Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham
PT Jakarta International Hotels & Development Tbk
Kami telah mengaudit neraca konsolidasi PT Jakarta International Hotels & Development Tbk dan anak
perusahaan tanggal 31 Desember 2000 dan 1999 serta laporan laba rugi konsolidasi, laporan perubahan
ekuitas konsolidasi dan laporan arus kas konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggung jawab kami
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami tidak mengaudit
laporan keuangan tahun 2000 dan 1999 Hotel Borobudur yang dimiliki sepenuhnya oleh Perusahaan, yang
laporannya masing-masing merupakan 0,67% dan 94,27% dari jumlah aktiva dan pendapatan konsolidasi
pada tahun 2000 dan 0,44% dan 73,54% dari jumlah aktiva dan pendapatan konsolidasi pada tahun 1999,
dan kami juga tidak mengaudit laporan keuangan PT Bimagraha Telekomindo (perusahaan asosiasi) yang
bagian rugi dan laba bersihnya masing-masing merupakan 31,80% dan 2.449% dari rugi dan laba bersih
konsolidasi tahun 2000 dan 1999. Laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh auditor independen lain
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya disampaikan kepada kami, dan pendapat
kami, sejauh menyangkut jumlah yang dilaporkan kedua entitas tersebut, semata-mata didasarkan atas
laporan auditor independen lain tersebut.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain, laporan keuangan
konsolidasi tersebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
PT Jakarta International Hotels & Development Tbk dan anak perusahaan tanggal 31 Desember 2000 dan
1999, hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan keuangan konsolidasi tersebut di atas disusun dengan anggapan bahwa Perusahaan dan anak
perusahaan akan melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya. Catatan 33 atas laporan keuangan konsolidasi mengungkapkan dampak kondisi
ekonomi Indonesia dan kondisi industri real estat terhadap Perusahaan dan anak perusahaan, serta
tindakan yang ditempuh dan direncanakan akan dilakukan Perusahaan dan anak perusahaan sebagai
tanggapan terhadap kondisi ekonomi tersebut. Kegiatan usaha Perusahaan dan anak perusahaan telah
terpengaruh secara signifikan dan mungkin masih akan terpengaruh di masa datang oleh kondisi makro
ekonomi dan industri real estat tersebut dan sejak tahun 1998, karena alasan pendanaan dan krisis
ekonomi yang berkelanjutan, Perusahaan dan anak perusahaan telah menghentikan proyek
pengembangannya. Sebagaimana diungkapkan pada Catatan 33 atas laporan keuangan konsolidasi,
16 Januari 1999 sampai dengan 16 Januari 2001. Perusahaan dan anak perusahaan juga tidak memenuhi
persyaratan perjanjian pinjaman (“loan covenants”) lainnya. Hal ini dapat menyebabkan pemberi
pinjaman meminta Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempercepat pelunasan hutang berikut beban
bunga dan beban lainnya yang masih terhutang, walaupun posisi likuiditas Perusahaan dan anak
perusahaan tidak mencukupi untuk itu. Sebagai tanggapan atas keadaan ini, Perusahaan melakukan
negosiasi dengan pemberi pinjaman guna menjadual kembali kewajibannya sampai kondisi ekonomi
menjadi lebih baik, dan mencari alternatif penyelesaian lainnya. Akibat dari kondisi tersebut dan hal-hal
lainnya yang diuraikan pada Catatan 33, terdapat ketidakpastian signifikan terhadap kemampuan
Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa akan datang
serta kemampuan untuk merealisasikan aktiva dan melunasi kewajibannya dalam bisnis normal dan pada
nilai yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Pengaruh dari keadaan ini tidak dapat ditentukan saat ini.
Laporan keuangan konsolidasi Perusahaan telah mencakup dampak kondisi ekonomi tersebut, sepanjang
hal itu dapat ditentukan dan diestimasi. Pengaruh dari kondisi tersebut akan dilaporkan pada laporan
keuangan pada saat dapat diketahui dan dapat ditentukan.
PRASETIO, UTOMO & CO.
