• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar matematika dan kerjasama siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan dengan menggunakan pendekatan PMRI"

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Nama : Melania Dwi Kristanti

NIM : 091134054

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(2)

i

SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Nama : Melania Dwi Kristanti

NIM : 091134054

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(3)
(4)
(5)

iv

Motto

Hidup adalah perjuangan dan kesempatan, maka hiasilah hidup dengan kebaikan dan kejujuran, jangan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan kesulitan

Senyum yang tulus adalah sebuah ungkapan sapaan yang berarti

Halaman Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus yang selalu menjadi arah dan kemudi ku,

Kedua orang tuaku, Bapak Yohanes Suyamto&

Ibu Yohana Sunarsih yang merawat dan mendidikku dari kecil sampai aku tumbuh dewasa

Kakak dan adik ku, Maria Kristianingrum&

Agustinus Agung Nugraha yang selalu memberikan semangat dan dukungan

Kekasih ku tersayang, Ephraem Kwartatma Susanto yang selalu memberikan semangat, perhatian dan canda tawanya

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DAN KERJASAMA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

Melania Dwi Kristanti, 091134054, Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah 1) meningkatkan hasil belajar siswa dan 2) meningkatkan kerjasama siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan Yogyakarta yang berjumlah 30 siswa. Sedang objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kerja sama siswa. Data dikumpulkan melalui metode observasi, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan metode alur yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian: 1) ada peningkatan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari indikatornya yaitu siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 65 sebanyak 20 siswa (66,6%) pada pra siklus, siklus I sebanyak 22 siswa (73,3%), dan siklus II sebanyak 25 siswa (83,3%); dengan peningkatan kegiatan belajar siswa yang dapat dilihat melalui indikator: (a) memperhatikan penjelasan guru sebelum tindakan (50%), siklus I (70%), dan siklus II 86,6%, (b)menjawab pertanyaan dari guru sebelum tindakan 13,3%, siklus I 53,3%, dan siklus II 70%, (c) mengajukan pertanyaan sebelum tindakan 20%, siklus I 50%, dan siklus II 66,6%, (d) mengerjakan tugas di depan kelas sebelum tindakan 20%, siklus I 33,3%, (e) mengerjakan PR sebelum tindakan 56,7%, siklus I 86,7%, dan siklus II 93,3%. 2) ada peningkatan kerjasama siswa yaitu 36,6% sebelum tindakan,siklus I 63,3% dan siklus II 76,6%. Peningkatan kerjasama siswa dapat dilihat melalui indikatornya: (a) ketergantungan positif sebelum tindakan 6,3%, siklus I 10,8%, dan siklus II 13,77%, (b) tanggung jawab perorangan sebelum tindakan 6,5%, siklus I 11,4% dan siklus II 13,1%, (c) partisipasi 8,2% sebelum tindakan, siklus I 13,8%, dan siklus II 16,73%, (d) tatap muka 6,5% sebelum tindakan, siklus I 11,2%, dan siklus II 13,62%, dan (e) komunikasi antar anggota 9,16% sebelum tindakan, siklus I 15,9%, dan siklus II 19,31%.

Kesimpulan penelitian ini adalah melalui pendekatan PMRIdapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa.

(9)

viii ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF MATH LEARNING AND GRADE FOUR STUDENTS COOPERATION IN KANISUS KINTELAN ELEMENTARY

SCHOOL USING PMRI APPROACH

Melania Dwi Kristanti, 091134054, Elementary Teacher Education Programme, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

The purpose of this study are 1) improving the outcome of students’ learning and 2) improving students’ cooperation. The subjects of this study are 30 students of grade four Kanisius Kintelan Elementary school. The object of this study is the outcomes of students' learning and students’ cooperation. The data are collected with observation, tests, questionnaires and documentation method. They are analyzed with descriptive qualitative method which consist of data reduction, data display, and conclusion. The validity of the data in this study uses triangulation technique. The results of the study are: 1) there is an improvement in the outcomes of students’ learning that can be seen from the indicators. Students get scores more than equal to 65 that 20 students (66.6%) in the pre-cycle, the first cycle are 22 students (73.3%), and the second cycle are 25 students (83.3%), with improving of students' learning activities that can be seen through indicators: (a) pay attention to the teacher's explanation before doing the action (50%), the first cycle (70%), and 86.6% are in the second cycle , (b) answer teacher’s questions before doing the action are 13.3%, 53.3% are in the first cycle, and the second cycle are70%, (c) ask questions before action are 20%, 50% are in the first cycle, the second cycle are 66.6% , (d) do the work in front of the class before the action are 20%, 33.3% are in the first cycle, (e) do the homework before action are 56.7%, 86.7% are the first cycle, second cycle are 93.3%. 2) There is an improvement in students’ cooperation which is 36.6% before action, 63.3% are the first cycle and the second cycle are76.6%. The improvement of students’ cooperation can be seen through indicators: (a) positive dependence before the action are 6.3%, 10.8% are the first cycle, second cycle are 13.77%, (b) individual responsibility before the action are 6.5%, the first cycle are 11.4% and 13.1% are the second cycle, (c) the participation before action are 8.2%, 13.8% are the first cycle, second cycle are 16.73%, (d) 6.5% are doing the face-to-face meeting before action, first cycle are 11.2%, 13.62% are the second cycle, and (e) communication between members are 9.16% before the action, the first cycle are 15.9%, 19.31% are second cycle. The conclusion of this study is PMRI approach can improve the outcome of students’ learning and students’ cooperation.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

limpahan berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pedidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan judul

skripsi

“Peningkatan Hasil Belajar Matematika dan Kerjasama Siswa Kelas IV SD

Kanisius Kintelan”

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik,

tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepadasemua pihak yang telah

membantu, terutama kepada :

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan FKIP yang memberikan ijin

dilaksanakannya penelitian ini.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J, S.S, BST, M.A., selaku Kaprodi

PGSD yang telah memberikan ijin sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan dengan lancar.

3. Dra.Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I yang telah

membimbing saya dengan penuh kesabaran dan mendukung saya sehingga

(11)

x

4. Andri Anugrahana, S.Pd, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II yang banyak

memberikan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., yang telah memberikan kritik

maupun saran demi kesempurnaan skripsi ini, dan juga yang telah

membantu proses validasi pada penelitian ini.

6. Ibu Marciana Sarwi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisuius Kintelan

yang berkenan memberikan ijin dilaksanakannya penelitian ini.

7. Bapak Y.Juwadi.S., yang dengan iklhas memberikan ijin untuk

melaksanakan penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Kintelan yang senang hati membantu

menjadi subjek dalam penelitian ini.

9. Teman-teman PPL di SD Kanisius Kintelan serta para sahabat yang telah

memotivasi dan mendukung untuk terselesaikannya penelitian ini.

