• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC HURDLE HOPPING DAN SIDE DOUBLE FRONT JUMP COMBINATION TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI PADA PESILAT PUTRA UKM TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC HURDLE HOPPING DAN SIDE DOUBLE FRONT JUMP COMBINATION TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI PADA PESILAT PUTRA UKM TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

DOUBLE FRONT JUMP COMBINATION

TERHADAP PENINGKATAN

POWER OTOT TUNGKAI PADA PESILAT PUTRA UKM TAPAK SUCI

PUTERA MUHAMMADIYAH UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKATA TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

NUR SUBEKTI

K4606048

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PENGARUH LATIHAN

PLYOMETRIC HURDLE HOPPING

DAN

SIDE

DOUBLE FRONT JUMP COMBINATION

TERHADAP PENINGKATAN

POWER OTOT TUNGKAI PADA PESILAT PUTRA UKM TAPAK SUCI

PUTERA MUHAMMADIYAH UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKATA TAHUN 2011

Oleh:

NUR SUBEKTI

K4606048

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan

untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Jasmani Kesahatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)
(4)
(5)

commit to user

Nur Subekti. PENGARUH LATIHAN

PLYOMETRIC ”HURDLE HOPPING

DAN

SIDE DOUBLE FRONT JUMP CO

MBINATION”

TERHADAP

PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI PADA PESILAT PUTRA

UKM TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH UNIVERSITAS

SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2011.

Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh

antara latihan

hurdle hopping

dan

side double front jump combination

terhadap

peningkatan power otot tungkai pada pesilat putra UKM Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011. (2) Latihan

yang lebih baik pengaruhnya antara latihan

Hurdle Hopping

dan

Side Double

Front Jump Combination

terhadap peningkatan power otot tungkai pada pesilat

putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret

Surakarta tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Subyek penelitian ini

adalah semua pesilat putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas

Sebelas Maret Surakarta tahun 2011 berjumlah 20 orang, sehingga penelitian ini

merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

tes dan pengukuran power otot tungkai. Teknik analisis data yang digunakan

dengan uji t pada taraf signifikansi 5 %.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1)

Ada perbedaan pengaruh antara latihan

hurdle hopping

dan

side double front

jump combination

terhadap peningkatan power otot tungkai pada pesilat putra

UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta

tahun 2011. (thitung 6,080 > ttabel 5%

2,228). (2) Latihan

side double front jump

combination

memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada latihan

hurdle hopping

(6)

commit to user

Orang sukses selalu kelebihan satu cara dan orang gagal selalu kelebihan

satu alasan.

(Andrie Wongso)

Salah satu kunci untuk mencapai tujuan hidup adalah selalu berfikir

positif disetiap situasi seberat apapun rintangan yang manghadang.

(Sarah Benny)

Apapun hasilnya, sukses ataupun gagal, pastinya semangat perjuangan itu

telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri.

( Penulis )

Ikhtiar tanpa disertai Do’a tadak ada artinya apa

-apa. Ada niat dilanjut

(7)

commit to user

\

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan Ibu Tercinta

Nenekku

yang

sangat

aku

sayangi

Adik-adikku tersayang

Sahabat-sahabatku,

Pelatda

Pencak Silat Jawa Tengah yang

selalu memberi semangat dan

motivasi

Rekan-rekan

penjaskesrek

angkatan ‘0

6

(8)

commit to user

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan

skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2.

Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4.

Drs. Agus Mukholid, M.Pd sebagai pembimbing I yang dengan sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5.

Sri Santoso Sabarini, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6.

Pembina dan Ketua UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas

sebelas maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan

penelitian.

7.

Mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS yang telah

bersedia menjadi sampel penelitian.

8.

Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga semua amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

(9)

commit to user

Halaman

JUDUL ...

i

PENGAJUAN ...

ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ...

v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Identifikasi Masalah ...

4

C.

Pembatasan Masalah ...

4

D.

Rumusan Masalah ...

5

E.

Tujuan Penelitian ...

5

F.

Manfaat Hasil Penelitian ...

6

BAB II. LANDASAN TEORI ...

7

A.

Tinjauan Pustaka ...

7

1.

Hakeket Pencak Silat ...

7

2.

Hakekat Latihan ...

8

3.

Hakekat Sistem Energi

... 13

4.

Power Otot Tungkai ... 17

5.

Latihan

Plyometric

... 24

6.

Latihan

Hurdle Hopping ...

27

7.

Latihan

Side Double Front Jump Combination ...

29

B.

Kerangka Pemikiran ... 30

(10)

commit to user

BAB III. METODE PENELITIAN... 35

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

1.

Tempat Penelitian ... 35

2.

Waktu Penelitian ... 35

B.

Subjek Penelitian ... 35

C.

Metode dan Rancangan Penelitian ... 35

D.

Variabel Penelitian ... 37

E.

Definisi Operasional Variabel ... 37

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 38

G.

Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

A.

Deskripsi Data ... 42

B.

Mencari Reliabilitas ... 42

C.

Pengujian Persyaratan Analisis ... 43

1.

Uji Normalitas ... 43

2.

Uji Homogenitas ... 44

D.

Hasil Analisis Data ... 44

1.

Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan ... 44

2.

Uji Perbedaan setelah Diberi Perlakuan ... 45

E.

Pengujian Hipotesis ... 46

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 49

A.

Simpulan ... 49

B.

Implikasi ... 49

C.

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sistem Energi ... 14

Gambar 2. Otot tungkai Atas ... 22

Gambar 3. Otot Tungkai Bawah

...

23

Gambar 4. Latihan

Hurdle Hopping ...

28

Gambar 5. Latihan

Side Double Front Jump Combination ...

29

(12)

commit to user

Halaman

Tabel 1. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Forehand

pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 42

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas ... 42

Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas ... 43

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 43

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ... 44

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara Kelompok 1

dan Kelompok 2 sebelum diberi perlakuan ... 45

Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir Kelompok 1

dan kelompok 2 setelah diberi perlakuan ... 45

(13)

commit to user

Halaman

Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes ... 53

Lampiran 2. Program Latihan

Hurdle Hopping dan Side Double

Front Jump Combination ...

54

Lampiran 3. Jadwal Treatment ... 56

Lampiran 4. Daftar Presensi ...

Lampiran 5. Daftar Nama Sampel Penelitian

...

57

Lampiran 6. Data Hasil Tes Awal ... 58

Lampiran 7. Pembagian Kelompok Berdasarkan Hasil Tes

...

59

Lampiran 8. Data Hasil Tes Akhir ... 60

Lampiran 9. Tabulasi data Hasil Penelitian ... 61

Lampiran 10. Perhitungan Uji Reliabilitas... 63

Lampiran 11. Perhitungan Uji Normalitas Data ... 69

Lampiran 12. Perhitungan Uji Homogenitas Data ... 72

Lampiran 13. Perhitungan Uji Beda... 77

Lampiran 14. Perhitungan Persentase peningkatan ... 79

Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Tes ... 82

Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta ..

Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian dari Ketua UKM Tapak suci Putera

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembinaan prestasi dalam cabang olahraga dapat dicapai melalui latihan

yang terprogram, teratur dan terukur dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu

pengetahuan dan teknologi. Setiap cabang olahraga membutuhkan latihan fisik

untuk mencapai prestasi yang maksimal. Latihan fisik pada setiap cabang olahraga

merupakan dasar utama yang harus dilakukan, selain meningkatkan latihan teknik,

taktik dan mental.

Faktor yang dapat memacu perkembangan prestasi dalam olahraga

diantaranya adalah adanya peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan

olahraga. Peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut

dapat dicapai dengan penerapan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi

yang terkait dalam pelatihan dan pembinaan olahraga. Upaya untuk meningkatkan

prestasi dalam olahraga, harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan

ilmiah terhadap ilmu - ilmu yang terkait. Berbagai ilmu - ilmu yang terkait dalam

olahraga dan kesehatan olahraga, menurut Nossek (1995 : 1) antara lain adalah

fisiologi latihan, biomekanika olahraga, paedagogi dibidang olahraga, sosiologi

olahraga, psikologi olahraga dan kesehatan olahraga. Dengan dukungan dari

berbagai disiplin ilmu tersebut akan dapat dikembangkan teori latihan yang baik,

sehingga prestasi olahraga dapat ditingkatkan dengan baik. Pencapaian prestasi

tersebut tidak terlepas dari dukungan masyarakat dan insan olahraga serta pakar di

bidang olahraga. Prestasi pencak silat tidak dapat dicapai dengan spekulatif, tetapi

harus melalui latihan secara intensif dengan program latihan yang benar. Latihan

yang dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus mengembangkan

komponen-komponen yang diperlukan dalam olahraga pencak silat.

