai siswa yang rajin oleh guru

24. Saya menyediakan waktu setiap hari untuk belajar karena merasa itu bermanfaat

25. Saya menyimak setiap pelajaran yang disampaikan oleh guru agar ‘dicap’ sebagai murid yang patuh

26. Saya bersungguh-sungguh belajar karena ingin menghindari dari rasa bersalah dalam diri

(12)

No. Pernyataan Sangat 28. Saya menyimak setiap pelajaran yang

diajarkan guru agar tidak ditegur

29. Saya merasa tidak nyaman apabila tidak mempersiapkan diri dengan baik saat akan menghadapi ulangan

30. Menyimak pelajaran saat guru mengajar di sekolah adalah sesuatu yang penting 31. Saya menikmati saat-saat mengerjakan

tugas

32. Saya giat belajar karena ingin menyenangkan guru

33. Penting bagi saya untuk bertanya kepada guru atau teman saat ada materi yang kurang dipahami

34. Saya belajar atas dasar inisiatif pribadi 35. Saya mengerjakan tugas-tugas sekolah

karena dorongan orang tua

36. Saya akan merasa malu kepada teman sebangku apabila tidak mempersiapkan diri untuk ulangan

37. Saya belajar dengan baik agar dapat meraih prestasi yang membanggakan 38. Saya akan bertanya kepada teman atau

guru apabila ada materi yang kurang dimengerti agar lebih memahami 39. Mempelajari buku-buku baru

merupakan hal yang menyenangkan 40. Saya berusaha menyimak setiap materi

pelajaran yang disampaikan karena ingin memahami pelajaran

41. Saya akan merasa malu kepada orang tua apabila tidak mempersiapkan diri untuk ulangan

42. Saya tidak mengobrol dengan teman saat pelajaran berlangsung agar tidak ditegur oleh guru

43. Saya memang ingin belajar dengan baik di sekolah

44. Saya giat belajar karena ingin menjadi orang sukses

(13)

IDENTITAS DIRI

Nama (inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Anak ke…. dari …. Bersaudara

Pendidikan terakhir orang tua

Ayah :

Ibu :

DATA PENUNJANG

1. Apakah orang tua memberi kesempatan kepada saudara untuk memecahkan

sendiri masalah yang dihadapi dalam bidang akademik ?

a. ya

b. tidak

2. Orang tua akan bersikap ……… saat saudara menghadapi permasalahan

dalam bidang akademik.

a. membantu

b. tidak peduli

3. Apakah orang tua memberi kebebasan kepada saudara untuk melakukan

pilihan yang berkaitan dengan bidang akademik berdasarkan keinginan anda

sendiri ?

a. ya

b. tidak

4. Orangtua saudara mengingatkan saudara untuk belajar.

a. sering sekali

b. kadang-kadang

(14)

5. Dalam situasi pembelajaran di kelas, guru memberikan kesempatan bertanya

dan menyampaikan pendapat kepada siswa.

a. ya

b. tidak

6. Sikap guru ketika ada siswa yang bertanya tentang materi yang tidak

dimengerti.

a. Positif, artinya memuaskan rasa ingin tahu siswa

b. Negatif, artinya membuat siswa menjadi jera bertanya

7. Sikap guru ketika ada siswa yang menyampaikan pendapatnya mengenai

materi pelajaran yang sedang dibahas.

a. Positif, artinya memacu siswa untuk mau menyampaikan pendapatnya di

lain waktu

b. Negatif, artinya membuat siswa jera untuk berpendapat

8. Apakah teman sekolah akan menjelaskan apabila ada materi yang saudara

tidak mengerti ?

a. ya

(15)

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER

SELF REGULATION

-AKADEMIK

NO ITEM NILAI VALIDITAS KETERANGAN

(16)

41 0,484 diterima

42 0,611 diterima

43 0,674 diterima

44 0,488 diterima

45 0,578 diterima

46 0,409 diterima

47 0,337 diterima

48 0,265 ditolak

HASIL :

Validitas alat ukur berkisar antara 0.302 - 0.797

Item diterima = 45

Item dibuang = 3

HASIL UJI RELIABILITAS ALAT UKUR

SELF

REGULATION

-AKADEMIK

Reliability Statistics

Cronbach' s Alpha

N of Items

,853 48

Reliabilitas = 0, 85

Berdasarkan kriteria Guilford (1956) dapat diketahui bahwa reliabilitas total

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

1. GAMBARAN SUBJEK

Gambaran Subjek Berdasarkan Urutan Anak dalam keluarga

Urutan Frekuensi Persentase

Tabel Gambaran Subjek Berdasarkan Urutan Anak dalam keluarga

(22)