10.Serta semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya ucapaan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dan kekurang sempurnaan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 19 Desember 2013

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Belajar ... 11

(13)

xii

2. Teori Belajar... 13

3. Ciri-ciri Belajar ... 15

4. Faktor-Faktor Belajar ... 16

B. Strategi Pembelajaran ... 17

C. Hasil Belajaran ... 19

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

D. Matematika ... 21

1. Pengertian ... 21

2. Hakikat Matematika ... 21

3. Proses Belajar Matematika ... 22

4. Berpikir Matematika ... 23

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Proses Mengajar Matematika ... 23

E. Materi Pembelajaran ... 24

1. Bilangan Romawi ... 24

2. Bangun Ruang Balok dan Kubus ... 27

F. Kerjasama ... 29

1. Pengertian ... 29

2. Unsur-Unsur kerjasama ... 29

3. Keuntungan Kerjasama ... 30

G. Pendekatan PMRI ... 31

1. Pengertian ... 31

(14)

xiii

H. Profil Pembelajaran di SD ... 36

I. Penelitian yang Relevan ... 37

J. Kerangka berpikir ... 39

K. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Setting Penelitian ... 43

1. Tempat Penelitian ... 43

2. Subjek Penelitian ... 44

3. Objek Penelitian ... 44

4. Waktu Penelitian ... 44

C. Rencana Tindakan ... 44

D. Indikator Keberhasilan dan Pengukurannya ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

1. Kisi-Kisi instrumen ... 51

2. Validasi dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 58

G. Analisis Data ... 63

H. Jadwal Penelitian ... 65

I. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

(15)

xiv

1. Hasil Tindakan Kelas Siklus I ... 72

a. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I ... 72

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I ... 73

c. Observasi ... 78

d. Refleksi Tindakan Siklus I ... 85

2. Hasil Tindakan Kelas Siklus II ... 91

a. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II ... 91

b. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II ... 91

3. Observasi ... 95

4. Refleksi Tindakan Siklus II ... 108

5. Evaluasi Tindakan Kelas Siklus II ... 111

C. Pembahasan ... 112

1. Siklus I ... 112

2. Siklus II ... 114

3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan PMRI ... . 115

4. Peningkatan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan PMRI ... . 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. KESIMPULAN ... 117

B. SARAN ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Keberhasilan... 48

Tabel 3.2 Instrumen Pengumpul Data penelitian... 51

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi... 52

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Kerjasama... 53

Tabel 3.5 Pedoman Penskoring Kuesioner Siswa... 54

Tabel 3.6 Kategori Jawaban Siswa... 55

Tabel 3.7 Kategori Skor Jawaban Siswa... 55

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Perencanaan Penyusunan Soal Evaluasi Materi Bilangan Romawi... 56

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Perencanaan Penyusunan Soal Evaluasi Materi Memahami Sifat Bangun Ruang Sederhana dan Hubungan antar Bangun... 57

Tabel 3.10 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran... 59

Tabel 3.11 Kriteria Tingkat Kualitas Produk... 60

Tabel 3.12. Hasil Validasi dan Kriteria... 60

Tabel 3.13 Kriteria Tingkat Kualitas Produk... 61

Tabel 3.14. Hasil Validasi Kuesioner... 61

Tabel 3.15 Uji Reliabilitas... 63

Tabel 3.16 Jadwal Penelitian... 65

(17)

xvi

Siklus... 68

Tabel 4.2 Kerjasama Siswa Pra Siklus... 69

Tabel 4.3 Hasil Ulangan Harian Matematika Kelas IV SD

Kanisius Kintelan,Hasil Pra Siklus... 72

Tabel 4.4 Kegiatan Pembelajaran Siswa Saat Pembelajaran

Siklus I... 86

Tabel 4.5 Kerjasama Siswa Prasiklus... 87

Tabel 4.6 Hasil ulangan Harian Matematika Kelas IV SD

Kanisius Kintelan Siklus I... 88

Tabel 4.7 Kegiatan Pembelajaran Siswa Saat Pembelajaran

Siklus II... 109

Tabel 4.8 Kerjasama Siswa Prasiklus... 110

Tabel 4.9 Hasil Ulangan Harian Matematika Kelas IV SD

Kanisius Kintelan Siklus II... 111

Tabel 4.10 Peningkatan Hasil Belajar Siswa... 115

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model PTK oleh Kemmis dan Pobin Mc Taggart... 43

Gambar 4.1 :Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus... 70

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 121

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 122

Lampiran 3 Catatan Observasi Pendahuluan ... 123

Lampiran 4 Validasi Kuesioner ... 125

Lampiran 5 Instrumen Penelitian (Kuesioner) ... 127

Lampiran 6 Validasi dan Reliabilitas ... 132

Lampiran 7 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa ... 135

Lampiran 8 Daftar Nilai Pra Siklus ... 244

Lampiran 9 Daftar Nilai Siklus I ... 245

Lampiran 10 Daftar Nilai Siklus II ... 247

Lampiran 11 Hasil Observasi Pra Siklus ... 249

Lampiran 12 Hasil Observasi Siklus I ... 251

Lampiran 13 Hasil Observasi Siklus II ... 253

Lampiran 14 Foto-foto Kegiatan... ... ...255

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar mengajar, seorang guru Sekolah Dasar dalam mengajar harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Sekarang ini kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP ini lebih diupayakan dalam peningkatan mutu pendidikan dan efektifitas dan efisiensi pendidikan, hal ini diungkapkan oleh Siregar dan Nara (2011: 70). Adanya perubahan kurikulum matematika sekolah, mengakibatkan terjadinya perubahan proses pembelajaran di kelas (Suryadi, 2003: 61). Hal ini berimplikasi pada munculnya sejumlah pergeseran dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam mengantisipasi perubahan tersebut, diperlukan upaya nyata untuk mengembangkan model pembelajaran baru yang lebih relevan sehingga dapat mencapai tujuan secara lebih optimal.

(21)

pengajarannya. Pembelajaran matematika, sebaiknya dikaitkan dengan realita, dekat dengan pengalaman anak serta relevan untuk kehidupan masyarakat.

Pandangan freudenthal yang menyatakan bahwa matematika memiliki nilai kemanusiaan (human value) (Ariyadi, 2012: 20), menuntut agar pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencoba menemukan sendiri melalui bantuan tertentu dari guru. Guru memberikan dorongan agar siswa dapat menemukan prinsip, konsep atau rumus matematika melalui kegiatan pembelajaran yang secara spesifik dirancang guru. Salah satu pendekatan pembelajaran yang relevan untuk memenuhi tuntutan tersebut antara lain pendekatan RME (Realistic Mathematics Education), atau PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). PMRI mencerminkan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika dengan menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang dapat dibayangkan (imagineable) oleh siswa (Ariyadi, 2012: 20). Salah satu karakteristik PMRI adalah pengembangan kompetensi siswa dalam kreativitas dan kemampuan berkomunikasi. Pengembangan kreativitas melalui penggunaan konteks dan kegiatan eksploratif. Sedang pengembangan kemampuan berkomunikasi dibangun melalui bagaimana siswa mengkomunikasikan gagasan mereka dan interaksi antara siswa dengan siswa lain dan siswa dengan guru.