NIU-KAP 98.2.0024
Drs. Rusdy Daryono
NIAP 98.1.0061
30 Maret 2001
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
31 Desember
1999 Disajikan Kembali
2000 (lihat Catatan 2n dan 3)
A K T I V A
KAS DAN SETARA KAS
(Catatan 2c, 2d, 4, 14 dan 31) Rp 39.321.213 Rp 49.286.689
INVESTASI SEMENTARA (Catatan 2e dan 5) - 71.000.000
PIUTANG
Usaha (Catatan 2f, 6 dan 14)
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(Catatan 2c dan 31) 1.551.258 725.332
Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Rp 13.779.948 pada tahun 2000 dan
Rp 1.441.239 pada tahun 1999 9.845.369 15.225.112
Lain-lain (Catatan 2f)
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(Catatan 2c dan 31) 40.001.280 53.014.031
Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Rp 17.368.518 pada tahun 2000 dan
Rp 9.447.159 pada tahun 1999 5.193.473 10.597.173
PERSEDIAAN - Setelah dikurangi penurunan nilai
sebesar Rp 52.792.987 pada tahun 2000
dan 1999 (Catatan 2g, 2l, 7 dan 14) 1.057.331.506 1.010.206.757
TANAH DALAM PENGEMBANGAN
(Catatan 2i, 2l, 8 dan 14) 1.258.988.273 1.258.980.461
AKTIVA TETAP (Catatan 2k, 2l, 9 dan 14)
Nilai tercatat 1.415.618.723 1.404.852.889
Akumulasi penyusutan dan amortisasi ( 306.396.868 ) ( 223.082.300 )
Bersih 1.109.221.855 1.181.770.589
PAJAK DAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA
(Catatan 2h, 10 dan 15) 36.568.804 42.611.631
AKTIVA PAJAK TANGGUHAN - Bersih
(Catatan 2m dan 15) 156.396.556 131.335.143
PENYERTAAN SAHAM
(Catatan 2c, 2j, 11, 27f dan 34a) 86.548.666 200.624.521
31 Desember
1999 Disajikan Kembali
2000 (lihat Catatan 2n dan 3)
AKTIVA LAIN-LAIN
Deposito berjangka (Catatan 12 dan 14) Rp 123.633.008 Rp 86.227.170
Uang muka (Catatan13) 65.994.687 55.500.358
Uang jaminan dan lain-lain
(Catatan 2c, 12 dan 31) 16.804.087 14.560.549
Jumlah Aktiva Lain-lain 206.431.782 156.288.077
JUMLAH AKTIVA Rp 4.007.400.035 Rp 4.181.665.516
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
31 Desember
1999 Disajikan Kembali
2000 (lihat Catatan 2n dan 3)
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
HUTANG BANK (Catatan14, 16, 27c dan 27d) Rp 1.431.523.610 Rp 966.420.847
HUTANG (Catatan 2c dan 31)
Usaha
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - 83.072
Pihak ketiga 256.719.352 189.217.356
Lain-lain
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 38.087.593 9.437.641
Pihak ketiga 20.900.689 25.515.860
HUTANG PAJAK (Catatan 15) 29.470.148 33.485.648
BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR
(Catatan 2c, 14, 16, 27d dan 31) 802.101.474 1.017.498.299
OBLIGASI DAN SURAT HUTANG
(Catatan 17 dan 34b) 513.440.660 713.934.063
PENYISIHAN UNTUK PENGGANTIAN
PERALATAN HOTEL (Catatan 2q) 4.279.833 1.420.532
TAKSIRAN KEWAJIBAN UNTUK PEMBANGUNAN PRASARANA
(Catatan 2p dan 18) 28.829.148 29.011.545
SETORAN JAMINAN DAN UANG MUKA
(Catatan 2c, 19, 27f, 31 dan 33) 112.235.242 28.671.182
PENDAPATAN DITANGGUHKAN
(Catatan 2c, 2p, 2r, 20 dan 31) 56.791.263 51.992.940
JUMLAH KEWAJIBAN 3.294.379.012 3.066.688.985
HAK MINORITAS PADA ANAK PERUSAHAAN
(Catatan 2b dan 21) 30.231.702 58.001.782
31 Desember
1999 Disajikan Kembali
2000 (lihat Catatan 2n dan 3)
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp 1.000 per saham Modal dasar - 1.500.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh
965.019.600 saham (Catatan 22) Rp 965.019.600 Rp 965.019.600
Tambahan modal disetor - bersih
(Catatan 2n, 3 dan 23) 503.073.325 529.449.325
Selisih penilaian kembali aktiva tetap
(Catatan 2k) 744.827.274 744.827.274
Defisit ( 1.530.130.878 ) ( 1.182.321.450 )
Ekuitas - Bersih 682.789.321 1.056.974.749
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 4.007.400.035 Rp 4.181.665.516
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember
1999 Disajikan Kembali
