• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Matematika"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX

(CRI)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang

Pendidikan Matematika

Oleh:

Nama Mahasiswa : Vivi Wahyuni

NIM : 1684202107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Vivi Wahyuni Nomor Pokok Mahasiswa : 1684202107

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI)

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengikuti Seminar Proposal.

Tangerang, 08-04-2020.

Tim Pembimbing: Tanda Tangan:

Pembimbing I Ahmad Fadillah, M.Pd ……… NBM. 117 7207 Pembimbing II Dr. Asep Suhendar, M.Pd ……… NBM. 103 7257

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Haerul Saleh, M.Si NBM. 113 9236

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi ilmu, inspirasi, dan keteguhan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta segenap sahabat dan keluarganya yang telah menunjukkan jalan terang kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya proposal skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang.

2. Dr. Enawar, S.Pd., MM., MOS., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang.

3. Dr. Haerul Saleh, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Tangerang.

4. Ahmad Fadillah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis dengan penuh kesabaran serta memberikan motivasi dan inspirasinya dalam penulisan skripsi ini. 5. Dr. Asep Suhendar, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan serta kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

(4)

iv 6. Ibu, Ayah, Adik, serta kerabat yang selalu memberikan do’a, motivasi, dan

dukungan moral maupun material yang tak ternilai.

7. Kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Tangerang yang telah memberikan izin untuk melakukan observasi di SMP Negeri 13 Tangerang, serta Pak Aida selaku guru mata pelajaran matematika yang telah memberi masukan pada penelitian yang penulis lakukan.

8. Keluarga besar Matematika A2 (2016) yang selalu sabar mengingatkan, membantu saat perkuliahan, memberi dukungan, saran dan do’a tanpa henti. 9. Kepada teman-teman terbaik saya Ghina Moralita, Dhea Putri Cahya Kirana,

Retno Julyana, Arum, Kikiw, yang selalu memberikan masukan yang membantu, memberi dukungan dan do’a.

10. Semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangan penulis harapkan. Penulis harap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulisan pada khususnya bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umunya.

(5)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus Penelitian ... 5 C. Perumusan Masalah ... 6 D. Tujuan Penelitian ... 6 E. Manfaat Penelitian ... 7 BAB II ... 9 LANDASAN TEORI ... 9 A. Landasan Teori ... 9

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

BAB III ... 28

(6)

vi

A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Sumber dan Jenis Data Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Keabsahan Data ... 36

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penyebab Miskonsepsi Siswa ... 16 Tabel 2. 2 Skala CRI dan Kriterianya ... 22 Tabel 2. 3 Ketentuan CRI untuk Membedakan Tahu Konsep, Miskonsepsi, dan Tidak Paham Konsep untuk Responden secara Individu ... 24 Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian ... 30 Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian ... 34

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Soal Miskonsepsi ... 43

Lampiran 2 Kartu Soal Miskonsepsi ... 47

Lampiran 3 Instrumen Penilaian Soal Miskonsepsi ... 57

Lampiran 4 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran ... 59

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting dan menjadi hak bagi setiap warga disuatu negara, oleh sebab itu pendidikan diterapkan sedini mungkin. Pendidikan menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup di masyarakat, pendidikan juga menjadi bekal bagi manusia untuk melakukan perubahan disetiap jenjang dalam kehidupan. Peran pendidikan menjadi sangat penting bagi suatu negara karena negara yang maju bisa dilihat dari kualitas pendidikannya, oleh sebab itu guna meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah Indonesia sangat gencar melakukan perbaikan dan perubahan pada sistem tatanan pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu penyempurnaan pada kurikulum pendidikan disetiap jenjang dan meningkatkan kualitas pengajar, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasaranan pendidikan agar dapat menyangkup semua element masyarakat. Salah satu pembelajaran yang dianggap penting dan tidak bisa dihilangkan dalam tatanan pendidikan yaitu pendidikan matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ada disetiap jenjang pendidikan, oleh karenan itu matematika merupakan ilmu penting yang tidak bisa dihilangkan dalam dunia pendidikan. Matematika

(10)

2 juga merupakan ilmu pasti yang mendasari dalam beberapa hal, hampir setiap hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari melibatkan perhitungan matematika. Oleh sebab itu, matematika perlu dipelajari sedini mungkin agar peserta didik lebih terbiasa dan paham dengan perhitungan matematika. Namun sampai saat ini matematika masih menjadi salah satu mata pelajaran yang tidak disukai oleh peserta didik, banyak peserta didik yang mengeluh kesulitan dan merasa bosan dengan pelajaran matematika. Salah satu faktornya yaitu dalam proses pembelajaran, pendidik cenderung memberikan rumus-rumus yang harus dihafal oleh peserta didik yang menyebabkan peserta didik bosan dan kemungkinan terburuknya tidak paham atas materi tersebut. Penghafalan rumus ini menyebabkan peserta didik tidak mengetahui konsep dasar dari materi yang diajarkan, mereka hanya menghafal tanpa tahu konsep dari materi tersebut. Jadi, pemahaman konsep dasar dari suatu materi sangatlah penting.

Pemahaman konsep matematika antara materi satu dengan materi yang lain saling berkaitan, sehingga untuk mempelajarinya haruslah berurutan dan sistematis. Misalnya untuk memahami konsep pada materi sistem persamaan linear, peserta didik haruslah terlebih dahulu memahami konsep dari materi aljabar. Bila pada materi aljabar peserta didik tidak memahaminya dengan baik, maka akan menyulitkan peserta didik dalam memahami konsep pada materi sistem persamaan linear. Pada dasarnya sebelum peserta didik melakukan pembelajaran di dalam kelas, dalam pemikiran mereka sudah ada suatu konsep mengenai materi yang akan

(11)

3 mereka pelajari di kelas yang berasal dari konsep materi yang telah dipelajari sebelumnya. Inilah yang dikatakan miskonsepsi atau kesalahan konsep, di mana konsep awal yang dimiliki oleh peserta didik tidak sesuai dengan konsep atau pengertian ilmiah yang diterapkan oleh para ahli. Oleh sebab itu, pendidik diharapkan tidak keliru dalam menyampaikan dan menanamkan konsep-konsep matematika pada setiap materinya, jika sekali saja konsep tersebut keliru diterima oleh peserta didik, maka akan sulit untuk mengubahnya dan berdampak pada pemaham konsep pada materi selanjutnya. Namun pada kenyataannya, banyak peserta didik yang mengalami miskonsepsi bahkan tidak sedikit juga dari mereka yang tidak tahu konsep. Peserta didik terkadang enggan untuk menanyakan ketidak fahaman mereka akan suatu konsep pada materi yang telah dijelaskan oleh pendidik, akibatnya peserta didik hanya mengikuti alur pembelajaran di kelas tanpa faham dan mengerti tentang materi tersebut.