(22)

strategi penyelesaian, serta temuan lainnya di antara sesama mereka. Dengan mendengarkan apa yang ditemukan orang lain serta mendiskusikannya, siswa dimungkinkan untuk meningkatkan strategi yang mereka temukan sendiri. Dengan demikian, interaksi memungkinkan siswa untuk melakukan refleksi yang pada akhirnya akan mendorong mereka pada perolehan pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya dan peningkatan hasil belajarnya.

(23)

tugas beserta masalahnya. Disamping itu harga diri masing-masing siswa sebagai anggota kelompok akan meningkat karena diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas dengan target yang jelas baik bagi diri sendiri maupun kelompok.

Dalam wawancara tanggal 7 Januari antara peneliti dengan bapak Juwadi, selaku guru kelas IV, menyatakan bahwa beberapa siswa kelas IV di SD Kanisisus Kintelan, Yogyakarta, ketertarikannya terhadap pembelajaran masih dirasa kurang. “Siswa banyak yang melamun atau sering berbicara dengan teman dekatnya, saat guru menjelaskan materi pelajaran”.

Selanjutnya dinyatakan “Kerjasama siswa tidak nampak, mereka cenderung pasif, yang ada malah mereka sering mengganggu temannya yang sedang

serius memperhatikan penjelasan guru, seperti menyembunyikan alat tulis

dan sebagainya”. Pembelajaran yang sebagian besar menggunakan metode ceramah, membuat siswa merasa jenuh dan ramai di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Akibat yang terlihat adalah pemahaman siswa tidak optimal yang menjadikan rendahnya nilai siswa, terutama pada mata pelajaran matematika.

(24)

peneliti mendapatkan hasil yaitu ketika guru menjelaskan dan memberi tugas kepada siswa, hanya sebanyak 19 siswa (63,3 %) dari 30 siswa memperhatikan guru dan mau mengerjakan tugas, dan sebanyak 11 siswa (36,7%) siswa lain, sibuk dengan aktivitas-aktivitas lain seperti bermain sendiri, mengajak teman untuk mengobrol, dan sebagainya. Setiap kali guru memarahi dengan teguran dan gertakan, seketika itu kondisi kelas dapat terkendali, tetapi setelah beberapa waktu suasana menjadi ramai kembali. Disamping itu yang menjadi masalah lain adalah siswa-siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan sebagian siswa ketika diberi PR atau tugas mereka sering tidak mengerjakan. Kurangnya perhatian terhadap penjelasan guru, tidak adanya kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, baik tugas di kelas maupun PR merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Khususnya pada mata pelajaran matematika, siswa secara konseptual kurang paham dalam hal penghitungan, mereka menganggap matematika itu sulit.

Hasil observasi dokumentasi nilai yang dilakukan pada tanggal 7 Januari 2013, yaitu bahwa siswa yang tuntas KKM dalam Ujian Semester gasal yang dilakukan sekolah adalah 63% atau sekitar 19 anak yang tuntas KKM dengan nilai KKM 65. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masih ada 37% dari 30 siswa belum tuntas KKM. Dengan demikian perlu adanya perbaikan hasil belajar siswa.

(25)

rumah belum optimal (rata-rata di bawah 70%), 2). Ketuntasan belajar secara klasikal (dilihat dari ujian semester gasal) masih kurang atau dibawah 80%, dan 3). Hanya sebanyak 11 siswa (36,6%) yang bekerjasama dalam mengerjakan tugas dari guru.

Metode mengajar yang diterapkan guru adalah metode ceramah dan penugasan. Suatu model pengajaran yang berpusat pada guru, walaupun alat peraga telah disesuaikan dengan kebutuhan pada setiap pokok bahasan. Akan tetapi siswa kurang berpartisipasi aktif dalam setiap proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah.

Memperhatikan kelemahan tersebut, di mana siswa kurang berpartisipasi dan berperan aktif dalam proses pembelajaran (kurang perhatian, kurang kemauannya dalam hal bertanya, menjawab pertanyaan guru), maka perlu dicarikan alternatif model pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi terjadinya kerjasama antar siswa, dan tanya jawab antar teman. Dengan kata lain siswa diarahkan untuk melakukan diskusi di dalam kelompok-kelompok dan saling kerjasama antar mereka sehingga meningkatkan prestasi belajar.

(26)

dibayangkan oleh siswa. Penguasaan materi yang banyak dan bila tidak disajikan dengan bentuk real atau kontekstual siswa kelas IV masih kesulitan untuk merealisasikan suatu pengetahuan baru yang mereka gambarkan dalam pikiran mereka. Dengan pendekatan PMRI ini dapat mempermudah guru menanamkan konsep kepada siswa. Melalui penyajian yang kontekstual dan realistik dapat ditangkap pada tingkat pemahaman siswa, dan dapat mendorong siswa semakin tahu matematika dan memahami keterkaitan matematika dengan dunia sekitar.

(27)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, secara umum masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pendekatan PMRI meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan?

2. Bagaimana pendekatan PMRI pada pembelajaran matematika siswa kelas IV di SD Kanisius Kintelan dapat meningkatkan kerjasama siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti mempunyai tujuan yang diharapkan :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IV di SD Kanisius Kintelan melalui pendekatan PMRI. 2. Meningkatkan kerjasama siswa pada mata pelajaran Matematika

(28)

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan membawa manfaat yang berarti, baik bagi penulis, guru maupun siswa. Manfaat yang diharapkan adalah : a. Bagi Guru

 Sebagai dasar dalam memberikan bimbingan kepada siswa, khususnya yang belum memahami ilmu matematika.

 Sebagai dasar pemikiran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Bagi Siswa

 Meningkatkan hasil belajar siswa.

 Meningkatkan kerjasama dan prestasi siswa dalam pembelajaran, karena pembelajaran lebih menarik, bermakna dan menyajikannya secara kontekstual atau real.

c. Bagi Peneliti lain

 Menjadi pengetahuan tambahan dari masalah-masalah yang ada di dalam kelas yang diselidiki.

(29)

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Matematika adalah bentuk pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan lima kecakapan Matematika , diliht dari hasil belajar siswa yang didukung oleh kegiatan siswa meliputi : 1) perhatian siswa terhadap proses pembelajaran. 2) kemauan menjawab pertanyaan. 3) kemauan bertanya. 4) kemauan mengerjakan tugas, dan 5) kemauan mengerjakan PR.

2. Kerjasama adalah hubungan antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru dalam proses pembelajaran matematika untuk terwujudnya tujuan yang dicapai.

