• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM

BUKU INFORMASI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2009

KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI 1

BAB I KATA PENGANTAR 3

1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi 3 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi 3 1.1.2 Kompeten di tempat kerja 3 1.2. Penjelasan materi pelatihan 3 1.2.1. Desain materi pelatihan 3

1.2.2. Isi modul 4

1.2.3. Pelaksanaan materi pelatihan 5 1.3. Pengakuan kompetensi terkini (RCC) 5 1.4. Pengertian-pengertian 6

BAB II STANDAR KOMPETENSI 8 2.1. Peta paket pelatihan 8 2.2. Pengertian unit standar 8 2.2.1 Unit standar kompetensi 8 2.2.2 Daftar unit kompetensi 9

2.2.3 Durasi pelatihan 9

2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi 9 2.3. Unit kompetensi yang dipelajari 10

2.3.1. Judul unit 10

2.3.2. Kode unit 10

2.3.3. Deskripsi unit 10

2.3.4. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja 10

2.3.5. Batasan variabel 11

2.3.6. Panduan penilaian 12

2.3.7. Kompetensi kunci 13

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 14 3.1. Strategi pelatihan 14

(3)

BAB IV KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA 16 4.1 Penerapan bentuk kemitraan 16 4.1.1 Tujuan dan prasyarat kemitraan 16

4.1.2 Landasan hukum 18

4.1.3 Alternatif pola kerjasama 19 4.1.3.1 Peran serta swasta 20 4.1.3.2 Kemitraan pemerintah – swasta (public private partnership, KPS/PPP) 24 4.1.4 Proposal kemitraan 30 4.1.4.1 Identifikasi kegiatan 30 4.1.4.2 Pra studi kelayakan 31

4.2 Prosedur kemitraan 32

4.2.1 Proses seleksi calon mitra 34

4.2.1.1 Prakualifikasi 34

4.2.1.2 Pelelangan 36

4.2.2 Dokumen proposal kemitraan 41 4.2.2.1 Dokumen perjanjian kerjasama 41 4.2.2.2 Persyaratan pendahuluan 44 4.2.3 Pelaksanaan negosiasi 45 4.2.4 Dokumen perjanjian kerjasama 46 4.2.4 Pengesahan dokumen perjanjian kerjasama 47

4.3 Pelaksanaan kontrak 48

4.3.1 Pengaturan pelaksanaan perjanjian kerjasama 48 4.3.2 Monitoring pelaksanaan perjanjian kerjasama 49 4.4 Pelaksanaan alih milik 51

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI 54

5.1 Sumber daya manusia 54

(4)

BAB I

KATA PENGANTAR

1.1. Konsep dasar pelatihan berbasis kompetensi

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi

Pelatihan merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang dinamis, yang saling berhubungan/berkaitan dalam proses pencapaian tujuan pelatihan. Perumusan tujuan pelatihan berbasis kompetensi merupakan penjabaran dari rangkaian kegiatan yang disyaratkan dalam standar kompetensi untuk menjawab tuntutan dari setiap kriteria unjuk kerja dalam pencapaian kompetensi kerja.

Pelatihan kerja diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja, meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. Sehingga setelah pelatihan selesai peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan dan mampu mengisi jabatan/profil pekerjaan yang dibutuhkan.

1.1.2 Kompeten di tempat kerja

Kompetensi adalah menyatunya ketiga aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja atau KSA (knowledge, skill, attitude) yang diterapkan untuk mewujudkan standar kinerja yang disyaratkan di tempat kerja. Kompetensi adalah potensi seseorang yang ditampilkan setelah dilatih melalui pelatihan. Adapun ukuran standar kompetensi tersebut dapat diukur dan dijelaskan oleh Kriteria Unjuk Kerja.

Kompeten di tempat kerja adalah seseorang yang telah dapat memenuhi persyaratan jabatan/pekerjaan yang ditetapkan oleh pasar/tempat kerja. Tuntutan kualitas tersebut didasarkan pada perangkat bakuan kompetensi (kriteria unjuk kerja).

1.2. Penjelasan materi pelatihan

1.2.1. Desain materi pelatihan

Materi pelatihan merupakan bagian dari suatu program pelatihan kerja berbasis kompetensi yang menguraikan dan menjelaskan secara rinci rangkaian pencapaian kompetensi kerja.

(5)

dalam bentuk modul pelatihan, agar dapat dipahami, dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada pelatihan konvensional/klasikal dan pelatihan individual/mandiri.

Yang dimaksud dengan pelatihan klasikal adalah pelatihan yang dilakukan dengan melibatkan bantuan seorang pelatih atau pembimbing, dengan menggunakan proses belajar mengajar sebagaimana biasanya. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan secara mandiri oleh peserta, dengan menambah unsur-unsur atau sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan pelatih. Selanjutnya dapat dipraktekkan penyelesaian suatu tugas tertentu melalui tahapan-tahapan latihan yang sistematis.

1.2.2 Isi modul

Modul merupakan uraian terkecil bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis untuk membantu peserta pelatihan menguasai tujuan pelatihan. Modul akan memandu pelatih/fasilitator menyampaikan bahan belajar dalam proses pelatihan yang sesuai secara terinci.

Modul ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Buku informasi

Buku Informasi adalah sumber pelatihan, baik untuk pelatih maupun untuk peserta pelatihan.

b. Buku kerja

Buku kerja ini digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual/mandiri.

Buku kerja diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian kemampuan peserta pelatihan.

• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja.

(6)

c. Buku penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada buku kerja.

Buku penilaian berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan kemampuan.

• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian kemampuan peserta pelatihan.

• Sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai kemampuan.

• Semua jawaban/tanggapan pada setiap pertanyaan yang diisikan pada buku kerja. • Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik.

• Catatan pencapaian kemampuan peserta pelatihan.

1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan

Pada pelatihan klasikal, pelatihan akan:

• Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada buku kerja.

Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

• Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada buku kerja. • Memberikan jawaban pada buku kerja.

• Mengisikan hasil tugas praktik pada buku kerja.

• Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatihan.

1.3. Pengakuan kompetensi terkini (RCC)

Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC,

recognition of current competency). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar

(7)

a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama, atau

b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau

c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.

1.4. Pengertian-pengertian

Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja, atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standarisasi

Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / uji kompetensi

Penilaian atau uji kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan (kriteria unjuk kerja).

Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.

Standar kompetensi

Standar kompetensi adalah standar kemampuan yang diperlukan pada rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaku atau pemangku jabatan kerja. Standar

(8)

kompetensi dinyatakan dalam format tertentu, yaitu: (i) unit kompetensi dari jabatan kerja tersebut; (ii) elemen kompetensi dari tiap unit kompetensi, dan (iii) kriteria unjuk kerja untuk tiap unit kompetensi.

Sertifikasi kompetensi

Sertifikasi kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi.

Sertifikat kompetensi

Sertifikat kompetensi adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yaitu tenaga kerja trampil atau ahli yang telah menguasai suatu kompetensi tertentu dan telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keahlian/ketrampilan tertentu.

(9)

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta paket pelatihan

Standar kompetensi kerja sektor air minum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) sub sektor, yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengelolaan. Pada bidang pengelolaan air minum diantaranya meliputi bidang manajemen.

Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum, yang dikategorikan dalam:

• Kelompok kompetensi umum, terdiri dari 2 unit kompetensi. • Kelompok kompetensi inti, terdiri dari 15 unit kompetensi. • Kelompok kompetensi khusus, terdiri dari 2 unit kompetensi.

2.2. Pengertian unit standar

2.2.1 Unit standar kompetensi

Standar kompetensi

Merupakan pernyataan apa yang harus dikerjakan di tempat kerja, disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan. Standar kompetensi terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.

Unit kompetensi

Merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar kompetensi. Setiap unit kompetensi memiliki sejumlah elemen kompetensi.

Elemen kompetensi

Merupakan bagian terkecil dari unit kompetensi yang mengidentifikasikan sejumlah fungsi tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut.

Kriteria unjuk kerja (KUK)

Merupakan langkah kerja yang harus dilaksanakan dalam pencapaian elemen kompetensi. KUK mencerminkan kegiatan yang menggambarkan 3 aspek, yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kerja. Selain itu KUK juga menunjukkan sejauh mana persyaratan elemen kompetensi dapat diukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan.

