Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul
“Studi Deskriptif Mengenai SelfRegulation-Akademik” (Suatu Penelitian pada Siswa Sekolah Nasional Berbasis
Internasional di SMAN 3 Kota Bandung) yang bermaksud mengetahui dan mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang Self Regulation-Akademik pada siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung. SNBI merupakan program khusus yang dimiliki oleh SMAN 3 Bandung. SNBI adalah sekolah yang memiliki kualitas pendidikan yang dapat disejajarkan dengan sekolah internasional. Siswa yang dapat mengikuti program khusus ini adalah siswa yang telah lulus seleksi berdasarkan kriteria yang dibuat oleh SMAN 3. Untuk menjadi siswa SNBI tidaklah mudah, oleh karenanya diharapkan siswa SNBI memiliki kemampuan meregulasi diri dengan baik dalam bidang akademik. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan variabel dalam penelitian ini adalah Self Regulation-Akademik siswa SNBI.
Lokasi penelitian adalah Sekolah Nasional Bertaraf Internasional (SNBI) di SMAN 3 Kota Bandung, menggunakan teknik survey dengan melibatkan seluruh siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang berjumlah 50 siswa untuk dijadikan populasi dari penelitian ini. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur komponen Self Regulation-Akademik (SRQ-A) dengan mengacu kepada skripsi Widyawati Inggrid. Alat ukur berupa kuesioner dan pertanyaan tertutup sebagai data penunjangnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik. Hasil tryout terhadap alat ukur menunjukkan nilai validitas berkisar 0.30-0.79 dan nilai reliabilitas adalah 0.85.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data sebesar 56% siswa perilaku belajarnya lebih bercirikan komponen otonomi, artinya memiliki Self Regulation-Akademik tinggi, dan 44 % siswa perilaku belajarnya lebih bercirikan komponen kontrol, artinya memiliki Self Regulation-Akademik rendah. Terdapat siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah, namun didominasi oleh tipe Identified Regulation. Selain itu pula, tidak ditemukan kekuatan yang signifikan dari faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik terhadap pembentukan Self Regulation-Akademik pada siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
halaman
Abstrak
Kata Pengantar... i
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... x
Daftar Bagan... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Maksud Penelitian ... 8
1.4. Tujuan Penelitian... 8
1.5. Keguanaan Penelitian ... 9
1.5.1. Kegunaan Teoretis ... 9
1.5.2. Kegunaan Praktis ... 9
1. 6. Kerangka Pikir ... 10
1.7. Asumsi ... 16
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar... 17
Universitas Kristen Maranatha
2.2. Prestasi Belajar ... 19
2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 21
2.3. Motivasi Belajar ... 24
2.3.1. Pengertian Motivasi ... 24
2.3.2. Peranan Motivasi dalam Belajar... 25
2.4. Self Determination Theory ... 27
2.4.1. Pengertian Needs menurut Self Determination Theory... 28
2.5. Self Regulation-Akademik ... 31
2.5.1. Definisi Self Regulation-Akademik ... 31
2.5.2. Peran Motivasi dalam Self Regulation-Akademik... 32
2.5.3. Proses Internalisasi dan Integrasi ... 33
2.5.4. Komponen Self Regulation-Akademik ... 35
2.5.5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik . 36 2.6. Periode Masa Remaja ... 38
2.6.1. Masa Remaja ... 38
2.6.2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja... 38
2.6.3. Perubahan pokok dan Ciri-Ciri Remaja ... 39
2.6.4. Teori Perkembangan Kognitif ... 42
2.6.4.1. Pengambilan Keputusan ... 44
2.7. Sekolah dan Remaja ... 44
2.7.1. Sekolah dan Ruang Kelas... 45
2.7.2. Interaksi dengan guru... 46
Universitas Kristen Maranatha
2.7.4. Orang tua dan Sekolah ... 48
2.8. Sejarah SMAN 3 Bandung ... 48
2.8.1. Kurikulum Berbasis Kompetensi... 49
2.8.2. Sekolah Nasional Berbasis Kompetensi ... 51
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 53
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 54
3.2.1. Variabel ... 54
3.2.2. Definisi Operasional ... 54
3.3. Alat Ukur ... 55
3.3.1. Alat Ukur Komponen Self Regulation-Akademik (SQR-A) ... 55
3.3.2. Pengolahan Hasil Penilaian... 57
3.3.3. Uji Coba Alat Ukur... 58
3.3.3.1. Validitas Alat Ukur ... 58
3.3.3.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 60
3.4. Populasi dan Teknik Sampling... 61
3.4.1. Populasi Sasaran ... 61
3.4.2. Karakteristik Populasi... 61
3.4.3. Ukuran Sampel ... 61
Universitas Kristen Maranatha BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Subjek ... 63
4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 63
4.2. Hasil Penelitian ... 64
4.2.1. Komponen Self Regulation-Akademik ... 64
4.2.2. Tabulasi silang antara Tipe Self Regulation dominan dan Self Regulation-Akademik ... 64
4.2.3. Tabulasi silang antara kesempatan dari orang tua untuk meme- cahkan masalah sendiri dan Self Regulation-Akademik ... 65
4.2.4. Tabulasi silang antara sikap orang tua saat menghadapi masalah dalam bidang akademik dan Self Regulation-Akademik ... 65
4.2.5. Tabulasi silang antara kebebasan dari orang tua untuk melakukan pilihan yang berkaitan dengan bidang akademik dan Self Regulation-Akademik ... 66
4.2.6. Tabulasi silang antara perilaku orang tua yang mengingatkan untuk belajar dan Self Regulation-Akademik ... 66
4.2.7. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari guru untuk bertanya dan menyampaikan pendapat dan Self Regulation-Akademik .... 67
4.2.8. Tabulasi Silang antara sikap guru saat ada siswa yang bertanya dan Self Regulation-Akademik... 67
Universitas Kristen Maranatha 4.2.10.Tabulasi silang antara dukungan dari teman sekolah saat meng-
hadapi kesulitan belajar dan Self Regulation-Akademik ... 68 4.3. Pembahasan... 69
