• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan pada klien dengan ca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawatan pada klien dengan ca"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker

kolorektal didiagnosis di negara ini setiap tahunnya.

Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering pada pria.

Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut :

- Asendens : 25%

- Transversa : 10%

- Desendens : 15%

- Sigmoid : 20 %

- Rectum : 30 %

Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun,

(2)

Kebanyakan orang asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan colorectal cancer.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kanker colon? 2. Bagaimana etiologi kanker colon?

3. Bagaimana manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan kanker colon?

4. Bagaimana patofisiologi kanker colon?

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic kanker colon? 6. Bagaimana pencegahan dari kanker colon?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker colon? 8. Bagaimana komplikasi dari kanker colon?

C. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan umum

Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaan dengan gangguan colorectal cancer.

2. Tujuan khusus

a) Mengetahui dan memahami pengertian kanker colon. b) Mengetahui dan memahami etiologi kanker colon.

c) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan kanker colon.

d) Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kanker colon

e) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic dari kanker colon f) Mengetahui dan memahami pencegahan dari kanker colon

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Teori 1. PENGERTIAN

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). (www.republika.co.id).

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kanker kolon adalah tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )

(4)

2. ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Faktor resiko yang telah teridentifikasi adalah :

- Usia lebih dari 40 tahun - Darah dalam feses

- Riwayat polip rektal atau polip kolon

- Adanya polip adematosa atau adenoma villus

- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga - Riwayat penyakit usus inflamasi kronis

- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.

Makanan yang harus dihindari : - Daging merah

- Lemak hewan - Makanan berlemak

- Daging dan ikan goreng atau panggang

- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring) - Makanan yang harus dikonsumsi:

- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )

- Butir padi yang utuh

- Cairan yang cukup terutama air

Adapun Etiologi lainnya adalah sebagai berikut :

- Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.

(5)

- Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon. - Obesitas.

- Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum

- Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

- Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang

menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.

3. MANIFESTASI KLINIK

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.

Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.

(6)

Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).

4. PATOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).

Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).

Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :

- Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.

- Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. - Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke

system portal.

(7)

- Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:

- Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).

- Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.

- Stadium III bila sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.

- Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong, 2000 : 143).

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu : - Endoskopi

(8)

menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.

- Radiologis

Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.

- Ultrasonografi (USG).

Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

- Histopatologi

Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis

karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. - Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak.

- Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat. - Barium Enema

(9)

bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.

- Laboratorium.

Tidak ada pertanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.

- Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan. - Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan

menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

6. PENCEGAHAN

Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut : - Konsumsi makanan berserat

- Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. Seperti Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu, Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin, Susu yang mengandung lactobacillus

acidophilus

(10)

- Hidup rileks dan kurangi stress.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan d.osis tinggi radiasi pelvis

7. PENATALAKSANAAN

Adapun beberapa penatalaksanaan dari kanker colon, yaitu sebagai berikut : a. Penatalaksanaan medis

Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.

Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

b. Penatalaksanaan bedah

Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.

(11)

- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)

- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)

- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi

- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi

c. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum

Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

d. Penatalaksanaan Keperawatan

- Dukungan adaptasi dan kemandirian. - Meningkatkan kenyamanan.

- Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. - Mencegah komplikasi.

- Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

e. Penatalaksanaan Diet

- Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.

(12)

- Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.

- Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.

- Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. - Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

9. KOMPLIKASI

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Beberapa komplikasinya yaitu :

- Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. - Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran

langsung.

- Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.

- Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. - Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

(13)

B. KONSEP KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono,1994 : 10)

a. Identitas, Di dalam identitas meliputi nama,umur,jenis kelamin,alamat,pendidikan,nomor regitrasi,status pekawinan,agama,pekerjaan,tinggi badan,tanggal MR

b. Keluhan utama : pada pasien Ca Colon biasanya nyeri hebat pada bagian perut skala 10

c. Dapatkan riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah; adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus.Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting. d. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rectal; pola eliminasi yang

lalu dan sekarang; terapi obat yang terbaru; riwayat medis yang lalu; deskripsi warna, bau, konsistensi feses dan adanya darah atau mucus.

e. Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat.

(14)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Meliputi:

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder

akibat obstruksi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.Ditandai dengan:

a. Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk b. Peningkatan bunyi usus

c. Konjungtiva dan membran mukosa pucat d. Mual, muntah, diare.

