• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. DASAR TEORI. 4 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. DASAR TEORI. 4 Universitas Kristen Petra"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Kajian Teoritis

Permasalahan -permasalahan yang muncul pada proyek konstruksi berawal dari kurangnya perhatian pada kontrak konstruksi atau dokumen kontrak yang di dalamnya terkandung beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan juga spesifikasi teknis yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan suatu proyek konstruksi.

2.1.1 Aspek Kontrak Konstruksi

Suatu kontrak konstruksi atau dokumen kontrak di dalamnya terkandung aspek -aspek yang saling berpengaruh satu sama lain dan penanganannya sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu pekerjaan/proyek (Yasin, 2003). Aspek- aspek yang perlu diperhatikan itu adalah :

2.1.1.1 Aspek Teknis

Aspek Teknis adalah aspek yang paling dominan dalam suatu kontrak konstruksi dan menjadi pusat perhatian para pelaku industri jasa konstruksi dimana apabila aspek ini berhasil dilaksanakan, proyek tersebut dianggap berhasil/sukses (Yasin, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan yang terjadi dalam aspek teknis adalah:

Lingkup Pekerjaan (Scope of Work)

Lingkup pekerjaan merupakan bagian yang paling kritis dari suatu kontrak, karena didalamnya dijelaskan mengenai spesifikasi pekerjaan yang harus dilakukan. Lingkup pekerjaan secara spesifik menjelaskan batas-batas suatu pekerjaan (Ritz, 1994).

Permasalahan yang muncul berkaitan dengan lingkup pekerjaan antara lain pembagian lingkup pekerjaan yang kurang jelas antara satu kontraktor dengan

(2)

kontraktor lainnya karena persiapan dan pengkoordinasian yang kurang (Fisk, 1997), batas item pekerjaan yang harus diselesaikan tidak jelas dan penggunaan kata-kata pada kontrak yang tidak memperjelas batas pekerjaan (Yasin, 2003), dan lain -lain.

Waktu Pelaksanaan (Construction Period)

Waktu Pelaksanaan adalah durasi/waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jumlah durasi, penetapan kapan dimulainya dan jangka waktu selesainya proyek harus disebutkan dengan jelas, karena jika tidak, sudah tentu akan muncul sengketa dikemudian hari, misalnya waktu kapan (tanggal- bulan -tahun) dimulainya dan selesainya proyek, apakah dimulai setelah penandatanganan kontrak atau apakah setelah tanggal diterimanya uang muka atau apakah setelah tanggal jaminan pelaksanaan, tidak ditetapkan secara jelas (Yasin, 2003).

Metode Pelaksanaan (Construction Method)

Metode pelaksanaan dalam im plementasinya sangat dipengaruhi antara lain oleh waktu mulainya pelaksanaan, penyerahan lahan, dan jalan masuk ke lapangan, yang dapat mengakibatkan metode kerja tersebut tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya (Yasin, 2003).

Permasalahan yang terjad i saat pelaksanaan proyek yang mempengaruhi metode pelaksanaan/kerja antara lain pembebasan lahan yang mengalami hambatan sehingga penyerahannya terlambat (Yasin, 2003), terjadinya pengulangan pekerjaan karena kualitas kontrol yang kurang baik (Nunnally, 1998), jumlah tenaga kerja yang kurang karena banyaknya tenaga kerja yang tidak terkualifikasi, strategi pelaksanaan yang tidak sesuai untuk pencapaian target penyelesaian proyek (Ritz, 1998), dan lain-lain.

Metode Penjadwalan Proyek (Time Schedule)

Ada dua macam jadwal yang harus diperhatikan, yaitu jadwal dari pihak owner dan jadwal dari pihak kontraktor (Ritz, 1994). Bentuk jadwal pelaksanaan

(3)

bervariasi, mulai dari yang paling sederhana sampai bentuk yang lebih rumit, misalnya S-Curve, Network Planning, Bar Chart, dan lain -lain (Yasin, 2003).

Permasalahan yang terjadi saat pelaksanaan proyek berkaitan dengan jadwal pelaksanaannya antara lain terjadi pembengkakan biaya karena diperlukan pengontrolan dan ketelitian yang tinggi untuk jenis-jenis metode jadwal yang dipilih (Yasin, 2003), rendahnya kualitas pekerjaan karena pelaksanaan jadwal yang tidak realistis, adanya tenaga kerja yang meninggal sehingga mengganggu jadwal pelaksanaan proyek (Ritz, 1994), dan lain-lain.

Cara/Metode Pengukuran Hasil Pekerjaan (Method of Measurement)

Hasil prestasi pekerjaan akan diukur oleh engineer diikuti oleh kontraktor sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi. Dasar pengukuran adalah gambar rencana, gambar kerja, dan laporan harian yang dibuat oleh inspektur serta hasil pekerjaan yang diukur bersama (R.Maxwell, 1994). Di setiap proyek hampir tidak pernah ada ketentuan mengenai metode pengukuran untuk menghitung volume pekerjaan sesu ai standar tertentu (Bartholomew, 2002).

Permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan pro yek berkaitan dengan metode pengukuran hasil pekerjaan antara lain munculnya persepsi yang berbeda antara owner dan kontraktor dalam mengukur volume pekerjaan, pengukuran yang kurang akurat sehingga menyebabkan kerugian dan perselisihan antara owner dan kontraktor (Fisk, 1997), dan lain -lain.

Peralatan dan Material (Equipment and Material)

Penempatan material dan peralatan pada pelaksanaan suatu proyek sangat penting untuk diperhatikan karena berpengaruh pada keterbatasan area kerja (Turner, 1999), begitu juga untuk pemilihan peralatan harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan (Nunnally, 1998), penggunaan bahan dan jumlah bahan harus dikontrol terhadap kualitas dan kuantitasnya agar pemakaiannya sesuai dengan keperluan (Dekker, 1989), mesin -mesin proyek yang dipakai harus diperiksa secara rutin agar tidak mengakibatkan kerugian materi dan waktu (Varma, 1979).

