• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUM L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN TAKARAN MULSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI CABAI MERAH (CAPSICUM ANNUM L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN TAKARAN MULSA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

P

RODUKSI

C

ABAI

M

ERAH

(

C

APSICUM ANNUM

L

.

) P

ADA

B

ERBAGAI

J

ARAK

T

ANAM DAN

T

AKARAN

M

ULSA

Yield of red chilly (

Capsicum annum

L.) on

various crop spacing and mulches

Oleh:

Roswuro

1)

, La Karimuna

2)

, dan Laode Sabaruddin

3*) 1)Alumni S2 Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu

2)Dosen Program Studi Agronomi Program Pascasarjana Unhalu *)Alamat surat-menyurat:sabaruddinlaode@yahoo.com

ABSTRACT.The objective of this research was to study the interaction between various crop spacing and mulch of rice straw on the yield of red chilly. The research was carried out in Pentiro village, Napabalano district, Muna Regency of Southeast Sulawesi Province. It was located held for four months during dry season, from May to August 2011. The research was designed in two factors i.e. crop spacing and mulch of rice straw. The research was arranged based on Randomized Block Design (RBD) in factorial pattern. The first factor was crop spacing of red chilly i.e. 70 cm x 30 cm, 70 cm x 40 cm, and 70 x 50 cm. The second factor was mulch of rice straw consisting of three level i.e. no without mulch of rice straw, 5 t ha-1t and 10 t ha-1. Variable observed were the, number of flowers, number of fruits, production, soil temperature, and soil water content. Data were analyzed based on Analyses of Variance (ANOVA) at 95% confidence level. In significant defferent, followed by Honestly Significant Defferent (HSD) test at 95% confidence level. Spatial crop spacing and rice straw mulch give hight significant effect to, number of flowers per plant, number of fruit per plant, weight of fresh fruit, and yield of red chilly (t ha-1). The comination plant spacing 70 cm x 50 cm and mulch of rice straw with 10 t ha-1gave the highest average yield of fresh fruit weight per plant 30,29 t ha-1and 31.68 t ha-1.

Key words:crop spacing, rice straw mulch, growth, red chilly production.

ABSTRAK.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh interaksi antara jarak tanam dan takaran mulsa terhadap produksi cabai merah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam pola Faktorial. Faktor pertama adalah jarak tanam yang terdiri atas tiga taraf yaitu (a) jarak tanam 70 x 30 cm, jarak tanam 70 x 40 cm dan jarak tanam 70 x 50 cm. Faktor ke dua adalah takaran mulsa jerami padi yang terdiri atas tiga taraf yaitu tanpa mulsa, takaran mulsa 5 t ha-1 dan takaran mulsa 10 t ha-1. Variabel yang diamati terdiri atas jumlah bunga, jumlah buah, produksi, suhu tanah, dan kadar air tanah. Data hasil pengamatan dianalisis berdasarkan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 % dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf kepercayaan 95 %. Perlakuan jarak tanam dan takaran mulsa jerami secara mandiri memberikan pengaruh nyata terhadap, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, berat tanaman segar dan produksi (t ha-1). Jarak tanam 70 x 50 cm dan takaran mulsa dengan dosis 10 t ha-1memberikan produksi rata-rata berat segar masing-masing sebesar 2 49,11 t ha-1 dan 39,53 t ha-1.

Kata kunci: Jarak tanam, mulsa, pertumbuhan, produksi cabai merah.

PENDAHULUAN

Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditi hortikultura yang ba-nyak diminati masyarakat karena rasa dan aroma-nya yang khas. Cabai merah selain dapat diguna-kan sebagai penyedap masadiguna-kan, juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehat-an. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin dan mengandung

senyawa-senyawa alkaloid seperti capsaicin, flavo-noid dan minyak esensial.

Tanaman cabai merupakan tanaman sayuran yang mempunyai sistim perakaran agak dalam, na-mun sangat peka terhadap kekurangan air. Tanam-an ini sering ditTanam-anam sepTanam-anjTanam-ang tahun dTanam-an biasTanam-anya dilakukan pada awal musim hujan untuk lahan te-galan dan awal musim kemarau untuk lahan sawah, di daerah agak kering banyak diusahakan pada mu-sim hujan, kendalanya adalah tidak tahan terhadap

(2)

adanya genangan air maupun kekeringan. Untuk menjamin ketersediaan cabai merah dalam jumlah atau kuantitas yang cukup dan tersedia sepanjang tahun maka perlu dilakukan pemeliharaan tanam-an dengtanam-an cara pengaturtanam-an jarak ttanam-anam dtanam-an peng-gunaan bahan organik sebagai mulsa.