Untuk mencapai prestasi dalam olahraga pencak silat, diperlukan

berbagai pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat, sebagai

faktor±faktor penentu dan penunjang prestai tersebut dapat dijadikan dasar dalam

(15)

commit to user

diantaranya adalah metode latihan. Agar proses latihan yang dipergunakan untuk

meningkatkan kualitas fisik tidak menyita waktu yang juga dipergunakan untuk

meningkatkan kualitas teknik dan taktik, maka perlu pengembangan metode

latihan. Melalui pengembangan metode latihan yang tepat, diharapkan kualitas

fisik dapat meningkat sejalan dengan peningkatannya kualitas teknik dan psikis

para pesilat secara signifikan pada akhir siklus makro yang dirancang.

Kemampuan kondisi fisik dapat ditingkatkan sesuai cabang olahraga

masing-masing. Dalam olahraga pencak silat, power merupakan kemampuan

biomotorik yang sangat penting untuk ditingkatkan. Dengan latihan fisik,

khususnya pembebana secara alami maupun dimodifikasi diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan fisik atlet, khususnya power. Dengan power yang baik,

akan meningkatkan kualitas teknik bermain dalam pencak silat.

Dalam olahraga pencak silat seorang atlet dengan power tungkai tinggi

akan lebih menguntungkan karena akan mudah dalam menerapkan teknik dalam

pertandingan. Teknik tendangan dalam pencak silat sangat dipengaruhi oleh

kualitas otot tungkai dari pesilat. Untuk dapat melakukan teknik tendangan

dengan baik diperlukan unsur kekuatan dan kecepatan dari sekelompok otot yang

mendukung gerakan tersebut. Dari sekelompok otot yang paling dominan

mendukung terhadap gerakan tendangan adalah otot tungkai. Oleh karena itu

pemberian latihan yang diterapkan kepada pesilat sangat tepat kalau

mengutamakan pada otot tungkai, dengan tidak mengesampingkan otot-otot yang

lain. Salah satu jenis metode latihan untuk meningkatkan eksplosif power adalah

dengan metode latihan Plyometric.

Plyometric merupakan salah satu metode latihan yang sering digunakan

oleh para pelatih untuk meningkatkan eksplosif power khususnya pada cabang

olahraga pencak silat. Dalam plyometric, beban yang digunakan sering dengan

menggunakan berat badan sendiri atau alat-alat lain yang dapat memberikan

rangsangan pada otot. Dengan latihan plyometric diperkirakan dapat menstimuli

berbagai perubahan dalam sistem neuromuskuler, memperbesar kemampuan

kelompok-kelompok otot untuk memberikan respon lebih cepat atau lebih kuat

(16)

commit to user

satu ciri penting latihan Plyometric adalah pengkondisian sistem neuromuskuler

sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan

lebih kuat. Dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini,

maka kekuatan dan kecepatan dapat ditinggalkan.

Upaya untuk mempersiapkan kemampuan tersebut telah dipersiapkan

oleh para pelatih dengan berbagai bentuk yang telah dikembangkan. Namun untuk

saat ini bentuk latihan yang ada di UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Universitas Sebelas Maret Surakarta masih kurang efektif untuk meningkatkan

power otot tungkai, sehingga dalam pelaksanaan latihan atlet belum bisa

maksimal. Hal itu berdampak pada prestasi yang masih jauh dari harapan, sebagai

contoh dalam setiap latihan ataupun pertandingan persahabatan maupun kejuaraan

yang dilakukan hasilnya belum maksimal. Dari observasi yang dilakukan saat

latihan, banyak pasilat putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang masih lemah terhadap power otot tungkai dan perlu

ditingkatkan. Gerakan-gerakan yang membutuhkan power otot tungkai dilakukan

sering tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya saat melakukan gerakkan

menendang pada sasaran kurang eksplosif, sehingga suara saat mengenai sasaran

tidak keras. Saat pertandingan, karena lemah terhadap otot tungkai banyak pesilat

saat melakukan serangan ataupun belaan tungkai kaki mudah ditangkap, saat

diserang bagian bawah atlet mudah terjatuh. Maka kondisi tersebut akan

merugikan atlet dan perlu ditingkatkan khususnya peningkatan pada power otot

tungkai pesilat putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penelitian LQL PHQJDPELO MXGXO ´Pengaruh Latihan Plyometric Hurdle Hopping dan Side

Double Front Jump Combination Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

Pada Pesilat Putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas

Maret Surakarta Tahun 2011´.

Pembinaan jangka panjang khususnya pada kemampuan fisik juga akan

berdampak bagus terhadap peningkatan kepercayaan diri atas kondisi yang

(17)

commit to user

Daerah, Nasional sampai Internasional. Apabila latihan Plyometric Hurdle

Hopping dan Side Double Front Jump Combination tersebut dapat meningkatkan

power otot tungkai pesilat, maka model latihan tersebut dapat digunakan

khususnya pada pesilat mahasiswa, dan secara tidak langsung juga dapat memberi

wacana baru tentang model latihan Plyometric untuk dapat meningkatkan power

otot tungkai.

Sehubungan dengan uraian di atas bentuk latihan Plyometric perlu

dikembangkan agar dapat digunakan dalam cabang cabang olahraga, khususnya

Pencak Silat. Gerakan di dalam pencak silat kesegala arah yaitu : ke depan, ke

belakang, ke samping kanan dan kiri. Latihan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Hurdle Hopping yaitu meloncat kedepan melewati rintangan dan Side

double front jump combination yaitu kombinasi melompat antar ke depan, ke

samping dan kedepan lagi dengan rintangan kotak atau bentuk penghalang lain

dengan selalu mengkombinasikan arah lompatan. Dalam penelitian ini akan

membuktikan bahwa modifikasi bentuk latihan Plyometric akan dapat

meningkatkan power otot tungkai pada pesilat putra UKM Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Metode latihan untuk meningkatkan power pesilat putra UKM Tapak Suci

Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Metode latihan plyometric untuk meningkatkan power otot tungkai yang

mendukung kemampuan pesilat putra UKM Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Power otot tungkai yang dimiliki pesilat putra UKM Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta perlu ditingkatkan.

4. Belum diketahuinya latihan yang lebih baik dan efektif antara Hurdle Hopping

dan Side Double Front Jump Combination dalam peningkatan power otot

(18)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang salah, masalah dalam penelitian ini

perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Power otot tungkai yang dimiliki pesilat putra UKM Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011 perlu

ditingkatkan.

2. Latihan Hurdle Hopping pesilat putra UKM Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.

3. Latihan Side Double Front Jump Combination pesilat putra UKM Tapak Suci

Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan di atas, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruhan antara latihan Hurdle Hopping dan Side

Double Front Jump Combination terhadap power otot tungkai pada pesilat

putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret

Surakarta tahun 2011 ?

2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan Hurdle Hopping dan

Side Double Front Jump Combination terhadap peningkatan power otot

tungkai pada pesilat putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan :

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan Hurdle Hopping dan Side

Double Front Jump Combination terhadap power otot tungkai pada pesilat

putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret

(19)

commit to user

2. Untuk mengetahui latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan Hurdle

Hopping dan Side Double Front Jump Combination terhadap peningkatan

power otot tungkai pada pesilat putra UKM Tapak Suci Putera

Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

kepelatihan olahraga khususnya dalam mengembangkan kemampuan power otot

tungkai. Disamping itu masukan lain yang dapat diambil antara lain :

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan keolahragaan bagi peneliti

maupun pesilat UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas

Maret Surakarta tentang manfaat latihan Hurdle Hopping dan Side Double

Front Jump Combination, sehingga dapat meningkatkan power otot tungkai.

