12
Universitas Kristen Petra
2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1 Studi Literatur 2.1.1 Sejarah Kemasan
Sejarah desain kemasan dimulai dari kebutuhan manusia untuk memiliki barang, dan sejak 8000 SM material – material alami seperti anyaman rumput dan kain, kulit pohon, daun, kerang, kerajinan tanah liat, dan peralatan kaca yang kasar digunakan sebagai peti kemas untuk menyimpan barang. Bangsa Cina membuat beraneka keramik untuk mewadahi benda padat maupun cair. Bangsa Indonesia kuno sendiri membuat wadah dari bambu untuk mewadahi benda cair.
Pada tahun 750 sesudah masehi terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan tempayan yang terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil membuat container keramik dan container dekoratif lainnya untuk menyimpan kemenyan, wewangian, dan salep (Klimchuk dan Krasovec 4).
Masa perang salib (1096 – 1291) mempercepat rute perdagangan antara Timur dan Barat. Orang – orang yang berperang dalam perang salib membawa kembali wewangian, rempah, dan barang eksotik lainnya. Hal tersebut menyuburkan pertumbuhan perdagangan dan kebutuhan akan ragam kemasan untuk melindungi barang. Material – material komersial secara perlahan menggantikan kemasan alami (Klimchuk dan Krasovec 5).
Pada zaman batu kemasan sudah mulai dikenal, namun kemasan pada zaman ini kemasan hanya digunakan untuk melindungi barang terhadap cuaca atau proses alam lainnya yang dianggap dapat merusak barang. Peranan kemasan yang sebenarnya baru dirasakan pada tahun 1950-an, saat banyak bermunculan supermarket atau pasar swalayan. Disini kemasan diperlukan untuk menjual produk – produk diatas rak – rak toko. Namun pada saat itupun kemasan hanya berfungsi memberikan informasi kepada konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut.
Baru pada tahun 1980-an, dimana persaingan di dalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen. Bentuk dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Disini kemasan kemasan harus mampu
13
Universitas Kristen Petra menarik perhatian, menggambarkan keistimewaan produk, dan “membujuk” konsumen. Pada saat inilah kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat jual beli terjadi (Cenadi 1).
2.1.2 Sejarah Kemasan Minuman
Kemasan gelas merupakan bahan kemas tertua dan telah populer sejak 3000 SM. Kemasan gelas sudah digunakan oleh bangsa Mesir Kuno. Bangsa Mesir Kuno membuat gelas dari pasir kuarsa, kulit kerang dan arang kayu. Tetapi gelas yang dihasilkan ternyata sangat kental sehingga sangat sulit untuk dibentuk. Bangsa Venesia mengembangkan pembuatan gelas menggunakan arang rumput laut sebagai sumber natrium oksida, sehingga gelas yang dihasilkan lebih encer dan mudah dibentuk.
Perkembangan teknologi dalam proses peleburan gelas menggunakan suhu yang lebih tinggi, karena adanya penemuan bahan tahan api untuk bejana peleburan gelas. Dengan adanya penemuan ini maka pembuatan berkembang dengan pesat serta menggunakan bahan-bahan lain seperti pasir kuarsa, batu kapur dan bahan kimia lainnya.
Kota-kota pusat gelas di dunia adalah Alexandria, Tyre dan Sidon. Seni membuat gelas berkembang pada pemerintahan Julius Caesar di Romawi , dimana pada zaman itu barang-barang gelas biasa digunakan di rumah tangga. Pada abad ke XVI perdagangan glass blower yaitu alat untuk membuat perkakas gelas secara tradisional sangat maju. Gelas yang dihasilkan dari alat ini disebut flint glass yaitu gelas dari silika murni hasil karya pengrajin Venezia.
Wadah gelas dalam bentuk botol dikenalkan oleh seorang dokter untuk system distribusi susu segar yang bersih dan aman pada tahun 1884. Mekanisasi pembuatan botol gelas besar-besaran pertama kali tahun 1892. Wadah-wadah gelas terus berkembang hingga saat ini, mulai dari bejana-bejana sederhana hingga berbagai bentuk yang sangat menarik (“Kemasan” 1 – 2).
2.1.3 Defenisi Kemasan
Desain kemasan menjadi salah satu sarana untuk mengkomunikasikan isi produk secara visual. Sebenarnya mengemas dan kemasan memiliki arti yang
14
Universitas Kristen Petra berbeda. Mengemas adalah tindakan membungkus atau menutup suatu barang atau sekelompok barang. Sedangkan kemasan mengacu pada objek fiksi itu sendiri (Klimchuk dan Krasovec 34).
Kemasan memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemasan adalah bungkus pelindung barang dagangan. Menurut Klimchuk and Krasovec (33) desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen – elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan.
2.1.4 Perkembangan Kemasan
Di Indonesia, perkembangan industri kemasan berjalan seiring dengan perkembangan produk. Sekalipun dunia periklanan berkembang pesat di Indonesia, perkembangannya masih belum diikuti dengan perkembangan desain kemasan.
Tak satupun kemasan dapat bertahan selamannya, karena suatu saat kemasan harus diperbaharui seiring dengan perkembangan zaman. Sebuah kemasan yang terlihat menarik dan segar, lambat laun akan menjadi tidak menarik lagi. Gejala tersebut disebabkan karenan perubahan kondisi sosial dan gaya hidup konsumen, perkembangan teknologi pengemasan, dan munculnya pesaing dengan kemasan yang lebih baik dan berbagai kemungkinan sesuai dengan kondisi pada masa yang sedang berjalan.
Inovasi kemasan memang perlu dilakukan, asalkan tetap mempertahankan beberapa unsur lama. Jangan melakukan perombakan secara drastis yang dapat memnyebabkan menjauhnya loyalitas merek dan memberi kesan kepada konsumen adanya perubahan produk secara keseluruhan.
2.1.5 Fungsi Kemasan
Hermawan Kartajaya (263), seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, dulu orang mengatakan bahwa “Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual).” Sekarang, “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi).”
15
Universitas Kristen Petra Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah, tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Perkembangan kemasan tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media komunikasi yang dapat mengkomunikasikan citra tertentu.
Irwan Wirya (6) dalam bukunya kemasan yang menjual, menginformasikan beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar kemasan dapat digunakan semaksimal mungkin.
• Faktor pengamanan
Melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya : cuaca, sinar, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain – lain.
• Faktor ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan. • Faktor pendistribusian
Mudah didistribusikan dari pabrik hingga ke tangan konsumen. • Faktor komunikasi
Sebagai media komunikasi yang menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek dan juga sebagai bagian dari promosi.
• Faktor ergonomi
Berbagai pertimbangan agar kemasan mudah dibawa/dipegang, dibuka, dan mudah digunakan isinya.
• Faktor estetika
Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan warna, bentuk, merek/logo, ilustrasi, huruf dan tata letak, untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
• Faktor identitas
Secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, yakni memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan membedakan dari produk – produk lain.
16
Universitas Kristen Petra
2.1.6 Jenis Kemasan
Menurut Kotler (119) kemasan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan jenis bahan sesuai dengan kebutuhan pengemasan produk, yaitu :
• Primary package
Adalah material atau kemasan yang pertama kali bersentuhan langsung dengan produk.
Gambar 2.1 Contoh Primary Packaging
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:US_Coca-Cola_Fanta_Sprite_12_FL_OZ_Cans_2009.jpg
• Secondary package
Adalah kemasan yang membungkus primary packaging atau kemasan yang ukurannya lebih besar dan mewadahi beberapa primary packaging sekaligus
Gambar 2.2 Contoh Secondary Packaging
Sumber : http://imc305.wordpress.com/2012/10/31/griffin-packaging-post-5/
17
Universitas Kristen Petra Adalah jenis kemasan yang digunakan untuk melindungi produk saat pengiriman dan pendistribusian.
Gambar 2.3 Contoh Shipping package atau Transit package Sumber : http://www.soda-mix.com/products.html
Menurut Kenneth R. Berger, kemasan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.
• Flexible Packaging
Kemasan ini bersifat tidak keras dan tidak kaku, melainkan mudah dilipat atau dibentuk sesuai keinginan. Bahan yang digunakan untuk kemasan jenis ini antara lain kertas, kertas timah, dan plastik.
