• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Dedi Heryadi, 2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika SL Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian tesis ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan kemudahan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si., selaku pembimbing I yang ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan dan perhatian dalam penyelesaian tesis ini.

2. Ibu Dr. Ida Hamidah, M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan pemikirannya dalam penulisan tesis ini.

3. Ibu Dr. Ida Kaniawati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan penjudgment instrumen tes yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukannya.

(2)

Dedi Heryadi, 2012

perbaikan tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., selaku direktur beserta asisten direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan layanan akademik dalam penyelesaian tesis ini.

8. Kepala SMA Negeri 1 Karangnunggal Tasikmalaya yang telah memberikan izin untuk studi lanjut di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, terimakasih atas bimbingan dan ilmu pengetahuan yang diberikan.

10. Rekan-rekan fisika angkatan 2010, terimakasih atas kebersamaan dan segala bantuannya.

11. Rekan-rekan seperjuangan guru SMA Negeri Karangnunggal Pa Encep dan Bu Susan, atas semua kebersamaan dan bantuannya.

(3)

Dedi Heryadi, 2012

penulisan tesis ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan pembelajaran fisika di masa depan.

Bandung, Juni 2012

(4)

Dedi Heryadi, 2012

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI , PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF, DAN DESKRIPSI MATERI FLUIDA STATIS A. Model Pembelajaran Inkuiri ... 11

B. Penguasaan Konsep ... 20

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 27

(5)

Dedi Heryadi, 2012

Bebas yang Dimodifikasi ... 73

4. Tanggapan SiswaTerhadap Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi ... 74

B. Pembahasan ... 76

1. Penguasaan Konsep Fluida Statis ... 76

2. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 79

3. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi ... 81

4. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi ... 83

BAB V\ KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 84

B. Saran ……….. 85

(6)

Dedi Heryadi, 2012

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 88

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 117

Lampiran C Uji Coba Instrumen ... 130

Lampiran D Hasil Penelitian ... 166

Lampiran E Uji Statistik ... 173

(7)

Dedi Heryadi, 2012

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Hubungan Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Bebas

yang Dimodifikasi, Penguasaan Konsep,

dan Aktivitas Berpikir Kreatif ... 37

Tabel 3.1 Desain penelitian ... 43

Tabel 3.2 Distribusi Soal Tes Penguasaan Konsep ... 49

Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Butir Soal ... 52

Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran ... 53

Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda ... . 54

Tabel 3.6 Distribusi Soal Uji Coba Tes Penguasaan Konsep... 55

Tabel 3.7 Distribusi Soal Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 56

Tabel 3.8 Kategori Tingkat N-Gain ... 58

Tabel 3.9 Skor Pernyataan Angket Skala Likert ... 61

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 65

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Tabel 4.6 Uji Beda Rata-rata N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi ... 73

(8)

Dedi Heryadi, 2012

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tekanan Hidrostatis pada Dasar Gelas ... 38

Gambar 2.2 Bejana Berhubungan ... 39

Gambar 2.3 Pipa U Diisi dengan Dua Fluida yang Berbeda ... 39

Gambar 2.4 Prinsip Kerja Hukum Pascal ... 40

Gambar 2.5 Gaya-gaya yang Bekerja pada Benda di Dalam Fluida ... 41

Gambar 2.6 Terapung, Melayang, dan Tenggelam ... 42

Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian ... 47

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Pretest, Posttest, dan N-Gain Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Gambar 4.2 Diagram N-Gain Penguasaan Setiap Sub Konsep Fluida Statis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66

Gambar 4.3 Diagram N-Gain Penguasaan Konsep Setiap Jenjang Kognisi Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67

Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Pretest, Posttest, dan N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 68

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Fisika dipandang penting untuk diajarkan di SMA sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta mengembangkan ilmu dan teknologi (BSNP, 2006).

(10)

terlihat dari hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika di SMA tersebut di atas yang menggunakan 80% metode ceramah dalam pembelajaran fisika. Pembelajaran konvensional yang didominasi ceramah seperti disebutkan di atas menyebabkan siswa tidak terdorong untuk berpikir kreatif dalam menguasai konsep.

Beberapa pendapat menunjukkan bahwa fisika dirasakan sulit oleh sebagian besar siswa karena kebanyakan materi fisika diajarkan dengan metode yang kurang menarik dan bermakna bagi siswa. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, siswa terbiasa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingat itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran siswa hanya menerima konsep yang diberikan oleh guru tanpa pernah membuktikan konsep tersebut. Situasi belajar yang seperti ini akan menyebabkan siswa cepat merasa bosan dan jenuh, sehingga semangat belajarnya pun akan berkurang.

