• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI SOSIAL SYAIR LAGU SURAT BUAT WAKIL RAKYAT KARYAIWAN FALS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NILAI SOSIAL SYAIR LAGU SURAT BUAT WAKIL RAKYAT KARYAIWAN FALS"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penelitian Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

NASRULLAH RUSLI 10533 4982 08

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2012

(2)

iv

Anugerah yang kita terima dari Tuhan

selalu lebih banyak daripada sesuatu yang kita minta.

Belajar tidak hanya ketika belajar, tetapi belajar justru saat berbuat.

Teori bukan satu-satunya guru, kesalahanpun adalah guru yang bijak.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, Kerjakanlah dengan sungguh- sungguh urusan yang lain.

Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.

( Q. S. Alamnasyrah : 6-8 )

(3)

vi

Tiada kata yang paling pantas diucapkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah- Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini berjudul “NILAI SOSIAL SYAIR LAGU SURAT BUAT WAKIL RAKYAT KARYA IWAN FALS” .

Penulis berusaha untuk menjadikan skripsi ini sebagai karya terbaik yang dapat dihasilkan, buah dari ketekunan dan kerja keras penulis selama ini. Disadari pula bahwa dalam skripsi ini mungkn masih terdapat kekurangan, untuk itu diharapkan saran serta kritikan demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan teristimewa dengan segenap cinta dan hormat anada haturkan kepada Ayahanda Alm. Rusli Dullah dan Hasnawati yang telah bersusah payah mendidik, membesarkan, mengasuh serta senantiasa mendoakan keberhasilan penulis, disertai pengorbanan yang tak ternilai. Demikian juga kepada kakak- kakakku beserta keluarga, karena telah memberikan peran yang sangat berarti selama penulis menjadi mahasiswa.

Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan, terutama Pembimbing I dan II yang sabar memberikan dorongan, semangat, pengertian dan membuka wawasan berpikir dalam memecahkan masalah sejak awal penulisan hingga terselesaikan tulisan ini.

Selain itu bantuan dari berbagai pihak yang memberikan motivasi baik moril maupun material dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :

(4)

vii

bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Dra. Munirah, M. Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. Andi Syukri Syamsuri, M. Hum Selaku pembimbing pertama, dan Dra. Hj. St Fatimah tola, M. Si Selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina penulis selama menimba ilmu pengetahuan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Ika Purwasih dan sabahat- sahabat ku dengan segala dukungan, motivasi, semangat dan dorongan serta segala perhatian yang tak terbalaskan

7. Seluruh rekan- rekan mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia terutama kelas D 2008 atas kebersamaan dan supportnya selama ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa menantikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Dan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini baik langsung ataupun tidak langsung, disebutkan maupun tidak, penulis menghaturkan terimakasih yang tulus. Semoga Allah SWT meridhoi segala pengorbanannya. Amiin...

Makassar, November 2012

Penulis

(5)

wakil rakyat karya Iwan Falsi”. Skripsi jurusan Bahasan dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Skripsi dibawa bimbingan Andi sukri Syamsuri. Selaku pembimbing pertama dan Hj. St Fatimah tola. Selaku pembimbing kedua.

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan nilai moral dalam syair lagu Iwan Fals “surat buat para wakil rakyat”.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik dokumentasi, dan teknik analisis data yaitu teknik analisis deskriptif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh atau ditemukan bahwa syair-syair lagu Iwan Fals banyak atau sarat dengan nilai-nilai moral dalam hal ini, nilai tanggung jawab, dapat ditemukan pada syair lagu yang berjudul “Kamu-kamulah surgaku “, menceritakan tentang seorang bapak yang bertanggung jawab kepada anaknya, “Aku bukan siapa-siapa”, menceritakan juga kerja sama dalam rumah tangga antara suami dan istri, apalah artinya hidup seorang laki-laki tanpa adanya wanita disisinya. Gambaran ini menunjuk kepada nilai kejujuran cinta, dapat dijumpai pada syair lagu Munajat Cinta, kejujuran cinta juga dapat dijumpai pada lagu yang berjudul “Aku cinta kau dan dia”, menceritakan bahwa pencipta lagu memiliki dua hati atau lebih tepatnya lagi mencintai dua wanita.

Gambaran nilai pendidikan dapat dijumpai pada syair lagu yang berjudul “Dimensi”, dalam lagu ini pencipta menceritakan “Akulah pemimpin, dan akulah segala tujuan yang memikirkan dan membina rumah tangga serta mendidik anak-anak untuk meraih masa depan yang lebih baik, juga”.

Dengan adanya hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa nilai moral tergambar.

Kenyataannya bukan saja dari pencipta tetapi juga dapat dilihat pada keadaan masyarakat sekarang ini.

(6)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBIBG ……… iii

MOTTO ……….. iv

ABSTRAK ……….. v

KATA PENGANTAR …..……… vi

DAFTAR ISI... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Apresiasi Seni dan Sastra ... 7

2. Ragam dan Hakikat Sastra... 9

3. Musisi dan Masyarakat... 11

a. Konteks Sosial Pengarang ... 13

b. Fungsi Sosial Seni ... 14

c. Musik sebagai Seni dan Ilmu ... 15

d. Pengertian Nilai ... 17

e. Nilai Sosial ... 18

(7)

x

7. Komunikasi Sosial... 21

8. Kekuasaan... 21

9. Demokrasi... 23

10. Apresiasi dan Kebebasan berpendapat... 24

11. Kritik ... 26

B. Kerangka Pikir ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN . A. Variabel dan Desain Penelitian... 30

1.. Variabel Penelitian……… 30

2.. Desain Penelitian……….. 31

B. Defenisi Operasional... 31

C. Data dan Sumber Data……... 31

D. Teknik Pengumpulan Data... 32

E. Teknik Analisis Data... . 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Penajian Hasil Analisis…..……….. 34

1. Nilai Demokrasi………. 35

2. Nilai Aspirasi………. 37

3. Kritik ………... 38

B. Pembasan ………. 40

(8)

xi DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tulisan atau karangan. Sastra biasanya diartikan sebagai karangan dengan bahasa yang indah dan isi yang baik, yang dimaksud dengan arti indah adalah segala sesuatu yang indah. Keindahan yang menimbulkan senang orang melihat dan mendengarnya. keindahan yang dapat menggetarkan sukma, yang menimbulkan keharuan, kemesraan, kebencian, atau peradangan hati, gemas, dan dendam.

Sastrawan menciptakan karya sastra berdasarkan kenyataan yang dilihat dan dialami sesuai dengan visinya. Dengan kata lain, sastrawan memotret kenyataan yang diketahuinya dan kemudian menuangkannya dalam bentuk karya sastra. Analoginya, bila wartawan memotret kenyataan menjadi berita, maka sastrawan memotret kenyataan menjadi cerita. Baik berita yang ditulis wartawan maupun cerita yang ditulis sastrawan akan diwarnai visi penulisnya. Dan itu sah-sah saja. Sebuah fakta akan menjadi cerita yang berbeda-beda jika ditulis oleh para sastrawan yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda pula, misalnya, latar belakang agama, suku (etnik), pendidikan, ideologi, partai politik, komunitas, gender, dan sebagainya. Karya sastra merupakan perpaduan antara hasil renungan pikiran dan perasaan pengarang. Keberadaan karya yang berbentuk syair lagu yang dihasilkan seorang pengarang di tengah-tengah masyarakat menjadi sesuatu yang sangat

1

(10)

penting sebagai proses cermin peradaban manusia. Sama halnya dengan apa yang dilakukan seorang Iwan Fals yang berusaha mendeskripsikan fenomena sosial yang terjadi di negeri kita lewat syair-syair lagunya.