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 73 5.2. Saran ... 74
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 4.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 63 Tabel 4.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 63 Tabel 4.3. Tabel Distribusi frekuensi Komponen
Self Regulation-Akademik ... 64 Tabel 4.4. Tabulasi silang antara Tipe Self Regulation
dan Self Regulation-Akademik ... 64 Tabel 4.5. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari
orang tua untuk memecahkan masalah sendiri
dengan Self Regulation-Akademik ... 65 Tabel 4.6. Tabulasi Silang antara Sikap orang tua saat menghadapi
masalah dalam bidang akademik dengan
Self Regulation-Akademik ... 65 Tabel 4.7. Tabulasi Silang antara Kebebasan dari orang tua
untuk melakukan pilihan yang berkaitan dengan
bidang akademik dan Self Regulation-Akademik... 66
Tabel 4.8. Tabulasi Silang antara Perilaku Orang Tua yang Meng-
ingatkan untuk Belajar dan Self Regulation-Akademik ... 66 Tabel 4.9. Tabulasi Silang antara Kesempatan dari guru untuk
bertanya dan menyampaikan pendapat dan
Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara Sikap guru saat ada siswa
yang bertanya dan Self Regulation-Akademik ... 67 Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Sikap guru saat ada
siswa yang menyampaikan pendapat dan
Self Regulation-Akademik ... 68 Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Dukungan dari teman
sekolah saat menghadapi kesulitan belajar
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
KUESIONER
Inisial nama : Nilai raport :
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Bacalah setiap pernyataan dengan hati-hati kemudian jawablah dengan tenang dan tidak perlu tergesa-gesa. Jawaban saudara tidak ada yang salah. Semua jawaban adalah benar jika sesuai dengan keadaan diri saudara. Saudara dimohon menjawab semua pernyataan yang ada.
Perhatian :
Mohon memberi jawaban sesuai dengan keadaan saudara SAAT INI !
Pilihlah satu dari empat pilihan jawaban yang tersedia, yang paling sesuai dengan dengan keadaan diri saudara.
Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia di samping kanan dari pernyataan yang ada 1. Saya berangkat ke sekolah karena orang
tua menghendaki saya berbuat begitu 2. Saya berangkat ke sekolah karena saya
merasa ada manfaatnya
3. Saya akan merasa malu kepada teman apabila tidak mengerjakan tugas dengan baik
4. Saya berangkat ke sekolah atas kehendak saya sendiri
5. Saya tiba di sekolah tepat waktu untuk menghindari hukuman sekolah
6. Saya menikmati kegiatan belajar di sekolah setiap hari
7. Bagi saya mengerjakan tugas sekolah dengan sebaik mungkin adalah penting 8. Saya mengerjakan tugas dengan
tanggung jawab yang tinggi
9. Bagi saya mengumpulkan tugas tepat waktu adalah penting
No. Pernyataan Sangat 11. Saya rajin mengerjakan tugas sekolah
agar lebih dihargai oleh teman
12. Saya mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin atas dasar kehendak sendiri 13. Saya akan merasa malu kepada guru
apabila tidak mengerjakan tugas dengan baik
14. Saya membuat rangkuman catatan pelajaran karena merasakan manfaatnya 15. Saya mengerjakan tugas dengan baik
karena ingin dipuji oleh orangtua 16. Saya merasa tidak nyaman apabila tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
17. Saya merasa senang mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sebaik mungkin
18.\ Saya mengerjakan tugas tepat waktu karena ingin dipuji oleh guru
19. Saya sungguh-sungguh belajar karena khawatir akan mengecewakan orang tua 20. Saya sengaja mempersiapkan materi
pelajaran yang akan diajarkan oleh guru agar menguasai materi
21. Saya menyediakan waktu belajar rutin setiap hari
22. Saya berangkat ke sekolah karena merasa bersalah pada diri sendiri apabila tidak hadir
23. Saya mengerjakan tugas dengan baik karena ingin dipandang sebagai siswa yang rajin oleh guru
24. Saya menyediakan waktu setiap hari untuk belajar karena merasa itu bermanfaat
25. Saya menyimak setiap pelajaran yang disampaikan oleh guru agar ‘dicap’ sebagai murid yang patuh
26. Saya bersungguh-sungguh belajar karena ingin menghindari dari rasa bersalah dalam diri
No. Pernyataan Sangat 28. Saya menyimak setiap pelajaran yang
diajarkan guru agar tidak ditegur
29. Saya merasa tidak nyaman apabila tidak mempersiapkan diri dengan baik saat akan menghadapi ulangan
30. Menyimak pelajaran saat guru mengajar di sekolah adalah sesuatu yang penting 31. Saya menikmati saat-saat mengerjakan
tugas
32. Saya giat belajar karena ingin menyenangkan guru
33. Penting bagi saya untuk bertanya kepada guru atau teman saat ada materi yang kurang dipahami
34. Saya belajar atas dasar inisiatif pribadi 35. Saya mengerjakan tugas-tugas sekolah
karena dorongan orang tua
36. Saya akan merasa malu kepada teman sebangku apabila tidak mempersiapkan diri untuk ulangan
37. Saya belajar dengan baik agar dapat meraih prestasi yang membanggakan 38. Saya akan bertanya kepada teman atau
guru apabila ada materi yang kurang dimengerti agar lebih memahami 39. Mempelajari buku-buku baru
merupakan hal yang menyenangkan 40. Saya berusaha menyimak setiap materi
pelajaran yang disampaikan karena ingin memahami pelajaran
41. Saya akan merasa malu kepada orang tua apabila tidak mempersiapkan diri untuk ulangan
42. Saya tidak mengobrol dengan teman saat pelajaran berlangsung agar tidak ditegur oleh guru
43. Saya memang ingin belajar dengan baik di sekolah
44. Saya giat belajar karena ingin menjadi orang sukses
IDENTITAS DIRI
Nama (inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Anak ke…. dari …. Bersaudara
Pendidikan terakhir orang tua
Ayah :
Ibu :
DATA PENUNJANG
1. Apakah orang tua memberi kesempatan kepada saudara untuk memecahkan
sendiri masalah yang dihadapi dalam bidang akademik ?