2. TABULASI SILANG ANTARA GAMBARAN SUBJEK

DENGAN

SELF REGULATION

-AKADEMIK

Tabulasi silang antara Jenis Kelamin dengan Self Regulation-Akademik Self Regulation-Akademik

Tabel Tabulasi silang antara Jenis Kelamin dan Self Regulation-Akademik

Data Tabulasi Silang antara Usia dengan Self Regulation-Akademik Self Regulation-Akademik

Tabel Tabulasi Silang antara Usia dengan Self Regulation-Akademik

Data Tabulasi Silang antara Urutan Anak dalam Keluarga dengan Self Regulation-Akademik

Tabel Tabulasi Silang antara Urutan Anak dalam Keluarga dengan Self Regulation-Akademik

(23)

Data Tabulasi Silang antara Pendidikan Ayah dengan Self Regulation

-Tabel Tabulasi Silang antara Pendidikan Ayah dengan Self Regulation -Akademik

Data Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu dengan Self Regulation -Akademik

(24)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah

yang lebih baik sehingga mampu bersaing dengan negara maju lainnya adalah

tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Tidaklah heran apabila

pengembangan dan peningkatan kualitas SDM, khususnya generasi muda yang

menjadi tunas bangsa dan penerus cita-cita pembangunan, menjadi perhatian

utama dalam program pembangunan suatu bangsa. Salah satu cara untuk

meningkatkan kualitas SDM adalah melalui bidang pendidikan. Melalui

pendidikan generasi penerus bangsa akan memiliki pengetahuan dan keterampilan

(skills) yang bermanfaat untuk mengisi pembangunan bangsa, selain itu melalui pendidikan pula para generasi muda diharapkan dapat berpikir dan bertingkah

laku positif.

Dilihat dari prosesnya, pendidikan formal di Indonesia berlangsung

berjenjang, dimulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah

jenjang SMA, maka sebagian besar individu akan meneruskan pendidikan ke

jenjang Perguruan Tinggi untuk memilih jurusan yang diminati.

Dunia pendidikan sangat kental dengan proses pembelajaran yang

(25)

2

Universitas Kristen Maranatha dibutuhkan peran aktif guru dan siswa, termasuk menciptakan interaksi harmonis

agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Bagi setiap siswa,

kegiatan pembelajaran merupakan kesempatan untuk mengetahui dan memahami

materi yang disampaikan oleh guru, khususnya yang berkaitan dengan materi

pelajaran. Pakar pendidikan Arief Rachman (www.republika.co.id)

menegaskan, belajar adalah sebuah proses yang harus ada dalam setiap diri

manusia. Dengan belajar, manusia akan menjadi lebih cerdas, bijaksana dan tidak

mengulangi kesalahan yang sama. Dalam kegiatan pembelajaran itulah, siswa

akan menjalani proses evaluasi beragam yang kemudian hasilnya akan

mencerminkan prestasi belajar.

Menurut Winkel (1983), terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang

menunjang pencapaian prestasi belajar secara optimal. Faktor eksternal terdiri atas

lingkungan keluarga (relasi siswa yang terbina dengan orang tua), lingkungan

sekolah (fasilitas penunjang yang ada di sekolah dan cara guru mengajar). Selain

faktor eksternal, maka faktor internal berupa kecerdasan dan motivasi turut

menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut dalam

belajar saling berinteraksi untuk menentukan performance belajar siswa.

Taraf kecerdasan berfungsi untuk menentukan seberapa besar

kemungkinan keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuatu dan dapat menjadi

parameter untuk memprediksi pencapaian prestasi yang akan diraih siswa

bersangkutan dalam suatu program pendidikan yang diikuti. Psikolog Sawitri

Supardi Sadarjoen berpendapat bahwa kecerdasan intelektual seseorang

(26)

3

Universitas Kristen Maranatha yang berperan dalam optimasi fungsi intelektual yang menjadi faktor penunjang

keberhasilan studi seseorang berupa aspek kerajinan, disiplin diri, daya juang,

kesediaan menghadapi dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi, serta

introspeksi diri. Kecerdasan intelektual yang dimiliki tiap orang perlu ditunjang

oleh motivasi untuk tetap mempertahankan dan atau meningkatkan prestasi

belajarnya. Motivasi berfungsi sebagai daya pendorong untuk menggerakkan

kegiatan belajar siswa, menjamin keberlangsungan dan menentukan arah kegiatan

belajar, mempertahankan semangat dan tekun melaksanakan kegiatan belajarnya.

