i
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Asumsi ... 10
BAB II KONSEP PERILAKU PROSOSIAL DAN PERMAINAN DALAM BIMBINGAN KELOMPOK A. Konsep Perilaku Sosial ... 13
1. Interaksi Sosial ... 13
2. Perilaku Sosial ... 14
3. Faktor-faktor Yang Melandasi Perilaku Sosial ... 20
B. Konsep Dasar Permainan ... 21
1. Pengertian Permainan ... 21
2. Fungsi dan Manfaat Bermain ... 27
3. Jenis-jenis Permainan ... 30
4. Permainan Sebagai Teknik Terapi ... 33
ii
C. Bimbingan Kelompok ... 38
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 40
2. Dinamika Kelompok ... 40
3. Prosedur dan Langkah-langkah ... 42
D. Penelitian Terdahulu ... 49
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 52
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 55
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen ... 56
1. Pengumpulan Data ... 56
2. Instrumen Penelitian ... 56
3. Uji Validitas Program ... 63
4. Metode Analisis data ... 71
5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 74
B. Pembahasan Hasil ... 95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 107
B. Rekomendasi ... 109
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 52 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Sosial... 57 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Sosial... 59 Tabel 3.4 Hasil Uji Statistik Sampel Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol... 66 Tabel 3.5 Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol... 67 Tabel 3.6 Hasil Group Statistik Gain Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol... 68 Tabel 3.7 Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 68 Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Skor Perilaku Prososial Siswa
Menurut Kelompok dan
Tes...
81
Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...
90
Tabel 4.15 Hasil Statistik Sampel Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol... 91 Tabel 4.16 Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol... 92 Tabel 4.17 Hasil Group Statistik Gain Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol... 93 Tabel 4.18 Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek
Kedermawanan... 76 Grafik 4.2 Rata-Rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek
Empati ... 77 Grafik 4.3 Prosentase Pretes Peningkatan Perilaku Sosial
Siswa Aspek Penanganan Konflik ... 78 Grafik 4.4 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek
Kejujuran ... 78 Grafik 4.5 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa Aspek
Sosial Inisiatif ... 79 Grafik 4.6 Rata-rata Skor Pretes Perilaku Sosial Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 80 Grafik 4.8 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial
Aspek Kedermawanan Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ... 83 Grafik 4.9 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial
Aspek Empati Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol... 84 Grafik 4.10 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial
Aspek Penanganan Konflik Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ... 85 Grafik 4.11 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial
Aspek kejujuran Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ... 86 Grafik 4.12 Rata-rata Skor Pretes dan Postes Perilaku Sosial
Aspek Sosial Inisiatif Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ... 87 Grafik 4.13 Rata-rata Skor Gain Perilaku Sosial Siswa
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Program Bimbingan Kelompok... 115
Lampiran 2 : Lampiran Satuan layanan ... 119
Lampiran 3 : Kisi-kisi Instrumen ... 148
Lampiran 4 : Foto-foto Kegiatan ... 149
Lampiran 5 : Hasil Pengelolaan data ... 154
Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian ... 224
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
percobaan bunuh diri (Redaksi Pagi Trans 7, 13 Januari 20011), perkelahian antar pelajar/ mahasiswa, konflik antar suku yang berujung pada adanya korban jiwa, seperti halnya pernah terjadi di kampung daerah Ciwaringin Bogor Tengah yang memakan satu korban nyawa, dan yang akhir-akhir ini masih teringat oleh kita konflik di Kabupaten Pandegelang Banten yang memakan hingga tiga korban jiwa. (http://megapolitan. kompas.com).
Untuk menangkal dan mengatasi kondisi tersebut, perlu dipersiapkan insan dan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu. Manusia yang bermutu, yaitu manusia yang harmonis lahir dan batin, sehat jasmani dan rohani, bermoral, serta dinamis. Hal ini sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional.
Pendukung utama bagi terciptanya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dan bermutu adalah pendidikan. Menurut Musaheri (2007 : 48), ”pendidikan dalam arti luas merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lain untuk mengembangkan dan memfungsionalkan rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) manusia dan jasmani (pancaindera dan keterampilan-keterampilan) manusia agar meningkat wawasan pengetahuannya”. Jadi, pendidikan tidak cukup terfokus pada aspek kognitif semata tetapi juga aspek non kognitif. Kedua aspek ini memberi pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan. Pendidikan kognitif mengembangkan aspek intelektual, sedangkan aspek non kognitif membantu mengembangkan sikap dan keterampilan.
masyarakat, keluarga dan sekolah. Masyarakat selain berperan sebagai pemberi masukan dalam mengembangkan pendidikan, juga membantu menyediakan sarana dan prasarana belajar. Sedangkan keluarga berperan sebagai peletak dasar bagi anak-anak. Singgih D. Gunarsa (1976 : 9) menyatakan bahwa, ”keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri”. Selain keluarga sebagai tempat pendidikan anak, sekolah berperan melanjutkan pendidikan keluarga dengan memberi pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan akademis dan non akademis. Demikianlah pendidikan itu dilakukan dalam tiga tempat untuk saling melengkapi. Dalam UU SPN RI No: 20 / 2003 Bab I Ketentuan Umumt ayat 2 tentang sitem Pendidikan tertera bahwa, ”semua proses pendidikan itu bertujuan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
bagaimana caranya agar nilai akademis anak dapat ditingkatkan. Dampak lanjutannya adalah anak banyak diberikan les-les atau bimbingan belajar, baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah, diselenggarakannya lomba-lomba peningkatan prestasi akademik seperti olimpiade matematika, fisika, bologi, dan berbagai jenis lomba akademik lainnya.
Akibat dari adanya ketidakseimbangan kedua aspek pendidikan tersebut, anak terkesan menjadi anak pintar tetapi angkuh dan meninggalkan aspek emosional. Daniel Goleman (2003 : 48) menyatakan bahwa ”keberhasilan seseorang dalam hidup, dalam hal ini keberhasilan berperilaku prososial yang positif bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual semata akan tetapi banyak dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap mengelola perasaan dengan baik, dan yang mampu membaca serta menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam bidang hidup. Sebagaimana dikatakan oleh Sunaryo Kartadinata, dkk (2000 : 06) bahwa, ”kebermutuan sumber daya manusia tidak hanya terletak pada kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan sosial dan emosional”. Keberhasilan atau prestasi yang dicapai manusia
masyarakat global tidak semata-mata ditentukan oleh kecerdasan intelektual tapi juga oleh ketekunan, komitmen, motivasi, kesungguhan, disiplin dan etos kerja, kemampuan berempati, berinterelasi dan berinterelasi.
kemampuan berempati, suka bekerjasama, membantu orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain akan memperoleh penyesuaian yang baik di masyarakat dan bisa diterima masyarakat serta terciptanya keharmonisan hubungan antar sesama. Sebaliknya, orang yang cerdas secara intelektual akan tetapi tidak tahu bagaimana bergaul, egois, ingin menang sendiri, tidak menghargai orang lain, tidak akan diterima baik oleh masyarakat dalam pergaulannya.