a. ya
b. tidak
2. Orang tua akan bersikap ……… saat saudara menghadapi permasalahan
dalam bidang akademik.
a. membantu
b. tidak peduli
3. Apakah orang tua memberi kebebasan kepada saudara untuk melakukan
pilihan yang berkaitan dengan bidang akademik berdasarkan keinginan anda
sendiri ?
a. ya
b. tidak
4. Orangtua saudara mengingatkan saudara untuk belajar.
a. sering sekali
b. kadang-kadang
5. Dalam situasi pembelajaran di kelas, guru memberikan kesempatan bertanya
dan menyampaikan pendapat kepada siswa.
a. ya
b. tidak
6. Sikap guru ketika ada siswa yang bertanya tentang materi yang tidak
dimengerti.
a. Positif, artinya memuaskan rasa ingin tahu siswa
b. Negatif, artinya membuat siswa menjadi jera bertanya
7. Sikap guru ketika ada siswa yang menyampaikan pendapatnya mengenai
materi pelajaran yang sedang dibahas.
a. Positif, artinya memacu siswa untuk mau menyampaikan pendapatnya di
lain waktu
b. Negatif, artinya membuat siswa jera untuk berpendapat
8. Apakah teman sekolah akan menjelaskan apabila ada materi yang saudara
tidak mengerti ?
a. ya
HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER
SELF REGULATION
-AKADEMIK
NO ITEM NILAI VALIDITAS KETERANGAN
41 0,484 diterima
42 0,611 diterima
43 0,674 diterima
44 0,488 diterima
45 0,578 diterima
46 0,409 diterima
47 0,337 diterima
48 0,265 ditolak
HASIL :
Validitas alat ukur berkisar antara 0.302 - 0.797
Item diterima = 45
Item dibuang = 3
HASIL UJI RELIABILITAS ALAT UKUR
SELF
REGULATION
-AKADEMIK
Reliability Statistics
Cronbach' s Alpha
N of Items
,853 48
Reliabilitas = 0, 85
Berdasarkan kriteria Guilford (1956) dapat diketahui bahwa reliabilitas total
1. GAMBARAN SUBJEK
Gambaran Subjek Berdasarkan Urutan Anak dalam keluarga
Urutan Frekuensi Persentase
Tabel Gambaran Subjek Berdasarkan Urutan Anak dalam keluarga
2. TABULASI SILANG ANTARA GAMBARAN SUBJEK
DENGAN
SELF REGULATION
-AKADEMIK
Tabulasi silang antara Jenis Kelamin dengan Self Regulation-Akademik Self Regulation-Akademik
Tabel Tabulasi silang antara Jenis Kelamin dan Self Regulation-Akademik
Data Tabulasi Silang antara Usia dengan Self Regulation-Akademik Self Regulation-Akademik
Tabel Tabulasi Silang antara Usia dengan Self Regulation-Akademik
Data Tabulasi Silang antara Urutan Anak dalam Keluarga dengan Self Regulation-Akademik
Tabel Tabulasi Silang antara Urutan Anak dalam Keluarga dengan Self Regulation-Akademik
Data Tabulasi Silang antara Pendidikan Ayah dengan Self Regulation
-Tabel Tabulasi Silang antara Pendidikan Ayah dengan Self Regulation -Akademik
Data Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu dengan Self Regulation -Akademik
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah
yang lebih baik sehingga mampu bersaing dengan negara maju lainnya adalah
tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Tidaklah heran apabila
pengembangan dan peningkatan kualitas SDM, khususnya generasi muda yang
menjadi tunas bangsa dan penerus cita-cita pembangunan, menjadi perhatian
utama dalam program pembangunan suatu bangsa. Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas SDM adalah melalui bidang pendidikan. Melalui
pendidikan generasi penerus bangsa akan memiliki pengetahuan dan keterampilan
(skills) yang bermanfaat untuk mengisi pembangunan bangsa, selain itu melalui pendidikan pula para generasi muda diharapkan dapat berpikir dan bertingkah
laku positif.
