• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan He (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan He (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

PEMBAHASAN HERPES ZOSTER 6.1 Pengertian

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella – Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris.

Herpes zoster adalah suatu infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).

6.2 Epidemiologi

Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka penderita antara laki-laki dan perempuan, angka penderita meningkat dengan peningkatan usia.

Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun.

6.3 Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organic, detergen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi. Masa inkubasinya 14 – 21 hari.

6.4 Patofisiologis

Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.

(2)

Virus varicella zoster dapat aktif kembali bila pasien mengalami stres berlebih atau penurunan daya tahan tubuh misalnya badan tidak dalam keadaan sehat. Ini disebut reaktivasi virus.

Biasanya virus varicella zoster pada herpes zoster menyerang bagian kulit, mukosa dan saraf di sebagian tubuh dan hanya satu sisi tubuh (unilateral), kanan atau kiri, sesuai penjalaran dari ujung-ujung saraf. Ruam berkumpul sesuai dermatom saraf.

Herpes zoster dapat menular namun daya penularannya lebih lemah dibandingkan varicella simplex (cacar air). Penularan virus varicella zoster berupa varicella simplex (cacar air) yang dapat berubah menjadi herpes zoster melalui proses reaktivasi virus.

Penularan herpes zoster dapat melalui kontak langsung dengan lesi kulit dan menyebar melalui udara dibarengi dengan daya tahan tubuh menurun. Pada penyakit infeksi virus biasanya orang menjadi kurang sehat dan tidak ada nafsu makan sehingga daya tahan tubuh makin rendah sehingga mudah terkena infeksi bakteri.

6.5 Faktor Resiko

1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.

2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.

3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

6.6 Tanda dan Gejala 1) Gejala prodomal

a) Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4 hari.

b) Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.

c) Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus – menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.

(3)

2) Timbul erupsi kulit

a) Kadang terjadi limfadenopati regional

b) Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersaraf ioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh , yang tersering di daerah ganglion torakalis.

c) Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul – papul dan dalam waktu 12 – 24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7 – 10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2 – 3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang

d) Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke – 4 dan kadang – kadang sampai hari ke 7

e) Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar)

f) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.

6.7 Komplikasi

1) Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.

2) Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1 – 6 bulan

3) Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

4) Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.

5) Herpes zoster diseminata / generalisata

6) Komplikasi sitemik, antara lain: endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).

6.8 Pemeriksaan

(4)

1) Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.

2) Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus

3) Immunofluororescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit

4) Pemeriksaan histopatologik 5) Pemerikasaan mikroskop electron 6) Kultur virus

7) Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ 8) Deteksi antibody terhadap infeksi virus

6.9 Penatalaksanaan 1) Pengobatan

a) Pengobatan topical

 Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah

 Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit

 Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari.

b) Pengobatan sistemik

Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.

 Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.

(5)

 Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.

2) Penderita dengan keluhan mata

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan

3) Neuralgia Pasca Herpes zoster

a) Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari) b) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan

bagian terpenting perawatan

6.10 Konsep Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian

a) Biodata

b) Riwayat Kesehatan c) Keluhan Utama

d) Riwayat penyakit Sekarang e) Riwayat penyakit keluarga f) Riwayat penyakit dahulu g) Riwayat psikososial. h) Aktivitas dan Istirahat i) Pola Nutrisi dan Metabolik j) Pemeriksaan Fisik

2) Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi virus b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah

c) Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes

3) Intervensi

a) Dx 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi virus.

Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL

1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan ... x 24 jam,

Kaji nyeri, misal lokasi nyeri, frekuensi, durasi,

(6)

diharapkan nyeri px dapat terkontrol dengan kriteria hasil :

 Pasien tidak tampak meringis

 Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)

 Pasien tampak lebih rileks

dan intensitas (skala 1-10), serta tindakan penghilang nyeri yang digunakan.

mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi

Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, tertawa, music, dan sentuhan terapeutik)

Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.

Tingkatkan kenyamanan dasar (missal teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi)dan aktivitas hiburan(missal : music, televisi)

Meningkatkan relaksasi

dan membantu

memfokuskan kembali perhatian.

Evaluasi penghilang nyeri/ control

Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari

Kembangkan rencana

manajemen nyeri

bersama klien dan tim medis.

Rencana terorganisasi mengembangkan

kesempatan untuk control nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.

Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien

(7)

Berikan analgesic sesuai indikasi, missal morfin, metadon, atau campuran narkotik IV khusus. Pastikan hal tersebut hanya untuk memberikan analgesic dalam sehari. Ganti dari analgesic kerja pendek menjadi kerja panjang bila ada indikasi.

Nyeri adalah kompikasi tersering dari kanker, meskipun respon individu berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan

pemberian akan

diperlukan

b) Dx 2: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah

D x

Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI (NIC)

1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil:

 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

 Tidak ada luka/lesi pada kulit

 Perfusi jaringan baik

 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

 Menunjukkan terjadinya proses

penyembuhan luka

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

Hindari kerutan pada tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan

Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Monitor status nutrisi pasien

Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan

Kolaburasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin.

(8)

dengan steril

c) Dx: Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes.

Dx Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI RASIONAL

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan tubuh dapat berfungsi secara optimal dan konsep diri meningkat. Dengan kriteria hasil:

 Pasien menyatakan penerimaan situasi diri

 Memasukkan

perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif

Kaji makna perubahan pada pasien.

Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba. Ini memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal

Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan

dan kemarahan.

Perhatikan perilaku menarik diri.

Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan.

Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan kenyakinan yang salah.

Meningkatkan perilaku positif dan memberikan

kesempatan untuk

menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas. Berikan penguatan

positif.

Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif. Berikan kelompok

pendukung untuk orang terdekat.

Meningkatkan ventilasi

perasaan dan

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR), kehadirannya sebagai organisasi kepemudaan sangat harapkan dapat menyelesaikan masalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh

Berdasarkan hasil intrpretasi citra Landsat OLI tahun 2014 dan 2017 diketahui bahwa dalam kurun waktu tersebut telah terjadi deforestasi atau kehilanagan tutupan

Contaminant removal (Solid Control Equipment/SCE): terdiri dari rangkaian peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid cutting pada lumpur pemboran, yang keluar

orang yang tidak berhak tidak hanya berhasil mendapatkan akses informasi dari dalam sistem komputer, melainkan juga dapat melakukan perubahan terhadap informasi, contohnya

DIAN 1* (berlaku untuk PT baru) / DIAN 1* (Applied for newly established company) Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau Dokumen lain yang dipersyaratkan oleh Instansi yang berwenang

“Upaya Masyarakat Dalam Penanganan tempat Bermukim di Lingkungan Pesisir Kelurahan Bandengan Pekalongan Utara.” Jurnal Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas

Sebuah kota terbangun dari rajutan budaya sepanjang sejarahnya, dan cerita tentang ini bisa dibaca dari ruang dan tempat kota yang tercipta.Kota Bandung mempunyai artifak

Selain persaingan, kerugian tanaman dapat pula terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan tanaman akibat senyawa kimia (Alelokimia) yang