Akan tetapi tampaknya usaha-usaha pembinaan tersebut tidak berhasil secara optimal karena anak tetap menampakan perilaku sosial rendah. Ketidak berhasilan usaha-usaha pembinaan tersebut kemungkinan diakibatkan karena penanganan yang kurang tepat sasaran sehingga permasalahan yang sebenarnya dari siswa tersebut tidak tertangani dengan baik.
Berdasarkan pemikiran tentang perilaku sosial tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema perilaku sosial ini sebagai bidang kajian. Untuk itu peneliti bermaksud menerapkan bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.
Bimbingan kelompok merupakan upaya membantu individu dalam suasana kelompok agar individu dapat memahami, mencegah serta memperbaiki dirinya dengan memanfaatkan dinamika kelompok agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya secara optimal. Bimbingan kelompok pada umumnya memanfaatkan dinamika kelompok, kelompok yang dinamis adalah yang memiliki ciri-ciri memiliki tujuan bersama, saling membina hubungan yang dinamis, bersikap baik terhadap orang lain, memiliki kemampuan mandiri dan lain sebagainya.
pemahaman tentang perbedaan tersebut akan membawa dampak yang merugikan bagi dirinya dan lingkungannya. Aplikasi dari pemahaman tersebut dapat diketahui melalui interaksi sosialnya di masyarakat (perilaku sosialnya). Dengan mengalami langsung bermain, peserta dapat memetik berbagai pengalaman, seperti sikap empati, toleransi, kerjasama, dan aspek-aspek sosial lainnya yang nantinya semua pengalaman tersebut dapat diterapkan dalam interaksi sosial.
Perpaduan bimbingan kelompok melalui dinamika kelompok didalamnya terdapat permainan kelompok dimungkinkan dapat membentuk perilaku sosial anak, karena dalam kelompok yang efektif diharapkan adanya kerjasama, etiket dan sikap yang baik pada orang lain, serrta kemandirian dari dari setiap anggotanya. Permainan adalah perpaduan yang harmoni antara bimbingan kelompok dan permainan karena keduanya memiliki kesamaan prinsip yaitu nilai kebersamaan. Maka dengan nilai kebersamaan inilah akan terbentuknya suatu kelompok yang dinamis dan diharapkan dalam kelompok dapat terbentuknya pola perilaku sosial yang positif.
Penelitian yang berkaitan dengan pentingnya permainan diuraikan sebagai berikut : Penelitian Hermawati (2009) dengan subjek penelitian pada anak usia dini menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus, menunjukan bahwa perilaku sosial dan emosional anak relatif berkembang dengan baik. Tampak adanya pengaruh kegiatan permainan alam terbuka terhadap upaya pembentukan perilaku sosial dan emosional anak meskipun kurang signifikan.
berkemampuan unggul. Temuan penelitian menunjukan bahwa model bermain peran telah efektif untuk dijadikan model bimbingan dalam mengembangkan keterampilan sosial anak berkemampuan unggul. Dalam dimensi proses, pelaksanaan bermain peran telah membantu siswa memperoleh pengalaman berharga memberikan masukan atas peran orang lain, dan menerima masukan dari orang lain. Siswa juga dapat melatih diri menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Sedangkan pada dimensi produk, bermain peran diharapkan mampu mereduksi bahkan menyembuhkan kebiasaan anak alam mencontek.
Yusiana (1999) melakukan penelitian tentang pengalaman belajar awal yang bermakna bagi anak melalui aktivitas bermain, dengan subjek penelitian siswa SD kelas rendah (1,2 dan 3). Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan implementasi bermain dalam proses pemblajaran bernuansa bimbingan menstimulasi siswa mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Aktualisasi potensi berbentuk prestasi dan kemampuan mental (perilaku baru) sebagai dampak pengiring. Melalui implementasi aktivitas bermain siswa belajar secara bermakna, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik tetapi juga keterampilan psikologis yang dibutuhkan pada tahap perkembangan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pemilihan bentuk dan jenis permainan yang digunakan dalam kegiatan layanan sangat bergantung pada kepekaan perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa serta kreativitas guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada.
bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa pada kelas X SMA Laboratorium UPI Bandung.
B. Rumusan Masalah
Semua pihak pasti menginginkan perilaku prososial yang diharapkan seperti : kedermawanan (generocity), empati (emphaty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan perilaku menarik dalam situasi tertentu. Untuk mengembangkan perilaku prososial tersebut banyak cara telah dilakukan, diantaranya adalah melalui proses belajar di sekolah seperti interaksi individu dengan lingkungannya, modeling, pemberlakuan tata tertib sekolah, kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler, dan bimbingan konseling, maupun pergaulannya di masyarakat.
Pada penelitian yang menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial ini ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan, yaitu:
1. Bagaimanakah profil perilaku prososial siswa sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan?
2. Bagaimanakah rancangan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?
4. Bagaimana efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa?
Oleh karena begitu luasnya cakupan permasalahan tersebut, dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penerapan bimbingan kelompok melalui teknik permainan dalam meningkatkan perilaku prososial siswa SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.
1. Untuk mengetahui profil perilaku prososial siswa sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
2. Untuk menyusun program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
3. Untuk mengetahui profil perilaku prososial siswa sesudah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
4. Untuk mengetahui efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.
D. Asumsi
Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut :
selanjutnya. Hal ini bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya. (Dayaksini & Hudaniah, 2003 : 175).
2. Bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah merupakan bidang layanan kepada peserta didik, layanan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan mereka. (S. Wingkel & M. Sri Hastuti, 2006 : 542).
3. Bimbingan kelompok sebagai bentuk khusus dari layanan bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang khas, karena dalam proses kegiatannya dilaksanakan lebih dari dua orang. Demikian juga dalam aspek pertemuan tatap muka yang tergabung dalam suatu kelompok. (Juntika Nurhisan, 2005 : 17).
4. Bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai prkatis, artinya bermain bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada siswa. Plato & Aristoteles (dalam Andang Ismail, 2006 : 14)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DesainPenelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah. Metode dapat dipahami sebagai bentuk strategi, langkah-langkah atau cara yang ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode dengan desain penelitian eksperimen (experimental
reaserch). Yang dimaksud dengan penelitian eksperimental adalah penelitian yang
dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang bersangkutan. (Agung, 2001 : 17) Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik Permainan. Pengkondisian prilaku siswa hanya sebesar yang dapat dikontrol secara kuasi dan menghindari kontrol yang murni (pure exsperiment) sehingga kontrol terhadap perilaku siswa tidak terlalu ketat. Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (kuasi exsperiment).