Gambar 2.4 Contoh Flexible Packaging
Sumber : http://www.21food.com/products/jelly-joy-jelly-sticks-339837.html • Rigid Packaging
18
Universitas Kristen Petra Kemasan ini bersifat kokoh dan kuat. Biasanya kemasan yang termasuk dalam jenis ini adalah botol kaca, peti kayu, dan kaleng.
Gambar 2.5 Contoh Rigid Packaging
Sumber : http://www.dinomarket.com/PasarDino/25262837/Jual-Sirup-ABC-Squash-Delight/
• Semi – Flexible Packaging
Kemasan ini memiliki karateristik antara flexible packaging dan rigid packaging, contohnya kertas karton dan kardus.
Gambar 2.6 Contoh Semi – Flexible Packaging
Sumber : http://www.carrefour.co.id/id/product/Sosro_Teh_Botol_Kotak
2.1.7 Daya Tarik Kemasan
Daya tarik sebuah kemasan tidak lepas dari pengertian persepsi. Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses di mana manusia mengadakan kontak dengan lingkungannya dan bagaimana manusia berinteraksi pada bentuk dan visual suatu objek tertentu.
19
Universitas Kristen Petra Persepsi dapat pula dikatakan sebagai suatu proses penerimaan rangsangan inderawi dan penafsirannya. Rangsangan inderawi tersebut dapat melalui indera penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, ataupun pengecap. Melalui beberapa macam saluran penginderaan di atas itulah pengalihan pesan dapat berlangsung.
Sebuah penyelidikan mengatakan, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80% adalah penginderaan yang dilakukan melalui penglihatan. Dengam begitu, unsur – unsur grafis dari kemasan yaitu warna, bentuk, merk, illustrasi, tipografi, tata letak, merupakan unsur visual yang memegang peranan porsi terbesar dalam penyampaian pesan kemasan.
Secara keseluruhan penampilah kemasan harus berdaya tarik. Daya tarik sebuah kemasan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut.
• Daya Tarik Visual
Daya tarik visual lebih mengacu kepada penampilan sebuah kemasan atau label suatu produk, yang mencakup warna, bentuk, merk, ilustrasi, huruf, dan tata letak. Seluruhnya dikombinasikan untuk menciptakan sebuah kesan menyeluruh untuk memberikan mutu daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual berhubungan dengan faktor emosi dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Desain yang baik memiliki efek positif, dimana sebagian besar konsumen tidak menyadari bahwa telah terpengaruhi oleh desain tersebut.
• Daya Tarik Praktis
Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi yang terdapat pada suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya berbagai kemudahan yang membuat produk mudah dipajang, dibawa, dan dibuka. Berapa daya tarik praktis lainnya misalnya :
1. Kemasan yang menjamin dapat melindungi produk.
2. Kemasan yang mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan.
3. Kemasan dengan porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman, atau dengan alternatif volume untuk pembelian eceran.
4. Kemasan yang dapat digunakan kembali.
20
Universitas Kristen Petra 6. Kemasan harus memudahkan pemakai untuk menghabiskan atau
mengambil isinya dan mengisinya kembali untuk jenis produk yang dapat diisi ulang.
7. Dan lain – lain berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan sifat produk itu sendiri (Wirya 9-15).
2.1.8 Aspek Visual Dalam Desain Kemasan
Untuk mendapatkan daya tarik visual yang optimal dan mendukung pemasaran terdapat beberapa aspek visual di dalam desain kemasan. Berikut adalah beberapa aspek tersebut.
2.1.8.1 Warna
Konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk. Warna juga merupakan hal yang pertama kali terlihat jika produk berada di tempat penjualan. Warna dibagi dalam kategori terang, sedang, dan gelap. Warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari jarak jauh dan direkomendasikan sebagian besar kemasan, karena memiliki daya tarik dan dampak yang lebih besar. Tapi selain unsure keterlihatan, perlu dipertimbangkan pula faktor kekontrasan terhadapa warna – warna pendukung lainnya (Wirya 26).
Perbedaan warna membuat adanya variasi dalam dampak yang ditimbulkan terhadap konsumen. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Merah
Pada kemasan umumnya digunakan sebagai penarik perhatian. Warna ini melambangkan intensitas rasa (panggang, pedas, warna) dan kekayaan rasa buah strawberi, apel, atau ceri.
2. Jingga
Warna ini dapat mengkomunikasikan merk yang kuat dan energik dalam satu kategori. Melambangkan rasa segar, pedas, atau buah – buahan.
3. Kuning
Pada produk makanan, warna ini digunakan untuk melambangkan rasa jeruk atau mentega, sinar matahari, kesehatan, dan segar dari perternakan. Warna
21
Universitas Kristen Petra ini umumnya menstimulasi mata atau menarik perhatian, namun dengan batas yang wajar.
4. Hijau
Warna hijau dilambangkan dengan kesegaran dan organik. Warna ini menyejukkan mata dan memiliki efek menenangkan. Pemakaiannya di kemasan memberikan penjelasan dan menandakan alami atau organic sehingga baik atau bermanfaat untuk kesehatan.
5. Biru
Warna ini dapat digunakan untuk menyeimbangkan atau menjadi pelengkap warna merah. Mengkomunikasikan keyakinan, kekuatan, kepercayaan, ketenangan, dan keamanan.
6. Ungu
Pada desain kemasan warna ini berorientasi pada anak muda. Warna ini melambangkan perasaan segar, eksotik, menyenangkan, dan berani.
7. Hitam
Sering ditemui pada desain kemasan produk, karena melambangkan serius dan dapat diandalkan. Pemakaian warna ini menciptakan persepsi mengenai kedalaman dan mengkomunikasikan kekuatan dan kejelasan.
8. Putih
Warna ini sering ditemukan dominan pada kemasan medis dan farmasi, sebab mengimplikasikan keefektifan dan berkaitan dengan kemurnian. Dalam kemasan yang mewah, putih merupakan warna yang kaya dan klasik.
Dengan pertumbuhan merk – merk konsumsi yang cepat selama beberapa tahun terakhir, kategori warna semakin banyak. Akibat dari ledakan merk maka perlu banyak warna untuk membedakan ragam produk dan membedakan produk dari pesaingnya. Kemudian untuk produk yang mempunyai jangkauan pemasaran luas, diwajibkan untuk menyamakan warna merk secara global agar warna tersebut dapat diterjemahkan secara konsisten di setiap konsumen yang berbeda
Warna merupakan bagian penting dari suatu kepribadian atau citra merk. Pemakaian satu warna yang konsisten dalam satu kemasan akan menjadikan sebagai alat identifikasi merk.
22
Universitas Kristen Petra
2.1.8.2 Bentuk
Bentuk kemasan merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Bentuk kemasan pada umumnya ditentukan oleh sifat produknya, pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, pertimbangan pemajangan, dan cara penggunaan kemasan tersebut. Kriteria bentuk kemasan adalah sebagai berikut. (Wirya 29 – 30)
• Bentuk yang sederhana lebih disukai daripada bentuk yang rumit, karena konsumen cenderung melihat dari segi kepraktisannya.
• Suatu bentuk yang teratur akan memiliki daya tarik lebih, bentuk yang tidak teratur ada kalanya manjur pada kondisi tertentu, tapi pada umumnya orang lebih menyukai bentuk yang sederhana.
• Suatu bentuk harus seimbang, bentuk yang tidak seimbang tidak akan menyenangkan.
• Bentuk bujur sangkar lebih disukai daripada persegi panjang, karena merupakan proporsi bentuk yang paling seimbang. Tapi tergantung juga pada kondisi produknya.
• Bentuk yang cembung lebih disukai daripada bentuk yang cekung, karena produknya akan terlihat lebih padat dan lebih banyak isinya.
• Bentuk bulat lebih disukai oleh wanita, dan mereka lebih menyukai bentuk lingkaran daripada segitiga. Sebaliknya bentuk bersiku lebih disukai oleh pria dan dianggap lebih jantan. Tapi tergantung juga pada sifat produknya.
• Bentuk seharusnya muah terlihat dan tidak berdistorsi bila dipandang dari jauh. Terjadi ilusi optik pada desain tertentu mengakibatkan bentuk kelihatan tidak sesuai dengan bentuk sebenarnya.
