• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau Tahun"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Pengantar Halaman BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...1

B. LANDASAN HUKUM ...4

C. MAKSUD DAN TUJUAN ...10

D. SISTEMATIKA PENULISAN ...11

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI RIAU A. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI ...13

1. STRUKTUR ORGANISASI ...13

2. URAIAN TUGAS...14

B. SUMBER DAYA SKPD...19

A. SUMBER DAYA MANUSIA ...19

B. SARANA DAN PRASARANA ...21

C. KINERJA PELAYANAN SKPD...25

BAB III ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ...58

B. TELAAH VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH TERPILIH...60

C. TELAAHAN RENSTRA K/L ...64

D. PENENTUAN ISU – ISU STRATEGIS ...71

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN A. TUJUAN DAN SASARAN ...72

B. STRATEGI DAN KEBIJAKAN ...82

1. STRATEGI...82

2. KEBIJAKAN ...84

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF...92

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD INDIKATOR KINERJA SKPD...115

BAB VII PENUTUP PENUTUP ...117 Lampiran

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan karuaniaNYA Kami dapat menyusun revisi Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau Tahun 2014 – 2019. Penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah ini dipergunakan sebagai sebuah dokumen yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan Dinas Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau. Hal ini merupakan tindaklanjut dari implementasi dari Undang – undang No. 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan merupakan penjabaran RPJMD Provinsi Riau sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Disadari bahwa dalam penyusunan Rencana Strategis Perangkat

Daerah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, Renstra yang

disusun dalam Dokumen ini belum seluruhnya memenuhi keinginan atau

kebutuhan sebagaimana yang diharapkan, namun dapat menjadi panduan

dan bermanfaat khususnya bagi para pengelola dan pelaksana program di

lingkungan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Provinsi Riau, serta Organisasi Perangkat Daerah terkait lintas sector dan

siapa saja yang memiliki perhatian dan kepentingan terhadap

program/kegiatan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan

(4)

masukannya dari berbagai pihak sebagai bahan untuk penyempurnaan dan perbaikan Rencana Strategis ini dimasa yang akan dating guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memfasilitasi menanggulangi masalah sosial masyarakat.

Akhirnya, terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi sejak awal proses penyusunan Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau Tahun Anggaran 2014 – 2019 ini hingga selesai.

Pekanbaru, Juli 2017

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau

Dra. T. Effiza Hidayati, MM Pembina Utama Muda

NIP. 19611219 198503 2 005

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana strategis (Renstra) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang berisi tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Proses penyusunan renstra perangkat daerah meliputi: (1) Persiapan Penyusunan Renstra; (2) Penyusunan rancangan Renstra; (3) Penyusunan Rancangan Akhir Renstra; dan (4) penetapan Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau daerah memiliki keterkaitan dengan dokumen perencanaan baik ditingkat nasional dan provinsi. Keterkaitan Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau dengan RPJMD, Renstra Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan dengan Renja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau diuraikan sebagai berikut. Penyusunan Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau mengacu pada tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Perangkat Daerah Provinsi, Peraturan Kepala Daerah Provinsi tentang Tugas dan Fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau, RPJMD Provinsi Riau, dan memperhatikan Renstra Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau, dan Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD Provinsi Riau

(6)

Tahapan penyusunan rancangan Renstra Perangkat Daerah Provinsi dapat digambarkan dalam bagan alir sebagai berikut:

Gambar 1.1 Bagan Alir Penyusunan Rancangan Renstra Perangkat Daerah Provinsi

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat strategis. Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau yang disusun setiap tahun selama kurun waktu lima tahun. Selain itu Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

(7)

Perlindungan Anak Provinsi Riau menjadi acuan dalam pengendalian dan evaluasi pembangunan pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau, baik evaluasi Renstra maupun evaluasi Renja.

(8)

B. Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau tahun 2014 - 2019 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Perempuan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 Tentang Pengesahan Ilo Convention No. 138 Concerning Minimum Age For Admission To Employment (Konvensi Ilo Mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 56; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3835)

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 3;

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3941);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 208; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4026);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109), sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23

(9)

Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78; Tambahan Lembaran Negara Ri Nomor 4301);

10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4419;

12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

13. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

14. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);

15. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

(10)

16. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Pedagangan Orang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635);

17. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

18. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);

19. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Ratifikasi Konvensi PBB Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisir (UNLA TOL) (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4960 );

20. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol Mencegah, Menindak dan Menghukum Perdagangan Orang terutama Perempuan dan Anak (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4990);

21. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol Menentang Penyelundupan Migran Melalui Darat, Laut dan Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 54);

22. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144;

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

23. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

24. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(11)

25. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332);

26. Undang-Undang Nomor Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7;

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

27. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

28. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

29. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140);

30. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

32. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran

(12)

33. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2008 tentang Tatacara dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4818);

34. Peraturan Presiden Nomor 69 tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 162);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

36. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

37. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698);

38. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123);

40. Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

(13)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123;

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539).

41. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 3);

42. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Nasional;

43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

44. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517).

45. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Riau Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Riau Nomor 9);

46. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2009-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Riau Nomor 10);

47. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Hak Dasar Anak;

(14)

48. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah No. 4 tahun 2016).

49. Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tatakerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau;

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) DinasPemberdayaanPerempuandanPerlindunganAnakProvinsi Riau adalah menyediakan dokumen perencanaan untuk kurun waktu lima tahun yang mencakup gambaran kinerja, permasalahan, isu strategis tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan perangkat daerah sebagai penjabaran dari RPJMD sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah.

Tujuan dari penyusunan Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau adalah:

1) Memberikan arahan tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan selama kurun waktu lima tahun dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DinasPemberdayaanPerempuandanPerlindunganAnakProvinsi

Riau dalam mendukung Visi dan Misi

GubernurdanWakilGubernurProvinsi Riau

2) Menyediakan tolok ukur kinerja pelaksanaan program dan kegiatan perangkat daerah untuk kurun waktu tahun lima tahun dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai dasar dalam melakukan pengendalian dan evaluasi kinerja perangkat daerah.

3) Memberikan pedoman bagi seluruh aparatur DinasPemberdayaanPerempuandanPerlindunganAnakProvinsi Riau dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) perangkat daerah yang merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah tahunan dalam kurun waktu lima tahun.

(15)

D. Sistematika Penulisan

Rencana Strategis Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau tahun 2014 - 2019 disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, sistematika penulisan Rencana Strategis perangkat daerah.

Bab II Gambaran Pelayanan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau

Bab ini berisi tentang tugas, fungsi, dan struktur organisasi perangkat daerah, sumber daya perangkat daerah, kinerja pelayanan perangkat daerah, serta tantangan dan peluang pengembangan pelayanan perangkat daerah.

Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Bab ini berisi tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan perangkat daerah, telaahan Renstra Kementerian/ lembaga, telaahan Renstra perangkat daerah Provinsi, telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), telaahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), dan Penentuan Isu-isu Strategis.

Bab IV Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Bab ini berisi tentang tujuan dan sasaran jangka menengah perangkat daerah, strategi dan kebijakan perangkat daerah.

Bab V Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif

Bab ini berisi tentang Rencana Program dan Kegiatan, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif perangkat daerah.

Bab VI Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada

(16)

Bab ini berisi tentang indikator kinerja perangkat daerah Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD.

Bab VII Penutup

Bab ini berisi tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan Renstra perangkat daerah.

(17)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI RIAU

A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah 1. Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riaudibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau, dan Peraturan Kepala daerah Nomor 72 tahun 2016 tentang Uraian Tugas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau. Susunan organisasi perangkat daerah adalah sebagai berikut:

1) Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

2) Sekretariat, terdiri atas:

a. Subbagian Perencanaan Program;

b. Subbagian Keuangan, Perlengkapan dan Pengelolaan Barang Milik Daerah;

c. Subbagian Kepegawaian dan Umum.

3) Bidang Pemberdayaan Perempuan, terdiri atas:

a. Seksi Pengarusutamaan Gender;

b. Seksi Kualitas Hidup Perempuan; dan c. Seksi Ketahanan Keluarga.

4) Bidang Perlindungan Hak Perempuan, terdiri atas:

a. Seksi Hak Perempuan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga;

b. Seksi Ketenagakerjaan dan Trafficking; dan c. Seksi Hak Perempuan Dalam Kondisi Khusus.

5) Bidang Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak, terdiri atas:

a. Seksi Perlindungan Anak;

(18)

6) Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data, terdiri atas:

a. Seksi Partisipasi Lembaga Masyarakat;

b. Seksi Data Gender dan Anak; dan c. Seksi Informasi dan Publikasi.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas PP dan PA Provinsi Riau

2. Uraian Tugas

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 67 Tahun 2016 Tentang uraian tugas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

(19)

Perlindungan Anak Provinsi Riau melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadikan kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada daerah untuk Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan pada Sekretariat, Bidang Pemberdayaan Perempuan, Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Bidang Perlindungandan Tumbuh Kembang Anak, bidangpartisipasi Masyarakat dan Data;

b. Pelaksanaan kebijakan pada Sekretariat, Bidang Pemberdayaan Perempuan, Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Bidang Perlindungandan Tumbuh Kembang Anak, Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan padaSekretariat, Bidang Pemberdayaan Perempuan, Bidang Perlindungan Hak Perempuan, BidangPerlindungandan Tumbuh Kembang Anak, Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data;

d. Pelaksanaan administrasi pada Sekretariat, Bidang Pemberdayaan Perempuan, Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Bidang Perlindungandan Tumbuh Kembang Anak, Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data; dan

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsinya

(20)

Uraian tugas dan fungsi masing-masing jabatan sesuai Peraturan Kepala daerah Nomor67 tahun 2017 Tentang Struktur organisasi, tugas dan fungsi perangkat daerah sebagai berikut:

1) Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

 Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah pada bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala DinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsi pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

2) Sekretaris

 Sekretaris mempunyai tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan, Perlengkapan dan Pengelolaan Barang Milik Daerah, dan Subbagian Kepegawaian dan Umum

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sekretaris menyelenggarakan fungsi.

a. Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Sekretariat;

b. Penyelenggaraan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas di lingkungan Sekretariat;

c. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala DinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan

(21)

d. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan fungsinya.

3) Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan

 Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuanmempunyai tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada Seksi Pengarusutamaan Gender, Seksi Kualitas Hidup Perempuan dan Seksi Ketahanan Keluarga.

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang menyelenggarakan fungsi;’

a. penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang Pemberdayaan Perempuan;

b. penyelenggaraan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas di lingkungan Pemberdayaan Perempuan;

c. penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporanpelaksanaan tugas sesuai dengan tugas yang telahdilaksanakan kepada Kepala DinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan

d. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan fungsinya

4) Kepala Bidang Perlindungan Hak Perempuan

 Kepala Bidang Perlindungan Hak Perempuan mempunyai tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada Seksi Hak Perempuan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Seksi Ketenagakerjaan dan Trafficking, dan Seksi Hak Perempuan Dalam Kondisi Khusus

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang menyelenggarakan fungsi ;

a. Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang Perlindungan Hak Perempuan;

b. Penyelenggaraan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas di lingkungan Bidang Perlindungan Hak

(22)

c. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala DinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; danpelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan fungsinya.

5) Kepala Bidang Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak

 Kepala Bidang Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak mempunyai tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada Seksi Perlindungan Anak, Seksi Tumbuh Kembang Anak, dan Seksi Partisipasi Anak

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak;

b. penyelenggaraan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas di lingkungan Bidang Perlindungan dan Tumbuh Kembang Anak;

c. penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala DinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan

d. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan fungsinya.

6) Kepala Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data

 Kepala Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data mempunyai tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada SeksiPartisipasi Lembaga Masyarakat, Seksi Data Gender dan Anak, Seksi Informasi dan Publikasi

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Bidang menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data;

(23)

b. penyelenggaraan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil pelaksanaan tugas di lingkungan Bidang Partisipasi Masyarakat dan Data;

c. penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala DinasPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan

d. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan fungsinya.

B. Sumber Daya Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau

1. Sumberdaya Manusia (Pegawai)

Sumber daya Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau terdiri dari sumber daya manusia (pegawai) dan sumber daya asset. Masing-masing sumber daya tersebut dijelaskan melalui uraian di bawah ini.

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Perangkat Daerah Tahun 2017

No Tingkat

Pendidikan Laki-LakiASN (orang)Perempuan Laki-Laki PerempuanNon ASN (orang) Jumlah

1 SMP 1 1

2 SMA 2 6 10 1 19

3 D3 3 8 - - 11

4 S1 4 33 6 5 48

5 S2 2 13 - - 15

Jumlah 12 60 16 6 94

Sumber: Dinas PP dan PA Prov Riau

Sumber daya aparatur pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagamana diatur dengan Peraturan Gubernur Provinsi Riau Nomor 72 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan dan Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Perempuan

(24)

pegawai yang terdiri dari 72 orang ASN dan 22 Non ASN. Sebagian besar tingkat pendidikan Pegawai di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau adalah S1 sebanyak 48 orang, disusul kemudian SMA 19 orang dan S2 sebanyak 15 orang.

Sedangkan berdasarkan tingkat golongan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau terdiri dari Golongan IV sebanyak 16 orang, Golongan III sebanyak 49 orang dan Golongan II tercatat sebanyak 6 orang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau Tahun 2017

NO Jenis Golongan Laki - laki PerempuanJenis Kelamin Jumlah

1 2 3 4 5

1 Pembina Utama Muda ( IV c ) 1 1

2 Pembina Tk I (IV b ) 5 5

3 Pembina ( IV a ) 1 9 10

4 Penata Tk I ( III d ) 4 10 14

5 Penata ( III c ) 1 8 9

6 Penata Muda Tk I ( III b ) 1 15 16

7 Penata Muda ( III a ) 1 9 10

8 Pengatur Tk I ( II d ) 2 1 3

9 Pengatur ( II c ) 1 2 3

10 Pengatur Muda ( II a ) 1 1

Jumlah 12 60 72

Sumber : Dinas PP & PA Prov Riau, 2017

(25)

2. Sarana dan Prasarana (Asset)

Sumber daya aset prasarana dan sarana yang dimiliki oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3