Miskonsepsi merupakan suatu keadaan dimana konsep awal yang dimiliki peserta didik tidaklah sesuai atau selaras dengan apa yang telah para ahli tetapkan. Miskonsepsi juga dapat terjadi jika peserta didik salah menangkap atau menafsirkan sebuah konsep yang telah diberikan, hal tersebut berdampak peserta didik menjadi keliru atau bahkan salah dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal tersebut perlu penanganan yang tepat agar miskonsepsi dapat terselesaikan. Sebelum melakukan penanganan kepada peserta didik, pendidik haruslah terlebih dahulu mengidentifikasi miskonsepsi yang dilakukan peserta didik, karena beda

(12)

4 miskonsepsinya beda pula penanggulangannya. Bila ada kesalahan pada saat pengidentifikasian miskonsepsi maka akan menyebabkan kesalahan juga pada penanggulangannya. Peserta didik yang tidak tahu konsep akan beda penanggulangannya dengan peserta didik yang mengalami miskonsepsi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik.

Pada era saat ini banyak para ahli yang telah mengembangkan suatu metode untuk mempermudah dalam mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik, salah satunya yaitu oleh Saleem Hasan, dkk (1999) yang telah mengembangkan suatu metode identifikasi miskonsepsi yang dikenal dengan metode Certainty Of Response Index (CRI). Menurut Fadillah (2016) Certainty Of Response Index (CRI) merupakan suatu metode berupa angket tingkat keyakinan dan kepastian untuk membedakan peserta didik yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Cara kerja metode ini yaitu dengan mengukur tingkat keyakinan dan kepastian peserta didik dalam menjawab setiap butir soal yang diberikan. Tingkat keyakinan atau kepastian peserta didik tertuang dalam skala CRI yang diberikan peserta didik bersamaan dengan jawaban pada setiap butir soal.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 13 Tangerang kepada salah satu guru mata pelajaran matematika kelas VIII, pelajaran matematika dianggap pelajaran yang paling sulit bagi peserta didik. Kebanyakan dari mereka cenderung kesulitan dalam

(13)

5 menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh pendidik. Salah satu penyebabnya yaitu kebiasaan peserta didik dalam menghafal rumus, mereka cenderung tidak memahami konsep dan menerapkannya dalam soal yang telah diberikan. Salah satu materi yang diduga masih sulit untuk dipahami oleh peserta didik yaitu materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Peserta didik kesulitan dalam mengubah informasi yang ada di soal menjadi model matematika yang diperlukan, peserta didik juga kesulitan saat menggambar grafik persamaan linear dua variabel. Peserta didik kesuliatan saat menentukan titik-titik sudut untuk membentuk suatu garis yang saling berpotongan. Sehingga untuk menerapkan konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) peserta didik haruslah menguasai konsep dasar terlebih dahulu yaitu aljabar.

Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti merasa perlu melakukan kajian lebih lanjut tentang miskonsepsi yang dialami oleh siswa serta faktor penyebab siswa mengalami miskonsepsi di SMP Negeri 13 Tangerang pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).

B. Fokus Penelitian

1. Penelitian ini difokuskan pada miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).

2. Subyek penelitian dibatasi, hanya pada siswa kelas VIII SMPN 13 Tangerang.

(14)

6

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kategori miskonsepsi apa saja yang dilakukan oleh siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of Response Index (CRI)?

2. Kategori miskonsepsi apa saja yang paling dominan pada siswa dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of Response Index (CRI)?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa melakukan miskonsepsi pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mengetahui kategori miskonsepsi yang paling dominan dan mengetahui faktor-faktor penyebab miskonsepsi siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui serta menganalisis miskonsepsi siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).

(15)

7 b. Mengetahui presentase miskonsepsi siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel menggunakan Certainty Of Response Index (CRI).

c. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab siswa melakukan miskonsepsi pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan pengetahuan tambahan tentang ilmu pendidikan matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal-soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran dan bahan untuk kajian bagi penelitian dimasa yang akan datang.

b. Bagi guru dan calon guru, penelitian ini bermaanfaat sacara teknis dalam mengajar peserta didik dan penerapan konsep disetiap materinya khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

(16)

8 c. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk peningkatan mutu hasil belajar matematika khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

(17)

9 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Miskonsepsi a. Definisi Miskonsepsi

Menurut Fowler (1987) memandang ”Miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkhis konsep-konsep yang tidak benar” (Suparno, 2013, h. 5). Berdasarkan definisi tersebut miskonsepsi merupakan pemahaman akan suatu konsep yang tidak akurat, penggunaan konsep yang salah dan perbedaan penafsiran konsep.

Menurut Suparno (2013) berpendapat bahwa “Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli” (h. 8). Berdasarkan definisi tersebut miskonsepsi merupakan konsep yang diyakini benar oleh peserta didik tetapi tidak sesuai dengan apa yang telah diakui oleh para ahli.

David Hammer (1996) mendefinisikan miskonsepsi sebagai ”strongly held cognitive structures that are different from the accepted understanding in a field and that are presumed to interfere with the acquisition of new knowledge” yang berarti

(18)

10 bahwa miskonsepsi dapat dipandang sebagai suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil di benak siswa yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang dikemukakan para ahli, yang dapat menyesatkan para siswa dalam memahami fenomena alamiah dan melakukan eksplanasi ilmiah (Muna, 2015, h. 312-313). Berdasarkan definisi tersebut miskonsepsi merupakan suatu konsepsi yang menyimpang dari konsepsi yang telah dikemukakan para ahli yang melekat kuat dan stabil di benak siswa, dimana konsepsi tersebut dapat menghambat siswa dalam memahami fenomena alamiah yang ada.

Berdasarkan definisi para ahli yang telah dijabarkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa miskonsepsi adalah pemahaman akan suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya.

b. Jenis-jenis Miskonsepsi

Menurut L.S. Cox mengemukakan miskonsepsi ditinjau dari sifatnya dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu:

1. Miskonsepsi yang sistematis (systematic error), yaitu kesalahan yang terjadi jika siswa membuat kesalahan dengan pola yang sama pada sekurang-kurangnya tiga soal dari lima soal yang diberikan.