3. Hasil belajar adalah pencapaian nilai matematika siswa setelah mengikuti proses pmbelajaran.

(30)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Banyak pendapat yang dikemukakan tentang belajar. Sering kali

perumusan dan tafsiran yang dikemukakan berbeda satu dengan yang

lainnya. Dalam penelitian ini, untuk menyamakan persepsi tentang

belajar, pengertian belajar yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Menurut pengertian secara psikologis, belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2010: 2). Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi

antara individu yang belajar dengan lingkungannya. Melalui interaksi

tersebut akan terjadi serangkaian pengalam-pengalaman belajar.

b. Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain yang senada

tentang belajar yang menyatakan bahwa pengertian belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman

(Hamalik, 2007: 27). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu

proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

(31)

Berdasarkan dua pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa : (1) Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan tersebut

diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari

situasi belajar, (2) Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak

sendiri, (3) Dalam mencapai tujuan tersebut, siswa senantiasa akan

menemui kesulitan, dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan, (4)

Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat, (5) Proses

belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Artinya belajar

apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari (6)

Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan

tujuan dalam situasi belajar, (7) Siswa memberi reaksi secara

keseluruhan, (8) Siswa mereaksi suatu aspek dari lingkungan yang

bermakna baginya, (9) Siswa diarahkan dan dibantu oleh orang-orang

yang berada dalam lingkungannya, dan (10) Siswa diarahkan ke

tujuan-tujuan lain, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan

dengan tujuan utama dalam situasi belajar.

Pengertian-pengertian tentang belajar tersebut berlandaskan pada

teori belajar yang berkembang hingga sekarang. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa belajar berarti perubahan dalam tingkah laku

dan kecakapan-kecakapan, termasuk didalamnya perubahan di dalam

pengetahuan, minat dan perhatian.

(32)

2. Teori Belajar

a. Aliran Behavioristik

Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :

1. Objek psikologi adalah tingkah laku

 Semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek. Pembentukan tingkah laku dapat terjadi pada subjek pelaku,

tergantung pada reflek atau reaksi subjek pelaku terhadap

objek.

 Mementingkan terbentuknya kebiasaan. Dalam hal ini objek psikologi lebih ditekankan pada pembentukan kebiasaan yang

terkait dengan subjek pelaku.

Pendukung aliran ini antara lain:

1) Menurut Thorndike dalam Riyanto (2002) menjelaskan bahwa

belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin

berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga

berupa pikiran, perasaan atau gerakan).

2) Edwin Guthrie dalam Riyanto (2002) menjelaskan bahwa belajar

merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons

(33)

b. Aliran Kognitif

1) Jean Piaget dalam Riyanto (2002) menjelaskan bahwa proses

belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yaitu : asimilasi,

akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi

adalah proses penyatuan (pengintegrasian informasi baru ke

struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi

adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.

Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antarab

asimilasi dan akomodasi.

2) Model Gestalt dalam Riyanto (2002) menurut pandangan Gestalt

semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman

mendadak terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan

antara bagian dan keseluruhan.

3) Kohler dalam Riyanto (2002) menyatakan bahwa belajar adalah

serta mencapainya, hasil adalah proses yang didasarkan pada

insight (daya pikir).

Menurut teori-teori diatas jadi pengertian belajar/teori

belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa

pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (berupa pikiran, perasaan

atau gerakan) yang akhirnya mengalami perubahan kearah yang lebih

(34)

3. Ciri-Ciri Belajar

William Burton dalam Hamalik (2007) mengungkapkan tentang

ciri-ciri belajar antara lain :

a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan

melampaui (under going).

b. Pengalaman belajar secara maksimum bermaknan bagi

kehidupan murid.

c. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan

murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.

d. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan

lingkungan.

e. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil

dipengaruhi oelh perbedaan-perbedaan individual di kalangan

murid-murid.

f. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila

pengalamn-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan

dengan kematangan murid.

g. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status

dan kemajuan.

h. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai

prosedur.

i. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain,

(35)

j. Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah bimbingan

yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan

paksaan.

4. Faktor-Faktor Belajar

Untuk dapat belajar efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Adapun faktor-faktor belajar tersebut antara lain (Hamalik, 2007: 33):

a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, siswa yang banyak

melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system. Misalnya :

melihat, merasakan, mendengar, berpikir, kegiatan motoris,dll.

b. Belajar memerlukan latihan. Misalnya : relearning, recalling, dan

reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan

pelajaran yang belum dikuasai akan mudah dipahami.

c. Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan berhasil jika siswa merasa

berhasil dan mendapatkan kepuasannya.

d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal

dalam belajarnya.

e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua

pengalaman belajar anatara yang lama dengan yang baru, secara

berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan penglaman.

f. Pengalaman masa lampau dan pengertian-pengertian yang telah

(36)

g. Faktor kesiapan belajar. Faktor kesiapan ini erat hubungannya

dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas

perkembangan, meliputi:

1) Faktor minat dan usaha.

Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena

sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang

akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.

2) Faktor-faktor fisiologis.

Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam

proses belajar. Faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau

tidaknya murid yang belajar.

3) Faktor intelegensi.

Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih

cepat mengambil keputusan.

B. Strategi Pembelajaran

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 butir 20 menyebutkan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”. Dalam konsep tersebut mengandung 5 konsep, yakni

interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan

(37)

Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang

belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang

belum memilki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang

memiliki pengetahuan.

Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya

dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun

watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

pencerdasan kehidupan bangsa.

Menurut Sanjaya (2008: 125) strategi pembelajaran adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa

agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran

tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah pola-pola umum kegiatan gurudan murid dalam

mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dari

(38)

C. Hasil Belajar

Setiap orang yang selalu melakukan kegiatan akan selalu ingin

mengetahui hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Siswa dan guru

merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, tentu

mereka juga berkeinginan mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran

yang dilakukan.

Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh

suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Merujuk pada pemikiran Gagne dalam Purwanto

(2009), hasil belajar merupakan (1) informasi verbal, (2) keterampilan

intelektual, (3) strategi kognitif, (4) keterampilan motorik, (5) sikap.

Menurut Winkel dalam Purwanto (2009) “hasil belajar mencakup

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge( (pengetahuan, ingatan), Comprehension (pemahaman), Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evalution (menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memnerikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakteristik). Domain psikomotorik mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) hasil belajar merupakan

hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,

(39)

belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru dalam meraih suatu

pencapaian tujuan pengajaran. Hasil belajar merupakan kemampuan yang

dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya yang

berbentuk pengetahuan sikap dan ketrampilan yang dapat diukur. Hamalik

(2007: 103) menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam

bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.

Berdasarkan pada pengertian tersebut maka hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar

sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar bertujuan untuk melihat

kemajuan siswa dalam hal penguasaa materi yang telah dipelajari.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : (Hamalik,

2007: 103)

1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada

faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang

mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain

yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain

sebagainya.

2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).Pencapaian tujuan

(40)

kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.

Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan

pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan

sikap dan lain sebagainya.

D.Matematika

1. Pengertian

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas

jika dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu kegiatan

belajar matematika tidak disamakan dengan ilmu lain.

