• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI 1 SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI. Diajukan Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI 1 SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI. Diajukan Oleh:"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI 1 SAMATIGA

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Diajukan Oleh: WINDA SARI NIM : 07C10104187

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR KABUPATEN ACEH BARAT

MEULABOH 2013

(2)

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

Diajukan Oleh: WINDA SARI NIM : 07C10104187

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT

(3)

iii ABSTRAK

Winda Sari. Gambaran Pengetahuan dan sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Negari 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Dibawah bimbingan Evi Darni, S.Kep, MKM dan Drs. Muslem Raden, M.Si.

Seiring dengan arus globalisasi informasi dan teknologi yang terus berjalan, terjadi perubahan besar pada norma seks, utamanya pada remaja. Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah, dimana remaja kurang memahami dan mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi seringkali perilaku remaja mengarah pada tindakan seks pranikah. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini bersifat survei deskriptif adalah penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.Populasi adalah seluruh siswa di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 147 siswa yang menjadi sampel 60 siswa dengan teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pengetahuan remaja mengenai seks pranikah kurang dari jawaban mayoritas remaja menjawab kurang yaitu 56,7% dan 43,3% yang baik tentang seks pranikah sikap remaja mengenai permasalahan seks pranikah baik mayoritas remaja mejawab baik 80,0% dan 20,0% kurang tentang seks pranikah. Diharapkan bagi pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk mendiskusikan dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, kegiatan konsultasi kesehatan bagi remaj bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan Puskesmas diharapkan dapat menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja tentang masalah seks pranikah secara benar dan tepat sehingga remaja lebih mengetahui dan dapat memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks pranikah sehingga tercipta reproduksi yang sehat bagi remaja.

(4)

iv

Judul Skripsi/tugas akhir : GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGARI 1 SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

Nama Mahasiswa : WINDA SARI

NIM : 07C10104187

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Darni, S.Kep, MKM Drs. Muslem Raden, M.Si

NIDN. 0126067306 NIDN. 0114056301

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi

Masyarakat Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sufyan Anwar, SKM, MARS Marniati, SKM, M.Kes

(5)

v

LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI Skripsi/tugas akhir dengan Judul :

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGARI 1 SAMATIGA

KABUPATEN ACEH BARAT Yang di susun oleh

Nama : WINDA SARI

Nim : 07C10104187

Fakultas : Kesehatann Masyarakat Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 12 Oktober 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. Evi Darni, S.Kep, MKM

(Dosen Pembimbing Ketua) ... 2. Drs. Muslem Raden, M.Si

(Dosen Pembimbing Anggota) ... 3. T. Abdullah, SKM, M.P.H

(Dosen Penguji I) ... 4. Erni Yulisma, SKM

(Dosen Penguji II) ... Alue Peunyareng, 12 Oktober 2013

Ketua Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Marniati, SKM, M.Kes NIDN. 0104097801

(6)

vi

Nama : Winda Sari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Paya Lumpat, 15 Oktober 1989

Agama : Islam

Status : Menikah

Alamat Rumah : Gampong Paya Lumpat Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Nama Orang Tua :

Ayah : Ansari Anzan

Ibu : Nilawati

Pekerjaan Orang Tua :

Ayah : Tani

Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Gampong Paya Lumpat Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Pendidikan Formal :

MIN : Paya Lumpat Lulus Tahun 2001

MTsN : Blang Balee Lulus Tahun 2004

MAN : Suak Timah Lulus Tahun 2007

S I : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Kabupaten Aceh Barat Lulus Tahun 2013

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT serta atas rahmat dan karunia-Nya, Shalawat dan salam penulis sampaikan keharibaan Nabi besar Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun manusia ke jalan yang benar, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Negari 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat “.

Selanjutnya, penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada ibunda tercinta dan ayahanda yang telah banyak memberikan pertolongan pengorbanan jasa dan harta kepada penulis, serta dengan penuh kesabaran dan kasih sayang mendampingi penulis dalam suka dan duka, yang setiap saat merindukan keberhasilan anaknya dalam meraih cita-cita. Semoga Allah kelak akan membalasnya dengan imbalan pahala yang setimpal kemudian hari.

Selama penelitian dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Alfian Ibrahim, MS, selaku Rektor Universitas Teuku Umar Meulaboh.

2. Bapak Sufyan Anwar, SKM, MARS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

3. Ibu Evi Darni, S.Kep, MKM, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Bapak Drs. Muslem Raden, M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah membimbing penulis menyusun skripsi ini

(8)

viii Masyarakat Universitas Teuku Umar.

6. Kepala SMA Negeri 1 Samatiga yang telah memberikan dukungan data yang diperlukan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar serta Civitas Akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah memberikan dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempuranaan skripsi ini dimasa mendatang.

Meulaboh, 12 Oktober 2013 Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR... i

HALAMAN JUDUL TUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.3.1. Tujuan Umum... 4 1.3.2. Tujuan Khusus... 5 1.4. Manfaat Penelitian ... 5 1.4.1. Teoritis... 5 1.4.2. Aplikatif... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pengetahuan... 6

2.2. Sikap ... 7

2.2.1 Ciri-ciri Sikap ... 9

2.2.2 Fungsi Sikap ... 10

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sikap ... 10

2.3. Remaja ... 11

2.3.1 Pembagian dan Batasan Usia Remaja... 12

2.3.2 Karakteristik Masa Remaja... 13

2.3.3 Permasalahan dalam Masa Remaja ... 15

2.4. Seks Pranikah... 19

2.4.1 Risiko Hubungan Seks Masa Remaja... 20

2.4.2 Masalah Kesehatan Reproduksi... 22

2.5. Kerangka Teori ... 24

BAB III: METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian... 25

3.3. Populasi dan Sampel... 25

(10)

x

3.4.1 Data Primer... 27

3.4.2 Data Sekunder... 27

3.5 Definisi Operasional ... 28

3.6. Aspek Pengukuran Variabel ... 28

3.6.1 Pengetahuan ... 28

3.6.2 Sikap ... 28

3.7. Teknik Analisa Data ... 28

3.7.1 Analisa Univariat ... 28

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Gambaran SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat . 29 4.2 Analisa Data Univariat... 30