2000 (lihat Catatan 2n dan 3)
PENDAPATAN (Catatan 2c, 2p, 24 dan 31) Rp 96.171.727 Rp 83.528.976
BEBAN PENJUALAN DAN JASA
(Catatan 2p dan 25) 38.399.701 36.599.396
LABA KOTOR 57.772.026 46.929.580
BEBAN USAHA (Catatan 2p)
Umum dan administrasi (Catatan 2c, 26 dan 31) 184.405.799 193.522.207
Pemasaran 4.893.981 5.898.828
Jumlah Beban Usaha 189.299.780 199.421.035
RUGI USAHA 131.527.754 152.491.455
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Laba penyelesaian transaksi swap
(Catatan 14 dan 27d) 693.019.315 50.274.976
Laba pelunasan surat sanggup
(Catatan 17) 115.719.563
-Laba (rugi) kurs - bersih (Catatan 2s, 2t dan 27d) ( 794.209.743 ) 151.430.758
Bagian laba (rugi) bersih perusahaan asosiasi
(Catatan 2j dan 11) ( 114.075.854 ) 87.666.611
Beban bunga - bersih ( 266.064.988 ) ( 166.131.485 )
Lain-lain - bersih (Catatan 2c dan 31) 15.598.346 39.901.204
Penghasilan (Beban) Lain-lain - Bersih ( 350.013.361 ) 163.142.064
LABA (RUGI) SEBELUM TAKSIRAN
PAJAK PENGHASILAN ( 481.541.115 ) 10.650.609
TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN
(Catatan 2m dan 15)
Tahun berjalan 23.826.252 ( 1.286.550 )
Tangguhan 25.678.651 ( 3.174.670 )
LABA (RUGI) SEBELUM HAK MINORITAS
DAN POS LUAR BIASA ( 432.036.212 ) 6.189.389
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember
1999 Disajikan Kembali
2000 (lihat Catatan 2n dan 3)
HAK MINORITAS ATAS RUGI (LABA) BERSIH
ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2b dan 21) Rp 26.180.387 ( Rp 2.293.575 )
LABA (RUGI) SEBELUM POS LUAR BIASA ( 405.855.825 ) 3.895.814
POS LUAR BIASA
Laba restrukturisasi hutang - setelah dikurangi Pajak Penghasilan sebesar Rp 24.877.027
(Catatan 2u, 14 dan 15) 58.046.397
LABA (RUGI) BERSIH (Rp 347.809.428 ) Rp 3.895.814
LABA (RUGI) PER SAHAM
Rugi usaha (Catatan 2w dan 3) (Rp 136 ) ( Rp 158 )
Laba (rugi) sebelum pos luar biasa (Catatan 2w) (Rp 420 ) Rp 4
Pos luar biasa 60
Laba (rugi) bersih (Catatan 2w dan 3) (Rp 360 ) Rp 4
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2000 Dan 1999
Selisih
Modal Tambahan Modal Penilaian Kembali
Saham Disetor - Bersih Aktiva Tetap Defisit Ekuitas - Bersih
Saldo, 1 Januari 1999 sesuai laporan terdahulu Rp 965.019.600 Rp 535.347.381 Rp 744.827.274 (Rp 1.194.215.612 ) Rp 1.050.978.643
Penyesuaian akibat penerapan Surat Keputusan BAPEPAM No. KEP-06/PM/2000
tanggal 13 Maret 2000 (Catatan 2n dan 3) - ( 15.996.696 ) - 7.998.348 ( 7.998.348 )
Saldo, 1 Januari 1999 setelah disajikan kembali 965.019.600 519.350.685 744.827.274 ( 1.186.217.264 ) 1.042.980.295
Laba bersih, sesuai laporan terdahulu - - - 696.475 696.475
Penyesuaian akibat penerapan Surat Keputusan BAPEPAM No. KEP-06/PM/2000
tanggal 13 Maret 2000 (Catatan 2n dan 3) - - - 3.199.339 3.199.339
Laba bersih setelah disajikan kembali - - - 3.895.814 3.895.814
Peningkatan nilai aktiva bersih PT Graha Jakarta Sentosa, anak perusahaan - setelah
dikurangi efek pajak tangguhan bersih
sebesar Rp 4.655.776 (Catatan 2j) - 10.098.640 - - 10.098.640
Saldo, 31 Desember 1999
setelah disajikan kembali Rp 965.019.600 Rp 529.449.325 Rp 744.827.274 (Rp 1.182.321.450 ) Rp 1.056.974.749
Saldo, 1 Januari 2000 Rp 965.019.600 Rp 529.449.325 Rp 744.827.274 (Rp 1.182.321.450 ) Rp 1.056.974.749
Selisih harga perolehan atas nilai buku untuk penaikan penyertaan saham pada PT Graha Jakarta Sentosa, anak perusahaan
(Catatan 1c dan 2b) - ( 26.376.000 ) - - ( 26.376.000 )
Rugi bersih - - - ( 347.809.428 ) ( 347.809.428 )
Saldo, 31 Desember 2000 Rp 965.019.600 Rp 503.073.325 Rp 744.827.274 (Rp 1.530.130.878 ) Rp 682.789.321
(Dalam Ribuan Rupiah)
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 1999 Disajikan Kembali (lihat Catatan 2000 2a, 2n dan 3)
ARUS KAS DARI KEGIATAN USAHA
Penerimaan kas dari:
Pendapatan hotel Rp 86.558.884 Rp 59.710.866