Pentingnya motivasi dalam belajar, diungkapkan oleh Stephanus S.

(www.kompas.com) kendati fasilitas pendukung di sekolah sangat memadai

tetapi prestasi anak didiknya tidak menonjol karena kurangnya motivasi dalam

belajar.

Uraian di atas juga menegaskan bahwa motivasi mendapat porsi lebih

besar dibandingkan fasilitas pendukung di sekolah, relasi siswa dengan orang

tuanya, maupun kecerdasan siswa. Oleh karenanya dapat dibayangkan pentingnya

peran motivasi dalam belajar pada diri siswa guna pencapaian prestasi yang

optimal. Idealnya, perilaku belajar siswa lebih digerakkan oleh dorongan yang

berasal dari dalam dirinya, ini akan menjadi dasar bagi perhatian siswa terhadap

akademiknya dibandingkan non-akademik.

Farida Kurniawati (www.tabloid-nakita.com) mengungkapkan ada dua

tujuan siswa dalam belajar. Pertama, untuk sekadar mendapatkan hasil atau output

tertentu, misalnya nilai. Kedua, siswa belajar karena suka dengan pengetahuan

(27)

4

Universitas Kristen Maranatha belajar siswa murni karena cinta pengetahuan, berarti siswa tidak perlu

didorong-dorong oleh lingkungannya untuk belajar. Siswa akan berinisiatif belajar dengan

tekun dan disiplin.

Ada siswa yang perilaku belajarnya karena dorongan dari dalam diri

namun adapula yang perilaku belajarnya karena dorongan dari lingkungan.

Perilaku belajar siswa yang didorong oleh sumber eksternal akan terlihat tidak

spontan dan lebih banyak melibatkan unsur kesengajaan serta kebergantungan

kepada lingkungan. Menurut Yaumil Agus A. Z.(Sriwijaya Post, Januari 2004)

banyak orang tua yang mengeluhkan prestasi belajar anaknya yang kurang

memuaskan dan 70% diantaranya disebabkan karena anak malas belajar dan tidak

mempunyai tanggung jawab dalam belajar. “Kalau belajar harus disuruh terlebih dahulu, jika tidak maka anak itu akan bertahan berjam-jam di depan komputer untuk bermain game atau asyik mengobrol dengan temannya di telepon. Selagi belajar pun, anak tidak bisa fokus 100% karena anak sesekali memegang handphonenya untuk mengirim sms atau membalas sms dari temannya.”

Self Determination Theory dari Deci & Ryan (1985) menyatakan,

motivasi dalam belajar berkaitan erat dengan Self Regulation-Akademik. Self Regulation-akademik adalah proses kontinum yang menggambarkan bagaimana siswa mengatur dan mengarahkan perilakunya guna mencapai prestasi yang

optimal. Dalam mengatur dan mengarahkan perilaku belajarnya, ada siswa yang

mampu melakukannya sendiri, namun adapula siswa yang harus dikontrol oleh

(28)

5

Universitas Kristen Maranatha tinggi Self Regulation-Akademik yang dimiliki siswa maka perilaku yang ditampilkan oleh siswa itu semakin mengarah pada dorongan yang datang dari

dalam dirinya sendiri. Artinya, perilaku belajar siswa sepenuhnya berada dalam

kendali diri sendiri (komponen otonomi) dan akan ditunjukkan melalui perilaku

berinisiatif dalam belajar, bersedia mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa disuruh

oleh guru atau orang tua, memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca kembali

pelajaran yang diajarkan gurunya di sekolah. Biasanya siswa yang inisiatif

belajarnya bertumpu pada diri sendiri akan memiliki jadwal belajar yang rutin

karena berusaha untuk mempertahankan dan atau meningkatkan prestasi

belajarnya.