Penelitian ini dirancang menggunakan model “Pre-Postest-kontrol group
design. (Fraenkel & wallen dalam Suarni, 2004). Desain penelitiannya dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel. 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok Tes Awal
(Pretest) Perlakuan
Tes Akhir (Posttest)
Eksperimen Y0 X1 Y1
Keterangan :
Y0 : Pemberian tes awal (pre-test) pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum dimulai eksperimen.
Y1 : Pemberian tes akhir (post-test) pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah pertemuan terakhir eksperimen.
X1 : Perlakuan/efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik
Permainan kepada kelompok eksperimen. - : Tidak diberi perlakuan/eksperimen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Kelas Jumlah XC
XF XA XB XD
31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa
Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling. Menurut Kartono Kartini (1996 : 137) teknik ini menggunakan cara pengambilan/pemilihan sampel secara pilihan random, sembarangan tanpa pilih bulu. Rancangan penentuan sampel ini menggunakan tehnik undian, yang mana SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung memiliki 7 kelas, lalu kedelapan kelas tersebut diundi untuk menentukan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Adapun langkah-langkah pengundian sebagai berikut :
1. Pada semua kelompok/ kelas yang menjadi anggota/ bagian dari populasi diberikan kode-kode bilangan.
2. Kode-kode tersebut dituliskan pada kertas-kertas lembaran kecil-kecil, masing-masing digulung dengan baik, lalu dimasukan kedalam satu kotak/tempat yang tertutup.
Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan dan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas (independent variable) dan perilaku sosial sebagai variabel terikat (dependent variable). Bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas disebut juga variabel eksperimen atau perlakuan (treatment), yaitu sejumlah gejala yang sengaja ditimbulkan atau dirubah atau dikenakan atau diberikan kepada kelompok eksperimen. Perlakuan ini merupakan sebab yang hendak diobservasi atau diamati pengaruhnya pada subjek penelitian. Perilaku sosial sebagai variabel terikat merupakan sebagai akaibat dari perlakuan yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan akan diteliti perubahannya. Devinisi operasional variabel seperti berikut.
Pertama, perilaku sosial adalah tingkah laku atau respon yang dilakukan
dalam interaksi antar individu dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Perilaku sosial terjadi sekarang. Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku prososial sebagaimana diungkap Rydell dan Bohlin (1997 : 829) menyatakan, perilaku sosial yang diharapkan adalah perilaku prososial yang menyangkut apek : kedermawanan (generocity), empati (emphaty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social
Pengukuran perilaku sosial siswa sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan kuesioner skala Likert.
Kedua, bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah proses
pemberian bantuan kepada klien dengan seting kelompok, yang pelaksanaannya menggunakan teknik permainan.
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang perilaku sosial siswa. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian ini digunakan instrumen kuesioner perilaku prososial skala Likert baik itu pada pre-test dan
post-test.
2. Instrumen Penelitian
Secara umum pengembangan instrumen melalui tahap-tahap berikut. (a) merumuskan pengukuran butir pernyataan, (b) menyusun kisi-kisi instrumen, (c) melakukan uji kesahihan butir. Ketiga langkah ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengukuran Butir Pernyataan
penskoran sebaliknya yaitu : responden yang menjawab Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2, Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 5.
b. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen
Sebelum merumuskan butir-butir pernyataan kuesioner, yang dibuat terlebih dahulu adalah kisi-kisi kuesioner. Kisi-kisi kuisioner berisikan variabel yang akan diukur, indikator, nomor butir untuk tiap-tiap indikator, dan nomor butir untuk pernyataan positif dan negatif untuk tiap-tiap indikator.
Kuesioner perilaku yang dimaksud menyangkut kedermawanan (generocity), empati (empty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial. Adapun kisi-kisi kuesioner sebelum diujicobakan disajikan dalam tabel berikut :
Tebel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial
Variabel Aspek indikator Nomor Butir ∑
- + Perilaku sosial (prososial) Kedermawanan adalah kesadaran untuk memberi bantuan kepada orang lain
1. Memberi bantuan barang
2. Memberi bantuan jasa 3. Mementingkan
kepentingan orang lain 2 7,8,10 1,3,4, 5 6,9,11 4 1 6 Empati adalah kemampuan untuk memahami perasan orang lain
1. Memahami perasaan teman
2. Memberikan perhatian kepada teman
3. Memahami bahasa non verbal diri dan orang lain 13 18,19,22 25 12,14,15 16,17 20,21,23 24,26,27 4 8 4
adalah kemampuan untuk menangani sebuah pertentangan
Memberi solusi saat konflik
Kejujuran adalah berkata dan bersikap sesuai dengan kenyataan
1. Mengatakan sesuatu tanpa rekayasa 2. Mengakui kesalahan
dan memberi apresiasi positif 35 42,44 32,33,34 36,40 37,38,39, 41,43 3 2 8
Sosial Inisiatif adalah kemampuan memulai interaksi dengan orang lain
1. Memulai percakapan 2. Menyatakan pendapat
47 48,50,51, 53,54 45,46 49,52 3 7
Jumlah 21 33 54
c. Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrument
d. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas butir dilakukan dengan program excel, kriteria butir soal dalam kategori valid adalah jika nilai hitung r > nilai tabel r, pada taraf signifikansi 5%, dan kreteria butir soal kategori drop (tidak valid) adalah jika nilai hitung r < nilai tabel r. Rekapitulasi hasil pengujian validitas dapat dibuat seperti tampak pada tabel berikut :
Tabel 3.3
Hasil uji coba Validitas Instrumen Perilaku sosial No Item Nilai Hitung r Nilai Tabel r Tafsir
1 0.374 0.355 valid
2 0.487 0.355 valid
3 0.385 0.355 valid
4 0.36 0.355 valid
5 0.294 0.355 tidak valid
6 0.294 0.355 tidak valid
7 0.07 0.355 tidak valid
8 0.407 0.355 valid
9 0.17 0.355 tidak valid
10 0.464 0.355 valid
11 0.389 0.355 valid
12 0.417 0.355 valid
13 0.413 0.355 valid
14 0.48 0.355 valid
15 0.439 0.355 valid
16 0.56 0.355 valid
17 0.377 0.355 valid
18 0.401 0.355 valid
19 0.412 0.355 valid
20 0.02 0.355 tidak valid
21 0.07 0.355 tidak valid
22 0.428 0.355 valid
23 0.399 0.355 valid
24 0.364 0.355 valid
25 0.371 0.355 valid
26 0.378 0.355 valid
28 0.504 0.355 valid
29 0.635 0.355 valid
30 0.721 0.355 valid
31 0.371 0.355 valid
32 0.371 0.355 valid
33 0.621 0.355 valid
34 0.496 0.355 valid
35 0.543 0.355 valid
36 0.592 0.355 valid
37 0.592 0.355 valid
38 0.477 0.355 valid
39 0.649 0.355 valid
40 0.341 0.355 tidak valid
41 0.416 0.355 valid
42 0.01 0.355 tidak valid
43 0.118 0.355 tidak valid
44 0.52 0.355 valid
45 0.579 0.355 valid
46 0.127 0.355 tidak valid
47 0.673 0.355 valid
48 0.603 0.355 valid
49 0.376 0.355 valid
50 0.551 0.355 valid
51 0.194 0.355 tidak valid
52 0.419 0.355 valid
53 0.407 0.355 valid
54 0.413 0.355 valid
55 0.694 0.355 valid
56 0.38 0.355 valid
57 0.405 0.355 valid
58 0.443 0.355 valid
59 0.535 0.355 valid
60 0.39 0.355 valid
61 0.429 0.355 valid
62 0.435 0.355 valid
63 0.243 0.355 tidak valid
64 0.42 0.355 valid
Berdasarkan perhitungan tersebut, dari 65 butir pernyataan perilaku sosial terdapat 53 butir pernyataan valid dan 12 butir pernyataan gugur sebagaimana berikut :
Valid Tidak Valid
1,2,3,4,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34 35,36,37,38,39,41,44,45,47,48,49,50,52 53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,64,65
5,6,7,9,20,21,40,42,43,46,51,63
e. Uji Reliablitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam Sambas Ali, dkk (2009 : 37).