4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

(15)

II. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan dapatmempertahan hidrasi adekuat.

Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat

Intervensi :

- Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari.

Rasional : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan - Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)

Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan

- Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat

Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi

- Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja

Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus

- Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar

Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan

(16)

Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia

- Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida (Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol), Vitamin K

Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol demam, Merangsang pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.

Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

- Dorong pasien untuk melaporkan nyeri

Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic

- Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi

Rasional : Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control

(17)

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.

- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas tenggang

Rasional : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan

- Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik

Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus. Tujuan: setelah dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di

harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat Intervensi :

- Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi

Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

- Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.

- Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)

Rasional : Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.

(18)

Rasional : Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.

- Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.

Rasional : Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.

4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi.

Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.

Intervensi :

- Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya

rasional : Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi

- Observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah

Rasional : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

- Berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi

Rasional : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses

(19)

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.

Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh / mengering

Intervensi :

- Observasi luka, catat karakteristik drainase

Rasional : Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja

- Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic

Rasional : Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial ptensi

- Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama

Rasional : Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan

- Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic

Rasional : Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi

- Kalaborasi rendam duduk

(20)

6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks

Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.

Intervensi :

- Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

- Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.

Rasional : Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.

- Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.

Rasional : Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.

(21)

Rasional : Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan

- Kolaborasi pemberian obat sedatif.

Rasional : Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.Menilai perkembangan masalah klien.

- Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.

Rasional : Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh, reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan informasi tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.

V. EVALUASI

Yang diharapkan pada pasien dengan Ca Colorectal setelah perawatan meliputi : Diagnosa 1 : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai

(22)

Diagnosa 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang optimal

Diagnosa 4 : Pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi serta mempertahankan eliminasi usus yang adekuat Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang optimal

Diagnosa 5 : tidak mengalami infeksi

(23)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar peluangnya.

Etiologi dari kanker kolon yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian.

Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan kanker kolon

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu: 1. Untuk klien yang menderita penyakit karsinoma colon, agar menjaga pola hidup,

nutrisi, dan selalu menjaga kesehatannya.

2. Untuk mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat, agar mempelajari konsep dasar penyakit carsinoma colon dan asuhan keperawatannya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Baughman, Diane C & Hackley, JoAnn C, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta, 2000

http://Kanker Kolorektal Welcome to Harna’s World. Com

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35842-Kep%20Pencernaan-Askep %20Colorectal%20Cancer.html

Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela : Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine M, Patifisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1994

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2001.

(25)

KELOMPOK 4

KELAS II.A

MATERI : CA.COLON DAN REKTUM

NAMA ANGGOTA :

1. HUSNUNNISA ABBAS 2. RAHMI ARIFIN

3. FATMAWATI

4. RABIATUL ADEWIAH 5. DEVI AWALIAH 6. DEWI EKA PUTRI 7. FITRIANI

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Steffi Liem, 2015 menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak daun salam dan glibenklamid dapat menurunkan kadar glukosa darah yang signifikan pada mencit

(%&&1", paklobutrazol merupakan retardan yang ber'ungsi untuk menghambat pembentukan giberelin yang merupakan hormon utama pada tanaman yang berperan dalam

Dengan demikian ungkapan yang disampaikan De Datta dan Flinn (1986) sangat tepat, yaitu padi sebar langsung merupakan alternatif teknologi yang memiliki prospek untuk

Pada penelitian ini SFA lebih sesuai untuk digunakan yaitu hasil regresi menunjukkan bahwa variabel Beban Personalia, Beban Bagi Hasil, Total Pembiayaan, dan Surat

Sebagai contoh, pada serial kasus &' abses intraabdominal tidak satupun ditemukan abses pada serial kasus &' abses intraabdominal tidak satupun ditemukan abses

Found spaces/everyday open spaces, memiliki karakteristik yaitu ruang terbuka yang dapat diakses oleh publik seperti sudut-sudut jalan, jalan menuju gedung, dan lain-lain yang

2 Belanja Akomodasi Fullday Rakorbid Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten/Kota Triwulan I Tahun 2017 23.080.000 Mar-17 Serang 1 Jasa Lainnya Pengadaan Langsung Belum

Setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan diharapkan peserta didik mampu meyakini pentingnya sikap optimis dan istiqamah dalam