4.2.1 Karakteristik Responden... 30

4.2.2 Pengetahuan Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat... 31

4.2.3 Sikap Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat... 31

4.3 Pembahasan... 32

4.3.1 Pengetahuan Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat... 32

4.3.2 Sikap Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat... 34

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

4.1 Kesimpulan ... 37

4.2 Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA... 39 LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyebaran Sampel di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat ... 27 Tabel 3.2 Variabel Penelitian... 28 Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Kelas di SMA Negeri 1

Samatiga Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012/2013 ... 30 Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur di SMA Negeri 1

Samatiga Kabupaten Aceh Barat ... 30 Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Seks Pranikah di

SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat... 31 Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Sikap Seks Pranikah di SMA

(12)

xii Lampiran 1 Koesioner Penelitian Lampiran 2 Tabel Skor

Lampiran 3 Master Tabel Lampiran 4 Output Penelitian

Lampiran 5 Surat Keterangan Izin Penelitian dari FKM Lampiran 6 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian Lampiran 7 Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian

(13)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(Q.S. Asy-Syarh: 6 – 8) “Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia, maka wajib menuntut ilmu. Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan di akhirat, maka wajib menuntut ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia dan di akhirat maka wajib pulalah baginya menuntut ilmu.”

(Al-Hadits) Kehidupan ini adalah sebuah liku perjuangan

Berjuanglah terus selama masih diberi kesempatan

Tak pernah ada kata berhenti berjuang di dalam kehidupan Setiap perjuangan pasti ada rintangan dan tantangan

Sambutlah segalanya dengan hati yang lapang Hiasi diri dengan selalu bersikap tenang Tepiskan segala sesuatu yang menghadang Demi tercapainya tujuan di masa mendatang Ibunda…

Do’a dan belaianmu bagai intan permata di lautan Tiada cinta selembut cintamu

Di kala pagi hari menyongsong, di saat ku melangkah Do’amu selalu menyertaiku

Pengorbananmu tak dapat kubalas Hingga akhir hayatku…

Ayahanda…

Bimbinganmu penerang langkahku

Jasamu tiada tara, engkau peras keringatmu Engkau pertaruhkan nyawa

Demi menghantarkan cita-citaku… Ayah-Bundaku tercinta…

Kini harapanmu tiada sia-sia, kuingin melihatmu bahagia dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta memohon ridha Allah SWT. Ananda persembahkan karya tulis ini ke pangkuan Ayahanda tercinta Ansari Anzam, Ibunda Nilawati dan juga saudara sekeluarga…

Buat suamiku tercinta Turizal Junaidi yang selalu setia menemaniku, yang sudah mengorbankan waktunya dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula buat my friends (Rini Meilani dan sobat-sobat seperjuangan ).

(14)

1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dewasa ini lingkungan sosial sangat dinamis dan terbuka. Konteks sosial remaja sangat bervariasi di berbagai tempat di dunia bahkan di dalam satu negara. Hal ini merupakan salah satu perubahan gaya hidup remaja, sebagai kombinasi antara usia perkembangan remaja yang khas dengan kombinasi dinamisnya lingkungan sosial serta budaya saat ini, yang membuat remaja masuk ke dalam lingkungan, dan seringkali tidak bisa diikuti dan dipahami lagi secara benar oleh generasi sebelumnya, termasuk orang tuanya sendiri (Hidayana, 2004).

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dimulai saat anak menunjukkan tanda-tanda pubertas dan dilanjutkan dengan terjadinya perubahan-perubahan dari yang bukan seksual menjadi seksual pada individu. World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai kriteria biologi dengan ciri individu berkembang mulai saat pertama kali dengan menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai masa kematangan seksual (Tukiran, 2010).

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan yang penuh gejolak ini sering sekali membuat kaum muda terjerumus pada “perilaku seks bebas” bahkan “menyimpang”. Cinta dan seks merupakan salah satu masalah terbesar dari remaja dimanapun di dunia ini. Kehamilan remaja, keguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk dari petualangan cinta dan seks yang salah di saat remaja. (Boyke, 2005).

(15)

2

Berdasarkan jumlah sensus tahun 2012 telah terjadi peningkatan penduduk sekitar 20 juta jiwa dari data sensus sebelumnya. Pada sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia berkisar 237.556.363 jiwa yang menempati luas wilayah memiliki luas kurang lebih 1,904,569 km2dan pada tahun 2012 penduduk di Indonesia telah mencapai angka 257.516.167 jiwa. Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, jumlah remaja 10 – 24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2007 atau 28,64% dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2012).

Seiring dengan arus globalisasi informasi dan teknologi yang terus berjalan, terjadi perubahan besar pada norma seks, utamanya pada remaja. Hasil penelitian di Amerika pada tahun 2011 bahwa penayangan seks di televisi telah mempengaruhi Perilaku seks remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 % remaja usia 17 tahun telah melakukan yang sudah bersenggama (intercourse), 40 % remaja usia 17 tahun mulai meraba payudara, dan terdapat 20 % remaja usia 17 tahun meraba genetalia (Diene M, 2011). Hubungan seksual pranikah yang dimaksud adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis atau sesama jenis tanpa ikatan yang sah, contohnyaintercourse (Imran, I. 2009).