(10)

2.2.2 Daftar unit kompetensi

Terdapat 19 unit kompetensi dalam jabatan manajemen air minum :

A. Kelompok kompetensi umum

1. Menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Melaksanakan manajemen umum.

B Kelompok kompetensi inti

1. Melaksanakan manajemen mutu 2. Melaksanakan manajemen strategik

3. Melaksanakan manajemen sumber daya manusia 4. Melaksanakan manajemen aset/barang

5. Melaksanakan manajemen keuangan dan akuntansi 6. Melaksanakan manajemen informasi

7. Melaksanakan manajemen operasi SPAM 8. Melaksanakan manajemen pemeliharaan SPAM 9. Melakukan komunikasi

10. Melaksanakan konseling 11. Melaksanakan negosiasi bisnis

12. Melakukan manajemen bisnis air minum 13. Melakukan manajemen investasi

14. Melakukan manajemen resiko

15. Melaksanakan kemitraan pemerintah badan usaha

C Kelompok kompetensi khusus

1. Menerapkan prinsip pengadaan barang dan jasa 2. Melakukan hubungan masyarakat

2.2.3 Durasi pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan seluruh 19 unit kompetensi adalah 111 JPL, dimana 1 JPL (jam pelajaran) adalah 45 menit.

Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan unit kompetensi ini adalah 7 JPL.

2.2.4 Kesempatan mencapai kompetensi

Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda

(11)

yang diperlukan.

Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

2.3. Unit kompetensi yang dipelajari

2.3.1. Judul unit

Judul unit kompetensi: Melaksanakan kemitraan badan usaha

2.3.2. Kode unit

Kode unit: PAM.MM02.015.01.

2.3.3. Deskripsi unit

Unit ini berhubungan dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan kemitraan pemerintah dan swasta.

2.3.4. Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja

Elemen kompetensi yang harus dikuasai dalam unit kompetensi berikut kriteria unjuk kerja terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi melaksanakan kemitraan dengan badan usaha

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

01. Menerapkan bentuk kemitraan. 1.1. Pihak-pihak yang akan menjadi mitra bisnis pengelolaan SPAM diidentifikasi dan dipelajari potensi sumber daya yang dimilkinya.

1.2. Pola alternatif kerjasama/kemitraan yang sudah lazim digunakan dalam kemitraan diidentifikasi dan dipahami kelebihan dan kekurangannya serta kaitan dengan aspek hukum yang ada.

1.3. Proposal kemitraan yang akan ditawarkan kepada pihak ketiga dipersiapkan secara komunikatif dengan dilengkapi dengan data yang relevan.

(12)

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

02. Melaksanakan prosedur kemitraan.

2.1. Seleksi mitra kerja secara adil, akuntabel dan transparan

2.2. Dokumen proposal kemitraan disampaikan kepada calon mitra kerja untuk dipelajari.

2.3. Negosiasi antara calon mitra kerja dengan pihak perusahaan dilakukan dengan prinsip kesetaraan, objektif dengan tetapkan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku.

2.4. Kesepakatan yang telah dicapai oleh kedua belah pihak dituangkan dalam naskah kerjasama kontrak kerja yang dibuat berdasar pada peraturan perundangan yang berlaku.

2.5. Bila dipandang perlu naskah kontrak kerja dapat dikuatkan atau dilegalkan dengan akta notaris. 03. Melaksanakan kontrak. 3.1 Rencana pelaksanaan kontrak kerjasama disusun

oleh keduabelah pihak berdasar pada naskah kerjasama.

3.2 Butir-butir kesepakatan dalam naskah kerjasama direalisasikan sesuai dengan tahapan dan tanggungjawab masing-masing pihak.

3.3 Pelaksanaan realisasi kesepakatan dicatat dan direkam dalam buku laporan untuk keperluan evaluasi.

3.4 Evaluasi terhadap realisasi kesepakatan dilakukan secara priodik atau sesuai dengan kesepakatan untuk memperoleh kemajuan program kerjasama. 04. Melaksanakan alih milik 4.1 Inventarisasi aset dilakukan dengan meneliti daftar

inventasi.

4.2 Persiapan alih milik dilakukan menurut prosedur dan peraturan perundangan yang berlaku.

2.3.5. Batasan variabel

1. Konteks variabel :

Unit ini berlaku untuk menerapkan bentuk kemitraan, melaksanakan prosedur kemitraan dan melaksanakan kontrak yang digunakan untuk melaksanakan kemitraan dengan badan usaha yang antara lain dapat berupa built operate and transfer (BOT) dan konsesi kerjasama operasi (KSO) dilaksanakan.

(13)

pengelolaan air minum, mencakup: 2.1 Prosedur kemitraan.

2.2 Daftar mitra.

3. Tugas pekerjaan untuk melaksanakan kemitraan dengan badan usaha lain pada pengelolaan air minum meliputi :

3.1 Menerapkan bentuk kemitraan. 3.2 Melaksanakan prosedur kemitraan. 3.3 Melaksanakan kontrak.

4. Peraturan untuk melaksanakan kemitraan dengan badan usaha lain pada pengelolaan air minum adalah :

4.1 KEPPRES No.7 Tahun 1998 tentang Kerjasama pemerintah dengan badan usaha swasta dalam pembangunan dan atau pengelolaan infrastruktur.

4.2 INMENDAGRI No.21 tahun 1996 tentang Petunjuk kerjasama antara PDAM dengan pihak swasta.

4.3 KEPMENDAGRIOTDA No.43 tahun 2000 tentang pedoman kerjasama perusahaan daerah dengan pihak ketiga.

4.4 Peraturan Presiden no 67 tahun 2005

2.3.6. Panduan penilaian

1. Penjelasan prosedur penilaian :

Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait :

1.1. PAM.MM02.009.01 : Melaksanakan komunikasi. 1.2. PAM.MM02.011.01 : Melaksanakan negosiasi bisnis. 2. Kondisi penilaian :

2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan penerapan bentuk kemitraan, pelaksanaan prosedur kemitraan dan pelaksanaan kontrak pada pelaksanaan kemitraan pemerintah dan swasta.

2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan simulasi di workshop dan atau di tempat kerja.

(14)

3. Pengetahuan yang dibutuhkan :

Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 3.1. Ilmu manajemen.

3.2. Perencanaan strategik. 3.3. Ekonomi makro dan mikro. 3.4. Teori pengambilan keputusan. 3.5. Hukum perjanjian

4. Keterampilan yang dibutuhkan :

Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini sebagai berikut : 4.1. Membuat analisis SWOT.

4.2. Membuat analisis keuangan. 4.3. Membuat proposal

5. Aspek kritis :

Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut :

5.1. Prosedur.

5.2. Komitmen semua pihak terkait. 5.3. Alokasi resiko.

5.4. Pengelolaan keuangan.

2.3.7. Kompetensi kunci

Kompetensi kunci dalam mencapai unjuk kerja yang disyaratkan terdapat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Kompetensi kunci dalam pencapaian unjuk kerja melaksanakan kemitraan dengan badan usaha

NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT

1. Mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisa informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 2 3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 3 4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 3 5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 2 6. Memecahkan masalah 3 7. Menggunakan teknologi 2

(15)

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi pelatihan

Persiapan dan perencanaan pelatihan:

• Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda.

• Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

• Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

• Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan anda. Permulaan dari proses pembelajaran:

• Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas yang terdapat pada tahap belajar.

• Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda. Pengamatan terhadap tugas praktik:

• Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

• Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan. Implementasi dan penilaian:

• Penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja tugas-tugas anda dan sikap anda terhadap pekerjaan.

• Penilaian dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai bantuan dan dukungan belajar. • Anda akan dinilai untuk menentukan apakah anda telah mencapai kompetensi sesuai

dengan standar yang dijelaskan dalam kriteria unjuk kerja.

3.2 Metode pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

Belajar secara mandiri:

Belajar secara mandiri memperbolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara

(16)

bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

Belajar berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, namun sesi kelompok tetap memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar terstruktur ini umumnya mencakup topik tertentu.

(17)

BAB IV

MELAKSANAKAN KEMITRAAN DENGAN BADAN USAHA

4.1 Penerapan bentuk kemitraan

Sebagian besar masyarakat Indonesia belum terlayani oleh air minum perpipaan, karena pelayanan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) saat ini hanya menjangkau perkotaan. Keadaan tersebut menimbulkan akibat sosial dimana masyarakat di daerah pinggiran, yang umumnya merupakan masyarakat ekonomi lemah, harus membayar air dengan harga yang berlipat ganda. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah terhadap sektor pelayanan air minum pada akhirnya hanya dinikmati masyarakat perkotaan pelanggan PDAM yang umumnya berpenghasilan relatif lebih tinggi.

Salah satu penyebab cakupan pelayanan yang minim adalah terbatasnya dana pemerintah atau PDAM untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat pesat, terutama di daerah perkotaan. Alternatif yang cukup efektif diantara beberapa yang tersedia untuk memperluas jangkauan pelayanan adalah dengan mengikutsertakan pihak swasta dalam pelayanan air minum. Dengan adanya partisipasi sektor swasta, cakupan dan kualitas pelayanan diharapkan meningkat karena kebutuhan akan pendanaan atau investasi terpenuhi. Selain itu dengan masuknya sektor swasta melalui kompetisi secara transparan juga merupakan usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan.