Sebaliknya semakin rendah Self Regulation-Akademik siswa, perilaku yang ditampilkan lebih merupakan dorongan dari lingkungan di sekitarnya. Ini

berarti, yang menjadi kontrol perilaku siswa dengan Self Regulation-Akademik rendah adalah lingkungannya (komponen kontrol). Siswa yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah akan menunjukkan inisiatif belajar yang rendah, motivasi belajarnya lebih bertujuan untuk menyenangkan orang lain, dalam hal ini

orang tua atau guru & bukan bagi kepuasaan pribadi. Dorongan dalam diri yang

rendah akan menyebabkan siswa tidak memiliki target dalam belajarnya. Siswa

seperti ini akan tampak dari perilaku yang lebih banyak mengisi waktu luang

dengan kegiatan-kegiatan non-akademik yaitu bermain game, lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Biasanya, siswa demikian tidak

memiliki jadwal belajar teratur, begitu pula perencanaan belajarnya tidak tampak

(29)

6

Universitas Kristen Maranatha mendadak, secara umum siswa ini belajar karena pengaruh dorongan orang lain

atau semata-mata dilakukan untuk memenuhi tuntutan dalam diri seperti

mengindari rasa bersalah dan rasa malu.

Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Nasional Bertaraf

Internasional (SNBI) di SMAN 3 Kota Bandung. Sekolah menengah ini

merupakan sekolah favorit dan kebanggaan masyarakat Kota Bandung. Sekitar

60-80% lulusannya setiap tahun berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi terkemuka di Indonesia terutama ITB, UI dan UNPAD. Adapun program

SNBI dikembangkan dengan tujuan meningkatkan mutu SMAN 3 Bandung itu

sendiri menjadi National Reference School, yaitu sekolah nasional yang memiliki kualitas pendidikan yang dapat disejajarkan dengan sekolah internasional. Ini

merupakan tujuan inovatif dalam rangka peningkatan kualitas layanan pendidikan

kepada siswa, khususnya siswa SMAN 3 Bandung. Siswa SNBI memperoleh

kurikulum yang sama seperti kelas reguler namun penekanan yang lebih pada

mata pelajaran bahasa Inggris, matematika, dan Teknologi Informasi. Materi

tersebut diberikan setiap hari sabtu dengan cara menghadirkan dosen-dosen

berkualitas dari universitas terkemuka di Kota Bandung. Untuk menunjang proses

pembelajaran, sekolah ini berusaha menyediakan fasilitas laboratorium bahasa

yang lengkap dan fasilitas internet yang dapat diakses 24 jam.

SNBI didirikan pada tahun 2005 dengan cara menyeleksi 74 siswa SMAN

3 Bandung yang mendaftarkan diri dan telah terpilih 50 siswa sebagai siswa

rintisan untuk mengikuti program studi SNBI. Seleksi untuk menjadi siswa SNBI

(30)

7

Universitas Kristen Maranatha kemampuan berbahasa Inggris dan matematika yang baik. SNBI terdiri atas

siswa-siswi berprestasi yang tidak diterima di kelas akselerasi atau mengundurkan diri

dari kelas akselerasi.

Siswa yang pada dasarnya berpredikat siswa sekolah unggulan kemudian

mengikuti seleksi program khusus yang mengacu pada kriteria dan sistem seleksi

yang ditetapkan pihak sekolah. Ini berarti, untuk menjadi siswa SNBI tidaklah

mudah. Siswa SNBI diharapkan mampu meregulasi diri dengan baik sehingga

mampu mengarahkan perilaku belajarnya tanpa bergantung kepada

lingkungannya.

Namun berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10

orang siswa SNBI, 40% siswa menunjukkan belajar bukan karena insiatif siswa

itu sendiri melainkan kontrol eksternal, misalnya guru atau orang tua. Belajar

harus diingatkan oleh orang tua terlebih dahulu, pergi ke sekolah karena

mengikuti keinginan dari orang tuanya, para siswa ini pun belajar dengan giat

selama di sekolah karena takut ditegur oleh gurunya apabila mereka tidak

menyimak pelajaran dengan baik. Demikian pula siswa ini rajin mengerjakan

tugas selain karena takut mendapat hukuman, ingin juga menciptakan image

sebagai siswa yang baik dan rajin dalam belajar.

Sedangkan 60% siswa lainnya menunjukkan kontrol diri dan inisiatif

pribadi yang lebih berperan dalam menentukan pencapaian prestasi belajanya.