Salah satu permasalahan pada remaja yang berisiko adalah masalah perilaku seksual remaja yang dalam skala nasional ditunjukkan dari Hasil Sexual Behavior Survey(2011) yang dilakukan di 5 kota besar yaitu Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali menunjukkan bahwa 39% responden sudah pernah berhubungan seksual saat masih remaja usia 15-19 tahun, sisanya 61% berusia 20-25 tahun. Temuan ini bisa jadi acuan jika pemerintah berkeinginan memberikan sex education, yaitu bagaimana dan apa yang harus diajarkan dalam pendidikan seks, pendidikan seks

(16)

bukan mengajarkan remaja supaya bisa melakukan hubungan seks, tetapi agar usia biologis bisa seimbang dengan perkembangan psiko seksualnya.

Perilaku seks, khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan. Menurut data BKKBN (2011), sebanyak 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra nikah. Hubungan seks yang mereka lakukan ini juga dilandasi pemikiran bahwa berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan.

Penduduk Aceh pada tahun 2010 terdir dari 2.248.952 jiwa laki-laki dan 2.245.458 jiwa perempuan sehingga mempunyai rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 100. kelompok umur 15-19 tahun terdiri dari 223.321 jiwa laki-laki dan 219.159 jiwa perempuan. (BPS. 2011).

Hasil survey Dinas Kesehatan Aceh, menemukan kasus seks bebas bagi kalangan pelajar di daerah Lhokseumawe dan Banda Aceh. Berdasarkan data yang diperoleh, Lhokseumawe menduduki peringkat pertama terbanyak pelaku seks pra-nikah di kalangan pelajar, yaitu 70 persen, menyusul Banda Aceh sebanyak 50 persen (Dinkes Aceh. 2013)

Sekolah merupakan lingkungan sekunder bagi remaja setelah lingkungan keluarga. Mengingat sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk perilaku remaja, selayaknyalah sekolah sebagai lembaga pendidikan dpat membantu untuk memberikan pengarahan dan penjelasan tentang seks pranikah secara baik dan benar.

Berdasarkan survey awal di SMA Negari 1 Samatiga berada di Kecamatan Samatiga, SMA Negari 1 Samatiga memiliki jumlah siswa sebanyak 159 orang. Dengan jumlah siswa puteri sebanyak 85 orang dan putera sebanyak 74 orang memiliki rentang usia 15-19 tahun atau masih tergolong dalam usia remaja.

(17)

4

SMA Negari 1 Samatiga letaknya di pusat kecamatan dan letaknya strategis dengan pusat perbelanjaan (keramaian) sehingga situasi ini memberi peluang bagi mereka mengakses berbagai jenis informasi baik melalui media massa, cetak, VCD, buku, dan film porno, maupun elektronik dan didukung dengan semakin maraknya fasilitas internet yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Masalah yang sering muncul di SMA Negari 1 Samatiga adalah ketidak disiplinan para siswa seperti : terlambat datang ke sekolah, sering bolos dan masalah ketidak hadiran untuk mengikuti pelajaran yang tidak memiliki alasan yang tepat (absen).

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Negari 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang seks pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

2. Untuk mengetahui sikap remaja tentang seks pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, dapat dijadikan sebagai masukkan dan bahan bacaan serta menambah koleksi bahan perpustakaan yang telah ada.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi/sumber informasi bagi pihak sekolah dalam membina remaja sehingga remaja dapat memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks pranikah sehingga tercipta reproduksi yang sehat bagi remaja.

2. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi remaja dan masyarakat untuk membuka wawasan tentang pengetahuan seksual pranikah sehingga terbentuk sikap seksual pranikah yang memadai.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, bisa juga didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: (Notoatmodjo, 2003)

1. Tahu(Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami(Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi(Aplication)

Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

(20)

4. Analisis(Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis(Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (2004) dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik.

2.2 Sikap

Menurut L.L Thurston, sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis. Objek psikilogis meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologis apabila ia suka atau memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologis bila ia tidak suka (Ahmadi, 2005).

(21)

8

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya. Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan pernyataan kepribadian seseorang.

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang tinggi.

Menurut Allport (2004) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

1. Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 2. Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsep.

(22)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosional memegang peranan yang sangat penting.

Teori menyatakan tindakan seseorang dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau kita berhasil merubah sikap seseorang, maka ia akan merubah perilakunya. Tetapi dalam praktek hal ini tidak selamanya benar. Memang hubungan antara sikap dan tindakan sangat kompleks dan kabur. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Jadi tidak mutlak harus ada perubahan sikap dulu, baru ada perubahan perilaku. Namun demikian secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007).

2.2.1 Ciri-ciri Sikap

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan

banyak objek.

e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan (Sunaryo, 2004).

(23)

10

2.2.2 Fungsi Sikap

Menurut Attkinson, R.L, dkk, dalam Sunaryo (2004), sikap memiliki lima fungsi yaitu :

1. Fungsi instrumental, fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan keadaan keinginan.

2. Fungsi pertahanan ego, fungsi sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

3. Fungsi nilai ekspresi, fungsi sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

4. Fungsi pengetahuan, fungsi sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, dan ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan.

5. Fungsi penyesuaian sosial, fungsi sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini sikap yang diambil individu tersebut akan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sikap

1. Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri

(24)

individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu pembentukan sikap. Faktor internal ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus (faktor fisiologis).

2. Faktor eksternal berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun non elektronik (Sunaryo, 2004).

2.3 Remaja

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja merupakan suatu individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari kertergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmodjo, 2007).

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari kata Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007).

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Remaja

(25)

12

secara umum dianggap mencakup individu berusia 10 sampai 19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda (Glasier dan Gebbie, 2005).

2.3.1 Pembagian dan Batasan Usia Remaja

Menurut Konopka dan Ingersoll yang dikutip oleh Agustiani (2006) bahwa masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Masa remaja awal (12 -15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya memiliki peran yang penting. Dimasa ini remaja juga mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3. Masa remaja akhir (19-21 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima orang dewasa.