Dilihat dari prosesnya, pendidikan formal di Indonesia berlangsung
berjenjang, dimulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah
jenjang SMA, maka sebagian besar individu akan meneruskan pendidikan ke
jenjang Perguruan Tinggi untuk memilih jurusan yang diminati.
Dunia pendidikan sangat kental dengan proses pembelajaran yang
2
Universitas Kristen Maranatha dibutuhkan peran aktif guru dan siswa, termasuk menciptakan interaksi harmonis
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Bagi setiap siswa,
kegiatan pembelajaran merupakan kesempatan untuk mengetahui dan memahami
materi yang disampaikan oleh guru, khususnya yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Pakar pendidikan Arief Rachman (www.republika.co.id)
menegaskan, belajar adalah sebuah proses yang harus ada dalam setiap diri
manusia. Dengan belajar, manusia akan menjadi lebih cerdas, bijaksana dan tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Dalam kegiatan pembelajaran itulah, siswa
akan menjalani proses evaluasi beragam yang kemudian hasilnya akan
mencerminkan prestasi belajar.
Menurut Winkel (1983), terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang
menunjang pencapaian prestasi belajar secara optimal. Faktor eksternal terdiri atas
lingkungan keluarga (relasi siswa yang terbina dengan orang tua), lingkungan
sekolah (fasilitas penunjang yang ada di sekolah dan cara guru mengajar). Selain
faktor eksternal, maka faktor internal berupa kecerdasan dan motivasi turut
menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut dalam
belajar saling berinteraksi untuk menentukan performance belajar siswa.
Taraf kecerdasan berfungsi untuk menentukan seberapa besar
kemungkinan keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuatu dan dapat menjadi
parameter untuk memprediksi pencapaian prestasi yang akan diraih siswa
bersangkutan dalam suatu program pendidikan yang diikuti. Psikolog Sawitri
Supardi Sadarjoen berpendapat bahwa kecerdasan intelektual seseorang
3
Universitas Kristen Maranatha yang berperan dalam optimasi fungsi intelektual yang menjadi faktor penunjang
keberhasilan studi seseorang berupa aspek kerajinan, disiplin diri, daya juang,
kesediaan menghadapi dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi, serta
introspeksi diri. Kecerdasan intelektual yang dimiliki tiap orang perlu ditunjang
oleh motivasi untuk tetap mempertahankan dan atau meningkatkan prestasi
belajarnya. Motivasi berfungsi sebagai daya pendorong untuk menggerakkan
kegiatan belajar siswa, menjamin keberlangsungan dan menentukan arah kegiatan
belajar, mempertahankan semangat dan tekun melaksanakan kegiatan belajarnya.
Pentingnya motivasi dalam belajar, diungkapkan oleh Stephanus S.
(www.kompas.com) kendati fasilitas pendukung di sekolah sangat memadai
tetapi prestasi anak didiknya tidak menonjol karena kurangnya motivasi dalam
belajar.
Uraian di atas juga menegaskan bahwa motivasi mendapat porsi lebih
besar dibandingkan fasilitas pendukung di sekolah, relasi siswa dengan orang
tuanya, maupun kecerdasan siswa. Oleh karenanya dapat dibayangkan pentingnya
peran motivasi dalam belajar pada diri siswa guna pencapaian prestasi yang
optimal. Idealnya, perilaku belajar siswa lebih digerakkan oleh dorongan yang
berasal dari dalam dirinya, ini akan menjadi dasar bagi perhatian siswa terhadap
akademiknya dibandingkan non-akademik.
Farida Kurniawati (www.tabloid-nakita.com) mengungkapkan ada dua
tujuan siswa dalam belajar. Pertama, untuk sekadar mendapatkan hasil atau output
tertentu, misalnya nilai. Kedua, siswa belajar karena suka dengan pengetahuan
4
Universitas Kristen Maranatha belajar siswa murni karena cinta pengetahuan, berarti siswa tidak perlu
didorong-dorong oleh lingkungannya untuk belajar. Siswa akan berinisiatif belajar dengan
tekun dan disiplin.
Ada siswa yang perilaku belajarnya karena dorongan dari dalam diri
namun adapula yang perilaku belajarnya karena dorongan dari lingkungan.
Perilaku belajar siswa yang didorong oleh sumber eksternal akan terlihat tidak
spontan dan lebih banyak melibatkan unsur kesengajaan serta kebergantungan
kepada lingkungan. Menurut Yaumil Agus A. Z.(Sriwijaya Post, Januari 2004)
banyak orang tua yang mengeluhkan prestasi belajar anaknya yang kurang
memuaskan dan 70% diantaranya disebabkan karena anak malas belajar dan tidak
mempunyai tanggung jawab dalam belajar. “Kalau belajar harus disuruh terlebih dahulu, jika tidak maka anak itu akan bertahan berjam-jam di depan komputer untuk bermain game atau asyik mengobrol dengan temannya di telepon. Selagi belajar pun, anak tidak bisa fokus 100% karena anak sesekali memegang handphonenya untuk mengirim sms atau membalas sms dari temannya.”