Analisis Reliabilitas Instrumen penelitian ini menggunakan teknik
Alpha Cronbach yang dianalisis dengan Program excel :.
22 11
1
1
t ix
k
k
r
Sumber : Sambas Ali, dkk (2009 : 38). Keterangan :
r 11 = Reliabilitas Instryumen/ koefisien alfa
k = Banyaknya Butir Soal
2i
= Jumlah Variansi Butir
2
t
Dalam menguji reliabilitas perumusan hipotesisnya adalah : Ha =
Skor butir berkolerasi positif dengan faktornya, dan Ho = Skor butir tidak
berkorelasi positif dengan faktornya. Dasar pengambilan keputusannya adalah : Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Ha diterima, (jika r Alpha > r tabel tapi bertanda negatif,
Ha tetap akan ditolak) dan Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka
butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Ha ditolak, nilai table r dapat
dilihat pada a = 5% dan db = n – 2.
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program excel, diketahui k = 65,
i2= 62,33, t2 = 617,59 dan didapatkan nilai koefisien alpha sebesar 0,912, dan nilai tabel r adalah 0,335. Dengan demikian nilai hitung alpha lebih besar dari nilai table r atau 0,912 > 0,355. Artinya instrumen angket dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.f. Uji Normalitas
Pada penelitian ini diupayakan pengujian normalitas sebaran data. Uji normalitas adalah dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan cara membandingkan nilai
Kolmogorov-Smirnov dan Probabilitas dengan nilai signifikannya adalah
normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.
3. Uji Validasi Program
Uji validasi program dilakukan untuk mendapat ketepatan pada perencanaan dan pelaksanaan program yang telah dirancang baik secara rasional maupun secara empirik.
a. Analisis Rasional
Program bimbingan kelompok melalui teknik permainan siswa disusun berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan siswa dan juga kebutuhan SMA Laboratorium (Percontohan) UPI. Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa tersebut dilakukan pemberian kuesioner kepada siswa. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat beberapa permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan oleh siswa khususnya yang terkait dengan perilaku prososial.
Penyusunan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Melakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhansiswa terkait dengan perilaku sosial siswa.
2) Melakukan peninjauan ulang terhadap program bimbingan dan konseling yang sudah ada.
4) Menguji efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial.
Untuk memperoleh bangun dan substansi program yang teruji secara rasional konseptual, Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan
Untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Siswa mendapat masukan perbaikan
program dari para pakar bimbingan dan konseling yakni Bapak Syamsu Yusuf, Bapak Mubiar Agustin dan Ibu Ipah Saripah. Komponen program yang mendapat masukan perbaikan dari ketiga pakar tersebut mencakup aspek-aspek sebagai berikut : rasional, tujuan program, integrasi program bimbingan, deskripsi kebutuhan, isi dan jenis layanan, penilaian, deskripsi kegiatan dan evaluasi.
Masukan dari para pakar, dapat diinventarisasi sebagai berikut :
a) Sistematika, redakasi dan ketatabahasaan program supaya mengacu kepada tata penulisan yang baku agar Program Bimbingan Kelompok
Dengan Teknik Pemainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa
dapat dipahami oleh siswa, wali kelas dan konselor/ guru bk di sekolah. b) Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan Untuk
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa agar disinergikan dengan program bimbingan dan konseling di sekolah.
d) Penggunaan jenis permainan agar benar-benar relevan dengan tujuan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
Selain dilakukan uji rasional program dari para pakar bimbingan dan konseling, selanjutnya dilakukan pengujian keterbacaan program yang bertujuan agar naskah program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa dapat dipahami dengan baik oleh pengguna program yakni konselor sekolah. Selain itu, pengujian keterbacaan program merupakan proses untuk menginventarisasi masukan bagi perbaikan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
Pelaksanaan pengujian keterbacaan program melibatkan dua orang konselor yang berkualifikasi pendidikan sarjana bimbingan dan konseling yakni Ibu Dian Anita dan Ibu Ucu Juliana. Setelah melalui tahap pengujian keterbacaan program maka, dihasilkan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa, sebagai berikut :
Program bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku sosial siswa di dalamnya mencangkup : rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan program, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan kegiatan layanan dan evaluasi program.
b. Analisis Empirik
empirik, hasil tersebut digunakan sebagai formula atau pembanding dalam melakukan pengujian selanjutnya pada sebuah program yang telah di rancang kepada siswa. Adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1) Pre Tes dan Post Tes
Pelaksanaan pre tes berfungsi untuk mengetahui sejauh mana gambaran kemampuan perilaku prososial siswa melalui koesioner perilaku sosial. Sedangkan post tes dimaksudkan untuk mengetahui hasil peningkatan perilaku prososial siswa setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
Gambaran efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS 17.0 :
Tabel 3.4
Hasil Uji Statistik Sampel
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
PosttestEksperimenKontrol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor
Posttest Eksperimen 31 209.16 8.726 1.567
Posttest Kontrol 31 198.97 10.294 1.849
[image:32.595.113.514.242.624.2]Tabel 3.5
Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std.