Pendapatan telekomunikasi 4.536.244 4.967.224
Jasa manajemen 4.082.137 2.383.222
Penjualan - 18.943.780
Pembayaran kas sepanjang tahun untuk:
Biaya departemen dan non-departemen ( 61.769.278) ( 53.701.768)
Biaya operasi ( 48.048.226) ( 90.498.111)
Biaya bantuan teknis, umum, operasional
dan perawatan ( 9.836.334 ) ( 6.830.454 )
Pembayaran kas bersih untuk operasi ( 24.476.573) ( 65.025.241)
Penurunan (kenaikan) saldo pada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa 102.688.610 ( 27.678.706 )
Pembayaran uang muka ( 21.000.000)
-Pendapatan (biaya) bunga - bersih 14.612.831 ( 6.854.518 )
Pembayaran Pajak Penghasilan ( 1.847.947 ) ( 4.531.824 )
Penghasilan lain-lain 15.118.262 62.283.853
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk)
Kegiatan Usaha 85.095.183 ( 41.806.436)
ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI
Uang muka penjualan investasi 82.487.761
-Hasil penjualan aktiva tetap 790.624 7.241.546
Investasi saham ( 28.000.000 )
-Perolehan aktiva tetap ( 12.179.044) ( 35.629.567)
Investasi sementara - ( 70.295.000)
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk)
Kegiatan Investasi 43.099.341 ( 98.683.021)
ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN
Penerimaan dari penerbitan (pembayaran untuk
pelunasan) surat sanggup ( 117.510.000 ) 197.748.535
Pembayaran hutang bank ( 20.650.000) ( 83.705.000)
Pembayaran kepada pemegang saham - ( 248.203 )
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk)
Kegiatan Pendanaan ( 138.160.000 ) 113.795.332
(Dalam Ribuan Rupiah)
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 1999 Disajikan Kembali (lihat Catatan 2000 2a, 2n dan 3)
PENURUNAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS (Rp 9.965.476 ) ( Rp 26.694.125)
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 49.286.689 75.980.814
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN Rp 39.321.213 Rp 49.286.689
Informasi tambahan laporan arus kas:
Kegiatan yang tidak mempengaruhi arus kas: Kapitalisasi (penyesuaian) rugi (laba) kurs yang
belum direalisasi ke persediaan Rp 33.160.036 ( Rp 82.448.321)
Kapitalisasi biaya pinjaman pada persediaan 9.771.101 31.454.429
Kapitalisasi penyusutan pada persediaan 78.264 649.328
Konversi beban bunga/swap yang masih harus
dibayar ke pokok hutang bank ( 149.963.564 ) ( 104.315.000 )
Perubahan akibat transaksi ekuitas dari anak perusahaan karena penjabaran laporan keuangan dari dolar A.S. ke rupiah yang berpengaruh pada akun:
Tambahan modal disetor - 10.098.640
Aktiva pajak tangguhan - 4.555.776
Hak minoritas - 431.509
Penghapusan piutang - 631.061
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
1. U M U M
a. Pendirian Perusahaan
PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 7 November 1969 dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1/1967 berdasarkan akta Notaris Soetrono Prawiroatmodjo, S.H., No. 5 tanggal 7 November 1969 yang kemudian diubah dengan akta No. 42 tanggal 27 Januari 1970 dari notaris yang sama. Akta pendirian Perusahaan diumumkan dalam Berita Negara No. 54 tanggal 7 Juli 1970, Tambahan No. 124. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta Notaris Ida Fidiyantri, S.H., notaris pengganti Imas Fatimah, S.H., No. 64 tanggal 30 Juli 1997, dalam rangka memenuhi ketentuan peraturan Pasar Modal. Perubahan Anggaran Dasar yang terakhir ini telah diumumkan dalam Berita Negara No. 57 tanggal 17 Juli 1998, Tambahan No. 3898.
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan pasal 3, lingkup kegiatan Perusahaan adalah menyelenggarakan jasa perhotelan dan pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1969.
Perusahaan adalah pemilik dari Hotel Borobudur Jakarta (“Hotel”) yang mulai dikelola oleh PT Dharma Harapan Raya pada tanggal 1 Januari 1999 (lihat Catatan 1c).
Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Gedung Artha Graha, Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta.
b. Penawaran Umum Efek Perusahaan
Seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 965.019.600 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Informasi historis mengenai saham Perusahaan yang dicatatkan di bursa adalah sebagai berikut:
Tahun Keterangan Jumlah Saham
1984 Penawaran Umum Saham Perdana 6.618.600
1988 Penawaran Umum Saham Kedua 6.633.700
1989 Pencatatan Saham Pendiri 11.315.700
1991 Pencatatan Saham Private Placement 432.000
1992 Pencatatan Saham Pendiri 56.869.280
1992 Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran 46.800.000
1994 Pencatatan Saham Bonus 257.338.560
1996 Penawaran Umum Terbatas I 579.011.760
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
c. Susunan Perusahaan dan Anak Perusahaan
Pada tanggal 31 Desember 2000, susunan Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:
Persentase
Mulai Kepemilikan Jumlah Perusahaan Lokasi Kegiatan Utama Beroperasi (%) Aktiva
Pemilikan langsung: PT Danayasa Arthatama
(“DA” - lihat Catatan 27c) Jakarta Real estat 1987 99,99 Rp 2.688.139.091 PT Graha Jakarta Sentosa (“GJS”) Jakarta Telekomunikasi 1992 99,99 104.010.025 PT Jakarta International Hotels
Management (“JIHM”) Jakarta Manajemen perhotelan 1992 90,00 326.514 PT Dharma Harapan Raya (“DHR”) Jakarta Manajemen perhotelan 1998 60,00 3.040.576 Pemilikan tidak langsung:
Dua puluh perusahaan Telekomunikasi, real
(melalui DA) Jakarta estat, properti, hotel 88,00
-dan perdagangan - 100,00 2.288.721.523
DA saat ini sedang mengembangkan area seluas lebih kurang 45 hektar yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang dikenal dengan nama “Kawasan Niaga Terpadu Sudirman” (“KNTS”). DA memiliki penyertaan pada perusahaan-perusahaan berikut:
Persentase Pemilikan Perusahaan Lingkup Kegiatan Usaha Lebih Kurang(%)
PT Artha Telekomindo (“AT”) Telekomunikasi 100
PT Primagraha Majumakmur Pengembangan real estat dan agen pemasaran
(“PGMM”) apartemen di Lot 20 KNTS 100
PT Grahamas Adisentosa (“GA”) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Intigraha Arthayasa (“IA”) Perhotelan, pariwisata dan kegiatan yang berkaitan 100*) PT Panduneka Sejahtera (“PNS”) Pembangunan dan pengelolaan gedung perkantoran 100*) PT Primakarya Utamagraha Pembangunan dan pengelolaan gedung serta
(“PU”) kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Citra Adisarana (“CA”) Pembangunan dan pengelolaan hotel dan gedung
perkantoran 100*)
PT Artharaya Unggul Abadi Pembangunan dan pengelolaan gedung serta
(“AUA”) kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Nusagraha Adicitra (“NA”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Pandugraha Sejahtera (“PGS”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Adinusa Puripratama (“AP”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Panduneka Abadi (“PA”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Grahaputra Sentosa (“GS”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Adiperdana Sejahtera (“APS”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Citra Wiradaya (“CW”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 100*)
PT Adimas Utama (“AMU”) Perdagangan 99*) **)
Persentase Pemilikan Perusahaan Lingkup Kegiatan Usaha Lebih Kurang(%)
PT Trinusa Wiragraha (“TW”) Perdagangan 99*) **)
PT Pusatgraha Makmur (“PM”) Perdagangan 99*) **)
PT Arthayasa Grahatama (“AG”) Pengembangan dan pengelolaan hotel, pusat perbelanjaan, apartemen dan gedung
perkantoran 88
PT Jakarta International Artha Perhotelan dan kegiatan yang berkaitan (“JIA”) (dimiliki secara tidak
langsung melalui
PT Arthayasa Grahatama) 79*)**)
PT Majumakmur Arthasentosa Pembangunan dan pengelolaan hotel serta kegiatan
(“MAS”) yang berkaitan 49*)
PT Andana Utamagraha (“AU”) Pembangunan dan pengelolaan apartemen serta
kegiatan yang berkaitan 49*)
PT Graha Putranusa (“GPN”) Pembangunan dan pengelolaan gedung perkantoran 5*) *) Anak perusahaan/perusahaan asosiasi masih dalam tahap pengembangan pada tanggal 31 Desember
2000.
**) Anak perusahaan memiliki posisi keuangan yang tidak signifikan dibandingkan dengan posisi keuangan konsolidasi.
GJS mempunyai 50% saham PT Bimagraha Telekomindo (lihat Catatan 11). Pada tanggal 20 November 2000, Perusahaan menambah penyertaannya pada GJS dari 95% menjadi 99,99%. Selisih antara biaya perolehan penyertaan atas nilai buku GJS sebesar Rp 26.376.000 disajikan sebagai bagian dari “Tambahan Modal Disetor” (lihat Catatan 2b).