(11)

dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir (Jauhar, 2011). Keterampilan berpikir kreatif termasuk salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Guilford (Munandar, 1985), kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu dan imajinasi siswa melalui kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka diperlukan suatu model atau pendekatan pembelajaran yang tepat dan lebih bermakna bagi siswa, terutama untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang diharapkan dapat menjembatani permasalahan tersebut adalah model pembelajaran inkuiri.

(12)

digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui. Dengan menitikberatkan pada proses menemukan langsung oleh siswa, maka penguasaan konsep dan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan.

Pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) (Jauhar, 2011). Pada inkuiri bebas yang dimodifikasi, siswa diberikan masalah oleh guru sesuai dengan kurikulum yang ada dengan bimbingan yang terbatas, dengan harapan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya.

Penelitian yang telah dilakukan Ilyas (2007), menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA pada konsep listrik dinamis. Pullaila (2007) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA pada materi suhu dan kalor. Hidayat (2008) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada subtopik pembiasan cahaya oleh lensa. Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbukti efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep, pemecahan masalah, keterampilan berpikir kritis dan kreatif pada beberapa konsep fisika tertentu.

(13)

konsep fluida statis yang ditujukan untuk meningkatkan penguasaan konsep fluida statis dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA. Pertimbangan penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi adalah siswa di sekolah tempat penelitian telah mempunyai pengalaman belajar untuk melakukan kegiatan praktikum fisika secara mandiri yang dilakukan di luar jam pelajaran untuk memperoleh nilai psikomotor.

Adapun dipilihnya materi fluida statis pada penelitian ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, masalah fluida statis banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga penguasaan konsep pada materi ini menjadi penting. Kedua, peralatan untuk melakukan percobaan relatif mudah dibuat sendiri oleh siswa, sehingga dengan modal peralatan praktikum ini siswa bisa lebih aktif dalam menemukan konsep dan mengembangkan keterampilan proses sains. Ketiga, materi fluida statis menuntut kemampuan berpikir kompleks, sehingga diperlukan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam merancang dan melakukan percobaan.

B. Rumusan Masalah

(14)

Untuk mempertajam permasalahan di atas maka diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep fluida statis siswa SMA setelah pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi, dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA setelah pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi pada konsep fluida statis, dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana tanggapan siswa SMA terhadap model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi pada konsep fluida statis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi terhadap peningkatan penguasaan konsep fluida statis, dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(15)

2. Bagi siswa, diharapkan dapat memperoleh pengalaman berinkuiri dalam pembelajaran.

3. Bagi para peneliti lainnya, diharapkan menjadi masukan untuk mengembangkan penelitian sejenis dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran fisika.

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi

Asumsi dari penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi dapat memfasilitasi terjadinya proses latihan berpikir siswa dalam penyelesaian masalah, untuk dapat menguasai konsep dan mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, dengan terlibat secara aktif dalam setiap tahapan pembelajaranan.

2. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi pada konsep fluida statis secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

(16)

F. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi

Model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan berpikir siswa yang dilandaskan pada pengalaman dan keterlibatan langsung terhadap suatu permasalahan dengan bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) terbuka. LKS terbuka berisi kegiatan belajar yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep melalui kegiatan ilmiah dan pengembangan kreativitas berpikirnya. Siswa diberikan masalah oleh guru sesuai dengan kurikulum yang ada dengan bimbingan yang terbatas. Menurut Joyce (2009), model ini mempunyai lima tahapan yaitu: penyajian masalah, pengumpulan data dan verifikasi, pengumpulan data melalui eksperimen, mengolah data dan merumuskan suatu penjelasan, dan menganalisis proses inkuiri. Keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi, diamati dengan lembar observasi.

2. Penguasaan Konsep Fluida Statis

(17)

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda.

3. Keterampilan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengelola informasi dalam memori tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa sehingga menghasilkan solusi yang unik atas suatu problem dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan dengan orang lain. Aktivitas keterampilan berpikir kreatif yang diukur adalah bertanya, mencari solusi, merancang dan merakit sebuah alat, serta menilai suatu pernyataan. Semua aktivitas tersebut mewakili indikator keterampilan berpikir kreatif yaitu keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan memperinci, dan keterampilan menilai (Munandar, 1985). Keterampilan berpikir kreatif siswa tersebut diukur sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan tes tertulis berbentuk uraian.