Siswa berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik lagi dari waktu ke

waktu termasuk mempertahankannya. Siswa ini mengatakan bahwa mereka

(31)

8

Universitas Kristen Maranatha tua mereka. Saat belajar di dalam kelas, mereka berkonsetrasi memusatkan

perhatian pada apa yang diajarkan oleh guru dan berusaha untuk selalu datang ke

sekolah karena tidak ingin ada materi pelajaran yang tertinggal. Mereka

menganggap bahwa sebagai seorang siswa, belajar itu merupakan kegiatan yang

penting dan berguna bagi masa depannya kelak.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka masalah utama yang ingin diteliti adalah :

Seperti apakah gambaran Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.

1.3. MAKSUD PENELITIAN

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan

(32)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.5. KEGUNAAN PENELITIAN

1.5.1. Kegunaan Teoretis :

♣ Memberi informasi dan menambah wawasan bagi peneliti lain yang

membahas masalah Self Regulation-Akademik. ♣

♣ Untuk menambah pengetahuan teoretik khususnya bidang ilmu

Psikologi Pendidikan yang berkaitan dengan pengaturan kegiatan

belajar pada siswa Sekolah Nasional yang berbasis Internasional.

1.5.2. Kegunaan Praktis :

Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian

ini, seperti : pihak sekolah dan orang tua, mengenai Self Regulation -Akademik yang dimiliki siswa yang belajar di Sekolah Nasional

berbasis Internasional dan faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhinya. Diharapkan agar guru dan orangtua dapat

meningkatkan Self Regulation-Akademik yang dimiliki oleh siswa dalam belajar.

♣ Sebagai umpan balik bagi siswa mengenai Self Regulation-Akademik dan melakukan upaya-upaya konstruktif untuk meningkatkan inisiatif

pribadi dalam belajarnya.

Memberikan informasi kepada siswa dan orang tua mengenai

(33)

10

Universitas Kristen Maranatha

1. 6. KERANGKA PIKIR

Setiap individu di sepanjang rentang hidupnya akan menjalani serangkaian

tahap perkembangan, salah satunya adalah tahap remaja. Masa remaja merupakan

masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini,

sebagian besar waktu individu akan dihabiskan untuk belajar di sekolah, guna

membekalinya mengisi kehidupan masa depan.

Agar siswa dapat menyelesaikan jenjang pendidikannya dengan baik maka

hal pertama yang penting dimiliki siswa adalah target yang jelas tentang

performance akademiknya. Selanjutnya, target itu akan menjadi pendorong siswa ke arah perilaku belajar yang bertanggung jawab dan tercermin melalui prestasi

belajar. Menurut Gage & Berliner (1972), prestasi belajar merupakan hasil dari

suatu proses yang dibantu oleh instruksi dan kegiatan pendidikan, selain

kemampuan, stabilitas emosi, kemauan, dan disiplin dalam diri setiap individu.

Sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dari

waktu ke waktu. Sekolah memfasilitasi siswanya agar dapat mencapai prestasi

belajar yang optimal, seperti halnya SMAN 3 yang menyediakan Sekolah

Nasional Berbasis Internasional (SNBI) khusus untuk siswa-siswi yang

memenuhi persyaratan akademik tertentu. Siswa SNBI memperoleh kurikulum

yang sama seperti kelas reguler namun lebih difokuskan pada mata pelajaran

bahasa Inggris, matematika, dan Teknologi Informasi. Materi tersebut diberikan

setiap hari sabtu dengan cara menghadirkan dosen-dosen berkualitas dari

universitas terkemuka di Kota Bandung. Untuk menunjang proses pembelajaran,

(34)

11

Universitas Kristen Maranatha fasilitas internet yang dapat diakses 24 jam. Siswa SNBI yang berusia 15-16 tahun

berada dalam tahap perkembangan remaja madya (Steinberg, 2002). Remaja

mengalami tiga perubahan mendasar yaitu biologis, kognitif, dan sosial, dengan

perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa SNBI dan prestasi akademik yang

lebih unggul dari siswa kelas reguler, diharapkan siswa SNBI mampu

mengarahkan perilaku belajarnya sendiri dan tidak tergantung kepada lingkungan.

Menurut Deci & Ryan (1985) dalam Self Determination Theory, Self Regulation adalah suatu proses kontinum yang menggambarkan bagaimana individu mengatur dan mengarahkan perilakunya guna mencapai tujuan. Deci &

Ryan membagi Self Regulation pada tiga bidang, yaitu Self Regulation -Friendship, Self Regulation-Religions, dan Self Regulation-Akademik. Berarti Self Regulation-Akademik merujuk kepada suatu proses kontinum yang menggambarkan bagaimana siswa mengatur dan mengarahkan perilakunya guna

mencapai prestasi yang optimal.