Kemitraan (partnership) secara umum diartikan sebagai kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam rangka mencapai tujuan bersama. Konsep dasar kemitraan adalah saling memperkuat, saling menutupi kelemahan, dan secara bersama mengelola resiko. Konsep kemitraan hanya dapat berkelanjutan jika masing-masing pihak yang bermitra memperoleh manfaat atau keuntungan dari kemitraan, dimana dalam kemitraan ini menggabungkan misi sosial sektor pemerintah dengan orientasi keuntungan sektor swasta.

4.1.1 Tujuan dan prasyarat kemitraan

Berbagai alasan dapat dikemukakan untuk mengundang partisipasi swasta. Tujuan tersebut umumnya adalah:

• Memperluas cakupan pelayanan dalam daerah yang telah atau belum terlayani. • Meningkatkan efisiensi pelayanan.

(18)

• Transfer know how di bidang teknis, manajemen dan keuangan. • Memperluas lapangan kerja.

• Meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah dimana investasi ditanamkan.

PDAM/pemerintah daerah sebaiknya menetapkan secara jelas tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama dengan sektor swasta. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan kemitraan dengan pihak swasta adalah peningkatan pelayanan publik yang berkelanjutan (kuantitas dan kualitas) melalui proyek KPS (kemitraan pemerintah swasta) yang

bankable.

Tujuan yang telah ditetapkan perlu disosialisasikan dengan baik kepada DPRD dan masyarakat umum, karena pengertian dari masyarakat luas dan DPRD akan alasan maupun tujuan kerjasama merupakan kunci utama agar diperoleh dukungan mereka dalam pelaksanaan kerjasama. Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan tersebut, perusahaan/PDAM dapat mengidentifikasi pihak-pihak yang tepat untuk menjadi mitra bisnis pengelolaan SPAM, serta mempelajari lebih lanjut potensi sumber daya yang dimiliki.

Disamping itu, tujuan kerjasama perlu dikomunikasikan secara jelas kepada pihak swasta, untuk kemudian para pihak melaksanakan kerjasama secara konsekuen dengan tujuan yang telah ditetapkan. Juga perlu diperhatikan prasyarat pembangunan infrastruktur melalui partisipasi badan usaha swasta (BUS) adalah:

• Adanya persepsi yang sama di jajaran pemerintah dan PDAM untuk melakukan kerjasama dengan swasta.

• Kesamaan visi dan tujuan diantara para pihak.

• Komitmen Pemda dalam mengembangkan pelayanan umum. • Transparansi dan akuntabilitas dalam proses keikutsertaan swasta. • Pemahaman dan kapasitas mengenai pembangunan yang berkelanjutan. • Struktur kelembagaan untuk persiapan dan pelaksanaan KPS.

• Peraturan yang mendukung pengadaan dan pelaksanaan KPS.

Pertimbangan pokok dalam pengembangan pelayanan publik serta proses pemahaman kebutuhan KPS di tingkat Pemda meliputi isu-isu antara lain:

• Pengembangan rencana strategis 5 tahunan (Renstra).

• Perumusan fungsi Pemda serta pengembangan paradigma baru (reinventing

government)

• Penilaian dan pengkajian terhadap cara-cara pelayanan monopolitis yang kurang baik, kurangnya pengawasan dan tanggungjawab, serta tidak adanya rangsangan kerja. • Penilaian dan pengkajian tentang kapasitas dan kemampuan kelembagaan.

(19)

di tingkat daerah.

• Analisis terhadap kondisi sosial ekonomi, tingkat pelayanan, serta kebutuhan nyata (perumusan kesenjangan).

• Penilaian dan pengkajian terhadap ketersediaan sumber daya lokal (SDM, keuangan, tenaga ahli).

• Penilaian dan pengkajian terhadap ketersediaan dukungan luar. • Definisi opsi pengembangan keuangan, konstruksi, operasi. • Pelatihan dan studi banding ke proyek-proyek KPS yang baik.

4.1.2 Landasan hukum

Peraturan dan perundangan yang secara umum terkait dengan KPS antara lain adalah: a. UU no. 22/1999 tentang pemerintahan daerah.

Berdasarkan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya (Undang-undang Otonomi), kewenangan di sektor pelayanan air minum dimiliki oleh pemerintah Kota/Kabupaten. DPRD merupakan bagian dari pemerintah daerah yang tidak hanya memiliki fungsi legislatif, tetapi juga fungsi pengawasan terhadap pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-undang Otonomi, Perda yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota/Kabupaten atas persetujuan DPRD merupakan sumber hukum yang penting di daerah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, di beberapa daerah telah diterbitkan Perda tentang kerjasama pemerintah dengan swasta. Contohnya di Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi, Gresik.

b. UU no. 1/1967 tentang penanaman modal asing.

Mengatur prosedur pendirian perusahaan penanaman modal asing. Disebutkan bahwa penanaman modal asing dalam perusahaan pelayanan air minum, sekurang-kurangnya 5% (lima persen) sahamnya harus dimiliki oleh perorangan atau badan hukum Indonesia.

c. UU no. 7/2004 tentang sumber daya air.

Mengatur secara komprehensif mengenai sumber daya air, dan menjadi dasar hukum utama bagi pelayanan air minum perpipaan.

d. UU no. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.

Mewajibkan setiap usaha yang menimbulkan dampak penting bagi lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh izin melakukan kegiatan/usaha.

(20)

e. Perpres no. 67/2005 tentang kerjasama pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

Mengatur mengenai tata cara pemilihan badan usaha dalam rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha, serta ketentuan yang harus ada di dalam perjanjian kerjasama. Pengadaan badan usaha dalam rangka kerjasama dilakukan melalui pelelangan umum. Juga disebutkan bahwa resiko dialokasikan kepada pihak yang paling mampu mengendalikan resiko dalam rangka menjamin efisiensi dan efektifitas dalam penyediaan infrastruktur.

f. Kepmendagriotda no. 43/2000 tentang pedoman kerjasama perusahaan daerah dengan pihak ketiga.

Mengatur mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak yang berkerjasama. Kerjasama dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan prinsip dari Kepala Daerah. Perjanjian kerjasama harus dibuat dengan akta notaris.

g. Kepmenkimpraswil no. 409/2002 tentang pedoman kerjasama pemerintah dan badan usaha swasta dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum dan sanitasi. Mengatur mengenai pelaksanaan kerjasama antara pemerintah dan badan usaha swasta, meliputi penyiapan kegiatan investasi KPS, pelaksanaan prakualifikasi kegiatan investasi, pelelangan kegiatan investasi, penyiapan perjanjian, serta pelaksanaan pengaturan, monitoring, dan alih milik kegiatan investasi.

h. PP no. 16/2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum

Mengatur bahwa air yang didistribusikan pada masyarakat harus memenuhi kualitas air minum.

i. Permendagri no.23/2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum pada PDAM.

j. Permenkes no. 907/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

4.1.3 Alternatif pola kerjasama

Kemitraan atau kerjasama pemerintah - swasta secara garis besar dapat dibedakan antara kemitraan berdasarkan kontrak (contractual arrangement) dan model penyertaan saham (equity arrangement). Dalam pembahasan ini, penekanan adalah pada kerjasama dengan pihak swasta yang dilakukan berdasarkan kontrak. Implementasi bentuk kerjasama dapat mencakup hanya untuk salah satu bagian sistem atau untuk seluruh bagian sistem. Misalnya dalam sistem penyediaan air minum, pihak swasta dapat melaksanakan kerjasama hanya pada salah satu bagian sistem, misal di Instalasi

(21)

mengoperasikan IPA, serta menjual air hasil olahan kepada PDAM. Sedangkan pengelolaan keseluruhan sistem tetap berada pada PDAM/pemerintah, sehingga pelayanan kepada masyarakat dan tagihan tetap dilaksanakan oleh PDAM.

Bentuk kerjasama antara PDAM/pemerintah dengan swasta dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu:

Peran serta swasta (private sector participation, PSS/PSP)

Kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership, KPS/PPP)

Pada tabel 4.1 di atas diberikan resume dari ciri-ciri pokok berbagai bentuk kontrak swasta dalam pengelolaan air minum, yang akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

4.1.3.1 Peran serta swasta

PSP atau peran serta swasta biasanya dicirikan oleh transaksi tidak padat modal. PSP mencakup bentuk-bentuk antara lain: kontrak pelayanan, kontrak manajemen, kontrak sewa.

a. Kontrak pelayanan

Kontrak pelayanan (service contracts) adalah perjanjian yang terbatas antara pemerintah/PDAM dengan sektor swasta, dimana sektor swasta setuju untuk melaksanakan fungsi pelayanan yang terbatas dengan harga dan jangka waktu tertentu (umumnya dalam durasi yang singkat). Kontrak pelayanan sangat tepat ditujukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan yang kurang, dimana investasi tetap merupakan tanggungjawab dari perusahaan (pelayanan publik/PDAM). Resiko bagi sektor swasta minimal.

