• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat dan filsafat ilmu (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat dan filsafat ilmu (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari ilmu-ilmu1. Filsafat

merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan2. Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya

melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.

Filsafat adalah awal dari disiplin yang sangat terkait dengan kebijaksanaan yang diambil dari kehidupan manusia guna bersikap, bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada untuk mencapai tujuan atau maksud dalam memecahkan suatu masalah atau upaya untuk mencari suatu kebenaran, prinsip dan penyebab realita yang ada, selanjutnya hal tersebut menjadi bahan renungan, ditafsirkan agar dapat dipakai sebagai acuan dalam memecahkan setiap masalah kehidupan manusia3

Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M..Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Dalam bab berikutnya akan dibahas mengenai pengertian, perbedaan dan persamaan antara filsafat dan filsafat ilmu

Adapun tujuan dari makalah ini adalah: dapat mengetahui dan memahami Pengertian, perbedaan dan persamaan antara filsafat dan filsafat ilmu.

1 Hamdani ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung;Pustaka Setia, 2007) hal 10

2 Ahmad Charis,Z, Dimensi Etik dan Asketik, Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu,

(Ogyakarta:LESFI,2002). hal 1.-15

(2)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian

A. Filsafat

Filsfata dari arti derivative adalah cinta kebijaksanaan. Konon phytagoras, seorang filsuf yunani klasik, mengambil kata “filsafat” dari dua kata berbahasa Yunani yaitu philo dan shopia. Philo berarti cinta, sedangkan shopia berarti bijaksana jadi kata philoshopia berarti cinta kepada kebijasanaan. Sedang orang-orang sebelum phytagoras mengartikan kata shopia sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Kemudian, maknanya berkembang dan digunakan sebagai istilah untuk kecakapan dibidang syair dan music, juga dapat berarti mereka yang memiliki ketajaman pikiran dan perilaku yang baik. Pada akhirnya makna itu berkembang lagi dan digunakan untuk menyebut jenis pengetahuan tertinggi, yakni pengetahuan yang bisa mengantarkan kita untuk mengetahui kebenaran murni4

Menurut sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran.

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks. Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan (akhirat), tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk: Pertama, filsafat tentang pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan ("episteme") dan kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan, obyek materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat), metafisika umum (ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat tentang nilai-nilai yang

(3)

terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material : kebaikan dan keindahan,etika; dan estetika; Keempat . sejarah filsafat; menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian[19].

Sedangkan pengertian termonologis tentang filsafat adalah (i) upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistemmatik dan lengkap tentang seluruh realitas; (ii) upaya untuk melukiskan hakikkat realitas akhir dan dasar secara yata; (iii) upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuanya: sumbernya, hakikatnya, keabsahanya, dan nilainya; (iv) penyelidik kritis atas pengandaian-pengandaian dan peryataan-peryataan yang diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan; (v) disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakana dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.

Banyak definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filosof diantaranya :

1. Plato (427–348 SM) berpendapat bahwa filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan

2. Aristoteles (382–322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Sedangkan filosof lainnya

3. Rene Descartes (1596–1650), filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

4. Immanuel Kant (1724–1804) berpendapat filsafat ialah ilmu atau pengetahuan yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang didalamnmya tercakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan)yang menjawab persalahan yang dapat kita ketahui5

Filsafat memiliki dua objek yang disebut : objek formal (lapangan) dan objek material (sudut pandang) dan objek material filsafat adalah segala sesuatu yang dipermasalahkan oleh filsafat. Menurut DR. Oemmar Amin Hosein, Objek material filasafat adalah segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada. Sedang menurut DR. Mr. D.C Mulder, objek filsafat material adalah segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang

(4)

dirinya dan tempatnya didunia, menurut Lousi Kattsoff (1992), objek material filsafat adalah segala pengetahuan manusia serta apa yang diketahui manusia.

Sedangkan kegunaan filsafat bagi manusia itu sendiri adalah manusia dimungkinkan dapat melihat kebenaran tentang sesuatu diantara kebenaran yang lain. Hal ini membuat manusia mencoba mengambil pilihan, diantara alternative yang ada saat ini, sehingga manusia mampu menghadapi masalah-masalah yang ada dan belajar untuk menjadi bijaksana6. Kebijaksanaan

merupakan wujud ideal dalam kehidupan manusia, karena akan menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak sebagaimana yang biasa dilakukan manusia (actus homini). Kebijaksanaan tidaklah dapat dicapai dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-langkah dan kebiasaan tertentu, sebagai berikut :

1. Bersifat kritis, dengan merefleksikan (berpikir berulang-ulang, memantul) secara kritis norma-norma adat, hokum, etis dan agama.