Dalam Self Regulation-Akademik dikenal dua macam motivasi yang mendasari perilaku seseorang, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik

(Deci & Ryan, 1985). Motivasi berfungsi sebagai daya pendorong untuk

menggerakkan kegiatan belajar siswa, menjamin keberlangsungan dan

menentukan arah kegiatan belajar, berfungsi mempertahankan semangat dan tekun

melaksanakan kegiatan belajarnya.

Untuk dapat menentukan sumber motivasi siswa SNBI (ekstrinsik atau

(35)

12

Universitas Kristen Maranatha memiliki locus of causality ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik akan menghasilkan tingkah laku dengan tujuan untuk mendapatkan reward dan menghindari

punishment, sehingga perilaku belajarnya tidak terjadi secara spontan namun melibatkan unsur kesengajaan serta menunjukkan kurang memiliki tekad yang

kuat.

Dipihak lain, perilaku belajar siswa SNBI yang bersumber dari motivasi

intrinsik muncul secara spontan melalui rasa ketertarikan, kenikmatan dan

kepuasan yang mengikuti tingkah laku belajar siswa. Motivasi intrinsik akan

menghasilkan perilaku belajar dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan bagi

diri sendiri, menghasilkan prestasi atau performance yang lebih baik, menguatkan perilaku siswa untuk tidak tergantung kepada orang lain dan lingkungan.

Melalui proses perkembangan yang erat hubungannya dengan internalisasi

dan intergrasi, perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik akan mengalami

perubahan menjadi motivasi intrinsik. Internalisasi merupakan sebuah proses

alami dan aktif yang diusahakan oleh setiap individu untuk mengubah nilai-nilai

sosial menjadi nilai-nilai pribadi (Meissner, 1981; Schaefer, 1968). Internalisasi

melibatkan perpindahan antara proses regulasi ekstrinsik menjadi proses regulasi

intrinsik. Sedangkan proses integrasi adalah regulasi yang disatukan dengan

dirinya sendiri, dengan membandingkan nilai-nilai sosial dengan nilai-nilai yang

ada di dalam diri.

(36)

13

Universitas Kristen Maranatha

Regulation. Keempat tipe ini kemudian dikelompokkan menjadi dua komponen

Self Regulation-Akademik, yaitu komponen kontrol dan komponen otonomi. Tipe yang pertama, sekaligus merupakan gradasi terendah adalah External Regulation. Pada tipe ini, perilaku belajar siswa SNBI dikontrol oleh tuntutan lingkungan dan semata-mata bertujuan untuk mendapatkan reward serta menghindari punishment, misal siswa SNBI mengerjakan tugas sekolahnya karena tidak ingin ditegur oleh guru.

Tipe yang kedua adalah Introjected Regulation. Pada tipe ini, perilaku belajar siswa SNBI dikontrol oleh tuntutan dari dalam diri, misal munculnya rasa

bersalah atau rasa malu apabila tidak belajar menjelang ulangan.

Tipe ketiga adalah Identified Regulation, yaitu siswa SNBI yang menerima nilai-nilai atau tujuan dari suatu kegiatan belajar karena menganggap kegiatan itu

sebagai sesuatu yang penting dan bernilai bagi dirinya. Misalnya, berkonsetrasi

selama belajar di kelas karena ingin memahami materi yang diajarkan dengan

utuh.

Tipe keempat atau tipe yang menempati tingkatan tertinggi dalam Self Regulation-Akademik yaitu Intrinsic Regulation, yaitu siswa SNBI yang melakukan kegiatan belajarnya atas kehendak dan kemauannya sendiri. Misalnya,

siswa SNBI yang akan menyediakan waktu secara rutin untuk belajar walaupun

tidak ada ulangan.

Tipe External Regulation dan Introjected Regulation termasuk kedalam kelompok komponen kontrol. Perilaku belajar siswa SNBI yang bercirikan

(37)

14

Universitas Kristen Maranatha lebih banyak berpengaruh adalah motivasi ekstrinsiknya. Di sisi lain, tipe

Identified Regulation dan Intrinsic Regulation termasuk kedalam kelompok komponen otonomi, apabila perilaku belajar siswa SNBI bercirikan komponen

otonomi, maka siswa akan lebih banyak bertumpu dan diarahkan oleh diri sendiri

karena yang banyak berpengaruh adalah motivasi intrinsiknya.