2. Dapat dijadikan pedoman bagi pembina atau pelatih pesilat UKM Tapak Suci

Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk

menentukan dan memilih cara latihan yang lebih baik dan tepat dalam

(20)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Pencak Silat

Pertandingan pencak silat terbagi dalam dua kategori yaitu : (1) Kategori

TGR (Tunggal, Ganda, Regu), (2) Kategori Tanding. Pencak silat dalam ketegori

tunggal adalah pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang pesilat

memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat dan

mantap penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan bersenjata (golok dan toya )

(Munas 2007: 1)

Kategori Ganda adalah pertandingan pencak silat yang menampilkan dua

pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus

serang bela pencak silat yang dimilki. Gerakan serang bela ditampilkan secara

terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang

teratur dengan penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata. Kategori

Regu adalah pertandingan pencak silat yang menampilkan tiga orang pesilat dari

kubu yang sama memperagakan kemahiran dalam jurus regu baku secara benar,

tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong (Munas 2007:

2)

Pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan dua

orang pesilat dari kubu yang berbeda dan keduanya saling berhadapan dengan

menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak,

menyerang pada sasaran yang telah ditentukan, serta menjatuhkan lawan

menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat

juang, menggunakan kaidah dan pola langkah dengan memanfaatkan kekayaan

teknik jurus mendapatkan nilai terbanyak (Munas 2007: 3)

Untuk mencapai prestasi dalam olahraga pencak silat diperlukan berbagai

(21)

commit to user

penentu dan penunjang prestasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam menyusun

program. Salah satu penunjang dalam prestasi tersebut diantaranya adalah metode

latihan yang dilakukan teratur, terprogram dan terukur.

Kualitas dari kondisi fisik pesilat harus dapat ditingkatkan mengingat

olahraga pencak silat merupakan olahraga yang full body contact, yang

kemungkinan terjadinya cedera relatif sangat besar. Untuk itu diperlukan

komponen biomotor yang baik. Komponen biomotor yang diperlukan dalam

pencak silat adalah kekuatan, kecepatan, power, fleksibilitas, kelincahan dan

koordinasi. Namun bukan berarti komponen dari biomotor yang lain tidak

diperlukan dalam pencak silat, misalnya seperti keseimbangan dan daya tahan.

Semua itu merupakan gabungan atau perpaduan dari komponen biomotor. Selain

itu aspek psikis atau mental juga diperlakukan agar mendukung untuk menjadi

pesilat yang baik.

Pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat harus melalui

program latihan yang terprogram, teratur dan terukur. Karena prestasi tidak dapat

dicapai secara spekulatif, tetapi harus dicapai melalui latihan secara sistematis

artinya di lakukan secara teratur, latihan tersebut berlangsung beberapa kali dalam

satu minggu, tergantung pada standar atlet dan periode latihan (Nossek, 1995: 2).

Latihan yang dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus dan juga

berdasarkan suatu sistem yang mengikuti prinsip-prinsip latihan dan

mengembangkan komponen-komponen yang diperlukan dalam olahraga pencak

silat.

2. Hakekat Latihan

a. Definisi Latihan

Untuk mencapai prestasi olahraga harus melalui pengembangan terhadap

unsur-unsur yang dibutuhkan dalam olahraga melalui latihan yang baik dan

teratur. Latihan merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan oleh seorang

atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Berikut ini disajikan

(22)

commit to user

Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya.

Menurut A.Hamidsyah Noer (1996: 6) latihan suatu proses yang sistematis dan kontinyu dari latihan atau bekerja yang dilaksanakan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan.

Menurut Suharno HP. (1993: 7) latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap, dan berulang-ulang waktunya.

Dari ketiga batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan adalah suatu

aktivitas olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang , secara kontinyu, dengan

peningkatan beban secara periodik, dan berkelanjutan yang dilakukan berdasarkan

jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk mencapai tujuan yaitu

meningkatkan prestasi olahraga

Dalam pelaksanaan latihan aspek-aspek yang mendukung terhadap

pencapaian prestasi olahraga harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal.

Menurut Rusli Lutan dkk. (1992: 88) aspek-aspek latihan yang harus dilatih dan

dikembangkan untuk mencapai prestasi olahraga meliputi : (1) Latihan fisik, (2)

Latihan teknik, secara bersama-sama, atau dapat dilatih secara terpisah. Sebagai

contoh, dalam suatu latihan penekanannya ditujukan pada peningkatan

kemampuan fisik saja, maka latihan tersebut merupakan latihan fisik. Dalam

penelitian ini bentuk latihan yang dikaji merupakan bentuk latihan fisik.

b. Latihan Fisik

Latihan fisik adalah latihan yang menekankan pada komponen kondisi

fisik tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dangsina Moeloek dan $UMDWPR7MRNURQHJRURPHQ\DWDNDQODWLKDQILVLNDGDODK´VXDWXNHJLDWDQ fisik menurut cara dan aturan tertentu yang mempunyai sasaran meningkatkan

(23)

commit to user

+DUVRQR ´ODWLKDQ ILVLN PHUXSDNDQ XVDKD XQWXN PHQLQJNDWNDQ kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai

SUHVWDVL \DQJ OHELK EDLN´ 0HQXUXW $QGL 6XKHQGUR - EDKZD ´ODWLKDQ

fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara

lain kekuatan otot, daya tahan kardiovasculer, daya tahan otot, kelincahan,

kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-ODLQ´.

Pada prinsipnya latihan fisik merupakan salah satu unsur latihan olahraga

secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk

meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat

ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu misalnya, power otot

tungkai maka latihan fisik harus ditekankan pada peningkatan unsur-unsur kondisi

fisik power otot tungkai. Latihan yang dilakukan harus bersifat khusus sesuai

dengan karakteristik power yang melibatkan otot-otot tungkai.

c. Prinsip-prinsip Latihan

Pengembangan kondisi fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan

beban latihan yang diberikan serta tergantung pada kekhususan latihan (Fox,

Bowers, dan foss, 1988: 287). Oleh karena itu perlu dipahami prinsip-prinsip

dasar latihan fisik yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan suatu latihan,

yakni antara lain :

1) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan

Untuk melakukan latihan fisik secara baik harus diawali dengan

pemanasan (yang berisi peregangan, kalestenik, dan aktivitas formal), dan setelah

latihan diakhiri dengan pendinginan. Pemanasan dapat dikerjakan secara umum

dan khusus, yaitu dengan berbagai macam latihan aktif dan pasif. Atau dapat juga

pemanasan dikerjakan dengan kombinasi latihan aktif dan pasif. Rusli Lutan

(24)

commit to user

Pemanasan tubuh (warming-up) penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan adalah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh kita untuk menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Kecuali untuk memanaskan tubuh, kegunaan lainnya adalah agar (1) atlet terhindar dari kemungkinan bahaya cedera, (2) terjadi koordinasi gerak yang mulus, (3) organ tubuh menyesuaikan diri dengan kerja yang lebih berat, dan (4) kesiapan atlet kian meningkat.

2) Prinsip Kekhususan

Prinsip ini menyangkut beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian

VHFDUD NKXVXV 6RHNDUPDQ PHQ\DWDNDQ EDKZD ´/DWLKDQ LWX KDUXV khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam

FDEDQJRODKUDJD\DQJEHUVDQJNXWDQ´0HQXUXW6adoso Sumosardjuno (1994: 10)

EDKZD´ODWLKDQKDUXVGLNKXVXVNDQSDGDRODKUDJD\DQJGLSLOLKQ\DVHUWDPHPHQXKL NHEXWXKDQNKXVXVGDQVWUDWHJLXQWXNRODKUDJD\DQJGLSLOLK´

Proses latihan yang dilakukan harus menyangkut beberapa aspek

diantaranya (1) khusus terhadap sistem energi utama yang diperlukan (2) khusus

terhadap kelompok otot yang dilatih, dan (3) khusus terhadap pola gerak yang

sesuai dengan keterampilan cabang olahraga yang akan dikembangkan.