Jumlah Sarana dan Prasarana Berdasarkan Kondisi di Perangkat Daerah Tahun 2017

No Nama Barang Jumlah Satuan Keadaaan

Baik Kurang

Baik Rusak Berat

1 2 3 4 5 6 7

1 Stationary Genset Set 2 Unit 1 1

2 Mesin Absensi 3 Unit 3

3 Lemari Besi 6 Unit 4 2

4 Mobil Perlindungan

Masyarakat 1 Unit 1

5 Filling Besi/metal 9 Unit 5 4

6 Lemari Kaca 4 Unit 2 2

7 Display 8 Unit 3 5

8 Meja Rapat 28 Unit 28

9 Kursi Tamu 7 Unit 5 2

10 Kursi Putar 23 Unit

11 Kursi Biasa 2 Unit 2

12 Meja Komputer 6 Unit 1 5

13 Tikar 2 Unit 1 1

14 Mesin Penghisap debu 1 Unit 1

15 Lemari Es 7 Unit 7

16 AC Split 48 Unit 35 13

17 Power Conditioner 1 Unit 1

18 Alat Dapur Lainnya 5 Unit 4 1

19 Televisi 12 Unit 9 3

20 Londspeker 2 Unit 2

21 Sound System 1 Unit 1

(26)

No Nama Barang Jumlah Satuan Keadaaan Baik Kurang

Baik Rusak Berat

24 Camera Video 2 Unit 1 1

25 Gambar Presiden/Wakil

Presiden 1 Unit 1

26 Dispenser 8 Unit 2 6

27 Alat Rumah Tangga

Lainya 39 Unit 30 4 5

28 Gorden 2 Unit 1 1

29 LAN ( Local Area Network

) 1 Unit 1

30 PC Unit 42 Unit 39 3

31 Laptop 15 Unit 11 4

32 Printer 26 Unit 21 5

33 Scaner 3 Unit 1 2

34 Server 1 Unit 1

35 Peralatan Jaringan

Lainya 1 Unit 1

36 Meja Kerja Pejabat

Esselon II 2 Unit 2

37 Meja Kerja Pejabat

Esselon III 4 Unit 4

38 Meja Kerja Pegawai Non

Struktural 89 Unit 70 19

39 Meja Rapat Pejabat

Esselon II 3 Unit 3

40 Meja Rapat Pejabat

Eselon III 1 Unit 1

41 Meja Tamu Ruangan Tunggu Pejabat Esselon III

5 Unit 4 1

42 Meja Bundar 1 Unit 1

43 Meja Rapat Pejabat Lain

– lain 1 Unit 1

44 Kursi Kerja Pejabat

Esselon II 1 Unit 1

45 Kursi Kerja Pejabat

Esselon III 4 Unit 2 2

46 Kursi Kerja Pejabat

Esselon IV 1 Unit 1

47 Kursi Kerja Pegawai Non

Struktural 30 Unit 30

48 Kursi Putar 67 Unit 50 2 15

49 Kursi Rapat Ruangan 94 Unit 89 5

(27)

No Nama Barang Jumlah Satuan Keadaaan Baik Kurang

Baik Rusak Berat Staf

50 Kursi Hadap Pejabat

Esselon II 2 Unit 2

51 Kursi Tamu Ruangan

Pejabat Esselon II 2 Unit 1 1

52 Kursi Tamu Ruangan

Pejabat Esselon III 5 Unit 4 1

53 Lemari Buku Ruangan

Pejabat Esselon II 2 Unit 2

54 Lemari Buku Untuk

Pustaka 1 Unit 1

55 Lemari Arsip Dinas 16 Unit 14 2

56 Compac Disc Player 1 Unit 1

57 Micropon Connector Box 2 Unit 1

58 Audio Amplifier 2 Unit 2

59 Infokus 6 Unit 6

60 Power Supply 2 Unit 2

61 Mesin Ketik Elektronik 2 Unit 2

62 Mesin Hitung Elektronik 1 Unit 1

63 Buffet televisi 2 Unit 2

64 White Board 1 Unit 1

65 Mesin Pel 1 Unit 1

66 Mesin Potong Rumput 1 Unit 1

67 Alat Hiasan 3 Unit 3

68 Tiang Bendera 10 Unit 10

69 Tangga Alumunium 2 Unit 2

70 Alat Pemotong Kertas 1 Unit 1

71 Facsimile 2 Unit 2

72 Bangunan Gedung

Kantor 2 Unit 2

73 Layar 1 Unit 1

74 Tanaman Bunga Hias 1 Unit 1

75 Buku Perpustakaan 62 Unit

76 Meja Tenis Meja 1 Unit 1

Sumber : Dinas PP & PA Prov Riau, 2017

(28)