Kehadiran Iwan Fals sebagai musisi membawa warna-warni nafas baru bagi pertumbuhan sastra khususnya di bidang musik. Bait-bait lagunya merangkum kenyataan hidup yang mengisahkan banyak penderitaan di kalangan masyarakat kita. Dari proses imajinatif yang dilakukan Iwan Fals dia menyuguhkan pengalaman batin yang pernah disaksikan dan dialami dalam perjalanan hidupnya.

Globalisasi serta pemahaman masyarakat tentang proses demokrasi telah tumbuh berkembang setelah reformasi bergejolak membawa khazanah perjuangan bagi perjalanan kehidupan masyarakat Indonesia. Aksi demonstrasi yang acap kali terjadi adalah imbas dari segala bentuk manifestasi dari pembacaan rakyat atas segala bentuk penindasan yang terjadi selama ini.

Oleh karena itu wajar jika segala persoalan yang terjadi di negara kita mendapat pengawalan yang ketat oleh masyarakat. Aspirasi rakyat yang sering kali tidak mendapat tanggapan dan kinerja dewan yang tidak maksimal menjadi latar belakang penulis mengangkat syair lagu surat buat wakil rakyat sebagai objek kajian atas segala bentuk keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan negara Indonesia.

Surat buat wakil rakyat yang ditulis oleh Iwan Fals penuh dengan sejuta makna yang harus digali dan diimplementasikan dalam hidup. Syair lagunya mengalir bagai air namun penuh nuansa sosial. Penggambaran tentang

(11)

rasa sosialnya sebagai musisi terkadang menimbulkan banyak persepsi tentang sosoknya. Jati dirinya sebagai seorang musisi banyak mendapat perhatian dari politisi hingga dia banyak ditakuti oleh para politisi karena kritikan- kritikannya yang pedas. Nuansa lagunya secara tidak langsung mengajar kita menjadi manusia yang kritis dalam menilai suatu persoalan. Rasa kritisnya tercermin pada beberapa lagunya yang ditulisnya berdasarkan fenomena sosial yang terjadi di negeri ini.

Dalam memahami suatu karya perlu ada prinsip dasar atau landasan untuk mengekspresikan suatu karya seni disamping itu diperlukan juga pendekatan yang menjadi referensi dan titik fokus untuk menelaah syair lagu ataupun suatu puisi yang bermakna. Semi (1992: 84) mengemukakan bahwa

”karya yang berbentuk tulisan mempunyai peranan yang sangat vital untuk meneruskan tradisi suatu bangsa kepada masyarakat sesamannya dan kepada masyarakat yang akan datang”. Antara lain adalah cara berpikir, kepercayaan, pengalaman sejarah, rasa keindahan dan bentuk keindahan”.

Berangkat dari kesadaran penulis bahwa dalam memahami suatu karya perlu adanya prinsip dasar atau landasan untuk mengapresiasi suatu karya sastra, maka penulis menggunakan pendekatan sosiologi dan objektif untuk menelaah syair-syair lagu Iwan Fals. Menyelami syair lagu Iwan Fals, penikmat harus berusaha mendalami dan merasakan alur pikir dan gejolak kejiwaan penciptanya, memahami serta meresapi makna yang terkandung di setiap untaian kalimatnya. Syair lagu Iwan Fals sebagai bagian karya sastra adalah media untuk menyampaikan ide ataupun gagasan penulis mengenai

(12)

kegelisahannya. Dalam karyanya ini Iwan Fals menggunakan bahasa yang lebih padat dan menggunakan bahasa kias di dalamnya sehingga menimbulkan nuansa keindahan, penggambaran dan pemaknaannya terasa lebih jelas, menarik, dan lebih hidup. Dalam penyajian skripsi ini yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah nilai sosial yang terkandung dalam syair lagu Surat buat wakil rakyat karya Iwan Fals.

Peneliti serupa yaitu:

1. Khusnul Quluq.2011. tentang analisis nilai moral ini didasari oleh pertimbangan, fakta sosial yang terjadi di masyarakat nilai-nilai bertanggung jawab dan sosial direfleksikan lewat syair lagu slank “Kritis BBM” dan “Sosial Betawi Yoi (SBY)”.

2. Rikalufi wahyu wardani .skripsi.2010. Bagaimanakah unsur sosial pada analisis unsur ekstrinsik kumpulan lagu Iwan Fals ?

Dalam lirik lagu yang berjudul potret, Iwan Fals ingin menyoroti masalah sosial tentang kemiskinan kehidupan masyarakat di kalangan ini sehingga yang menjadi tujuan hidup mereka hanya memenuhi kebutuhan primer, yaitu uang untuk membeli makanan. Orang-orang dari kelompok sosial ini ditampilkan sebagai orang-orang yang resah karena berlomba mengejar nafkah. Mencari uang untuk membeli makanan diumpamakan sebagai sebuah pertandingan, siapa cepat dia dapat. Semua itu dilakukan hanya untuk mendapatkan uang dan nasi, yang berarti bahwa nafkah yang dikejar itu bukan uang dalam jumlah besar melainkan jumlah yang kecil. Ukuran kecil di sini karena hanya cukup untuk membeli makanan.

(13)

Adanya pengaruh yang kuat dari masyarakat terhadap pengarang sehingga pengarang mampu membuat lagu yang mana lagu tersebut didapat dari ruang lingkup masyarakat. Kumpulan lagu Iwan Fals merupakan cermin keadaan masyarakat pada saat itu dan tercipta karena adanya pengaruh kehidupan masyarakat di sekitar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah deskripsi nilai sosial syair lagu surat buat wakil rakyat karya Iwan Fals ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada pembaca tentang nilai sosial yang terungkap dalam syair lagu surat buat wakil rakyat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan mampu mempresentasikan nilai sosialkepada pembaca sebagai berikut:

1. Dapat meningkatkan daya apresiasi terhadap karya-karya para sastrawan atau insan seni di Indonesia terutama bagi pembaca maupun penulis sendiri,

2. Memberikan kontribusi berharga terhadap perkembangan sastra di Indonesia sebagai bentuk penghargaan kepada para insan seni,

(14)

3. Memberikan pemahaman kepada pembaca dan penikmat sastra bahwa melalui sudut pandang sosial sastra dapat diselami untuk mengetahui gambaran suatu masyarakat dalam karya sastra tersebut,

4. Memberikan tafsiran kepada masyarakat terhadap nilai sosial sebagai pendidikan moralitas dan pergulatan wacana,

5. Memberikan gambaran nilai sosial dalam karya sastra yang dapat di implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

6. Sebagai salah satu upaya untuk membantu pembaca untuk memahami peran sosial dalam perkembangan sastra di Indonesia.

(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Teori sesungguhnya merupakan landasan suatu penelitian. Oleh karena itu keberhasilan sebuah penelitian bergantung pada teori yang mendasarinya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini tersebar di berbagai pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas. Usaha yang dilakukan dalam proses penggarapan penelitian ini sekiranya perlu mempelajari pustaka yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

Seni merupakan sebuah usaha mengekspresikan keterampilan teknik menjadi sebuah pencarian terhadap makna kehidupan. Untuk melahirkan sebuah karya seni dibutuhkan prasyarat keterampilan teknik. Karya seni tak mungkin lahir tanpa adanya keterampilan khusus dan proses imajinasi yang kreatif.

1. Apresiasi Seni dan Sastra

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti

“mengindahkan”. Dalam konteks yang lebih luas istilah apresiasi menurut Gove (dalam Aminuddin, 1987 : 34 ) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain, Squire dan Taba (dalam Aminuddin, 1987 : 35) berkesimpulan bahwa suatu proses apresiasi melibatkan tiga unsur inti yaitu (1) aspek kognitif,

7

(16)

berkaitan dengan keterlibatan unsur pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur yang bersifat objektif (2) aspek emotif, berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pendengar dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks (3) aspek evaluatif, berhubungan dengan kegiatan pemberian penilaian baik dan buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai serta jumlah ragam penelitian lain yang tidak hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pendengar.

Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi di atas, Effendi (1997: 33) mengungkapkan bahwa apresiasi seni adalah kegiatan menggali karya seni secara bersungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan pikiran yang baik terhadap karya seni.

Sebuah karya seni syair lagu yang dapat di dengarkan sekaligus dapat dibaca liriknya dapat digolongkan dalam sebuah karya mempunyai hubungan dengan karya sastra seperti halnya puisi, sajak, dan syair lagu.

Sehubungan dengan masalah di atas, Djunadie (1992: 2-4) menyebutkan tingkat penerimaan seseorang terhadap karya dalam bentuk teks/tulisan ada empat yaitu: (1) Tingkat reseptif adalah tahap penerimaan karya menurut apa adanya, (2) Tingkat reaktif adalah tahap pemberian reaksi terhadap kehadiran sebuah karya, (3) Tingkat produktif, adalah tahapan pemberian reaksi terhadap karya yang dinikmati sekaligus dapat memproduksi dan menelaah karya tersebut, (4) Tingkat implementatif, adalah tahap memahami, mengevaluasi, dan memproduksi serta dapat

(17)

mewujudkan kebenaran yang diperolehnya dari tulisan sang penulis dalam kehidupan sehari-hari.

Apresiasi sastra merupakan interpretasi yang benar terhadap karya sastra. Apabila pernyataan-pernyataan tentang makna sebuah karya sastra merupakan pernyataan-pernyataan yang obyektif, apabila interpretasi karya sastra harus menjadi ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu dan bukan sekadar arena bagi gagasan, khayalan, pilihan pribadi, yang tonggaknya bukanlah pengetahuan, tetapi apa yang disebut dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi sehingga diperlukan standar penilaian yang memperkenankan, sedikit-sedikitnya secara prinsip, satu dan hanya satu interpretasi sebuah karya untuk dinilai betul atau benar.

2. Ragam dan Hakikat Sastra

Pengertian ragam disini memacu kepada konteks keanekaragaman perwujudan suatu karya sastra yang tertulis. Novel, puisi, cerpen, lagu adalah ragam sastra yang banyak kita jumpai di kalangan masyarakat.

Sebagai karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai alatnya, maka ragam sastra yang ada dalam suatu masyarakat hadir dengan jati dirinya yang unik. Dengan demikian tiap ragam sastra sepenuhnya terlempar ke dalam wewenang anggota masyarakat untuk dihargai atau tidak, untuk dinilai atau ditelantarkan begitu saja. Untuk menjilmakan segala yang dirasakan, yang dipikirkan, yang dikhayalkan sastrawan, maka sastrawan menggunakan bahasa yang berisi kemungkinan banyak tafsir, penuh hominim, kategori yang arbitrer dan irrasional; bahasa yang digunakan

(18)

sastrawan dirasapi peristiwa-peristiwa sejarah, kenangan, dan asosiasi.

Dengan kata lain sastrawan menggunakan bahasa yang konotatif, disebabkan asosiasi, kenangan, dan pembayangan. Dengan demikian bahasa sastra tidak hanya bersifat menunduk satu hal, atau hanya berhubungan dengan satu hal yang ditunjuk, atau bahasa yang denotatif.

Hakikat sebuah seni tulis adalah dikotomi: menghadirkan dua kutub yang berlawanan, namun berada dalam satu tegangan dinamis. Penggerak utama dinamikanya adalah nilai yang terkandung dalam sebuah karya. Secara umum dapat dikatakan bahwa tema suatu karya dalam bentuk syair lagu mencakup tiga segi hakiki kehidupan manusia, yaitu yang bersifat agama, sosial politik, dan personal, keterpaduan dan keeratan hubungan unsur- unsur makro yang melandasi eksistensi tulisan, yaitu pengarang, karya, dan pembaca atau pendengar. Setiap unsur tersebut memiliki kekhasannya, kekhasan pengarang tercermin dalam karyanya, sehingga karya itu juga menunjukkan keunikan tersendiri, disebabkan kekhasan dalam kemampuan mengapresiasi karya tersebut. Kondisi ideal untuk mengapresiasi karya secara matang adalah keserasian antara keunikan setiap komponen yang memungkinkan terwujudnya jalinan yang dinamis dengan karya sastra sebagai titik temunya. Menelaah ataupun menikmati syair lagu hanyalah mungkin bilamana ketiga unsur tersebut dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan yang padu.

(19)

3. Musisi dan Masyarakat

Karya yang baik adalah sebuah karya yang dapat memberikan kontribusi pada masyarakat. Hubungan seni dengan masyarakat pendukung nilai-nilai kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena salah satu fungsi seni adalah sebagai kontrol sosial. Selain itu, karya seni yang berbentuk syair lagu berisi ungkapan kenyataan sosial beserta problematika kehidupan masyarakat. Hal ini dikemukakan oleh Jabrohim (1994: 221), bahwa sebuah karya yang menampilkan gambaran kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat dan masyarakat dengan seseorang termasuk penulisnya, antara manusia dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi subjek sebuah karya, adalah refleksi hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat.

Pendekatan terhadap karya-karya sastra dengan melihat segi-segi kemasyarakatan disebut sosiologi sastra oleh beberapa penulis, yang pada dasarnya, pengertiannya tidak berbeda dengan pengertian sosio sastra, pendekatan sosiologi ini pengertiannya mencakup berbagai pendekatan masing-masing didasarkan pada sikap pandangan teoritis tertentu, namun semua pendekatan itu menunjukkan satu kesamaan yaitu mempunyai perhatian terhadap karya sebagai intuisi sosial yang diciptakan oleh penulis lagu sebagai anggota masyarakat. Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin masyarakat. Karenanya,

(20)

asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu mampu merefleksikan zamannya. Ilmu sosiologi sebagai objek studinya tentang manusia dan sastra pun demikian. Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakat. Dengan demikian, meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda namun dapat saling melengkapi. Dalam kaitan ini sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektika yang dikembangkan dalam karya sastra. Itulah sebabnya memang beralasan jika penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya, baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial atau periode tertentu. Dalam hal ini, teks sastra dilihat sebagai sebuah pantulan zaman, karena itu ia menjadi saksi zaman. Sekalipun aspek imajinasi dan manipulasi tetap ada dalam sastra, aspek sosial pun tidak terabaikan. Aspek-aspek kehidupan sosial akan memantul penuh ke dalam karya sastra.

Hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat secara keseluruhan merupakan bagian sebagai berikut:

(21)

a. Konteks Sosial Pengarang

Ini ada hubungannya dengan posisi sosial penulis lagu dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pendengar. Dalam pokok ini termasuk juga faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan disamping mempengaruhi karyanya. Terutama yang harus diteliti adalah (a) Bagaimana Si pengarang memperoleh mata pencahariannya; sejauh apakah menerima bantuan dari pengayom, atau dari masyarakat secara langsung atau dari kerja-kerja rangkap, (b) Profesionalisme dalam menulis syair; sejauh mana pengarang itu menganggap pekerjaannya sebagai sebuah profesi, dan (c) Masyarakat dalam hal ini sangat penting sebab sering didapati

Sastrawan menulis karya sastra, antara lain adalah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh. Dengan karya sastranya, sastrawan menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat itu pada hakikatnya universal, artinya diyakini oleh semua manusia. Pembaca diharapkan dalam menghayati sifat-sifat ini dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata ( Nurgiyantoro, 1998: 321)

Untuk itu, seorang pengarang berusaha untuk memperlihatkan kemungkinan tersebut, memperlihatkan masalah-masalah manusia yang substil (halus) dan bervariasi dalam karya-karya sastranya. Sedangkan daya imajinatif adalah kemampuan pengarang untuk membayangkan,

(22)

mengkhayalkan, dan menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa.