Jarak tanam adalah merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertum-buhan dan produksi tanaman. Pada jarak tanam yang rapat terjadi persaingan yang hebat antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain un-tuk mendapatkan sinar matahari, ruang tumbuh, air dan unsur hara di dalam tanah, akibatnya pe-nampilan dari masing-masing tanaman secara indi-vidu akan menurun sehingga produksinya juga ren-dah.

Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah jerami. Menurut Lamont (1993) penggunaan mulsa anorganik antara lain dapat mempercepat tanaman berproduksi, mening-katkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggu-naan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penya-kit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma, mencegah pemadatan tanah dan mempunyai ke-sempatan untuk menanam pada bedengan yang sama lebih dari satu kali. Berdasarkan hasil pene-litian Susanti (2003), pemberian mulsa jerami padi sebanyak 15 t ha-1 dapat meningkatkan hasil biji kering oven kacang tanah sebesar 3,09 t ha-1 di-bandingkan tanpa diberi mulsa yaitu sebesar 2,12 t ha-1atau meningkat sebesar 45,75%. Soares (2002) menyatakan bahwa pemberian mulsa jerami dapat meningkatkan berat segar umbi bawang putih se-besar 4,41 t ha-1dibandingkan dengan tanpa mulsa yaitu sebesar 3,64 t ha-1.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh jarak tanam dan takaran mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi cabai merah. Penelitian ini bertujuan untuk meng-kaji pengaruh interaksi antara jarak tanam dan takaran mulsa terhadap pertumbuhan dan pro-duksi cabai merah.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, berada pada ketinggian 70 m di atas permukaan laut. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan dalam periode musim kemarau yaitu bulan Mei sampai dengan Agustus 2011.

Bahan yang digunakan adalah benih cabai merah Varietas Tombak 1, mulsa jerami padi, pu-puk kandang sapi, urea, SP 36, KCl, decis, cloro-mite, sevin dan Furadan 3G. Alat yang digunakan

adalah parang, pacul, tembilang, timbangan anali-tik, soil moisture meter, meteran, gembor, ember, handsprayer, termometer, kamera digital dan alat tulis.

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rancangan acak kelompok yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah jarak tanam yang terdiri atas tiga taraf yaitu jarak tanam 70 x 30 cm (J1), jarak tanam 70 x 40 cm (J2) dan jarak tanam 70 x 50 cm (J3). Faktor ke dua adalah mulsa jerami padi (M) yang terdiri atas tiga taraf yaitu tanpa mulsa (M0), takaran mulsa 5 t ha-1 setara dengan 2,8 kg petak-1(M1) dan (c) takaran mulsa 10 t ha-1 setara dengan 5,6 kg petak-1 (M2). Pengolahan tanah dilakukan dengan kedalaman 30 cm. Selan-jutnya dibuat bedengan dengan ukuran 2,8 x 2 m.

Penanaman bibit di lapangan dilakukan empat minggu setelah benih disemaikan. Setelah tanam, bibit disiram dan diusahakan agar bibit tetap tegak. Sebelum diaplikasikan mulsa jerami padi dipotong-potong sepanjang 5 cm. Pemberian mulsa dilakukan setelah penanaman bibit dengan dosis sesuai dengan perlakuan masing-masing. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, urea, SP 36 dan KCl. Pupuk kandang dengan dosis 10 t ha-1 dilakukan satu minggu sebelum tanam dengan cara mencampur pupuk kandang dengan tanah pada saat membuat petak percobaan. Pupuk anorganik berupa pupuk urea, SP 36 dan KCl masing-masing dengan dosis 200 kg ha-1, 100 kg ha-1dan 100 kg ha-1.

Kegiatan dalam pemeliharaan cabai merah terdiri atas penyiangan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada sore hari dan pengendalian penyakit busuk buah dilakukan setelah tanaman berbuah dengan meng-gunakan sevin diberikan setiap dua minggu. Pembe-rantasan hama penggulung daun dilakukan dengan menggunakan decis dan hama ulat dilakukan dengan menggunakancloromite.