2. Miskonsepsi yang random (random error) adalah kessalahan yang terjadi jika siswa membuat kesalahan dengan pola yang

(19)

11 berbeda pada sekurang-kurangnya tiga soal dari lima soal yang diberikan.

3. Miskonsepsi yang diakibatkan dari kecerobohan dalam kesalahan yang terjadi jika siswa hanya membuat dua kesalahan dari lima soal yang diberikan.

4. Miskonsepsi yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu tipe diatas, misalnya lembar data yang tidak lengkap (Setiawan, 2015, h. 9).

Menurut Moh. Amien mendefinisikan beberapa jenis miskonsepsi siswa, yaitu:

1. Miskonsepsi klasifikasional, yaitu merupakan bentuk miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan klasifikasi fakta-fakta ke dalam bagan-bagan yang terorganisir.

2. Miskonsepsi korelasional, yaitu merupakan bentuk miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan mengenai kejadian-kejadian khusus yang saling berhubungan, atau observasi-observasi yang terdiri atas dugaan-dugaan terutama berbentuk formulasi prinsip-prinsip umum.

3. Miskonsepsi teoritikal, yaitu merupakan bentuk miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan dalam mempelajari fakta-fakta atau kejadian-kejadian dalam sistem yang terorganisir (Cahyani, 2018, h. 14).

(20)

12 Menurut Sriati miskonsepsi yang berasal dari siswa dalam mengerjakan soal matematika secara khusus adalah:

1. Miskonsepsi terjemahan, adalah kesalahan mengubah informasi ke dalam ungkapan matematika atau kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika.

2. Miskonsepsi tanda, adalah kesalahan dalam memberikan atau menulis tanda, operasi, atau notasi.

3. Miskonsepsi hitung, adalah kesalahan menghitung dalam operasi matematika seperti operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

4. Miskonsepsi sistematik, adalah kesalahan yang berkenaan dengan urutan pengerjaan atau ketidaksesuaian jawaban dengan penyelesaian.

5. Miskonsepsi konsep, adalah kesalahan memahami gagasan abstrak.

6. Miskonsepsi strategi, adalah kesalahan yang terjadi jika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarahkan kejalan buntu (Hutami, 2018, h. 6-7).

Berdasarkan jenis-jenis miskonsepsi para ahli di atas, peneliti menyimpulkan pada penelitian menggunakan jenis-jenis miskonsepsi menurut Sriati, yaitu miskonsepsi terjemahan, miskonsepsi tanda, miskonsepsi hitung, miskonsepsi statistic, miskonsepsi konsep, miskonsepsi strategi.

(21)

13

c. Indikator Miskonsepsi

Suparno (2013) menyatakan indikator miskonsepsi adalah: a. Konsep awal yang salah.

b. Kesalahan konsep.

c. Hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep.

d. Gagasan instuitif atau pandangan naif (yang tidak berpengalaman) (Paryanti, 2018, h. 8-9).

Fowler (1987) menyatakan indikator miskonsepsi adalah: a. Pengertian yang tidak akurat tentang konsep.

b. Penggunaan konsep yang salah.

c. Klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep.

d. Pemaknaan konsep yang berbeda.

e. Kekacauan konsep-konsep yang berbeda.

f. Hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar (Paryanti, 2018, h. 8-9).

Menurut Paryanti (2018) pada penelitiannya membatasi penelitian tentang miskonsepsi pada konsep awal yang salah. Adapun indikator konsep awal yang salah yaitu:

1. Siswa mampu membedakan konsep mana yang akan digunakan dalam penyelesaian soal

(22)

14 2. Siswa mampu menggunakan konsep yang telah diketahuinya untuk menyelesaikan soal (penggunaan rumus, proses perhitungan) (h. 9).

Menurut Ramadhan (2017) menyatakan indikator miskonsepsi sebagai berikut:

1. Miskonsepsi terjemahan

a. Siswa tidak mampu memahami atau mengalami kesalahan dalam membaca permasalahan.

b. Siswa tidak menuliskan, kurang lengkap atau salah dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanya.

c. Siswa tidak mampu mengubah permasalahan kedalam model matematika.

2. Miskonsepsi tanda

a. Siswa tidak mampu mengkorelasikan simbol yang sesuai dengan penyelesaian permasalahan.

b. Siswa tidak mampu menegaskan arti dari lambang-lambang matematika.

c. Siswa tidak mampu mendeteksi tanda operasi yang diperlukan.

3. Miskonsepsi hitung

a. Siswa melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan atau komputasi.

(23)

15 b. Siswa tidak mampu menerjemahkan data untuk

disubsitusikan ke variabel. 4. Miskonsepsi sistematis

a. Siswa tidak mampu memutuskan permasalahan dengan alasan yang logis.

b. Siswa tidak mampu mempertimbangkan atau mengalami kesalahan dalam menuliskan langkah-langkah yang sesuai dalam menyelesaikan permasalahan.

5. Miskonsepsi konsep

a. Siswa tidak mampu menghubungkan konsep materi yang seharusnya digunakan.

b. Siswa tidak mampu menghubungkan dengan konsep lain. 6. Miskonsepsi strategi

a. Siswa tidak mampu menentukan rumus yang harus digunakan dengan benar.

b. Siswa menggunakan rumus atau prinsip yang tidak tepat atau salah rumus (Hutami, (2018), h, 7-8).

Berdasarkan indikator miskonsepsi menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan pada penelitian ini menggunakan jenis indikator miskonsepsi menurut Ramadhan.

d. Faktor-Faktor Penyebab Miskonsepsi

Miskonsepsi yang dialami peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.

(24)

16 Suparno (2013) telah menyatakan faktor-faktor penyebab miskonsepsi yang dialami peserta didik adalah:

Tabel 2. 1

Penyebab Miskonsepsi Siswa

SEBAB UTAMA SEBAB KHUSUS

Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat belajar siswa.

Pengajar/Guru Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru-siswa tidak baik.

Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, siswa tidak tahu membaca buku teks, buku fiksi sains kadang-kadang konsepnya menyimpang demi menarik pembaca, kartun sering membuat miskonsepsi.

Konteks Pengalaman siswa, bahasa sehari-hari berbeda, teman diskusi yang salah, keyakinan dan agama, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru, konteks hidup siswa (tv, radio, film yang keliru, perasaan senang tidak senang, bebas atau tertekan) Cara Mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis,

(25)

17 tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa, tidak mengoreksi PR yang salah, model analogi yang dipakai kurang tepat, model demonstrasi yang sempit.