4. Model Pembelajaran Konvensional

(18)

5. Fluida Statis

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain control group pretest-posttest design. Kelompok pertama yang dikenai perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kedua dikenai perlakuan berupa model pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol yang digunakan sebagai pembanding. Desain dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 3.1 (Arikunto, 2010).

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2

Kontrol O1, O2 X2 O1, O2

Keterangan:

X1 = Perlakuan berupa pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi. X2 = Perlakuan berupa pembelajaran konvensional.

O1 = Pretest dan posttest penguasaan konsep.

O2 = Pretest dan posttest keterampilan berpikir kreatif.

(20)

bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dan sifat homogenitas dari kedua kelompok tersebut. Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi perlakuan yang telah dirancang.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan, diberikan tes akhir pada kedua kelompok tersebut. Tanggapan siswa dilakukan dengan cara memberikan angket tanggapan siswa yang berisikan indikator tanggapan terhadap model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat pada Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: a. Studi pendahuluan berupa studi literatur terhadap jurnal dan laporan

penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri, penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif, menganalisis kurikulum KTSP pelajaran fisika 2006, dan materi pelajaran fisika SMA kelas XI.

b. Penentuan materi pembelajaran yaitu fluida statis.

c. Perancangan rencana proses pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi, dan pembuatan LKS terbuka.

d. Membuat instrumen penelitian.

(21)

f. Merevisi/memperbaiki instrumen.

g. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian. h. Menentukan subyek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah:

a. Pelaksanaan tes awal bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol (2 x 45 menit). b. Pelaksanaan pembelajaran, perlakuan yang diberikan kepada kelas

eksperimen yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi dan untuk kelas kontrol pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional, masing-masing selama tiga pertemuan (6 x 45 menit).

c. Pelaksanaan observasi, terhadap keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi pada saat proses pembelajaran berlangsung (tiga pertemuan)

d. Pelaksanaan tes akhir bagi kedua kelompok dan pemberian angket tanggapan siswa pada kelas eksperimen (2 x 45 menit).

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah: a. Mengolah data hasil penelitian.

(22)

C. Subyek Penelitian

(23)

D. Alur Penelitian

(24)

Gambar 3.1. Alur Proses Penelitian

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti telah menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu: (1) tes penguasaan konsep; (2) tes keterampilan berpikir kreatif; (3) lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi; dan (4) angket tanggapan siswa. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:

1. Tes Penguasaan konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep fluida statis siswa. Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan jumlah pilihan (option) sebanyak lima pilihan jawaban. Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam konsep fluida statis. Pemberian pretest untuk melihat kemampuan siswa sebelum mereka mendapat perlakuan pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi dan pembelajaran konvensional, sedangkan posttest untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Pertanyaan tes berhubungan dengan level berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkat pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4).

(25)

Tabel 3.2. Distribusi Soal Tes Penguasaan Konsep

2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Tes keterampilan berpikir kreatif diberikan sebanyak dua kali yaitu pada saat pretest dan posttest. Bentuk tes yang digunakan adalah uraian, untuk pretest dan posttest digunakan soal yang sama. Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan. Keterampilan berpikir kreatif yang diukur dibatasi pada keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan memperinci, dan keterampilan menilai. Tiap indikator keterampilan kreatif tersebut diwakili satu butir soal.

3. Lembar Observasi

(26)

merumuskan suatu penjelasan, dan tahap analisis proses inkuiri. Bertindak sebagai pengamat yaitu seorang guru fisika dan seorang guru biologi pada sekolah tempat penelitian.

4. Angket Tanggapan Siswa

Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi pada konsep fluida statis. Angket terdiri dari 20 butir pernyataan yang di dalamnya dipertanyakan hal-hal seputar perasaan, pandangan, tanggapan dan harapan siswa, seperti apakah siswa menganggap baru, merasa senang, merasa tertarik, termotivasi, merasa memudahkan, merasa memfasilitasi pemahaman dan kerjasama, merasa menambah keberanian dalam mengemukakan pendapat dan mengharapkan ingin belajar materi lain dengan model ini. Skala pengukuran sikap siswa yang digunakan adalah adalah skala Likert. Skala sikap ini diberikan kepada kelompok eksperimen setelah mereka melakukan tes akhir. Angket ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya. Melalui angket tanggapan siswa, peneliti dapat mengetahui persentase sikap siswa (positif dan negatif) terhadap model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi.

F. Analisis Instrumen

(27)

memberikan informasi dengan tepat tentang siswa mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan siswa. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran, semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal atau mencapai kompetensi yang ditetapkan. Makin rendah kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran, makin kecil pula peluang menjawab benar soal untuk mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

Tes yang baik harus memenuhi empat karakteristik: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soalnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tes yang baik, tes yang akan digunakan dalam penelitian (tes penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif) diujicobakan terlebih dahulu, setelah itu dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soalnya.