Kontrak pelayanan umumnya digunakan untuk: • Perawatan peralatan dan fasilitas,

• Pencatatan alat ukur,

• Pengajuan rekening dan penagihannya, • Perbaikan darurat,

• Penyewaan peralatan, • Pembangunan dan upgrade.

Tanggung jawab dan otoritas PDAM/pemerintah dalam hal ini meliputi: • Pengoperasian dan perawatan instalasi,

• Pembiayaan seluruh asset dan modal kerja, • Semua resiko komersial dari badan usaha.

(22)

Tabel 4.1 Ciri-ciri pokok kontrak swasta dalam pengelolaan air minum

DESKRIPSI KONTRAK PELAYANAN

KONTRAK PENGELOLAAN

KONTRAK SEWA BOT KONTRAK KONSESI Tujuan umum kontrak Peningkatan kinerja

internal

Peningkatan kinerja secara menyeluruh

Outsourcing dan

optimalisasi aset

Mobilitas modal mitra usaha

Peningkatan mutu dan cakupan pelayanan secara menyeluruh

Waktu kontrak 1 – 2 tahun 3 – 5 tahun 5 – 10 tahun 20 – 25 tahun 20 – 30 tahun Hubungan dengan

konsumen

Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD atau mitra usaha

Tidak ada hubungan langsung dengan pemakai

Mitra Usaha

Penanggungjawab resiko komersial

Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD atau mitra usaha

Bayar dengan meka-nisme ‘take or pay’

Pemda/BUMD dan Mitra Usaha

Investasi modal Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD atau mitra usaha

Mitra usaha Mitra usaha Imbalan kepada mitra

usaha

Harga satuan Harga satuan + bonus efisiensi

Harga satuan/tariff pemakaian

Harga satuan (take or

pay)

Tarif pemakaian Penerimaan Pemda Tidak ada secara

langsung

Tidak ada secara langsung

Biaya sewa asset (usage fee)

Tidak ada secara langsung

- Royalti

- Kompensasi asset atau kompensasi hutang Kepemilikan asset Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD Mitra usaha selama

kontrak berlaku

Mitra usaha selama kontrak berlaku

Pengelolaan asset Pemda/BUMD Mitra usaha Mitra usaha Mitra usaha Mitra usaha Pemeliharaan asset Pemda/BUMD atau

mitra usaha

Pemda/BUMD atau mitra usaha

Mitra usaha Mitra usaha Mitra usaha

(23)

dikontrakkan. Mereka tidak menanggung resiko komersial.

Karakteristik dan ketentuan umum dari kontrak pelayanan adalah: • Periode waktu kontrak yang terbatas (mungkin satu atau dua tahun).

• Kontrak pelayanan merupakan subyek untuk penawaran ulang dan persaingan. • Memicu timbulnya kinerja yang efisien.

• Pembayaran dihubungkan secara jelas dengan outputnya, misal seperti yang terbaca pada alat ukur, atau seperti rekening tertagih.

b. Kontrak manajemen

Kontrak manajemen (management contracts) adalah kesepakatan dengan pihak swasta yang dengan harga kontrak tertentu setuju untuk melaksanakan tanggungjawab manajemen dari sistem, fasilitas atau layanan PDAM/sektor pemerintah untuk jangka waktu tertentu.

Operator swasta tidak memiliki hubungan hukum dengan pelanggan, karena pelanggan tetap merupakan tanggungjawab PDAM. Dalam situasi dimana operator swasta menangani pelanggan secara langsung, maka operator bertindak sebagai agen. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk misalnya pembuatan rekening dan penagihannya, layanan pelanggan, serta hubungan ke rumah dan sejenisnya.

Kontrak manajemen umumnya digunakan untuk: • Pengoperasian dan perawatan,

• Pengelolaan fasilitas, • Pengelolaan sistem, • Pengelolaan administrasi.

PDAM/pemerintah dalam hal ini adalah bertanggung jawab menyediakan modal kerja untuk pengembangan dan perluasan prasarana.

Tanggung jawab dari operator swasta adalah:

• Melaksanakan seluruh pengoperasian dan perawatan, termasuk penyediaan perkakas, peralatan, tenaga kerja dan persedian suku cadang. Swasta juga memiliki kebutuhan modal kerja tertentu untuk pembelian dan persediaan.

• Menagih tarif atas nama PDAM/otoritas pemerintah, dan memiliki tanggung jawab gadaian. Pembayaran umumnya akan dimasukkan langsung ke rekening PDAM.

(24)

Karakteristik dan ketentuan umum dalam kontrak manajemen adalah:

• Pada umumnya kontrak manajemen adalah untuk jangka waktu menengah, berkisar antara tiga hingga lima tahun. Sehingga memungkinkan pihak swasta untuk melakukan investasi tenaga kerja dan peralatan tertentu.

• Pembayaran dapat distrukturkan agar proporsional dengan efisiensi yang dicapai. Dalam hal ini kegunaan kontrak adalah untuk memastikan bahwa kompensasi hanya diberikan berdasarkan pencapaian output tertentu.

• Dapat distrukturkan bentuk insentif lain untuk meningkatkan produktivitas dari sektor swasta yang berperan.

• Kontrak juga dapat distrukturkan untuk penetapan pengaturan PSP dengan jangka waktu yang lebih lama, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

• Metode ini menyediakan insentif tambahan untuk memberikan imbalan atas kinerja yang baik dan sanksi/hukuman atas kinerja yang buruk.

c. Kontrak sewa

Pada kontrak sewa (lease contract), sektor swasta menyewa suatu sistem dari PDAM/pemerintah dan menjual layanannya pada masyarakat. Besarnya sewa yang dibayar oleh sektor swasta biasanya sama atau lebih besar dari biaya akuisisi dan pembiayaan asset yang disewakan.

Karena PDAM/pemerintah menyewakan sistem pada swasta, maka resiko komersial menjadi tanggungan pihak swasta.

Kontrak sewa umumnya digunakan untuk: • Pengelolaan sistem,

• Pengelolaan fasilitas.

Tanggung jawab PDAM/pemerintah adalah:

• Menyediakan modal investasi untuk mengembangkan, membangun dan membiayai asset yang disewakan.

• Mengganti asset yang telah habis usia pakainya, seperti peralatan, pompa, kendaraan.

• Membayar penutupan hutang dari asset yang diperoleh. • Menetapkan harga dan tarif.

• Menetapkan kebijaksanaan yang berhubungan dengan penyediaan, operasi dan tarif.

(25)

• Melanjutkan pengoperasian dan perawatan hingga tingkat dan kualitas yang ditentukan oleh PDAM/pemerintah.

• Pembuatan rekening tarif air dan menagih tarif tersebut atas nama pihak swasta sendiri. Kompensasi yang diterima oleh PDAM/pemerintah adalah pembayaran sewa sesuai dengan perjanjian sewa.

• Menyediakan modal kerja untuk mendukung operasi harian. Modal kerja disediakan untuk membayar biaya-biaya, piutang pendukung dan menjaga persediaan bahan kimia, suku cadang, perkakas, dll.

Karakteristik dan ketentuan umum dalam kontrak sewa adalah: • Kontrak sewa umumnya berjangka menengah.

• Persyaratan sewa harus memungkinkan tarif yang ditetapkan cukup untuk membayar sewa, memberikan keuntungan yang memadai bagi investor, serta insentif bagi pengoperasian yang efisien.

• Umumnya sewa memungkinkan bagi penyewa untuk menaikkan tarif secara independen melalui mekanisme atau rumus yang disepakati dengan PDAM/pemerintah.

• Resiko komersial dibatasi, yaitu meminta penyewaan sistem dengan arus kas yang mendukung.

• Penyewa diharuskan memberikan deposito sekuritas untuk memastikan bahwa asset terlindungi dan dapat membayar pinalti jika kinerja, baik kuantitas maupun kualitas, tidak dapat memenuhi standar yang disepakati.

4.1.3.2 Kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership, KPS/PPP)

Dalam skema KPS atau kemitraan pemerintah swasta, pihak swasta akan membangun/merehabilitasi prasarana termasuk pembiayaannya, dan mengoperasikan serta memelihara. Karenanya KPS membutuhkan investasi yang besar dari pihak swasta (padat modal). Mempertimbangkan hal tersebut maka implementasi KPS untuk prasarana pelayanan umum (dalam hal ini PDAM) mempunyai masa kerjasama yang lebih panjang daripada bentuk PSP sebagaimana telah dijelaskan di atas.

KPS mencakup dua bentuk dasar yaitu :

BOT (build – operate – transfer) dengan variasi bentuk antara lain BOO (build –

operate – own), ROT (rent – operate – transfer), dan ROO (rent – operate –transfer).