2.1.8.3 Merk/Logo
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, logo diartikan sebagai huruf atau lambang yang mengandung makna, terdiri atas satu kata atau lebih sebagai lambang atau nama perusahaan . Dengan adanya lambang – lambang dalam merk
atau logo, maka masyarakat akan cepat mengenali produk kita. Membuat sebuah logo hendaknya yang sederhana, yang menggambarkan ciri khas, mudah untuk
23
Universitas Kristen Petra dijelaskan, menggugah, mengandung keaslian, dan tidak mirip dengan logo – logo produk lain (Natadjaja 22). Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan oleh merk atau logo :
• Membedakan dengan kompetitor. • Menfokuskan secara internal. • Memberikan identitas yang jelas.
• Memungkinkan untuk membentuk hubungan secara dekat dengan pelanggan. • Menciptakan peluang dari merchandise.
• Menciptakan kredibilitas
• Membawakan tatanan ke dalam kekacauan • Mengkomunikasikan pesan
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan merk atau logo (Adams 9), yaitu :
• Mark
Menggunakan tanda atau simbol yang dikenali untuk menunjukkan sebuah kepemilikan atau asal produk.
• Trademark
Sebuah nama atau simbol yang digunakan untuk menunjukkan bahwa produk tersebut
• Signature
Tanda khusus atau kombinasi dari bentuk – bentuk visual. • Word mark
Tanda kata menggunakan nama perusahaan dengan tipografi eksklusif dan letterforms
• Symbol
Simbol adalah bagian dari ikon logo. Jika logogram tersebut dari logotype, dan makna dari ide yang ada itu menjadi hilang maka logogram sulit untuk dikenali masyarakat.
• Monogram
Desain dari satu atau lebih huruf, biasanya inisial nama yang digunakan sebagai identitas perusahaan, publikasi, orang, objek, atau ide.
24
Universitas Kristen Petra • Identity
Kombinasi dari system, logo visual (jenis huruf, warna, citra) dan membentuk pesan unik dan kohesif untuk sebuah perusahaan, orang, objek, atau ide. • Brand
Brand adalah persepsi yang dibentuk oleh masyarakat mengenai sebuah perusahaan, individu, atau ide.
2.1.8.4 Label
Label adalah bagian dari sebuah barang atau produk yang berupa keterangan tentang barang tersebut atau penjualnya. Label merupakan bagian dari pembungkus atau kemasannya, dan merupakan suatu etiket yang tertempel secara langsung pada sebuah barang atau produk (Swastha 141).
Sekalipun perusahaan ingin memasang suatu label yang sederhana, tetapi undang – undang atau peraturan pemerintahan mengharuskan adanya informasi – informasi pokok yang harus dicantumkan. Label bisa mengandung beberapa fungsi, dan setiap perusahaan atau penjual harus memutuskan fungsi mana yang akan digunakan. Fungsi – fungsi tersebut adalah sebagai berikut (Kotler 120).
1. Label mengidentifikasi produk atau merk.
2. Label menggolongkan produk berdasarkan tingkat kualitas suatu barang. 3. Label mendeskripsikan beberapa hal mengenai produk, seperti siapa yang
membuat, di mana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana harus digunakan, bagaimana cara menggunakan produk dengan aman.
4. Label mempromosikan produk melalui aneka gambar yang menarik.
2.1.8.5 Ilustrasi
Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering digunakan dalam sebuah kemasan. Illustrasi dalam hal ini termasuk fotografi, dapat mengungkapkan suatu yang lebih cepat dan lebih efektif daripada teks. Pembubuhan ilustrasi dalam suatu produk media harus didasarkan pada fungsinya yang khas. Suatu kemasan dipandang akan lebih berdaya tarik bila dibubuhi ilustrasi, kecuali untuk kondisi tertentu mungkin tidak diperlukan ilustrasi. Berikut fungsi ilustrasi pada kemasan :
25
Universitas Kristen Petra • Menarik perhatian
• Menonjolkan salah satu keistimewaan produk
• Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian konsumen • Mendramatisasi pesan
• Merangsang minat membaca keseluruhan pesan • Menjelaskan suatu pernyataan
• Menciptakan suasana khas
• Menonjolkan merk atau menunjang slogan yang ditampilkan.
2.1.8.6 Tipografi
Teks pada kemasan merupakan pesan kata – kata, digunakan untuk menjelaskan produk yang ditawarkan dan sekaligus mengarahkan sedemikian rupa agar konsumen bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Tipe huruf harus disesuaikan dengan tema dan tujuan dari produk itu sendiri. Maka di sini diperlukan kejelian dalam memilih huruf atau font yang sesuai atau menjiwai dari produk tersebut (Wirya 32).
Dalam tipografi terdapat beberapa prinsip yang mempengaruhi dalam keberhasilan sebuah desain (Wijaya 51), yaitu :
• Legibility
Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik.
• Readbility
Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf.
• Visibility
Kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dapat terbaca dalam jarak baca tertentu.
• Clarity
Kemampuan huruf – huruf yang digunakan, dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju. Beberapa unsur desain yang dapat
26
Universitas Kristen Petra mempengaruhi clarity adalah, visual hierarchy, pemilihan type, dan lain – lain.
2.1.8.7 Tata letak
Terdapat enam pertimbangan dalam menata letak, sebab untuk menata berarti seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk, merk, illustrasi, tipografi, diramu menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan ditempatkan pada halaman kemasn secara utuh dan terpadu. Berikut enam pertimbangan dalam pengembangan tata letak.
• Keseimbangan (balance)
Penataan unsur – unsur untuk mencapai suatu kesan visual dengan penyebaran yang menyenangkan.
• Titik pandang (focus)
Menonjolkan salah satu unsur untuk menarik perhatian. • Lawanan (contrast)
Penggunaan warna yang sangat berbeda agar dapat menarik perhatian dan keterbacaan.
• Perbandingan (proportion)
Penggunaan ukuran yang serasi antara panjang – lebar, besar – kecil, tebal – tipis, untuk mencapai keterpaduan yang enak dilihat.
• Alunan pirza (gaze – motion)
Penataan elemen – elemen visual dalam pengurutan yang logis agar dapat memberikan alur keterbacaan sesuai dengan kebiasaan orang.
• Kesatuan (unity)
Semua pertimbangan diatas digabungkan agar terjadi pengembangan kesatuan, pikiran, dan tata letak.
27
Universitas Kristen Petra
2.1.8.8 Struktur dan Material
Pengetahuan mengenai struktur dan material harus diperhatikan dalam desain kemasan. Klimchuk dan Krasovec membagi struktur dan material tersebut menjadi beberapa kategori (140 – 156).
• Kardus
Kardus merupakan kemasan yang murah, fungsional, dan dapat didaur ulang. Sifat fungsional kardus memungkinkan kreativitas struktual dan bahkan karton lipat sederhana bisa menjadi solusi yang baik karena permukaannya yang luas dan datar dapat berfungsi sebagai tempat membangun billboarding bagi identitas merk. Kardus yang paling sering digunakan adalah :
1. SBS (solid bleached sulfate) dibuat dengan kandungan utama berupa serat murni yang diputihkan. Kardus ini adalah yang paling mahal, biasanya dilapisi dengan tanah liat agar permukaan cetak premium putih solid dan terutama digunakan untuk mengemas makanan, produk susu, kosmetik, obat – obatan, dan produk farmasi.
Gambar 2.7 Contoh SBS (solid bleached sulfate) Sumber : http://www.mr-d-n-t.co.uk/box-materials.htm
2. SUS (solid unbleached sulfate) dibuat dengan kandungan utama berupa serat murni yang tidak diputihkan. Kardus kraft alami ini tersedia dalam bentuk permukaan yang dilapisi dan tanpa dilapisis. Kekuatan material SUS menjadi pilihan bagi kemasan minuman, produk hardware, dan perlengkapan kantor.
28
Universitas Kristen Petra Gambar 2.8 Contoh SUS (solid unbleached sulfate)
Sumber : http://www.mr-d-n-t.co.uk/box-materials.htm
3. Daur ulang (recycled) adalah material multilapis dan 100% terbuat dari kardus daur ulang dan tersedia dalam lembaran yang sudah dilapisi dan tanpa dilapisi. Kardus tanpa dilapisi digunakan untuk tabung komposif (silinder dengan gulungan spiral) dan drum serat. Kardus berlapis digunakan untuk kemasan makanan kering termasuk biskuit, dan kue serta barang peralatan rumah tangga lainnya, misalnya produk – produk kertas dan deterjen bubuk.