Seorang pengarang yang memiliki daya imajinatif yang tinggi bila dia mampu memperlihatkan dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan, masalah-masalah, dan pilihan-pilihan dari alternatif yang mungkin dihadapi manusia. Kedua daya itu akan menentukan berhasil tidaknya suatu karya sastra. Dalam kaitan dengan proses penciptaan karya sastra, seorang pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang ada dalam masyarakat (realitas obyektif). Realitas obyektif bisa berbentuk peristiwa-peristiwa, norma-norma (tata nilai), pandangan hidup. Karya sastra menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan, dan juga Tuhan. Karya sastra berisi penghayatan sastrawan terhadap lingkungannya. Karya sastra bukan hasil kerja lamunan belaka, melainkan juga penghayatan sastrawan terhadap kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sebagai sebuah karya seni (Nurgiyantoro, 1998: 3)

b. Fungsi Sosial Seni

Di sini seni dalam bentuk kaset terlibat dalam pertanyaan- pertanyaan seperti “sampai berapa jauh seni berkaitan dengan nilai politik?” dan “sampai berapa jauh nilai seni dipengaruhi nilai sosial?”.

Dalam hubungan ini sudut pandang bahwa sebuah karya dalam bentuk lagu berfungsi sebagai penghibur di tengah-tengah masyarakat juga tercakup juga sendirian bahwa karya seni dalam bentuk lagu berfungsi sebagai penghibur belaka; (a) Dalam hal ini, gagasan seni untuk seni tak

(23)

ada bedanya dengan praktik melariskan dagangan untuk mencapai hasil penjualan, dan (b) Semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam sebuah slogan klasik; karya seni itu harus mengajarkan sesuatu cara dengan cara menghibur.

c. Musik sebagai Seni dan Ilmu

Sampai detik ini, pemahaman akan musik sebagai kebutuhan hiburan belaka masih tetap berlaku di kalangan masyarakat luas. Dari belahan bumi mana pun, sebagian orang memanfaatkan musik hanya sebagai kebutuhan sesaat. Ini merupakan suatu fenomena yang diterima secara turun-temurun. Keterbatasan apresiasi musik pada masyarakatlah yang menyebabkan pemanfaatan musik yang sia-sia. Namun, dibalik itu, hal yang perlu diperhatikan adalah pendidikan musik yang sebagian besar kurang konsisten (terutama di negara berkembang). Pemanfaatan musik untuk hal-hal yang bersifat keilmuan masih sangat kurang, sekalipun untuk hal ini dapat bermanfaat bagi daya perkembangan cara berfikir otak.

Musik masih dalam kungkungan pemanfaatan unsur estetisnya untuk penghibur belaka dengan tujuan sesaat.

Sebagai satu kesatuan dengan eksistensi manusia, musik merupakan alat pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptanya.

Namun, apakah musik mampu mengembangkan dirinya guna kepentingan- kepentingan lain dari yang selama disandangnya? Dapatkah musik menjadi wakil zamannya sebagai salah satu bidang yang ikut meramaikan kancah ilmu pengetahuan dan teknologi ?

(24)

Berbicara mengenai musik sebagai seni kita dapat pahami bahwa musik merupakan bagian dari seni dikarenakan dengan bermusik orang dapat memainkan beberapa alat ataupun instrumen yang dapat membantu menghibur para penikmat lagu dengan iringan musik. Musik merupakan kaidah-kaidah estetis yang dapat diapresiasikan, bersangkutpaut dengan ras. Sedangkan musik sebagai ilmu, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dengan bermusik dapat memberikan keseimbangan dari deretan- deretan nada, interval, dan juga akustiknya. Dilihat dari sejarah, hubungan musik dengan bidang ilmu terutama angka-angka (matematika) yang telah dibahas oleh filusuf Cina dan Yunani tidak bisa dilepaskan dengan konsep kelahiran musik. Phytagoras adalah tokoh utama yang mengembangkan penerapan teori matematika ke dalam musik yang ia cetuskan menjadi embrio bagi kelahiran musik. Ungkapan sejarah yang pada realitasnya mampu mencerminkan keterkaitan pengaruh antara bidang satu dengan bidang yang lainnya. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi di muka bumi membentuk rajutan yang menghiasi peradaban, musik bukanlah bidang yang berdiri sendiri tetapi dalam waktu gerak langkah sejarah berbagai kaitan telah membentuk rohnya sekalipun diterima secara turun-temurun namun setiap zamannya mempunyai musiknya sendiri. Seperti halnya perkembangan bahasa, kekhasan dari tiap-tiap zaman merupakan kedinamisan sejarah manusia. Tiap saat kita bisa selalu mendengar lagu yang diiringi musik dalam tiap waktu melalui perantara radio, televisi ataupun pertunjukan secara langsung. Jangkauan jelajah musik begitu luas,

(25)

dan dapat menembus lapisan-lapisan budaya manusia. Namun, terkadang manusia tidak menyadari realitas yang terjadi, sebagian orang menikmati lagu yang diiringi musik dijadikannya hanya sebagai hiburan belaka tanpa memperhatikan fenomena-fenomena yang ditimbulkan oleh lagu yang diiringi musik terhadap jiwa dan otak manusia. Musik telah menjadi budaya dan telah menjadi akar yang kuat pada pribadi-pribadi penikmat dan pelestarinya. Namun, disisi lain musik kurang dimanfaatkan secara optimal guna kepentingan dimensi kemanusiaan. Sampai detik ini, pemahaman akan musik hanya sebagai kebutuhan hiburan belaka masih tetap berlaku di kalangan masyarakat luas, dari belahan bumi manapun.

Sebagian besar orang memanfaatkan musik hanya sebatas kebutuhan sesaat. Sebagai satu kesatuan eksistensi manusia itu sendiri, bermusik yang diiringi lagu yang dilantunkan merupakan alat pengungkapan ekspresi ataupun maksud dari penciptanya.

d. Pengertian Nilai

Nilai adalah hakikat suatu hal itu pantas dikerjakan oleh manusia.

Nilai berkaitan erat dengan kebaikan yang ada dalam inti suatu hal. Ada nilai yang dikejar sebagai sarana (nilai medial) dan adapun final yang itu dikejar karena harga itu sendiri. Selanjutnya, adapun hierarki nilai yang ada perbedaan tingkat nilai antara lain nilai sosial, kesusilaan dan agama.

Juga terdapat nilai universal dan nilai partikuler disebut juga” norma” ( Berry, 1974: 22 ). Dengan demikian yang dimaksud nilai dalam penelitian

(26)

adalah nilai yang menunjukkan pada suatui kriteria atau standar untuk menilai atau mengevaluasi sesuatu dalam ini nilai sosial.

Sesuatu yang sangat dihargai serta diyakini kebenarannya, dan sebagai akibatnya tentu sangat diharapkan pula perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari, melebihi hal yang lainnya. Ia menyangkut masalah seleksi dan preferensi diantara banyak pilihan yang ada. Nilai adalah hal- hal yang dianggap benar dan dijunjung tinggi oleh masyarakat, serta secara sadar ataupun tidak sadar dijadikan pedoman, tolak ukur dan orientasi oleh anggota-anggota masyarakat dalam bersikap dan berperilaku.

e. Nilai Sosial

Nilai adalah gambaran mengenai apapun yang diinginkan, yang pantas yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial dari pengarang yang memiliki nilai itu. Menurut Purwandarminta (1992: 65) nilai adalah banyak sedikitnya mutu atau sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

Nilai erat hubungannya dengan kebudayaan dan masyarakat.

Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai tertentu.

Antara kebudayaan dan masyarakat itu sendiri merupakan nilai yang tidak terhingga bagi orang yang memilikinya. Sementara sosial dapat diartikan sebagai masyarakat atau yang berkenaan dengan masyarakat. Ilmu sosial sebagai suatu bidang ilmu yang menelaah masalah-masalah sosial dengan beraneka ragam tingkah laku masyarakatnya yang masing-masing

(27)

mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran. Pada dasarnya ilmu sosial inilah menjadi titik perhatian untuk menelaah fenomena sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah ukuran atau tata nilai (norma) yang mempunyai konsepsi-konsepsi hidup dalam alam pikiran masyarakat, mengenai hal-hal yang harus dianggap amat bernilai dalam hidup.