1. Validitas Tes

Validitas tes berhubungan dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi dengan cara di judgment

(timbangan) kelompok ahli. Instrumen tes dianalisis oleh dua orang penjudgment

meliputi kesesuaian soal dengan indikator dan segi bahasa. Setelah soal diperbaiki

atas saran penjudgment, maka soal tes dikatakan valid untuk dapat digunakan

dalam penelitian.

(28)

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan dihitung dengan koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan test-retest. Instrumen diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden yang berbeda. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya berbeda dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya menggunakan rumus korelasi product moment Pearson sebagai berikut: (Arikunto, 2010).

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2008) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Butir soal

(29)

0,80< rxy≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik) 0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

rxy≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2008)

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008)

(30)

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau Daya Pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008)

B

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008) Tabel 3.5. Kategori Daya Pembeda

G. Hasil Uji Coba Instrumen

(31)

satu SMA Negeri di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat yang sebelumnya telah mempelajari konsep fluida statis. Analisis uji coba instrumen tes menggunakan microsoft office excel 2007.

1. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep yang diujicobakan terdiri dari 28 butir soal berbentuk pilihan ganda yang ditujukan untuk mengukur penguasaan konsep siswa yang dibatasi pada tingkat pemahaman (C2), aplikasi (C3), dan analisis (C4). Soal penguasaan konsep yang diujicobakan didistribusikan berdasarkan sub konsep fluida statis yaitu tekanan hidrostatis, Hukum Pascal, dan Hukum Archimedes, serta berdasarkan pada jenjang kognisi yaitu pemahaman, aplikasi, dan analisis, ditunjukkan oleh Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Distribusi Soal Uji Coba Tes Penguasan Konsep

No. Indikator

(32)

analisis tingkat kesukaran, jumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah 2 butir soal, sedang 24 butir soal, dan sukar 2 butir soal. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada umumnya tingkat kesukaran soal cukup baik, karena sebagian besar soal terdapat pada kategori sedang. Berdasarkan analisis daya pembeda, jumlah butir soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori baik sekali berjumlah 3 butir soal, baik 13 butir soal, cukup 9 butir soal, dan jelek 3 butir soal. Secara umum, soal-soal penguasaan konsep ini dikatakan dapat membedakan antara kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Jumlah butir soal yang digunakan dalam penelitian adalah 20 butir soal. Pengambilan 20 butir soal tersebut dilakukan dengan memperhatikan tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal, serta mempertimbangkan keterwakilan indikator soal berdasarkan sub konsep fluida statis dan jenjang kognisi yang dikaji.

2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Instrumen tes keterampilan berpikir kreatif yang diujicobakan terdiri dari 9 butir soal berbentuk uraian yang ditujukan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa, terdiri dari keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan memperinci, dan keterampilan menilai.

Distribusi soal uji coba tes keterampilan berpikir kreatif berdasarkan indikator keterampilan berpikir kreatif fluida statis ditunjukkan oleh Tabel 3.7.

(33)

No. Indikator Nomor Soal Jumlah Soal

1. Berpikir lancer 2,4 2

2. Berpikir luwes 6 1

3. Berpikir orisinal 1,5 2

4. Memperinci 3,7 2

5. Menilai 8,9 2

Jumlah Soal 9

Hasil lengkap uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada lampiran C.5. Berdasarkan pengolahan nilai, nilai reliabilitas tes sebesar 0,66 yang berada pada kategori baik, sehingga dapat dikatakan bahwa perangkat instrumen tes yang diuji coba memiliki keajegan yang baik. Dari analisis tingkat kesukaran, jumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah sebanyak 1 butir soal, sedang 5 butir soal, dan sukar 3 butir soal. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada umumnya tingkat kesukaran soal cukup baik, karena sebagian besar soal terdapat pada kategori sedang. Berdasarkan analisis daya pembeda, jumlah butir soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori baik berjumlah 4 butir soal, cukup 3 butir soal, dan jelek 2 butir soal. Secara umum, soal-soal keterampilan berpikir kreatif ini dikatakan dapat membedakan antara kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

(34)

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data hasil angket, observasi, hasil pretest dan posttest penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif. Hasil angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa, keterlaksanaan pembelajaran serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Skor pretest dan posttest peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif dianalisis dengan uji statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 17.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif.

Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake sebagai berikut: (Meltzer, 2002).