3) Prinsip Interval

Dalam rangkaian yang diajarkan tidak boleh mengabaikan prinsip LQWHUYDO 6XKDUQR +3 PHQ\DWDNDQ EDKZD ´SULQVLS LQWHUYDO VDQJDW penting dalam latihan yang bersifat harian, mingguan, bulanan, kuwartalan,

tahunan, yang berguna untuk pemulihan fisik dan mental atlet dalam menjalankan

laWLKDQ´

Ciri khas latihan interval adalah dengan adanya istirahat yang diselingi

pada waktu melakukan latihan. Istirahat pada latihan tersebut dapat berupa

istirahat aktif ataupun pasif. Tergantung dari sistem energi mana yang akan

dikembangkan. Istirahat disetiap rangsangan latihan memegang peranan yang

menentukan. Sebab organisme yang mendapat beban latihan sebelumnya harus

(25)

commit to user

menghambat keefektifan suatu latihan. Setiap rangsangan gerak menyebabkan

penggunaan energi dan pengurangan cadangan energi, akan tetapi juga

mengandung rangsangan untuk pembentukan energi baru.

4) Prinsip Beban Lebih Secara Progresif

Setelah melakukan latihan beberapa kali, organisme akan memiliki daya

adaptasi terhadap beban yang di atasinya. Jika beban latihan telah mencapai suatu

kriteria tertentu, tubuh akan makin terbiasa dengan beban tersebut dan apabila

beban tersebut tidak dinaikkan, maka kemampuannya tidak bertambah. A.

Hamidsyah Noer (1996: 10-11) menyatakDQ EDKZD ´ODWLKDQ \DQJ WHUDWXU

dilakukan sekali dalam seminggu atau lebih akan dapat diharapkan meningkatnya SUHVWDVL \DQJ FXNXS´ 2OHK NDUHQD LWX XQWXN PHQFDSDL SUHVWDVL \DQJ RSWLPDO maka beban latihan harus ditingkatkan sedikit demi sedikit untuk meningkatkan

kemungkinan perkembangannya.

5) Prinsip Latihan Beraturan

Prinsip ini bertujuan agar beban latihan tertuju dan terjadi menuntut

kelompok otot dan tempat berfungsinya otot. Hendaknya latihan dimulai dari otot

besar menuju otot yang lebih kecil. Hal ini mengingatkan bahwa pada kelompok

otot besar selain tidak mudah lelah, juga lebih mudah dalam pelaksanaan latihan

dari pada otot kecil yang lebih sulit.

6) Prinsip Perbedaan Individu

Reaksi masing-masing individu berbeda terhadap rangsangan yang sama,

maka perlu penerapan prinsip individu. Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di

dalam pelaksanaan latihan didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang GLODWLK6DGRVR6XPRVDUGMRQRPHQ\DWDNDQEDKZD´PHVNLSXQVHMXPODK atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan

(26)

commit to user

7) Prinsip Kembali Asal

Kualitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali ke kondisi

semula apabila tidak melakukan latihan secara teratur dan kontinyu. Penurunan

yang bermakna akan terjadi sesudah seseorang menghentikan latihan. Oleh karena

itu keteraturan dan kontinyuitas latihan perlu diperhatikan.

8) Prinsip Nutrisi

Untuk menunjang tercapainya tujuan latihan fisik, maka prinsip nutrisi

atau gizi makanan perlu diperhatikan juga. Sarwoto dan Bambang Soetedjo (1993:

231) menyatakan bahwa,

Kualitas makanan yang kita makan dengan didukung oleh kegiatan fisik yang teratur akan memberikan jaminan terhadap tingkat kesehatan seseorang. Namun sebaliknya makanan yang baik tanpa didukung oleh kegiatan fisik dalam arti antara kerja dan istirahat yang tidak seimbang, akan menimbulkan beban bagi tubuh kita.

3. Hakikat Sistem Energi

Agar proses latihan mencapai hasil yang optimal, maka perlu diketahui

sistem energi yang dominan, yang digunakan selam dalam pertandingan, dengan

mengetahui sistem energi yang digunakan, akan mempermudah pelatih dalam

menyusun dan menentukan program latihan.

Menurut Sukadiyanto (2005: 33) ada dua macam sistem metabolisme

energi yang diperlukan dalam setiap aktivitas gerak manusia yaitu : (1) sistem

energi anaerob dan (2) sistem energi aerob. Kedua sistem tersebut tidak dapat

dipisah-pisahkan secara mutlak selama aktivitas kerja otot berlangsung. Karena

sistem energi merupakan serangkaian proses pemenuhan tenaga secara terus

(27)

commit to user

Sebagai rangkuman untuk memperjelas pembagian tentang sistem energi,

dapat dilihat sebagai berikut :

Alaktik ATP-PC

Anaerobik

Laktik LA + O2

Sistem Energi

Aerobik O2

Gambar 1. Sistem Energi

(Sukadiyanto, 2005: 33)

a. Sistem Energi Anaerobik

Sistem energi anaerobik adalah serenten reaksi kimiawi yang tidak

memerlukan oksigen (O2), sistem anaerobik ini dapat dibedakan menjadi dua

yaitu : (1) Sistem Energi Anaerobik Alaktik (2) Sistem Energi Anaerobik Laktik.

Sistem energi anaerobik alaktik disediakan oleh sistem ATP-PC, sedangkan

sistem energi anaerobik laktik disediakan oleh sistem asam laktat (Bompa, 2000:

22-23). Selama dalam proses pemenuhan kebutuhan energi, sistem energi

anaerobik alaktik dan sistem energi anaerob laktik tidak memerlukan oksigen

(O2).

Pada setiap awal kerja otot kebutuhan energi dipenuhi oleh persediaan

ATP yang terdapat di dalam sel otot (Fox, dkk, 1988: 14) artinya : semua energi

yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari ATP, yang hanya

(28)

commit to user

(Soekarman, 1991: 29). Jumlah ATP yang disimpan di dalam sel otot sangat

sedikit sehingga olahragawan akan kehilangan energi dengan sangat cepat, apabila

melakukan latihan fisik dengan beban yang cukup berat dengan demikian sistem

energi ATP hanya dapat optimal untuk kerja jangka pendek. Untuk itu diperlukan

sistem energi yang lain agar kerja otot mampu lebih lama lagi.

Kerja otot dapat bekerja lebih lama lagi apabila sistem energi ATP

ditopang dengan sistem energi yang lain, yaitu pospho creatin (PC) yang

tersimpan di dalam otot. Dengan menggunakan sumber energi posplo creatin

dapat memperpanjang kerja otot lebih lama lagi, hingga mencapai kira-kira 10

detik (Nossek, 1982: 71-72). Namun apabila kerja otot harus berlangsung lebih

lama lagi maka kebutuhan energi yang diperlukan dipenuhi oleh sistem glikolisis

anaerob mampu memperpanjang kerja otot kira-kira 10 detik (Mc. Ardle, dkk,

1986 : 348).

Proses terjadinya dari pembentukan ATP adalah dengan pemecahan

creatin dan posphat. Proses tersebut akan menghasilkan energi yang dipakai

untuk meresintesis ADP+P menjadi ATP, dan selanjutnya akan dirubah lagi

menjadi ADP+P yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang dibutuhkan

untuk kontraksi otot. Perubahan CP ke C+P tidak menghasilkan tenaga yang dapat

dipakai langsung untuk kontraksi otot, melainkan dipakai untuk meresintesis

ADP+P menjadi ATP.

b. Sistem Energi Aerobik

Aerobik berarti ada bantuan dari oksigen (O2) sehingga metabolisme

aerobik adalah menyangkut serenten reaksi kimiawi yang memerlukan adanya

oksigen. Sehingga memiliki pengaruh lebih lambat dan tidak dapat digunakan

secara cepat, setelah proses pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120

detik, maka asam laktat sudah tidak dapat diresintesis lagi menjadi sumber energi.