(26)

a. Kontrak BOT

BOT merupakan singkatan dari (build – operate – transfer) atau diterjemahkan menjadi (bangun – operasikan – alih milik). BOT dalam prasarana air minum merupakan suatu ikatan kontrak dimana PDAM/pemerintah menetapkan pihak swasta melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana air minum termasuk pengadaan pendanaannya, mengelola, memelihara dalam jangka waktu tertentu, dan kemudian menyerahkan (alih milik) sarana dan prasarana tersebut kepada PDAM setelah jangka waktu kontrak selesai.

Sebagai contoh, pihak swasta melaksanakan pembangunan IPA (termasuk pengadaan pembiayaannya), mengoperasikan dan memeliharanya. Air yang diproduksi dijual kepada PDAM melalui kontrak take-or-pay selama jangka waktu kontrak BOT. Selanjutnya, setelah jangka waktu kontrak selesai, IPA tersebut diserahkan kepada PDAM. Dalam kerjasama ini, pihak swasta memasok air ke PDAM dalam volume yang sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kontrak. Pelayanan pada masyarakat (distribusi) tetap dilaksanakan oleh PDAM.

Karakteristik yang terdapat pada BOT adalah:

• Fasilitas dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan prasarana.

• Umumnya sangat padat modal dan membutuhkan dana dalam jumlah besar untuk membangunnya. Karenanya pengembalian modal membutuhkan waktu yang relatif lama.

• Dicirikan dengan seperangkat perjanjian kontrak yang rumit, yang mengikat masing-masing pihak yang saling bekerjasama, untuk melaksanakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut.

• Pendapatan sektor swasta diperoleh dengan menjual produk layanan yang dihasilkan selama periode kontrak, sesuai dengan syarat perjanjian antara pihak swasta dengan badan pemerintah/PDAM.

• Resiko diidentifikasi oleh pihak-pihak yang akan bekerjasama, dan resiko ditransfer kepada pihak yang paling mampu menangani resiko tersebut dengan biaya serendah mungkin.

Struktur kontrak BOT kadang kala berbentuk jarring kesepakatan yang rumit dan melibatkan banyak peserta. Struktur yang rumit ini penting untuk difahami pada saat melaksanakan kontrak.

(27)

• Jangka waktu kontrak harus cukup untuk mengembalikan hutang dan memberikan keuntungan yang disesuaikan dengan resiko kepada investor.

• Permintaan akan layanan dijamin oleh PDAM/otoritas pemerintah.

• Fasilitas akan ditransfer ke PDAM sebagai milik PDAM pada akhir periode kontrak. Dalam kontrak harus disebutkan secara jelas bagaimana pengalihan pemilik dilakukan serta keharusan pihak swasta untuk menyiapkan fasilitas yang akan diserah terimakan. PDAM harus menyiapkan unit untuk menangani pemindah tanganan ini.

• Di saat pengakhiran kontrak, seringkali terdapat penyediaan layanan yang harus dilanjutkan. Hal ini dapat dilaksanakan untuk memastikan bahwa transisi yang mulus dalam manajemen dapat terjadi.

Namun, terdapat banyak kendala dalam memasuki kontrak jenis ini. Tidak sedikit yang diakibatkan oleh kesalahpahaman mengenai persyaratan, peran PDAM/pemerintah, dan peran sektor swasta. Beberapa kendala penting dalam kontrak BOT, adalah sbb: • Kerumitan dalam paket penetapan harga.

Pengelola harus mempelajari keahlian baru; memahami lingkup kontrak yang rumit; mempelajari syarat dan ketentuan dalam pembiayaan dan kontrak. Situasi ini sering membuat PDAM/otoritas lokal kewalahan, sehingga mengakibatkan kemacetan dalam negosiasi. Program yang berhasil adalah (i) program yang telah menggunakan keahlian baru tersebut dalam penyusunannya, bisa menggunakan konsultan, dan juga (ii) telah mengembangkan organisasi serta (iii) telah melatih staf mengenai unsur-unsur penting dalam pembiayaan.

Kerumitan ini disebabkan oleh proyek besar dengan periode maturitas yang panjang, yang mengharuskan selesainya keuangan proyek. Kebutuhan pembiayaan proyek ini menimbulkan konsekuensi diperlukannya dokumen hukum yang rumit, dimana umumnya dokumen ini belum dikenal oleh PDAM atau badan pemerintah daerah yang bertanggungjawab memberi pelayanan pada masyarakat.

• Penetapan harga dan syarat kontrak.

Permasalahan lain adalah yang menyangkut syarat kontrak dimana mengharuskan dipindahkannya suatu resiko tertentu, yang tentunya berdampak pada biaya kontrak. Unsur transfer resiko ini dapat menyangkut unsure take-or-pay, keadaan

Harga untuk layanan umumnya dinilai terlalu rendah dari yang ditawarkan oleh sektor swasta. Pada umumnya pandangan ini terjadi karena PDAM/badan pelaksana tidak memproyeksikan secara tepat data mengenai biaya unit proyek.

(28)

kahar, penyelesaian perselisihan, serta permasalahan lain yang menghalangi kesimpulan yang teratur dari kontrak.

• Kepekaan atas aspek politik.

b. Konsesi

Hal ini termasuk tarif yang ditetapkan terlalu rendah sehingga berdasarkan gagasan untuk menswastakan utilitas, tarif perlu disubsidi melalui pendapatan pajak. Permasalahan kepekaan ini dapat diatasi dengan memberikan pemahaman mengenai manfaat badan usaha swasta dalam penyediaan layanan air minum

Menurut International Finance Corporation, concession is an arrangement whereby a

private party leases assets for service provision from a public authority for an extended period and has responsibility for financing specified new fixed investments during the period; the assets revert to public sector at expiration of the contract ~

Konsesi adalah suatu pengaturan dimana pihak swasta meminjam/mengontrak asset dari otoritas publik untuk memberikan jasa pelayanan dalam periode tertentu, serta bertanggungjawab untuk membiayai investasi baru yang telah ditentukan selama periode tersebut; pada saat berakhirnya kontrak asset dikembalikan ke otoritas publik. Dalam kontrak konsesi, pihak swasta bertanggungjawab atas keseluruhan pengoperasian dan juga program perbaikan sistem. Pihak swasta juga bertanggungjawab untuk membiayai, membangun dan mengoperasikan instalasi baru guna meningkatkan cakupan pelayanan, yang pada akhir masa konsesi harus dialihkan kepemilikannya ke PDAM. Berbeda dengan BOT, dalam kontrak konsesi pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh sektor swasta.

Dalam kontrak konsesi, kepemilikan seluruh asset tetap pada PDAM/pemerintah. Meskipun sesuai kontrak tanggungjawab lainnya dilimpahkan pada sektor swasta, namun PDAM/pemerintah tetap memiliki peran kepengaturan dan monitoring kinerja swasta. Kompensasi kepada sektor swasta dengan sendirinya adalah berdasarkan kinerja.

Pihak swasta menerima seluruh tanggungjawab dari PDAM/pemerintah. Mereka bertanggung-jawab atas pengoperasian, perawatan, dan investasi modal. Dalam segala aspek, perusahaan swasta tersebut bukanlah merupakan agen bagi PDAM. Investasi modal umumnya dirancang untuk periode tahun tertentu dengan memberikan keuntungan yang memadai bagi pihak swasta. Pada saat investasi dilakukan, kepemilikan asset tetap ditangan PDAM/pemerintah dan pembayaran kembali hutang (dari investasi) dijadwalkan sesuai dengan tarif yang ditagihkan.

(29)

kepada sektor swasta, maka kontrak konsesi ini hanya akan dapat dilaksanakan dalam skala besar. Artinya PDAM/pemerintah harus melepaskan kendali atas sistem secara keseluruhan.

Kontrak konsesi harus memiliki syarat dan ketentuan yang jelas, umumnya sebagai berikut:

• Periode pengoperasian oleh kontraktor swasta diberikan dalam jangka panjang, antara 20 – 30 tahun. Periode kontrak harus cukup panjang, sehingga investasi perbaikan dapat dilakukan dalam 5 hingga 10 tahun pertama, dan selanjutnya agar dapat dihasilkan pendapatan untuk membayar kembali hutang atas pinjaman untuk investasi tersebut.

• Pihak kontraktor swasta harus memiliki hak eksklusif atas sistem PAM selama jangka waktu kontrak. Kontraktor menerima kompensasi berdasarkan kinerjanya, sehingga harus mengendalikan semua aspek (tolok ukur) dari kinerja tersebut. Bila kontraktor tidak diberikan kendali total, maka kemungkinan tolok ukur kinerja tersebut dapat menjadi tak terkendali.