Error
Differenc e
95% Confidence
Interval of the
Difference F Sig.
Lower Upper
Skor Equal variances
assumed
.642 .426 4.206 60 .000 10.194 2.424 5.345 15.042
Equal variances
not assumed
4.206 58.433 .000 10.194 2.424 5.345 15.042
Dari tabel 3.5 di atas tampak bahwa asumsi kedua varians sama besar adalah signifikan karena memiliki nilai p < 0,05. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa hasil skor rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Berdasarkan hasil tersebut, maka bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
Tabel 3.6
Hasil Group Statistik Gain
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Jenis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Gain
Eksperimen 31 30.52 7.628 1.370
Kontrol 31 22.97 9.397 1.688
Hasil skor rata-rata gain bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah (30,52) dengan standar deviasi (7,628), sedangkan hasil skor rata-rata tes gain bimbingan kelompok yang tidak menggunakan teknik permainan adalah (22,97) dengan standar deviasi (9,397). Hasil ini memperlihatkan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen yang diberikan teknik permainan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
Tabel 3.11
Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence
Interval of the
Difference F Sig.
Lower Upper
Skor Equal variances
assumed
2.375 .129 3.472 60 .001 7.548 2.174 3.200 11.897
Equal variances
not assumed
Karena hasil Levene’s Test pada Tabel 3.7 menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama besar (equal variance assumed) terpenuhi, maka selanjutnya dengan menggunakan uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) untuk terhadap yang memberikan hasil t = 3,472 dengan derajat kebebasan 57,568 dan p-value (2-tailed) = 0.001. karena hasil p-value = 0.001 labih kecil dari = 0.05, maka ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gain skor
dari kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan gain skor kelompok kontrol yang tidak menggunakan bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Hasil skor gain ini memperlihatkan bahwa bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
2) Jurnal Siswa
Pengumpulan jurnal yang dilakukan peneliti kepada siswa digunakan sebagai proses evaluasi setelah pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok melalui teknik permainan berlangsung. Melalui jurnal yang telah disebar, peneliti dapat mengetahui sejauh mana perkembangan siswa setelah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
pengalaman yang diperoleh selama kegiatan, sehingga siswa mampu memetik sebuah hikmah dan pengalaman dari kegiatan permainan yang telah dilakukannya. 3) Observasi
Observasi sebagai alat kontrol atau penilaian terhadap tingkah laku atau kegiatan yang diamati. Melalui observasi ini dapat mengetahui bagaimana tingkah laku siswa setelah diberikan perlakuan. Pada penelitian ini observasi untuk siswa dilakukan bersama-sama dengan guru BK, tujuan observasi adalah untuk mengetahui apakah bimbingan kelompok melalui teknik permainan yang dilakukan dapat meningkatkan prilaku sosial siswa secara efektif.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti dan guru bk bahwa terlihat tingkat pemahaman tentang pentingnya mengembangkan perilaku sosial ke arah perilaku sosial positif, hal tersebut terlihat pada bagaimana suasana kelas mulai sedikit kondusif, adanya penghargaan ketika proses belajar dan pembelajaran dikelas seperti halnya dalam berdiskusi, mulai munculnya sikap kepedulian antar sesama seperti menjenguk seorang teman yang sakit, dan tampak pada saat kegiatan bimbingan kelompok tampak adanya perilaku kerjasama diantara siswa pada saat bemain gambar beruntun, dalam permainan kekurangan dan kelebihan yang dilakukan, siswa mampu menunjukan sikap menghargai dan berempati terhadap teman ketika teman sedang mengutarakan kekurang dan kelebihan pada dirinya dan orang lain.
kesalahan dan munculnya sikap untuk memberikan apersiasi kepada teman yang berhasil atau berprestasi.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial dapat dikembangkan melalui bimbingan kelompok melalui teknik permainan karena permainan merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, melalui permainan siswa akan mendapatkan kebebasan berekpresi, kegembiraan, dan dalam suasana kegembiraan tersebut siswa dapat terangsang, termotivasi, terdorong untuk berperilaku, melatih kepekaan dan empati, melatih kemampuan otak, mengembangkan rasa percaya diri. Selain itu permainan juga dapat meningkatkan kreaitifitas, meningkatkan respon terhadap hal-hal baru, melatih untuk menyelesaikan atau mengatasi konflik, sarana untuk bersosialisasi dan melatih fungsi mental seperti berfikir, berkhayal, mengingat atau menegakan disiplin dengan menaati peraturan-peraturan dalam games.
4. Metode Analisis Data
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner perilaku sosial. Kuesioner tersebut diberikan dua kali, yaitu pertama pada pre-tes (sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan), kedua post-tes (sesudah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan). Selanjutnya skor yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan pola t-tes. Dengan mendapatkan hasil perhitungan t-tes tersebut, didapatkan simpulan hipotesis. Gambaran hipotesisnya adalah : Ho.= Efektifitas Bimbingan Kelompok
meningkatkan perilaku sosial siswa. Dengan melihat pernyataan hipotesis tersebut, maka kriteria dasar pengambilan keputusannya adalah : 1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima; dan 2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tampilan rumus t-test untuk menguji hipotesis I dan II
yaitu :
t =
n Sd
X X
/
2
1
(Santoso, 2000 : 104)
Keterangan : X1 = Pretest
X2 = Postest
Sd = Standar deviasi n = Jumlah data
5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapun prosedur/ langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pengurusan ijin penelitian
Peneliti mengajukan permohonan mengadakan penelitian di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Singaraja kepada Kepala Sekolah SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.
b. Pemberian kuesioner awal (Pre-test)
c. Pemberian Treatment
Setelah kuesioner awal telah dilaksanakan, selanjutnya kelompok eksperimen diberikan treatmen/ perlakuan dalam hal ini layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan sesuai dengan prosedur perlakuan yang sudah disusun. Program ini di rancang dengan 7 kali kegiatan, dan sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan secara konvensional.
d. Pemberian Kuesioner (post-test)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DesainPenelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah. Metode dapat dipahami sebagai bentuk strategi, langkah-langkah atau cara yang ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode dengan desain penelitian eksperimen (experimental
reaserch). Yang dimaksud dengan penelitian eksperimental adalah penelitian yang
dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang bersangkutan. (Agung, 2001 : 17) Perlakuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik Permainan. Pengkondisian prilaku siswa hanya sebesar yang dapat dikontrol secara kuasi dan menghindari kontrol yang murni (pure exsperiment) sehingga kontrol terhadap perilaku siswa tidak terlalu ketat. Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (kuasi exsperiment).