(4)

2.1.1.2. Aspek Hukum

Sesungguhnya seluruh dokumen kontrak terutama kontrak/perjanjian itu sendiri adalah hukum. Pasal 1338 KUHPer menyatakan bahwa seluruh perjanjian yang dibuat secara sah merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Yasin, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan yang terjadi dalam aspek hukum adalah :

Penghentian Sementara Pekerjaan (Suspension of Work) dan Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan Kontrak

Pasal mengenai penghentian sementara pekerjaan dan pengaturan tata cara pelaksanaannya, alasan -alasan serta akibatnya, sering kali lupa dicantumkan dalam kontrak, padahal kemungkinan terjadinya hal ini cukup besar. Apabila tidak dicantumkan/diatur dalam kontrak dan kenyataannya penghentian sementara ini benar-benar terjadi maka baik penyedia jasa maupun pengguna jasa dihadapkan pada ketidakpastian secara hukum. Pengakhiran perjanjian atau pemutusan kontrak adalah pelaksanaan pekerjaan dihentikan (bukan ditangguhkan sementara) oleh satu pihak secara sepihak dengan membatalkan kontrak, yang tentu saja dilakukan karena alasan-alasan yang ditentukan dalam kontrak (Yasin, 2003).

Klausa tentang keterlambatan dan penghentian sementara pekerjaan biasanya disebutkan satu-persatu dalam kontrak secara hati-hati, yaitu tentang apa yang menjadi penyebab/alasan keterlambatan , misalnya karena keterbatasan dana, pekerjaan dibuat tidak sesuai prosedur yang ada, faktor cuaca (Fisk, 1997), peralatan yang rusak atau kehabisan bahan/material, perubahan dan Differing Site Condition, pembebasan lahan yang belum terselesaikan, proses koreksi terhadap kesalahan spesifikasi dan gambar (Bartholomew, 2002), dan lain-lain.

Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidity Damages)

Ganti rugi keterlambatan adalah keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang menimbulkan kerugian pada pihak owner, sehingga pihak yang dirugikan mendapat ganti rugi. Masalah ganti rugi keterlambatan ini menjadi kritis dan

(5)

dapat menjadi benih perselisihan/sengketa , misalnya masalah dalam penghitungan jumlah hari keterlambatan, masalah kejelasan ganti rugi yang tidak diatur secara tegas dan jelas dalam suatu pasal (Yasin, 2003), masalah pengidentifikasian kerugian oleh owner yang tidak dapat dibuktikan sehingga menyebabkan perselisihan/masalah hukum (Bartholomew, 2002),dan lain-lain.

Penyelesaian Perselisihan (Settlement of Disputes)

Ketika kedua belah pihak (owner dan kontraktor) tidak dapat menyelesaikan permasalahan diantara mereka, perselisihan yang terjadi harus diselesaikan dengan cara lain. Semakin lama perselisihan itu terjadi, maka akan semakin menghabiskan waktu dan biaya. Klausa penyelesaian perselisihan dalam kontrak menentukan metode penyelesaian perselisihan yang ak an digunakan, maka jika metode penyelesaian perselisihan telah disepakati, maka metode tersebut harus digunakan kecuali kedua belah pihak sepakat untuk mengubahnya (Bartholomew, 2002).

Permasalahan yang terjadi dalam penyelesaian perselisihan yang terjadi antara lain perselisihan yang berlangsung berlarut-larut karena tidak ditetapkannya cara penyelesaian perselisihan apakah melalui musyawarah atau melalui arbitrase/pengadilan (Fisk, 1997), tidak ditetapkannya batas waktu untuk musyawarah mufakat, tidak adanya penetapan kapan perselisihan harus diselesaikan melalui lembaga arbitrase/pengadilan sehingga musyawarah berlangsung tanpa batas waktu (Yasin, 2003).

Keadaan Memaksa (Force Majeure)

Keadaan memaksa adalah keadaan yang terjadi diluar kehendak/

kemampuan penyedia jasa maupun pengguna jasa, misalnya banjir, tanah longsor, gunung meletus, halilintar, tindakan pemerintah/pihak lain, kebijakan moneter, huru hara, pemogokan umum, wabah penyakit, dan lain-lain. Semua ketentuan mengenai hal ini harus jelas disebutkan termasuk tata cara pemberitahuan, penanggulangan atas kerusakan, dan tindak lanjut setelah kejadian tersebut (Yasin, 2003). Keadaan memaksa ini nantinya akan erat kaitannya dengan

(6)

masalah asuransi antara lain mengenai pembuktian-pembuk tian bahwa situasi yang terjadi benar-benar karena suatu keadaan yang memaksa dan bukan ulah manusia, dan sebagainya (Bartholomew, 2002).

Bahasa Kontrak (Contract Languange)

Kontrak konstruksi Indonesia pada umumnya dibuat dalam bahasa Indonesia. Seringkali kontrak konstruksi dibuat dalam dua bahasa yaitu Inggris dan Indonesia tanpa menyatakan versi bahasa mana yang berlaku, maka jika terjadi perbedaan penafsiran, penyelesaiannya sulit dicari karena secara hukum keduanya benar. Seharusnya dinyatakan bahwa walaupun kontrak dibuat dalam dua bahasa yang berlaku hanya satu bahasa (Yasin, 2003).

Akibat-akibat yang terjadi karena penggunaan bahasa kontrak yang tidak jelas/ambigu antara lain terjadinya perbedaan penafsiran dan salah pengertian pada pelaksanaan pekerjaan (Fisk, 1997), terhambatnya proses pembayaran (Andi, 2004), dan lain-lain.

Klaim (Claim)

Pengertian klaim yang sesungguhnya adalah suatu permintaan, dimana permintaan ini nantinya dapat berubah menjadi tuntutan atau gugatan apabila klaim tadi tidak dipenuhi (Yasin, 2003). Klaim dapat diajukan oleh kontraktor kepada owner dan sebaliknya, misalnya kontraktor mengajukan klaim kepada owner karena keterlambatan pembayaran kontrak, adanya perubahan pekerjaan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek (Fisk, 1997), owner mengajukan klaim kepada kontraktor karena pekerjaan tidak diselesaikan tepat waktu, penggunaan material yang tidak sesuai dengan yang ada dalam spesifikasi (0’Brien, 1971), dan lain-lain.