Self Regulation-Akademik dipahami sebagai suatu proses kontinum yang berarti bila suatu perilaku mengarah ke kutub kontrol berarti Self Regulation -Akademiknya rendah, sebaliknya apabila perilaku belajarnya lebih mengarah ke

kutub otonomi maka Self Regulation-Akademiknya tinggi. Dalam pandangan Self Determination Theory, seorang siswa memiliki Self Regulation-Akademik yang tinggi apabila siswa dalam pengarahan dan pengaturan perilaku belajarnya lebih

bercirikan komponen otonomi dan bukan komponen kontrol.

Ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik siswa, yaitu pola asuh dan lingkungan sekolah. Pola asuh yang autonomy support

(misalnya orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk membangkitkan

kemampuan problem solving berupa kesempatan memecahkan masalah sendiri, melakukan pilihan dan mengambil keputusan) akan memberikan peluang kepada

siswa untuk dapat mengaktualkan potensi dirinya.

Selain pola asuh, lingkungan sekolah berupa iklim kelas yang kondusif

(misalnya kebebasan mengungkapkan pendapat di kelas dan respon positif dari

guru dan teman sekolah) akan memunculkan motivasi intrinsik yang dapat

memacu semangat untuk mencapai prestasi belajar yang optimal (Ryan &

(38)

15

Universitas Kristen Maranatha Faktor internal yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik siswa adalah pengalaman. Pengalaman dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap

suatu situasi, apakah itu menjadi sesuatu yang penting atau kurnag penting.

Contohnya : ada siswa yang menganggap belajar merupakan hal yang penting dan

wajib bagi dirinya, namun adapula siswa yang menganggap bermain dengan

teman-teman adalah hal yang lebih penting dibandingkan belajar.

Berikut adalah bagan kerangka pikir :

Faktor yang mempengaruhi:

- Pola Asuh

- Lingkungan Sekolah Tinggi

- Pengalaman

Siswa SNBI Self Regulation-Akademik

-Kontrol Rendah (External Regulation

dan

Introjected Regulation)

-Otonomi

(Identified Regulation

dan

Intrinsic Regulation)

(39)

16

Universitas Kristen Maranatha

1.7. ASUMSI

1. Motivasi berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa.

2. Terdapat dua macam sumber motivasi siswa dalam belajar yang akan

menjadi tolok ukur tinggi rendahnya Self Regulation-Akademik siswa, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

3. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi ekstrinsik akan

menunjukkan Self Regulation-Akademik yang bercirikan komponen kontrol atau bisa dikatakan memiliki Self Regulation-Akademik rendah.

4. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi intrinsik akan

(40)

73 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh siswa SNBI di

SMAN 3 Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebesar 56% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung, memiliki Self

Regulation-Akademik yang bercirikan komponen otonomi. Ini berarti,

siswa SNBI tersebut memiliki Self Regulation-Akademik tinggi,

sedangkan 44% bercirikan komponen kontrol sehingga Self Regulation

-Akademiknya dapat dikatakan rendah.

2. Sekitar 85.7% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self

Regulation-Akademik tinggi, didominasi oleh tipe Identified Regulation

dan 50% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self

Regulation-Akademik rendah didominasi oleh tipe Introjected Regulation.

3. Terdapat pula 45.5% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang

memiliki Self Regulation-Akademik rendah, namun didominasi oleh tipe

Identified Regulation.

4. Berdasarkan tabulasi silang antara Self Regulation-Akademik dan

faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik tidak ditemukan

kekuatan yang signifikan dari faktor-faktor tersebut dengan Self

(41)

74

Universitas Kristen Maranatha 5.2. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut :

♣ Saran Praktis

¬ Kepada siswa SNBI yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah

(kontrol) disarankan untuk membina Self Regulation-Akademiknya ke

arah yang lebih otonomi dengan cara menyadari kebiasaan belajar,

dalam hal apa sudah mampu mengatur aktivitas belajarnya sendiri dan

dalam hal apa masih diatur orang lain, kemudian berusaha keras untuk

mengatur sendiri kebiasaan belajarnya agar tidak tergantung kepada

orang lain.

Saran Teoretis

1. Dari penelitian ini, tidak dijumpai gambaran yang jelas mengenai

faktor-faktor yang berperan terhadap pembentukan Self Regulation

-Akademik. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk meneliti

kembali Self Regulation-Akademik pada jenjang pendidikan SD atau

SMP.