(Suparno, 2013, h. 53)

Berdasarkan faktor-faktor penyebab miskonsepsi para ahli di atas, peneliti menyimpulkan penyebab miskonsepsi pada peserta didik yaitu: siswa (diri siswa ), pendidik (guru), buku teks, dan cara mengajar.

2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) a. Sistem persamaan linear dua variabel

Menurut Tampomas (2007) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) terdiri dari dua persamaan dan dua variabel dengan kata lain SPLDV tediri dari dua pesamaan linear dua variabel. Bentuk umum dari sistem persamaan linear dua variabel: ax + by = c

ox + py = q

di mana a, b, o, p disebut koefisien, dan c, q disebut konstanta, dengan a, b, o, p ≠ 0 .

b. Penyelesaian Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)

Untuk menyelesaikan persoalan SPLDV terdapat empat metode penyelesaian yaitu:

(26)

18 Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabel dari sistem persamaan linear dua variabel” (h. 99).

Menurut Cunayah, Zaelani, dan Sembiring (2010), “Eliminasi artinya menghilangkan salah satu variabel” (h. 165).

Berdasarkan definisi para ahli di atas, metode eliminasi yaitu menghilangkan salah satu variabel yang ada pada persamaan, dengan cara menyamakan terlebih dahulu koefisien pada variabel yang akan dihilangkan. Jika koefesien pada variabel yang ingin dihilangkan tidak sama, maka harus mengalikannya dengan bilang lain, setelah koefisien pada variabel yang ingin dihilangkan sudah sama maka dapat menggunakan operasi penjumlahan atau pengurangan untuk melakukan penghilangan pada variabel yang ingin dihilangkan. 2. Metode Substitusi

Menurut Cunayah, Zaelani, dan Sembiring (2010), “Substitusi artinya memasukkan atau menggantikan pada tempatnya” (h. 162).

Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode substitusi dilakukan dengan cara menggantikan variabel dari persamaan pertama dengan variabel dari persamaan kedua atau sebaliknya” (h. 99)

(27)

19 Berdasarkan definisi para ahli di atas, metode substitusi yaitu mengganti atau memasukan nilai dari variabel yang diketahui atau variabel yang telah ditemukan nilainya, dengan cara memasukan nilai dari variabel yang diketahui kedalam varaibel yang ada pada suatu persamaan sehingga variabel lain yang belum diketahui nilainya dapat ditemukan.

3. Metode Campuran

Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode campuran merupakan gabungan dari metode eliminasi dan substitusi” (h. 99). Berdasarkan definisi tersebut, metode campuran yaitu metode yang menggunakan campuran antara metode eliminasi dan metode substitusi, dengan cara menggunakan metode eliminasi terlebih dahulu untuk menemukan salah satu variabel yang ditanyakan kemudian variabel lainnya dicari menggunakan metode substitusi.

4. Metode Grafik

Menurut Dewi (2017) menyatakan “Metode grafik dilakukan dengan cara menggambarkan persamaan-persamaan pada koordinat cartesius” (h. 99). Berdasarkan definisi tersebut, metode grafik yaitu metode penyelesaian dengan menggambar grafik dengan mencari perpotongan dari dua garis lurus dari setiap persamaan yang diberikan soal, dengan

(28)

20 cara menentukan terlebih dahulu titik koordinat untuk menggambar dua garis yang berpotongan.

3. Certainty Of Response Index (CRI)

Untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada peserta didik, Hasan, dkk (1999) telah mengembangkan suatu metode yang umum dikenal dengan nama Certainty Of Response Index (CRI).

Menurut Setyaningrum, Fakhruddin, dan Sari (2018) berpendapat bahwa “Certainty Of Response Index (CRI) adalah salah satu cara untuk membedakan antara siswa yang paham konsep miskonsepsi, dan tidak memahami konsep” (h. 210-211). Berdasarkan definisi tersebut CRI merupakan cara untuk membedakan peserta didik yang mengalami miskonsepsi, paham konsep, dan tidak paham konsep.

Menurut Ramadhan, Sunardi, dan Kurniati (2017) mengatakan bahwa “Certainty Of Response Index (CRI) merupakan suatu teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan” (h. 147). Berdasarkan definisi tersebut CRI merupakan suatu teknik yang diterapkan kepada seseorang untuk mengidentifikasi miskonsepsi dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian dalam menjawab soal yang telah diberikan.

Menurut Suastika, Jhoni H, dan Utami (2015) mengatakan “CRI adalah ukuran tingkat keyakinan atau kepastian responden

(29)

21 dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diselesaikan” (h. 216). Berdasarkan definisi tersebut CRI merupakan suatu ukuran tingkat keyakinan atau kepastian siswa dalam menjawab soal yang telah diberikan.

Berdasarkan definisi para ahli yang telah dijabarkan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Certainty Of Response Index (CRI) adalah suatu ukuran tingkat keyakinan atau kepastian peserta didik untuk membedakan antara peserta didik yang mengalami miskonsepsi, paham konsep, dan tidak paham konsep dalam menjawab soal-soal yang telah diberikan.

Menurut Hasan, Bagayoko, & Kelley (1999) Certainty Of Response Index (CRI) pada umumnya digunakan pada ilmu-ilmu sosial terutama dalam survei, di mana responden diminta untuk memberikan tingkat kepastian dalam kemampuannya sendiri untuk memilih dan memanfaatkan pengetahuan, konsep yang sudah mapan. atau hukum yang tertuang dalam jawaban untuk setiap soal yang diberikan. Certainty Of Response Index (CRI) biasa diberikan bersamaan dengan setiap jawaban soal, jadi setiap peserta didik menjawab soal mereka juga mengisi option skala tingkat keyakinan yang telah diberikan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat keyakinan atau kepastian peserta didik disetiap butir soal yang mereka kerjakan.