Klausa mengenai Perubahan dan Differing Site Condition

Klausa Perubahan dan Klausa Differing Site Condition adalah klausa yang penting dan harus ditampilkan pada kontrak. Klausa ini menjelaskan hak dari owner untuk melakukan perubahan dan menentukan batas-batas

(7)

perubahannya pula, serta mengatur hak kontraktor untuk dibayar setelah melakukan perubahan yang diinginkan.

Perubahan dapat terjadi karena informasi desain yang tidak efektif dan tidak lengkap, keterlambatan pihak owner dalam kelengkapan material dan peralatan, permintaan dari owner, keterlambatan pada satu kontraktor yang berdampak pada kontraktor yang lain, adanya kontrak yang ambigu dan interpretasi kontrak yang berbeda-beda, adanya batasan -batasan dalam metode kerja, adanya penundaan atau harus mempercepat jadwal, dan lain -lain (Andi, 2004).

Penutupan Proyek (Project Close Out)

Kunci penting pada penutupan proyek adalah adanya bukti dalam bentuk tertulis yang mengindikasikan/menyatakan bahwa keseluruhan konstruksi dan kelengkapan pekerjaan yang sesuai dengan kontrak sudah dilakukan.

Permasalahan yang sering kali muncul pada saat akan dilakukannya penutupan proyek ini antara lain ketepatan waktu dan budget terabaikan di hari- hari terakhir penyelesaian proyek, pekerja yang gelisah/bingung untuk mencari pekerjaan baru, pemberian informasi yang terlambat sehingga pembayaran akhir dan penyerahan retensi tertunda, dan lain -lain (Ritz, 1994).

2.1.1.3. Aspek Keuangan

Berdasarkan data statistik mengenai kegagalan suatu perusahaan konstruksi di Amerika yang dilakukan oleh Dun & Bradstreet, diindikasikan ada empat fak tor yang menyebabkan kegagalan tersebut, antara lain keuangan yang tidak mencukupi, biaya yang diremehkan, perhitungan biaya yang ternyata tidak mencukupi, dan sistem manajemen yang kurang baik. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa manajemen keuangan dari suatu perusahaan konstruksi adalah sama pentingnya dengan manajemen teknis untuk keberhasilan suatu perusahaan (Nunnally, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan yang terjadi dalam aspek keuangan adalah:

(8)

• Nilai Kontrak / Harga Borongan

Merupakan aspek paling penting dan harus dicantumkan dalam kontrak karena berkaitan dengan pembayaran dan merupakan tujuan akhir dari suatu kontrak (Yasin, 2003).

Permasalahan yang sering muncul di pelaksanaan proyek berkaitan dengan nilai kontrak antara lain ketidakakuratan perhitungan nilai kontrak yang berpengaruh pada waktu dan biaya, penentuan nilai kontrak yang sudah diperhitungkan terhadap segala aspek kegagalan yang ternyata juga masih menyebabkan kerugian (Turner, 1999), pandangan dari sektor pribadi dimana owner lebih memandang kontraktor dari segi pelaksanaan, kualitas, dan jadwal dibandingkan dari nilai kontraknya (Ritz, 1994), dan lain-lain.

• Cara Pembayaran dan Retensi

Pembayaran dilakukan berdasarkan beberapa faktor yaitu antara lain berdasarkan cost (harga yang dikeluarkan), time (waktu), dan progress (prestasi kerja). Retensi adalah potongan dari setiap progres pembayaran yang ditahan oleh owner sampai kontraktor menyelesaikan pekerjaannya sesuai kontrak. Retensi diperlukan untuk melindungi owner terhadap masalah-masalah yang timbul pada saat progres pembayaran sudah dilakukan (Ritz, 1994).

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan cara pembayaran dan retensi antara lain tidak adanya ketentuan tentang berapa lama uang akan cair setelah batas progres pembayaran sehingga kontraktor mengalami kesulitan keuangan (Bartholomew, 2002), terhambatnya proses pembayaran karena bahasa kontrak yang tidak jelas (Andi, 2004), dan lain-lain.

• Jaminan Kontraktor

Jaminan -jaminan yang biasanya harus disediakan oleh kontraktor adalah:

Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond): yang bertujuan agar kontraktor mempunyai modal awal untuk memulai pekerjaannya (Ritz, 1994).

Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond) melalui retensi: yaitu untuk menjamin bahwa kontrak tor akan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak , dan bila kontraktor bangkrut atau terjadi kehancuran yang tidak dapat

(9)

terlihat, maka perusahaan yang menjamin akan mengambil alih dengan jalan membayar kontraktor lain untuk menyelesaikan pekerjaan (Ritz, 1994).

Jaminan Perawatan Atas Cacat (Defect Liability Bond ): yaitu untuk menjamin hasil pekerjaan kontraktor setelah proyek diserahkan dalam jangka waktu tertentu (Bartholomew, 2002).

Bentuk Jaminan

Bentuk jaminan yang lazim dipakai dalam suatu kontrak konstruksi adalah Bank Garansi, yaitu yang apabila ditinjau dari segi hukum merupakan perjanjian penanggungan. Bentuk jaminan yang lain yang kini mulai banyak dipakai adalah Surety Bond, yaitu sejenis jaminan yan g diberikan perusahaan asuransi (Yasin, 2003).

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan bentuk jaminan antara lain ketentuan mengenai syarat-syarat minimum yang harus dimuat dalam perjanjian tidak diatur secara lengkap sehingga menyebabkan permasalahan -permasalahan hukum tentang penanggungan utang, tidak disebutkannya dengan jelas tentang prinsip penyelesaian klaim (berdasarkan kerugian yang terjadi ataukah lebih menekankan pada hukuman) sehingga menyebabkan perselisihan yang berlarut- larut (Yasin, 2003), dan lain -lain.