Alwi (1994: 885) mengemukakan bahwa sosial atau berkenaan dengan masyarakat serta adanya komunukasi dalam menunjang pembangunan ini, suka memperhatikan kepentingan umum, suka menolong, menerima dan sebagainya.

Al Ghazali (dalam Zainuddin, 1991: 122) menguraikan bahwa manusia itu dijadikan Allah swt dalam bentuk yang tidak sendirian, karena tidak dapat mengusahakan sendiri seluruh keperluan hidupnya baik untuk memperoleh dengan bertani, berladang, memperoleh roti, nasi, dan memperoleh pakaian. Dengan demikian, manusia memerlukan pergaulan dan saling membantu.

4. Perspektif Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah penelitian yang berfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depan berdasarkan dengan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Dari pendapat ini tampak bahwa dalam perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra. Perjuangan memiliki tiga ciri dasar yaitu: (1) Kecenderungan manusia untuk mangadaptasikan

(28)

dirinya terhadap lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam kolerasi dengan lingkungan, (2) Kecenderungan pada korelasinya dengan lingkungan dalam proses perstrukturan global, dan (3) Dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecenderungan untuk mengubah struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut.

5. Pengertian Sosial

Istilah sosial berasal dari akar bahasa latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat.

Menurut Lewis sosial adalah sesuatu yang dicapai,dihasilkan dan ditetapkan dalam interakasi sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya.

6. Budaya Sosial

Istilah sosial budaya menunjuk kepada dua segi kehidupan bersama manusia, yaitu segi kemasyarakatan dan segi kebudayaan.

Kemasyarakatan dalam usaha beradaptasi dengan lingkungannya, manusia bekerja sama dengan sesamanya. Akan tetapi kerjasama itu hanya akan berjalan baik di dalam tertib sosial budaya serta di dalam wadah organisasi social.

Menurut Andres Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-

(29)

struktur sosial, religius, dan lain-lain tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yg menjadi ciri khas suatu masyarakat.

7. Komunikasi Sosial

Menurut Ruben dan steward( 1998: 16) bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan antara individu, kelompok organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesanuntuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Maka komuniksi sosial adalah suatu proses interaksi antara seseorang atau suatu lembanga melalui penyampaian pesan dalam rangka untuk membangun integritas atau adaptasi sosial.

8. Kekuasasan

Kekuasaan adalah konsep yang penting dalam pemikiran sosial dan politik, yang hakikat dasarnya hingga sekarang masih sangat sulit untuk difahami. Mengenai kesukaran ini, terdapat beberapa pandangan. Yang pertama adalah ambiguitas dan kompleksitas penggunaan istilah dalam artian umum, misalnya, dapat ditunjukkan dengan sejumlah konotasi yang berbeda yang dilekatkan pada dua sifat yang berkaitan dengan kekuasaan:

authoritativc dan authoritarian. Sumber kedua pengertian ganda itu adalah fakta bahwa itu menggunakan konsep kekuasaan terhadap berbagai jenis aktivitas sosial yang serba ragam: yakni terhadap bidang pengetahuan dan lapangan politik, terhadap hubungan-hubungan yang berlangsung di lingkungan keluarga dan sekolah termasuk dalam lingkungan kerja dan ketentaraan.

(30)

Berkuasa sering diartikan untuk mengacu kepada sebuah hak untuk memaksakan kesetiaan termasuk hak untuk menegakkan kepatuhan bila diperlukan. T.D. Weldon (dalam Carter 1987: 26) berpendapat bahwa pelaksanaan kekerasan atau kapasitas melaksanakan sesuatu dengan mendapat restu dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya sering kali disebut sebagai “kekuasaan”

Kekuasaan menurut Carter, mempunyai dua ciri: pertama kemampuannya untuk menghasilkan kesetiaan yang bersifat sukarela, dan kedua kemampuannya untuk memerintah dan memaksakan kepatuhan.

Kedua ciri ini memainkan peranan penting. Kesetiaan sukarela menjadi ciri yang ideal bagi setiap kekuasaan sehingga tidak semua kekuasaan mampu membangkitkan kesetiaan seperti itu. Sedangkan pemaksaan kepatuhan adalah ciri lain yang tak kurang pentingnya karena tanpa adanya pemaksaan maka kekuasaan itu sendiri tidak akan bertahan lama.

Yang dilihat Carter, kekuasaan itu mampu membuat pihak lain melakukan sesuatu (atau tidak melakukan sesuatu ) atas dasar kepatuhan yang datang dari dalam diri pihak yang patuh tersebut. Dalam hal ini pihak yang dikenai oleh kekuasaan politik merasa sadar bahwa kepatuhan tersebut mempunyai alasan-alasan tertentu sehingga ketaatan dan kepatuhan disini tidaklah dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Alasan-alasan bagi kepatuhan sukarela dalam bidang politik menurut Carter adalah antara lain: karena tugas-tugas, penghormatan terhadap jabatan politik, daya tarik pribadi, kebiasaan menerima perintah dari atas, dan sifat-sifat yang ada

(31)

pada diri yang dikenai kekuasaan (umpamanya, ketidakmampuan untuk menilai baik buruk perintah yang datang).

9 . Demokrasi

Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi adalah corak pemerintahan yang menjamin kemerdekaan dan persamaan, masalah kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat, kemerdekaan berapat dan berkumpul, kemerdekaan mengatur diri sendiri yang dilandasi corak pemerintahan. ( Depdikbud, 2002: 249 ).

Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias

(32)

politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

10. Aspirasi dan Kebebasan Berpendapat

Secara definitif, konsep aspirasi mengandung pengertian di tingkat ide. Di tingkat ide, konsep aspirasi berarti sejumlah gagasan verbal dari lapisan masyarakat mana pun. Gagasan itu dapat berupa suatu ide yang membangun yang sifatnya bernilai positif dan membawa perubahan kearah yang lebih baik dari pada sebelumnya. Menurut

(33)

Daryanto (1998) aspirasi adalah harapan akan keberhasilan pada masa yang akan datang.

Kebebasan menyatakan pendapat adalah hak bagi warga negara yang wajib dijamin undang-undang dalam sebuah sistem politik demokratis. Kebebasan ini diperlukan karena kebutuhan untuk menyatakan pendapat senantiasa muncul dari setiap warga negara dalam pemerintahan terbuka saat ini. Dalam masa teransisi menuju demokrasi saat ini, perubahan-perubahan politik, sosial, ekonomi, budaya, agama, dan teknologi sering kali menimbulkan persoalan bagi warga maupun pada masyarakat pada umumnya.

Jika persoalan tersebut dapat merugikan hak-hak warga negara, atau warga negara berharap agar kepentingan dipenuhi oleh negara, dengan sendirinya warga negara berhak untuk menyampaikan keluhan secara langsung maupun secara tidak langsung kepada pemerintah, warga negara dapat menyampaikan kepada pejabat, seperti urah, camat, Bupati, anggota DPRD/DPR, atau bahkan presiden, baik melalui pembicaraan langsung, surat, media massa, atau penulisan buku. Misalnya, jika seorang petani merasa dirugikan oleh pemerintah daerah atau perusahaan swasta karena rumah atau lingkungan hidupnya rusak karena proyek pemerintah atau swasta itu, ia berhak melaporkan keluhan-keluhan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah dari yang paling rendah (lurah) maupun tertinggi (presiden) atau kepada wakil rakyat di lembaga legislatif.

