• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika"

Copied!
458
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA YANG MEMFASILITASI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN 4C PESERTA DIDIK KELAS VII SMP

PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI AJAR SEGIEMPAT DAN SEGITIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

Maria Anggit Pasca Patriana NIM : 161414058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2020HALAMAN JUDUL

(2)

i

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA YANG MEMFASILITASI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN 4C PESERTA DIDIK KELAS VII SMP

PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI AJAR SEGIEMPAT DAN SEGITIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

Maria Anggit Pasca Patriana NIM : 161414058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2020

(3)

iv MOTTO

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak

akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

(Ulangan 31:6)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

(Filipi 4:13)

“Saat ide kita di tolak sebenarnya bukan karena nggak bagus, tapi justru mereka sedang kasih kita kesempatan untuk keluar dari “kotak” biar bisa menghasilkan

sesuatu yang “Out Of The Box””.

(Ria SW, 2019)

“Ini bukan gagal namun hanya tertunda, dan aku akan membuat jalan tikus lainnya untuk tetap mewujudkannya”.

(Ria SW, 2019)

(4)

v

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur dan terima kasih skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Santo Antonius Padua atas segala berkat serta penyertaannya dalam hidupku.

Bapakku tercinta Petrus Heri Atmoko dan Ibukku Theresia Lima Yuliwati yang selalu memberikan cinta kasih, nasehat dan bimbingan kepadaku, serta selalu

mendoakan aku tanpa henti.

Kedua adikku Benedictus Denden Maydika Patriana dan Klara Nastiti Iga Patriana yang selalu memberiku semangat dan dukungan.

Dosen pembimbing skripsiku Ibu Maria Suci Apriani atas segala bimbingan dan dorongan yang telah diberikan selama berdinamika bersama.

Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(5)

viii ABSTRAK

Maria Anggit Pasca Patriana, 2020. Pengembangan Modul Matematika yang Memfasilitasi Pengembangan Kemampuan 4C Peserta Didik Kelas VII SMP Pangudi Luhur Yogyakarta pada Materi Ajar Segiempat dan Segitiga.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan modul matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada materi segiempat dan segitiga, (2) mendeskripsikan kualitas modul matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada materi segiempat dan segitiga ditinjau dari aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan.

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan model ADDIE, yang meliputi langkah (1) analisis (analyze), (2) perencanaan (design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementation), dan (5) evaluasi (evaluation). Subyek penelitian ini terdiri dari 29 peserta didik kelas VII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogykarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner penilaian kualitas modul segi materi, kuesioner penilaian kualitas modul segi media, kuesioner respon peserta didik, kuesioner respon guru, dan soal tes hasil belajar. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, penyebaran kuesioner, dan tes hasil belajar.

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Langkah-langkah pengembangan modul Matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) antara lain: (a) peneliti melakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik peserta didik, (b) peneliti melakukan penyusunan kerangka modul, pengumpulan dan pemilihan referensi, dan penyusunan desain modul Matematika, (c) peneliti melakukan penyusunan instrumen penilaian, pengujian awal serta revisi modul, (d) peneliti menerapkan semua kegiatan pada modul Matematika secara daring (dalam jaringan), (e) dan peneliti melakukan penilaian modul yang dilihat dari aspek kepraktisan dan keefektifan modul Matematika. (2) Kualitas modul Matematika yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini meliputi: (a) kevalidan modul ditinjau dari segi materi menunjukkan kategori sangat valid dengan persentase 75,55% dan perlu ditambahkan materi dan soal latihan yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik, dengan begitu modul Matematika memenuhi kriteria kevalidan. (b) kevalidan modul ditinjau dari segi

(6)

ix

media menunjukkan kategori cukup valid dengan persentase 74,34% dan perlu diperiksa kembali urutan penyajian dan beberapa kalimat yang masih ambigu, dengan begitu modul Matematika memenuhi kriteria kevalidan. (c) kepraktisan modul ditinjau dari respon guru menunjukkan kategori baik dengan rata-rata skor 3,19 dan peneliti perlu memperhatikan bahwa penyusunan modul dapat lebih komunikatif agar hubungan antara materi yang satu dengan yang lain memiliki keterkaitan, dengan begitu modul Matematika memenuhi kriteria kepraktisan. (d) kepraktisan modul ditinjau dari respon peserta didik menunjukkan kategori baik dengan rata-rata skor 3,05 dan peneliti perlu memperhatikan bahwa bahasa yang digunakan dalam modul sebaiknya lebih mudah dipahami, serta materi dan contoh soal dalam modul dapat diperbanyak, dengan begitu modul Matematika memenuhi kriteria kepraktisan. (e) keefektifan modul ditinjau dari tes hasil belajar peserta didik menunjukan persentase ketuntasan belajar peserta didik 85,71% hasil tersebut menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan modul yang memfasilitasi kemampuan 4C telah memenuhi aspek keefektifan.

Kata kunci: bahan ajar, modul, kemampuan 4C, kualitas, respon, tes hasil belajar, metode Research and Development, model ADDIE

(7)

x ABSTRACT

Maria Anggit Pasca Patriana, 2020. Development of a Mathematics Module Facilitating the 4C Ability Development for Class VII Students of SMP Pangudi Luhur Yogyakarta in Quadrilateral and Triangles Teaching Materials.

Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Teaching and Science Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The objectives of this study are: (1) describe the steps for developing a mathematics module that facilitates students in developing 4C skills (Communication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity) in the material of squares and triangles, (2) describes the quality of mathematics modules that facilitate participants students in developing 4C skills (Communication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity) on rectangular and triangular material in terms of validity, practicality, and effectiveness aspects.

The type of research in this research is Research and Development (R&D) with the ADDIE model, which includes steps (1) analysis (analyze), (2) planning, (3) development , (4) implementation, and (5) evaluation. The subjects of this study consisted of 29 students of class VII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. The instruments used were the material-aspect module quality assessment questionnaire, the media-aspect module quality assessment questionnaire, student response questionnaire, teacher response questionnaire, and learning outcome test questions.

Data collection techniques include interviews, questionnaires, and learning outcomes tests.