2.1.1.4. Aspek Asuransi

Aspek asuransi adalah aspek yang mengatur mengenai asuransi, yaitu perlindungan untuk kontraktor terhadap resiko kemungkinan terburuk yang terjadi di proyek (Bartholomew, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan yang terjadi dalam aspek asuransi adalah:

Asuransi Properti Selama Masa Proyek Konstruksi Berlangsung (Property Insurance on Project During Construction)

Asuransi ini antara lain adalah All Risk Builder’s Insurance (menjamin semua resiko yang berupa kerugian fisik yang terjadi pad a proyek konstruksi atau pada material yang disebabkan pengaruh luar), Named -Peril Buider’s risk

(10)

(menjamin proyek konstruksi, termasuk material yang disimpan, terhadap kerugian akibat kebakaran atau disambar petir), Earthquake Insurance (menjamin kerugian karena kerusakan proyek akibat gempa bumi), dan lain-lain.

Permasalahan yang terjadi berkaitan asuransi ini antara lain adalah adanya salah pengertian terhadap ketentuan yang disepakati sehingga menimbulkan perselisihan antara perusahaan asuransi dengan perusahaan konstruksi, tidak dicantumkannya ketentuan khusus (misalnya banjir, huru-hara, dan lain-lain) sehingga perusahaan asuransi tidak mau membayar ganti rugi, perusahaan asuransi tidak mau membayar ganti rugi sesuai dengan besarnya premi yang dibayar sehingga menimbulkan perselisihan, dan lain-lain (Clough, 1994).

Asuransi Properti yang Berkaitan dengan Kepemilikan Kontraktor (Property Insurance on Contractor’s Own Property)

Asuransi ini antara lain adalah Property Insurance on Contractor’s Own Buildings (menjamin kerugian kontraktor akibat rusaknya kantor, silo semen, gudang, dan bangunan -bangunan lain yang ada di lingkungan proyek konstruksi), Contractor’s Equipment Insurance (menjamin kerugian akibat kerusakan atau kehilangan peralatan konstruksi kontraktor yang digunakan untuk keperluan proyek), Cargo Insurance (menjamin kerugian yang mungkin terjadi selama pengangkutan material dengan truk atau alat angkut lainnya milik kontraktor dari supplier ke gud ang ataupun ke lokasi bangunan), dan lain -lain.

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan asuransi ini antara lain adalah perusahaan asuransi mengingkari tanggung jawabnya karena laporan kerusakan tidak dilaporkan dengan benar sehingga muncul klaim, perusahaan asuransi tidak mau membayar ganti rugi karena kerusakan alat terjadi di luar keperluan proyek konstruksi sehingga pekerjaan menjadi terhambat, adanya penambahan jumlah alat angkut milik kontraktor yang lupa diikutkan dalam asuransi sehingga saat terjadi kehilangan material pada saat pengangkutan tidak diganti oleh perusahaan asuransi, dan lain-lain (Clough, 1994).

(11)

Asuransi Pertanggungjawaban (Liability Insurance)

Asuransi ini antara lain adalah Contractor’s Public and Property Damage Liability Insurance (menjamin tanggung jawab kontraktor terhadap kecelakaan yang terjadi pada orang yang bukan pegawai kontraktor yang berada di proyek konstruksi dan menjamin kerusakan bangunan milik orang lain di sekitar proyek konstruksi), Contractor’s Protective Public and Property Damage Liability Insurance (menjamin tanggung jawab yang dibebankan pada kontraktor atas segala tindakan subkontraktor), Worker’s Compensation Insurance (menjamin segala kepentingan hukum atas pekerja yang mengalami kematian, luka-luka berat ataupun cacat tubuh pada saat melaksanakan pekerjaannya), dan lain-lain.

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan asuransi ini antara lain adalah perusahaan asuransi yang terlalu lama dalam menganalisis bangunan sekitar yang rusak sehingga dana ganti rugi tidak cair dan pemilik bangunan menuntut perusahaan konstruksi, laporan data yang diberikan subkontraktor tidak lengkap sehingga kontraktor mengalami kesulitan untuk meminta ganti rugi pada perusahaan asuransi, pihak keluarga dari pekerja yang mengalami kecelakaan kerja hingga meninggal tidak puas dengan ganti rugi yang diberikan sehingga perusahaan konstruksi masih terlibat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan lain -lain (Clough, 1994).

Asuransi Mesin dan Instalasi Listrik Pada Proyek Konstruksi (Mechanical and Electrical Insurance)

Asuransi ini antara lain adalah Erection All Risk Insurance (menjamin kerugian finansial karena kerusakan fisik atas pelaksanaan pekerjaan teknik mesin dan teknik listrik, diluar pengoperasiannya), Machinery Breakdown Insurance (menjamin mesin -mesin dan in stalasi listrik selama masa operasional), dan Computer or Electronic Equipment Insurance (menjamin kerusakan komputer dan peralatan elektronik, kehilangan data, dan kenaikan biaya pekerjaan ).

Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan asuransi ini antara lain adalah tidak dicantumkannya spesifikasi dari salah satu mesin/instalasi listrik dalam spesifikasi yang telah disepakati dengan perusahaan asuransi sehingga

(12)

kerusakan yang terjadi saat pemasangan tidak diberikan ganti rugi, mesin -mesin lama yang diimpor dari luar negeri mengalami kerusakan sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk mencari suku cadang dari mesin tersebut, perusahaan asuransi bersedia memberikan ganti rugi atas kerusakan atau hilangnya data pada komputer namun membutuhkan waktu untuk pengolahan data yang baru sehingga pekerjaan proyek terhenti sementara, dan lain -lain (Clough, 1994).

2.1.1.5. Aspek Sosial Ekonomi

Aspek sosial ekonomi merupakan aspek yang sulit diprediksi karena tergantung dari karakteristik, kondisi masyarakat setempat, dan permasalahan pada bidang ekonomi yang mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kelancaran proyek (Yasin, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan yang terjadi dalam aspek sosial ekonomi adalah:

• Menggunakan Tenaga Kerja Tertentu

Penggunaan tenaga kerja tertentu dapat berupa keharusan untuk memakai tenaga kerja yang tersedia dimana proyek tersebut berada, hal ini bertujuan untuk mengurangi kecemburuan sosial (Yasin, 2003), namun adanya keharusan ini berdampak pada pelaksanaan proyek, misalnya produktivitas pekerja yang rendah karena kurangnya pengalaman, merosotnya keuangan proyek karena perencanaan jumlah tenaga ahli yang tidak maksimal, dan sebagainya (Ritz, 1994).

• Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek terutama pada waktu dan biaya (Nunnally, 1998). Penyebab- penyebab primer kecelakaan kerja yang umumnya sering terjadi saat pelaksanaan proyek antara lain batas waktu yang semakin dekat mengakibatkan para pekerja melakukan pekerjaan mereka dengan tidak aman, ketidakkompakan antara pekerja, pembawaan pribadi tiap pekerja yang berbeda-beda, usia dan pengalaman kerja, dan persoalan pribadi pekerja (Journal, 1991). Sedangkan penyebab-

(13)

penyebab sekunder kecelakaan kerja yang terjadi dipengaruhi oleh antara lain hubungan kerja, komunikasi kerja, persaingan kerja, penataan tempat kerja dan sarana keselamatan kerja (Majalah Konstruksi, Juni 1995).

• Dampak Lingkungan

Dampak lingkungan adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia (Suratmo, 1993).

Pada pelaksanaan proyek konstruksi dampak -dampak lingkungan yang dapat terjadi antara lain misalnya terjadinya kerusakan tanah dan penurunan tanah karena kesalahan pekerjaan galian, kerusakan pada jalan umum karena kendaraan berat yang lewat sehingga masyarakat mengeluh, kerusakan bangunan sekitar proyek akibat pemancangan, polusi udara akibat pemancangan dan kendaraan- kendaraan proyek, dan lain-lain (City of Berkeley, 2002).

• Keamanan

Faktor keamanan dalam suatu proyek perlu diperhatikan untuk menghindari kejadian yang tidak diharapkan seperti misalnya kehilangan material dan perala tan dalam proyek karena pencuri dan masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan ke dalam proyek sehingga mengganggu pelaksanaan proyek (Ritz, 1994). Oleh sebab itu, kualitas dan keamanan proyek harus terus diperhatikan baik itu pada saat pelaksanaan proyek ataupun di luar pelaksanaan proyek, misalnya pada malam hari atau pada hari libur (Gustavson, 1995).

• Menggunakan Bahan Bangunan/Material Tertentu

Pengaruh penggunaan material bahan tertentu dapat berpengaruh pada kesehatan pekerja misalnya debu silika dan debu asbes yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru bahkan kanker (Nunnally, 1998).

Adanya anjuran dari pemerinta h untuk menggunakan produk dalam negeri guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan untuk menghemat devisa, dan jika anjuran pemerintah ini nantinya diatur dalam suatu undang-undang khusus yang sifatnya tegas, maka kesulitan mendapatkan bahan bangunan tertentu sehingga menghambat penyelesaian proyek mungkin saja terjadi (Yasin, 2003).

(14)

2.1.2. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi konstruksi teknis menyediakan detail kebutuhan material, peralatan dan gabungan pekerjaan pada pelaksanaan proyek. Gambar kontrak dan spesifikasi adalah saling melengkapi antara satu dengan lainnya dan penggunaannya juga harus secara bersamaan, serta setiap item pekerjaan yang dilakukan harus diidentifikasi berdasarkan dokumen-dokumen tersebut (Nunnally, 1997).

Pengawas lapangan haruslah memahami rencana dan spesifikasi secara keseluruhan serta memberi laporan secara bertahap pada kontraktor atau subkontraktor untuk kelancaran jalannya proyek (McKaig, 1978).

Faktor-faktor yang termasuk dalam spesifikasi teknis adalah:

2.1.2.1. Site Work

Site work adalah jenis pekerjaan di lapangan sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Pekerjaan yang termasuk dalam site work antara lain:

• Penyelidikan Tanah

Hal-hal penting yang berhubungan dengan keadaan tanah adalah sangat penting untuk konsultan agar dapat mendesain pondasi yang baik. Normalnya, konsultan akan memerlukan informasi-informasi penting dari kontraktor yang melakukan tes tanah (misalnya bor tes) atau dari konsultan khusus di bidang tanah. Pengawas lapangan haruslah waspada terhadap permasalahan- permasalahan yang timbul di lapangan, khususnya yang berkaitan dengan kondisi tanah. Hal ini disebabkan karena jika kerusakan muncul pada bangunan yang sudah berdiri akan sangat sulit untuk memperbaikinya (McKaig, 1978).

• Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilakukan untuk mempersiapkan keadaan lapangan agar proyek dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa menemui hambatan dalam pelaksanaannya. Survey terhadap bangunan -bangunan lain yang sudah ada di sekitar proyek harus dilakukan secara hati-hati dan sistematis, tujuannya adalah untuk menghindari suatu kondisi dimana owner maupun kontraktor mendapat

(15)

klaim karena kerusakan bangunan sekitar. Penempatan bowplank juga harus diperhatikan karena digunakan sebagai batas bangunan, misalnya batas tembok luar dan titik tengah kolom, sehingga keakuratan penempatan bowplank dan cara pemasangannya harus diawasi (McKaig, 1978).

• Pekerjaan Tanah

Spesifikasi pada pekerjaan tanah kadang kala hanya ditampilkan secara garis besarnya saja, dan menyebabkan klaim dapat muncul karena spesifikasi dan gamb ar yang kurang detail. Pengawas lapangan harus dapat mencegah munculnya klaim dengan memahami spesifikasi secara keseluruhan dan membuat segala sesuatu yang diperlukan secara jelas sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

Pekerjaan tanah meliputi galian, pengangkutan dan pembuangan, dan pemadatan tanah (McKaig, 1978).

Landscaping

Landscaping adalah suatu area yang nantinya akan dibuat untuk taman, penempatan pagar, dan lain-lain (Ingels, 1978). Jika landscaping ditampilkan dalam kontrak maka beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pelaksanaannya di lapangan antara lain pekerjaan galian, dimana lapisan teratas tanah (top soil) harus digali sampai level tertentu dan diletakk an terpisah agar tidak terkontaminasi dengan material-material konstruksi yang lain, sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan taman. Pepohonan yang penting untuk kegunaan bangunan nantinya juga harus dilindungi misalnya diberi pagar di sekelilingnya agar tidak rusak karena pekerjaan konstruksi yang melibatkan alat berat (McKaig, 1978).