Self Determination Theory dari Deci & Ryan (1985) menyatakan,
motivasi dalam belajar berkaitan erat dengan Self Regulation-Akademik. Self Regulation-akademik adalah proses kontinum yang menggambarkan bagaimana siswa mengatur dan mengarahkan perilakunya guna mencapai prestasi yang
optimal. Dalam mengatur dan mengarahkan perilaku belajarnya, ada siswa yang
mampu melakukannya sendiri, namun adapula siswa yang harus dikontrol oleh
5
Universitas Kristen Maranatha tinggi Self Regulation-Akademik yang dimiliki siswa maka perilaku yang ditampilkan oleh siswa itu semakin mengarah pada dorongan yang datang dari
dalam dirinya sendiri. Artinya, perilaku belajar siswa sepenuhnya berada dalam
kendali diri sendiri (komponen otonomi) dan akan ditunjukkan melalui perilaku
berinisiatif dalam belajar, bersedia mengerjakan tugas-tugas sekolah tanpa disuruh
oleh guru atau orang tua, memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca kembali
pelajaran yang diajarkan gurunya di sekolah. Biasanya siswa yang inisiatif
belajarnya bertumpu pada diri sendiri akan memiliki jadwal belajar yang rutin
karena berusaha untuk mempertahankan dan atau meningkatkan prestasi
belajarnya.
Sebaliknya semakin rendah Self Regulation-Akademik siswa, perilaku yang ditampilkan lebih merupakan dorongan dari lingkungan di sekitarnya. Ini
berarti, yang menjadi kontrol perilaku siswa dengan Self Regulation-Akademik rendah adalah lingkungannya (komponen kontrol). Siswa yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah akan menunjukkan inisiatif belajar yang rendah, motivasi belajarnya lebih bertujuan untuk menyenangkan orang lain, dalam hal ini
orang tua atau guru & bukan bagi kepuasaan pribadi. Dorongan dalam diri yang
rendah akan menyebabkan siswa tidak memiliki target dalam belajarnya. Siswa
seperti ini akan tampak dari perilaku yang lebih banyak mengisi waktu luang
dengan kegiatan-kegiatan non-akademik yaitu bermain game, lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Biasanya, siswa demikian tidak
memiliki jadwal belajar teratur, begitu pula perencanaan belajarnya tidak tampak
6
Universitas Kristen Maranatha mendadak, secara umum siswa ini belajar karena pengaruh dorongan orang lain
atau semata-mata dilakukan untuk memenuhi tuntutan dalam diri seperti
mengindari rasa bersalah dan rasa malu.
Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Nasional Bertaraf
Internasional (SNBI) di SMAN 3 Kota Bandung. Sekolah menengah ini
merupakan sekolah favorit dan kebanggaan masyarakat Kota Bandung. Sekitar
60-80% lulusannya setiap tahun berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi terkemuka di Indonesia terutama ITB, UI dan UNPAD. Adapun program
SNBI dikembangkan dengan tujuan meningkatkan mutu SMAN 3 Bandung itu
sendiri menjadi National Reference School, yaitu sekolah nasional yang memiliki kualitas pendidikan yang dapat disejajarkan dengan sekolah internasional. Ini
merupakan tujuan inovatif dalam rangka peningkatan kualitas layanan pendidikan
kepada siswa, khususnya siswa SMAN 3 Bandung. Siswa SNBI memperoleh
kurikulum yang sama seperti kelas reguler namun penekanan yang lebih pada
mata pelajaran bahasa Inggris, matematika, dan Teknologi Informasi. Materi
tersebut diberikan setiap hari sabtu dengan cara menghadirkan dosen-dosen
berkualitas dari universitas terkemuka di Kota Bandung. Untuk menunjang proses
pembelajaran, sekolah ini berusaha menyediakan fasilitas laboratorium bahasa
yang lengkap dan fasilitas internet yang dapat diakses 24 jam.
SNBI didirikan pada tahun 2005 dengan cara menyeleksi 74 siswa SMAN
3 Bandung yang mendaftarkan diri dan telah terpilih 50 siswa sebagai siswa
rintisan untuk mengikuti program studi SNBI. Seleksi untuk menjadi siswa SNBI
7
Universitas Kristen Maranatha kemampuan berbahasa Inggris dan matematika yang baik. SNBI terdiri atas
siswa-siswi berprestasi yang tidak diterima di kelas akselerasi atau mengundurkan diri
dari kelas akselerasi.
Siswa yang pada dasarnya berpredikat siswa sekolah unggulan kemudian
mengikuti seleksi program khusus yang mengacu pada kriteria dan sistem seleksi
yang ditetapkan pihak sekolah. Ini berarti, untuk menjadi siswa SNBI tidaklah
mudah. Siswa SNBI diharapkan mampu meregulasi diri dengan baik sehingga
mampu mengarahkan perilaku belajarnya tanpa bergantung kepada
lingkungannya.
Namun berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10
orang siswa SNBI, 40% siswa menunjukkan belajar bukan karena insiatif siswa
itu sendiri melainkan kontrol eksternal, misalnya guru atau orang tua. Belajar
harus diingatkan oleh orang tua terlebih dahulu, pergi ke sekolah karena
mengikuti keinginan dari orang tuanya, para siswa ini pun belajar dengan giat
selama di sekolah karena takut ditegur oleh gurunya apabila mereka tidak
menyimak pelajaran dengan baik. Demikian pula siswa ini rajin mengerjakan
tugas selain karena takut mendapat hukuman, ingin juga menciptakan image
sebagai siswa yang baik dan rajin dalam belajar.
Sedangkan 60% siswa lainnya menunjukkan kontrol diri dan inisiatif
pribadi yang lebih berperan dalam menentukan pencapaian prestasi belajanya.