Peubah yang diamati meliputi jumlah bunga per pohon, jumlah buah per pohon (buah) dan produksi rata-rata (t ha-1), suhu tanah dan kadar air tanah diukur 5 cm dan 10 cm di bawah permuka-an tanah yang dilakukan setiap tiga hari pada 12.30 WITA. Data hasil pengamatan dari masing-masing peubah yang diamati dengan meng-gunakan sidik ragam. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dilakukan uji lanjut dengan meng-gunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 5 persen.

(3)

HASIL

Sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan takaran mulsa jerami secara mandiri berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga

tanam-an cabai merah namun interaksi kedutanam-anya tidak berpengaruh sangat nyata. Rata-rata jumlah bunga tanaman cabai merah menurut jarak tanam dan takaran mulsa dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 40 45 50 55 60 65 70 70cm x 30 cm 70 cm x 40 cm 70 cm x 50 cm

Umur Tanaman (HST)

Ju

m

la

h

Bu

ng

a

Gambar 2. Rata-rata jumlah bunga tanaman cabai merah menurut jarak tanam

Pada umur 40, 45, 50, 55, 60, 65 dan 70 HST (Gambar 1) menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam terhadap jumlah bunga tanaman cabai merah yang terbanyak diperoleh pada perlakuan J3 (70 x 50 cm).

Kecenderungan yang terjadi pada variabel jumlah bunga juga terjadi pada variabel tinggi tanaman, luas daun dan nisbah pupus akar. Disini terlihat bahwa parameter yang telah disebutkan di

atas memperoleh hasil terbaik pada jarak tanam yang renggang. Hal ini disebabkan pada jarak tanam yang renggang kompetisi antara tanaman dalam faktor tumbuh tidak terlalu tinggi sehingga unsur hara yang ada di dalam tanah dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti akar batang dan daun dan bagian-bagian generatif tanaman seperti bunga, buah dan biji.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 40 45 50 55 60 65 70

Ju

m

la

h

bu

ng

a

Umur Tanaman (HST)

Gambar 2. Rata-rata jumlah bunga tanaman cabai merah menurut takaran mulsa

Pada pemberian mulsa pada perlakuan M2 (10 t ha-1) menunjukkan bertambahan jumlah bunga yang lebih baik dibanding dengan jumlah bunga pada perlakuan M0 dan M1. Hasil

peng-amatan menunjukkan bahwa jarak tanam dan takaran mulsa jerami secara mandiri berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah tanaman cabai merah namun interaksi keduanya tidak

(4)

berpenga-ruh nyata terhadap jumlah buah tanaman cabai merah.

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh jarak tanam terhadap jumlah buah tanaman cabai

merah dapat dilihat pada Gambar 3. Untuk menge-tahui perbedaan pengaruh berbagai takaran mulsa terhadap jumlah buah tanaman cabai merah da-pat dilihat pada Gambar 4.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 65 70 75 80 70 cm x 30 cm 70 cm x 40 cm 70 cm x 50 cm

Umur Tanaman (HST)

Ju

m

la

h

Bu

ah

Gambar 4. Rata-rata jumlah buah tanaman cabai merah menurut jarak tanam

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 65 70 75 80 0 5 t ha-1 10 t ha-1

UmurTanaman (HST)

Ju

m

la

h

Bu

ah

Gambar 4. Pengaruh mulsa terhadap jumlah buah tanaman cabai merah.

Hasil pengamatan jumlah buah terbanyak didapatkan dari perlakuan mulsa jerami padi (M2) dengan hasil sebanyak 38,14 buah berbeda nyata dengan perlakuan tanpa mulsa jerami padi (M0) didapatkan hasil sebanyak 35.42 buah. Juga menun-jukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan takaran

mulsa secara mandiri serta interaksinya berpenga-ruh sangat nyata terhadap produksi tanaman cabai merah. Rata-rata produksi cabai merah menurut jarak tanam dan takaran mulsa serta hasil uji BNJ disajikan pada Gambar 5.