The results of this study are: (1) Steps for developing a Mathematics module that facilitate students in developing 4C skills (Communication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity), including: (a) researchers conduct needs analysis, curriculum analysis, and characteristic analysis students, (b) the researcher compiled the module framework, collected and selected references, and prepared the Mathematics module design, (c) the researcher prepared the assessment instrument, preliminary testing and module revision, (d) the researcher applies all activities to the Mathematics module online (online), (e) and the researcher conducted a module assessment which was seen from the practicality and effectiveness of the Mathematics module. (2) The quality of the Mathematics module resulting from this research and development includes: (a) the validity of the module in terms of material shows that the category is very valid with a percentage of 75.55% and it is necessary to add material and practice questions that develop students' critical and creative thinking skills, so that the module Mathematics meets the validity criteria. (b) the validity of the module in terms of media shows that the category is quite valid with a percentage

(8)

xi

of 74.34% and needs to be checked again in the order of presentation and some sentences that are still ambiguous, so that the Mathematics module meets the validity criteria. (c) the practicality of the module in terms of teacher responses shows a good category with an average score of 3.19 and researchers need to pay attention that the module arrangement can be more communicative so that the relationship between one material and another is related, so that the Mathematics module meets the criteria of practicality. (d) the practicality of the module in terms of student responses shows a good category with an average score of 3.05 and researchers need to pay attention that the language used in the module should be easier to understand, and the material and sample questions in the module can be reproduced, that way the Mathematics module meet the criteria of practicality. (e) the effectiveness of the module in terms of the test results of student learning shows that the percentage of students' learning completeness is 85.71%. These results indicate that learning using modules that facilitate the 4C ability has met the effectiveness aspect.

Keywords: teaching materials, modules, 4C ability, quality, response, learning outcomes test,method Research and Development, ADDIE model

(9)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

(10)

xvi

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Batasan Masalah... 8

F. Penjelasan Istilah ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II ... 14

KAJIAN TEORI ... 14

A. Penelitian dan Pengembangan (Model ADDIE) ... 14

B. Bahan Ajar ... 18

C. Modul ... 28

D. Kualitas Hasil Pengembangan... 39

E. Proses Pembelajaran... 43

F. Keterampilan 4C (Critical Thinking and Problem Solving Skills, Communication Skills, Collaboration Skills dan Creative Thinking and Innovation Skills) ... 45

G. Materi Segiempat dan Segitiga ... 53

H. Kerangka Teoritis ... 64

(11)

xvii

BAB III ... 66

METODOLOGI PENELITIAN ... 66

A. Jenis Penelitian ... 66

B. Subyek Penelitian ... 67

C. Objek Penelitian ... 67

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 68

E. Jenis Data ... 68

F. Metode Pengumpulan Data ... 71

G. Instrumen Penelitian... 73

H. Validitas Instrumen ... 95

I. Teknik Analisis Data ... 96

BAB IV ... 105

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 105

A. Pelaksanaan Penelitian ... 105

B. Kajian Produk ... 112

C. Analisis dan Pembahasan ... 205

D. Keterbatasan Penelitian ... 236

BAB V ... 238

(12)

xviii

KESIMPULAN DAN SARAN ... 238

A. Kesimpulan ... 238

B. Saran ... 240

DAFTAR PUSTAKA ... 242

(13)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Persegi ... 53

Gambar 2.2. Persegi Panjang ... 54

Gambar 2.3. Jajargenjang ... 55

Gambar 2.4. Belahketupat ... 55

Gambar 2.5. Layang-layang ... 56

Gambar 2.6. Trapesium Sama Kaki ... 57

Gambar 2.7. Trapesium Siku-Siku ... 58

Gambar 2.8. Trapesium Sebarang ... 58

Gambar 2.9. Segitiga Sama Kaki ... 60

Gambar 2.10. Segitiga Sama Sisi ... 61

Gambar 2.11. Segitiga Sama Sisi ... 62

Gambar 2.12. Segitiga Lancip ... 62

Gambar 2.13. Segitiga Tumpul ... 62

Gambar 2.14. Segitiga Siku-Siku ... 63

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model ADDIE ... 67

(14)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis Bahan Ajar Cetak Berdasarkan Struktur Penyusunannya ... 22

Tabel 2.2. Jenis Bahan Ajar Cetak Berdasarkan Kelebihannya ... 25

Tabel 3.1. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur Kepada Guru ... 73

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Penilaian Kualitas Modul Ditinjau dari Segi Materi ... 75

Tabel 3.3. Kisi-kisi Penilaian Kualitas Modul Ditinjau dari Segi Media ... 77

Tabel 3.4. Kisi-kisi Penilaian Respon Modul Matematika dari Peserta Didik ... 79

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Penilaian Respon Modul Matematika dari Guru ... 86

Tabel 3.6. Indikator Penilaian Soal Tes Hasil belajar ... 91

Tabel 3.7. Hasil Konversi Jawaban Kuesioner Penilaian Kualitas Modul Segi Materi ... 98

Tabel 3.8. Kategori Penilaian ... 99

Tabel 3.9. Pedoman Kriteria Penilaian ... 101

Tabel 3.10. Kriteria Skor Penilaian ... 102

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 105

Tabel 4.2. Kompetensi Dasar dan Indikator Segiempat dan Segitiga ... 115

Tabel 4.3. Rincian Aspek Penilaian dan Banyak Butir Pernyataan pada Modul Matematika oleh Dosen Ahli Materi ... 141

Tabel 4.4. Rincian Aspek Penilaian dan Banyak Butir Pernyataan pada Modul Pembelajaran oleh Dosen Ahli Bahan Ajar ... 142

(15)

xxi

Tabel 4.5. Rincian Aspek Penilaian dan Banyak Butir Pernyataan pada Kuesioner

Respon Guru ... 143

Tabel 4.6. Rincian Aspek Penilaian dan Banyak Butir Pernyataan pada Kuesioner Respon Peserta Didik ... 144

Tabel 4.7. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 144

Tabel 4.8. Data Hasil Validasi Dosen Ahli Segi Materi ... 147

Tabel 4.9. Data Hasil Validasi Dosen Ahli Segi Media ... 156

Tabel 4.10. Tanggapan, Kritik, dan Saran Modul ... 163

Tabel 4.11. Hasil Revisi Desain Modul Matematika ... 171

Tabel 4.12. Jadwal Tahap Implementation ... 178

Tabel 4.13. Pelaksanaan Uji Coba Produk ... 182

Tabel 4.14. Data Hasil Rekapitulasi Kuesioner Respon Guru ... 185

Tabel 4.15. Data Hasil Rekapitulasi Angket Respon Peserta Didik ... 190

Tabel 4.16. Data Hasil Rekapitulasi Tes Hasil Belajar ... 203

Tabel 4.17. Hasil Penilaian Kualitas Modul Segi Materi ... 218

Tabel 4.18. Hasil Penilaian Kualitas Segi Materi Secara Kualitatif ... 220

Tabel 4.19. Hasil Penilaian Kualitas Modul Segi Media ... 222

Tabel 4.20. Hasil Penilaian Kualitas Segi Media Secara Kualitatif ... 225

Tabel 4.21. Hasil Penilaian Respon Guru Terhadap Modul ... 228

Tabel 4.22. Hasil Penilaian Kepraktisan Respon Guru Secara Kualitatif ... 229

Tabel 4.23. Hasil Penilaian Respon Peserta Didik Terhadap Modul ... 231

(16)

xxii

Tabel 4.24. Hasil Penilaian Kepraktisan Respon Peserta Didik Secara Kualitatif ... 233