Untuk itu diperlukan oksigen (O2) untuk membantu proses resintesis asam laktat

menjadi sumber energi kembali. Oksigen diperoleh melalui sistem pernapasan,

(29)

commit to user

Adapun ciri-ciri dari sistem energi aerobik menurut Sukadiyanto (2005:

37) adalah : (1) intensitas kerja sedang (2) lama kerja lebih dari 3 menit (3) lama

kerja lancar dan kontinyu (4) selama aktivitas menghasilkan karbondioksida

(CO2) dan air (H2O).

Pesilat yang memiliki kemampuan aerobik memadai akan mampu

menerima beban latihan dengan intensitas tinggi. Kebugaran aerobik diperlukan

dalam pencak silat agar pesilat mampu merecoferi dengan cepat dan mampu

menerima beban latihan lebih lama tanpa adanya kelelahan. Untuk itu sistem

energi aerobik perlu diberikan pada pesilat sebagai landasan untuk melatih sistem

energi anaerobik.

c. Sistem Energi Pencak Silat

Pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan dua

orang pesilat dari kubu yang berbeda dan keduanya saling berhadapan dengan

menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak,

menyerang pada sasaran yang telah ditentukan, serta menjatuhkan lawan

menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat

juang, menggunakan kaidah dan pola langkah dengan memanfaatkan kekayaan

teknik jurus mendapatkan nilai terbanyak (Munas 200: 3)

Menurut Awan Hariono (2006: 30), rata-rata waktu kerja pada

melakukan fight dalam pertandingan pencak silat diperlukan waktu kira-kira

selama 3-5 detik. Bila pada serangan terakhir masing-masing pesilat melakukan 4

jenis serangan dan kaki tidak dapat ditangkap oleh lawan, maka akumulasi waktu

yang diperlukan selama proses tersebut menjadi 10 detik, dengan demikian sistem

energi yang diperlukan adalah sistem energi anaerobik alaktik ATP-PC, sebab

waktu kerja hanya memerlukan waktu maksimal 10 detik. Hal ini sesuai dengan

ciri-ciri sistem energi anaerobik alaktik yaitu : (1) intensitas kerja maksimal, (2)

lama kerja 10 detik, (3) Irama kerja eksplosif (4) aktivitas menghasilkan adenosin

(30)

commit to user

Pertandingan pencak silat dilakukan dalam 3 babak dengan waktu 2

menit bersih setiap babak. Selama dalam pertandingan kurun waktu terjadinya

fight rata-rata 14 kali dalam satu babak. Hal ini menyebabkan kecenderungan

adanya sisa pembakaran yang tidak dapat diresitensis menjadi energi kembali

untuk itu diperlukan sistem energi anaerobik laktik agar kerja otot dapat

berlangsung lebih lama lagi. Dengan adanya bantuan dari sistem glikolisis

anaerobik akan dapat memperpanjang kerja otot kira-kira 120 detik. Adapun

ciri-ciri dari sistem energi anaerob laktik menurut Sukadiyanto (2005: 35) adalah

sebagai berikut : (1) intensitas kerja maksimal, (2) lama kerja 10-120 detik, (3)

Irama kerja eksplosif (4) aktivitas menghasilkan asam laktat dan energi.

.

4. Power Otot Tungkai

Power sering disebut juga daya ledak, eksplosif power atau muscular

power+DUVRQRPHQJHPXNDNDQEDKZD´SRZHUDGDODKNHPDPSXDQ

RWRW XQWXN PHQJHUDKNDQ NHNXDWDQ PDNVLPDO GDODP ZDNWX \DQJ VDQJDW FHSDW´ 6XKDUQR +3 PHQJHPXNDNDQ EDKZD ´HNVSORVLI SRZHU DGDODK kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan atau beban dengan kekuatan dan NHFHSDWDQPDNVLPDOGDODPVDWXJHUDNDQ\DQJXWXK´0HQXUXW06DMRWR

´GD\D OHGDN RWRW (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk

melakukan kekuatan maksimum dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang

sependek-SHQGHNQ\D´ 3HQJHUWLDQ SRZHU DWDX GD\D OHGDN ELDVDQ\D PHQJDFX

kepada kemampuan seseorang dalam melakukan kekuatan maksimal dengan

usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikemukakan bahwa power otot

tungkai merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot dalam mengatasi

tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan utuh. Power otot

tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan

[image:30.612.129.510.126.463.2]
(31)

commit to user

Kemampuan power otot tungkai dapat dilihat dari kemampuannya dalam

melakukan gerakan-gerakan secara eksplosif.

Banyak sekali gerakan dalam olahraga yang memerlukan gerakan dengan

tenaga otot tungkai secara eksplosif, seperti gerakan melompat, meloncat, berlari,

menendang atau masih banyak yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa daya ledak otot tungkai adalah unsur dasar dari berbagai cabang olahraga

seperti bola voli, lompat jauh, lari cepat, pencak silat, dan sebagainya.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Power Otot

Dalam upaya meningkatkan power otot yang dimiliki para atlet, pelatih

perlu memahami mengenai seluk beluk power otot. Hal yang sangat penting yanh

perlu diketahui adalah faktor- faktor yang mempengaruhi power. Suharno HP.

(1993: 60) menjelaskan bahwa faktor- faktor penentu daya ledak adalah : (1)

jumlah otot putih, (2) kekuatan dan kecepatan otot, (3) waktu rangsangan

maksimal, (4) koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan,

(5) jumlah ATP dalam otot dan, (6) penguasaan teknik gerakan yang benar.

Berkaitan dengan faktor- faktor penentu power, Harsono (1988: 200) PHQJXWLS SHQGDSDW %XFKHU \DQJ PHQ\DWDNDQ EDKZD ´6HRUDQJ LQGLYLGX \DQJ mempunyai power adalah orang yang mempunyai (1) A high degree of muscular

strength, (2) A high degree of speed, (3) A high degree of skill in integreting speed

DQGPXVFXODUVWUHQJWK´

Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa unsur utama power

adalah kecepatan dan kekuatan. Oleh karena itu, semua faktor yang

mempengaruhi kecepatan dan kekuatan juga mempengaruhi daya ledak otot

(Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro, 1984: 18).

Power juga dipengaruhi oleh jenis serabut otot yang dimiliki, serabut otot

(32)

commit to user

serabut otot putih, sedangkan serabut otot lambat merupakan serabut otot merah.

Jika serabut yang dimiliki atlet cendeung lebih banyak putihnya, maka atlet

tersebut berbakat untuk melakukan gerakan-gerakan yang memerlukan

kemampuan fisik dengan kontraksi pendek seperti kecepatan dan kekuatan.

Sebaliknya, jika serabut otot yang dimiliki atlet cenderung lebih banyak serabut

otot merah, maka atlet tersebut cocok untuk gerakan- gerakan yang memerlukan

waktu kontraksi yang relatif lama seperti daya tahan.

b. Latihan untuk Meningkatkan Power

Latihan adalah suatu proses yang sistematik yang dilakukan dengan

berulang- ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah latihan

untuk mencapai prestasi olahraga. Latihan fisik merupakan latihan yang dapat

ditujukan pada peningkatan kemampuan dalam hal melakukan kerja. Latihan fisik

harus bersifat khusus untuk meningkatkan komponen fisik tertentu, misal daya

ledak otot tungkai, maka latihan fisik yang dilakukan juga harus bersifat khusus

sesuai karakteristik daya ledak otot yang melibatkan otot- otot tungkai.

Power merupakan komponen penting dalam cabang-cabang olahraga

misal : Permainan sepakbola, voli, atletik, pencak silat, dan sebagainya. Latihan

untuk meningkatkan power harus bersifat khusus. Menurut Suharno HP (1985:

33) ciri- ciri latihan power adalah : (1) bebannya relatif ringan, (2) gerakan

latihan dinamis, (3) gerakan-gerakan merupakan satu gerakan yang singkat dan

selaras. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan dalam pelaksanaan latihan power.

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melatih power, menurut

Suharno HP (1985: 34) adalah:

(1) Intensitas latihan untuk atlet pemula adalah 10-20% dari kemampuan

repetition maximum (RM) atau ¼ dari berat badan atlet pada weight

training.