(34)

Hak untuk menyampaikan pendapat ini wajib dijamin oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang yang berlaku sebagai bentuk kewajiban negara untuk melindungi warga negaranya yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah atau unsur swasta. Semakin cepat dan efektif cara pemerintah memberikan tanggapan, semakin tinggi pula kualitas demokrasi pemerintahan tersebut.

Kemerdekaan berpendapat adalah hak azasi manusia, dan di dalam negara demokrasi. Mengeluarkan pendapat dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok namun harus dikeluarkan secara bertanggungjawab dan dibatasi oleh hak serta kebebasan orang lain, moral yang baik, serta selalu menjaga ketertiban dalam masyarakat.

Menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

11. Kritik

Di Indonesia istilah kritik pernah dihindari pemakaiannya karena dianggap terlalu destruktif, terlalu tajam, sangat menukik, dan sangat amat menyakitkan bagi orang yang di kritik. Hal itu terjadi karena mengkritik sering dipahami sebagai mencela atau mencari keburukan pihak yang di kritik. Dengan demikian, mengkritik membuat kesal pihak yang di kritik, setidaknya membuat pihak yang di kritik merasa rendah diri. Jadi mengkritik sendiri dipahami sebagai pekerjaan yang melukai seseorang

(35)

(pihak yang di kritik). Mereka yang menganggap seperti itu pada umumnya tidak memahami arti, asal-usul, dan sejarah tentang kritik.

Kritik adalah kecaman atau tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya ( Depdikbud, 2002: 601).

Kata kritik sangat luas dipergunakan dalam berbagai hubungan di kalangan masyarakat dunia, seperti di lingkungan politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, sejarah, musik, seni dan filsafat. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata krinein, yang berarti’menghakimi’,’atau menimbang’. Kata krinein menjadi pangkal atau asal kata kriterion yang berarti’ dasar pertimbangan atau penghakiman’. Orang yang melakukan pertimbangan atau penghakiman disebut krites yang berarti” seorang hakim”, dan kritikos (dalam bahasa Indonesia kritikus) berarti’ hakim kesusastraan’.

Apabila kita membuka kamus bahasa asing, kini kita dapat menemukan kata: (1) kritik (critic) yang mempunyai bentuk criticism, (2) critica (kecaman, kupasan) (3) criticize (mencela, mengecam, mengupas (4) la critique (kupasan, telaah, tinjauan).

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan pembahasan teoretis yang telah dikemukakan pada bagian tinjauan pustaka di atas, berikut ini diuraikan kerangka pikir yang melandasi penelitian ini.

(36)

Kritik merupakan sumbangan yang dapat diberikan oleh peneliti bagi pembinaan dan pengembangan seni maupun penikmat lagu.

Penelitian kritik khususnya analisis syair lagu, misalnya menganalisis politik dapat membantu menafsirkan sebuah karya seni membangun kritik yang komunikatif. Jadi kerangka pikir yang dijadikan acuan peneliti dalam penelitian ini, akan digambarkan dalam bentuk bagan berikut:

(37)

KERANGKA PIKIR

Karya Sastra

Intrinsik Ekstrinsik

Sosial

Aspirasi

Analisis

Demokrasi Kritik

Temuan

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Suharsimi, Arikunto (1992: 89) mendefinisikan variable sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah obyek penelitian, sehingga yang dijadikan titik penelitian dalam suatu penelitian adalah variabel.

Adapun fokus penelitian ini adalah nilai sosial dalam syair lagu

“surat buat wakil rakyat”.

2. Desain Penelitian

Kegiatan penelitian merupakan suatu proses yang sistematis untuk memecahkan masalah, dengan dukungan data sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan. Penelitian bukan hanya merupakan proses sistematis, melainkan juga dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Untuk memperoleh kesimpulan penelitian, maka diperlukan formulasi atau desain yang diniscayakan menjadi strategi mengatur arah penelitian. Dengan demikian, desain penelitian diharapkan mampu menjadi langkah- langkah atau tahap yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian.

Adapun desain yang penulis susun dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut; langkah awal dengan pemahaman terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan dengan judul dengan maksud agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara maksimal. Dilanjutkan dengan

30

(39)

mengadakan studi kepustakaan, guna mengidentifikasi pemilihan dan perumusan masalah penelitian; menyediakan fokus penelitian yang relevan melalui penelaahan pustaka; menyusun dan merumuskan hipotesis, dan memberikan definisi operasional fokus penelitian, sedangkan langkah berikutnya adalah metode penelitian.

Penggunaan metode ini diartikan sebagai prosedur untuk menyelidiki masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang menyertainya.

B. Defenisi Operasional Variabel

Definisi istilah merupakan batasan istilah atau pendefenisian fokus penelitian dalam bentuk yang lebih lugas dan konkret sehingga tidak menimbulkan bias yang membingungkan.

Definisi operasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian terhadap nilai sosial, aspirasi, kritik

C. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan atau buah nyata yang dapat dijadikan kajian (analisis atau simpulan). Data yang dimaksud adalah menyangkut nilai sosial yang terdapat dalam syair lagu Iwan Fals.

2. Sumber Data

(40)

Dengan demikian data dalam penelitian ini adalah syair lagu Iwan Fals yang berjudul surat buat wakil rakyat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dalam rangka penulisan proposal ini, diperoleh dalam melakukan penelitian pustaka (library research). Yakni mengumpulkan data referensi yang dianggap relevan dengan orientasi penelitian. Berikut ikhtisar pengumpulan data yang dimaksud:

1. Dokumentasi dengan mengumpulkan data melalui sumber tertulis.

2. - Mengumpulkan data melalui penelitian pustaka;

- Membaca sejumlah buku dan tulisan yang relevan dengan objek kajian;

- Mencatat bagian yang dianggap relevan sebagai data (yang dianggap sebagai nilai).

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan uraian di atas, maka data dianalisis berdasarkan sosiologi dan pendekatan objektif. Nilai sosial digambarkan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui dua pendekatan yang digunakan. Pendekatan secara sosiologi memandang syair lagu sebagai suatu kesatuan sedangkan pendekatan objektif menganalisis atau menelaah karya dari segi nilai sosial yang dijadikan acuan penelitian, meliputi:

(41)

1. Membaca berulang-ulang dan memahami syair lagu Iwan Fals;

2. Mentranskripsikan data rekaman syair lagu Iwan Fals ke dalam ragam tulis;

3. Menelaah seluruh data yang diperoleh berupa nilai sosial dalam syair lagu Iwan Fals;

4. Mengungkapkan aspek-aspek nilai sosial yang terkandung dalam syair lagu Iwan Fals;

5. Mendeskripsikan aspek-aspek nilai sosial dalam syair lagu Iwan Fals;

6. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data berupa nilai sosial yang telah diamati sebagai hasil penelitian;

7. Bila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut dianggap sebagai hasil akhir.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan (dkk). 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Seni dan Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Arsyad, Midar. 1999. Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta: Rajawali.

Bahari, Gusno. 2008. Analisis nilai-nilai moral pada syair lagu yang terdapat dalam album Munajat Cinta karya Ahmad Dhani: Skripsi. Makassar:

Universitas Muhammadiyah Makassar

Berry, David. 1974. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendi, S. 1997. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende Flores: Nusa Indah.

Endaswara, Suardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widya Tama.

Jabrohim. (ed). 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia.

Junaedie, Moha. 1992 a. Apresiasi Sastra Indonesia. Ujung Pandang: CV Putra Maspul.

Junaedi, Moha. 1992 b. Kritik Sastra Indonesia. Yogyakarta: Gama Media.

Kantaprawita, Rusadi. 1985. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonosia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Pradopo, Djoko. 2003. Prinsi-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Purwadarminta, W. J. S. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Semi, M. Attar. 1992. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

(43)

Setiadi, Elly. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suhardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suharianto. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Suharjo, Parto. 1996. Seni Musik dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Suryabrata, Parto. 1990. Psikologis Kepribadian. Jakarta: Rajawali.