Siswa berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik lagi dari waktu ke
waktu termasuk mempertahankannya. Siswa ini mengatakan bahwa mereka
8
Universitas Kristen Maranatha tua mereka. Saat belajar di dalam kelas, mereka berkonsetrasi memusatkan
perhatian pada apa yang diajarkan oleh guru dan berusaha untuk selalu datang ke
sekolah karena tidak ingin ada materi pelajaran yang tertinggal. Mereka
menganggap bahwa sebagai seorang siswa, belajar itu merupakan kegiatan yang
penting dan berguna bagi masa depannya kelak.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka masalah utama yang ingin diteliti adalah :
Seperti apakah gambaran Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung.
1.3. MAKSUD PENELITIAN
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Self Regulation-Akademik siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung
1.4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan
9
Universitas Kristen Maranatha
1.5. KEGUNAAN PENELITIAN
1.5.1. Kegunaan Teoretis :
♣
♣ Memberi informasi dan menambah wawasan bagi peneliti lain yang
membahas masalah Self Regulation-Akademik. ♣
♣ Untuk menambah pengetahuan teoretik khususnya bidang ilmu
Psikologi Pendidikan yang berkaitan dengan pengaturan kegiatan
belajar pada siswa Sekolah Nasional yang berbasis Internasional.
1.5.2. Kegunaan Praktis :
♣
♣ Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian
ini, seperti : pihak sekolah dan orang tua, mengenai Self Regulation -Akademik yang dimiliki siswa yang belajar di Sekolah Nasional
berbasis Internasional dan faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhinya. Diharapkan agar guru dan orangtua dapat
meningkatkan Self Regulation-Akademik yang dimiliki oleh siswa dalam belajar.
♣
♣ Sebagai umpan balik bagi siswa mengenai Self Regulation-Akademik dan melakukan upaya-upaya konstruktif untuk meningkatkan inisiatif
pribadi dalam belajarnya.
♣
♣ Memberikan informasi kepada siswa dan orang tua mengenai
10
Universitas Kristen Maranatha
1. 6. KERANGKA PIKIR
Setiap individu di sepanjang rentang hidupnya akan menjalani serangkaian
tahap perkembangan, salah satunya adalah tahap remaja. Masa remaja merupakan
masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini,
sebagian besar waktu individu akan dihabiskan untuk belajar di sekolah, guna
membekalinya mengisi kehidupan masa depan.
Agar siswa dapat menyelesaikan jenjang pendidikannya dengan baik maka
hal pertama yang penting dimiliki siswa adalah target yang jelas tentang
performance akademiknya. Selanjutnya, target itu akan menjadi pendorong siswa ke arah perilaku belajar yang bertanggung jawab dan tercermin melalui prestasi
belajar. Menurut Gage & Berliner (1972), prestasi belajar merupakan hasil dari
suatu proses yang dibantu oleh instruksi dan kegiatan pendidikan, selain
kemampuan, stabilitas emosi, kemauan, dan disiplin dalam diri setiap individu.
Sekolah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dari
waktu ke waktu. Sekolah memfasilitasi siswanya agar dapat mencapai prestasi
belajar yang optimal, seperti halnya SMAN 3 yang menyediakan Sekolah
Nasional Berbasis Internasional (SNBI) khusus untuk siswa-siswi yang
memenuhi persyaratan akademik tertentu. Siswa SNBI memperoleh kurikulum
yang sama seperti kelas reguler namun lebih difokuskan pada mata pelajaran
bahasa Inggris, matematika, dan Teknologi Informasi. Materi tersebut diberikan
setiap hari sabtu dengan cara menghadirkan dosen-dosen berkualitas dari
universitas terkemuka di Kota Bandung. Untuk menunjang proses pembelajaran,
11
Universitas Kristen Maranatha fasilitas internet yang dapat diakses 24 jam. Siswa SNBI yang berusia 15-16 tahun
berada dalam tahap perkembangan remaja madya (Steinberg, 2002). Remaja
mengalami tiga perubahan mendasar yaitu biologis, kognitif, dan sosial, dengan
perubahan-perubahan yang dialami oleh siswa SNBI dan prestasi akademik yang
lebih unggul dari siswa kelas reguler, diharapkan siswa SNBI mampu
mengarahkan perilaku belajarnya sendiri dan tidak tergantung kepada lingkungan.
Menurut Deci & Ryan (1985) dalam Self Determination Theory, Self Regulation adalah suatu proses kontinum yang menggambarkan bagaimana individu mengatur dan mengarahkan perilakunya guna mencapai tujuan. Deci &
Ryan membagi Self Regulation pada tiga bidang, yaitu Self Regulation -Friendship, Self Regulation-Religions, dan Self Regulation-Akademik. Berarti Self Regulation-Akademik merujuk kepada suatu proses kontinum yang menggambarkan bagaimana siswa mengatur dan mengarahkan perilakunya guna
mencapai prestasi yang optimal.
Dalam Self Regulation-Akademik dikenal dua macam motivasi yang mendasari perilaku seseorang, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik
(Deci & Ryan, 1985). Motivasi berfungsi sebagai daya pendorong untuk
menggerakkan kegiatan belajar siswa, menjamin keberlangsungan dan
menentukan arah kegiatan belajar, berfungsi mempertahankan semangat dan tekun
melaksanakan kegiatan belajarnya.
Untuk dapat menentukan sumber motivasi siswa SNBI (ekstrinsik atau
12
Universitas Kristen Maranatha memiliki locus of causality ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik akan menghasilkan tingkah laku dengan tujuan untuk mendapatkan reward dan menghindari
punishment, sehingga perilaku belajarnya tidak terjadi secara spontan namun melibatkan unsur kesengajaan serta menunjukkan kurang memiliki tekad yang
kuat.