(2) Diadakan pemanasan yang cukup untuk menghindari cedera mengingat

(33)

commit to user

(3) Keseimbangan latihan, kecepatan, dan kekuatan akan meningkatkan

kemampuan daya ledak.

(4) Pembawaan fibril otot putih, lebih menentukan mutu kemampuan daya

ledak disamping hasil latihan secara sistematis.

Telah dikemukakan di depan bahwa unsur power adalah kekuatan dan

kecepatan. Latihan untuk meningkatkan power otot harus meliputi pengembangan

kecepatan dan kekuatan secara terpadu.

Ciri khas dari power adalah gerakan yang cepat dan eksplosif. Oleh

karena itu gerakan dalam latihan untuk meningkatkan power harus cepat dengan

melawan beban. Beban latihan yang diberikan dalam latihan power harus relatif

ringan. Selain itu gerakan yang dilakukan harus bersifat dinamis dan selaras.

Karena gerakan dalam latihan power ini cepat dan eksplosif dengan melawan

beban, maka untuk menghindari cedera atlet harus melakukan pemanasan yang

cukup.

Power sangatlah penting dalam olahraga pencak silat yakni dalam

menggunakan teknik tendangan dan pukulan harus dilakukan dengan cepat dan

kuat sehingga mempersulit lawan dalam melakukan elakan, hindaran, tangkisan

ataupun tangkapan.

c. Peranan Power Otot Tungkai dalam Tendangan Pencak Silat

Tendangan dalam Pencak Silat merupakan senjata untuk meraih point

yang baik. Dalam melakukan tendangan melibatkan otot-otot tungkai. Gerakan

tendangan dalam pencak silat merupakan gerakan yang bersifat eksplosif. Untuk

menghasilkan tendangan yang baik diperlukan kekuatan dan kecepatan gerak atau

power dari otot- otot yang terlibat dalam gerakan tendangan. Dengan demikian

power otot tungkai sangat besar peranannya dalam menghasilkan tendangan yang

baik dalam arti cepat dan keras. Seorang atlet yang mempuyai power otot yang

lebih besar, tingkat keberhasilan dalam melakukan tendangan akan lebih besar

(34)

commit to user

Power otot tungkai merupakan faktor pendukung dalam kemampuan

tendangan pada pencak silat. Semakin besar power otot tungkai yang dimiliki

pesilat, maka akan semakin cepat dan kuat hasil tendangan yang akan dicapai.

Tendangan yang dilakukan dengan cepat dan kuat dapat membuat lawan kesulitan

dalam menangkis dan menangkap.

d. Anatomi Otot Tungkai

Tungkai merupakan salah satu unsur postur tubuh yang perlu

diperhatikan dalam pencak silat. Tungkai manusiadapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu tungkai atas dan bawah. Tungkai atas merupakan bagian tungkai

sebelah atas dari pangkal paha hingga lutut. Adapun tungkai bawah merupakan

bagian tungkai sebelah bawah dari lutut hingga telapak kaki.

Menurut Satimin Hadiwidjaja (1996: 39) anatomi anggota gerak bawah

terdiri dari tulang- tulang sebagai berikut : (1) Femur, (2) Patella, (3) Tibia, (4)

Fibula, (5) Ossa Tarsi, (6) Ossa Metatarsi, (7) Digiti.

Stuktur tungkai terdiri dari tulang- belulang yang dilapisi berbagai otot.

Otot- otot yang ada di tungkai antara lain sebagai berikut:

1) Otot- otot yang terletak pada tungkai atas (paha)

a. Otot paha bagian depan:

(1)Otot abduktor dari paha

(2)Otot sartorius

(3)Otot quadriceps femoris :

(a) Otot testor fasia lata

(b) Otot vastus fasia lateralis

(c) Otot rektus femoris

(d) Otot vastus medialis

b. Otot tungkai atas bagian belakang :

(1)Hamstring muscle : otot paha lateral dan medial

(35)

commit to user

[image:35.612.172.489.128.470.2]

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Otot- otot terdapat pada tungkai atas, dilihat dari arah depan.

( Evelyn C. Pearce, 1993 : 13 )

2) Otot- otot yang terletak pada tungkai bawah :

a. Otot- otot tungkai bawah pada bagian depan :

(1) Otot tibialis anterior

(2) Otot proneus longus

(3) Otot ekstensor digitorum longus

(4) Otot maleolus medialis

(5) Otot retinakula bawah

b. Otot- otot tungkai bawah bagian belakang :

(1) Otot gastrocnemius

(36)

commit to user

[image:36.612.176.442.136.606.2]

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Otot tungkai bawah dilihat dari bagian depan dan belakang

(37)

commit to user

5. Latihan Plyometric

a. Dasar-dasar latihan Plyometric

0HQXUXW &KX '$ ´ODWLKDQPlyometric adalah latihan yang

dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, merupakan SHUSDGXDQ ODWLKDQ NHFHSDWDQ GDQ NHNXDWDQ´ 3HUSDGXDQ DQWDUD NHNXDWDQ GDQ kecepatan merupakan perwujudan dari daya ledak otot. Oleh karena itu plyometric

merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan

daya ledak otot (eksplosif power).

Tipe kerja dalam latihan Plyometric cepat dan eksplosif.

Gerakan-gerakan yang dLODNXNDQEHUVLIDWUHDNWLI3\NHPHQ\DWDNDQEDKZD´

latihan dan drill Plyometric didasarkan pada prinsip- prinsip peregangan

pendahuluan (pra-peregangan) otot yang terlibat pada saat penyelesaian atas

respon untuk penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu SHQGDUDWDQ´

Ciri khas dari latihan pliometrik adalah adanya peregangan awal (

pre-stretching) dan tegangan awal (pre- tension) pada saat melakukan kerja. Dari

uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan plyometric merupakan latihan

yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam

plyometric adalah cepat, kuat, eksplosif, dan reaktif. Tipe- tipe seperti ini

merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan plyometric

merupakan latihan yang sangat baik untuk meningkatkan daya ledak (power).

b. Bentuk Latihan Plyometric

Menurut Sukadiyanto (2005: 96) bentuk latihan plyometric

dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu latihan dengan intensitas rendah (low

(38)

commit to user

1. Bentuk latihan plyometric dengan intensitas rendah (low impact) antara

lain :

a) Skipping

b) Rope Jump (lompat tali)

c) Hops ( loncat-loncat atau lompat-lompat)

d) Melompat diatas bangku atau tali setinggi 25-35 cm

e) Melempar ball medicine 2-4 kg

f) Melempar bola tennis yang ringan.

2. Bentuk latihan plyometric dengan intensitas tinggi (high impact) antara

lain :

a) Standing Jump/long jump

b) Triple jump

c) Lompat tinggi dan langkah panjang

d) Drop Jump

e) Reactive Jump

f) Melempar benda yang relatif berat.

Latihan plyometric akan lebih efektif apabila pelatih dapat menyusun

periodisasi latihan yang tepat. Pelatih perlu memaduka antara frekuensi,

voleme, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan yang tepat akan

menghasilkan penampilan yang maksimal. Tidak ada riset yang menunjukkan

secara rinci mengenai aturan volume yang berkaitan dengan set dan repetisi.

Literatur lebih menganjurkan agar pelatih menyesuaikan dengan kondisi dan

tingkat keberhasilan latihan. Intensitas latihan dalam plyometric selalu diukur

dengan tingkat kesulilat gerakkan.

c. Dosis Latihan Plyometric

Pemberian dosis latihan harus direncanakan, disusun dan diprogramkan

dengan baik sehingga tujuan yang direncanakan dapat dicapai. Dalam pembuatan

(39)

commit to user

menyebutkan, dalam pembuatan program latihan harus meliputi faktor- faktor

sebagai berikut : (a) tipe latihan, (b) intensitas latihan, (c) frekuensi latihan, dan

(d) lama latihan.

Selanjutnya menurut M. Sajoto (1995: 33- 35) dalam penyusunan

program latihan harus memperhatikan, (a) jumlah beban, (b) repetisi dan set, serta

(c) frekuensi dan lama latihan.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan program

latihan untuk latihan plyometric antara lain intensitas latihan, repetisi dan set serta

frekuensi dan lama latihan.