(5)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 J1M0 J1M1 J1M2 J2M0 J2M1 J2M2 J3M0 J3M1 J3M2 Produksi

Pr

od

uk

si

(t

ha

-1

)

Perlakuan

Gambar 5. Rata-rata produksi tanaman cabai merah menurut jarak tanam dan takaran mulsa

Gambar 5 menunjukkan bahwa produksi yang tertinggi diperoleh pada perlakuan J3M2 yaitu jarak tanam 70 x 50 cm dan mulsa 10 t ha-1. Pro-duksi terendah diperoleh pada perlakuan J1M0 yaitu jarak tanam (70 x 30 cm) dan tanpa mulsa. Untuk komponen produksi pengaruh mandiri jarak tanam, produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan J3 (70 x 50 cm) yaitu sebesar 30,29 t ha-1.

PEMBAHASAN

Selanjutnya mulsa dapat mengurangi pe-nguapan dalam kurun waktu yang lama karena dapat menambah bahan organik tanah maka ke-mampuan tanah untuk mengikat air meningkat. Adanya peningkatan jumlah bunga karena perse-diaan akan unsur hara selama penelitian terpenuhi. Umboh, (2002) bahwa pada tanah-tanah yang tidak diberi mulsa ada kecenderungan menurunnya ba-han organik tanah sebaliknya pada tanah yang di-beri mulsa kandungan bahan organik cukup mantap dan cenderung meningkat. Gardner et al. (1991) bahwa nutrisi mineral dan ketersediaan air mempe-ngaruhi pertumbuhan ruas, terutama oleh perluas-an sel, seperti pada orgperluas-an vegetatif dperluas-an pembunga-an dpembunga-an perbuahpembunga-an seperti pada orgpembunga-an generatif.

Pengaturan jarak tanam akan memberikan ruang tumbuh yang seragam bagi tanaman se-hingga proses pengambilan bahan makanan oleh tanaman akan sama dan dapat mempermudah penyiangan. Jarak tanam yang berbeda mempenga-ruhi populasi tanaman, keefisienan penggunaan

cahaya dan kompetisi dalam penggunaan air dan hara.

Tingkat kerapatan yang optimum akan di-peroleh ILD yang tinggi dengan pembentukan bahan kering yang maksimum. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat dan laju evaporasi juga dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sem-pit, tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar ta-naman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Mayadewi, 2007).

Hasil ini diduga karena mulsa dapat mem-pertahankan kestabilan iklim mikro pada tanah. Kondisi lingkungan ini demikian akan memacu per-tumbuhan akar dan tajuk tanaman dapat berkem-bang dengan baik. Tajuk tanaman merupakan bagi-an tbagi-anambagi-an ybagi-ang berfungsi melakukbagi-an fotosintesis, terutama daun bagian atas yang mampu menang-kap radiasi matahari secara langsung. Asimilat yang dihasilkan kemudian ditranslokasikan dari sumber kebagian tanaman yang membutuhkan baik bagian tajuk tanaman itu sendiri maupun bagian akar (Salakhuddinet al., 2008).

Sulisbury dan Ros, (1992) menyatakan bah-wa dengan pengaturan jarak tanam yang baik ta-naman akan mendapatkan cahaya matahari dengan sempurna yang dapat dimanfaatkan seefisien mungkin maka akan diperoleh hasil fotosintat yang lebih besar. Besarnya fotosintat sangat

(6)

menentu-kan hasil biji karena sebagian besar hasil fotosinte-sis ditimbun dalam biji.

Pada jarak tanam yang lebih rapat daun-daun tanaman banyak yang saling menutupi. Daun yang tertutup menjadi bagian tanaman yang tidak produktif karena tidak dapat melakukan proses fotosintesis secara optimal. Sebaliknya akan men-jadi beban bagi tanaman bersangkutan karena daun-daun tersebut tidak dapat memenuhi kebu-tuhannya dari hasil fotosintesis Harsina, (2008).

Hasil pengamatan terhadap produksi me-nurut takaran mulsa jerami 5 t ha-1 dapat diper-oleh produksi cabai merah sebesar 5,21 t ha-1, sedangkan takaran mulsa jerami 10 t ha-1 diperoleh produksi sebesar 5,47 t ha-1. Sulakhudin et al. (2008) bahwa produksi cabai dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, dan kandungan air. Apabila faktor lingkungan kondusif untuk pertumbuhan tanaman, maka fotosintat yang dihasilkan juga meningkat sehingga alokasi bio-massa ke bagian yang dipanen juga relatif lebih besar. Pemberian mulsa jerami tersebut dapat memproduksi biomassa yang relatif besar, sehingga mampu meningkatkan hasil dalam populasi tanaman.