(17)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 250

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 251

Lampiran 3. Hasil Validasi Instrumen Penilaian Kualitas Modul Segi Media ... 252

Lampiran 4. Perbaikan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Kualitas Modul Segi Media... 256

Lampiran 5. Instrumen Penilaian Kualitas Modul Segi Media ... 257

Lampiran 6. Hasil Penilaian Kualitas Modul Segi Media... 261

Lampiran 7. Hasil Validasi Instrumen Penilaian Kualitas Modul Segi Materi... 265

Lampiran 8. Perbaikan Hasil Validasi Instrumen Penilaian Kualitas Modul Segi Materi ... 271

Lampiran 9. Instrumen Penilaian Kualitas Modul Segi Materi ... 274

Lampiran 10. Hasil Penilaian Kualitas Modul Segi Materi ... 280

Lampiran 11. Desain Buku Hasil Revisi ... 286

Lampiran 12. Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Respon Guru ... 339

Lampiran 13. Perbaikan Kuoesioner Guru ... 344

Lampiran 14. Instrumen Kuesioner Guru ... 348

Lampiran 15. Instrumen Kuesioner Guru (Daring)... 352

Lampiran 16. Hasil Respon Guru ... 353

Lampiran 17. Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Respon Peserta didik ... 362

(18)

xxiv

Lampiran 18. Perbaikan Kuoesioner Peserta Didik ... 367

Lampiran 19. Instrumen Kuesioner Peserta Didik ... 372

Lampiran 20. Instrumen Kuesioner Peserta Didik (Daring) ... 377

Lampiran 21. Hasil Respon Peserta Didik ... 378

Lampiran 22. Hasil Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 414

Lampiran 23. Perbaikan Hasil Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar ... 425

Lampiran 24. Soal Tes Hasil Belajar ... 426

Lampiran 25. Soal Tes Hasil Belajar (Daring)... 428

Lampiran 26. Rincian Hasil Tes Hasil Belajar... 429

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan diri. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar yang bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk memiliki keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Sanjaya, 2011). Berdasarkan undang-undang tersebut dapat diketahui bahwa salah satu keterampilan yang dimiliki dan perlu dikembangkan oleh peserta didik yaitu keterampilan berpikir kreatif. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat mengaplikasikan keterampilan berpikir kreatif dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat kompleks, tidak terstruktur, rumit, dan baru (Riadi & Retnawati, 2014). Selain itu peserta didik juga diharapkan dapat menciptakan penyelesaian dari permasalahan yang akan dihadapi di lingkungan sekitarnya secara kreatif.

Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang memiliki objek pencarian yang dibangun melalui proses penalaran deduktif serta bersifat

(20)

2

abstrak (Rianisari & Sulistyani, 2017). Selain itu Alfan (2017) mengatakan bahwa berdasarkan permen 22 tahun 2006 pelajaran matematika penting diberikan kepada peserta didik. Hal ini bertujuan untuk membekali peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Oleh sebab itu guru harus memfasilitasi peserta didik agar peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif guna memecahkan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Menurut Saputra (2016) keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dalam bahasa inggris disebut Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan pengembangan kemampuan pemahaman serta penguasaan peserta didik atas materi pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik dapat berpikir secara kreatif (creative thinking), kritis (critical thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving), dan mampu membuat keputusan (making decision) dalam permasalahan yang sulit.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, Sakri (2019) mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) dan keterampilan Abad 21 atau diistilahkan dengan 4C merupakan keterampilan yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global. Selain itu keterampilan tersebut juga diperlukan agar peserta didik memiliki keterampilan memahami masalah, merancang

(21)

3

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Adapun keterampilan Abad 21 sebagai berikut: (1) Keterampilan Berkomunikasi (Communication Skills), (2) Kolaborasi (Collaboration), (3) Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving), (4) Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation).

Sehingga kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity).

Berdasarkan hasil PISA (Program for International Student Assessment) tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki pringkat 62 dari 72 negara. Sedangkan berdasarkan hasil TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Indonesia berada pada peringkat 47 dari 50 negara (Gradini et al. 2018). Hasil PISA dan TIMSS ini menunjukkan bahwa peserta didik belum terbiasa untuk berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Dalam PISA dan TIMSS peserta didik diharapkan mampu menyelesaikan soal-soal dengan tidak hanya sekedar mengingat namun juga menganalisa dan memecahkan masalah.

Oleh sebab itu, penting dilaksanakan pengembangan keterampilan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) peserta didik pada pembelajaran matematika sejak pendidikan dasar.

Dalam proses penyusunan rencana pembelajaran, guru perlu menentukan media dan sumber apa yang dapat digunakan oleh peserta didik

(22)

4

guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam pengajaran di kelas, guru biasanya hanya menetapkan satu buku tertentu sebagai alat dan bahan pengajaran (Sanjaya, 2011). Pada proses pembelajaran saat ini, tentunya tidaklah cukup, jika guru hanya menggunakan satu media belajar saja. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, guru dapat memanfaatkan media-media lain selain buku.

Media belajar selain buku antara lain Lembar Kerja Siswa (LKS), alat peraga, modul pembelajaran, dan lain-lain. Penggunaan berbagai macam sumber dan media belajar sangatlah penting, hal ini dikarenakan penggunaan satu sumber dan media tertentu akan membuat pengetahuan peserta didik terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara, sumber belajar yang digunakan di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta kelas VII A sudah cukup bervariasi. Sumber belajar yang digunakan antara lain buku paket yang bersumber dari Dinas Pendidikan, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun oleh guru. Menurut guru matematika di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta pemahaman siswa terhadap materi yang bersumber dari buku paket belum maksimal. Hal ini dikarenakan ada beberapa langkah yang sering terlewat, sehingga membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami maksud materi tersebut.

Rumus-rumus yang dimuat dalam buku paket tersebut juga sering tidak disertai dengan asal-usul ataupun pembuktian. Hal ini membuat peserta didik

(23)

5

sering mengalami kesulitan ketika mengaplikasikan rumus tersebut ke dalam suatu persoalan matematika.

Oleh karena itu, guru berinisiatif membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu peserta didik dalam memahami suatu materi tertentu. Selain itu guru juga pernah menyusun modul untuk proses pembelajaran peserta didik di kelas. Berdasarkan hasil wawancara modul yang dibuat guru merupakan modul yang sederhana, dan belum melibatkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) peserta didik.

Modul tersebut, dibuat oleh guru dengan tujuan untuk menuntun peserta didik dalam memahami materi-materi dasar. Sehingga di dalam modul tersebut hanya berisikan materi, contoh soal, dan latihan soal yang sederhana. Dengan demikian isi dalam modul yang disusun hampir sama dengan LKS yang disusun oleh guru tersebut. Namun baik pengimplementasian LKS maupun modul masih kurang terlaksana secara maksimal. Hal ini mengingat kesibukan yang dialami oleh guru di sekolah, sehingga membuat guru sering tidak ada waktu untuk membuat media pembelajaran yang bervariasi.