• Jika terdapat investasi apapun dan untuk terus mendorong sektor swasta memperbaiki sistem yang perlu ditingkatkan dan diperluas, maka penetapan kontrak mengharuskan kompensasi yang dibayarkan kepada kontraktor swasta untuk investasi adalah tanpa amortisasi di akhir perjanjian. Pengakhiran ini dapat terjadi sebagai akibat selisih waktu atau pengakhiran yang tidak diinginkan sebagai akibat kelalaian. Bagaimanapun juga harus disadari adanya investasi modal yang terjadi selama periode pengoperasian.

Pendapatan bagi pihak kontraktor swasta harus disebutkan dengan jelas di dalam kontrak. Ketentuan yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pembayaran kepada kontraktor swasta adalah sbb:

• Pembayaran kepada kontraktor akan bersumber dari konsumen yang membayar tarif air mereka secara langsung telah memberikan kompensasi kepada kontraktor. Persentase terhadap harga ini akan dibayar kepada kontraktor sebagai kompensasi atas layanan yang telah dilaksanakan. Pembayaran konsumen akan ditagih dan dicatat oleh kontraktor untuk kemudian dimasukkan ke dalam escrow

account. Selanjutnya agen escrow akan menyediakan kompensasi untuk

(30)

• Harga yang akan dibayarkan ke escrow account akan ditetapkan melalui kontrak. Umumnya ini merupakan persentase dari total tarif yang ditagih dan disesuaikan setiap tahun berdasarkan rumus indeks.

• Pendapatan akan dibayarkan kepada kontraktor setelah dideduksi untuk pajak sesuai yang ditetapkan oleh badan otoritas pajak, atau untuk beban lain sesuai yang haruskan oleh hukum.

• Pemegang konsesi menerima resiko bahwa biayanya tidak akan melebihi kompensasi atau pendapatan yang diterima. Kegagalan di pihaknya untuk mendapatkan keuntungan bukan menjadi sasaran bantuan pemerintah.

Kinerja pengoperasian oleh pihak kontraktor swasta dapat diukur dari kualitas dan kuantitas air yang didistribusikan, kemampuan untuk mengurangi air tak berekening (ATR), atau target lain yang disebutkan dalam kontrak. Jika kontraktor swasta gagal melaksanakan kontrak sesuai dengan apa yang disebutkan dalam perjanjian kerjasama, maka kontraktor dapat dikenakan pinalti (hukuman), sbb:

• Jika kontraktor dikompensasi berdasarkan rumus hasil bagi, maka kegagalan dalam meraih pendapatan yang diharuskan menyebabkan kontraktor rugi atas pendapatan yang diperlukan untuk pengoperasian. Semakin tinggi pendapatan maka kompensasi yang diterima kontraktor semakin tinggi.

• Jika terjadi kegagalan untuk mencapai target, misalnya kualitas, maka hukuman yang bersifat moneter akan dihubungkan secara khusus dengan bagian kegagalan tersebut.

• Biaya atau kompensasi moneter yang diakibatkan oleh pelanggaran terhadap peraturan otoritas pemerintah ditetapkan berdasarkan tingkat pelanggaran tersebut. Pelanggaran kontrak dapat terjadi dalam berbagai bidang, seperti kegagalan untuk mencapai persyaratan kualitas air, ataupun untuk alasan lainnya, seperti tidak menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit tepat pada waktunya. Tingkat pelanggaran untuk masing-masing jenis pelanggaran harus ditimbang agar penetapan hukuman yang diberikan sesuai. Dalam contoh di atas, kegagalan untuk menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit tepat pada waktunya merupakan pelanggaran ringan (jika perbaikan dilakukan dengan cepat, yaitu cepat menyerahkan laporan) dibandingkan dengan pendistribusian air dengan kualitas buruk kepada masyarakat. Komponen biaya pelanggaran merupakan subyek yang harus ditinjau oleh masing-masing pihak.

• Hukuman ditentukan berdasarkan biaya dari pihak yang terkena dampak/dikecewakan. Bila kontraktor swasta melanggar kesepakatan maka biaya

(31)

hukuman. Sering kali kalkulasi biaya hukuman tersebut sangat sulit dan memakan waktu. Jumlah moneter yang harus dibayar tersebut, yang dikenal sebagai kerugian terlikuidasi, akan disebutkan dalam kontrak. Kerugian terlikuidasi adalah kerugian uang sebagai pengganti kerugian aktual yang harus dibayar. Sebagai contoh, jika terjadi penundaan pembangunan instalasi baru dari waktu (tanggal) yang telah ditetapkan kontrak dapat menentukan besarnya biaya hukuman untuk setiap hari keterlambatan tersebut.

• Kerugian dibayarkan pada badan pengatur/badan regulasi, dimana oleh badan pengatur dana ini akan digunakan untuk menutup biaya yang terjadi sebagai akibat adanya pelanggaran.

4.1.4 Proposal kemitraan

Proposal kemitraan yang akan ditawarkan pada pihak ketiga dipersiapkan secara komunikatif, dengan menggunakan data yang relevan, berupa (i) hasil studi identifikasi kegiatan dan (ii) hasil pra studi kelayakan.

4.1.4.1 Identifikasi kegiatan

Identifikasi kegiatan adalah gambaran singkat yang menjelaskan adanya kebutuhan air minum di suatu wilayah yang mempunyai indikasi untuk dikerjasamakan dengan investor swasta serta mengusulkan bentuk kerjasama yang akan di KPS kan.

Dalam indentifikasi kegiatan investasi dilakukan :

• Pengkajian mengenai lokasi dan kondisi fisik daerah pelayanan, gambaran kondisi prasarana dan sarana yang ada.

• Pengkajian permintaan atau keinginan masyarakat akan pelayanan yang dibutuhkan ditinjau dari aspek sosial ekonomi, perkembangan kepadatan, distribusi maupun pengelompokan penggunaannya.

• Penentuan jenis dan besaran investasi yang akan diusulkan dengan mempertimbangkan permintaan dan ketersediaan fasilitas serta kemampuan yang ada.

• Penentuan struktur usulan investasi yang meliputi struktur hukum, peraturan, pengelolaan, teknis dan keuangan, yang secara keseluruhan dapat menjelaskan tentang perlunya investasi swasta.

(32)

• Perkiraan besarnya anggaran biaya pembangunan, penyelenggaraan, dan pengelolaan kegiatan, dengan prakiraan pendapatan yang akan diperoleh dari investasi yang ditanamkan.

• Peninjauan awal kelayakan keuangan investasi termasuk formula tarifnya. • Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Kandungan yang harus disajikan dalam dokumen identifikasi kegiatan investasi mencakup antara lain:

• Cakupan dan besaran pekerjaan.

• Perkiraan biaya investasi dan pentahapannya. • Bentuk KPS.

• Manfaat investasi dan manfaat KPS. • Kriteria-kriteria yang akan dipakai.

4.1.4.2 Pra studi kelayakan

Semua kegiatan investasi air minum yang akan dibangun dan atau dikelola melalui KPS perlu memiliki pra studi kelayakan investasi yang lengkap dan disahkan oleh penanggungjawab kegiatan.

Dalam penyusunan pra studi kelayakan dilakukan:

• Pengkajian gambaran kondisi fisik, sosial ekonomi, teknis, dan finansial investasi. • Pengkajian sistem penyelenggaraan dan pengelolaan infrastruktur yang ada serta

penilaian kinerja fasilitas pelayanan yang ada. • Pelaksanaan survey kebutuhan nyata.

• Penyusunan kerangka pengembangan dan parameter perencanaan pembangunan yang meliputi:

(i) Rencana wilayah usaha dan daerah pelayanan bagi pengembangan kajian. (ii) Strategi pengembangan kegiatan investasi.

(iii) Proyeksi kebutuhan.

• Proyeksi permintaan yang mencakup:

(i) Pola perkembangan daerah permintaan. (ii) Sasaran kegiatan.

(iii) Pertumbuhan kebutuhan yang diantisipasi.

(iv) Perkiraan pendahuluan permintaan masa mendatang.

(33)

(i) Garis besar solusi teknis alternatif untuk memenuhi permintaan. (ii) Garis besar penyempurnaan fasilitas untuk masing-masing alternatif. (iii) Tinjauan dampak sosial-ekonomi dari masing-masing alternatif.

(iv) Penyiapan perkiraan biaya anggaran umum dari alternatif yang diajukan.

• Peninjauan lingkungan awal yang akan memberikan suatu rekomendasi perlu tidaknya AMDAL dalam kegiatan tersebut.

• Penentuan bentuk kerjasama Pemerintah dan BUS yang sesuai dengan kegiatan investasi yang akan di KPS kan.

• Analisis keuangan untuk mengetahui iklim pengembangan investasi yang saling menguntungkan, termasuk struktur tarifnya.

• Penjelasan dasar-dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan KPS (aspek pengaturan dan kelembagaan).

• Pembagian alokasi resiko dan tanggung jawab.