(30)

22 Tingkat keyakinan atau kepastian peserta didik tertuang dalam skala CRI yang diberikan. Menurut Muna (2015), jika skala CRI yang diberikan tinggi dan jawaban tersebut benar maka menunjukkan responden memahami konsep, dan jika skala CRI yang diberikan tinggi dan jawaban tersebut salah maka menunjukkan terjadinya miskonsepsi. Ulfah & Fitriyani (2016) juga berpendapat, jika responden menjawab benar dengan skala CRI yang rendah maka menandakan responden tersebut tidak tahu konsep, dan jika responden menjawab benar dengan skala CRI yang tinggi menjunjukkan responden tersebut memiliki penguasaan konsep yang tinggi (paham konsep). CRI biasanya berdasarkan suatu skala yang tetap, dalam penelitian ini skala yang digunakan yaitu skala enam (0-5) yang dikemukakan oleh Hasan, Bagayoko, dan Kelley (1999) sebagai berikut:

Tabel 2. 2

Skala CRI dan kriterianya

SKALA KATEGORI KETERANGAN

0 Totally guesses answer (Menebak)

Jika menjawab soal 100% ditebak

1 Almost guess

(Agak Menebak)

Jika dalam menjawab soal jika menjawab soal presentase unsur tebakan antara 75%-99%

2 Not Sure

(Tidak Yakin Benar)

Jika menjawab soal presentase unsur tebakan antara 50%-74%

(31)

23

3 Sure

(Benar)

Jika dalam menjawab soal, presentase unsur tebakan antara 25%-49%

4 Almost certain

(Hampir Pasti Benar)

Jika menjawab soal presentase unsur tebakan antara 1%-24%

5 Certain

(Pasti Benar)

Jika menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)

(Fadillah, 2016, h. 250)

Peserta didik yang mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan dengan cara membandingkan benar tidaknya antara jawaban dari soal dengan tinggi rendahnya skala CRI yang diberikan untuk soal tersebut. Menurut Sari & Masriyah (2017), “Skala (0-5) di atas pada dasarnya digunakan untuk memberikan nilai dari jawaban peserta didik mengenai sejauh mana tingkat keyakinan yang dimiliki peserta didik dalam menjawab soal-soal yang telah diberikan (h. 78-79). Menurut Nurfiani, Sunardi, dan Trapsilasiwi (2018) jika peserta didik mengisi skala CRI 0 – 2 maka skala CRI tersebut rendah dan menunjukan peserta didik memiliki tingkat kepastian atau keyakinan yang rendah, sedangkan jika peserta didik mengisi skala CRI 3 – 5 maka skala CRI tersebut tinggi dan menunjukan peserta didik memiliki tingkat kepastian atau keyakinan yang tinggi. Seperti yang dikatakan Setyaningrum, dkk (2018), “Ketika siswa diminta untuk memberikan CRI bersamaan dengan setiap jawaban suatu pertanyaan (soal), sebenarnya dia diminta untuk

(32)

24 memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri akan kepastian jawaban yang dikerjakan” (h. 211).

Menurut Fadillah (2016), “Hasil jawaban peserta didik serta isian tingkat kepastian pada skala CRI yang telah diberikan dapat digunakan untuk menggolongkan pemahaman konsep pada peserta didik” (h. 250). Berdasarkan uraian diatas, pemahaman konsep siswa dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: paham konsep, tidak paham konsep, dan miskonsepsi, dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. 3

Ketentuan CRI untuk Membedakan Tahu Konsep, Miskonsepsi, dan Tidak Paham Konsep untuk Responden secara Individu

KRITERIA

JAWABAN CRI RENDAH (< 2,5) CRI TINGGI (> 2,5)

Jawaban Benar

Jawaban benar tetapi CRI rendah berari tidak paham konsep (lucky guess).

Jawaban benar dan CRI tinggi berarti menguasai konsep dengan baik.

Jawaban Salah

Jawaban salah dan CRI rendah berarti tidak paham konsep (a lack of knowledge).

Jawaban salah tetapi CRI tinggi berarti terjadi miskonsepsi.

(Hasan, Bagayoko, & Kelley, 1999, h. 296)

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian ini dilakukan oleh Fadillah, S. (2016) berjudul Analisis Kesalahan Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Perbandingan Dengan Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jenis penelitian ini

(33)

25 adalah deskriptif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Abdi Agape Pontianak yang berjumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran dan wawancara. Instrument tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda yang berjumlah empat soal. Teknik analisis data yang digunakan berdasarkan pada jawaban siswa dalam tes yang disertakan skala CRI. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) 12,83% siswa paham konsep, 77,70% siswa tidak paham konsep, dan 9,46% siswa mengalami miskonsepsi dalam materi perbandingan, (2) miskonsepsi yang terjadi pada siswa dalam materi perbandingan antara lain pada konversi satuan, operasi pembagian, pecahan senilai, konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai.

2. Penelitian ini dilakukan oleh Setyaningrum, N. I. (2018) berjudul Analisis Miskonsepsi Matematis Siswa Dengan Menggunakan Metode Certainty Of Response Index Pada Materi Kubus Dan Balok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Telagasari yang berjumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dan wawancara. Alat pengumpuan data yang digunakan yaitu instrument tes penelitian berupa soal uraian berjumlah 6 soal yang disertai dengan skala CRI. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) letak miskonsepsi yang dialami siswa meliputi: miskonsepsi dalam memahami soal,

(34)

26 miskonsepsi dalam penyelesaian, miskonsepsi dalam melaksanakan rencana penyelesaian, miskonsepsi dalam menuliskan jawaban akhir, (2) faktor penyebab miskonsepsi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Telagasari pada materi kubus dan balok meliputi: siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, kekacauan konsep penggunaan rumus karena kurangnya latihan soal, siswa tidak mengetahui apakah langkah yang dipilih dalam menyelesaikan soal sudah benar atau salah, siswa tergesa-gesa dalam menyelesaikan soal, dan kebiasaan siswa menyelesaikan soal tanpa menuliskan kesimpulan jawaban akhir.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Paryanti (2018) berjudul Analisis Miskonsepsi Siswa SMP Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang dikelompokkan berdasarkan hasil tes kemampuan awal dimana diambil siswa yang mempunyai nilai rendah. Instrumen penelitian terdiri dari instrumen tes kemampuan awal, tes materi garis singgung lingkaran, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi siswa kelas VIII yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang konsep phytagoras dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran, kurangnya kemampuan para siswa dalam mengolah dan menggunakan operasi bilangan khususnya yang berbentuk akar dan kuadrat, dan

(35)

27 konsep awal yang salah. Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan awal rendah memiliki tingkat pemahaman terhadap materi sebesar 53,33%, memiliki tingkat ketidakpahaman terhadap materi sebesar 13,33% , dan memiliki tingkar miskonsepsi terhadap materi sebesar 33,33%.

(36)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif ini memiliki dasar deskriptif guna memahami fenomena dengan lebih mendalam serta berawal dari data lapangan dan menggunakan teori yang sudah ada sebagai pendukungnya.