Menurut guru matematika kelas VII A SMP Pangudi Luhur Yogyakarta peserta didik masih sering mengalami kesulitan pada saat menghadapi permasalahan terkait segiempat dan segitiga, di kehidupan sehari-hari. Peserta didik cenderung menghafal rumus, namun tidak disertai dengan pemahaman soal. Sebagai contoh ketika peserta didik diminta untuk menghitung banyak

(24)

6

pohon yang harus disediakan di sekeliling tanah dengan jarak tertentu. Dalam hal ini peserta didik harus menentukan keliling tanah, kemudian dibagi dengan jarak tertentu, namun peserta didik justru menghitung luas tanah kemudian dibagi dengan jarak tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik belum melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan persoalan matematika secara maksimal. Peserta didik juga belum mampu menghubungkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematika.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk merancang bahan ajar berupa modul yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Modul disusun dengan memuat materi pembelajaran, contoh soal, dan latihan soal yang bertujuan mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) peserta didik.

Materi yang akan dibahas dalam modul tersebut adalah segiempat dan segitiga. Hal ini dikarenakan materi segiempat dan segitiga merupakan materi yang cukup penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan matematika di kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

(25)

7

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, muncul beberapa masalah sebagai berikut:

1. Peserta didik kelas VII A SMP Pangudi Luhur Yogyakarta belum melibatkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) dalam menyelesaikan persoalan matematika di kehidupan sehari-hari secara maksimal.

2. Guru matematika kelas VII F SMP Pangudi Luhur Yogyakarta belum mengembangkan bahan ajar matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) secara optimal. Selama ini guru cenderung menggunakan bahan ajar berupa buku paket, LKS, dan modul yang sederhana.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan modul matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada

(26)

8

materi segiempat dan segitiga kelas VII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

2. Bagaimana kualitas modul matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada materi segiempat dan segitiga di kelas VII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ditinjau dari aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan modul matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada materi segiempat dan segitiga di kelas VII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan kualitas modul matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada materi segiempat dan segitiga di kelas VII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ditinjau dari aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan.

E. Batasan Masalah

(27)

9

Batasan masalah dilakukan agar peneliti dapat lebih memfokuskan penelitian dalam hal-hal berikut:

1. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A SMP Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020.

2. Penelitian ini membahas tentang langkah-langkah pengembangan modul Matematika, kualitas modul Matematika yang ditinjau dari tiga aspek antara lain aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan, serta respon peserta didik terhadap modul matematika yang memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada materi segiempat dan segitiga.

F. Penjelasan Istilah

Agar tidak menimbulkan persoalan penafsiran dan kesalahan tentang beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian, peneliti memberikan penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Bahan ajar merupakan segala sesuatu yang merupakan pesan baik tertulis maupun tidak tertulis yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas.

(28)

10

2. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang guru atau fasilitator.

3. Kualitas Modul adalah penilaian mutu suatu modul yang ditinjau dari tiga aspek, antara lain aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan.

4. Kevalidan Modul merupakan kriteria kualitas modul yang ditinjau dari penilaian segi materi dan penilaian segi media yang dilakukan oleh masing-masing dosen ahli.

5. Kepraktisan merupakan kriteria kualitas modul yang ditinjau dari respon peserta didik dan respon guru.

6. Keefektifan merupakan kriteria kualitas modul yang ditinjau dari hasil tes hasil belajar peserta didik.

7. Respon peserta didik merupakan reaksi sosial yang dilakukan peserta didik dalam menanggapi pengaruh atau rangsangan dalam dirinya dari adanya suatu objek yang berperan dalam proses pembelajarannya.

8. Respon guru merupakan reaksi sosial yang dilakukan guru dalam menanggapi pengaruh atau rangsangan dalam diri guru dari adanya suatu objek yang berperan dalam proses belajar dan mengajar.

(29)

11

9. Keterampilan berkomunikasi (communication skills) adalah keterampilan peserta didik dalam menyampaikan ide-ide baik secara lisan, tertulis, gambar, maupun menggunakan benda.

10. Kolaborasi (collaboration) adalah keterampilan bekerja bersama secara efektif serta melatih kelancaran peserta didik dalam membuat keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.

11. Keterampilan berpikir kritis (critical thinking) adalah keterampilan yang dibutuhkan pserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah dengan mengeksplorasi dan mengemukakan pendapat dirinya sendiri mengenai masalah tersebut.

12. Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking) adalah keterampilan yang menyebabkan peserta didik dapat menciptakan suatu gagasan baru atau ide kreatif mengenai suatu hal.

G. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Peserta didik:

a. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) dalam menyelesaikan permasalahan Matematika di kehidupan sehari-hari.

(30)

12

b. Peserta didik dapat terbiasa menyelesaikan soal-soal Matematika yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) guna mempersiapkan Ujian Nasional.

c. Peserta didik dapat lebih bersemangat saat belajar Matematika menggunakan modul pembelajaran yang telah dirancang.

2. Guru:

a. Guru dapat terbantu dalam proses belajar mengajar Matematika dan menambah media pembelajaran dengan adanya modul pembelajaran terkait materi segiempat dan segitiga untuk peserta didik kelas VII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

b. Guru dapat membiasakan peserta didik dalam menghadapi soal-soal Matematika yang melibatkan kemampuan 4C (Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity).

c. Guru dapat lebih termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar Matematika secara kreatif.

3. Peneliti:

a. Peneliti menjadi bertambah pengetahuan dalam menguasai pengembangan bahan ajar Matematika, khususnya pengembangan modul Matematika yang mengembangkan kemampuan 4C

(31)

13

(Communication, Colaboration, Critical Thinking, Creativity) pada materi segiempat dan segitiga untuk kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

b. Peneliti menjadi termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar Matematika secara kreatif sebagai bekal untuk menjadi guru di sekolah nantinya.