Menurut Hudojo (1998:2) mendefinisikan Matematika sebagai

ilmu yang mengenai kuantitas berupa bilangan-bilangan serta

operasi-operasinya.

Dalam pengertian lain secara singkat dikatakan bahwa matematika

juga berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun

secara hierarkis dan penalarannya deduktif.

2. Hakikat Matematika

Kline (1972, dalam Mulyono 2003: 252) matematika adalah

bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar

deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Sedang

(41)

bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan

hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedang fungsi teoritisnya adalah

untuk memudahkan berfikir.

Berdasarkan pengertian matematika tersebut dapat diketahui bahwa

matematika merupakan bahasa simbolis. Simbol, atau gambar dalam

matematika bersifat efisien dan padat makna. Simbol atau gambar tersebut

bukan merupakan gambar material baik konkrit atau abstrak, tetapi

menyatakan perumpamaan dari elemen, operasi, relasi, dan atau fungsi

dalam kerangka ruang dan waktu. Disamping itu matematika memiliki

sifat yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran

logis, yang mungkin diawali dengan proses induktif yang meliputi

penyusunan model matematika, analogi dan generalisasi, berdasarkan

pengamatan terhadap sejumlah data. Dengan demikian dapat diambi

kesimpulan bahwa pengertian matematika adalah bahasa simbolis yang

mengekspresikan ide-ide, struktur, atau hubungan yang logis termasuk

konsep-konsep abstrak sehingga memudahkan untuk berpikir.

3. Proses Belajar Matematika

Tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas

dari matematika. Contoh, misalnya dalam sehari-hari kita membelanjakan

uang kita untuk membeli suatu barang, dari proses kita membeli suatu

barang tersebut uang kita menjadi “berkurang”. Berkurangnya jumlah

uang tersebut berkaitan dengan matematika juga. Di dalam proses belajar

(42)

orang itu melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika

mesti melakukan kegiatan mental (Hudojo, 1981: 4).

Dalam berpikir itu orang akan menyusun hubungan-hubungan antara

informasi yang telah direkam didalam pikiran orang tersebut sebagai

pengertian-pengertian. Kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh

intelegensinya, jadi terlihat adanya kaitan antara intelegensi dengan proses

belajar matematika.

4. Berpikir Matematika

Menurut Sawyer (dalam Hudojo,1981:74) mengatakan bahwa

matematika adalah klasifikasi studi dari semua kemungkinan pola.

Matematika bukan ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi

ilmu yang bermanfaat bagi sebagian besar ilmu-ilmu lain. Dapat dikatakan

bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu

lain, yang utama yaitu untuk ilmu sains dan teknologi. Kita sebagai calon

guru dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan

berbagai ilmu-ilmu lain.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Mengajar

Matematika.

Belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik

dengan melibatkan intelektual peserta didik secara optimal. Proses belajar

matematika dapat berhasil dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

yaitu :

(43)

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung pada peserta

didik, misalnya bagaimana kemampuan, minat, kesiapan, kondisi

fisologis maupun keadaan jasmani peserta didik kurang mendukung

maka juga berpengaruh pada proses belajarnya.

b. Pengajar

Kepribadian, pengalaman dan motivasi pengajar dalam mengajar

matematika juga berpengaruh terhadap efektivitas proses belajar.

Seorang pengajar matematika yang tidak menguasai materi

matematika yang akan diajarkan, tidak mungkin pengajar dapat

mengajar matematika dengan baik. Hal ini akan akan mengakibatkan

rendahnya mutu pengajaran matematika dan dapat menimbulkan

kesulitan peserta didik dalam memahami pengajaran matematika.

c. Prasarana dan sarana

Sarana dan prasarana (seperti ruangan, buku, alat bantu belajar,dll)

sangat mendukung dan menunjang dalam proses pembelajaran dan

pengajaran.

d. Penilaian

Penilaian disamping digunakan untuk melihat bagaimana hasil belajar,

tetapi juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi.

E. Materi Pembelajaran

1. BilanganRomawi

(44)

Secara umum lambang bilangan romawi terdiri atas 7 angka yang

dilambangkan dengan huruf sebagai berikut :

I melambangkan bilangan 1

V melambangkan bilangan 5

X melambangkan bilangan 10

L melambangkan bilangan 50

C melambangkan bilangan 100

D melambangkan bilangan 500

M melambangkan bilangan 1.000

Untuk bilangan-bilangan yang lain, dilambangkan dengan

perpaduan (campuran) dari ketujuh lambang bilangan tersebut.

Menyatakan bilangan romawi ke bilangan cacah. Aturan penulisan

lambang bilangan Romawi :

Lambang bilangan romawi tidak boleh ditulis berderet lebih dari

tiga angka yang sama.

Contoh : 4 ditulis IV bukan IIII

40 ditulis XL bukan XXXX

Bila angka disebelah kiri lebih besar dari angka disebalah kanan,

maka menyatakan penjumlahan. Contoh : VI artinya 5 + 1 = 6

VIII artinya 5 + 3 = 8

Bila angka disebelah kiri lebih kecil dari angka disebelah kanan,

(45)

Contoh : IV artinya 5 – 1 = 4 (pengurang ditulis di

depan yang dikurang)

IX artinya 10 – 1 = 9 (pengurang ditulis di

depan yang dikurang)

Sistem penjumlahan dan pengurangan. Contoh : 14 10 + (5 – 1) ditulis XIV

19 10 + (10 – 1) ditulis XIX

Lambang V dan X hanya boleh dikurangi satu I, sedangkan L

dan C hanya boleh dikurangi satu X. Lambang M dan D hanya

boleh dikurangi satu C.

b. Pemakaian bilangan Romawi

1) Angka romawi digunakan untuk penomeran.

Contoh : I. ...

II. ...

III. ...

IV. ...

2) Angka romawi digunakan untuk menunjukan tingkat.

Contoh : Budi menjadi juara I lomba Matematika. Artinya juara

pertama.

(46)

2. Bangun Ruang Balok dan Kubus

a. Bangun Ruang Balok

Bangun ruang balok adalah bangun ruang yang memiliki 8 titik

sudut dan 12 rusuk, yang panjang rusuk-rusuknya = 4 panjang (p)

+ lebar (l) + tinggi (t)

Perhatikan gambar berikut:

Balok ABCD EFGH mempunyai : a. 8 titik sudut

b. 12 rusuk

c. 6 bidang sisi dan

d. 12 diagonal sisi

G H

E F

D C

A B

Sifat-sifat balok : a. mempunyai 3 pasang sisi yang sama luasnya b. mempunyai 3 pasang sisi yang sejajar (//)

c. mempunyai 3 pasang rusuk yang sama panjang

(47)

b. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang mempunyai 8 titik sudut, 12

rusuk yang sama panjang dan 6 bidang sisi yang berbentuk

persegi.

Perhatikan gambar berikut.