C. Kinerja Pelayanan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2009-2013

Target indikator renstra periode tahun 2009-2013 merupakan periode pertama terbentuknya urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau, secara garis besar pencapaian target kinerja renstra periode tahun lalu adalah kurang bagus itu di tandai dengan berdasarkan beberapa indikator yang ada tidak ada penargetan pada setiap tahunya sehingga tidak bisa memberikan informasi secara jelas sejauh mana pencapaian renstra tahun 2009- 2013. Namun yang menjadi permasalahan adalah terjadinya peningkatan yang signifikan terhadap persentase kekerasan terhadap perempuan dan anak yaitu dari 0.29 % pada tahun 2009 naik menjadi 0.49 pada tahun 2011, artinya kenaikan hampir 100 % terjadi kekerasan pada perempuan dan anak, Sedangkan pada Perangkat daerah yang Melaksanakan PPRG ini masih jauh dari target yang di tentukan, pada target yang ditentukan adalah 2 tahun pada perangkat daerah sudah Melaksanakan, namun dalam pencapaianya jauh dari target yang ditentukan. Sampai dengan periode akhir renstra saja baru lebih kurang 40 % dari total Perangkat daerah yang melaksanakan PPRG.

(29)

Tabel 2.4

Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Provinsi Tahun 2009 -2013

Tahun

2009 Tahun

2010 Tahun

2011 Tahun

2012 Tahun

2013 Tahun

2009 Tahun

2010 Tahun 2011 Tahun

2012 Tahun 2013 Tahun

2009 Tahun 2010 Tahun

2011 Tahun 2012 Tahun

2013 1

meningkatnya peran serta dan kesetaraan Gende dalam

Pembangunan Orang 150 Orang 30 Org 30 Org 30 Org 30 Org 30 Org 30 Org 30 Org 30 Org 30 Org 30 Org 100 100 100 100 100

2

Meningkatnya Kualitas hidup dan perlindungan perempuan serta anak dengan mengurangi kekerasan rumah tangga

paket 5 paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 100 100 100 100 100

3

Meningkatnya Kualitas hidup dan perlindungan perempuan serta anak dengan pemahaman ibu rumah tangga terhadap pembinaan dan tumbuh kembang anak dan peran organisasi perempuan

paket 5 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 100 100 100 100 100

4

Meningkatnyta Kualitas hidup perlindungan perempuan dan Anak dengan membina keluarga sejahtera lahir dan Batin

paket 5 paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 100 100 100 100 100

5 Persentase PD yang

melaksanakan PPRG % 0 50 50 51.1 37.2 0 34.8 13.9 0 #DIV/0! 69.60 27.8 0 0

6 Persentase perempuan di

lembaga legislatif % 30 30 30 30 30 30 18.18 18.18 18.18 18.18 18.18 60.6 60.6 60.6 60.6 60.6

7

Persentase Perempuan sebagai tenaga Manager, Profesional,

Administrasi, Teknisi % 0 0 0 0 0 48.24 52.94 65.34 69.05 69.78 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

8

Persentase Sumbangan pendapatan perempuan dalam

keluarga % 0 0 0 0 0 27.04 26.02 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

9

Persentase kelembagaan PUG

yang aktif % 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 100

10 Rasio kekerasan terhadap

perempuan Per 1000 Perempuan 0 0 0 0 0 0.029 0.041 0.049 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

11 Rasio perempuan korban

perdagangan orang Per 1000 Perempuan 0 0 0 0 0 0.002 0.003 0.003 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

12

Persentase perempuan korban kekerasan yang dilayani

sesuai standar % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

13

Persentase kasus TPPO yang telah diputuskan oleh

pengadilan (inkracht) % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

NO Indikator Kinerja Satuan Target

Indikator Lainnya

Target Renstra Perangkat Daerah

pada Tahun ke- Realisasi Capaian

pada Tahun ke- Rasio Capaian

pada Tahun ke-

(30)

Tahun

2009 Tahun

2010 Tahun

2011 Tahun

2012 Tahun

2013 Tahun

2009 Tahun

2010 Tahun 2011 Tahun

2012 Tahun 2013 Tahun

2009 Tahun 2010 Tahun

2011 Tahun 2012 Tahun

2013 14

Perentase korban TPPO yang mendapatkan pelayanan di lembaga layanan sesuai standar

% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

15

Persentase lembaga layanan perlindungan perempuan (Pusat Pelayanan Terpadu) yang aktif

% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

16

Persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 Pusat Pembelajaran Keluarga

(PUSPAGA) sesuai standar % 0 0 0 0 0 0 0 16.67 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

17

Jumlah PD yang memiliki sistem data gender dan anak

dibagi Jumlah PD dikali 100 % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

18 Persentase kabupaten/kotaLayak Anak % 0 0 0 0 0 0 0 33.3 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

19

Persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 2 Forum Anak Kecamatan dan minimal 2 Forum Anak Desa/Kelurahan

% 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

20

Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan afirmatif peningkatan akte kelahiran

% 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

21

Persentase kota

kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) sesuai standar

% 0 0 0 0 0 0 0 41.7 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

22

Persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA) sesuai standar

% 0 0 0 0 0 0 0 33.3 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

23

Presentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 Pusat Kreativitas Anak (PKA) sesuai standar