(32)

14 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian dan Pengembangan (Model ADDIE)

Ada berbagai macam model penelitian pengembangan antara lain Model Dick dan Carey, Model 4D, Model Borg dan Gall, dan lain-lain. Salah satu model pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian pengembangan adalah model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation) (Tegeh et al. 2014). Dalam penelitian ini peneliti memiih model ADDIE karena model ini bersifat interaktif sehingga cukup mudah dalam mengaplikasikannya. Model ADDIE merupakan salah satu model desain pembelajaran terancang. Pemilihan model ini didasari atas penilaian bahwa model ini dapat dikembangkan secara terancang serta berdasar pada landasan teoritis desain pembelajaran. Model ini disusun secara terencana dengan urut-urutan kegiatan yang terancang dalam usaha pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Model ini memiliki lima tahapan yang mudah dipahami dan diimplementasikan untuk pembelajaran. Model ADDIE memberi kesempatan untuk melakukan evaluasi atau penilaian terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap. Hal ini terntu bermanfaat bagi kualitas produk

(33)

15

pengembangan. Manfaat yang didapatkan dengan adanya penilaian pada setiap tahapan adalah meminimalisir tingkat kekurangan serta kesalahan produk hasil pengembangan pada tahap akhir model ini. Tahap evaluasi ini berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Model ADDIE terdiri atas lima tahap, yaitu: (1) tahap analisis (analyze), (2) tahap perencanaan (design), (3) tahap pengembangan (development), (4) tahap implementasi (implementation), dan (5) tahap evaluasi (evaluation) (Tegeh et al. 2014).

1. Tahap I Analisis (Analyze)

Tahap petama adalah tahap analisis. Tahap analisis (analyze) teridiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut: (a) menganalisis kompetensi yang diharapkan kepada peserta didik; (b) menganalisis karakteristik peserta didik tentang kemampuan belajarnya, pengetahuan, keterampilan, sikap yang dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait; (c) menganalisis materi sesuai dengan kompetensi apa saja yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah menggunakan produk hasil pengembangan. Untuk mendukung tahap analisis tersebut ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan segala kapasitas belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik setelah memanfaatkan produk pengembangan dalam pembelajaran. Pertanyaan- pertanyaan tersebut antara lain, bagaimana karakteristik peserta didik yang

(34)

16

akan menggunakan produk pengembangan ini? Hal ini berkaitan dengan kondisi peserta didik yang dimaksud antara lain: pengetahuan awal yang dimiliki, minat dan bakat yang ada dalam diri peserta didik, gaya belajar yang digunakan peserta didik, kemampuan berbahasa peserta didik dan lain-lain. Kemudian, materi apa saja yang perlu dikembangkan sesuai dengan kompetensi yang dituntut dan karakteristik peserta didik?

Pertanyaan tersebut berkaitan dengan analisis materi berupa materi-materi pokok, sub-sub materi pokok, anak sub materi pokok dan seterusnya.

2. Tahap II Perancangan (Design)

Tahap kedua adalah tahap perancangan. Tahap perancangan (design) dilakukan dengan prinsip dasar sebagai berikut: (a) ditujukan untuk siapa pembelajaran dirancang?; (b) kemampuan apa saja yang ingin dipelajari?;

(c) Bagaimana materi pelajaran atau keterampilan agar dapat dipelajari dengan baik?; (d) Bagaimana cara menentukan hasil dari kompetensi yang sudah dicapai? Pertanyaan tersebut merujuk pada empat unsur penting perancangan pembelajaran, yaitu peserta didik, tujuan, strategi, dan evaluasi. Berdasarkan pertanyaan tersebut, ada tiga kegiatan yang difokuskan dalam tahap perancangan, yaitu pemilihan materi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kompetensi yang akan dicapai, strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran serta

(35)

17

metode evaluasi yang digunakan untuk menentukan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik.

3. Tahap III Pengembangan (Development)

Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan (development) yang pada intinya adalah kegiatan menuangkan desain yang telah dirancang ke dalam bentuk fisik, sehingga kegiatan ini menghasilkan rupa awal produk pengembangan. Segala hal yang telah dilakukan pada tahap perancangan, yakni pemilihan materi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kompetensi yang akan dicapai, strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran serta metode evaluasi yang digunakan diwujudkan dalam bentuk rupa awal. Pada tahap pengembangan kegiatan yang dilakukan antara lain: mengumpulkan segala sumber atau referensi yang diperlukan untuk mengembangkan materi, membuat bagan dan tabel- tabel pendukung, membuat gambar-gambar ilustrasi pengetikan, mengatur layout, menyusun instrumen evaluasi dan lain-lain.

4. Tahap IV Implementasi (Implemetation)

Tahap keempat adalah implemetasi (implemetation). Pada tahap implementasi hasil pengembangan diterapkan dalam proses pembelajaran untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi kemenarikan, keefektifan, serta efisiensi pembelajaran. Rupa awal produk pengembangan perlu diujicobakan secara langsung di

(36)

18

lapangan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kemenarikan, keefektifan, dan efisiensi pembelajaran. Kemenarikan berkaitan dengan sejauh mana produk pengembangan dapat menciptakan suasana belajar yang menantang, menyenangkan, dan memotivasi belajar peserta didik.

Keefektifan berkaitan dengan sejauh mana produk pengembangan dapat mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Efisiensi berkaitan dengan penggunaan segala sumber seperti dana, waktu dan tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Tahap V Evaluasi (Evaluation)

Tahap kelima adalah tahap evaluasi (evaluation) yang meliputi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Tujuan evaluasi formatif yaitu untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan sedangkan tujuan evaluasi sumatif yaitu untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran. Evaluasi sumatif dilakukan pada akhir pelaksanaan proses pembelajaran.

B. Bahan Ajar

Salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran yaitu pemilihan dan penggunaan bahan ajar. Mulyasa (2006) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar yang berisi pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum dan bermanfaat untuk

(37)

19

kepentingan pembelajaran (Rohmah et al. 2017). Maka dalam penyusunan bahan ajar perlu diperhatikan beberapa hal penting diantaranya:

1. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Sebelum mengembangkan bahan ajar, perlu diperhatikan prinsip- prinsip dalam menyusun dan mengembangkan bahan ajar tersebut. Salah satu hal penting yang dilakukan dalam pengembangan bahan ajar yaitu menyajikan materi pelajaran dalam bahan ajar atau buku ajar (Jay et al.

2014). Dalam penyajian materi pelajaran ada beberapa syarat penting yang harus terpenuhi sebagai upaya membangun pola berfikir yang ilmiah dalam melihat segala persoalan materi yang disuguhkan kepada peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a. Sesuai tahapan saintifik

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Dalam pendekatan saintifik proses pembelajaran harus mencakup tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada dasarnya pendekatan ilmiah meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, menganalisis, menalar, menyimpulkan, dan mencipta.

b. KI dan KD diintegrasikan pada satu unit

(38)

20

Dalam setiap pembuatan bahan ajar, konsep dasar yang perlu diperhatikan secara khusus adalah membuat aturan kesatuan atau tidak terpisah dari setiap Kompetensi Inti (KI) 1, 2, 3, 4 dalam satu unit atau dalam satu bahasan yang disajikan. Hal ini bertujuan agar kompetensi dasar (KD) dapat terlihat.