2. Dari penelitian ini ditemukan siswa yang memiliki Self Regulation

-Akademik rendah namun didominasi oleh tipe Identified Regulation,

oleh karenanya bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang bahasan

yang sama untuk dapat meneliti secara spesifik mengenai tipe-tipe Self

(42)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. 1915, Dictionary of Psychology, New York : Sell Publishing Co, Inc.

Deci, E.L, & Ryan, R.M. 2000. The “What” and “Why” of Goal Pursuits : Human Needs and the Self Determination of behavior. Psychological Inquiry, 11, 227-268, New york.

Deci, E.L, 7 Ryan, R.M. 1985. Self Determination Theory : Approach to Human Motivation & Personality. New York : copyright 2000-2001.

Frandsen, Arden N. 1967. Educational Psychology 2 nd edition. USA : Mc. Graw

Hill.

Gage & Berliner, 1984. Educational Psychology 3 rd edition. Boston : Houghton

Mifflin Company.

Grolnick, W.S. & Ryan, R.M. 1989. American Psychological Association, Parent style With Children’s Self Regualtion and Competence in School, Copyright 1989 by APA.

Guilford, J.P. 1993. Fundamental Statistics in Psychology and Education. Tokyo : Mc Graw hill Kogakusha.

Ryan, R.M, Connell, J.P. & Deci, E.L, 1985 A Motivational Analysis of Self Determination and Self Regulation in Education; Research on Motivation in Education. Volume 2, New York : Academic Press.

(43)

Universitas Kristen Maranatha

Ryan, R.M, Deci, E.L 2000 Self Determination Theory and The Facilitation of Instrinsic Motivation, Social Development, and Well Being. American Psychologist, volume 55.

Siegel, Sidney 1997 Statistik Nonparametik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.

Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Penelitian Statistika, FMIPA, Universitas Padjajaran.

Sprinthall, Norman A, Richard C. Sprinthall. 1978. Educational Psychology : A Developmental Approach. New York : Mc Graw Hill International Edition.

Steinberg, l. 2002. Adolescence, 6th ed. New York :McGrawHill Companies, Inc.

Sujana. 1989. Metode Statistika, Bandung : Tarsito.

Williams, G. C, & Deci, E.L. 1996. Internalization of Biopsychosocial Values by Medical Students : A test of Self Detremination Theory. Journal of Personality and Social Psychology, 70, 767-779.

Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia.

(44)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Http : www. SMAN 3.Net.

Http : www.Psych.Rochester.edu/sdt.

Inggrid, Widyawati. Hubungan Antara Tipe Self Regulation-Akademik dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2000 Universitas “X” Bandung. Bandung. Skripsi : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Gambar

Tabel Gambaran Subjek Berdasarkan Urutan Anak dalam keluarga
Tabel Tabulasi Silang antara Urutan Anak dalam Keluarga dengan Self
Tabel Tabulasi Silang antara Pendidikan Ayah dengan Self Regulation-

Referensi

Dokumen terkait

Dari penilaian yang siswa peroleh tersebut maka akan memunculkan reaksi terhadap hasil kerja yang diperoleh apabila adaptive-inferences maka siswa akan memiliki reaksi

Bagi Mahasiswa Fakultas Psikologi dan dosen wali, disarankan untuk menggunakan hasil penelitian ini untuk pengenalan dan pengembangan diri mahasiswa, seperti dengan

Kesimpulan yang diperoleh adalah mahasiswa angkatan 2005 di Fakultas Psikologi “X” Kota Bandung memiliki derajat sedang dan tinggi untuk melakukan Self-Regulation fase

dari hasil penelitian juga diketahui determinan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap intention melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI SMAN “X”

SMA ”X” Bandung untuk mengontrol diri dalam kegiatan belajar yang meliputi kemampuan siswa-siswi untuk menginstruksikan pada dirinya sendiri mengenai tindakan-tindakan yang

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai self regulation pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sudah kuliah lebih dari empat tahun dan belum

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran secara umum self efficacy bidang akademik pada siswa kelas XI di SMAN 14 Bekasi, yaitu berada pada level

Universitas Kristen Maranatha SMA ”X” Bandung untuk mengontrol diri dalam kegiatan belajar yang meliputi kemampuan siswa-siswi untuk menginstruksikan pada dirinya sendiri mengenai