Penelitian ini dirancang menggunakan model “Pre-Postest-kontrol group
design. (Fraenkel & wallen dalam Suarni, 2004). Desain penelitiannya dapat
[image:40.595.112.513.239.772.2]digambarkan sebagai berikut :
Tabel. 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok Tes Awal
(Pretest) Perlakuan
Tes Akhir (Posttest)
Eksperimen Y0 X1 Y1
Keterangan :
Y0 : Pemberian tes awal (pre-test) pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum dimulai eksperimen.
Y1 : Pemberian tes akhir (post-test) pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah pertemuan terakhir eksperimen.
X1 : Perlakuan/efektifitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik
Permainan kepada kelompok eksperimen. - : Tidak diberi perlakuan/eksperimen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Kelas Jumlah XC
XF XA XB XD
31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa 31 Siswa
Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling. Menurut Kartono Kartini (1996 : 137) teknik ini menggunakan cara pengambilan/pemilihan sampel secara pilihan random, sembarangan tanpa pilih bulu. Rancangan penentuan sampel ini menggunakan tehnik undian, yang mana SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung memiliki 7 kelas, lalu kedelapan kelas tersebut diundi untuk menentukan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Adapun langkah-langkah pengundian sebagai berikut :
1. Pada semua kelompok/ kelas yang menjadi anggota/ bagian dari populasi diberikan kode-kode bilangan.
2. Kode-kode tersebut dituliskan pada kertas-kertas lembaran kecil-kecil, masing-masing digulung dengan baik, lalu dimasukan kedalam satu kotak/tempat yang tertutup.
Kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan dan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas (independent variable) dan perilaku sosial sebagai variabel terikat (dependent variable). Bimbingan kelompok melalui teknik permainan sebagai variabel bebas disebut juga variabel eksperimen atau perlakuan (treatment), yaitu sejumlah gejala yang sengaja ditimbulkan atau dirubah atau dikenakan atau diberikan kepada kelompok eksperimen. Perlakuan ini merupakan sebab yang hendak diobservasi atau diamati pengaruhnya pada subjek penelitian. Perilaku sosial sebagai variabel terikat merupakan sebagai akaibat dari perlakuan yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan akan diteliti perubahannya. Devinisi operasional variabel seperti berikut.
Pertama, perilaku sosial adalah tingkah laku atau respon yang dilakukan
dalam interaksi antar individu dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Perilaku sosial terjadi sekarang. Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku prososial sebagaimana diungkap Rydell dan Bohlin (1997 : 829) menyatakan, perilaku sosial yang diharapkan adalah perilaku prososial yang menyangkut apek : kedermawanan (generocity), empati (emphaty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social
Pengukuran perilaku sosial siswa sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan kuesioner skala Likert.
Kedua, bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah proses
pemberian bantuan kepada klien dengan seting kelompok, yang pelaksanaannya menggunakan teknik permainan.
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang perilaku sosial siswa. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian ini digunakan instrumen kuesioner perilaku prososial skala Likert baik itu pada pre-test dan
post-test.
2. Instrumen Penelitian
Secara umum pengembangan instrumen melalui tahap-tahap berikut. (a) merumuskan pengukuran butir pernyataan, (b) menyusun kisi-kisi instrumen, (c) melakukan uji kesahihan butir. Ketiga langkah ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengukuran Butir Pernyataan
penskoran sebaliknya yaitu : responden yang menjawab Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2, Kadang-kadang (KK) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 5.
b. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen
Sebelum merumuskan butir-butir pernyataan kuesioner, yang dibuat terlebih dahulu adalah kisi-kisi kuesioner. Kisi-kisi kuisioner berisikan variabel yang akan diukur, indikator, nomor butir untuk tiap-tiap indikator, dan nomor butir untuk pernyataan positif dan negatif untuk tiap-tiap indikator.
Kuesioner perilaku yang dimaksud menyangkut kedermawanan (generocity), empati (empty), penanganan konflik (conflict hendling) dan kejujuran (honesty), serta aspek sosial (social initiative) yang terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial. Adapun kisi-kisi kuesioner sebelum diujicobakan disajikan dalam tabel berikut :
Tebel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial
Variabel Aspek indikator Nomor Butir ∑
- + Perilaku sosial (prososial) Kedermawanan adalah kesadaran untuk memberi bantuan kepada orang lain
1. Memberi bantuan barang
2. Memberi bantuan jasa 3. Mementingkan
kepentingan orang lain 2 7,8,10 1,3,4, 5 6,9,11 4 1 6 Empati adalah kemampuan untuk memahami perasan orang lain
1. Memahami perasaan teman
2. Memberikan perhatian kepada teman
3. Memahami bahasa non verbal diri dan orang lain 13 18,19,22 25 12,14,15 16,17 20,21,23 24,26,27 4 8 4
adalah kemampuan untuk menangani sebuah pertentangan
Memberi solusi saat konflik
Kejujuran adalah berkata dan bersikap sesuai dengan kenyataan
1. Mengatakan sesuatu tanpa rekayasa 2. Mengakui kesalahan
dan memberi apresiasi positif 35 42,44 32,33,34 36,40 37,38,39, 41,43 3 2 8
Sosial Inisiatif adalah kemampuan memulai interaksi dengan orang lain
1. Memulai percakapan 2. Menyatakan pendapat
47 48,50,51, 53,54 45,46 49,52 3 7
Jumlah 21 33 54
c. Uji Validitas Isi dan Konstruk Instrument
d. Uji Validitas Instrumen
[image:47.595.116.508.249.765.2]Pengujian validitas butir dilakukan dengan program excel, kriteria butir soal dalam kategori valid adalah jika nilai hitung r > nilai tabel r, pada taraf signifikansi 5%, dan kreteria butir soal kategori drop (tidak valid) adalah jika nilai hitung r < nilai tabel r. Rekapitulasi hasil pengujian validitas dapat dibuat seperti tampak pada tabel berikut :
Tabel 3.3
Hasil uji coba Validitas Instrumen Perilaku sosial No Item Nilai Hitung r Nilai Tabel r Tafsir
1 0.374 0.355 valid
2 0.487 0.355 valid
3 0.385 0.355 valid
4 0.36 0.355 valid
5 0.294 0.355 tidak valid
6 0.294 0.355 tidak valid
7 0.07 0.355 tidak valid
8 0.407 0.355 valid
9 0.17 0.355 tidak valid
10 0.464 0.355 valid
11 0.389 0.355 valid
12 0.417 0.355 valid
13 0.413 0.355 valid
14 0.48 0.355 valid
15 0.439 0.355 valid
16 0.56 0.355 valid
17 0.377 0.355 valid
18 0.401 0.355 valid
19 0.412 0.355 valid
20 0.02 0.355 tidak valid
21 0.07 0.355 tidak valid
22 0.428 0.355 valid
23 0.399 0.355 valid
24 0.364 0.355 valid
25 0.371 0.355 valid
26 0.378 0.355 valid
28 0.504 0.355 valid
29 0.635 0.355 valid
30 0.721 0.355 valid
31 0.371 0.355 valid
32 0.371 0.355 valid
33 0.621 0.355 valid
34 0.496 0.355 valid
35 0.543 0.355 valid
36 0.592 0.355 valid
37 0.592 0.355 valid
38 0.477 0.355 valid
39 0.649 0.355 valid
40 0.341 0.355 tidak valid
41 0.416 0.355 valid
42 0.01 0.355 tidak valid
43 0.118 0.355 tidak valid
44 0.52 0.355 valid
45 0.579 0.355 valid
46 0.127 0.355 tidak valid
47 0.673 0.355 valid
48 0.603 0.355 valid
49 0.376 0.355 valid
50 0.551 0.355 valid
51 0.194 0.355 tidak valid
52 0.419 0.355 valid
53 0.407 0.355 valid
54 0.413 0.355 valid
55 0.694 0.355 valid
56 0.38 0.355 valid
57 0.405 0.355 valid
58 0.443 0.355 valid
59 0.535 0.355 valid
60 0.39 0.355 valid
61 0.429 0.355 valid
62 0.435 0.355 valid
63 0.243 0.355 tidak valid
64 0.42 0.355 valid
Berdasarkan perhitungan tersebut, dari 65 butir pernyataan perilaku sosial terdapat 53 butir pernyataan valid dan 12 butir pernyataan gugur sebagaimana berikut :
Valid Tidak Valid
1,2,3,4,8,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34 35,36,37,38,39,41,44,45,47,48,49,50,52 53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,64,65
5,6,7,9,20,21,40,42,43,46,51,63
e. Uji Reliablitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dalam Sambas Ali, dkk (2009 : 37).