Dalam proses perancangan hal pertama yang dilakukan adalah menganalisis KI-3 dan KI-4. Setelah tuntas dianalisis, kemudian diturunkan materi yang relevan dan rancangan pembelajaran serta penilaian dan penugasan. Berdasarkan aktivitas belajar dan penugasan tersebut dirancang indikator KD pada KI-1 dan KI-2 diintegrasikan.

c. Gambar, perkataan, kutipan, menumbuhkan sikap positif

Dalam pembuatan bahan ajar, tentu terdapat gambar serta perintah- perintah yang membangun sikap positif disajikan dalam bahan ajar tersebut. Salah satu fungsi dari gambar atau perintah-perintah tersebut adalah menumbuhkan sikap yang tekun dan bersungguh-sungguh mengerjakan tugas dan tidak mengeluh menghadapi kesulitan serta selalu mengusahakan perbaikan.

d. Menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu siswa

Minat sering dikaitkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar. Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari arti penting dan

(39)

21

segi-segi lainnya yang mungkin menarik bagi peserta didik.

Pengembangan bahan ajar tentu didasarkan kemenarikan dengan tujuan untuk menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik dalam mempelajari materi pada bahan ajar tersebut.

e. Keseimbangan tugas individu dan kelompok

Dalam setiap bahan ajar yang akan dijadikan sebagai pegangan peserta didik tentu haruslah disertakan dengan tugas-tugas baik individu maupun kelompok untuk mengukur keberhasilan dalam pelajaran tersebut. Tugas-tugas individu yang diberikan bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diberikan, dan tugas kelompok untuk mengajarkan kerjasama dan kebersamaan antara masing-masing siswa dalam kelompoknya.

f. Kecukupan Materi untuk memahami dan melakukan KD.

Materi yang terdapat dalam bahan ajar harus dapat memudahkan peserta didik dalam memahami Kompetensi Dasar KD yang dikehendaki dalam kurikulum dan silabus. Penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat penting, hal ini bertujuan untuk mengingatkan guru seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Selain itu perlu diperhatikan kriteria untuk menseleksi materi yang perlu diajarkan, hal ini bertujuan agar penyesuaian kompetensi dasar tidak meluas. Kriteria seleksi

(40)

22

materi tersebut antara lain: valid, penting, bermanfaat, layak dipelajari, dan menarik minat.

2. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Dalam penyusunan bahan ajar, selain harus memperhatikan prinsip- prinsip bahan ajar, perlu diperhatikan juga pemilihan jenis bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Sadjati (2012), bahan ajar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu jenis bahan ajar cetak dan bahan ajar noncetak. Beberapa jenis bahan ajar cetak antara lain modul, handout, dan lembar kerja. Sedangkan beberapa jenis bahan ajar noncetak antara lain video dan audio. Dalam penelitian ini, bahan ajar akan difokuskan dalam jenis bahan ajar cetak. Menurut Yanti (2019), beberapa jenis bahan ajar cetak yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain handout, modul, buku ajar, buku teks, dan lembar kerja siswa. Berikut perbedaan beberapa jenis bahan ajar cetak berdasarkan struktur penyusunannya.

Table 1Tabel 1 Tabel 2.1 Jenis Bahan Ajar Cetak Berdasarkan Struktur Penyusunannya

Jenis Bahan Ajar Cetak Struktur Penyusunan

Handout Bahan ajar tertulis yang disiapkan oleh guru, biasanya terdiri dari identitas handout, KI-KD, materi

(41)

23

pokok/inti, soal latihan, dan sumber. Handout berfungsi untuk membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat.

Modul Bahan ajar cetak yang dapat

dipelajari oleh peserta didik secara mandiri, sehingga modul sering disebut sebagai bahan ajar pengganti fungsi guru. Oleh sebab itu modul harus mampu menjelaskan materi yang ada di dalamnya dengan bahasa yang mudah diterima oleh peserta didik.

Modul biasanya terdiri dari identitas, petunjuk belajar, KI-KD, materi pembelajaran, dan informasi pendukung.

Diktat Bahan ajar seperti buku, namun

tidak selengkap buku. Isi dari diktat, biasanya terdiri dari bagian

(42)

24

awal yaitu judul dan daftar isi, kemudian bagian isi akhir yaitu uraian penjelasan dari setiap bab maupun sub bab, dan bagian akhir yaitu lampiran, glosarium, serta daftar pustaka.

Buku Ajar Buku ajar merupakan buku yang

digunakan peserta didik dan guru pada proses pembelajaran. buku ajar biasanya terdiri dari halaman pendahuluan, halaman judul, daftar isi, daftar gambar, kata pengantar, kata sambutan, halaman isi serta halaman penutup.

Buku Teks Buku teks adalah buku yang

digunakan untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan mempelajari materi berikutnya. Buku teks biasanya

(43)

25

terdiri dari identitas, KI-KD, materi pelajaran, latihan soal, dan penilaian.

LKS LKS adalah lembaran-lembaran

yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya terdiri dari judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, langkah kerja serta tugas-tugas/penilaian.

Selain dapat dilihat dari struktur penyusunnya, bahan ajar juga dapat dilihat dari kelebihannya. Berikut kelebihan masing-masing bahan ajar:

Table 2 Tabel 2.2 Jenis Bahan Ajar Cetak Berdasarkan Kelebihannya

Bahan Ajar Kelebihan

Handout a. Peserta didik dapat belajar

sesuai dengan kecepatan masing-masing.

b. Peserta didik dapat mengikuti materi secara terurut.

(44)

26

Modul a. Dapat mengatasi keterbatasan

waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik maupun guru.

b. Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengembangkan keaktifan belajar dan kemampuan berinteraksi.

c. Peserta didik dapat mengukur atau mengevaluasi hasil belajaranya secara mandiri.

d. Dapat meringankan beban guru, karena guru dapat berperan sebagai pembimbing bukan semata-mata sebagai pengajar.

e. Membiasakan peserta didik untuk percaya diri, serta berkompetisi secara sehat.

Buku teks a. Dilengkapi dengan gambar-

gambar yang aktual sehingga memberikan motivasi pada

(45)

27

peserta didik.

b. Penggunaan istilah, penetuan simbol serta struktur kalimat

disesuaikan dengan

perkembangan peserta didik.

Buku Ajar a. Terdapat target pembelajaran

pada setiap sub bab, sehingga peserta didik maupun guru dapat mengetahui target yang hendak dicapai.

b. Terdapat pengantar pada setiap bab.

c. Bentuk latihan beragam.

Diktat a. Memudahkan peserta didik

belajar mulai dari awal semester.

b. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, karena memungkinkan bentuk cara belajar yang bervariasi.

(46)

28

LKS a. Secara ekonomis LKS

merupakan bahan ajar yang lebih murah dibandingkan media pembelajaran yang lain.

b. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.

Berdasarkan penjabaran jenis-jenis bahan ajar yang dilihat dari aspek struktur penyusunan dan aspek kelebihan bahan ajar, dapat disimpulkan bahwa modul merupakan salah satu bahan ajar yang dapat dikatakan cukup efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan dengan adanya pembelajaran menggunakan modul peserta didik dapat mengukur serta mengevaluasi hasil belajarnya secara mandiri, tanpa bantuan guru sebagai pengajar.