1) Intensitas Latihan

0HQXUXW06DMRWREDKZD´LQWHQVLWDVODWLKDQDGDODKWDNDUDQ NHVXQJJXKDQ SHQJHOXDUDQ WHQDJD DWOHW GDODP PHODNXNDQ DNWLYLWDV MDVPDQL´ Ukuran kesungguhan dalam pelaksanaan latihan merupakan bentuk dari intensitas

latihan.

Intensitas merupakan faktor yang penting dalam latihan plyometric.

Pelaksanaan yang cepat dengan usaha yang maksimal adalah penting untuk

mendapat hasil yang optimal. Dengan demikian latihan Plyometric ini

dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai pendapat Bompa (1994:

42) yaitu bahwa latihan Plyometric dengan lompat- lompat memantul itu GLODNXNDQGHQJDQ´LQWHQVLWDVVXEPDNVLPDO´

2) Repetisi dan Set

0HQXUXW06DMRWREDKZD´UHSHWLVLDGDODKMXPODKXOangan

(40)

commit to user

Menurut Nosseck (1982: 81) bahwa dosis latihan lompat untuk

meningkatkan power otot tungkai adalah dengan intensitas 30% - 50% repetisinya

6 - 12, antara 4 - 6 seri, interval istirahat 2 - 5 menit dengan irama latihan cepat

dan eksplosif.

3) Frekuensi dan Lama Latihan

Frekuensi adalah jumlah beberapa kali latihan dilakukan tiap

minggunya. Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan untuk melatih

hingga terjadi perubahan yang nyata. Menurut Mulyono B. A (1990: 56) lamanya

kegiatan latihan hendaknya berada dalam kurun waktu antara 40 - 60 menit.

Frekuensi latihan seyogianya dilakukan 4 - 5 kali dalam seminggu. Oleh karena

atlet yang tidak berlatih selama 48 jam maka endurancenya sudah menurun.

6. Latihan Hurdle Hopping

a. Pengaruh latihan Hurdle Hopping Terhadap Power Otot Tungkai.

Hurdle Hopping adalah meloncat ke depan dengan tumpuan dan

pendaratan dua kaki secara cepat dan eksplosif melewati rintangan kotak atau

penghalang lain yang ditekankan pada kecepatan gerakan kaki untuk mencapai

lompat/loncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya kearah depan saja. Hurdle

Hopping dapat dianggap sebagai aktivitas aerobic, karena memerlukan kontraksi

berirama dari kelompok- kelompok otot besar dari tungkai untuk memindahkan

seluruh berat badan. Pada gerakan Hurdle Hopping terdapat unsur kekuatan dan

unsur kecepatan, hal itu disebabkan karena untuk dapat melompat/meloncat

setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya dengan rintangan kotak atau penghalang

lain yang dibutuhkan adalah kekuatan otot tungkai. Dengan demikian latihan

(41)

commit to user

Ukuran tinggi rintangan kotak atau penghalang lain yang harus

digunakan dalam latihan ini harus cukup tinggi, agar dapat merangsang

perkembangan kekuatan otot tungkai. Menurut Sukadiyanto (2005 : 96) bentuk

latihan Plyometric dikelompokkan dua macam : latihan dengan intensitas rendah

(low impac) yaitu melompat diatas kotak atau penghalang lain setinggi 25±35 cm

dan latihan dengan intensitas tinggi (hight impac) yaitu melompat diatas kotak

atau penghalang lain setinggi di atas 35 cm tergantung kemampuan.

b. Pelaksanaan Latihan Hurdle Hopping

Latihan Hurdle Hopping dilakukan dengan menggunakan rintangan

kotak atau penghalang lain sehingga dapat memberikan beban atau kontraksi pada

otot tungkai. Pelaksanaan latihan ini yaitu berdiri tegak menghadap ke kotak atau

penghalang lain untuk awalan dengan sikap rileks. Gerakan dari posisi sikap awal

dilanjutkan melompati penghalang setingi-tingginya kedua paha diangkat, kedua

tangan sebagai penyeimbang posisi badan. Gerakan hurdle hopping ini dilakukan

dengan cepat dan eksplosif. Pendaratan dengan dua kaki segera diikuti melompati

lagi penghalang berikutnya seperti gerakan sebelumnya, dilakukan hingga

penghalang berhasil dilewati semua.

[image:41.612.130.511.210.469.2]

Cara pelaksanaan latihan plyometric Hurdle Hopping dapat dilihat pada

gambar berikut :

[image:41.612.135.514.547.677.2]
(42)

commit to user

7. Latihan Side Double Front Jump Combination

a. Pengaruh latihan Side Double Front Jump Combination Terhadap Power

Otot Tungkai.

Adalah latihan meloncat dengan tumpuan dan pendaratan dua kaki secara

cepat dan eksplosif melewati rintangan kotak atau penghalang lain dengan

memodifikasi gerak loncat kearah depan dan samping, yang ditekankan pada

kecepatan gerakan tungkai dan pola gerak tubuh melewati penghalang yang

dimodifikasi, otot yang bekerja lebih kompleks hal ini karena mengkombinasikan

bentuk loncatan ke depan ke samping dan ke depan lagi.

Metode latihan plyometric side double front jump combination otot yang

bekerja lebih kompleks. Hal ini karena mengkombinasikan bentuk loncatan ke

depan, ke samping dan ke depan lagi.

b. Pelaksanaan Latihan Side Double Front Jump Combination

Gerakan dalam latihan plyometric side double front jump combination adalah

melompat-lompat dengan tumpuan dua kaki, arah lompatan ke depan dan ke

samping menyesuaikan posisi modifikasi penghalang kotak atau penghalang lain

yang cukup tinggi sehingga dapat memberikan beban atau kontraksi otot,

kemudian melakukan gerakan yang sama dengan menggunakan tolakan dan

pendaratan dua kaki, dan demikian seterusnya. Cara pelaksanaan latihan

[image:42.612.216.450.562.683.2]

plyometric side double front jump combination dapat dilihat pada gambar berikut :

(43)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Loncat atau lompat adalah salah satu latihan power yang berkaitan

dengan kekuatan dan kecepatan. Plyometric Hurdle hopping dan Side double front

jump combination memiliki ciri khas gerakan mengangkat tubuh dengan melewati

rintangan baik pada saat maju ataupun ke samping. Power adalah hasil kerja dari

unsur kekuatan kali kecepatan yang dalam satu gerakan yang utuh dengan

melibatkan kemampuan otot untuk mengatasi tahanan.

Prinsip metode latihan plyometric adalah otot selalu berkontraksi baik

pada saat memanjang (eccentric) ataupun pada saat memendek (concentric).

Pelaksanaan latihan plyometric yang dilakukan dengan tepat dan benar akan

mempercepat peningkatan power tungkai pada pesilat.

Olahraga pencak silat pada prakteknya memerlukan unsur kondisi fisik

yang baik. Salah satu unsurnya adalah power atau daya ledak. Semakin besar

power yang dimiliki oleh seorang pesilat akan dapat melakukan serangan bela

ataupun teknik yang lebih efektif serta efisien. Menurut PB IPSI (2007: 24),

serangan dengan kaki yang dinilai adalah serangan yang masuk atau mengenai

sasaran, menggunakan teknik serangan dengan kaki (dalam bentuk apapun),

bertenaga dan mantap, tidak disertai tangkapan/pegangan tanpa terhalang oleh

tangkisan/elakan, dengan dukungan kuda-kuda atau kaki tumpu yang baik, jarak

jangkau yang tepat dan lintasan serangan yang benar.

Power otot tungkai merupakan unsur kondisi fisik yang berpengaruh

terhadap pencapaian prestasi dalam berbagai cabang olahraga. Untuk itu

diperlukan latihan secara intensif dengan metode dan bentuk latihan yang sesuai.