Menurut Steven Dukeshier & Jennifer Thurlow (2002), “Penelitian kualitatif berkenaan dengan data yang bukan angka, mengumpulkan dan menganalisis data yang bersifat naratif” (Sugiyono, 2018, h. 3). Bogdan dan Biklen (2006) menyebutkan “Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Data yang terkumpul setelah dianalisis selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh orang lain” (Sugiyono, 2018, h. 7).

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif deskriptif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan mengumpulkan informasi secara mendalam mengenai subjek penelitian dengan mendeskripsikan miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

(37)

29 Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama proses penelitian berlangsung yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada langkah awal atau pada tahapan persiapan, peneliti melakukan observasi awal yaitu dengan melakukan wawancara kepada salah satu guru bidang studi matematika di sekolah yang akan di jadikan tempat penelitian untuk membuktikan kebenaran tentang miskonsepsi atau kesalahan konsep yang dialami peserta didik dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, serta menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahapan ini peneliti melakukan tes uji coba instrumen soal kepada peserta didik yang sebelumnya telah diajarkan materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk mengukur validitas soal guna mendapatkan butir soal yang baik dan kemudian diujikan kepada peserta didik sebagai subjek penelitian, setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada subjek penelitian kemudian mengumpulkan data-data yang diperlukan peneliti.

3. Tahap analisis data

Pada tahap ini data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari hasil tes, wawancara, dan studi dokumen selanjutnya dianalisis serta dideskripsikan hal-hal yang terjadi di lapangan tentang apa yang menjadi penyebab peserta didik mengalami miskonsepsi dan peneliti

(38)

30 berusaha mencari solusi permasalahan dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

4. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan serta jawaban dari rumusan masalah yang ada berdasarkan hasil dari analisis data dan temuan-temuan lainnya selama proses penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 13 Tangerang, tapatnya di Jl. Perintis Kemerdekaan 1 No 3 Babakan, Kec. Tangerang, Kota Tangerang Banten.

2. Waktu penelitian

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

NO KEGIATAN WAKTU

1. Pengajuan judul Mei 2019

2. Bimbingan proposal Desember 2019 – Maret 2020

3. Seminar proposal April 2020

4. Bimbingan dan revisi hasil seminar April 2020

5. Pembuatan instrument penelitian Mei 2020 – Juni 2020

(39)

31 7. Pengolahan dan analisis data Juli 2020 – September 2020

8. Ujian skripsi Oktober 2020

C. Sumber dan Jenis Data Penelitian

1. Sumber penelitian

Yang menjadi sumber dalam penelitian ini adalah hasil tes yang diberikan kepada siswa kelas VIII sebanyak 38 siswa dan wawancara dengan guru mata pelajaran dan siswa. Pengambilan sumber data ini menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016), “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu” (h. 300). Kriteria tertentu yang dipilih yaitu peserta didik yang telah mendapatkan pembelajaran mengenai Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

2. Jenis data penelitian

Jenis data dalam penelitian kualitatif deskriptif dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Data primer

Data primer ialah data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan informan yang berkompeten sesuai fokus penelitian, bisa dikatakan data yang didapat tersebut langsung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini didapat dari sumber datanya langsung (informan) yaitu tenaga pengajar dan siswa di

(40)

32 SMP Negeri 13 Tangerang dalam bentuk hasil tes dan wawancara secara langsung.

b. Data sekunder

Data sekunder ialah data yang didapat peneliti dari pihak ketiga atau data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang sudah ada sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari nilai hasil belajar siswa yang diperoleh peneliti dari guru bidang study.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitan ini menggunakan tes tulis, wawancara, dan dokumentasi. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi dokumen.

1. Tes tertulis

Tes tertulis yaitu untuk mengukur miskonsepsi peserta didik. Soal tes tersebut sudah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya yang merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2016) mengatakan “Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel” (h. 173).

2. Wawancara

Menurut Esterberg (2002), “Wawancara merupakan pertemuan orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu” (Sugiyono,

(41)

33 2018, h. 144). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan semiterstruktur. Menurut Sugiyono, “Jenis wawancara ini sudah termasuk ke dalam in-depth-interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Metode ini digunakan untuk melengkapi data dan memperkuat hasil tes tertulis yang diperoleh peneliti dengan cara percakapan dan tanya jawab untuk memperoleh data tentang permasalahan dengan dipilih subjek wawancara 3 peserta didik dengan kriteria masing-masing yaitu 1 peserta didik yang mengalami tidak tahu konsep, 1 peserta didik yang mengalami miskonsepsi, dan 1 peserta didik yang paham konsep. Pada saat wawancara peneliti menggunakan alat bantu perekam untuk mempermudah dalam proses wawancara.

3. Studi dokumen

Sugiyono (2018) mengatakan “Dokumen merupakan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (h. 124). Dalam penelitian ini studi dokumen yang digunakan berupa tulisan, gambar, dan rekaman. Tulisan merupakan hasil jawaban peserta didik dari soal-soal yang diberikan. Gambar yang diambil saat siswa mengerjakan soal dan saat proses wawancara berlangsung. Sedangkan rekaman merupakan rekaman yang didapat saat peneliti melakukan wawancara kepada subjek.

(42)

34

E. Instrumen Penelitian

Instrusmen dalam penelitian ini yaitu soal tes, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen tes yang digunakan yaitu berupa soal essay yang berjumlah 10 butir soal, disertai dengan form CRI yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya miskonsepsi pada peserta didik. Metode tes dan wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan, sedangkan dokumentasi merupakan sumber data bantuan, kemudian data yang telah diperoleh peneliti dari hasil tes dan wawancara dianalisis.

Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian

NO INSTUMEN FOKUS

1. Tes 1. Menentukan selesaian sistem persamaan linear dua variabel.

2. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

3. Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

2. Wawancara 1. Miskonsepsi terjemahan 2. Miskonsepsi tanda 3. Miskonsepsi hitung

(43)

35 4. Miskonsepsi sistematis

5. Miskonsepsi konsep 6. Miskonsepsi strategi

3. Dokumentasi 1. Foto-foto siswa saat pelaksanaan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (1984) mengemukakan “Bahwa aktivitas dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh” (Sugiyono, 2018, h. 133). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif meliputi 3 kegiatan, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction)

Sugiyono (2016) mengatakan “Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan plotnya, dan membuang yang tidak perlu” (h. 338). Reduksi data dalam penelitian ini yaitu peneliti mengumpulkan semua data hasil tes yang telah dikerjakan oleh peserta didik baik yang berupa jawaban dari soal yang telah diberikan maupun hasil dari skor yang tertera pada CRI, melihat tipe-tipe kesalahan yang dilakukan peserta didik apakah peserta didik masuk ke dalam kategori paham konsep, miskonsepsi, atau tidak paham konsep. Setelah itu mengumpulkan data hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