C. Modul

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008), modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta didik. Di dalam modul telah dilengkapi petunjuk yaitu bagaimana cara peserta didik menggunakan modul serta bagaimana cara peserta didik belajar sendiri menggunakan modul. Sehingga modul disebut juga sebagai media untuk belajar mandiri. Selain itu peserta didik dapat melakukan kegiatan

(47)

29

belajar tanpa pengajaran oleh guru secara langsung. Bahasa yang terdapat dalam modul ini dirancang sehingga seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada

peserta didik. Dalam penyusunan modul ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain karakteristik modul, fungsi dan tujuan modul, elemen mutu modul, serta prinsip penulisan modul.

1. Karakteristik Modul

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008), untuk mewujudkan modul pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan bahwa modul hendaknya memenuhi karakteristik antara lain self instruction, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly.

a. Self Instruction (Kejelasan Komponen Modul)

Self instruction merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan modul yang dikembangkan. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, serta dapat menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

(48)

30

2) Memuat materi pembelajaran yang disusun dalam bagian-bagian kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan peserta didik dalam mempelajari modul secara tuntas.

3) Terdapat contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran. Selain itu contoh dan ilustrasi juga dapat disusun semenarik mungkin, agar peserta didik semakin termotivasi untuk belajar menggunakan modul.

4) Memuat soal-soal latihan, tugas, lembar kerja peserta didik dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan materi peserta didik.

5) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa.

6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif

7) Memuat rangkuman materi pembelajaran di bagian akhir materi pembelajaran

8) Memuat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik melakukan penilaian sendiri (self assessment).

9) Memuat umpan balik atas peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi. Umpan balik dapat berupa kunci jawaban dan cara menilai hasil pengerjaan yang telah dilakukan peserta didik

(49)

31

10) Memuat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran. Informasi ini dapat berupa daftar pustaka yang memuat referensi dalam penyusunan modul.

b. Self Contained (Kelengkapan Materi)

Self contained merupakan karakteristik yang dapat dipenuhi jika seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut atau dapat dikatakan bahwa materi yang terdapat dalam modul sudah lengkap. Tujuan dari karakteristik ini adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi pembelajaran dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika akan dilakukan pembagian atau pemisahan materi berdasarkan satu persatu standar kompetensi, maka perlu diperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

c. Stand Alone (Ketidakbergantungan Modul)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau dapat dikatakan modul tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Sehingga peserta didik tidak perlu menggunakan bahan ajar lain untuk mempelajari modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar selain modul yang digunakan, maka

(50)

32

bahan ajar tersebut tidak memenuhi karakteristik modul yang berdiri sendiri.

d. Adaptive (Menyesuaikan Perkembangan)

Adaptive merupakan karakteristik yang menggambarkan bahwa modul tersebut dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang sedang terjadi. Modul diharapkan memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi yang sedang berkembang.

Modul dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes.

e. User Friendly (Ramah Penggunaan)

User Friendly merupakan karakteristik modul yang menggambarkan bahwa modul tersebut ramah penggunaannya. Dalam hal ini modul diharapkan dapat memenuhi sifat yang bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi/perintah dan paparan informasi lainnya bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya. Selain itu instruksi/perintah dan paparan informasi yang terdapat dalam modul juga diharapkan dapat memberikan kemudahan pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Modul disusun dengan menggunakan kalimat aktif dengan bahasa yang

(51)

33

sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

2. Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008), Penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian tujuan pembelajaran kepada peserta didik, sehingga tidak terlalu bersifat verbal.

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta didik maupun guru/pengajar.

c. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan peserta didik dapat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

d. Memungkinkan peserta didik dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

3. Elemen Mutu Modul Pembelajaran

Menurut Rahdiyanta (2016), untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen sebagai syarat, yaitu: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi kosong dan konsistensi.

(52)

34 a. Format

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan format modul adalah sebagai berikut.

1) Penggunaan format kolom (tunggal atau multi) harus proporsional.

Artinya penggunaan kolom baik tunggal atau multi harus disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi, hendaknya jarak dan perbandingan antar kolom diatur secara proporsional.

2) Pengunaan format kertas (vertikal atau horisontal) harus tepat.

Artinya penggunaan format kertas baik secara vertikal maupun horisontal harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan.

3) Penggunaan tanda-tanda (ikon) harus mudah ditangkap karena tanda-tanda tersebut bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda/ikon dapat berupa gambar, tulisan yang cetak tebal, cetak miring dan lain-lain.

b. Organisasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan organisasi modul adalah sebagai berikut.

1) Tampilan peta/bagan pada modul dapat menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam modul.

(53)

35

2) Susunan isi materi pembelajaran harus urut dan sistematis, sehingga memudahkan peserta didik memahami materi pembelajaran.

3) Susunan seluruh isi modul, gambar dan ilustrasi harus disusun sedemikian rupa sehingga informasi mudah diterima dan dimengerti oleh peserta didik.

4) Susunan antarbab, antarunit, antarparagraf harus disusun berdasarkan alur yang runtut sehingga memudahkan peserta didik dalam memahaminya.

5) Susunan antar judul, sub judul, dan uraian harus disusun berdasarkan alur yang runtut sehingga mudah diikuti oleh peserta didik.

c. Daya tarik

Daya tarik modul dapat ditempatkan dibeberapa bagian seperti:

1) Bagian sampul (cover) depan, dikombinasikan dengan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.

2) Bagian isi modul disusun dengan menempatkan rangsangan- rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna, agar peserta didik semakin termotivasi untuk belajar dengan menggunakan modul.

(54)

36

3) Tugas dan latihan disusun sedemikian rupa sehingga menarik bagi peserta didik.

d. Bentuk dan Ukuran Huruf

Persyaratan bentuk dan ukuran huruf pada modul adalah:

1) Bentuk dan ukuran huruf yang digunakan harus mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum peserta didik.

2) Perbandingan huruf yang digunakan harus proporsional antar judul, sub judul, dan isi naskah.

3) Penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks sebaiknya harus dihindari karena dapat membuat peserta didik kesulitan dalam membaca isi modul.

e. Ruang (Spasi Kosong)

Penggunaan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar bertujuan untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan yang dianggap penting oleh peserta didik serta memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik. Kemudian spasi kosong harus ditempatkan secara proporsional.

Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa tempat seperti:

1) Ruangan sekitar judul bab dan subbab.

2) Batas tepi (marjin).

3) Spasi antar kolom.

(55)

37

4) Pergantian antar paragraf dan setiap awal kalimat diawali dengan huruf kapital.

5) Pergantian antar bab.