2.1.2.2. Konstruksi Bangunan

Konstruksi bangunan adalah pekerjaan utama dari proyek yaitu membangun bangunan konstruksi yang menjadi tujuan utama dari proyek.

Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan konstruksi bangunan antara lain:

(16)

• Pekerjaan Pondasi

Semua pondasi harus dapat ditahan di atas tanah yang baik. Bagian- bagian dari pondasi yang harus diperhatikan terutama dalam pelaksanaan konstruksi, antara lain dasar pondasi, yang kadang-kadang sering diabaikan atau terjadi salah penempatan tulangan untuk kolom dari beton atau salah penempatan baut angker untuk kolom baja. Baut angker, penempatannya sering terjadi kesalahan dan kesalahan ini tidak diketahui sampai dilakukan pengecoran.

Dinding pondasi, penyelesaian bagian atas harus dilakukan dengan hati-hati agar permukaannya halus dan seragam diketinggian tertentu, pelepasan bekisting juga harus hati-hati agar tidak terjadi kerusakan terutama di bagian ujung dan permukaan (McKaig, 1978).

• Pekerjaan Konstruksi Beton dan Desain Beton

Konstruksi beton adalah konstruksi bangunan yang menggunakan material beton sebagai material utamanya. Pekerjaan ini mulai dari pemilihan agregat, cara mix desain, pembentukan dan konstruksi bekisting, penempatan tulangan, sampai pada pencampuran, pemadatan, dan penuangan betonnya harus diperhatikan dengan seksama karena satu kesalahan kecil dapat menyebabkan kegagalan.

Tulangan beton harus diperhatikan terhadap ukuran, jumlah yang terpasang, ketepatan pemasangan, jarak-jaraknya, dan cara pengikatannya.

Bekisting, yang harus diperhatikan adalah kesesuaian ukurannya, kebersihannya sebelum dilakukan pengecoran, dan cara pelepasan bekisting agar tidak merusak permukaan beton (McKaig, 1978).

• Pekerjaan Konstruksi Kayu

Pekerjaan konstruksi kayu kualitas yang dipentingkan adalah dari segi kekuatan, kekakuan, dan minimalisasi variasi untuk menghindari terjadinya perubahan. Konstruksi kayu biasanya dilapisi bahan tertentu untuk mencegah rapuhnya kayu karena rayap dan jamur. Pengawas lapangan dari pihak kontraktor maupun owner harus memahami kayu yang dipesan ditinjau dari segi kualitasnya, misalnya apakah bengkok, terbelah atau terdapat lubang yang banyak, dan lain-

(17)

lain, agar tidak menerima begitu saja kayu yang berkualitas rendah (McKaig, 1978).

• Pekerjaan Konstruksi Baja

Konstruksi baja adalah konstruksi bangunan yang menggunakan material baja sebagai material utamanya. Material yang datang dari pabrik harus selalu di cek agar kerusakan-kerusakan karena kesalahan pabrik tidak menghambat jalannya pelaksanaan proyek. Pelaksanaan konstruksi dari proses pengecekan, proses ereksi sampai pada proses penyambungan antara baja satu dengan yang lain harus sesuai dengan spesifikasi dan detail gambar yang ada (McKay, 1982).

Pekerjaan Masonry

Pekerjaan masonry umumnya dilakukan unutk pembuatan dinding.

Pekerjaan ini dalam pengerjaannya membutuhkan tukang yang memiliki keahlian di bidang ini untuk menghindari kesalahan-kesalahan pekerjaan yang dapat memperlambat penyelesaian proyek. Material masonry harus tetap kering sehingga harus terlindung dari air misalnya hujan, sehingga penyimpanan material haruslah diperhatikan. Bila material basah maka material tidak dapat dipakai dan harus menunggu proses pengeringan sehingga penyelesaian proyek menjadi terhambat (Nunnally, 1997).

Pekerjaan Atap (Roofing)

Spesifikasi untuk pekerjaan atap biasanya menggambarkan aplikasi pelaksanaan secara keseluruhan dan juga sebagai referensi dalam memberikan instruksi saat pelaksanaannya. Permasalahan pada pekerjaan atap dapat muncul karena pelaksanaan pekerjaan atap tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati, merk material yang dikirimkan tidak sesuai dengan merk yang dipesan, dek beton yang belum kering sepenuhnya setelah pengecoran menjadi rusak karena pemasangan atap yang terlalu cepat, sambungan yang tidak kuat atau salah letak sehingga menyebabkan runtuhnya konstruksi atap, dan lain -lain (McKay, 1982).

(18)

2.1.2.3. Utilitas

Utilitas adalah kegunaan atau faedah. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan utilitas adalah:

Pekerjaan Mechanical

Pekerjaan mechanical dapat meliputi penggunaan alat generator, kompresor, dan lain-lain. Generator digunakan sebagai pembangkit listrik sementara selama masa pelaksanaan proyek berlangsung, misalnya untuk penerangan saat melakukan pekerjaan di malam hari, fasilitas AC di ruang -ruang direksi sementara, penggunaan alat vibrator saat pengecoran beton, dan lain-lain.

Kompresor digunakan untuk menjalankan alat penyemprot untuk membersihkan tulangan dan bekisting sebelum dilakukan pengecoran. Penempatan dan pemeliharaan alat-alat ini sangat penting diperhatikan saat di lapangan untuk menghindari terjadinya kerusakan yang dapat menghambat jalannya proyek, misalnya saat hujan alat ditutup dengan terpal untuk menghindari konsleting, alat ditempatkan di area yang aman di luar area akses jalan keluar masuknya kendaraan proyek agar tidak terjadi hal-hal yang tdak diharapkan, dan lain -lain (McKaig, 1978).

Pekerjaan Electrical

Pekerjaan electrical adalah pekerjaan tambahan pada konstruksi dimana pekerjaan ini meliputi pemasangan kabel listrik dan stop kontak, penempatan- penempatan lampu, dan lain-lain. Permasalahan-permasalahan yang te rjadi pada pekerjaan ini antara lain, pemasangan kabel yang kurang bagus sehingga mengganggu pekerjaan pengecatan, koordinasi yang kurang pada saat pemasangan pipa sehingga terjadi benturan pada pekerjaan (McKaig, 1978).