Menurut Hurlock (2006) secara umum masa remaja dibagi dua bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, sedangkan akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun yaitu usia matang secara hukum.

(26)

2.3.2 Karakteristik Masa Remaja

Hurlock (2007) menyatakan bahwa masa remaja mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut meliputi:

1. Masa remaja sebagai periode penting

Ada periode yang penting karena akibat fisik dan psikologis. Sebagian remaja mengalami kejadian pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perkembangan mental yang cepat. Semua kejadian perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada periode ini status remaja menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa remaja, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Disisi lain, status remaja yang tidak jelas tersebut memberikan keuntungan karena status tersebut memberi ruang dan waktu mereka untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sikap yang paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai usia perubahan

Saat perubahan fisik berlangsung dengan cepat maka akan terjadi juga perubahan sikap dan perilaku dengan cepat dan sebaliknya.

4. Masa remaja sebagai masa bermasalah

Berbagai masalah yang terjadi dimasa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ada dua alasan penyebabnya yaitu remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah yang dihadapinya karena pada masa kanak-kanak segala

(27)

14

masalah diselesaikan oleh orang tua ataupun guru. Alasan kedua para remaja merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua atau guru dengan alasan ingin mengatasi masalahnya sendiri. Karena tidak mampu maka banyak kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat yang tragis.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja adalah suatu upaya untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya di masyarakat. Salah satu cara memunculkan identitas adalah dengan menggunkan simbol status yang modah terlihat seperti model pakaian, gaya hidup dan pergaulan, jenis kendaraan dan lain-lain.

6. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Ada anggapan bahwa masa remaja adalah masa yang sangat bernilai tetapi sangat disayangkan banyak yang menjadikannya sebagai sesuatu yang bernilai negatif. Anggapan yang menyatakan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap teman-teman dan keluarganya. Kondisi ini menyebabkan meningginya emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita-citanya tidak realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah.

(28)

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja mulai lebih memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

2.3.3 Permasalahan dalam Masa Remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, psikologik dan sosial. Ada dua aspek pokok dalam perubahan remaja yaitu (Hurlock, 2007):

1. Perubahan fisik atau biologis

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja perempuan dengan laki-laki kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda.

2. Perubahan psikologis

Masa peralihan ini seringkali menghadapkan remaja tersebut pada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak perilaku remaja yang aneh atau canggung dan kalau tidak dikontrol bisa mengakibatkan kenakalan remaja.

Pada masa remaja labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual

(29)

16

mereka cenderung membuat mereka berpikir kritis, tersalur melalui perbuatan yang bersifat eksperimen dan eksploratif. Tindakan dan sikap remaja ini dapat berakibat konstruktif dan berguna, tetapi sering kali ada faktor dari luar diri remaja yang mempengaruhi potensi yang ada pada remaja tersebut dimanfaatkan kearah perbuatan yang negatif.

Determinan dalam proses perkembangan remaja dapat dibedakan atas dua faktor yaitu mempengaruhi kehidupan remaja secara langsung seperti faktor dari keluarga, sekolah dan tetangga. Sementara faktor secara tidak langsung berupa struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya lingkungan.

Menurut Dalyono (2005), lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan remaja, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat remaja bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada keadaan lingkungan remaja itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

Secara garis besar ada dua tekanan pokok yang berhubungan dengan kehidupan remaja yaitu: tekanan dari dalam diri remaja meliputi tekanan psikologis dan emosional, tekanan tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis. Sedangkan tekanan dari luar diri remaja meliputi teman sebaya, orang tua, guru dan masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi remaja dari segi seksualitas atau perilaku seksualnya sebagian besar diakibatkan adanya perubahan fisik dan psikologis. Para remaja yang melakukan hubungan seksual akan dihadapkan pada hal-hal yang

(30)

bersifat negatif seperti; kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan penularan penyakit seksual. Selain itu akibat dari seorang gadis yang tiba-tiba hamil akan mengalami ketegangan mental, kebingungan dan juga cemohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Menurut Sarwono yang dikutip oleh Widiastuti (2008) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja antara lain :

1. Pengalaman Seksual

Makin banyak pengalaman mendengar, melihat dan mengalami hubungan seksual, maka makin kuat stimulasi yang dapat mendorong munculnya perilaku seksual. Misalnya, media massa (film, internet, gambar atau majalah porno), obrolan dari teman atau pacar tentang pengalaman seks, melihat orang-orang yang tengah berpacaran atau melakukan hubungan seksual.

2. Faktor kepribadian

Seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, kemampuan membuat keputusan dan nilai-nilai yang dimiliki.

3. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan

Orang yang memiliki penghayatan yang kuat tenang nilai-nilai keagamaan, integritas yang baik juga cenderung mampu menampilkan perilaku seksual yang selaras dengan nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif.

4. Berfungsinya keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol

Penanaman nilai moral dan keterbukaan komunikasi. Remaja rentan dalam melakukan perilaku seks yang menyimpang salah satunya faktor ketidaktahuan orang tua dalam memberikan pendidikan seks secara dini serta adanya sikap

(31)

18

mereka menabukan pembicaraan seks pada anak-anaknya, sikap yang cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seks.

5. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.

Beberapa ahli berpendapat bahwa remaja semata-mata bersikap lebih terbuka dalam membicarakan seks dibandingkan oleh para pendahulunya dengan cara sembunyi-sembunyi. Data tersebut menunjukkan perubahan yang pasti dalam hal perilaku seksual. Menurut Sorensen, dikutip oleh Atkinson (2002) dalam suatu survei nasional terhadap remaja usia 13-19 tahun pada tahun 1973 menemukan bahwa 59% remaja pria dan 45% remaja wanita sudah mendapat pengalaman seks yang sebagian besar dari mereka belum mencapai usia 16 tahun. Dan menurut Zelnik dan Katner yang dikutip oleh Atkinson (2002) survei tahun 1976 menemukan bahwa 55% dari remaja wanita berusia 19 tahun yang di wawancarai sedah mendapat pengalman seks.