% 0 0 0 0 0 0 0 25.0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

24

Persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 2 lembaga layanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) sesuai standar

% 0 0 0 0 0 0 0 50.0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

25

Persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 4 model Sekolah Ramah Anak (SRA) (SD, MI, SMP, MTs) sesuai standar

% 0 0 0 0 0 0 0 25.0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Target Renstra Perangkat Daerah

pada Tahun ke- Realisasi Capaian

pada Tahun ke- Rasio Capaian

pada Tahun ke-

NO Indikator Kinerja Satuan Target

Indikator Lainnya

(31)

Tahun

2009 Tahun 2010 Tahun

2011 Tahun

2012 Tahun

2013 Tahun

2009 Tahun 2010 Tahun

2011 Tahun 2012 Tahun

2013 Tahun 2009 Tahun

2010 Tahun 2011 Tahun

2012 Tahun 2013 26

Persentase lembaga pengasuhan alternatif ramah anak sesuai standar

% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

27 Persentase anak korban

kekerasan % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

28

Persentase anak yang berhadapan dengan

hukum; % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

29 Persentase pekerja anak % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

30

Persentase anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan sesuai standar

% 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0.0093139 0.01 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

31

Persentase Lembaga penyedia layanan bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus yang sesuai dengan standar.

% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

32

Persentase kabupaten/kota melaksanakan Program Perlindungan Anak

% 0 0 0 0 0 0 0 16.67 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

33 Skor capaian Kinerja Skor B + B B B B B + B B B B B #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE! #VALUE!

NO Indikator Kinerja Satuan Target Indikator

Lainnya

Target Renstra Perangkat Daerah

pada Tahun ke- Realisasi Capaian

pada Tahun ke- Rasio Capaian

pada Tahun ke-

(32)

Penyebab terjadinya permasalahan diatas diakarenakan oleh beberapa hal :

1. Masih rendahnya pemahaman stake holder dalam melaksanakan PPRG pada perangkat daerah, dikarenakan kekurangan SDM pendamping dan komitmen yang masih rendah;

2. Masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak ini dikarenakan beberapa factor diantaranya adalah masih tingginya angka kemiskinan;

3. Masih rendahnya pemenuhan hak dan perlindungan anak;

4. Perangkat daerah yang baru dibentuk sehingga koordinasi masih belum masksimal;

(33)

Tabel 2.5

Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Perangkat Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 – 2013

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2009 Tahun

2010 Tahun 2011 Tahun

2012 Tahun 2013 1 Program keserasian kebijakan

peningkatan kualitas Anak dan Perempuan

1.181.777.300 917.766.500 400.000.000 - 1.851.330.000 967.917.832 879.254.706 321.355.380 - 1.620.132.800 57,19 95,80 80,34 #DIV/0! 87,51

2 Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

- - - 490.603.000 803.522.000 - - - 481.595.000 708.756.200 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 98,16 88,21 3 Program Peningkatan Kualitas

Hidup dan Perlindungan Perempuan

281.239.400 463.650.150 720.000.000 4.270.335.600 1.835.000.000 277.640.900 438.277.150 657.519.600 3.396.875.225 1.616.931.200 98,72 94,53 91,32 79,55 88,12

4 Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan

2.473.845.850 1.194.017.935 1.920.000.000 265.845.000 1.925.000.000 2.281.285.622 1.168.368.860 1.719.932.725 247.242.500 1.751.420.250 92,22 97,85 89,58 93,00 90,98 5 Program pelayanan administrasi

perkantoran 803.319.825 1.037.663.125 750.790.000 820.000.000 1.756.000.000 675.846.350 987.217.287 701.175.948 746.452.287 1.538.806.840 84,13 95,14 93,39 91,03 87,63 6 Program peningkatan sarana

dan prasarana aparatur 134.999.500 312.555.000 230.000.604 130.000.000 213.000.000 127.485.050 298.526.500 226.924.500 114.039.000 193.340.500 94,43 95,51 98,66 87,72 90,77 7 Program peningkatan disiplin

aparatur 96.150.000 62.100.000 30.625.000 - 80.000.000 81.406.909 58.879.500 29.770.400 - 64.900.000 84,67 94,81 97,21 #DIV/0! 81,13

8 Program peningkatan kapasitas

sumber daya aparatur 75.000.000 67.700.000 50.000.000 50.000.000 70.000.000 65.300.000 65.150.000 44.800.000 47.500.000 49.850.000 87,07 96,23 89,60 95,00 71,21 9 Program peningkatan

pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

69.848.400 76.676.500 45.894.000 303.000.000 278.350.000 66.286.750 72.291.500 36.418.500 270.168.800 109.568.925 94,90 94,28 79,35 89,16 39,36

No Program

Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke-

(34)

Gambaran mengenai pencapaian kinerja Perangkat Daerah dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Pencapaian kesetaraan dan keadilan gender dapat dilihat dari indikator utama yaitu Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Secara khusus IPG telah berubah cara menghitung, yaitu selain tidak lagi digunakan angka melek huruf sebagai indikator pembentuk IPG, juga cara merumuskan IPG berubah yaitu memperbandingkan IPM perempuan dibagi IPM laki-laki kali 100. Cara membacanya juga berubah yaitu dengan cara membandingkan antara hasil IPG dengan angka 100. Semakin jauh atau semakin rendah dari angka 100 maka semakin tinggi kesenjangan.