H G Kubus ABCD EFGH :

a. 8 titik sudut E F b. 12 rusuk sama panjang D C c. 6 bidang sisi berbentuk persegi d. 12 diagonal sisi

A B e. 4 diagonal ruang dan f. 6 bidang diagonal

Sifat-sifat Kubus : a. Keenam sisinya sama luas

b. Terdapat 3 pasang sisi yang sejajar

c. Terdapat 3 pasang rusuk yang sejajar

d. Kedua belas rusuknya sama panjang

(48)

F. Kerjasama

1. Pengertian

Menurut John Dewey dalam lie (2002:15) menyatakan bahwa

sekolah adalah miniatur masyarakat, maka sudah selayaknya anak didik

belajar mengenai tata cara bermasyarakat dalam konteks-konteks yang

sesungguhnya semasa masih di sekolah. Siswa-siswa yang berbeda latar

belakang seharusnya dididik untuk dapat saling bekerjasama dalam

mencapai tujuan bersama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerjasama adalah

interaksi antara individu atau kelompok siswa yang secara bersama-sama

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan bersama (KBBI, 1990: 428).

Sedang menurut Anita Lie (2002: 27) kerjasama merupakan kebutuhan

yang mendasar bagi setiap individu untuk saling berhubungan bergotong

royong untuk kelangsungan hidup.

Berdasarkan pengertian kerjasama di atas, dapat disimpulkan bahwa

kerja sama adalah interaksi antara siswa dengan siswa yang lain atau

antara siswa dengan guru untuk dapat mencapai tujuan bersama.

2. Unsur-Unsur Kerjasama

Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 30), terdapat

lima unsur untuk dapat terwujudnya kerjasama yaitu:

(49)

Keberhasilan kerjasama sangat tergantung pada usaha setiap individu

yang saling berinteraksi. Semakin besar sifat ketergantungan antara

satu dengan lainnya, maka akan semakin kuat kerjasama.

b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan

positif. Jika tugas masing-masing individu telah disepakati, setiap

individu akan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas

dengan cara yang terbaik.

c. Tatap muka

Setiap individu yang bekerjasama harus diberikan kesempatan untuk

bertatap muka dan berdiskusi agar dapat mencapai hasil yang terbaik

d. Komunikasi antar anggota

Unsur ini mencerminkan adanya kesediaan untuk saling mendengarkan

dan mengutarakan pendapat untuk mencapai tujuan bersama.

e. Evaluasi proses

Unsur ini mencerminkan adanya evaluasi proses kerja yang telah

dilaksanakan untuk selanjutnya digunakan agar masing-masing anggota

dapat bekerjasama lebih efektif.

3. Keuntungan Kerjasama

Beberapa keuntungan dari kerjasama antara lain ( Riyanto, 2008: 109)

a. Dalam keadaan normal, tingkat produktivitas akan lebih tinggi dari

(50)

b. Keputusan yang diambil secara bersama, biasanya lebih tepat dari

pada yang diputuskan oleh seorang diri saja.

c. Dalam kerjasama, proses sosialisasi dipercepat sehingga lebih

dapat belajar nilai-nilai sosial.

d. Dalam kerjasama, permasalahan-permasalahan yang dihadapi dapat

dipecahkan dengan lebih efektif

e. Kerjasama akan meningkatkat kualitas hidup individu, karena

setiap orang akan terdorong untuk meningkatkan kualitas hidupnya

agar tidak ketinggalan dengan yang lain.

G.Pendekatan PMRI

1. Pengertian

Pada tahun 1973 dibelanda Frudhental memperkenalkan suatu

pendekatan baru dalam pembelajaran matematika yang dinamai RME

(Realistic Mathematics Education) yaiyu pembelajaran matematika yang mengacu pada konstruktivis sosial (Amin, 2003 : 144). Sejak

tahun 2001, RME diterapkan atau diadaptasikan di Indonesia dan

dikenal dengan nama PMRI (Pendikan Matematika Realistik

Indonesia). Akan tetapi PMRI belum dikenal oleh sebagian guru,

sehingga pendekatan PMRI bekum banyak digunakan dalam

pembelajaran matematika.

Menurut Frudenthal dalam Ariyadi (2012:20) menyatakan bahwa

(51)

pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan masalah

sehari-hari. Frudenthal beranggapan bahwa matematika merupakan

aktivitas manusia dan siswa jangan dijadikan penerima pasif dari

matematika yang telah jadi, tetapi pembelajaran lebih mengutamakan

pembimbingan pada siswa untuk menggunakan kesempatan

menemukan kembali matematika dengan membawanya ke kehidupan

mereka.

Dalam pandangan RME, bahan ajar dimatematisikan, dalam

semua kasus, siswa diarahkan untuk memperoleh pengalaman secara

nyata. Menurut Lange dalam Siti (2003: 144) hal ini tidak berarti

bahwa RME selalu menggunakan masalah kehidupan yang nyata.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa dengan PMRI dapat

mendorong siswa untuk menemukan materi dengan kehidupan

sehari-hari, PMRI dapat mendorong siswa untuk menerapkan hubungan

materi dengan kehidupan sehari-hari, dan PMRI menekankan

keterlibatan siswa untuk menemukan materi sendiri yang berhubungan

dengan konteks kehidupan nyata.

2. Karakteristik Pendidikan PMRI

Indonesia, sejak tahun 2001 bekerja sama dengan Belanda,

(52)

demikian PMRI juga memiliki prinsip-prinsip RME dan memenuhi karakteristik RME. Prinsip-prinsip PMRI ( Siti, 2003: 144):

a. Menemukan kembali (re-invention).

Siswa diberi kesempatan untuk mengalami proses

pembelajaran yang dapat menemukan suatu konsep melalui topik

yang disajikan.

b. Fenomena dikdaktik.

Pada awal pembelajaran matematika, siswa diberi masalah

yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, kemudian mereka

diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka

sendiri. Dengan demikian penyajian topik matematika didasarkan

pada pertimbangan kegunaan dan sumbangannya pada matematika

lanjut.

c. Model yang dikembangkan sendiri. Pada saat menyelesaikan

masalah nyata, siswa mengembangkan model sendiri.

Menurut Treffers (1987) dalam Ariyadi (2012:21)

merumuskan ada lima karakteristik dalam pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik yaitu :

a. Penggunaan Konteks

Penggunaan konteks atau permasalahan realistik

digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika pada

pendekatan PMR ini. Melalui penggunaan konteks, siswa dilbatkan

(53)

yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat

penggunaan konteks dalam pendekatan ini dapat meningkatkan

memotivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika.