(44)

36 2. Penyajian data (data display)

Sugiyono (2018) berpendapat “Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya” (h. 137). Setelah melakukan reduksi data, tahapan selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian data dilakukan agar data tersusun dengan baik sehingga mudah dipahami. Dalam tahapan ini data yang berupa hasil jawaban peserta didik dan hasil dari skor CRI yang peserta didik berikan bersamaan dengan jawaban soal kemudian disusun dan di klasifikasikan sesuai dengan kriteria ketentuan pada CRI.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification) Setelah data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan dari data tabel tersebut. Menurut Sugiyono (2016), “Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada” (h. 345). Pada penelitian ini kesimpulan yang diambil berupa deskripsi dengan cara membandingkan hasil jawaban peserta didik dan hasil CRI dengan hasil wawancara, setelah itu dapat ditarik kesimpulan mengenai letak dan penyebab kesalahan peserta didik.

G. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan untuk meyakinkan bahwa deskripsi data yang telah disajikan merupakan data yang absah dan memiliki derajat

(45)

37 kepercayaan serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi 4 aspek yaitu:

1. Objektivitas (confirmability)

Menurut Sugiyono (2018), “Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektivitas, penelitian dikatakan obyektivitas bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang” (h. 195). Objektivitas bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi objektif. Adapun kriteria objektivitas yaitu jika memenuhi syarat minimum, desain penelitian dibuat secara baik dan benar, fokus penelitian tepat, kajian literature yang relevan, teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, analisis data dilakukan secara benar, dan hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Kesahihan internal (creadibility)

Menurut Sugiyono (2018), “Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai” (h. 181). Kalau dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti kemampuan belajar peserta didik, maka data yang diperolehpun seharusnya adalah data yang akurat tentang kemampuan belajar peserta didik. Uji kreadibilitas atau kepercayaan terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(46)

38 Menurut Sugiyono (2016), “Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada” (h. 330). Peneliti menggunakan triagulasi teknik untuk mendapatkan data penelitian. Menurut Sugiyono (2016) berpendapat “Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama” (h. 330).

2) Meningkatkan ketekunan.

Menurut Sugiyono (2016) berpendapat “Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan” (h. 370). Pada kegiatan ini, peneliti melakukan pengecekan kembali pada data yang telah didapat dengan cermat dan berkesinambungan

3. Kesahihan exsternal (transferability)

Sugiyono (2018) berpendapat “Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel itu diambil” (h. 194). Transferability berkenaan dengan hasil penelitian yang dapat ditransfer oleh orang lain dan dapat diaplikasikan dalam situasi lain, untuk mencapai kesahihan eksternal penulis meneliti dengan sistematis, rinci, jelas, dan dapat dipertanggung jawabkan.

(47)

39 4. Keterandalan (depenability)

Sugiyono (2018) berpendapat “Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian” (h. 194-195). Untuk menguji sudah tercapainya keterandalan data dalam penelitian, maka data siap diaudit kembali terhadap keseluruhan penelitian, dari mulai menentukan fokus masalah, memasuki lapangan, pengambilan data, analisis data, uji keabsahan sampai pada kesimpulan.

(48)

40

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, F. N. I. (2018). Analisis Miskonsepsi Siswa Materi Bangun Datar Segiempat Dibedakan Dari Gaya Kognitif Siawa. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Cunayah, C., Zaelani, A., & Sembiring, S. (2010). Pelajaran Matematika Bilingual. Bandung: Cvyramawidya.

Dewi, H. A. C. (2017). Rumus-Rumus Praktis Matematika SMP/MTS. Depok: Infra Pustaka.

Fadillah, S. (2016). Analisis Miskonsepsi Siswa Smp Dalam Materi Perbandingan Dengan Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, vol. 5.

Hasan, S., Bagayoko, D., & Kelley, E. L. (1999). Misconceptions and the Certainty of Response Index (CRI). Journal of Physics Education.

Hutami, D. P. N. (2018). Analisis Miskonsepsi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Barisan Dan Deret Berdasarkan Certainty Of Response Index (CRI) Dari Gaya Kognitif Reflektif Dan Impulsif. Jember: Universitas Jember.

Muna, I. A. (2015). Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Pgmi Pada Konsep Hukum Newton Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jurnal Cendikia, vol. 13.

Nurfiani, M., Sunardi., & Trapsilasiwi, D. (2018). Analisis Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Certainty Of Response Index (CRI) Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Ranah Kognitif Mengevaluasi. Jurnal Kadikma, vol. 9.

(49)

41 Paryanti, (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa Smp Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran. Tangerang: UMT

Ramadhan, M., Sunardi, & Kurniati, D. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berstandar Pisa Dengan Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jurnal Kadikma, vol. 8.

Sari, V. L. & Masriyah. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Dimensi Tiga Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) dan Wawancara Diagnosis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matermatika, vol. 2. Setiawan, M. I. (2015). Analisis Miskonsepsi Siswa Dan Penyebabnya Pada

Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sidoarjo. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Setyaningrum, N. I., Fakhruddin, D., & Sari, R. M. M. (2018). Analisis Miskonsepsi Matematis Siswa dengan Menggunakan Metode Certainty Of Response Index Pada Materi Kubus dan Balok. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.

Suastika, Jhoni, T. H., & Utami, T. (2015). Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa Tentang Matriks Menggunakan Certainty Of Response Index. Prosiding Seminar Nasional Fisika, vol IV.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(50)

42 Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (2013). Miskonsepsi & Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Tampomas, H. (2007). Seribupena Matematika SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Ulfah, S. & Fitriyani, H. (2016). Certainty Of Response Index (Cri): Miskonsepsi

Siswa Smp Pada Materi Pecahan. Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi.

(51)

43

Lampiran 1

KISI KISI SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMP Negeri 13 Tangerang Jumlah Soal : 10

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

Standar Kompetensi : Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar Materi

Pokok Indikator Umum Indikator Soal Bentuk Soal No Soal

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

SPLDV Menentukan

selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel

Diberikan suatu sistem persamaan, siswa dapat menentukan nilai x dan y dari persamaan yang diberikan.

Essay 1

Diberikan suatu sistem persamaan linear, siswa dapat menentukan nilai dari persamaan yang diberikan.

(52)

44 Diberikan suatu persamaan,

siswa dapat menentukan nilai x dari persamaan yang diberikan.