Syafiie dan Azhari. 2008. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama Wellek, Rene dan Warron Austin. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Widjaja, A. W. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: CV Akademika Presindo.

Zainuddin. 1991. Seluk-Beluk Pendidikan dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan secara mendetail hasil penelitian syair lagu surat buat wakil rakyat karya Iwan Fals dan menjelaskan pada bukti-bukti konkrit yang diperoleh dari hasil analisis data yang merupakan hasil penelitian.

A. Penyajian Hasil Analisis

Agar dapat menanggapi semua masalah di dalam penelitian, sebaiknya sesuatu bahan penelitian dicermati dan dipahami secara konsekuen permasalahan yang menjadi fokus penelitian tersebut.

Musisi adalah pekerja seni dalam dunia musik yang menyapa pendegar dan penggemarnya dengan lirik-lirik lagu. Teks lirik lagu yang dituliskan oleh sorang musisi merupakan teks sastra, dan ketika lirik lagu itu dinyanyikan merupakan aktivitas seni yang memadukan kekuatan teks sastra dan alunan musik di atas panggung seni yang dipersembahkan kepada pendengar.

Seorang musisi tentu selalu menjadikan musik sebagai media untuk menuturkan apa yang menjadi bahasa batinnya dengan memakai instrumen musik untuk memahamkan setiap pendengar dan penggemar. Musik tersebutlah yang menjadi unsur terpenting estetika dalam dunia musik yang membedakannya dengan dunia seni yang lain.

Data yang akan disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat nilai sosial sebagai salah satu unsur pembentuk lagu tersebut. Berdasarkan pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis syair lagu surat

34

34

(45)

buat wakil rakyat maka diharapkan dapat mengungkap nilai sosial secara terperinci dan jelas. Nilai sosial yang dimaksud adalah demokrasi, aspirasi, kritik.

1. Nilai Demokrasi

Demokrasi adalah corak pemerintahan yang menjamin kemerdekaan dan persamaan, masalah kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat, kemerdekaan berapat dan berkumpul, kemerdekaan mengatur diri sendiri yang dilandasi corak pemerintahan.

Demokrasi Sosialis adalah lanjutan perjuangan rakyat terlindas dengan syarat-syarat dan dalam bentuk-bentuk baru melawan kaum kapitalis yang ada di dalam negeri dan melawan kekuatan agresif dunia kapitalis yang melingkupinya.

Teks lagu surat buat wakil rakyat karya Iwan Fals merupakan bagian karya sastra, bahkan dapat disebut teks sastra sebelum masuk ke wilayah seni musik. Teks syair surat buat wakil rakyat merupakan lieterer sastra yang sarat dengan nilai sosial pada aspek demokrasi. Nilai demokrasi ini terdapat pada bait pertama lirik lagu surat buat wakil rakyat yang akan dikutipkan sebagai berikut:

“untukmu yang duduk sambil diskusi untukmu yang biasa bersafari

disana di gedung DPR”

Pada kutipan di atas menggambarkan adanya asas dan nilai demokrasi yang dijadikan sebagai payung dan media dalam berdiskusi. Apa yang

(46)

dilakukan oleh anggota dewan dan yang tersaji pada teks lagu di atas memberikan pandangan yang harus diamati bahwa nilai-nilai demokrasi yang kita anut masih menjadi roh di kalangan legislatif kita dalam menjalankan bentuk kegiatan politik.

Pembahasan di atas setidaknya dapat memberikan kita kerangka pandang yang masih harus kita uji secara ketat dengan menggunakan indikator analisis ilmiah secara kritis, bahwa dalam setiap lirik lagu Iwan Fals merupakan pola-pola yang terkonstruk secara moderen sehingga pemaknaannya dapat dirasakan lebih dekat.

Nilai demokrasi yang serupa dengan di atas dapat pula kita lihat pada kutipan syair berikutnya.

saudara dipilih bukan di lotere meski kami tak kenal siapa saudara kami tak sudi memilih para juara juara diam juara he eh juara hahaha

Apa yang tersaji pada kutipan di atas memperjelas bahwa nilai demokrasi yang selama ini kita jadikan sebagai media dalam berpolitik masih memiliki kekuatan yang begitu sangat besar dan mendapat banyak perhatian dari segenap lapisan masyarakat. Hal itu tergambar pada proses pemilihan calon anggota dewan yang dilaksanakan dalam suatu rangkaian sosial politik yang kita sebut dengan istilah pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil rakyat yang nantinya akan duduk di lembaga legislatif, seperti yang telah baru-baru ini kita lewati bersama.

(47)

2. Nilai Aspirasi

Aspirasi adalah harapan akan keberhasilan pada masa yang akan datang

“Dihati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan”

( Surat Buat Wakil Rakyat, Iwan Fals: 1987 )

Kutipan di atas merupakan bentuk ungkapan pengarang agar kiranya anggota dewan membuka ruang yang selebar-lebarnya untuk mendengarkan aspirasi dan pendapat yang ingin dikatakan oleh rakyat, mengenai apa yang dirasakan dan apa yang diinginkan oleh rakyat. Penjelasan di atas menggambarkan adanya suatu harapan besar serta cita-cita luhur yang diinginkan oleh pengarang untuk menjadikan DPR sebagai lembaga yang membuka diri untuk mau mendengarkan keluhan-keluhan rakyat serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dalam segala bentuk kegiatan politik.

Nilai yang serupa dengan di atas dapat pula kita lihat pada kutipan syair berikutnya.

“Jangan ragu jangan takut karang menghadang Bicaralah yang lantang jangan hanya diam”

Kutipan ini juga adalah merupakan bentuk aspirasi yang menyerukan kepada anggota dewan agar jangan takut mengambil keputusan bilamana keputusan itu adalah keputusan yang benar-benar memperjuangkan aspirasi dan hak-hak rakyat. Jangan takut berbuat jika apa yang kita lakukan itu adalah sebuah kebenaran dan jangan hanya duduk diam berpangku tangan

(48)

melihat kebatilan dan kejahatan yang ada didepan mata. Berteriaklah dengan lantang tentang kebenaran yang kau lihat meski badai mengancam.

Penjelasan di atas memberikan pelajaran yang berarti tentang keberanian dan ketegaran dalam menghadapi kondisi yang akan terjadi dikemudian hari. Hal ini tentunya akan terwujud jika kita mempunyai tekad kuat yang dilandasi dengan niat tulus untuk berbuat baik yang menuju sebuah kebenaran yang dicita-citakan bersama memperbaikia kesejahteraan sosial demi kehidupan damai, bahagia dan sejahtera.

3. Kritik

Kritik adalah kecaman atau tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya.

“Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidang soal rakyat”

Bait terakhir yang tersusun dari empat baris lirik lagu adalah merupakan ungkapan kata yang mengandung makna kritikan terhadap kinerja dewan yang tidak sesuai dengan harapan rakyat. Apa yang dilihat oleh sang pengarang membuatnya khawatir atas segala bentuk kerja-kerja dewan yang tidak mencerminkan sebagai sosok legislator yang profesional. Dari kekhawatirannya itu menimbulkan sebuah kepekaan jiwa kritik sebagai manifestasi atas segala keresahan jiwanya. Anggota dewan yang tidur pada sidang berlangsung merupakan bentuk kritikan seorang pengarang terhadap ketidakpuasan kinerja dewan.

(49)

Fungsi estetika sastra pada bait lagu di atas lebih cenderung dekat dengan bahasa jiwa sehingga kekuatan pengungkapan maknanya terasa keras dirasakan oleh yang mendengar lagu tersebut.

Bentuk kritikan lain yang serupa dengan yang di atas dapat kita lihat pada kutipan syair selanjutnya

“Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tahu nyanyian lagu setuju”

Kutipan di atas juga merupakan bentuk kritikan dari pengarang kepada anggota dewan yang cuma dianggap ikut-ikutan mengambil keputusan tanpa menganalisa terlebih dahulu apa yang sebenarnya menjadi substansi dari keputusan itu.