Perubahan standar seks nampaknya tidak mengarah kearah promiskuitas yang lebih besar. Meskipun menurut sebagian besar anak laki-laki mengalami hubungan seks dengan beberapa pasangan, dan sebagian besar anak perempuan mengatakan bahwa mereka membatasi hubungan seks mereka dengan seorang laki-laki saja yang pada waktu itu mereka cintai. Mereka mengira bahwa seks adalah bagian dari cinta dan bagian dari hubungan intim serta tidak perlu selalu dibatasi oleh ikatan perkawinan.

(32)

Seks yang ternyata menjadi bahan pembicaraan menarik di kalangan remaja sekarang, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Hal ini dikarenakan mereka sedang mengalami gejolak yang dahsyat. Dorongan seks yang kuat adalah salah satu masalah terberat yang selalu di alami oleh setiap remaja. Meningkatnya minat terhadap seks, ketertarikan terhadap lawan jenis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan masa remaja. Perasaan ini terus mendorong remaja melakukan komunikasi, menjalin pertemanan, atau berkencan dengan lawan jenis. Kadang-kadang implus seks yang kuat mendorong mereka berkhayal atau bermimpi tentang seks dan lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang remaja puteri melepaskan keperawananya hanya untuk kesenangan semata. (Surbakti, 2008).

Rasa keingintahuan yang besar, yang akhirnya membuat penasaran dan akhirnya menjadikan mereka mencoba-coba. Rasa ingin tahu yang membawa remaja pada tindakan coba-coba menjadi salah satu alasan yang mendasari remaja melakukan hubungan seksual. Namun ada juga remaja yang menjadi korban seks bebas karena pada umumnya mereka belum paham mengenai seks. Remaja yang tidak mengetahui bahwa perempuan dapat hamil hanya dengan sekali berhubungan seksual lebih beresiko untuk melakukan hubungan seksual, dibandingkan dengan remaja yang mengetahui perempuan dapat hamil hanya dengan sekali berhubungan seksual.

2.4 Seks Pranikah

Menurut Sarwono (2003), seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Menurut Stuart dan Sundeen (2001), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi

(33)

20

menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).

Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir ini telah disaksikan adanya perubahan yang sangat besar dalam sikap terhadap kegiatan seksual. Pandangan mengenai hubungan seksual pranikah sekarang lebih terbuka dan bebas dibandingkan dengan pandangan masa lalu. Para remaja mendapatkan tontonan seks yang merangsang dalam majalah, televisi, dan bioskop, tanpa ada batasnya. Metode pencegahan kelahiran yang berhasil dan adanya sarana menggugurkan mengurangi perasaan takut hamil. Semua perubahan ini sekarang memberi lebih banyak kebebasan kepada individu yang baru matang. (Atkinson, 2002).

2.4.1 Risiko Hubungan Seks Masa Remaja

Banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut Surbakti (2008), jika seorang remaja hamil, ia memikul tiga kesulitan sekaligus yang datang pada saat bersamaan, yakni :

1. Menyangkut keremajaan mereka sendiri

Sebagai remaja mereka sedang mencari identitas. Mungkin sekali mereka sedang gelisah, cemas dan bingung dalam pencarian identitas tersebut. Pada saat

(34)

pergumulan keremajaan mereka belum tuntas, kehamilan akan menambah persoalan baru dan menambah kebingungan mereka.

2. Menjadi orang tua pada masa remaja

Dapat dibayangkan betapa sulitnya seorang remaja harus berperan menjadi orang tua bagi bayinya, sementara sebagai remaja, mereka sendiri masih labil dan sangat membutuhkan bimbingan dari orang tuanya perihal keremajaannyaa. Melahirakan usia remaja memiliki risiko bagi dirinya dan bayi yang dilahirkannya. Karena ia akan sulit untuk merawat bayinya, bahkan kemungkian besar bayinya akan terlantar dan sulit mengharapkan ia mampu memberikan pola asuh yang baik terhadap bayinya.

3. Terpaksa menikah dini

Hamil muda menyebabkan remaja perempuan harus meninggalkan bangku sekolah. Kalau ia menikah dengan remaja laki-laki yang menghamilinya, pasangannya juga harus berhenti sekolah. Bagaimana mereka harus membiayai rumah tangga mereka sedangkan mereka tidak bekerja. Situasi ini akan membuat mereka stress sehingga memicu persoalan berikutnya.

Menurut Sarwono(2003), perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :

1. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. 2. Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

(35)

22

3. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut

4. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

2.4.2 Masalah Kesehatan Reproduksi

Kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Selain itu mereka juga tidak memiliki akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi. Informasi biasanya hanya dari teman dan/atau media, yang biasanya sering tidak akurat. Hal inilah yang menyababkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, IMS, kekerasan/pelecehan seksual, dan lain-lain (Widyastuti,dkk, 2009).

Menurut Widyastuti (2009), ada beberapa masalah seksualitas yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi bagi wanita, yaitu:

1. Ketidakmatangan secara psikologis dan biologis.

Secara psikologis usia yang belum matang tentu belum siap menghadapi permasalahan yang akan dihadapi dalam sebuah perkawinan, sementara secara

(36)

biologis pada usia remaja organ-organ reproduksi belum siap karena masih berkembang sehingga ketika seorang remaja hamil akan mengalami risiko lebih tinggi dalam persalinan akibat belum sempurnanya perkembangan panngulnya, selain itu beberapa hasil penelitian menunjukan melakukan hubungan seks diusia dini dapat meningkatkan risiko kanker serviks.

2. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan janin lebih besar.

Kehamilan pada usia dini biasa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bias sampai pada kematian.

3. Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri.

Sebagai remaja mereka sedang mencari identitas. Mungkin mereka sedang menikmati pergaulan dengan kelompoknya. Mungkin sekali mereka sering gelisah, cemas, dan bingung dalam pencarian identitas tersebut. Dapat dipastikan tidak ada remaja yang siap menerima kehamilan dan siap menjadi orang tua, status yang sama sekali tidak mereka pahami. Pada saat pergumulan keremajaan mereka belum tuntas,hilangnya keperawanan yang mengakibatkan kehamilan akan menambah persoalan baru dan menambah kebingungan mereka, serta merenggut dengan paksa masa remaja yang seharusnya diisi dengan berbagai aktivitas untuk persiapan masa depan.

4. Risiko bertambah untuk melakukan aborsi.

Banyak remaja mengakhiri kehamilannya dengan aborsi. Jika di negara maju yang melegalkan aborsi, biasa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan berpengalaman. Di negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh dukun aborsi biasa mengakibatkan dampak negative secara fisik, psikis, dan sosial bila dilakukan secara tidak aman.

(37)

24

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori 2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Variabel yang Diteliti Notoatmodjo, 2007 Pengetahuan Ahmadi, 2005 Sikap Sarwono 2003 Seks Pranikah Stimulus Ransanga n Proses

Stimulus ReaksiTingkah Laku (terbuka ) Sikap (tertutup) Pengetahuan Sikap Seks Pranikah

(38)

25

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersikap survei deskriptif yaitu untukmengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 30 September tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah 159 siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi penelitian yang besarnya ditentukan dengan memakai rumus Slovin :

n = 1 + (d )

Keterangan:

(39)

26

n = Besar sampel

d = Penyimpangan terhadap populasi/derajat ketepatan yang diinginkan (0,1). n =1 + 147 (0,1 )147 n =1 + 147 (0,01)147 n =1 + 1,47147 n =2,47147 n = 59,514 n = 60

Dari rumus di atas diperoleh sampel minimal yaitu sebanyak 60 siswa. Tehnik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu mengambil sampel yang ada, tersedia dan memenuhi kriteria. Peneliti mengambil wakil-wakil dari tiap kelas yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah subjek yang sudah ditentukan (Arikunto, 2007) dengan rumus :

ni =

Keterangan:

ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel masing-masing kelas pada tabel penyebaran sampel di bawah ini:

(40)

Tabel 3.1 Penyebaran Sampel di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Kelas Jumlah

Populasi Jumlah Sampel

1. X-1 (satu) 18 18 X 60 147 = 7,28 = 7 2. X-2 (dua) 22 22 X 60 147 = 8,90 = 9 3. XI IA 1 17 17 X 60 147 = 6,88 = 7 4. XI IA 2 17 17 X 60 147 = 6,88 = 7 5. XI-IS 15 15 X 60 147 = 6,07 = 6 6. XII-IA 1 14 14 X 60 147 = 5,66 = 6 7. XII-IA 2 16 16 X 60 147 = 6,477 = 6 8. XII-IS 1 13 13 X 60 147 = 5,26 = 5 9. XII-IS 2 15 15 X 60 147 = 6,07 = 6 Jumlah 147 60

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat dan literatur kepustakaan serta data lainnya yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian.

(41)

28

3.5 Definisi Operasional Tabel 3.2Variabel Penelitian

No. Variabel Keterangan Variabel Independen

1. Pengetahuan

Seks Pranikah Definisi Sejumlah informasi atau hal yangdiketahui dan dimengerti oleh responden tentang seks pranikah

Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur Skala ukur - Baik - Kurang Ordinal 2. Sikap Seks

Pranikah Definisi Penilaian atau pandangan respondenterhadap beberapa pernyataan baik positif maupun negatif menyangkut masalah seks pranikah

Cara ukur Wawancara Alat ukur Kuesioner Hasil ukur - Baik

- Kurang Skala ukur Ordinal 3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Pengetahuan

Baik , jika responden mendapatkan nilai > 19,5 dari total skor. Kurang, jika responden mendapatkan nilai < 19,5 dari total skor 3.6.2 Sikap

Baik , jika responden mendapatkan nilai > 15 dari total skor. Kurang, jika responden mendapatkan nilai < 15 dari total skor 3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut : 3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Data hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan narasi untuk mengevaluasi besarnya proporsi masing-masing faktor yang ditemukan pada sampel untuk masing-masing variabel yang diteliti.

(42)
(43)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

SMA Negeri 1 Samatiga berdiri sejak tahun 1981 dengan nama SMA Negeri Suak Timah. Berdasarkan rekomendasi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1998 berubah namanya menjadi SMA Negeri 1 Samatiga sampai sekarang.

Sejak berdirinya hingga sampai sekarang ini, SMA Negeri 1 Samatiga telah dipimpin oleh banyak kepala sekolah dan saat ini SMA Negeri Samatiga dipimpin oleh Bapak Drs. Ilyas Yusuf. Sekolah ini berlokasi di Jl. T. Daud Suak Timah Kecamatan Samatiga yang merupakan ibukota kecamatan Samatiga kabupaten Aceh Barat.

Sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Samatiga pernah hancur ketika bencana Tsunami melanda Provinsi Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca bencana Tsunami, SMA Negeri 1 Samatiga dibangun kembali dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Pada proses Belajar Mengajar (PBM), SMA Negeri 1 Samatiga difasilitasi ruang/lokal untuk belajar mengajar, komputer, laboratorium, perpustakaan dan Unit Kesehatan. Sekolah (UKS). Selain itu terdapat ruang kepala sekolah, Tata Usaha (TU), Bimbingan dan Penyuluhan (BP), lapangan olahraga, musallah, kantin dan memiliki tenaga pengajar sebanyak 32 orang dan 5 pegawai TU. SMA Negeri 1 Samatiga ini juga memiliki kegiatan ekstra kulikuler yaitu: aplikasi komputer.