IPG Provinsi Riau jauh dibawah capaian nasional. Dari angka penyesuaian IPG dibawah ini dapat dilihat angka IPG terus meningkat dari waktu ke waktu namun jauh dari capaian IPG Nasional berikut Tabel perbandingan IPG Provinsi Riau :

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2015.

Gambar 2.1 Grafik Persandingan Capaian IPG Provinsi Riau dengan IPG Nasional

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2010 2011 2012 2013 2014

IPG RIAU IPG NASIONAL

(35)

Dilihat capaian IPG kabupaten kota Riau menunjukan terdapat kesenjangan antar kabupaten kota. Kabupaten Kuantan Singingi merupakan Kabupaten dengan IPG tertinggi sedangkan Kabupaten Rokan Hilir capaian IPGnya rendah. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2015

Gambar 2.2 Grafik Persandingan Capaian IPG Kabupaten Kota se Provinsi Riau Dengan IPG Provinsi

Jika diperbandingkan dengan provinsi lain di sekitar Riau menunjukan capaian Riau nomor dua terendah, berada dibawah Sumatera dan kepulauan riau. Selengkapnya dapat disimak pada gambar berikut :

0 50 100

2010 2011 2012 2013 2014

Kuantan Singingi Indragiri hulu Indragiri Hilir

Pelalawan Siak Kampar

Rokan Hulu Rokan Hilir bengkalis Kepulauan Meranti Pekanbaru Dumai Provinsi Riau

(36)

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2015

Gambar 2.3 Grafik Persandingan Capaian IPG Provinsi Riau Dengan IPG Provinsi Lainnya dan IPG Nasional Selain IPG indikator yang harus dicapai adalah Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Indeks ini adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi.

Capaian IDG Riau pada tingkat provinsi cukup baik, berada diatas rata-rata nasional dengan selisih angka yang tidak besar, dengan pertumbuhan meningkat sedikit demi sedikit. Hal ini dapat dlihat pada grafik berikut :

(37)

Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2015

Gambar 2.4 IDG Provinsi Riau dan Provinsi Sekitar 2014 Jika dilihat dari capaian IDG Kabupaten Kota di Provinsi Riau, maka kesenjangan antar kabupaten kota nampak sedemikian jauhnya. Kabupaten Pelalawan, Siak dan bengkalis memiliki angka dbawah 50, bahkan Kabupaten Pelalawan hanya 46.92 Beberapa penyebab yang nampak mencolok adalah jumlah perempuan di parlemen.

2. Data Kekerasan Perempuan dan Anak

Di dalam masyarakat umumnya dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan kekerasan, seperti antara lain, “violence against women, “gender based violence”, “gender violence”,

“domestic violence” yang korbannya adalah perempuan, sementC.ara bagi anak-anak dikenal juga istilah, “working children”, “street childern”, “childern in armed conflict”, “urban war zones”, dan sebagainya. Perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan untuk menjadi korban kekerasan walaupun kecenderungan akhir-akhir ini kelompok ini juga menjadi kelompok pelaku pada perempuan dan anak lainnya.

(38)

a) Jenis dan Korban Tindak Kekerasan

Kekerasan pada perempuan dan anak jika dilihat dari jenis dan tempatnya dapat dilihat dari dua sumber di bawah ini.

Tabel 2.6

Jumlah Kasus Kekerasan Pada Perempuan dan Anak Yang Ditangani P2TP2A Provinsi Riau Tahun 2014-2016

No Jenis Kasus 2014 Tahun2015 2016 Jumlah

1 KDRT 50 41 72 163

2 Kekerasan Seksual 33 32 38 103

3 Hak Asuh Anak 9 14 26 26

4 Kekerasan Fisik 14 7 4 25

5 Kekerasan Psikis /

Bullying 3 8 6 17

6 ABH 7 1 10 18

7 Narkoba 0 3 3 6

8 Trafficking 3 5 3 11

9 Dll 17 21 13 51

Jumlah 136 132 175 443

Sumber : P2TP2A Provinsi Riau, 2016

Tren kekerasan yang terjadi di Riau yang datang ke P2TP2A adalah kekerasan pada perempuan dengan jumlah yang cukup tinggi adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Data tersebut hanya data yang langsung ditangani oleh P2Tp2A Provinsi saja, tidak termasuk yang ditangani langsung oleh P2TP2A Kabupaten/ Kota. Selanjutnya akan dilihat dalam bentuk persentase data tersebut.