Essay 3

Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian dari persamaan yang diberikan.

Essay 4

Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan pasangan berurutan dari persamaan yang diberikan.

Essay 5

SPLDV Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel

Diberikan suatu

permasalahan, siswa dapat membuat model matematika lalu menentukan umur dari selisih dan jumlah umur yang telah diketahui.

Essay 6

Diberikan suatu

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menentukan harga satuan dari permasalahan yang ada.

(53)

45

Diberikan suatu

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, siswa

dapat menentukan

penyelesaian dari masalah yang diberikan.

Essay 8

Diberikan suatu

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, siswa

dapat menemukan

permasalahannya lalu menentukan jumlah biaya yang harus di bayar.

Essay 9

Diberikan suatu

permasalahan, siswa dapat menemukan permasalahannya lalu merancang penyelesaian dari masalah tersebut.

Essay 10

(54)

46

Tangerang,…………, ……….

Mengetahui, Validator Penyusun,

Kepala SMP ……….

(55)

47

Lampiran 2

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Tentukan nilai x dan y dari sistem persamaan dan …

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu sistem persamaan, siswa dapat menentukan nilai x dan y dari persamaan yang diberikan.

No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 1 JAWABAN Terlampir

BUKU SUMBER : Abdur Rahman. (2017). Buku paket matematika SMP/MTS Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Kemendikbud

(56)

48

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Diberikan suatu sistem persamaan dan , tentukan nilai dari …

4

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu sistem persamaan linear, siswa dapat menentukan nilai dari persamaan yang diberikan.

No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 2 JAWABAN Terlampir

BUKU SUMBER : Abdur Rahman. (2017). Buku paket matematika SMP/MTS Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Kemendikbud

(57)

49

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Jika x merupakan penyelesaian dari persamaan , maka nilai dari adalah …

4

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan nilai x dari persamaan yang diberikan.

No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 3 JAWABAN Terlampir

BUKU SUMBER : Sukismo. (2020). Fokus UN SMP/MTS 2020. Jakarta: Erlangga

(58)

50

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Diberikan persamaan dan , tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan tersebut …

{ }

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian dari persamaan yang diberikan.

No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 4 JAWABAN Terlampir

BUKU SUMBER : LKS Matematika SMP/MTS Kelas VIII Semester 2. Cikokol: Graha Baristan

(59)

51

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Pasangan berurutan (x,y) yang merupakan penyelesaian dari sistem persamaan dan adalah …

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menentukan selesaian persamaan-persamaan linear dua variabel

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu persamaan, siswa dapat menentukan pasangan berurutan dari persamaan yang diberikan.

No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 5 JAWABAN Terlampir

BUKU SUMBER : Abdur Rahman. (2017). Buku paket matematika SMP/MTS Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Kemendikbud

(60)

52

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Jumalah umur Kakek dan Nenek adalah 175 tahun dan selisih umur mereka adalah 15 tahun (Kakek lebih tua). Buatlah model matematika dari permasalahan tersebut dan tentukan umur Kakek dan Nenek …

Jadi umur kakek 95 tahun dan umur nenek 80 tahun

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu permasalahan, siswa dapat membuat model matematika lalu menentukan umur dari selisih dan jumlah umur yang telah diketahui.

No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 6 JAWABAN Terlampir

BUKU SUMBER : Abdur Rahman. (2017). Buku paket matematika SMP/MTS Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Kemendikbud

(61)

53

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Harga seekor ikan sama dengan harga 4 kg telur, untuk membeli 4 ekor ikan dan 3 kg telur dibutuhkan uang sebesar Rp 76.000, maka berapa harga seekor ikan tersebut …

Jadi harga seekor ikan yaitu Rp 16.000

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menentukan harga satuan dari permasalahan yang ada. No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 7 JAWABAN Terlampir BUKU SUMBER : LKS

Matematika SMP/MTS Kelas VIII Semester 2. Cikokol: Graha Baristan

(62)

54

KARTU SOAL MISKONSEPSI

Nama Sekolah : SMPN 13 Tangerang Jumlah Soal : 10 Butir Soal

Bidang Studi : Matematika Waktu Ujian : 80 menit

Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Penyusun : Vivi Wahyuni

STANDAR KOMPETENSI

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Pada suatu kesempatan, halaman rumah Rudi diubah menjadi lahan parkir sementara, lahan parkir tersebut dipenuhi oleh 43 kendaraan yang terdiri dari becak dan sepedah. Jumlah roda seluruh kendaraan yang diparkir pada saat itu adalah 106 buah. Jika tarif parkir becak Rp 1.500 dan sepedah Rp 1.000, jumlah pendapatan Rudi pada saat itu adalah …

Jadi jumlah pendapatan Rudi yaitu Rp 53.000

KOMPETENSI DASAR

4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR UMUM

Menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

INDIKATOR SOAL

Diberikan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menentukan penyelesaian dari masalah yang diberikan. No Digunakan untuk Tanggal Jumlah Siswa Tingkat kesukaran Daya Pembeda

Validitas Rebilitas Skor Maksismum Ranah 1 NO SOAL 8 JAWABAN Terlampir BUKU SUMBER : Sukismo. (2020). Fokus UN SMP/MTS 2020. Jakarta: Erlangga

Gambar

Tabel 3. 1  Jadwal Penelitian
Tabel 3. 2  Instrumen Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sinkronisasi ini akan memproses file hasil sinkronisasi awal kabupaten yang berisi data awal sekolah tersebut. Sinkronisasi yang berjalan di kabupaten

Cerita merupakan rentetan peristiwa yang terjadi sesuai dengan urutan waktu, jadi secara kronologis, dalam sebuah karya fiksi, urutan peristiwa itu sering disiasati dan

Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dilihat dari hasil belajar siswa, maka peneliti mengadakan tes hasil

Kan saya pengen dia sekolah lagi setelah dia keluar dari penjara, eee saya juga pengennya dia jadi orang yang lebih baik lagi yah, terus sama biar dia tidak melakukan hal-hal

Proses penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pengumpulan data dengan menggunakan metode test untuk mengetahui kemampuan awal matematika dan hasil belajar matematika

Dan dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwasannya para Informan Utama I, II dan III yang merupakan korban

Dengan rasa syukur yang terdalam alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Keputusan Muktamar Ke-30 NU Terhadap Hadiah

pengaturan pelaksanaan kewenangan lokal berskala desa di bidang pembangunan desa oleh Pemerintahan Desa pemerintah desa terlebih dahulu melakukan tahapan perencanaan pembangunan