Gambar 2.9 Contoh Daur ulang (recycled)
Sumber : http://www.newarkgroup.com/products/newark-recycled-paperboard.aspx
4. Plain chipboard (shiftboard) terbuat dari kertas limbah dan biasanya berwarna abu – abu ato sawo matang. Kertas ini digunakan untuk kotak jadi (biasanya struktur kaku yang ditutup kertas dekoratif atau material lain yang biasa digunakan untuk hadiah seperti parfum dan barang pecah belah). Material ini juga digunakan untuk karton lipat lainnya, karton latar belakang kemasan blister, kemasan kelas bawah (murah),
29
Universitas Kristen Petra dan untuk struktur bagian dalam kemasan yang tidak terlihat di rak. Biasanya plain chipboard tidak cocok untuk dicetak langsung.
• Kardus Gelombang (Corrugate Paper)
Corrugate Paper atau container board terdiri dari kardus gelombang sebagai “medium” yang dilapis dan disisipkan pada lapisan kardus yang rata. Kardus gelombang di satu sisi dan kardus rata di sisi lainnya disebut single face, dan kardus gelombang di tengah – tengah, dilapisi kardus rata di kedua sisinya disebut double face atau single wall.
Gambar 2.10 Contoh Kardus Gelombang
Sumber : http://www.wisegeek.com/what-is-a-cardboard-box.htm
• Karton Lipat
Karton lipat biasanya didesain dengan kostruksi selembar kardus atau kardus gelombang yang di press, kemudian ditindas atau diberi alur untuk dilipat, dan disteples atau dilem untuk menghasilkan sebuah bentuk struktur. Pola karton meliputi kontur bagian luar bentuk stuktur dan semua tindasan, potongan, garis alur yang mendefenisikan setiap panel, dan alur torehan lem untuk menyatukan karton. Pola bisa termasuk detail lain tindasan di bagian dalam dan bentuk sturktur atau potongan parsial yang menambah fungsi karton.
• Kotak Jadi
Kotak jadi adalah struktur kaku yang telah dicetak dengan bagian atas dan bagian bawah. Kotak jadi umumnya dibuat dari kardus yang berat atau papan yang terbuat dari serpihan kayu dan dilaminasi dengan kertas dekoratif,
30
Universitas Kristen Petra material dekoratif, atau material lainnya yang menutupi keseluruhan bagian luar dan tepi kotak. Kotak jadi sering digunakan untuk kosmetika, permen, perhiasan, dan produk kelas atas lainnya.
• Canisters
Canisters adalah gulungan spiral kardus sehingga membentuk silinder dan diproduksi dalam variasi tebal dan panjang. Silinder di dalam gulungan kertas tisu merupakan contoh canister yang ringan. Canister kelas bawah biasanya merupakan kardus polos, sementara canister kelas atas seringkali digunakan sebagai struktur premium dari kosmetika, aksesori busana, pakaian dalam, serta untuk makanan dan minuman. Canister juga dapat diproduksi dalam banyak lapisan dengan plastik pelindung, film logam, atau lapisan penahan berupa kertas foil, yang umumnya digunakan untuk kemasan makanan ringan, oatmeal, dan konsentrat jus.
Gambar 2.11 Contoh Kemasan Kardus
Sumber : http://www.theengineroom.cc/index.php/work/ client/packaging/15/
• Plastik
Terdapat banyak variasi plastik yang menawarkan kualitas dan properti berbeda – beda yang melayani serangkaian kebutuhan penyimpanan. Variasi plastik tersebut bisa kaku atau fleksibel, bening, putih atau berwarna, transparan ataupun opaq, dan dapat dicetak ke dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda – beda. Plastik dilunakkan oleh panas dan dibentuk dengan cetak ekstrusi atau di press. Jenis plastik yang paling umum digunakan sebagai kemasan adalah sebagai berikut.
1. Polyethylene terephtalate (PETE) adalah plastik bening seperti kaca dan digunakan untuk produk air dan minuman berkarbonasi; makanan seperti
31
Universitas Kristen Petra mustard, selai kacang, minyak edible, dan sirup; kantung untuk makanan dan produk kesehatan.
Gambar 2.12 Contoh Kemasan Polyethylene terephtalate (PETE) Sumber : http://greenveg.com/know-your-plastic-recycling-number/
2. High density polyethylene (HDPE) adalah kaku dan opaq, digunakan untuk susu, deterjen, cairan pembersih rumah tangga, produk perawatan pribadi , dan botol kosmetika.
Gambar 2.13 Contoh Kemasan High density polyethylene (HDPE) Sumber : http://greenveg.com/know-your-plastic-recycling-number/
3. Polyvinyl Chloride (PVC) yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Bahan ini mengandung klorin dan akan mengeluarkan
32
Universitas Kristen Petra racun jika dibakar. PVC tidak boleh digunakan dalam menyiapkan makanan atau kemasan makanan.
Gambar 2.14 Contoh Kemasan Polyvinyl Chloride (PVC) Sumber : http://greenveg.com/know-your-plastic-recycling-number/
4. Low density polyethylene (LDPE) digunakan untuk container dan tas untuk pakaian dan makanan, dalam bentuk film pembungkus yang disusutkan maupun direngangkan.
Gambar 2.15 Contoh Kemasan Low density polyethylene (LDPE) Sumber : http://greenveg.com/know-your-plastic-recycling-number/
5. Polypropylene (PP) adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama untuk tempat makanan dan minuman
33
Universitas Kristen Petra seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
Gambar 2.16 Contoh Kemasan Polystyrene (PS)
Sumber : http://greenveg.com/know-your-plastic-recycling-number/
6. Polystyrene (PS) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
Gambar 2.17 Contoh Kemasan Polystyrene (PS)
34
Universitas Kristen Petra
7. Polycarbonate (PC) dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak
batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula.
Gambar 2.18 Contoh Kemasan Polycarbonate (PC)
Sumber : http://greenveg.com/know-your-plastic-recycling-number/
• Kemasan Blister
Kemasan Blister adalah jenis lain struktur kemasan plastik kaku. Struktur ini dibentuk dalam suhu dan tekanan tinggi dan ditempatkan di depan produk, sehingga memungkinkan produk tersebut terlihat melalui plastik yang transparan. Blitser umumnya direkatkan dengan kardus pada bagian belakangnya. Contoh produk yang dijual dalam kemasan blitser adalah mainan, kosmetik, baterai, elektronik, dan hardware.
Gambar 2.19 Contoh Kemasan Blitser
Sumber : http://www.whydontyoutrythis.com/2013/09/what-happens-to-our-body-after-drinking-coca-cola.html
35
Universitas Kristen Petra • Kaca
Kontainer kaca dikenalkan dalam bentuk, ukuran, dan warna yang sangat bervariasi dan merupakan struktur yang umum dalam hamper semua kategori produk konsumsi. Kaca dapat dicetak menjadi bentuk yang beraneka ragam, dengan bagian bukaan dan ornamen emboss yang bervariasi, dan pelengkap lainnya dapat meningkatkan desain kemasan secara keseluruhan. Desain botol yang inovatif dengan menggunakan pelabelan dan teknik cetak yang berbeda – beda adalah sarana untuk mencapai desain kemasan yang sesuai. Secara alamiah, sifat kaca yang inert (tidak bereaksi dengan isi yang dikandungnya), membuatnya lebih sesuai dibandingkan dengan material lainnya yang cenderung untuk berinteraksi dan mempengaruhi makanan, obat – obatan dan beberapa produk lain. Berat dari kaca dan sifatnya yang mudah pecah bisa mempengaruhi biaya produksi dan pengiriman yang berarti kefektifan biaya dan kecocokan material kaca. Dengan kualitas visual dan permukaannya, kaca mengkomunikasikan material dengan kualitas yang dapat dipercaya dan berkarakter (Klimchuk & Krasovec 152).
Gambar 2.20 Contoh Kemasan Kaca
Sumber : http://www.designcrushblog.com/2011/03/17/glass-jar-goods/
• Logam
Kemasan logam dibuat dari timah, alumunium, dan baja. Ketersediaan bahan baku produksi telah membuat material kemasan ini sebagai struktur berbiaya rendah untuk dapat diproduksi. Makanan hasil olahan, aerosol, cat, bahan
36
Universitas Kristen Petra kimia, dan produk – produk otomotif merupakan beberapa contoh produk yang menggunakan botol baja. Alumunium seringkali digunakan dalam kategori produk minuman berkarbonasi serta kategori produk kesehatan dan kecantikan. Kontainer yang terbuat dari aluminium foil digunakan untuk produk bakery, produk daging, dan makanan siap saji. Kaleng logam telah dipakai sebagai kemasan sejak awal 1800, dikembangkan untuk menyuplai makanan kepada militer Inggris dan kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat, mengawali diproduksinya kaleng besi lapis timah pertama. Saat ini kaleng logam sangat ringan dan seringkali dilapisi dengan material yang mencegah interaksi dengan produk. Kaleng merupakan benda yang kuat, hemat ruang, dan dapat didaur ulang (Klimchuk & Krasovec 154).