Analisis Reliabilitas Instrumen penelitian ini menggunakan teknik
Alpha Cronbach yang dianalisis dengan Program excel :.
22 11
1
1
t ix
k
k
r
Sumber : Sambas Ali, dkk (2009 : 38). Keterangan :
r 11 = Reliabilitas Instryumen/ koefisien alfa
k = Banyaknya Butir Soal
2i
= Jumlah Variansi Butir
2
t
Dalam menguji reliabilitas perumusan hipotesisnya adalah : Ha =
Skor butir berkolerasi positif dengan faktornya, dan Ho = Skor butir tidak
berkorelasi positif dengan faktornya. Dasar pengambilan keputusannya adalah : Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Ha diterima, (jika r Alpha > r tabel tapi bertanda negatif,
Ha tetap akan ditolak) dan Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka
butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Ha ditolak, nilai table r dapat
dilihat pada a = 5% dan db = n – 2.
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan program excel, diketahui k = 65,
i2= 62,33, t2 = 617,59 dan didapatkan nilai koefisien alpha sebesar 0,912, dan nilai tabel r adalah 0,335. Dengan demikian nilai hitung alpha lebih besar dari nilai table r atau 0,912 > 0,355. Artinya instrumen angket dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.f. Uji Normalitas
Pada penelitian ini diupayakan pengujian normalitas sebaran data. Uji normalitas adalah dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan dengan cara membandingkan nilai
Kolmogorov-Smirnov dan Probabilitas dengan nilai signifikannya adalah
normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.
3. Uji Validasi Program
Uji validasi program dilakukan untuk mendapat ketepatan pada perencanaan dan pelaksanaan program yang telah dirancang baik secara rasional maupun secara empirik.
a. Analisis Rasional
Program bimbingan kelompok melalui teknik permainan siswa disusun berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan siswa dan juga kebutuhan SMA Laboratorium (Percontohan) UPI. Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa tersebut dilakukan pemberian kuesioner kepada siswa. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat beberapa permasalahan dan kebutuhan yang dirasakan oleh siswa khususnya yang terkait dengan perilaku prososial.
Penyusunan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Melakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhansiswa terkait dengan perilaku sosial siswa.
2) Melakukan peninjauan ulang terhadap program bimbingan dan konseling yang sudah ada.
4) Menguji efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial.
Untuk memperoleh bangun dan substansi program yang teruji secara rasional konseptual, Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan
Untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Siswa mendapat masukan perbaikan
program dari para pakar bimbingan dan konseling yakni Bapak Syamsu Yusuf, Bapak Mubiar Agustin dan Ibu Ipah Saripah. Komponen program yang mendapat masukan perbaikan dari ketiga pakar tersebut mencakup aspek-aspek sebagai berikut : rasional, tujuan program, integrasi program bimbingan, deskripsi kebutuhan, isi dan jenis layanan, penilaian, deskripsi kegiatan dan evaluasi.
Masukan dari para pakar, dapat diinventarisasi sebagai berikut :
a) Sistematika, redakasi dan ketatabahasaan program supaya mengacu kepada tata penulisan yang baku agar Program Bimbingan Kelompok
Dengan Teknik Pemainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa
dapat dipahami oleh siswa, wali kelas dan konselor/ guru bk di sekolah. b) Program Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Pemainan Untuk
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa agar disinergikan dengan program bimbingan dan konseling di sekolah.
d) Penggunaan jenis permainan agar benar-benar relevan dengan tujuan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
Selain dilakukan uji rasional program dari para pakar bimbingan dan konseling, selanjutnya dilakukan pengujian keterbacaan program yang bertujuan agar naskah program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa dapat dipahami dengan baik oleh pengguna program yakni konselor sekolah. Selain itu, pengujian keterbacaan program merupakan proses untuk menginventarisasi masukan bagi perbaikan program bimbingan kelompok dengan teknik pemainan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
Pelaksanaan pengujian keterbacaan program melibatkan dua orang konselor yang berkualifikasi pendidikan sarjana bimbingan dan konseling yakni Ibu Dian Anita dan Ibu Ucu Juliana. Setelah melalui tahap pengujian keterbacaan program maka, dihasilkan program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa, sebagai berikut :
Program bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku sosial siswa di dalamnya mencangkup : rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan program, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan kegiatan layanan dan evaluasi program.
b. Analisis Empirik
empirik, hasil tersebut digunakan sebagai formula atau pembanding dalam melakukan pengujian selanjutnya pada sebuah program yang telah di rancang kepada siswa. Adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1) Pre Tes dan Post Tes
Pelaksanaan pre tes berfungsi untuk mengetahui sejauh mana gambaran kemampuan perilaku prososial siswa melalui koesioner perilaku sosial. Sedangkan post tes dimaksudkan untuk mengetahui hasil peningkatan perilaku prososial siswa setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
Gambaran efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik permainan untuk meningkatkan perilaku prososial data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS 17.0 :
Tabel 3.4
Hasil Uji Statistik Sampel
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
PosttestEksperimenKontrol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor
Posttest Eksperimen 31 209.16 8.726 1.567
Posttest Kontrol 31 198.97 10.294 1.849
[image:54.595.113.514.242.624.2]Tabel 3.5
Hasil Uji Independen Sampel Tes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std.