2. Berpikir analitik, artinya secara kritis mempelajari berbagai pendapat para filsuf sebagai pisau analisis dalam melakukan analisis pemecahan masalah kehidupan manusia.

3. Berpikir sintetik, artinya secara kritis melakukan kajian terhadap pengetahuan baru dan memadukan hasil pengetahuan yang ada (hasil analisis) menjadi pengetahuan barunyang lebih utuh tentang alam semesta.

4. Berpikir skeptic, menanyakan bukti atau fakta yang dapat mendukung setiap peryataan. Peryataan benar bila ada fakta dan pendukung.

5. Menelusuri hikmah butir-butir agama sebagai moral dalam berpikir, menghasilakan pengetahuan baru, berfilsafat memerlukan sikap mental berupa kesetiaan pada kebenaran

(a loyalty to truth).7 a. Kajian Filsafat

Kajian filsafat dikelompokan menjadi filsafat kritis (analitik) dan filsafat spekulatif. 1. Filsafat analitik membahas pertanyaan tentang arti dari pengertian, sedangkan,

2. Filasafat spekulatif membahas upaya menyusun sebuah ide umum dari ide kecil yang saling berkaitan, logis8.

B. Filsafat Ilmu

6 Ibid. Hlm 16 - 17

7 Prof. Dr. dr. Stefanu Supriyanto, op cit, hal 22

(5)

Filsafat dan ilmu yang dikenal di dunia barat berasal dari zaman yunani kuno. Pada zaman itu keduanya termasuk dalam pengertian episteme. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu), meta science (adil-ilmu), science of science (ilmu tentang ilmu).

The Liang Gie mendifinisikan bahwa filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang meyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.9

Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum10.

Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.

Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya. Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.

a. Ruang lingkup

Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi ilmu

Meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham

9 Ibid. Hlm 54

(6)

ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

2. Epistemologi ilmu

Meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

3. Akslologi llmu

Meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke-budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan11

C. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat Dan Filsafat ilmu Persamaan:

 Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek

selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya

 Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara

kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.

(7)

 Keduanya mempunyai metode dan system

 Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari

hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.  hasil pemikiran yang mendalam tentang suatu hal agar dapat di pahami

 keduanya memiliki bukti yang nyata

Perbedaan:

 filsafat itu membahas akal budi murni dan memandang sebab tersebut secara mendalam,

sedangkan filsafat ilmu membahas segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala kehidupan manusia12

kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Filsfata dari arti derivative adalah cinta kebijaksanaan

2. Filsafat secara termonologis adalah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistemmatik dan lengkap tentang seluruh realitas

3. filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang meyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia

4. persamaan filsafat dan filsafat ilmu: Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya

5. perbedaan filsafat dan filsafat ilmu: filsafat itu membahas akal budi murni dan memandang sebab tersebut secara mendalam, sedangkan filsafat ilmu membahas segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala kehidupan manusia

DAFTAR PUSTAKA

Adib , Mohammad, 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

(8)

Ihsan , Hamdani & Fuad Ihsan, 2007. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung;Pustaka Setia,

Charis , Ahmad,Z, Dimensi Etik Dan Asketik, Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu,

2002. Jogyakarta:LESFI,

Supriyanto, Prof. Dr. Dr. Stefanu, Filsafat Ilmu, 2013Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Referensi

Dokumen terkait

By using behavior based control strategy based on combination Fuzzy-PSO technique, the olfactory mobile robot should be able to localize source it self, measure local

Bedasar pada latar belakang dan ma- salah yang telah diungkapkan di depan, bahwa penting bagi seorang arsitek untuk menggali kemampuan dari dalam dirinya, memahami dirinya

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui Bagaimana hubungan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa ( BPD ) dalam pembangunan desa di bidang

Dengan m em anfaakan perkem bangan teknologi khususnya sm artphone maka diharapkan dapat menjadi solusi dalam keterbatasan jumlah kom puter yang ada di STTA, sehingga

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai implementasi program Reuse, Reduce, Recycle (3R) dalam pengelolaan sampah di bank sampah pelita

Pada usia remaja yang mengalami proses masa transisi perubahan dari bentuk tubuh hingga perkembangan kognitif, remaja putri juga rentan merasa bahwa di dalam sebuah lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I, II, III maka dapat ditarik kesimpulan, dengan penerapan pembelajaran