Gambar 2.21 Contoh Kemasan Logam
Sumber : http://stardust-express.blogspot.com/2013/01/bear-brand-gold.html
• Tube
Tube biasanya terbuat dari aluminium dan sering digunakan untuk produk obat – obatan, kesehatan, dan kecamtikan seperti pasta gigi, krim, gel, balsem, dan barang semipadat lainnya seperti lem, sealant, dan produk perbaikan rumah yang lain, peralatan rumah tangga, serta produk – produk industri. Dengan pelapisan khusus, untuk mencegah interaksi kemasan dengan produk, tube memberikan perlindungan efektif terhadap produk, serta ringan.
37
Universitas Kristen Petra Gambar 2.22 Contoh Kemasan Tube
Sumber : http://tokoshelly.com/tokoshelly/index/ product_kategori.php?k_id=37
• Kemasan Fleksibel
Kemasan Fleksibel mencakup beragam struktur dan material atau kombinasi material – material. Umumnya kertas dan plastik yang tidak kaku. Bentuk fleksibel yang umum adalah tas, kantung, tabung, atau pembungkus dari film.Struktur kemasan fleksibel biasanya diisi dengan produk atau membungkus disekitar sebuah struktur (Klimchuk & Krasovec 156).
Gambar 2.23 Contoh Kemasan Fleksibel Sumber : http://www.pplv.co/flexible-packaging.php
38
Universitas Kristen Petra
2.1.9 Kota Makassar
2.1.9.1 Sejarah Kota Makassar
Makassar adalah nama tempat bandar niaga kerajaan kembar Gowa dan Tallo. Kerajaan kembar itulah yang kemudian menyandang nama Kerajaan Makassar. Nama Makassar sendiri sudah disebut dalam naskah kuno Jawa, Negara Kertagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca, pada 1364. (“Sejarah” 1).
Dalam tradisi pelaut dan pedagang yang berniaga ke Maluku, kawasan yang pulau-pulaunya berada di utara Pulau Sumbawa disebut dengan nama Makassar. Tradisi penyebutan pulau-pulau tersebut dari para pelaut dan pedagang, kemudian diserap oleh pelaut dan pedagang Portugis setelah merebut dan menduduki Malaka. Menurut Cortesao, dalam catatan Tome Pores diungkapkan bahwa pedagang-pedagang Melayu menginformasikan adanya jalur paling singkat dalam pelayaran ke Maluku, yaitu melalui Makassar (“Sejarah” 5).
Informasi itu mendorong pelaut dan pedagang Portugis menelusuri jalur pelayaran tersebut, sehingga dalam peta pelayaran pengembara Portugis, Pulau Kalimantan diberi nama Pulau Makassar yang Besar (Gramdos ilha de Macazar) sedangkan Pulau Sulawesi dan pulau-pulau kecil di sekitarnya disebut Pulau-pulau Makassar (Ilhas dos Macazar). Selain itu, kota-kota pelabuhan yang berada
di pesisir barat Sulawesi yang menjadi tempat singgah dalam pelayaran ke Maluku, juga diberikan predikat Makassar, antara lain Siang Makassar, Bacukiki Makassar, Suppa Makassar, Sidenreng Makassar, Napo Makassar, dan Tallo Makassar (“Sejarah” 7).
Menurut Edward L Poelinggoman, salah seorang sejarawan dari Universitas Hasanuddin Makassar, Bandar niaga Makassar terbentuk dari dua bandar niaga dari kerajaan kembar Gowa-Tallo, yaitu bandar Tallo dari Kerajaan Tallo yang terletak di pesisir muara Sungai Bira (Sungai Tallo), serta bandar Sombaopu dari Kerajaan Gowa yang terletak di pesisir muara sungai Jeneberang. Dua kerajaan tetangga itu kemudian berhasil membentuk persekutuan pada 1528, setelah melalui pemufakatan penyelesaian konflik (perang). Kesepakatan itu berpengaruh bagi rakyatnya dan semua yang mengenal dua kerajaan kembar itu, sehingga muncul ungkapan ”satu rakyat, dua raja” (se’reji ata narua karaeng). Persekutuan yang dibangun itu bersifat menyatukan dua kerajaan dalam
39
Universitas Kristen Petra kehidupan kenegaraan, tetapi tetap mengakui kedudukan kekuasaan masing-masing sebagai kerajaan (“Sejarah” 10).
2.1.9.2 Ikon Kota Makassar 2.1.9.2.1 Pantai Losari
Pantai Losari adalah ikon khas Kota Makassar yang merupakan salah satu tempat populer di Indonesia, letaknya yang menghadap ke laut lepas merupakan kawasan objek wisata paling digemari masyarakat Sulawesi Selatan. Wilayah pantainya berada dilokasi yang sangat strategis diapit selat dan anjungan buatan, gedung-gedung hotel berbintang, restoran, warung dan berbagai macam tempat untuk berbelanja. Umumnya, pantai ini kerap menjadi pilihan yang menarik terutama bagi para pendatang.
Sebelum dikenal sebagai Pantai Losari, warga Makassar menyebutnya Pasar Ikan. Di masa itu banyak pedagang pribumi yang berjualan ikan pada pagi hari, sedangkan di sore hari dimanfaatkan pedagang lainnya untuk berjualan kacang, pisang epe dan makanan ringan khas Makassar lainnya.
Dari tahun ke tahun Pantai Losari terus dikembangkan, hingga sekarang terdapat tiga buah anjungan pada tepi pantai ini. Ketiga anjungan ini mewakili suku besar di Makassar, yaitu suku Makassar, Bugis, dan Mandar. Anjungan – Anjungan ini, selain merupakan sarana edukasi, juga menambah daya tarik Pantai Losari yang terkenal dengan sunset dan sunrise yang dimilikinya.
• Anjungan Pantai Losari
Anjungan Pantai Losari atau Anjungan Metro Makassar adalah anjungan yang pertama kali dirampungkan dari dua anjungan lainnya. Anjungan Pantai Losari ini dibangun pada tahun 2006. Pada anjungan ini terdapat patung beberapa tokoh – tokoh dari Sulawesi Selatan, seperti Sultan Hasanuddin dan Andi Abdullah Bau Masseppe.
40
Universitas Kristen Petra Gambar 2.24 Anjungan Pantai Losari
Sumber : http://www.panoramio.com/photo/41268475
Gambar 2.25 Anjungan Pantai Losari Matahari Terbenam Sumber :
http://ainunarny.blogspot.com/2013/03/senja-dan-bapak-di-anjungan-losari.html
• Anjungan Bugis Makassar
Berbeda dari Anjungan Pantai Losari yang didominasi dengan patung tokoh – tokoh sejarah di Sulawesi Selatan, Anjungan Bugis Makassar menyuguhkan
41
Universitas Kristen Petra patung berbentuk permainan panaga, kapal Pinisi, becak, dan tarian Pepe – pepeka ri makka.
Gambar 2.26 Anjungan Bugis Makassar
Sumber : http://sodventure.blogspot.com/2013/02/rupa-baru-pantai-losari.html
Gambar 2.27 Replika Perahu Pinisi dan Becak di Anjungan Bugis Makassar
Sumber : http://sodventure.blogspot.com/2013/02/rupa-baru-pantai-losari.html
• Anjungan Toraja Mandar
Anjungan Toraja Mandar adalah anjungan yang terakhir dirampungkan, tepatnya pada akhir tahun 2013. Patung penenun sutra menjadi ikon dari Anjungan Toraja Mandar ini. Selain itu terdapat juga patung tedong bonga,
42
Universitas Kristen Petra yaitu kerbau khas Toraja yang berbelang putih. Tugu kembar Adipura, patung penari Mandar, dan rumah adat Toraja juga di tempatkan pada anjungan ini.