• Penjelasan mengenai pengaturan pengadaan KPS yang meliputi uraian kegiatan yang akan dilakukan, jadwal pelaksanaan masing-masing kegiatan serta penanggungjawab kegiatan.

• Memberikan rekomendasi:

(i) Apakah investasi secara teknis layak. (ii) Apakah investasi secara finansial layak.

(iii) Apakah investasi secara keuangan layak sebagai kegiatan kerjasama. (iv) Alternatif mana yang disarankan dan mengapa.

Hasil pra studi kelayakan di atas bersifat terbuka bagi semua peserta KPS namun tidak mengikat, dan merupakan salah satu unsur dari dokumen pelelangan dari rencana kegiatan KPS. Kandungan yang terdapat dalam dokumen pra studi kelayakan meliputi: • Cakupan dan besaran kegiatan KPS.

• Perkiraan biaya investasi dan atau penyelenggaraan dan pengelolaan.

• Bentuk KPS (BOOT, BOT, konsesi, servis kontrak, kerjasama operasi dan manajemen, dll).

• Perkiraan pengembalian investasi (jangka waktu KPS) dan formulasi tarifnya. • Manfaat kerjasama pemerintah swasta.

• Analisa resiko. • Informasi lain-lain.

(34)

4.2 Prosedur kemitraan

Kerjasama pemerintah dan badan usaha swasta dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum meliputi tahapan persiapan, pengadaan, pengikatan, monitoring, dan pengakhiran investasi.

Tahapan KPS tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan identifikasi kegiatan investasi penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum.

b. Melaksanakan penyusunan pra studi kelayakan kegiatan investasi kerjasama pemerintah dan swasta.

c. Menyiapkan institusi yang menangani penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan swasta.

d. Menyiapkan peraturan bagi pelaksanaan kerjasama pemerintah dan swasta. e. Mendapatkan persetujuan untuk pelaksanaan kerjasama pemerintah dan swasta. f. Melaksanakan proses prakualifikasi bagi calon investor (penawar).

g. Melaksanakan seleksi terhadap penawaran melalui pelelangan terbuka. h. Menetapkan pemenang kerjasama pemerintah dan swasta.

i. Menyusun perjanjian kerjasama pemerintah dan swasta.

j. Melaksanakan penandatanganan perjanjian kerjasama pemerintah dan swasta.

k. Melaksanakan pengaturan terhadap pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan investasi.

l. Melaksanakan monitoring kegiatan investasi. m. Menyiapkan proses alih milik.

Prinsip dalam melaksanakan kerjasama pemerintah dan swasta adalah:

a. Adil, berarti seluruh badan usaha yang ikut serta dalam proses pengadaan harus memperoleh perlakuan yang sama.

b. Terbuka, berarti seluruh proses pengadaan bersifat terbuka bagi badan usaha yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan.

c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi yang berkaitan dengan proses kerjasama - yaitu syarat teknis administrasi pemilihan, tata cara evaluasi, dan penetapan badan usaha – bersifat terbuka bagi seluruh badan usaha serta masyarakat umumnya.

d. Bersaing, berarti pemilihan badan usaha melalui proses pelelangan.

e. Bertanggung-gugat, berarti hasil pemilihan badan usaha harus dapat dipertanggung-jawabkan.

(35)

berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang seimbang sehingga memberi keuntungan bagi kedua belah pihak dan masyarakat dengan memperhitungkan kebutuhan dasar masyarakat.

g. Saling membutuhkan, berarti kemitraan dengan badan usaha dilakukan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak. h. Saling mendukung, berarti kemitraan dengan badan usaha dilakukan dengan

semangat saling mengisi dari kedua belah pihak.

4.2.1 Proses seleksi calon mitra

Pengadaan badan usaha calon mitra kerjasama dilakukan melalui proses seleksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.2.1.1 Prakualifikasi

Kegiatan prakualifikasi adalah kegiatan seleksi awal badan usaha swasta (BUS) yang berminat dalam penyelenggaraan KPS. Dalam seleksi awal ini dilakukan pemilihan BUS yang memiliki kemampuan manajemen, teknis dan keuangan, yang dapat diikutsertakan pada pelelangan KPS dalam penyelenggaraan air minum.

Kegiatan prakualifikasi harus diumukan secara terbuka melalui media massa cetak dan atau elektronik domestik atau internasional untuk mengundang pihak swasta dalam negeri maupun luar negeri dalam penyelenggaraan KPS. Semua persyaratan yang ditentukan panitia prakualifikasi yang tercantum dalam dokumen prakualifikasi berlaku untuk semua peserta prakualifikasi. Tidak ada diskriminasi berdasarkan kebangsaan dan lainnya dan atau dengan cara-cara yang tidak obyektif dan bertentangan dengan hukum di Indonesia.

Dokumen prakualifikasi berisi informasi sebagai berikut:

a. Penjelasan singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi lingkup kegiatan, lokasi, jadwal waktu yang diusulkan dan jangka waktu kerjasama.

b. Daftar persyaratan-persyaratan administrasi, teknis dan keuangan yang harus diajukan BUS, terdiri dari:

• Surat pernyataan minat untuk mengikuti prakualifikasi.

• Kelengkapan administrasi (akte notaris pendirian perusahaan).

• Informasi tentang BUS.

• Informasi tentang kesesuaian bidang usaha dengan lingkup pekerjaan kegiatan investasi.

(36)

• Informasi tentang kecukupan keahlian dan pengalaman serta kemampuan untuk menangani pekerjaan yang sesuai dengan lingkup pekerjaan investasi.

• Indikasi tentang upaya-upaya dan potensi yang dimiliki guna menjamin kualitas pelaksanaan investasi sesuai dengan kinerja yang ditentukan.

• Keadaan keuangan BUS (laporan keuangan tiga tahun terakhir yang diaudit oleh akuntan publik).

• Indikasi tentang pilihan langkah pendanaan pembangunan dan rencana investasi, termasuk informasi penyandang dana dan kreditur pendukung, serta bukti kinerja perusahaan dalam investasi.

• Bentuk asosiasi atau konsorsium yang diajukan untuk melaksanakan kegiatan investasi.

c. Kriteria penilaian prakualifikasi.

d. Penjelasan mengenai tanggal, tempat, dan waktu penyerahan dokumen prakualifikasi yang telah diisi oleh BUS yang berminat.

Selanjutnya dilakukan penilaian dokumen prakualifikasi yang merupakan evaluasi terhadap dokumen prakualifikasi yang diajukan oleh BUS sesuai dengan kriteria penilaian yang meliputi kelengkapan administrasi, pengalaman perusahaan yang relevan, kapasitas yang berhubungan dengan kemampuan personalia, peralatan, serta keuangan untuk melaksanakan kegiatan sesuai kebutuhan sektor air minum.

Contoh dari kriteria penilaian terhadap kualifikasi BUS peserta prakualifikasi adalah: a. Kesesuaian bidang usaha untuk melaksanakan lingkup pekerjaan dan pelayanan

yang direncanakan.

b. Pengalaman melaksanakan pekerjaan untuk proyek serupa dalam 10 tahun terakhir, dan pemikiran tentang rancangan pelaksanaan pembangunan dan pengelolaannya. c. Langkah pendanaan untuk fase pembangunan maupun operasional proyek, termasuk

dukungan dari penyandang dana atau kreditor potensial, pemikiran tentang tarif dan asset.

d. Kinerja keuangan perusahaan berdasarkan neraca perusahaan yang sudah diaudit akuntan publik.

e. Skema penjaminan kualitas yang diusulkan guna memenuhi tolok ukur kinerja yang disebutkan dalam uraian singkat proyek.

f. Kelengkapan persyaratan administrasi sesuai yang ditentukan dalam dokumen Prakualifikasi.

(37)

ditetapkan daftar pendek (short list) peserta lulus prakualifikasi yang dapat diikutsertakan dalam proses pelelangan. Pengumuman daftar pendek kepada peserta lulus prakualifikasi dilakukan secara tertulis.

Pedoman terinci pelaksanaan prakualifikasi kegiatan investasi KPS terdapat pada Kepmenkimpraswil no. 409/KPTS/2002, tentang pedoman kerjasama pemerintah dan badan usaha swasta dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum dan sanitasi, lampiran II.

4.2.1.2 Pelelangan

Proses pelelangan adalah kegiatan pemilihan badan usaha swasta yang telah lulus prakualifikasi untuk melaksanakan kegiatan kemitraan. Pelelangan yang merupakan tahapan dalam proses kerjasama ini dilakukan secara adil, terbuka, transparan, kompetitif, dan bertanggung-gugat.

Bagi semua peserta yang lulus prakualifikasi diberikan dokumen pelelangan yang minimal berisikan:

• Peraturan pelelangan.

• Pedoman pengajuan penawaran (PPP).

• Pra studi kelayakan.

• Rancangan perjanjian kerjasama.