Dipihak lain, perilaku belajar siswa SNBI yang bersumber dari motivasi
intrinsik muncul secara spontan melalui rasa ketertarikan, kenikmatan dan
kepuasan yang mengikuti tingkah laku belajar siswa. Motivasi intrinsik akan
menghasilkan perilaku belajar dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan bagi
diri sendiri, menghasilkan prestasi atau performance yang lebih baik, menguatkan perilaku siswa untuk tidak tergantung kepada orang lain dan lingkungan.
Melalui proses perkembangan yang erat hubungannya dengan internalisasi
dan intergrasi, perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik akan mengalami
perubahan menjadi motivasi intrinsik. Internalisasi merupakan sebuah proses
alami dan aktif yang diusahakan oleh setiap individu untuk mengubah nilai-nilai
sosial menjadi nilai-nilai pribadi (Meissner, 1981; Schaefer, 1968). Internalisasi
melibatkan perpindahan antara proses regulasi ekstrinsik menjadi proses regulasi
intrinsik. Sedangkan proses integrasi adalah regulasi yang disatukan dengan
dirinya sendiri, dengan membandingkan nilai-nilai sosial dengan nilai-nilai yang
ada di dalam diri.
13
Universitas Kristen Maranatha
Regulation. Keempat tipe ini kemudian dikelompokkan menjadi dua komponen
Self Regulation-Akademik, yaitu komponen kontrol dan komponen otonomi. Tipe yang pertama, sekaligus merupakan gradasi terendah adalah External Regulation. Pada tipe ini, perilaku belajar siswa SNBI dikontrol oleh tuntutan lingkungan dan semata-mata bertujuan untuk mendapatkan reward serta menghindari punishment, misal siswa SNBI mengerjakan tugas sekolahnya karena tidak ingin ditegur oleh guru.
Tipe yang kedua adalah Introjected Regulation. Pada tipe ini, perilaku belajar siswa SNBI dikontrol oleh tuntutan dari dalam diri, misal munculnya rasa
bersalah atau rasa malu apabila tidak belajar menjelang ulangan.
Tipe ketiga adalah Identified Regulation, yaitu siswa SNBI yang menerima nilai-nilai atau tujuan dari suatu kegiatan belajar karena menganggap kegiatan itu
sebagai sesuatu yang penting dan bernilai bagi dirinya. Misalnya, berkonsetrasi
selama belajar di kelas karena ingin memahami materi yang diajarkan dengan
utuh.
Tipe keempat atau tipe yang menempati tingkatan tertinggi dalam Self Regulation-Akademik yaitu Intrinsic Regulation, yaitu siswa SNBI yang melakukan kegiatan belajarnya atas kehendak dan kemauannya sendiri. Misalnya,
siswa SNBI yang akan menyediakan waktu secara rutin untuk belajar walaupun
tidak ada ulangan.
Tipe External Regulation dan Introjected Regulation termasuk kedalam kelompok komponen kontrol. Perilaku belajar siswa SNBI yang bercirikan
14
Universitas Kristen Maranatha lebih banyak berpengaruh adalah motivasi ekstrinsiknya. Di sisi lain, tipe
Identified Regulation dan Intrinsic Regulation termasuk kedalam kelompok komponen otonomi, apabila perilaku belajar siswa SNBI bercirikan komponen
otonomi, maka siswa akan lebih banyak bertumpu dan diarahkan oleh diri sendiri
karena yang banyak berpengaruh adalah motivasi intrinsiknya.
Self Regulation-Akademik dipahami sebagai suatu proses kontinum yang berarti bila suatu perilaku mengarah ke kutub kontrol berarti Self Regulation -Akademiknya rendah, sebaliknya apabila perilaku belajarnya lebih mengarah ke
kutub otonomi maka Self Regulation-Akademiknya tinggi. Dalam pandangan Self Determination Theory, seorang siswa memiliki Self Regulation-Akademik yang tinggi apabila siswa dalam pengarahan dan pengaturan perilaku belajarnya lebih
bercirikan komponen otonomi dan bukan komponen kontrol.
Ada dua faktor eksternal yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik siswa, yaitu pola asuh dan lingkungan sekolah. Pola asuh yang autonomy support
(misalnya orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk membangkitkan
kemampuan problem solving berupa kesempatan memecahkan masalah sendiri, melakukan pilihan dan mengambil keputusan) akan memberikan peluang kepada
siswa untuk dapat mengaktualkan potensi dirinya.
Selain pola asuh, lingkungan sekolah berupa iklim kelas yang kondusif
(misalnya kebebasan mengungkapkan pendapat di kelas dan respon positif dari
guru dan teman sekolah) akan memunculkan motivasi intrinsik yang dapat
memacu semangat untuk mencapai prestasi belajar yang optimal (Ryan &
15
Universitas Kristen Maranatha Faktor internal yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik siswa adalah pengalaman. Pengalaman dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap
suatu situasi, apakah itu menjadi sesuatu yang penting atau kurnag penting.
Contohnya : ada siswa yang menganggap belajar merupakan hal yang penting dan
wajib bagi dirinya, namun adapula siswa yang menganggap bermain dengan
teman-teman adalah hal yang lebih penting dibandingkan belajar.