Gambar 2.28 Anjungan Toraja Mandar
Sumber : http://www.indonesianholic.com/2014/01/pantai-losari-2014-anjungan-toraja.html
2.1.9.2.2 Benteng Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Sebelum memasuki kawasan benteng, pada halaman bagian depan terdapat patung Sultan Hasanuddin yang menunggangi seekor kuda. Beliau adalah salah seorang pahlawan nasional yang paling terkenal di Sulawesi Selatan, bahkan nama Sultan Hasanuddin digunakan sebagai nama bandar udara internasional di kota Makassar.
Gambar 2.29 Pantung Sultan Hasanuddin Pada Halaman Depan Benteng Fort Rotterdam
Sumber : http://daengbattala.com/fort-rotterdam-benteng-pertahanan-termegah-di-asia/
43
Universitas Kristen Petra Pintu masuk Fort Rotterdam adalah sebuah benteng setinggi sekitar 3 meter. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah
liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya. Ketika berpindah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan batu padas yang berwarna hitam keras.
Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas menjadikan Belanda memutuskan untuk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani “perjanjian Bongaya” pada 18 November 1667.
Dikemudian hari Speelman memutuskan untukk menetap dan membangun kembali dan menata bangunan di Gowa agar disesuaikan dengan kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran Gub Jend Belanda Cornelis Speelman.
Salah satu obyek wisata yang terkenal di dalam benteng Fort Rotterdam adalah ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Perang Diponegoro yang berkobar diantara tahun 1825-1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan damai. Pangeran Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke Menado, lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. Beliau seorang diri ditempatkan didalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat kokoh. Begitu Pangeran Diponegoro wafat, Belanda memindahkannya ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya di Jawa atau di Sulawesi Selatan.
44
Universitas Kristen Petra Gambar 2.30 Ruang Tahanan Pangeran Dipenogoro
Sumber : http://satyawinnie.blogspot.com/2011/11/sail-banda-part-2-makassar.html
Selain bangunan – bangunan yang merupakan salah satu saksi perjuangan bangsa Indonesia, di dalam benteng ini juga terdapat sebuah museum, yakni museum La Galigo. Di dalam museum La Galigo terdapat koleksi benda-benda bersejarah dari mulai zaman prasejarah yang menampilkan fosil bebatuan dan senjata-senjata kuno masyarakat Sulawasi Selatan, hingga perkembangan budaya di masa modern. Benda-benda bersejarah itu ditampilkan dalam kotak kaca besar maupun etalase-etalase
2.1.9.2.3 Monumen Pembebasan Irian Barat (Monumen Mandala)
Monumen ini dibangun pada tahun 1994 sebagai tugu peringatan operasi Mandala Jaya pembebasan Irian barat dari tangan penjajah Belanda. Tingginya 75 meter yang terdiri atas 4 lantai. Pada bagian bawah monument terdapat relief lidah api yang menjadi simbol semangat yang tak kunjung padam. Monumen ini sengaja dibangun di Makassar karena di kota anging mamiri menjadi pusat dari pembebasan Irian Barat.
45
Universitas Kristen Petra Gambar 2.31 Monumen Pembebasan Irian Barat
Sumber : http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/28/mandala-semakin-tergerus-zaman-593964.html
Di lantai pertama dari monumen ini, terdapat relief dan diorama pakaian dan perjuangan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-17. Sementara pada lantai kedua berisi relief dan diorama perjuangan pembebasan Irian Barat. Pada lantai ketiga, terdapat replika ruang kerja Panglima Mandala yang dilengkapi dengan peta Irian Barat, foto-foto persiapan pemberangkatan pasukan, tanda jabatan, dan pakaian yang digunakan pada saat operasi Mandala.
Salah satu ruangan yang cukup menarik di Monumen Mandala berada di lantai empat. Ruangan ini berada pada ketinggian sekitar 73-75 meter, dengan lapisan kaca pada dinding – dindingnya, sehingga berbagai sudut Kota Makassar bisa terlihat dari ruangan ini.
2.1.10 Markisa
Di Indonesia, buah markisa pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar berupa jus dan diolah menjadi sirup dan konsentrat buah. Jenis markisa yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah markisa ungu dan markisa kuning. • Markisa Ungu
Markisa ungu berasal dari Brazil bagian Selatan yaitu dari Paraguay hingga Argentina bagian Utara. Markisa ungu disebut juga siuh atau purple pas- sion fruit. Markisa asam berkulit buah ungu hanya dapat tumbuh dan berkembang
46
Universitas Kristen Petra baik di daerah subtropis dan dataran tinggi tropis (1200 m diatas permukaan laut). Di Indonesia, markisa ungu sudah dibudidayakan secara komersial. Daerah penghasil markisa ungu masih terpusat di beberapa Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, antara lain Kabupaten Gowa, Sinjai, Tator, Enrekang, dan Polmas, serta di Provinsi Sumatera Utara, antara lain: Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, dan Tapanuli Utara. Sampai saat ini, hanya ada dua varietas unggul markisa ungu yang dilepas, yaitu varietas Malino dari Sulawesi Selatan dan varietas Berastagi dari Sumatera Utara yang dilepas pada tahun 2000. Markisa ungu merupakan bahan baku utama industri pengolahan sirup dan sari buah markisa.
Gambar 2.32 Buah Markisa Ungu
Sumber : http://laman-seri.blogspot.com/2010/10/khasiat-buah-markisa.html
• Markisa Kuning
Markisa kuning belum diketahui berasal darimana. Para ahli memperkirakan markisa kuning berasal dari Amazon wilayah Brazil. Pendapat lain menyatakan bahwa markisa kuning berasal dari Australia. Markisa kuning dapat dijumpai di daerah dataran rendah di Indonesia. Jenis ini pada umumnya ditanam sebagai tanaman pekarangan. Markisa kuning dapat dijumpai di daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, dan Bogor, (Jawa Barat); Simalungun, Langkat, dan Medan, (Sumatera Utara), serta di beberapa daerah lainnya.
47
Universitas Kristen Petra Gambar 2.33 Buah Markisa Kuning
Sumber : http://laman-seri.blogspot.com/2010/10/khasiat-buah-markisa.html
Di samping markisa ungu dan kuning tersebut, saat ini dapat dijumpai jenis markisa merah yang ditanam oleh sebagian masyarakat di daerah Kotanopan, Mandailing Natal dan Pematang Siantar, Sumatera Utara. Markisa merah juga masih ditanam sebagai tanaman pekarangan. Markisa kuning dan merah biasanya digunakan sebagai bahan jus markisa, namun belum digunakan sebagai bahan baku industri sari buah markisa.
2.2 Data Perusahaan 2.2.1 Sejarah Perusahaan
Perusahaan ini mula-mula didirikan pada tahun 1947 di Makassar oleh Kam Shoen Hoo yang menjadi pemilik dan sekaligus bertindak sebagai pimpinan perusahaan tersebut pada tahun 1949, perusahaan ini dibeli oleh oleh Charlie S. Karundeng.
Pada awal berdirinya perusahaan ini bernama Fa.Charles Tan & Co yang bergerak di bidang usaha formasi, ekspor-impor, agen perkapalan, usaha bangunan serta industri minuman kecil lemonade dan sirup. Usaha di bidang perdagangan umum dan jasa ini hanya berlangsung beberapa tahun saja. Pada tahun 1953, Firma Charles Tan & Co berubah bentuk menjadi CV. Bintang Dunia.
Pada tahun 1953, CV. Bintang Dunia membeli suatu merek dagang yang digunakan untuk bidang industri minuman yaitu “Cap Bola Dunia” serta beberapa
48
Universitas Kristen Petra lahan di daerah Malino, Malakaji dan Tanah Toraja. Daerah ini dikenal sebagai daerah penghasil buah markisa terbesar. Dengan berbekal modal dan pengalaman, maka Bapak Charles S. Karundeng dan Bapak King ini mendirikan pabrik pengolahan buah markisa menjadi minuman sari buah Bintang Dunia”. Pada awalnya, perusahaan “CV. Bintang Dunia” memproduksi sirup dan sari buah markisa. Namun sekitar tahun 60-an berdiri pula industri-industri minuman yang lebih besar dengan modal dan peralatan yang canggih seperti The Coca Cola Company , akibatnya perusahaan sirup “CV. Bintang Dunia” tersaingi , untuk itu perusahaan lebih berkonsentrasi dalam memproduksi sari buah markisa. Produksi Lemonade dan sirup mulai dikurangi, sedang produksi sari buah markisa yang dipertahankan sampai sekarang
Perusahaan minuman “CV. Bintang Dunia ” ini dapat dikatakan sebagai pelopor berdirinya industri sari buah markisa di Sulawesi Selatan. Perusahaan melihat bahwa buah markisa sebagai bahan baku utama cukup banyak didapatkan di daerah Sulawesi Selatan, khususnya di markisa yang pada saat itu masih kurang diproduksi oleh masyarakat di daerah ini. Usaha yang didirikan tersebut semakin lama semakin meningkat dan telah dikenal oleh banyak orang serta mendapat izin dari pemerintah setempat.