6) Penggunaan bentuk dan huruf harus konsisten dari halaman satu ke halaman selanjutnya. Selain itu usahakan tidak menggabungkan beberapa tulisan dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi, karena dapat membingungkan peserta didik.

7) Penggunaan jarak spasi harus konsisten. Misalnya jarak antar judul dengan baris pertama, atau jarak antara judul dengan teks utama.

Jika jarak baris atau spasi tidak, maka tampilan modul akan dianggap buruk dan tidak rapih.

8) Penggunaan tata letak pengetikan harus konsisten, baik pola pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.

f. Konsistensi

Semua elemen yang terdapat pada modul baik yang terkait dengan format penulisan, organisasi, bentuk huruf maupun ruang kosong harus konsisten.

4. Prinsip Penulisan Modul

Menurut Rahdiyanta (2015) dalam penyusunan modul pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan antara lain, modul yang dikembangkan harus berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan kondisi.

(56)

38

Analisis tersebut mencakup materi ajar apa yang akan diajarkan, jumlah modul yang diperlukan, subyek yang akan menggunakan modul, serta hal- hal lain yang dinilai penting. Sejalan dengan hal tersebut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) juga mengungkapkan bahwa, dalam penulisan modul perlu didasarkan pada prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut:

a. Dalam penyusunan modul, materi ajar perlu diurutkan sedemikan rupa sehingga peserta didik mudah dalam mempelajarinya. Urutan materi ajar tersebut yaitu dari materi mudah ke materi sulit, dari materi yang diketahui secara umum ke materi yang belum diketahui atau belum pernah didapatkan sebelumnya, kemudian dari materi yang memuat pengetahuan ke materi yang memuat penerapan.

b. Dalam penyusunan modul, tes/evaluasi perlu dipadukan ke dalam pembelajaran modul supaya peserta didik dapat menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan pembelajaran, serta peserta didik dapat memeriksa ketercapaian tujuan pembelajaran mendapatkan umpan balik yang sesuai.

c. Dalam penyusunan modul, hasil belajar yang berpedoman pada tujuan pembelajaran pada setiap kegiatan diberikan kepada peserta didik sehingga mereka dapat menimbang secara mandiri apakah mereka

(57)

39

telah mencapai tujuan pembelajaran tersebut atau belum pada saat melakukan pembelajaran menggunakan modul.

d. Dalam penyusunan modul, umpan balik perlu disediakan untuk peserta didik sehingga mereka dapat mengontrol proses belajar dan mendapatkan perbaikan jika diperlukan. Sebagai contoh yaitu memberikan kriteria atas hasil tes yang dapat dilakukan secara mandiri.

Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebelum menyusun modul ada beberapa prinsip penyusunan modul yang penting untuk diperhatikan antara lain: (1) modul yang disusun harus berdasarkan analisis kebutuhan, (2) materi ajar dalam modul perlu diurutkan sedemikan rupa, (3) tes/evaluasi perlu dipadukan ke dalam modul pembelajaran, (4) hasil belajar yang berpedoman pada tujuan pembelajaran perlu diberikan kepada peserta didik, (5) umpan balik perlu disediakan untuk peserta didik.

D. Kualitas Hasil Pengembangan

Menurut Nieveen (dalam Purboningsih, 2015), dalam menciptakan sebuah produk pengembangan perlu diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain aspek kevalidan, aspek kepraktisan, dan aspek keefektifan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing aspek dalam pengembangan perangkat pembelajaran.

(58)

40 1. Kevalidan

Rahdiyanta (2016) mengatakan bahwa proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran merupakan proses validasi. Modul dikatakan valid jika isi modul efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Anwar (dalam Sirate, 2017) menyatakan bahwa modul merupakan bahan ajar yang disusun secara terstruktur serta menarik yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik modul pembelajaran yang meliputi self instructional, self contained, stand alone, adaptif, dan user friendly. Selain itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (dalam Rahmawati, 2014) menyatakan bahwa untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu menjalankan peran dan fungsinya untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, maka modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen mutu yaitu, format, organisasi, daya tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang (spasi kosong), dan konsistensi.

Sejalan dengan hal tersebut, Aziz (2019) mengatakan bahwa modul yang valid dapat digunakan untuk sarana pembelajaran jika telah memenuhi beberapa aspek antara lain aspek karakteristik dan aspek tampilan modul. Selain itu menurut Depdiknas (dalam Aziz, 2019)

(59)

41

penilaian kevalidan segi materi dapat ditinjau dari aspek karakteristik modul meliputi self instructional, self contained, stand alone, adaptif, dan user friendly, sedangkan penilaian kevalidan segi media dapat ditinjau dari aspek elemen mutu meliputi format, organisasi, daya tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang (spasi kosong), dan konsistensi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul dikatakan valid jika isi modul efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar dengan memperhatikan karakteristik dan elemen mutu modul pembelajaran.

2. Kepraktisan

Menurut Nieveen (dalam Firstananda & Sugiyono, 2015) kepraktisan merupakan aspek kualitas perangkat pembelajaran yang dapat dilihat dari tanggapan guru dan peserta didik terhadap tingkat kemudahan penggunaan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Nieveen juga mengatakan bahwa perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika peserta didik dan guru memberikan respon baik terhadap kebermanfaatan dan kemudahan perangkat pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Agustyaningrum dan Gusmania (2017) mengatakan bahwa aspek kepraktisan dapat diukur melalui aspek kemudahan penggunaan dan aspek penyajian. Aspek kemudahan penggunaan meliputi kemudahan memahami materi dan bahasa yang digunakan dalam modul. Sedangkan

Referensi

Dokumen terkait

Agape Putri Glory Kause. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dalam Menyelesaikan Soal-Soal

Kategori dukungan orang tua dari masing-masing indikator antara siswa laki- laki dan perempuan dapat diketahui pada nilai mean yang tertera pada tabel, dijelaskan dari segi

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa partisipan penelitian ini adalah individu dengan karakteristik kepribadian tidak pencemas, senang sendiri, cenderung konvensional dalam

13/1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah menetapkan pengaturan mengenai jalur kereta api

Melalui pembelajaran saintific dengan metode demonstrasi, diskusi dan Tanya jawab menuntun peserta didik untuk mengamati permasalahn, menuliskan penyelesaian, dan

Pengaruh Tingkat Kecemasan Matematika Setelah Diperdengarkan Musik Klasik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik Kelas XB SMK Negeri 2 Kasihan Bantul (SMM

Pada soal nomor dua telah diketahui dua sudut dan satu sisi. Dalam menyelesaikan soal nomor dua ini, terdapat dua tahapan, yaitu menentukan sudut yang belum diketahui yang

Pencapaian ini dapat dicapai siswa ketika : (1) siswa mampu menentukan bahwa masalah tersebut dapat diselsaikan dengan merubah informasi yang sudah