PPP adalah bahan acuan bagi perserta lelang dalam penyusunan penawaran yang tanggap dan responsif yang minimal mencakup gambaran kegiatan yang dikerjasamakan, tolok ukur, persyaratan keuangan, alokasi resiko, tata cara pengajuan penawaran, serta kriteria (teknis dan keuangan) dan prosedur penilaian. Secara terinci PPP berisi:

a. Pendahuluan yang memuat maksud dan tujuan dari penyusunan PPP.

b. Ikhtisar gambaran KPS yang memberikan uraian ringkas mengenai kegiatan investasi yaitu: penjelasan umum dan tujuan investasi, ruang lingkup, hasil yang diharapkan, masyarakat yang akan menikmati, rancangan dan standar kinerja minimum.

c. Prosedur pengajuan penawaran yang mencakup masa berlaku penawaran; cara pemasukan penawaran (satu atau dua amplop); tanggal, batas waktu dan tempat pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran; prosedur pembukaan dokumen penawaran; jaminan penawaran dan masa berlakunya dari bank pemerintah yang nilainya ditetapkan oleh panitia lelang.

(38)

d. Keterangan minimum yang harus dilengkapi BUS:

i) Persyaratan administratif yang harus memuat: surat penawaran yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan, atau oleh seluruh direktur anggota konsorsium jika ada; surat kuasa yang memuat nama lengkap, jabatan dan alamat orang yang diberi kuasa; surat jaminan penawaran; surat pernyataan kesediaan dari bank untuk mendukung pembiayaan investasi jika peserta lelang telah mendapatkan kontrak kerjasama.

ii) Ringkasan Eksekutif berisi ikhtisar penawaran teknis lebih kurang lima (5) halaman.

iii) Kualifikasi teknis, manajemen, dan keuangan peserta pelelangan untuk melakukan perencanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan kegiatan investasi dalam rangka perjanjian kerjasama Pemerintah-BUS.

iv) Pendekatan kerja peserta lelang, yang menggambarkan pendekatan terhadap kelayakan operasional dan teknis yang meliputi gambaran bagaimana mengembangkan, mengelola, melaksanakan, serta memelihara prasarana dan sarana, termasuk:

(a) rencana pembangunan; (b) standar konstruksi;

(c) rencana manajemen dan operasional; (d) rencana pemeliharaan;

(e) rencana dokumentasi asset;

(f) pendekatan teknis dan administratif; (g) jadwal implementasi.

v) Rencana investasi dan proyeksi keuangan.

vi) Kemampuan dan sumber pendanaan tentang dukungan pembiayaan kegiatan investasi apabila peserta lelang telah mendapat persetujuan; dan kontribusi modal. vii) Standar kinerja; memuat pengertian dan pemenuhan terhadap tolok ukur yang

ditetapkan.

viii) Pengembalian investasi dengan tingkat pengembalian yang wajar dan perumusan tarif yang dipakai.

ix) Konsep hubungan kerja, yaitu dengan menunjukkan langkah-langkah yang diusulkan peserta lelang untuk mengadakan hubungan dengan pemanfaat.

x) Konsep sosialisasi dan hubungan masyarakat, dengan menunjukkan gambaran langkah-langkah yang diusulkan peserta lelang untuk meningkatkan pelayanan.

(39)

manajemen, dan staf operasional.

xii) Laporan kinerja, menggambarkan pengertian dan cara peserta lelang untuk memenuhi persyaratan laporan kinerja, yaitu laporan keuangan dan kemajuan rencana usaha (business plan) yang meliputi pelaksanaan fisik investasi dan aspek operasional.

e. Pengaturan yang jelas mengenai penanganan asset, meliputi asset yang telah ada maupun yang akan dibangun oleh BUS.

f. Kebutuhan dana penanggungjawab kegiatan KPS, yang meliputi royalty, sewa asset (kompensasi asset), biaya supervise, biaya badan regulator (bila dibutuhkan), biaya auditor independen.

g. Pengaturan mengenai terminasi atau pengakhiran yang dapat terjadi pada masa kerjasama berjalan atau pada akhir masa kerjasama.

h. Pengaturan mengenai penalti dan sanksi apabila kinerja tidak memenuhi tolok ukur yang ditetapkan.

i. Kriteria penilaian yang berisikan ketentuan dan bobot penilaian dalam pelaksanaan evaluasi dokumen penawaran BUS.

j. Prosedur penilaian yang berisikan ketentuan yang mengatur tahapan dan tata cara penilaian dokumen penawaran BUS.

Dalam melaksanakan evaluasi dari penawaran yang masuk, kriteria evaluasi terhadap penawaran BUS sesuai Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah no.409 tahun 2002, terdiri dari:

a. Kriteria penilaian administrasi, didasarkan pada:

i) Struktur kepemilikan modal atau kepengurusan perusahaan. Harus dipastikan bahwa peserta lelang tidak berada dalam satu kendali pemilik modal atau kepengurusan perusahaan sehingga tidak memungkinkan kolusi diantara peserta lelang yang akan merugikan PDAM/Pemda.

ii) Isi dokumen penawaran untuk memastikan kelengkapan dan kesesuaiannya dengan ketentuan dokumen penawaran.

iii) Dokumen penting lainnya seperti akta pendirian perusahaan, surat izin usaha, dan nomor pokok wajib pajak, yang menunjukkan bahwa dokumen tersebut adalah benar, jelas, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

(40)

b. Kriteria penilaian teknis, didasarkan pada:

i) Pendekatan kegiatan investasi, melihat gambaran yang diberikan oleh peserta lelang terhadap kelayakan operasional dan kelayakan teknis kerjasama sebagai ringkasan dari studi kelayakan yang dibuat peserta lelang.

ii) Penyelenggaraan, melihat gambaran yang diberikan oleh peserta lelang bagaimana menyelenggarakan kegiatan investasi secara teknis sesuai lingkup pekerjaan.

iii) Disain dasar yang digunakan, apakah sudah sesuai dengan kriteria teknis dan standar lingkungan yang ditetapkan dalam dokumen penawaran.

iv) Rencana teknis yang diusulkan, apakah sudah mempertimbangkan hasil survey atau penelitian lapangan dan apakah sudah disusun jadwal pelaksanaannya.

v) Pengaturan organisasi yang diusulkan, serta pengaturan operasi dan pemeliharaan, apakah menjamin kinerja yang direncanakan sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.

vi) Operasional, melihat bagaimana peserta lelang mengelola, mengoperasikan, dan memelihara asset investasi untuk mencapai kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan sesuai standar kinerja operasional.

vii) Rencana pembiayaan:

• Perhitungan biaya harus lengkap dengan memperhitungkan semua pembiayaan mulai dari penyiapan disain konstruksi dan pengoperasiannya, termasuk perkiraan dana cadangan (contingency) untuk menutup kemungkinan kenaikan biaya (cost overrun), keterlambatan pekerjaan, dll.

• Perhitungan biaya harus mencakup pembiayaan personil/tenaga ahli, biaya operasi dan pemeliharaan, besarnya modal kerja dan peruntukkannya, biaya penggantian dan perbaikan selama masa pembangunan dan pengoperasian, termasuk perolehan lisensi, izin serta pajak-pajak.

viii)Analisis keuangan:

• Menggunakan prinsip ‘discounted present value’; tingkat suku bunga (discount

rate) yang digunakan dalam perhitungan adalah discount rate “Sertifikat Bank

Indonesia” untuk tiga (3) bulan pada tanggal yang telah disepakati atau discount

rate lain yang telah disetujui.

• Proyeksi keuangan yang digunakan dalam menyusun penawaran harus sesuai dengan ketentuan disain teknis (basic design) dan sesuai dengan format yang telah ditetapkan, yang dilengkapi dengan data elektronik beserta rumusannya serta ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan dalam dokumen pelelangan.

Gambar

Tabel 2.1   Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi  melaksanakan kemitraan dengan badan usaha
Tabel 2.2  Kompetensi kunci dalam pencapaian  unjuk  kerja  melaksanakan  kemitraan                 dengan badan usaha

Referensi

Dokumen terkait

Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap.. mata uang dari negara tertentu yang ditetapkan

Berdasarkan analisis pengaruh nilai tukar mata uang (kurs) rupiah terhadap dollar di Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa Nilai tukar mata uang selalu mengalami kenaikan

Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam Rupiah dengan kurs tengah wesel ekspor Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal 30

Kewajiban dalam valuta asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal neraca. Utang bunga atas utang pemerintah harus

19 Transaksi dalam mata uang asing dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. • Mata uang asing dibeli

Pada akhir tahun, aset dan kewajiban moneter dalam valuta asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan mempergunakan kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN KURS NILAI TUKAR Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi

Kata Kunci : Nilai Tukar, Valuta Asing, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Jumlah Uang Beredar PENDAHULUAN Nilai tukar mata uang atau disebut dengan kurs sangat dibutuhkan dalam melakukan