Melihat tingginya permintaan akan produk dan adanya perbedaan selera dari masing – masing konsumen, CV. Bintang Dunia kemudian membuat dua buah varian produk, yaitu sari markisa merk Bola Dunia dan sari markisa merk Bintang Dunia, dimana pada merk Bola Dunia lebih menyerupai sirup, sedangkan pada merk Bintang Dunia lebih kental menyerupai sari buah. Karena salah satu merk produk menggunakan nama perusahaan, CV. Bintang Dunia kemudian mengganti nama perusahaannya menjadi CV. Karya Kita. Nama CV. Karya kita digunakan oleh perusahaan sampai saat ini.
2.2.2 Perusahaan Saat Ini
CV. Karya Kita saat ini memiliki di dua lokasi perusahaan yaitu di jalan Gunung Merapi yang berfungsi sebagai kantor pemasaran dan di Jalan Rajawali yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan produksi, tempat
49
Universitas Kristen Petra penyaluran serta penampungan bahan baku mentah dan setengah jadi. Berikut ini adalah data perusahaan CV. Karya Kita :
Nama Pemilik : Philip Rumondor Karundeng Nama Perusahaan : CV. Karya Kita
Alamat : Jln. G. Merapi no 166, Makassar (kantor pemasaran) Jln. Rajawali 1 lr 10/5
Telp : (0411) 3623379
Produksi : Konsentrat sari buah markisa dan sirup markisa Sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan CV. Karya Kita dalam bidang pengelolaan minuman sari buah markisa adalah 39 orang karyawan tetap dan 25 orang tenaga kerja harian tetap dibagian produksi. Apabila buah markisa yang akan diproduksi cukup banyak, maka perusahaan merekrut tenaga kerja harian lepas sekitar 30-50 orang.
Penjualan yang dilakukan pihak CV. Karya Kita adalah penjualan barang langsung dan tidak langsung. Penjualan langsung dilakukan kepada masyarakat umum yang dapat langsung mengunjungi perusahaan untuk membeli produk tanpa melalui perantara. Sedangkan untuk penjualan tidak langsung, CV. Karya Kita bekerja sama dengan beberapa toko oleh – oleh, khususnya yang berada di kota Makassar.
Promosi yang dilakukan oleh CV. Karya Kita lebih banyak mengarah kepada personal selling atau menjual sendiri dan tidak mengiklankan produknya. Di mana perusahaan melakukan kontak langsung dengan para calon pembeli. Dengan adanya kontak langsung ini diharapkan terciptanya hubungan atau interaksi yang baik antara perusahaan dengan pembelinya. Perusahaan hanya mempromosikan produknya dari mulut ke mulut, hal ini disebabkan perusahaan belum memiliki anggaran khusus dalam hal promosi ke media cetak atau media elektronik tapi perusahaan sering mengikuti pameran atau pelatihan yang diadakan oleh Dinas Perindustrian. Pihak perusahaan merasa hal ini masih kurang efektif, sehingga pihak perusahaan berusaha agar promosi produk yang dihasilkan bias diperluas hingga ke berbagai media baik media cetak maupun media elektronik agar produk sari buah markisa ini dapat dikenal oleh masyarakat luas
50
Universitas Kristen Petra baik yang berada di sekitar wilayah Makassar maupun yang berada di luar wilayah Makassar.
2.2.3 Produk yang Dipasarkan (Varian Produk)
CV. Karya Kita memiliki dua varian produk, yaitu merk Bola Dunia dan merk Bintang Dunia. Dimana bahan baku buah markisa yang digunakan dalam merk Bola Dunia lebih sedikit daripada pada merk Bintang Dunia. Merk Bola Dunia memiliki rasa yang dominan manis, sedangkan pada merk Bintang Dunia, rasa manis diimbangi dengan rasa asam khas buah markisa.
Berikut ini adalah varian ukuran dan harga jual produk dari sari markisa merk Bola Dunia dan Bintang Dunia.
• Bola Dunia 2000 ml (2 botol 1000ml) : Rp135.000,00 • Bintang Dunia 1000 ml (2 botol 500ml) : Rp60.000,00
• Bintang Dunia 2000 ml (2 botol 1000ml) : Rp150.000,00 • Bintang Dunia 1000 ml (2 botol 500ml) : Rp75.000,00
Gambar 2.34 Varian Ukuran Sari Markisa merk Bola Dunia dan Sari Markisa merk Bintang Dunia
Sumber : Dokumentasi Penulis
2.2.4 Karateristik Kemasan dan Logo
Kemasan primer sari markisa, baik merk Bola Dunia, maupun merk Bintang Dunia, sama – sama berupa botol plastik yang diberi sebuah label
51
Universitas Kristen Petra melingkar. Pada label ini terdapat gambar buah markisa dan dilengkapi tulisan markisa. Secara umum, kedua kemasan primer dari dua jenis sari markisa produksi CV. Karya Kita ini tidak terlalu beda jauh. Perbedaan kedua produk lebih terasa pada desain kemasan sekunder dari produk – produk tersebut.
Gambar 2.35 Kemasan Primer Sari Markisa merk Bola Dunia dan Sari Markisa merk Bintang Dunia
Sumber : Dokumentasi Penulis
Kemasan sekunder sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” terbuat dari kardus berbentuk balok. Pada merk “Bola Dunia” terdapat gambar buah markisa yang terbelah, dengan visualisasi cipratan juice pada bagian latar belakangnya. Pada bagian atas terdapat visualisasi globe, dan tulisan bola dunia. Kemudian pada bagian tengah kemasn sekunder terdapat tulisan markisa. Berbeda dengan kemasan sekunder merk “Bintang Dunia”, didominasi oleh 2 buah kemasan primer dari produk ini, dengan latar belakang gambar buah markisa utuh.
52
Universitas Kristen Petra Gambar 2.36 Kemasan Sekunder Sari Markisa merk Bola Dunia
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 2.37 Kemasan Sekunder Sari Markisa merk Bintang Dunia Sumber : Dokumentasi Penulis
Kemasan sekunder dari kedua produk ini, dibantu dengan tali untuk mempermudah konsumen dalam membawanya. Namun alat bantu tali yang digunakan kurang memadai sehingga jika produk dibawa untuk waktu yang agak lama, akan menyusahkan konsumen. Hal ini karena pada kemasan sekunder 2000ml (2 botol 1000ml dalam 1 dus), hanya berupa tali tipis yang dilengkapi dengan sedikit selang bening kecil dan pada kemasan sekunder 1000ml (2 botol 500ml dalam 1 dus), hanya berupa tali lebih tebal, yang saling disilangkan.
53
Universitas Kristen Petra Gambar 2.38 Kemasan Sekunder yang Dilengkapi Tali Pengankat
Logo sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” terdiri dari logogram dan logotype. Logogram berbentuk visualisasi dari globe. Pada bagian atas visualisasi globe ini, terdapat gambar bintang. Pada bagian dalam visualisasi globe ini, terdapat logotype yang bertuliskan BD. Kemudian pada bagian sisi kanan dan kiri visualisasi globe ini terdapat tulisan Bintang Dunia. Tahun berdiri, yaitu 1961, juga diikutsertakan di dalam logo, terletak pada bagian bawah visualisasi globe.
54
Universitas Kristen Petra Logo yang digunakan oleh CV. Karya Kita terkesan hanya untuk mewakili salah satu produknya, yaitu sari markisa merk Bintang Dunia. Hal ini terlihat dari penggunaan logotype yang bertuliskan Bintang Dunia, padahal logogram yang digunakan juga memvisualisasi sari markisa merk Bola Dunia, di mana terdapat visualisasi dari bentuk globe pada logogram. Selain itu logo ini hanya dicantumkan pada kemasan sari markisa merk Bintang Dunia, sedangkan pada sari markisa merk Bola Dunia, hanya dicantumkan nama dan data singkat perusahaan.