JIHM memberikan jasa manajemen dan jasa-jasa lain kepada “Kartika Plaza Beach Hotel” di Bali dan jasa manajemen serta jasa yang berkaitan dengan pemeliharaan gedung perkantoran. Dengan berdirinya DHR, maka pada tahun 1999 manajemen Perusahaan memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan usaha JIHM. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa JIHM yang diselenggarakan pada tanggal 22 Juni 1999, diputuskan mengenai penurunan modal dasar dan modal disetor JIHM masing-masing dari Rp 7.500.000 dan Rp 2.500.000 menjadi masing-masing Rp 20.000. Pengurangan modal dasar dan modal disetor penuh ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan dalam Surat Keputusan No. C-17543.HT.01.04.TH.2000 tanggal 10 Agustus 2000.
DHR didirikan pada tahun 1998 dan bergerak di bidang jasa manajemen dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan bidang jasa perhotelan. DHR mengoperasikan Hotel Borobudur sejak tanggal 1 Januari 1999, ketika Inter-Continental Hotel Corporation tidak lagi mengoperasikan hotel ini, dan Kartika Plaza Beach Hotel. Perusahaan memiliki 120.000 saham DHR (60%) seharga Rp 1.200.000.
d. Karyawan, Direktur dan Komisaris
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan terakhir adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris Dewan Direksi
Komisaris Utama : H. M. Widarsadipradja Direktur Utama : H. Jusuf Indradewa, S.H. Wakil Komisaris Utama : Sugianto Kusuma Wakil Direktur Utama : Santoso Gunara
Komisaris : Tomy Winata Direktur : Nasroel Chas
Komisaris : Drs. Ida Bagus Putu Sarga Direktur : Budiman Effendi
Komisaris : Patrick Cheung *) Direktur : Hartono Tjahjadi Adiwana
*) Mengundurkan diri efektif mulai tanggal 12 April 2000, dan belum ada penggantinya sampai dengan tanggal 31 Desember 2000.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
Jumlah karyawan Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2000 berkisar 1.040 orang.
Jumlah kompensasi yang diterima oleh Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan masing-masing sebesar Rp 2.107.900 dan Rp 1.732.834 pada tahun 2000 dan 1999.
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disusun berdasarkan konsep harga perolehan, kecuali untuk persediaan yang dinyatakan dengan harga terendah antara harga perolehan dan nilai yang dapat direalisasi, aktiva tetap tertentu telah dinilai kembali, investasi tertentu yang dinyatakan berdasarkan nilai wajar atau yang dinyatakan dengan metode ekuitas untuk perusahaan asosiasi dengan pemilikan paling sedikit 20%.
Neraca konsolidasi disajikan berdasarkan metode “unclassified” (aktiva dan kewajiban tidak dikelompokkan menurut lancar dan tidak lancar) sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 44, “Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat”.
Laporan keuangan konsolidasi ini disusun dengan menggunakan dasar akrual, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi. Laporan arus kas konsolidasi menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Efektif tanggal 1 Januari 2000, Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung sesuai dengan Surat Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal (“BAPEPAM”) No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 atas perubahan Peraturan No. VIII.G.7, “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan”. Sebelum tahun 2000, arus kas dari aktivitas operasi disajikan dengan menggunakan metode tidak langsung. Penyajian laporan arus kas konsolidasi tahun lalu telah diubah untuk menyesuaikan dengan pedoman yang disebutkan di atas.
b. Prinsip Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan Perusahaan dikonsolidasikan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih dari 50% hak suaranya dimiliki Perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung (lihat Catatan 1c).
Transaksi ekuitas dengan entitas sepengendali dicatat dengan cara yang sama seperti metode pooling-of-interest, di mana setiap selisih antara harga perolehan dan nilai buku investasi disajikan sebagai pengurang Tambahan Modal Disetor.
Seluruh akun dan transaksi antar perusahaan yang material telah dieliminasi.
c. Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi dengan beberapa pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Yang dimaksud dengan hubungan istimewa adalah sebagai berikut:
(i) perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (“intermediaries”), mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk “holding companies”, “subsidiaries” dan “fellow subsidiaries”);
(iii) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor);
(iv) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
(v) perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam (iii) atau (iv), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.
Sifat dan hubungan dari transaksi-transaksi ini diungkapkan dalam Catatan 31.
d. Setara Kas
Setara kas meliputi deposito berjangka dan investasi sementara yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatan atau perolehan dan tidak digunakan sebagai jaminan.
e. Investasi Sementara
Efektif tanggal 1 Januari 1999, Perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 50, “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”, yang mengklasifikasikan surat berharga dalam tiga kelompok yaitu:
• Diperdagangkan (“trading securities”)
Termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang dibeli untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya mempunyai frekuensi pembelian dan penjualan yang tinggi. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk mendapatkan laba dari kenaikan harga dalam jangka pendek. Investasi dalam efek yang termasuk dalam kelompok ini dicatat sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang belum direalisasi pada tanggal neraca dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan.