Imbas dari tidurnya anggota dewan yang tidur pada saat sidang berlangsung akhirnya menuai sebuah keputusan yang dilahirkan tanpa semua anggota dewan pro aktif dalam pengambilan keputusan tersebut.

Ketidakterlibatan anggota dewan yang tidur menggambarkan bahwa sebagian anggota dewan hanya tahu kata setuju dalam memutuskan kebijakan tanpa bisa memberikan sumbangsi pemikiran yang kreatif sebagai solusi.

Berdasarkan kutipan diatas pengarang menunjukkan kepekaan jiwa yang kritis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran. Hal ini menunjukkan adanya semangat jiwa dan rasa sosial yang tinggi serta adanya tanggung jawab besar yang dimiliki oleh pengarang terhadap kondisi kehidupan yang terjadi di negara kita.

(50)

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis data tersebut di atas, dapat diurai konklusi analisis bahwa syair lagu surat buat wakil rakyat mengandung nilai sosial yang disampaikan kepada pendengar. Setiap untaian kata yang ada dalam syair lagu tersebut saling berkaitan dan mudah dipahami dan lebih dominan dilihat sebagai ekspresi yang memiliki kekuatan politik yang sarat dengan fenomena sosial.

Faktor sosial pencipta lagu sangat memungkinkan menjadi alasan setiap bait lagu tersebut ditulis dengan merangkum setiap fenomena social yang terjadi di negeri ini.

Syair lagu surat buat wakil rakyat penuh dengan pesan-pesan politis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta penuh dengan interpretasi makna sehingga penggunaan diksi pada syair lagu tersebut menimbulkan nuansa keindahan yang mengalir pada tiap-tiap baitnya. Nilai sosial dalam penelitian ini dibagi atas nilai demokrasi, aspirasi, kritik. Nilai tersebut didapatkan dengan cara mencermati dan membaca syair lagu.

Penggambaran syair lagu surat buat wakil rakyat intinya adalah memberikan pesan nilai sosial. Dari hasil analisi yang ditemukan, beberapa hal yang sangat mendasar terkait dengan nilai sosial antara lain. Pertama nilai demokrasi, internalisasi nilai demokrasi ini tercermin pada bait pertama yang mengarah pada kegiatan anggota dewan yang duduk sambil diskusi dan bersafari di gedung DPR. Penggambaran dari aktivitas anggota dewan di atas menunjukkan adanya nilai-nilai demokrasi yang dijadikan

(51)

sebagai tumpuan dalam menjalankan kegiatan politik. Kedua nilai aspirasi, hal ini tergambar pada bait ketiga yang mengharapkan agar kiranya anggota dewan mendengarkan dan menjadikan aspirasi rakyat sebagai bahan kajian sebelum mengambil keputusan. Pesan yang diamanatkan oleh pengarang pada hal di atas adalah mengharapkan agar lembaga legislatif benar-benar berjalan sesuai dengan fungsinya. Ketiga, kritik yang tergambarkan dalam penggunaan bahasa yang kritis dan keras. Hal ini dapat dilihat pada bait terakhir yang mengkritik anggota dewan yang tidur pada saat sidang sedang berlangsung. Kepekaan jiwa sang pengarang terhadap fenomena politik melahirkan banyak kritik sosial terhadap para pemimpin di negeri ini, utamanya wakil rakyat yang duduk di legislatif.

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis data, hasil yang diperoleh adalah bahwa nilai sosial syair lagu surat buat wakil rakyat berasal dari peristiwa nyata yang dilihat oleh sang pencipta dalam pengamatannya terhadap fenomena sosial politik yang terjadi di negara ini. Kesadaran diri dari sang pengarang menghasilkan buah karya yang penuh dengan kritikan pedas sehingga karyanya ini pernah dilarang diputar di media televisi karena dianggap terlalu menghina anggota dewan.

Nilai sosial yang dapat kita petik dari syair lagu di atas mudah- mudahan dapat menjadi cerminan bagi masyarakat bahwa pengawasan terhadap segala bentuk kerja-kerja dewan harus mendapat pengawalan agar apa yang nantinya mereka putuskan dan kerjakan dapat sesuai dengan apa yang kita inginkan bersama. Untuk itu rasa cinta tanah air dan semangat nasionalisme harus kita kembangkan sebagai wujud kepedulian dan bukti cinta kita terhadap bangsa dan negara ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi acuan yang baik bagi orang yang telah membaca skripsi ini, khususnya bagi penulis sebagai acuan untuk mengaruhi kehidupan dimasa yang akan datang.

42

(53)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran dan usulan sebagai berikut:

1. Mahasiswa, khususnya mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan dapat lebih meningkatkan penelitian karya sastra yang lebih baik, khususnya dalam menganalisis nilai-nilai moral dalam karya sastra.

2. Pembaca, agar dapat mengambil suatu pelajaran dalam kehidupan, karena kehidupan ini penuh dengan cobaan, ujian, dan godaan yang harus kita atasi agar terhindar dari kehidupan yang sia-sia.

3. Diharapkan juga, pembaca memperoleh manfaat dari hasil penelitian ini.

4. Peneliti, bila ada yang ingin meneliti karya sastra ini, diharapkan dapat meneliti dan mengkaji hal-hal yang sangat penting dalam karya sastra.

(54)

Untuk yang biasa baesafari Disana, di gedung DPR Wakil rakyat kumpulan orang hebat Bukan kumpulan teman-taman dekat

Apalagi sanak family

Di hati dan lidah mu kami berharap Suara kami tolang dengar lalu sampaikan Jangan ragu jangan takut karang menghalang Bersuarahlah yang lantang jangan hanya diam

Di kantong safari mu kami titipkan Masa depan kami dan negeri ini

Dari sabang sampai marauke Saudara dipilih bukan di lotre Meski kami tak kenal siapa saudara

Kami tak sudi memilih para juara Juara diam, juara hehe juara hahaha

Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu siding soal rakyat

Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tau nyanyian lagu setuju

(55)

Kabupaten Enrekang. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara buah kasih dan cinta dari pasangan Alm.Rusli Dulla dan Hasnawati.

Penulis memulai jenjang pendidikan dasar ke bangku SD MI GUPPI Kambiolangi pada tahun 1996 dan tamat pada tahun 2002. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan ke MTS MU’ALLLIMIN Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2005. Kemudian pada tahun itu juga, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMA Muhammadiyah 9 Makassar pada tahun 2005 dan berhasil lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, ia diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Muhammadiah Makassar.

Berkat petunjuk Allah swt., penulis dapat menyelesaikan studi dengan judul skripsi

“NILAI SOSIAL SYAIR LAGU SURAT BUAT WAKIL RAKYAT KARYA IWAN FALS” .

Referensi

Dokumen terkait

Japanese art. manga aimed at a young male audience. The age group varies with individual readers and different magazines, but it is primarily intended for boys and

Produk asuransi kesehatan tidak secara khusus dipasarkan oleh sektor asuransi umum atau asuransi jiwa saja tapi boleh keduanya, saat ini ditambah BPJS Kesehatan

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Susunan Berkala (Tabel Periodik Panjang) adalah suatu tabel yang terdiri dari unsur-unsur yang disusun berdasrkan golongan dan nomor atomnya yang dipakai untuk Ilmu Pengetahuan

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Penulisan ilmiah ini menggambarkan cara pembuatan visualisasi Control Product dengan menggunakan visual basic 6.0, yang disertai dengan tampilan menu untuk memilih operasi

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Perkembangan internet saat ini sebagai sarana untuk memperoleh informasi semakin banyak digunakan, karena jangkauannya luas, Internet sangat ideal bila digunakan sebagai sarana