2.2.5 Karateristik Konsumen
Konsumen sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” sebagian besar adalah wisatawan yang berkunjung ke kota Makassar. Dengan harga jual yang cukup tinggi dibandingkan beberapa merk sari markisa lainnya, membuat sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” umumnya dibeli oleh konsumen dari tingkat menengah ke atas, dimana konsumen menengah ke atas pada umumnya menilai suatu produk dari kualitas produk yang memadai (Mangkunegara 42).
2.2.6 Potensi Produk
Sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” merupakan hasil produksi CV. Karya Kita, yang telah mulai berproduksi sejak tahun 1961. Selain itu pada tahun 2012, markisa merk “Bintang Dunia” mendapatkan piagam Halmark of Makassar dari pemerintah daerah kota Makassar, sebagai produk legendaris kota Makassar. Lebih dari 50 tahun berkecimpung dalam produksi sari markisa, dan pengakuan dari pemerintah daerah kota Makassar tentunya menjadi nilai tambah bagi sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” jika dibandingkan dengan produk dari kompetitor lainnya.
55
Universitas Kristen Petra Gambar 2.40 Penghargaan Hallmark of Makassar yang Diterima CV. Karya Kita
(Sari Markisa merk “Bintang Dunia”) Sumber : Dokumentasi Perusahaan
2.2.7 Potensi Pasar
Sari markisa merupakan salah satu oleh – oleh yang paling diminati oleh para wisatawan, kondisi ini tentunya memungkinkan sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia untuk terus berkembang, dan meningkatkan penjualannya. Selain ditopang dengan lokasi kantor pemasaran yang berada tidak jauh dari di pusat kota Makassar, sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” juga telah menjalin kerja sama yang baik dengan berbagai toko oleh – oleh, baik yang berada di kota Makassar sendiri, maupun di luar kota Makassar dalam memasarkan produknya.
2.3 Data Pesaing
2.3.1 Sari Markisa merk “Mega Buana”
UD. Mega Buana pada awalnya merupakan supplier buah markisa untuk beberapa merk markisa, termasuk di dalamnya sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia.” Kemudia pada pertengahan tahun 1999, UD. Mega Buana mendapatkan penyuluhan dari Dinas Perindustrian Provinsi Sulawesi Selatan, yang mengajarkan dan membimbing cara memproduksi sari markisa. Tepat pada tanggal 9, bulan 9, tahun 1999, UD. Mega Buana resmi menjadi produsen sari
56
Universitas Kristen Petra markisa dengan merk penjualan markisa Mega Buana. UD. Mega Buana tidak hanya memasarkan produknya secara lokal di kota Makassar, namun telah memulai penjualan online melalui website, blog, dan beberapa forum jual beli online. Sari markisa merk “Mega Buana memiliki kemiripan desain kemasan sekunder yang cukup dekat dengan sari markisa merk “Bintang Dunia”, dimana terdapat visualisasi 2 buah kemasan primer produk, dan didominasi dengan warna orange yang mewakili warna buah markisa.
Gambar 2.41 Sari Markisa Merk Mega Buana Sumber : http://www.megabuanamakassar.com
2.3.2 Sari Markisa merk “Global”
CV. Global Sejahtera Bahagia adalah nama perusahaan yang memproduksi sari markisa merk “Global.” CV. Global Sejahtera berdiri pada tahun 2010, namun dengan usia yang terbilang masih sangat muda, sari markisa merk “Global” sudah menjadi produk sari markisa yang cukup bersaing.
Saat ini sari markisa merk “Global” memiliki tiga varian ukuran, yaitu 1 liter (2 x 500ml), 800ml (2 x 400 ml), dan kemasan gelas 200ml (1 dus = 48 cup gelas). Selain itu juga, sari markisa merk “Global” tidak hanya tersedia, dalam bentuk konsentrat sari buah atau sirup, namun juga telah tersedia dalam kondisi siap minum. Sari markisa merk “Global” telah memulai memasarkan produknya secara online melalui website, blog, dan beberapa forum jual beli online. Tidak hanya itu, sari markisa merk “Global” juga telah melakukan pemasaran produk melalui beberapa account jejaring sosial. Sari markisa merk “Global” telah
57
Universitas Kristen Petra melakukan redesain terhadap kemasan, sehingga jika dibandingkan dengan kemasan – kemasan sari markisa merk lainnya, kemasan sari markisa merk “Global” ini memiliki nilai yang lebih.
Gambar 2.42 Sari Markisa Merk Global
Sumber : http://id.shop.88db.com/globalsejahterabahagia
2.4 Analisis Data
2.4.1 Analisis Brand Positioning
Sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” memposisikan produknya sebagai sebuah merk sari markisa yang sudah sangat lama diproduksi, sehingga terlihat berbeda dan lebih unggul dari sari markisa merk lainnya. Hal ini ditunjukan dengan adanya tulisan “sejak 1961” baik dalam kemasan produk maupun dalam logo perusahaan. Namun dengan karateristik kemasan yang tidak memiliki perbedaan mencolok dengan kemasan sari markisa merk lainnya, membuat positioning dari sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” tidak terlalu dirasakan oleh konsumen.
2.4.2 Analisis Kategori Produk
Dari sergi harga, sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” memiliki harga jual yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan beberapa sari markisa merk lainnya. Harga ini terbayar dengan ciri khas rasa sari markisa,
58
Universitas Kristen Petra khususnya pada merk “Bintang Dunia” yang manis namun tetap terasa asam khas buah markisa. Sisi positif ini, kurang di dukung oleh desain kemasan, dimana kemasan kurang dapat menyiratkan identitas produk, untuk membedakan produk dengan sari markisa merk lainnya.
2.4.3 Analisis Kompetitor
Sari markisa yang diperjualbelikan di kota Makassar sangat beragam, baik dari harga jual maupun kualitas rasa. Kompetitor sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” juga cukup banyak, diantaranya yaitu, sari markisa merk “Mega Buana” dan sari markisa merk “Global”. Kedua sari markisa ini telah melakukan penjualannya dengan sistem online, sehingga dapat menjangkau konsumen dari luar kota Makassar dengan lebih mudah.
Kemasan sari markisa merk “Mega Buana” memiliki kemiripan visualisasi dengan sari markisa merk “Bintang Dunia”, sedangkan sari markisa merk “Global” telah melakukan redesain kemasan sehingga desain kemasan terlihat lebih sesuai dengan prinsip – prinsip desain.
2.4.4 Analisis SWOT Merk
Sari Markisa
Sari Makisa merk “Bola Dunia dan
Bintang Dunia”
Sari Markisa merk “Mega Buana”
Sari Markisa merk “Global”
Strength • Bediri sejak tahun 1961
• Kantor pemasaran yang terletak di pusat kota Makassar • Telah melakukan
kerjasama dengan hampir semua toko oleh – oleh di kota Makassar.
• Telah melakukan penjualan secara online melalui webiste dan blog • Memberikan
positioning pada produknya, sebagai sari markisa dari daerah Malino, dimana Malino.
• Telah melakukan penjualan secara online melalui webiste, blog, dan jejaring sosial. • Telah melalukan redesain kemasan terhadap kemasa produk – produk sari markisanya.
59
Universitas Kristen Petra Weakness • Pemasaran masih
berupa personal selling sehingga penjualan masih sangat terbatas dan sebagian besar di kota Makassar saja.
• Baru berdiri di tahun 1999
• Kerjasama dengan toko oleh – oleh di kota Makassar, yang masih cukup minim.
• Masih berumur sangat muda, yaitu berdiri sejak tahun 2010
• Kerjasama dengan toko oleh – oleh di kota Makassar, yang masih cukup minim Oppurtunity • Mendapatkan piagam penghargaan Halmark Of Makassar dari Pemerintah Daerah Makassar pada tahun 2012. • Dulunya merupakan supplier buah markisa bagi beberapa merk sari markisa di kota Makassar • Mendapatkan penyuluhan langsung dari Dinas Perindustrian Kota Makassar • Merupakan produk binaan JICA (Japan International Cooperation Agency).
Threat • Beberepa merk sari markisa lainnya telah melakukan penjualan produk secara online.
• Beberepa merk sari markisa lainnya telah melakukan kerja sama dengan distributor dari beberapa kota besar di Pulau Jawa
• Merupakan salah satu produk sari markisa dengan umur produksi yang masih sangat muda. • Beberepa merk sari
markisa lainnya telah bekerja sama dengan distributor diluar Makassar. Tabel 2.1 Tabel Analisis SWOT