Selain itu juga melalui kegiatan eksplorasi siswa selain untuk

menemukan hasil akhir suatu permasalahan juga untuk

mengembangkan strategi penyelesaian masalah.

b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif

Dalam Pendidikan Matematika Realistik model digunakan

sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit

dari pengetahuan formal. Dengan mengkaitkan permasalahan

matematika dengan mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari

siswa yang mengarahkan pada tingkat pemahaman siswa pada

konteks permasalahan.

c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Dalam konteks ini siswa memiliki kebebasan untuk

mengembangkan strategi atau cara pemecahan suatu permasalahan

sendiri. Hasil penemuan dan kreatifitas sangat dihargai sebagai

suatu produk yang siap dipakai sebagai suatu konsep yang

dibangun oleh siswa sendiri, sehingga dalam Pendidikan

(54)

d. Interaktivitas

Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu

saja melainkan juga secara bersama-sama sebagai suatu proses

sosialisasi siswa. Proses belajar siswa akan lebih bermakna bila

siswa saling berinteraksi dan berkomnukasi dengan orang lain.

Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat

dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa

secara simultan.

e. Keterkaitan

Dalam belajar Matematika mempunyai keterkaitan

konsep-konsep, tidak semua siswa dapat mudah memahami suatu

permasalahan soal. Dalam pendekatan makanistik , siswa

cenderung akan langsung dihadapkan dengan sejumlah prosedur

penjumlahan pecahan seperti ini 1⅓ - ⅓ = ...

Tidak semua siswa secara mentah bisa memahami bentuk soal yang

dikemas seperti itu, menurut pendekatan realistik bentuk sola

seperti itu dapat dikemas dalam bentuk soal cerita yang dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari siswa. Contoh : Ibu mempunyai pita

berwarna merah yang panjangnya 1⅓ meter, kemudian ibu

memberikan pita itu kepada Anna sepanjang ⅓ meter. Berapa

(55)

Dengan penulisan soal seperti pada contoh diatas akan lebih mudah

dipahami dan menarik bagi siswa.

H. Profil Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Suharta ( 2001: 159), profil pembelajaran di kelas Sekolah dasar:

1. Secara umum perencanaan mengajar guru dalam kategori baik, artinya

guru sadar dengan keadaan siswa, sehingga mereka berusaha

mempersiapkan atau membuat perencanaan pengajaran dengan baik.

2. Guru cenderung belum menggunakan metode mengajar yang berkadar

CBSA tinggi.

3. Guru belum menggunakan variasi lingkungan belajar seperti

berpasangan, kebebasan kepada siswa yang dapat menimbulkan

suasana belajar lebih kondusif.

4. Buku teks yang digunakan guru maupun siswa dari Depdiknas (buku

paket).

Sedangkan menurut Suryadi (2003: 61), karakteristik pembelajaran di

tingkat Sekolah Dasar adalah:

1. Pembelajaran dilakukan secara tradisional yakni guru menjelaskan

untuk seluruh siswa dalam kelas.

2. Guru berperan sebagai figur sentral.

3. Siswa jarang sekali terlibat secara aktif dalam proses belajar.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa profil

(56)

digunakan masih konvensional, (b) siswa kurang aktif dalam

pembelajaran, (c) pembelajaran masih berpusat pada guru, dan (d)

lingkungan belum secara maksimal digunakan dalam pembelajaran.

I. Penelitianyang Relevan

Terdapat dua penelitian dan satu jurnal yang relevan dengan penelitian

ini. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Joise, (2008) meneliti tentang

pengembangan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi

interaktivitas siswa pada penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI

kelas IV A SD N Adisucipto 1. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam

penelitian, pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar peserta

didik kelas IV SD N Adisucipto 1. Metode yang digunakan dalam

penelitian adalah metode penelitian pengembangan (R&D), produk yang

yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran. Perangkat

pembelajaran yang dikembangkan yaitu meliputi : silabus, RPP, LKS, soal

evaluasi dan bahan ajar yang mengakomodasi lima karakteristik PMRI,

yang ditingkat yaitu pada karakteristik interaktivitas. Hasil validasi

menunjukan rerata perangkat pembelajaran yaitu 3,54 yang merupakan

kategori sangat baik. Hasil uji keterbacaan untuk mengetahui interaktivitas

yang terakomodasi dalam perangkat pembelajaran, dengan hasil skor yaitu

3,55 yang merupakan kategori sangat baik. Rata-rata hasil angket

responden siswa dengan skor 5,52 yang merupakan kategori sangat baik.

(57)

karakteristik PMRI pada interaktivitas siswa yang melalui diskusi

kelompok, mengemukakan pendapat dan presentasi mendukung siswa

lebih aktif belajar, sehingga dapat meningkat prestasi belajar siswa.

Penelitian yang kedua adalah peniltian oleh Rismawati (2008) melakukan penelitian tentang peningkatan prestasi belajar menggunakan

PMRI dalam menyelesaikan soal cerita pada peserta didik kelas V SD

Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2010/2011. Hasil yang dicapai dalam

penelitian, pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar peserta

didik kelas V SDK Kalasan tahun pelajaran 2010/2011. Kondidsi awal

sebelum dilakukan penelitian nilai rata-rata adalah 58 atau 56 % (dibawah

KKM). Setelah diadakan penelitian dengan pembelajaran dengan

pendekatan PMRI presatasi beajar siswa mengalami peningkatan yaitu

71,74 atau 58,82% pada siklus I dan mencapai 79,42 atau 81,41 pada siklus

II.

Jurnal penelitian tentang PMRI, termuat dalam National Seminar on

Science and Mathematic Education. Prosiding National Seminar, Agustus

25, 2003. disebutkan bahwa pendekatan PMRI di uji cobakan di kelas-kelas

awal sekolah dasar SD Negeri yang ada dilingkungan UPI (Universitas

Pendidikan Indonesia) Bandung. Hasil penelitian menyebutkan bahwa

PMRI merupakan sebuah subject matter bagaimana anak belajar matematika, dan bagaimana matematika seharusnya diajarkan. Pendekatan

PMRI memiliki enam karakteristik yang meliputi: a). Prinsip aktivitas, b).

(58)

Prinsip interaksi dan f). Prinsip Bimbingan. Berdasarkan hasil uji coba

tersebut, PMRI ditetapkan sebagai salah satu model pembelajaran yang

inovatif (Didi Suryadi, 2003: A61-10).

Persamaan penelitian dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama

menggunakan PMRI sebagai salah satu variabel penelitian. Perbedaannya,

Variabel pada penelitian terdahulu, adalah PMRI dan Prestasi belajar.

Sedang dalam penelitian ini selain PMRI adalah kerjasama siswa. Dengan

demikian penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya.

J. Kerangka Berpikir

Dalam mengajar materi operasi hitung campuran, guru cenderung

menyampaikan secara konsep dan kurang memperhatikan tingkat

pemahaman masing-masing siswa. Guru menjadi pusat sekaligus sumber

belajar (teacher contered) dimana metode ekspositori menjadi pilihan

utama dalam menyajikan materi. Hasilnya adalah siswa hanya menghafal

dan tahu secara otodidak cara menemukan jawaban tanpa menemukan

makna. Sementara banyak siswa yang secara kinestik aktif namun dengan

pelajaran matematika dirasa menjadi membosankan dan sulit dipahami.