(44)

Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Kelas di SMA Negeri 1 Samatiga Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012/2013

Kelas Laki-laki Jumlah Wanita Jumlah

X-1 (satu) 9 9 18 X-2 (dua) 17 5 22 XI IA 1 10 7 17 XI IA 2 10 7 17 XI-IS 12 3 15 XII-IA 1 4 10 14 XII-IA 2 4 12 16 XII-IS 1 10 3 13 XII-IS 2 10 5 15 JUMLAH 86 61 147

4.2 Analisa Data Univariat 4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi umur. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Pada penelitin ini karakteristik responden ditujukan pada karaktersitik seluruh remaja yang terdiri 31 orang dari kelas X dan 30 orang dari kelas XI. Adapun karakteristik tersebut meliputi umur dan kebiasaan - kebiasaan yang dilakukan remaja berkaitan dengan pengetahuannya tentang kesehatan khusus mengenai informasi seks pranikah. Berikut data yang diperoleh dari siswa selaku responden dalam penelitian ini.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

1. 15 Tahun 2 3,3

2. 16 Tahun 11 18,3

3. 17 Tahun 44 73,3

18 Tahun 3 5,0

(45)

31

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur menunjukkan umur remaja yang tertinggi 15 tahun, merupakan jumlah yang minoritas yaitu 2 orang (3,3%) dan mayoritas remaja berumur 17 tahun sebanyak 44 orang (73,3%).

4.2.2 Pengetahuan Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 26 43,3

2. Kurang 34 56,7

Total 60 100

Tabel 4.3 di atas menunjukkan, sebagian besar remaja berpengetahuan kurang yaitu 34 (56,7%), sedangkan 26 (43,3%) remaja berpengetahuan baik tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah.

4.2.3 Sikap Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Sikap Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

No Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Baik 48 80,0

2. Kurang 12 20,0

Total 60 100

Tabel 4.4 yang menunjukkan sebagian besar remaja bersikap baik yaitu 48 orang (80,0%), sedangkan 12 orang (20,0%) bersikap kurang tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah.

(46)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengetahuan Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja berpengetahuan kurang yaitu 34 (56,7%), sedangkan 26 (43,3%) remaja berpengetahuan baik tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah.

Lain halnya dengan penemuan Angga (2009), dalam penelitiannya terhadap 70 siswa SMU Hang Tuah Belawan, pengetahuan siswa mengenai seks pra-nikah sebagian besar ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 51 orang (72,9%), sedangkan sebagian kecil ada pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (5,7%). pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya.

Membahas persoalan seks pranikah tidak dapat dilepaskan dari permasalahan pendidikan seks ataupun pengetahuan kesehatan reproduksi karena antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adanya penyimpangan perilaku seksual suatu gambaran minimnya pengetahuan mereka mengenai informasi dasar kesehatan reproduksi atau pendidikan seks yang tidak diberikan sejak dini sehingga mendorong mereka melakukan hubungan seks tanpa memikirkan akibatnya.

Menurut Sarwono (2006), pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah, remaja kurang memahami kesehatan reproduksi dan hanya sedikit yang tahu pentingnya kesehatan reproduksi. Terbatasnya pengetahuan

(47)

33

remaja tentang kesehatan reproduksi seringkali mengarah pada tindakan seks pranikah. Dengan minimnya pengetahuan tersebut, maka seringkali terjadi penyalahgunaan fungsi seksual di dalam pergaulan remaja.

Khusus remaja yang berpengetahuan kurang baik mengenai seks pranikah, diketahui dari persentase mereka menjawab beberapa indikator pertanyaan mengenai seks pranikah, misalnya remaja tidak tahu menjawab pengertian pengertian seks pranikah dan cenderung menyatakan seks pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sementara Mu’tadin (2002), bahwa seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Data penelitian juga menemukan 14,5% remaja tidak mengetahui bahaya/dampak yang ditimbulkan akibat hubungan seksual pranikah. Hasil penelitian diatas sesuai dengan data penelitian Boyke di Jabotabek tahun 2005, ditemukan sekitar 47% remaja memperlihatkan tidak tahu risiko melakukan hubungan seks pranikah. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa rendahnya pemahaman remaja tentang seks pranikah karena mereka tidak memperoleh informasi yang cukup dan benar mengenai seks pranikah.

Sebagaimana survei yang dilakukan oleh Abidin (2007) terhadap sejumlah remaja perempuan juga membuktikan bahwa seks di antara mereka dilakukan tanpa paksaan, dan didasari atas suka sama suka. Mereka tidak sadar akan konsekuensi seks di usia muda. Saat usia belasan tahun, rahim masih amat rentan dengan berbagai virus dan kuman. Sehingga human papilloma virus (HPV) yang merupakan cikal bakal kanker serviks bisa masuk dan menyerang mereka. Pada penelitian juga menemukan 25,8% remaja yang menyebutkan tidak tahu dampak psikologis dari perilaku seks pranikah. Franky (2007) menyatakan bahwa dampak

(48)

psikologis seks pra-nikah pelaku akan merasa diri kotor dan kehamilan akan berdampak pada hal lain (dosa memperanakkan dosa), seperti berbohong, menjauh dari pergaulan positif. Dampaknya seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya

Bart (2004) menyatakan bahwa pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah ke arah yang lebih baik.

4.3.2 Sikap Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja bersikap baik yaitu 48 orang (80,0%), sedangkan 12 orang (20,0%) remaja bersikap kurang tentang permasalahan yang berkaitan dengan seks pranikah..

Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan pernyataan kepribadian seseorang. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang terdekat dengan remaja itu sendiri. Sikap terbentuk karena adanya peran penting dari pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosional.

Bila dilihat dari jawaban remaja atas beberapa pernyataan sikap ditemukan masih ada remaja yang memberikan respon negatif terhadap situasi pernyataan tersebut, misalnya remaja menyetujui seks bagian dari cinta yang tidak perlu dibatasi oleh ikatan perkawinan, remaja menyetujui melakukan hubungan seks diluar nikah jika telah beranjak dewasa, remaja menyetujui melakukan hubungan seks pranikah dengan pacarnya, remaja akan mengambil sikap membiarkan temannya aktif dalam hubungan seksual dan tidak menghalanginya karena tindakannya pasti sudah siap ditanggungnya.

(49)

35

Berdasarkan perbandingan data-data tersebut, peneliti mengasumsikan dengan yang dikemukakan oleh Sunaryo (2004) bahwa sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan.

Notoatmodjo (2007) menyatakan faktor pengalaman juga dapat mempengaruhi sikap seseorang. Remaja yang pernah mendengar atau memiliki teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah akan menyikapi secara tegas bahwa tindakan tersebut tidak memiliki keuntungan atau manfaat apa-apa bagi remaja. pengalaman yang banyak mengenai informasi pendidikan seks akan mendorong seseorang untuk dapat lebih mudah merubah sikap dan berperilaku yang lebih baik.

Sunaryo (2004) menyatakan bahwa faktor penentu sikap seseorang salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif atau negatifnya informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar lingkungan sosial disekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya.

Berdasarkan teori yang ada bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang, dengan pengetahuan yang baik maka akan terwujud pula sikap yang baik pula, demikian sebaliknya. Dalam penelitian ini diketahui bahwa mayoritas siswa berpengetahuan kurang baik, disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan siswa tenntang seks pranikah. Ini dapat dilihat dari indikator pengetahuan seks pranikah diantarnya: ada remaja yang tidak mengetahui pengertian seks pranikah dan menyatakan tidak mengetahui penyebab remaja melakukan seks pranikah, remaja tidak mengetahui dampak psikologis dari perilaku seks pranikah. Dan ternyata remaja bersikap baik mengenai permasalahan

(50)

seks pranikah yang dapat dilihat dari indikator sikap seks pranikah diantaranya: dilihat dari setuju seksual pranikah adalah hal yang tidak wajar untuk remaja yang bersekolah, dan remaja Berhubungan kelamin dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan adalah tidak menyetujui hal yang sah-sah saja asalkan dengan dasar rasa saling suka sama suka dilihat dari menganggap melakukan hubungan seks diluar nikah adalah suatu kesalahan yang melanggar norma-norma di masyarakat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang kurang baik itu belum tentu menunjukkan sikap yang kurang baik, karena sikap itu terbentuk dari pengalaman yang didapat seseorang dari lingkungan sosial.

(51)

37 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data univariat yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan remaja mengenai seks pranikah kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban mayoritas remaja menjawab kurang yaitu 56,7%, sedangkan 43,3% yang baik tentang tidak pengertian seks pranikah, dan remaja tidak mengetahui dampak psikologis dari perilaku seks pranikah.

2. Sikap remaja mengenai permasalahan seks pranikah baik. Hal ini dapat dilihat jawaban mayoritas remaja mejawab baik 80,0%, sedangkan 20,0% kurang tentang seks pranikah jawaban tidak menyetujui berhubungan kelamin dengan lawan jenis tanpa ikatan perwakinan, dan mayoritas remaja tidak menyetujui melakukan hubungan seksual adalah bukti cinta seseorang kepada lawan jenis/pacar.

5.2 Saran

1. Diharapkan bagi pihak sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk mendiskusikan dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, kegiatan konsultasi kesehatan bagi remaja.

2. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan Puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja tentang masalah seks pranikah secara benar dan tepat sehingga remaja lebih

(52)

mengetahui dan dapat memahami tentang pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks pranikah sehingga tercipta reproduksi yang sehat bagi remaja.

Gambar

Gambar 2.1 Variabel yang DitelitiNotoatmodjo, 2007PengetahuanAhmadi, 2005Sikap Sarwono 2003Seks PranikahStimulusRansanganProses
Tabel 3.1 Penyebaran Sampel di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat
Tabel 4.2 Distribusi  Responden Menurut  Umur di SMA  Negeri  1  Samatiga Kabupaten Aceh Barat
Tabel 4.3 Distribusi  Responden  Menurut Pengetahuan  Seks  Pranikah di SMA Negeri 1 Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

 Perlu adanya tambahan dalam desain inkubator agar lebih menarik supaya menambah banyak telur yang akan ditetaskan

Berdasarkan penelitian terbukti bahwa proses bermain drama efektif dalam mengelola kepribadian anak tunanetra dari yang sebelumnya kurang percaya diri menjadi lebih percaya

Kartowisastro, Ph.D, selaku ketua jurusan sistem komputer dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ide dan saran serta mengorbankan waktu dan tenaganya untuk

dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Dalam pengukurannya, peneliti menggunakan angket yang akan

07.03 Onions, shallots, garlic, leeks and other alliaceous vegetables, fresh or chilled. ), fresh or chilled.. ), jelly fungi (Tremella spp.. major) and horse beans (Vicia faba

Gordon (1997), mengatakan bahwa hubungan guru dan murid dikatakan baik bila mempunyai: 1) keterbukaan dan transparan, 2) penuh perhatian, 3) saling ketergantungan

Hal ini dinilai belum dapat memberikan kepuasan bagi konsumen jika dilihat dari nilai rata-rata tingkat kinerja yang berada di bawah nilai rata-rata tingkat kinerja

Pendekatan ini digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan yang akan mempermudah siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika. Beberapa kelebihan