Metode latihan yang dapat digunakan untuk mengembangkan power otot tungkai

diantaranya dengan latihan plyometric. Bentuk latihan plyometric yang dapat

meningkatkan kemampuan power otot tungkai diantaranya hurdle hopping dan

(44)

commit to user

Pelaksanaan kedua latihan tersebut yaitu dengan melompat-lompat secara

berulang-ulang melewati rintangan kotak atau penghalang lain. Kedua latihan

tersebut menuntut untuk mengangkat tubuh keatas kedepan dan kesamping

dengan cepat, hal ini akan mengembangkan kekuatan dan kecepatan otot gerak

tungkai. Dengan berkembangnya kekuatan dan kecepatan gerak otot tungkai

tersebut, power otot tungkai juga akan meningkat.

1. Perbedaan Latihan Hurdle Hopping Dan Side Double Front Jump

Combination.

Latihan hurdle hopping dan side double front jump combination adalah

bentuk latihan mengembangkan power otot tungkai. Kedua bentuk latihan tersebut

masing-masing memiliki perbedaan dalam pelaksanaan geraknya, sehingga hal ini

akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap power otot tungkai.

Latihan hurdle hopping adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan cara

meloncat kedepan menggunakan dua kaki dengan rintangan kotak atau

penghalang lain yang ditekankan pada kecepatan gerak kaki untuk mencapai

lompat atau loncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya. Latihan hurdle hopping

mengembangkan unsur-unsur terbentuknya power yaitu kekuatan dan kecepatan.

Dengan demikian latihan hurdle hopping dapat mengembangkan power otot

tungkai.

Sedangkan latihan side double front jump combination adalah bentuk

latihan dengan tumpuan dan pendaratan dua kaki secara cepat dan eksplosif

melewati rintangan kotak atau penghalang lain dengan memodifikasi gerak loncat

kearah depan dan samping, yang ditekankan pada kecepatan gerakan tungkai dan

pola gerak tubuh melewati penghalang yang dimodifikasi. Pada latihan side

double front jump combination otot yang bekerja lebih kompleks. Hal ini karena

(45)

commit to user

2. Latihan Side Double Front Jump Combination Lebih Baik Pengaruhnya

Dari Pada Latihan Hurdle Hopping Terhadap Power Otot Tungkai.

Berdasarkan perbedaan latihan hurdle hopping dan side double front jump

combination menunjukkan bahwa, side double front jump combination

mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan power otot tungkai.

Walaupun latihan hurdle hopping dan side double front jump combination

sama-sama mengembangkan unsur kekuatan dan kecepatan bersama-sama-sama-sama, sehingga

akan terbentuk power otot tungkai yang memadahi. Latihan hurdle hopping dan

side double front jump combination merupakan latihan melompat-lompat dengan

dua kaki melewati kotak atau penghalang lain yang ditekankan pada kecepatan

gerakan tungkai dan pola gerak tubuh melewati penghalang, namun pada latihan

side double front jump combination gerakan melompat dimodifikasi ada gerakan

melompat kesamping. Karena lompatan tersebut dilakukan dengan memodifikasi

gerak ke depan, ke samping dan ke depan lagi, maka beban tubuh yang diangkat

akan lebih berat dan otot yang bekerjapun lebih kompleks. Hal ini menyebabkan

pengembangan kekuatan otot tungkai yang cukup besar. Gerakan pada latihan ini

dilakukan dengan melompat tumpuan dua kaki mengkombinasikan gerakan ke

depan dan ke samping sehingga sangat menuntut kecepatan gerak. Peningkatan

kekuatan dan kecepatan yang besar tersebut dapat mengembangkan power otot

tungkai yang besar pula. Pada latihan side double front jump combination terjadi

peningkatan beban latihan dalam pelaksanaanya yaitu pada saat melompat ke

depan dilanjut melompat ke samping. Jadi latiahan side double front jump

combination lebih baik pengaruhnya dari pada hurdle hopping terhadap

peningkatan power otot tungkai.

3. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Hurdle Hopping

Latihan hurdle hopping dan side double front jump combination adalah

bentuk latihan mengembangkan power otot tungkai. Kedua bentuk latihan tersebut

(46)

commit to user

akan menimbulkan pengaruh pada saat pelaksanaannya. Pelaksanaan kedua

latihan tersebut yaitu dengan melompat-lompat secara berulang-ulang melewati

rintangan kotak atau penghalang lain. Kedua latihan tersebut menuntut untuk

mengangkat tubuh keatas kedepan dan kesamping dengan cepat, hal ini akan

mengembangkan kekuatan dan kecepatan otot gerak tungkai. Dengan

berkembangnya kekuatan dan kecepatan gerak otot tungkai tersebut, power otot

tungkai juga akan meningkat.

Ditinjau dari pelaksanaan latihan hurdle hopping dan side double front

jump combination dapat diidentifikasikan kelebihannya sebagai berikut :

1) Latihan secara terus menerus dengan pola gerakan melompat dengan

baik, peningkatkan power otot tungkai akan lebih cepat tercapai, karena

latihan ini memerlukan kontraksi berirama dari kelompok- kelompok

otot besar dari tungkai untuk memindahkan seluruh berat badan,.

2) Koordinasi akan lebih baik, karena latihan ini berusaha melompat

melewati rintangan atau penghalang lain dengan sempurna.

3) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung

penampilannya dalam pertandingan pencak silat.

Kelemahan latihan hurdle hopping antara lain :

1) Penguasaan teknik dasar kurang dapat tercapai dengan baik, sebab pada

latihan ini prioritasnya hanya pada peningkatan power otot tungkai.

2) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh karena gerakan pada latihan

ini hanya melompat-lompat.

3) Akan sering terjadi kesalahan teknik lompatan jika terlalu lelah.

4) Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan

(47)

commit to user

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini :

[image:47.612.109.569.124.657.2]

Alternatif Latihan

Gambar 6 : Skema Kerangka Pemikiran UNSUR ² UNSUR UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI PENCAK SILAT YANG LEMAH

POWER OTOT TUNGKAI

PLYOMETRIC

SIDE DOUBLE FRONT JUMP COMBINATION

HURDLE

HOPPING

LATIHAN MANA YANG LEBIH

BAIK DAN EFEKTIF DALAM

MENINGKATKAN POWER OTOT

TUNGKAI ?

Pesilat putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas sebelas maret

Surakarta

LATAR BELAKANG

¾ PRESTASI PENCAK SILAT BELUM MAKSIMAL.

¾ BENTUK LATIHAN YANG ADA MASIH KURANG

EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN POWER OTOT TUNGKAI.

¾ BANYAK PESILAT YANG MASIH LEMAH TERHADAP

(48)

commit to user

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan hurdle hopping dan side double front

jump combination terhadap power otot tungkai pada pesilat putra UKM Tapak

Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.

2. Latihan side double front jump combination memiliki pengaruh yang lebih baik

dari pada latihan hurdle hopping dalam meningkatkan power otot tungkai pada

pesilat putra UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Universitas Sebelas

(49)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Stud

Gambar

Gambar 1. Sistem Energi .................................................................................
Tabel 1. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Forehand
Gambar 1. Sistem Energi
fight rata-rata 14 kali dalam satu babak. Hal ini menyebabkan kecenderungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal Satu bulan Juli tahun Dua Ribu Tiga Belas , kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Diharapkan nantinya akan mendapatkan hasil yang terbaik dari tiap– tiap jenis model penyambungan dari preheat dan PWHT, pengujian dalam penelitian ini meliputi pengujian tarik,

Misalnya, menjelaskan tentang prosedur, maka dipilih penjelasan dengan bagan dll Mampu menjelaskan, walaupun dengan strategi yang standard, seperti memberi ceramah

Lanjutan Pemb Mess Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan , maka dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir dalam acara pembuktian kualifikasi sesuai

Berdasarkan beberapa penjelasan dari hasil wawancara dengan beberapa responden masyarakat pemilik kolam dan petani ikan di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo

Tabel 8.Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani contoh yang mengusahakan usahatani Selada Air di Kelurahan Pagar Wangi. NO Jenis Biaya

Operasi ini digunakan untuk menyimpan data-data kamar yang diinputkan dari web ke dalam database.

Dengan menggunakan persamaan 2.10, hasil perhitungan manual renewable fraction pada sistem PLTS secara hybrid sudah memiliki nilai yang sama dengan hasil perhitungan menggunakan