Pendekatan PMRI merupakan suatau cara yang digunakan dalam

pembelajran Matematika. Melalui pendekatan pembelajaran PMRI guru

dapat mengajarkan dan menjelaskan materi yang diajarkan dikaitkan

dengan kehidupan keseharian siswa, sehingga siswa mudah untuk

(59)

keadaan yang bersifat konkret atau realistik. Ada lima karakteristik dalam

pendekatan PMRI yang secara menyeluruh karakteristik pendekatan

tersebut sangat membantu dalam pemahan guru dan belajar siswa,

karakteristik-karakteristik tersebut yaitu : penggunaan konteks,

penggunaan model untuk matemtisasi progresif, pemanfaatan hasil

konstruksi siswa, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktif, dan

keterikatan.

Sesuai dengan kajian teori yang telah diuraikan pada karakteristik

PMRI pemanfaatan hasil konstruksi siswa, diharapkan siswa dapat

menciptakan atau menemukan pemecahan suatu permasalahan dan dapat

memotivasi siswa dalam belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya mata pelajaran matematika dengan materi bilangan dan bangun

ruang kubus dan balok.

K. Hipotesis Tindakan

Secara umum hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan.

2. Penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan kerjasama

siswa pada mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Kanisius

(60)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

Tindakan Kelas adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para

partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk

memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan

diperoleh pemahaman yang konprehensif mengenai praktik dan situasi di

mana praktik tersebut dilakukan (Supardi, 2012: 17). Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan

pelaksanaan praktek pendidikan oleh guru dengan melakukan

tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil

tindakan tersebut.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

dan kerjasama siswa dalam pembelajaran Matematika melalui PMRI.

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan rekan guru kelas

SD Kanisius Kintelan Yogyakarta.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas, peneliti melakukan suatu tindakan

yang secara khusus diamati terus menerus, kemudian diadakan perubahan

(61)

tepat (Arikunto, 2008: 2). PTK ini merupakan pemecahan masalah yang

dimulai dari : a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasi, dan d) refleksi.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti bertujuan untuk:

meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa dalam belajar pelajaran

Matematika secara maksimal, agar siswa dapat memperoleh prestasi minimal

sama dengan KKM. Hal ini disebabkan karena keberhasilan siswa dalam

menguasai mata pelajaran ini akan dapat membantu pada upayanya

menguasai materi pelajaran lain / berikutnya, terutama materi pelajaran

Matematika pada semester berikutnya.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti terlibat langsung dalam

proses pembelajaran yang dilakukan dan selanjutnya peneliti atau guru secara

reflektif dapat menganalisis dan mensintesis terhadap apa yang telah

dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan Penelitian

Tindakaan Kelas (PTK), peneliti dapat memperbaiki praktik-praktik

pembelajaran yang kurang tepat sehingga menjadi lebih efektif. Hal ini sesuai

dengan tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk

memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas dan sekaligus

meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut pendapat Kemmis dan

Pobin Mc Taggart merupakan penelitian bersiklus yang terdiri dari perencana

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara

(62)

Model Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Model Dasar PTK menurut Kemmis dan Pobin Mc Taggart

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Kintelan. Alasan saya

memilih sekolah tersebut karena SD Kanisius Kintelan di kelas IV

memenuhi syarat yaitu jumlah siswa 30 sehingga dapat dijadikan subjek

penelitian kuantitatif, dan ada permasalahan pada siswa yaitu kurangnya

perhatian siswa ketika guru menerangkan, penggunaan metode ceramah

oleh guru dan tidak nampak adanya kerjasama siswa selama proses

(63)

terdapat 11 siswa (37 %) dari jumlah 30 siswa rata-rata nilainya dibawah

KKM.

2. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan

tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah hasil belajar dan kerjasama siswa mata

pelajaran matematika menggunakan PMRI pada siswa kelas IV SD

Kanisius Kintelan.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2012-2013

hingga selesai. Jumlah siswa kelas IV ada 30 anak, dengan 14 laki-laki dan

16 perempuan. Sebelum penelitian dilakasanakan saya harus

mempersiapkan instrumen-instrumen yang akan saya gunakan. Oleh

karena itu penelitian tersebut dapat dilaksanakan setelah saya

menyelesaikan instrumen-instrumen dan siap untuk meneliti.

C. Rencana Tindakan

Mengacu pada teori tentang Penelitian Tindakan Kelas, maka rencana

tindakan disusun sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

1) Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam

(64)

2) Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru

dalam pembelajaran matematika sebelumnya.

3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran matematika.

4) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran matematika materi

lambang bilangan Romawi dan sifat bangun suang sederhana dan

hubungan antar bangun datar..

Proses pembelajaran akan dilaksanakan dengan strategi

pembelajaran PMRI pada materi bilangan romawi dan sifat bangun

ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar. Dalam kegiatan

perencanaan tindakan meliputi: penyusun RPP, menyiapkan observasi,

menyiapkan alat observasi, penyusunan kuesioner dan konfirmasi

dengan observer / kolaborator.

b. Tahap Tindakan (Action)

Peneliti menjelaskan pembelajaran sesuai rencana yang dituangkan

dalam rencana pembelajaran matematika materi lambang bilangan

romawi, sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun

datar, walaupun dalam kenyataannya nanti tindakan yang dilakukan

tidak mutlak seperti yang dibuat dalam rencana tetapi tetap

memperhatikan situasi dan kondisi saat pembelajaran. Tindakan yang

dilakukan diharapkan dapat memberikan perubahan baik secara

kuantitatif maupun kualitatif ke arah yang diharapkan.

Gambar

Gambar 4.1 :Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus................................................
Tabel 3.1   Kriteria Keberhasilan
Tabel 3.2 Instrumen Pengumpul Data penelitian
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Kerjasama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapat beberapa masukan dan arahan dari guru pembimbing, praktikan mulai mengajar mandiri tanpa didampingi guru pembimbing. Tetapi dalam hal persiapannya tetap tidak

Hal ini menunjukkan bahwa variabel earnings , asset growth dan operating cash flow secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap stock return

PACULTY OF

dapat menyelesaikan Laporan Magang yang berjudul “ Pembinaan Kredit Kepada Nasabah pada PT.Bank Bukopin Cabang Padang ”. Dalam penulis Laporan Magang ini penulis

Adapun kesimpulan khusus pada penelitian ini adalah (1) Penerapan sistem pembelajaran moving class di SMP Negeri 34 Bandung berdasarkan hasil pengolahan data

[r]

kesehatan reproduksi remaja tersebut dapat juga dilakukan melalui. kegiatan remaja yang ada di masyarakat atau di

Sumberdaya perikanan tuna merupakan salah satu sumberdaya ikan yang memiliki nilai ekonomi. tinggi di Indonesia. Ikan Tuna/Cakalanq-Tuna/Skipjack merupakan komoditas kedua