Error
Differenc e
95% Confidence
Interval of the
Difference F Sig.
Lower Upper
Skor Equal variances
assumed
.642 .426 4.206 60 .000 10.194 2.424 5.345 15.042
Equal variances
not assumed
4.206 58.433 .000 10.194 2.424 5.345 15.042
Dari tabel 3.5 di atas tampak bahwa asumsi kedua varians sama besar adalah signifikan karena memiliki nilai p < 0,05. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa hasil skor rata-rata kelompok eksperimen yang mengikuti layanan bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan skor rata-rata kelompok kontrol yang tidak mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Berdasarkan hasil tersebut, maka bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
Tabel 3.6
Hasil Group Statistik Gain
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Jenis N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Gain
Eksperimen 31 30.52 7.628 1.370
Kontrol 31 22.97 9.397 1.688
Hasil skor rata-rata gain bimbingan kelompok melalui teknik permainan adalah (30,52) dengan standar deviasi (7,628), sedangkan hasil skor rata-rata tes gain bimbingan kelompok yang tidak menggunakan teknik permainan adalah (22,97) dengan standar deviasi (9,397). Hasil ini memperlihatkan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen yang diberikan teknik permainan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
Tabel 3.11
Hasil Uji Independen Sampel Tes Skor Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differenc e 95% Confidence
Interval of the
Difference F Sig.
Lower Upper
Skor Equal variances
assumed
2.375 .129 3.472 60 .001 7.548 2.174 3.200 11.897
Equal variances
not assumed
Karena hasil Levene’s Test pada Tabel 3.7 menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama besar (equal variance assumed) terpenuhi, maka selanjutnya dengan menggunakan uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) untuk terhadap yang memberikan hasil t = 3,472 dengan derajat kebebasan 57,568 dan p-value (2-tailed) = 0.001. karena hasil p-value = 0.001 labih kecil dari = 0.05, maka ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gain skor
dari kelompok eksperimen yang mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan lebih baik dibandingkan dengan gain skor kelompok kontrol yang tidak menggunakan bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Hasil skor gain ini memperlihatkan bahwa bimbingan kelompok melalui teknik permainan efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku sosial siswa.
2) Jurnal Siswa
Pengumpulan jurnal yang dilakukan peneliti kepada siswa digunakan sebagai proses evaluasi setelah pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok melalui teknik permainan berlangsung. Melalui jurnal yang telah disebar, peneliti dapat mengetahui sejauh mana perkembangan siswa setelah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan.
pengalaman yang diperoleh selama kegiatan, sehingga siswa mampu memetik sebuah hikmah dan pengalaman dari kegiatan permainan yang telah dilakukannya. 3) Observasi
Observasi sebagai alat kontrol atau penilaian terhadap tingkah laku atau kegiatan yang diamati. Melalui observasi ini dapat mengetahui bagaimana tingkah laku siswa setelah diberikan perlakuan. Pada penelitian ini observasi untuk siswa dilakukan bersama-sama dengan guru BK, tujuan observasi adalah untuk mengetahui apakah bimbingan kelompok melalui teknik permainan yang dilakukan dapat meningkatkan prilaku sosial siswa secara efektif.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti dan guru bk bahwa terlihat tingkat pemahaman tentang pentingnya mengembangkan perilaku sosial ke arah perilaku sosial positif, hal tersebut terlihat pada bagaimana suasana kelas mulai sedikit kondusif, adanya penghargaan ketika proses belajar dan pembelajaran dikelas seperti halnya dalam berdiskusi, mulai munculnya sikap kepedulian antar sesama seperti menjenguk seorang teman yang sakit, dan tampak pada saat kegiatan bimbingan kelompok tampak adanya perilaku kerjasama diantara siswa pada saat bemain gambar beruntun, dalam permainan kekurangan dan kelebihan yang dilakukan, siswa mampu menunjukan sikap menghargai dan berempati terhadap teman ketika teman sedang mengutarakan kekurang dan kelebihan pada dirinya dan orang lain.
kesalahan dan munculnya sikap untuk memberikan apersiasi kepada teman yang berhasil atau berprestasi.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial dapat dikembangkan melalui bimbingan kelompok melalui teknik permainan karena permainan merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, melalui permainan siswa akan mendapatkan kebebasan berekpresi, kegembiraan, dan dalam suasana kegembiraan tersebut siswa dapat terangsang, termotivasi, terdorong untuk berperilaku, melatih kepekaan dan empati, melatih kemampuan otak, mengembangkan rasa percaya diri. Selain itu permainan juga dapat meningkatkan kreaitifitas, meningkatkan respon terhadap hal-hal baru, melatih untuk menyelesaikan atau mengatasi konflik, sarana untuk bersosialisasi dan melatih fungsi mental seperti berfikir, berkhayal, mengingat atau menegakan disiplin dengan menaati peraturan-peraturan dalam games.
4. Metode Analisis Data
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner perilaku sosial. Kuesioner tersebut diberikan dua kali, yaitu pertama pada pre-tes (sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan), kedua post-tes (sesudah pelaksanaan bimbingan kelompok melalui teknik permainan). Selanjutnya skor yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan pola t-tes. Dengan mendapatkan hasil perhitungan t-tes tersebut, didapatkan simpulan hipotesis. Gambaran hipotesisnya adalah : Ho.= Efektifitas Bimbingan Kelompok
meningkatkan perilaku sosial siswa. Dengan melihat pernyataan hipotesis tersebut, maka kriteria dasar pengambilan keputusannya adalah : 1) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima; dan 2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tampilan rumus t-test untuk menguji hipotesis I dan II
yaitu :
t =
n Sd
X X
/
2
1
(Santoso, 2000 : 104)
Keterangan : X1 = Pretest
X2 = Postest
Sd = Standar deviasi n = Jumlah data
5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapun prosedur/ langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pengurusan ijin penelitian
Peneliti mengajukan permohonan mengadakan penelitian di SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung Singaraja kepada Kepala Sekolah SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung.
b. Pemberian kuesioner awal (Pre-test)
c. Pemberian Treatment
Setelah kuesioner awal telah dilaksanakan, selanjutnya kelompok eksperimen diberikan treatmen/ perlakuan dalam ha