• Dimiliki hingga jatuh tempo (“held-up-to-maturity”)
Investasi dalam efek hutang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo dicatat sebesar harga perolehan yang disesuaikan dengan diskonto atau premi yang belum diamortisasi.
• Tersedia untuk dijual (“available-for-sale”)
Investasi dalam efek yang tidak memenuhi kriteria kelompok diperdagangkan dan yang dimiliki hingga jatuh tempo dicatat sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang belum direalisasi pada tanggal neraca dikreditkan atau dibebankan pada “Laba/Rugi yang Belum Direalisasi dari Pemilikan Surat Berharga”, yang merupakan komponen Ekuitas.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
f. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu
Penyisihan piutang ragu-ragu ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kemungkinan tertagihnya piutang tersebut pada akhir tahun yang bersangkutan.
g. Persediaan
Persediaan real estat dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersihnya. Harga perolehan yang meliputi harga perolehan tanah, biaya pengembangan dan pematangan tanah, biaya pembangunan gedung dan biaya prasarana (termasuk beban pendanaan atas pinjaman yang diperoleh guna membiayai perolehan, pematangan dan pengembangan tanah serta pembangunan bangunan) serta perizinan. Penyisihan penurunan nilai persediaan dilakukan untuk menurunkan nilai tercatat persediaan menjadi nilai realisasi bersihnya.
Akumulasi biaya pembangunan aktiva dalam pembangunan yang dimaksudkan untuk dijual pada saat selesai dibangun diklasifikasi sebagai “Persediaan”.
Persediaan hotel (makanan dan minuman, perlengkapan hotel dan suku cadang peralatan hotel) dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata atau nilai realisasi bersih.
h. Biaya Dibayar di Muka
Biaya dibayar di muka diamortisasi berdasarkan masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus (“straight-line method”).
i. Tanah dalam Pengembangan
Tanah dalam pengembangan dimana di atasnya akan didirikan bangunan di masa mendatang, dikelompokkan sebagai “Tanah dalam Pengembangan”. Tanah dalam pengembangan dinyatakan berdasarkan harga perolehan yang meliputi beban pembebasan (ganti rugi) tanah, beban surat-surat tanah, beban pematangan tanah, beban prasarana dan kapitalisasi beban pendanaan atas pinjaman yang digunakan untuk membiayai perolehan dan pengembangan tanah. Pada saat dimulainya pembangunan, tanah dalam pengembangan dipindahkan ke akun “Persediaan” (untuk dijual) atau “Aktiva Tetap” (untuk digunakan sendiri atau untuk disewakan).
j. Penyertaan Saham
Penyertaan saham dimana Perusahaan atau anak perusahaan mempunyai pemilikan saham paling sedikit 20% tetapi tidak lebih dari 50% (perusahaan asosiasi) dicatat dengan metode ekuitas, di mana harga perolehan dari penyertaan ditambah atau dikurangi dengan bagian Perusahaan atau anak perusahaan atas laba atau rugi perusahaan asosiasi serta dikurangi dengan pendapatan dividen. Bagian laba (rugi) bersih perusahaan asosiasi dikurangkan dengan jumlah amortisasi secara garis lurus atas selisih antara biaya perolehan penyertaan saham dan proporsi pemilikan Perusahaan atau anak perusahaan atas nilai wajar aktiva bersih pada tanggal perolehan (“goodwill”).
Pada saat suatu anak perusahaan atau perusahaan asosiasi yang dicatat dengan metode ekuitas menjual sahamnya kepada pihak ketiga dengan harga yang berbeda dari nilai bukunya, maka nilai penyertaan bersih Perusahaan pada anak perusahaan atau perusahaan asosiasi tersebut akan terpengaruh. Perusahaan mengakui perubahan yang timbul dalam penyertaan bersih pada anak perusahaan atau perusahaan asosiasi tersebut dengan mengkredit atau mendebet akun “Tambahan Modal Disetor”.
Perubahan pada penyertaan bersih yang dicatat dengan metode ekuitas, sebagai akibat dari transaksi ekuitas investee dicatat dengan mengkredit atau mendebet akun “Tambahan Modal Disetor”.
Penyertaan saham dengan pemilikan kurang dari 20% dinyatakan sebesar harga perolehan.
k. Aktiva Tetap
Aktiva tetap Perusahaan yang digunakan dalam operasi dan diperoleh sampai dengan tanggal 30 September 1998, telah dinilai kembali sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 384/KMK.04/1998 tanggal 14 Agustus 1998. Perolehan setelah tanggal tersebut dibukukan berdasarkan harga perolehan.