• Pekerjaan Drainase

Suatu sistem drainase harus disiapkan oleh kontraktor untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di lapangan, misalnya bila kondisi tanah dalam keadaan basah. Permasalahan yang muncul adalah sering kali pekerjaan drainase diborongkan pada kontraktor pemipaan tetapi kontraktor pemipaan tidak mau

(19)

mengerjakan pekerjaan drainase sebelum pekerjaan pemipaannya selesai dibuat, padahal pekerjaan pemipaan dapat dibuat jauh setelah pekerjaan drainase dibutuhkan untuk pertama kalinya. Hal semacam ini dapat menimbulkan permasalahan yang mengarah ke terjadinya perselisihan, oleh sebab itu untuk menghindarinya maka dalam kontrak harus ditampilkan klausa yang di dalamnya menegaskan bahwa pekerjaan drainase harus dikerjakan oleh kontraktor pemipaan kapanpun, sesuai dengan instruksi dari konsu ltan/arsitek (McKaig, 1978).

Pekerjaan Pemipaan (Piped Utility Material)

Pekerjaan pemipaan harus dikoordinasikan dengan pekerjaan konstruksi seperti konstruksi dinding, kolom, maupun pekerjaan elektrical. Berdasarkan pengalaman, sering kali pada proses plumbing terjadi masalah yaitu kurangnya koordinasi dan komunikasi antara kontraktor dengan kontraktor pemipaaan, misalnya penempatan balok baja dapat menghambat pemasangan pipa ditempat balok baja ditempatkan (Nunnally, 1997)

Pekerjaan Reservoirs

Reservoir adalah tempat untuk menyimpan air baik dalam jumlah kecil maupun besar yang berfungsi untuk menyalurkan air ke suatu tempat atau daerah.

Macam reservoir antara lain tandon (untuk rumah tinggal), penampung air hujan (untuk suatu perumahan). Pembuatan reservoir kebanyakan menggunakan beton dan batu bata (Henderson, 1979)

2.1.2.4. Finishing

Finishing merupakan tahap akhir dari suatu pekerjaan konstruksi dan berperan penting dalam menciptakan suasana bangunan yang sesuai dengan fungsinya.

Pekerjaan yang termasuk pekerjaan finishing adalah:

Pekerjaan Lath dan Plaster

Pekerjaan lath dan plaster yang baik menggunakan tiga lapisan antara lain brown coat, scratch coat, dan finish coat. Dua lapisan pertama digunakan

(20)

untuk isolasi atau penyekatan dan untuk kedap suara. Pengawas perlu memperhatikan pekerjaan ini agar sesuai dengan jadwal dan master spesifikasinya. Permasalahan yang mungkin terjadi pada pekerjaan lath dan plaster antara lain kualitas plaster yang kurang baik sehingga menghasilkan lekatan yang kurang baik pula, pengawasan yang kurang menyebabkan pekerjaan harus dibongkar lagi karena pekerjaan plaster tidak rata, dan lain-lain (McKaig, 1978).

• Pekerjaan Pengecatan

Pekerjaan pengecatan harus memperhatikan material cat yang digunakan dan pemeriksaan material cat yang dipesan, apakah sudah sesuai dengan spesifikasinya atau tidak. Permasalahan yang terjadi berhubungan dengan pek erjaan pengecatan antara lain cat yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada sehingga menghambat pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan yang lambat karena tenaga kerja yang kurang berpengalaman, adanya perubahan pada pekerjaan listrik, pipa, mekanis, dan lain -lain sehingga pengecatan menjadi terhambat, dan lain-lain (McKay, 1982).

• Pekerjaan Pemasangan Material Untuk Lantai

Pemasangan lantai dapat menggunakan material kayu, keramik, granit- terazzo, dan lain-lain. Pemasangan material tersebut harus sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang ada. Permasalahan yang terjadi pada pekerjaan ini antara lain yaitu material yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, terjadi pengulangan pekerjaan karena pengukuran yang tidak tepat, material yang dikirim rusak karena pengiriman dilakukan saat hujan, dan lain -lain (McKaig, 1978).

Pekerjaan Pemasangan Paving and surfacing

Suatu sistem pemasangan paving yang fleksibel terdiri dari paving beton dengan kualitas yang baik, pemasangan lapisan pasir dan sub base dari beton.

Banyaknya keuntungan yang didapat dalam penggunaan sistem ini membuat

(21)

sistem ini banyak digunakan untuk industri dan komersil dari paving yang dibuat untuk jalan, deck, halte, lantai showroom , tempat penyeberangan, dan lain-lain.

Secara keseluruhan dilihat dari segi ekonomi, menggunakan paving untuk jalan atau untuk yang lain merupakan investasi jangka panjang karena paving membutuhkan perawatan yang lebih mudah dari pada yang lain dan tentu saja dapat menghemat biaya untuk melapisi permukaannya lagi (misalnya jika menggunakan aspal), selain itu juga bisa menghemat dari waktu pembuatan, dan bisa digunakan kembali jika sudah dibongkar. Permasalahan yang dapat muncul pada pemasangan paving misalnya sistem pemasangan yang kurang baik sehingga jalan menjadi tidak rata, adanya penurunan tanah sehingga harus melakukan pembongkaran/pengulangan pekerjaan sehingga dibutuhkan waktu lebih, dan lain- lain (www.decopave.com).

(22)

Tabel 2.1. Daftar Sumber

No Pokok Bahasan Sumber Literatur

I Aspek Kontrak Konstruksi

I.1 Aspek Teknis -Yasin, H . Nazarkhan, Ir. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia.

-Lingkup Pekerjaan, -Ritz, George.J. Total Construction Project Management.

-Waktu Pelaksanaan -Fisk, Edward. Construction Project Administration.

-Metode Pelaksanaan -Nunnally, S.W. Construction Method and Management .

-Metode Penjadwalan Proyek -Maxwell , T. Dokumen Kontrak , Pengendalian Sumber Daya dan - Cara / Metode Pengukuran Rekayasa Biaya.