Berikut adalah bagan kerangka pikir :
Faktor yang mempengaruhi:
- Pola Asuh
- Lingkungan Sekolah Tinggi
- Pengalaman
Siswa SNBI Self Regulation-Akademik
-Kontrol Rendah (External Regulation
dan
Introjected Regulation)
-Otonomi
(Identified Regulation
dan
Intrinsic Regulation)
16
Universitas Kristen Maranatha
1.7. ASUMSI
1. Motivasi berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
2. Terdapat dua macam sumber motivasi siswa dalam belajar yang akan
menjadi tolok ukur tinggi rendahnya Self Regulation-Akademik siswa, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
3. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi ekstrinsik akan
menunjukkan Self Regulation-Akademik yang bercirikan komponen kontrol atau bisa dikatakan memiliki Self Regulation-Akademik rendah.
4. Siswa yang perilaku belajarnya didorong oleh motivasi intrinsik akan
73 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada seluruh siswa SNBI di
SMAN 3 Kota Bandung, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebesar 56% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung, memiliki Self
Regulation-Akademik yang bercirikan komponen otonomi. Ini berarti,
siswa SNBI tersebut memiliki Self Regulation-Akademik tinggi,
sedangkan 44% bercirikan komponen kontrol sehingga Self Regulation
-Akademiknya dapat dikatakan rendah.
2. Sekitar 85.7% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self
Regulation-Akademik tinggi, didominasi oleh tipe Identified Regulation
dan 50% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang memiliki Self
Regulation-Akademik rendah didominasi oleh tipe Introjected Regulation.
3. Terdapat pula 45.5% siswa SNBI di SMAN 3 Kota Bandung yang
memiliki Self Regulation-Akademik rendah, namun didominasi oleh tipe
Identified Regulation.
4. Berdasarkan tabulasi silang antara Self Regulation-Akademik dan
faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulation-Akademik tidak ditemukan
kekuatan yang signifikan dari faktor-faktor tersebut dengan Self
74
Universitas Kristen Maranatha 5.2. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
♣ Saran Praktis
¬ Kepada siswa SNBI yang memiliki Self Regulation-Akademik rendah
(kontrol) disarankan untuk membina Self Regulation-Akademiknya ke
arah yang lebih otonomi dengan cara menyadari kebiasaan belajar,
dalam hal apa sudah mampu mengatur aktivitas belajarnya sendiri dan
dalam hal apa masih diatur orang lain, kemudian berusaha keras untuk
mengatur sendiri kebiasaan belajarnya agar tidak tergantung kepada
orang lain.
♣ Saran Teoretis
1. Dari penelitian ini, tidak dijumpai gambaran yang jelas mengenai
faktor-faktor yang berperan terhadap pembentukan Self Regulation
-Akademik. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk meneliti
kembali Self Regulation-Akademik pada jenjang pendidikan SD atau
SMP.
2. Dari penelitian ini ditemukan siswa yang memiliki Self Regulation
-Akademik rendah namun didominasi oleh tipe Identified Regulation,
oleh karenanya bagi peneliti lain yang tertarik pada bidang bahasan
yang sama untuk dapat meneliti secara spesifik mengenai tipe-tipe Self
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. 1915, Dictionary of Psychology, New York : Sell Publishing Co, Inc.
Deci, E.L, & Ryan, R.M. 2000. The “What” and “Why” of Goal Pursuits : Human Needs and the Self Determination of behavior. Psychological Inquiry, 11, 227-268, New york.
Deci, E.L, 7 Ryan, R.M. 1985. Self Determination Theory : Approach to Human Motivation & Personality. New York : copyright 2000-2001.
Frandsen, Arden N. 1967. Educational Psychology 2 nd edition. USA : Mc. Graw
Hill.
Gage & Berliner, 1984. Educational Psychology 3 rd edition. Boston : Houghton
Mifflin Company.
Grolnick, W.S. & Ryan, R.M. 1989. American Psychological Association, Parent style With Children’s Self Regualtion and Competence in School, Copyright 1989 by APA.
Guilford, J.P. 1993. Fundamental Statistics in Psychology and Education. Tokyo : Mc Graw hill Kogakusha.
Ryan, R.M, Connell, J.P. & Deci, E.L, 1985 A Motivational Analysis of Self Determination and Self Regulation in Education; Research on Motivation in Education. Volume 2, New York : Academic Press.
Universitas Kristen Maranatha
Ryan, R.M, Deci, E.L 2000 Self Determination Theory and The Facilitation of Instrinsic Motivation, Social Development, and Well Being. American Psychologist, volume 55.
Siegel, Sidney 1997 Statistik Nonparametik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.
Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Penelitian Statistika, FMIPA, Universitas Padjajaran.
Sprinthall, Norman A, Richard C. Sprinthall. 1978. Educational Psychology : A Developmental Approach. New York : Mc Graw Hill International Edition.
Steinberg, l. 2002. Adolescence, 6th ed. New York :McGrawHill Companies, Inc.
Sujana. 1989. Metode Statistika, Bandung : Tarsito.
Williams, G. C, & Deci, E.L. 1996. Internalization of Biopsychosocial Values by Medical Students : A test of Self Detremination Theory. Journal of Personality and Social Psychology, 70, 767-779.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Http : www. SMAN 3.Net.
Http : www.Psych.Rochester.edu/sdt.
Inggrid, Widyawati. Hubungan Antara Tipe Self Regulation-Akademik dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2000 Universitas “X” Bandung. Bandung. Skripsi : Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.