Sebagai kesimpulan dari penelitian ini di-kemukakan sebagai berikut: (1) Interaksi antara jarak tanam dan takaran mulsa jerami tidak ber-pengaruh terhadap jumlah bunga dan jumlah buah, namun memberikan pengaruh nyata terha-dap produksi, (2) Jarak tanam dan takaran mulsa jerami secara mandiri memberikan pengaruh nyata terha-dap jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, berat tanaman segar dan produksi, dan (3) Jarak tanam 70 x 50 cm dan takaran mulsa dengan dosis 10 t ha-1 memberikan produksi rata-rata berat segar masing-masing 30,29 t ha-1 dan 31,68 t ha-1

.

DAFTAR PUSTAKA

Darwis, 2009. Kendala Pertanian Lahan Kering Masam Daerah Tropik. Bahan Kuliah Per-tanian Lahan Kering. PPS Unhalu. Kendari. Gardner, F.P., Pearce dan R.L., Mitchel, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemah-kan oleh Herawati Susilo. UI Press. Jakarta. Harjadi, M.M.S.S., 2001. Pengantar Agronomi. PT.

Gramedia. Jakarta

Lamont, W.J., 1993. Plastic Mulches for The Pro-duction of Vegetable Crops. Hort Techno-logy : 3(1):35-39.

Leomo, S., 1998. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Mulsa terhadap beberapa Sifat Fisik dan Kimiaa Tanah Ultisol sera Produksi Kedelai. Tesis Program Pascasar-jana IPB. Bogor.

Maya Dewi, N.A., 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kan-dang dan Jarak Tanam terhadap Pertum-buhan dan Hasil Jagung Manis, Jurnal Agritop, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali.

Mayun, I.D., 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Agritop.

Partohardji, S., I.G. Ismail, Subandi, M. Oka dan D.A. Darmawan, 1993. Peranan Sistim Usaha-tani Terpadu dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Berbagai Agroekosistim. Prossiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbang dan Badan Litbang Deptan.

Soares, B., 2002. Pengaruh Dosis Pupuk Kascing dan Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Putih (Allium sativum L.) Varietas Lokal Sanur. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar. Skripsi. Tidak Dipubli-kasikan.

Susanti, E., 2003. Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea

L.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.

Steel Robert G.D. and J.H. Torrie, 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Pertanian. Suatu Pen-dekatan Biometrik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sumarna, A. dan Suwandi. 1990. Pengaruh penggu-naan turus dan mulsa terhadap pertumbuh-an dpertumbuh-an hasil tomat. Bul.Penel.Hort. Ed. Khusus 28(1):74-80.

Umboh, A.H. 1999. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gambar

Gambar 2. Rata-rata jumlah bunga tanaman cabai merah menurut takaran mulsa Pada pemberian mulsa pada perlakuan M2
Gambar 4. Pengaruh mulsa terhadap jumlah buah tanaman cabai merah. Hasil pengamatan jumlah buah terbanyak
Gambar 5. Rata-rata produksi tanaman cabai merah menurut jarak tanam dan takaran mulsa Gambar 5 menunjukkan bahwa produksi

Referensi

Dokumen terkait

Namun, hasil temuan dari penelitian yang dilakukan pada UMKM Kota Semarang menunjukan bahwa penetrasi pasar memiliki pengaruh positif yang lebih besar dan signifikan terhadap

Dari uraian di atas peneliti ingin melakukan penelitian terhadap efek antimalaria dari Ekstrak Herba Sambiloto pada pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi dosis 250 mg

Anda tidak hanya akan menghargai performa luar biasa dari prosesor Intel Core i Generasi ke-8, memperhatikan penuh setiap detail - seperti engsel ErgoLift eksklusif dan

22. Surat Kctctapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan paJak yang menentukan jumlah kelebihan pcmbayaran pajak karena

Obyek â obyek yang dibuat dengan VRML akan memiliki tiga buah dimensi yaitu dimensi panjang, lebar dan kedalaman, sehingga dapat dipandang dari

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2OO5 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Selain untuk menyucikan harta dan diri orang yang berzakat, juga untuk membantu orang yang kurang mampu yang akan menerima zakat tersebut. Namun masih banyak orang yang belum

Pengembangan usahatani jambu mete yang berorientasi agribisnis dan berkelanjutan diarahkan untuk mengembangkan pola industrial dan padu-padan serta sinergisme dengan usaha lain