Hasil Pekerjaan -Bartholomew, Stuart. Construction Contracting Business and Legal - Peralatan dan Material Principles.

-Turner, Dennis F, and Turner, Alan. Building Contract Claims and

Disputes.

-Dekker, Marcel. Project Management for Profesionals.

-Varma, Mahesh. Construction Equipment and Its Planning and.

Application.

I.2 Aspek Hukum -Yasin, H . Nazarkhan, Ir. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia.

- Penghentian Sementara -Fisk, Edward. Construction Project Administration.

Pekerjaan/Pemutusan Kontrak -Bartholomew, Stuart. Construction Contracting Business and Legal -Ganti Rugi Keterlambatan Principles.

- Penyelesaian Perselisihan -Andi. Modul Kuliah Administrasi Proyek.

-Keadaan Memaksa -O'Brien, James. Contractor's Management Handbook.

-Bahasa Kontrak -Ritz, George.J. Total Construction Project Management.

-Klaim

-Klausa Perubahan dan Differing

Site Condition

- Penutupan Proyek

I.3 Aspek Keuangan -Nunnally, S.W. Construction Method and Management .

- Nilai Kontrak / Harga Borongan -Yasin, H . Nazarkhan, Ir. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia.

- Cara Pembayaran dan Retensi -Turner, Dennis F, and Turner, Alan. Building Contract Claims and -Jaminan Kontraktor Disputes.

-Bentuk Jaminan -Ritz, George.J. Total Construction Project Management.

-Bartholomew, Stuart. Construction Contracting Business and Legal

Principles.

-Andi. Modul Kuliah Administrasi Proyek.

I.4 Aspek Asuransi -Bartholomew, Stuart. Construction Contracting Business and -Asuransi Properti Selama Masa Legal Principles.

Proyek Berlangsung -Clough, Richard H. Construction Contracting.

-Asuransi Properti yang Berkaitan dengan Kepemilikan Kontraktor -Asuransi Pertanggungjawaban -Asuransi Mesin dan Instalasi Listrik Pada Proyek Konstruksi

(23)

Tabel 2.1. Daftar Sumber (sambungan)

No Pokok Bahasan Sumber Literatur

I.5 Aspek Sosial Ekonomi -Yasin, H . Nazarkhan, Ir. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia.

-Menggunakan Tenaga Kerja - Ritz, George.J. Total Construction Project Management.

Tertentu - Nunnally, S.W. Construction Method and Management .

-Keselamatan Kerja - Hinze J, and Applegate L. "Cost of Contruction Injuries", Journal of - Dampak Lingkungan Construction Engineering

-Keamanan - Rakhidin dan Anton, Thomas, J. "Perlu Mengikuti Standar -Menggunakan Bahan Bangunan / Internasional K3". Majalah Konstruksi.

Material Tertentu -Suratmo, G. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

- City of Berkeley Planning & Development

-Gustavson, Trieschmann. Risk of Management and Insurance.

II Spesifikasi Teknis

II.1 Site Works - Nunnally, S.W. Construction Method and Management . - Penyelidikan Tanah -McKaig.,Thomas, H. Field Inspection of Building Construction.

- Pekerjaan Persiapan

- Pekerjaan Tanah

-Landscaping

II.2 Konstruksi Bangunan -McKaig.,Thomas, H. Field Inspection of Building Construction.

- Pekerjaan Pondasi -McKay, W.B and J.K.McKay. Building Construction, Volume Three - Pekerjaan Konstruksi Beton dan and Four Together

Desain Beton - Nunnally, S.W. Construction Method and Management . - Pekerjaan Konstruksi Kayu

- Pekerjaan Konstruksi Baja - Pekerjaan Mansonry

- Pekerjaan Atap

II.3 Utilitas -McKaig.,Thomas, H. Field Inspection of Building Construction.

- Pekerjaan Mechanical - Nunnally, S.W. Construction Method and Management . - Pekerjaan Electrical - Hederson, Brian. Resevoirs.

- Pekerjaan Drainase - Pekerjaan Pemipaan - Pekerjaan Reservoirs

II.4 Finishing -McKaig.,Thomas, H. Field Inspection of Building Construction.

- Pekerjaan Lath dan Plaster -McKay, W.B and J.K.McKay. Building Construction, Volume Three - Pekerjaan Pengecatan and Four Together

- Pekerjaan Pemasangan Material -http://www.decopave.com/

Untuk Lantai

- Pekerjaan Pemasangan Paving

and Surf acing

Gambar

Tabel 2.1. Daftar Sumber
Tabel 2.1. Daftar Sumber (sambungan)

Referensi

Dokumen terkait

Zero delays merupakan salah satu manfaat yang didapatkan dari penerapan 5S karena dengan lingkungan kerja pabrik yang baik maka akan mempercepat proses produksi dan terhindar

Penggunaan media penyimpanan demikian menghasilkan kepadatan gudang yang lebih baik dan utilitas luas lantai dapat digunakan dengan baik pula.. • Portable racks adalah

Faktor ergonomis yang dibahas dalam karya tulis ini adalah stress dan musculoskeletal disorders, dan pengujian statistik yang akan digunakan adalah: uji kecukupan

Peta digital ini digabungkan dengan informasi dari data yang lain dan akan dilakukan proses analisis untuk memberikan suatu output atau informasi.. Data input pada GIS ini secara

Sebagai penilaian risiko diperbarui dan disempurnakan, organisasi menggunakan hasil untuk memperbarui strategi manajemen risiko, sehingga meningkatkan respon terhadap

Value stream mapping (peta aliran nilai) menurut Evans (2007) adalah perangkat (tool) dalam lean manufacturing yang menunjukkan aliran bahan baku melalui rantai pasok,

Pada umunya istilah seiri ini adalah memilah/ringkas yang berarti mengatur atau memilah sesuatu sesuai dengan aturan atau prinsip tertentu, membedakan antara yang

Semakin variabilitas data tinggi maka pekerja itu semakin tidak konsisten sehingga pekerjaannya yang sempurna adalah pekerjaan yang dilakukan dengan waktu penyelesaian