� − ��� = − �

�� − � (3.4)

Keterangan:

Spos = skor posttest Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Gain yang dinormalisasi (N-Gain) ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif pada konsep fluida statis dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.8. Kategori Tingkat N-Gain

Batasan Kategori

(35)

0,3 � − ��� 0,7 Sedang

� − ��� < 0,3 Rendah

Sedangkan efektivitas model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi dapat dilihat dari perbandingan nilai N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan N -Gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferential. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test melalui SPSS 17 dengan taraf

signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai

berikut:

H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal H1: data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value< α maka H0 ditolak dan jika P-valueα maka H0 diterima. Dalam program SPSS 17 digunakan istilah significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan kata lain P-value = Sig.

2. Uji Homogenitas

(36)

17. Uji hipotesis Levene digunakan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0: σ12= σ22

H1 : σ12≠ σ22

dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika P-value> α maka H0 tidak dapat ditolak sedangkan jika P-value <

α maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Uji perbandingan dua rerata pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji-t dua sampel independen melalui program SPSS 17 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t dua sampel independen digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua sampel yang independen dengan asumsi data terdistribusi normal. Rumusan hipotesis statistik pada uji ini adalah sebagai berikut:

H0: µ1 µ2 H1: µ1 > µ2

(37)

Jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik. Statistika nonparametrik yang sesuai adalah Uji Mann-Whitney U karena kedua data bersifat bebas.

4. Angket Tanggapan Siswa

Data yang diperoleh dari angket dihitung persentasenya menggunakan rumus, sebagai berikut: (Nelwisman, 2007)

= �

�× 100% (3.5)

Keterangan:

T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap. N = jumlah siswa

Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangan pernyataan negatif sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) diberi skor 2, tidak setuju (TS) diberi skor 3, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4.

Tabel 3.9. Skor Pernyataan Angket Skala Likert

No. Sifat

(38)
(39)

Dedi Heryadi, 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi untuk meningkatkan penguasaan konsep fluida statis dan berpikir kreatif siswa SMA dapat disimpulkan bahwa: 1. Peningkatan penguasaan konsep fluida statis siswa yang menggunakan model

pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen 0,61 (kriteria sedang) dan kelas kontrol 0,43 (kriteria sedang).

2. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen 0,59 (kriteria sedang) dan kelas kontrol 0,43 (kriteria sedang).

(40)

Dedi Heryadi, 2012

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi untuk meningkatkan penguasaan konsep fluida statis dan berpikir kreatif siswa SMA, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi dalam penelitian ini memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang tersedia, yang disebabkan oleh kurang pahamnya siswa akan tahapan inkuiri. Oleh karena itu model pembelajaran ini lebih baik diterapkan pada siswa yang telah terbiasa untuk melakukan praktikum terbimbing.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson W. Lorin and Krathwohl R. david. (2001). A Taxonomi for Learning, Teaching and Asessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. USA: Addison Wesley Longman.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi. Jakarta: BSNP.

Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung, IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.

Campbel, D. (1986). Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius

Costa, A.L . (1985). Goals for a Critical Thinking Curriculum. dalam Costa A.L. (ed). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Silabus Kurikulum 2006. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, M.T. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri pada Subtopik Pembiasan Cahaya oleh Lensa untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Magister Pendidikan IPA pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Humaidi, A.H., Maksum. (2009). Fisika SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Ilyas. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Konsep Listrik Dinamis. Tesis Magister Pendidikan IPA pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

(42)

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2009). Models of Teaching Model-model Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, Volume 1 No2.

Meltzer. (2002). The Relationship Between mathematics preparation and

conceptual learning Gain in Physics: ”Hidden Variable in Diagnostic Pretest

Scores”.American Journal Physics. 70(12), 1259-1268

Munandar, U. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

___________. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nelwisman, (2007). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pasangan Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Teori Kinetik Gas dan Kecakapan Sosial Siswa. Tesis Magister Pendidikan IPA pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Prasetyo, Z.K. (2000). Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pullaila, A. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis Magister Pendidikan IPA pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J.W. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

(43)

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian
Gambar 3.1. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan,
Gambar 3.1.
Gambar 3.1.  Alur Proses Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney dengan perolehan skor z hitung 0,00 sehingga skor z &gt; 0,05 artinya pembelajaran menggunakan model inkuiri abduktif lebih baik

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan asesmen kinerja pada praktikum fluida berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan generik dan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran berbasis inkuiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri bebas

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian adalah apakah penerapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan prestasi belajar

Sebagaimana pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penerapan.. model pembelajaran kooperatif