(39)

Sumber : P2TP2A Provinsi Riau, 2016

Gambar 2.5 Kasus Kekerasan Pada Perempuan dan Anak Yang Ditangani P2TP2A Provinsi Riau, Tahun 2014-2016

P2TP2A merupakan lembaga independent yang dibentuk oleh DPPPA yang berfungsi menangani dan mendampingi kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak memperlihatkan bahwa data kekerasan lebih dominan kekerasan terjadi adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jika dilihat dari persentase maka KDRT mencapai 40%

dan diikuti dengan kekerasan seksual yang justru semakin ke sini semakin tinggi angka kekerasan seksual, yakni sampai bulan april saja sudah mencapai 42 % dari seluruh kasus yang terjadi. Hal ini memperlihatkan bahwamasyarakat sudah mulai memahami tentang hak-haknya, walaupun itu ranahnya adalah rumah tangga dan sangat sulit untuk dibuktikan.

Kekerasan dalam rumah tangga baik yang diterima oleh lembaga P2TP2A Provinsi maupun melalui unit PPA Polres dan Polresta, memperlihatkan bahwa masyarakat sudah berani melaporkan tentang hal-hal yang menyangkut pelanggaran

(40)

HAM atas dirinya. Selain keberanian dan pengetahuan masyarakat yang sudah tinggi ini juga dapat dilihat dari tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga lembaga yang ada, baik itu lembaga yang ada pada masyrakat (P2TP2A) maupun lembaga hukum (Kepolisian).

Apresiasi pada pihak berwajib karena telah berani mengungkapkan kasus kekerasan seksual yang dialami oleh anak yang dahulunya diangkap kasus yang sulit untuk dibawa ke ranah hukum apalagi jika pelakunya adalah keluarga sendiri, karena biasanya kasus ini diminta untuk menunjukan saksi.Padahal khusus kasus kekerasan seksual pada anak apalagi jika korbannya dibawah umur 10 tahun sangat tidak mungkin bisa ditunjukan saksi selain saksi korban itu sendiri.

Selain itu juga biasanya diminta hasil visum, padahal kekerasan seksual bisa saja bentuknya macam-macam sehingga tidak meninggalkan bekas sama sekali.

Tindak kekerasan di dalam rumah tangga merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum.Tindak kekerasan di dalam rumah tangga pada umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga di dalam rumah tangga, sehingga tidak sedikit korban enggan melaporkan kekerasan yang mereka alami bahkan masih ada merasakan aib keluarga.

Bentuk tindak kekerasan bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal (ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindakkekerasan didalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat pendidikan, dan suku bangsa.Namun jika diamati secara rinci di Riau ada beberapa komintas atau kelompok masyarakat yang sering mengalami kekerasan.

Selanjutnya dapat dilihat kasus KDRT yang terjadi antara yang dilaporkan ke lembaga P2TP2A Provinsi langsung

(41)

dan juga yang dilaporkan ke Kepolisian yang kemudian dari pihak kepolisian jika belum ada unsur pidananya biasanya dirujuk ke P2TP2A untuk memidiasi kasus tersebut sampai P2TP2A merasa harus diproses secara hukum .

Faktanya antara Kepolisian dan P2TP2A telah melakukan sinerginitas kasus, khususnya mana kasus yang harus dibawa ke ranah hukum dan mana yang cukup dimediasi oleh P2TP2A, karena kasus KDRT adalah kasus yang spesifik dan lex specialis artinya perlakuan dan penerapan undang-undang tersebut secara khusus.

Sumber : Data Olahan 2016

Gambar 2.6 Persentase Kasus KDRT Berdasarkan Jenis Kasus Yang Ditangani P2TP2A Provinsi Riau Tahun 2016 Dari gambar diatas memperlihatkan bahwa kasus yang banyak masuk adalah kasus KDRT yang tren tiap tahun tetap tinggi, dan diikuti kekerasn psikisdan Fisik serta kekerasan penelantaran. Kekerasan yang paling banyak dilaporkan ke P2TP2A Provinsi termasuk pada kategori Psikis, yang mana kekerasan psikis atau dalam pasal 7 Undang- undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penyusunan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Pangandaran

Rencana Strategis Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Sumbawa Tahun 2016-2021 adalah penjabaran

(Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Kepulauan

Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Renstra BP3AKB) yang kemudian berubah nomenklatur pada tahun 2017 menjadi

Rencana Kerja Perubahan Organisasi Perangkat Daerah (Renja-OPD) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bengkalis Tahun 2021 juga merupakan dokumen

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Palangka

Rencana strategis (Renstra) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Bengkulu tahun 2019-2023 disusun

dNTP akan menempel pada gugus -OH ujung 3’ dari primer pada proses elongasi dan membentuk untai baru yang komplementer dengan untai template DNA (Handoyo dan