Sebelum tahun 1998, aktiva tetap Perusahaan (kecuali tanah) yang digunakan dalam operasi dan diperoleh sampai dengan tanggal 12 September 1986, telah dinilai kembali sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1986 dan pada tanggal 30 Juni 1983 telah dinilai kembali sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 66/KMK.04/1982 sehubungan dengan penawaran saham Perusahaan kepada masyarakat.
Selisih penilaian kembali aktiva tetap adalah sebesar Rp 726.942.576 dari hasil penilaian kembali tahun 1998 dan sebesar Rp 17.884.698 dari hasil penilaian kembali sebelum tahun 1998.
Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (“straight-line method”) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan sebagai berikut:
Tahun
Bangunan 20 - 30
Peralatan dan perabotan 5 - 10
Peralatan mekanis dan listrik 6 - 12
Kendaraan bermotor 5
Peralatan telekomunikasi 3 - 8
Partisi kantor 3 - 5
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya. Pemugaran atau penambahan dalam jumlah yang besar dan yang meningkatkan masa manfaat aktiva tetap dikapitalisasi ke akun aktiva tetap yang bersangkutan. Harga perolehan dan akumulasi penyusutan aktiva tetap yang sudah tidak dipergunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap dan laba atau rugi yang bersangkutan dibukukan pada tahun yang bersangkutan.
Akumulasi biaya proyek renovasi hotel dan aktiva dalam pembangunan yang dimaksud untuk digunakan sendiri dicatat pada “Aktiva dalam Pembangunan” dan disajikan sebagai bagian dari “Aktiva Tetap”.
l. Kapitalisasi Biaya Pinjaman
Biaya pinjaman termasuk beban bunga, rugi kurs, rugi swap, jasa manajemen dan hukum dan beban provisi bank sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai perolehan dan pengembangan tanah dan konstruksi bangunan dikapitalisasi sampai tanah telah selesai dikembangkan dan bangunan telah selesai dibangun.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
Ketika pengembangan atau pembangunan atas aktiva tersebut terhenti untuk waktu yang lama, kapitalisasi biaya pinjaman ditunda hingga pengembangan atau pembangunan tersebut dimulai kembali.
m. Pajak Penghasilan Tangguhan
Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan metode kewajiban untuk akuntansi Pajak Penghasilan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46, “Akuntansi Pajak Penghasilan”. Berdasarkan metode ini, dalam perhitungan taksiran Pajak Penghasilan untuk penghasilan selain yang dikenakan Pajak Penghasilan final, aktiva atau kewajiban pajak tangguhan timbul dari perbedaan antara aktiva dan kewajiban atas dasar akuntansi dan pajak pada setiap tanggal pelaporan, demikian juga halnya dengan rugi fiskal yang dapat dikompensasi, sepanjang diharapkan dapat direalisasi. Untuk setiap perusahaan yang dikonsolidasi, pengaruh pajak atas perbedaan waktu dan akumulasi rugi fiskal, yang masing-masing dapat berupa aktiva atau kewajiban disajikan dalam jumlah bersih.
Taksiran Pajak Penghasilan untuk penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan final dihitung berdasarkan penghasilan tahun berjalan. Perbedaan antara Pajak Penghasilan final tahun berjalan dan pajak yang dihitung berdasarkan penghasilan tahun berjalan dinyatakan sebagai Pajak Penghasilan final dibayar di muka atau hutang Pajak Penghasilan final.
n. Beban Emisi Saham dan Obligasi Ditangguhkan
Sebelum tanggal 1 Januari 2000, biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penawaran umum terbatas kepada para pemegang saham dalam rangka penerbitan hak memesan saham terlebih dahulu ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus (“straight-line method”) selama lima tahun mulai bulan Juli 1996.
Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penawaran umum obligasi dikapitalisasi dan diamortisasi dengan metode garis lurus (“straight-line method”) selama masa obligasi lima tahun mulai bulan Juli 1997.
Pada tahun 2000, Perusahaan melakukan penyesuaian secara retroaktif dalam rangka penerapan Surat Keputusan BAPEPAM No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 yang mengatur bahwa saldo tangguhan tahun lalu (sebelumnya dalam Aktiva Lain-lain) dan tambahan untuk beban emisi saham dibebankan pada Tambahan Modal Disetor (lihat Catatan 3). Pembagian saham bonus, apabila ada, harus diperhitungkan dengan beban emisi saham.
Lebih lanjut, untuk saldo beban emisi obligasi (sebelumnya dicatat dalam Aktiva Lain-lain) dan setiap tambahan beban emisi obligasi dikurangkan dari hasil penerbitan atau nilai nominal obligasi sebagai diskon atau premi yang harus diamortisasi sepanjang periode obligasi (lihat Catatan 3).
o. Penurunan Nilai Aktiva
Mulai tahun 1999, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 48, “Akuntansi Penurunan Nilai Aktiva”. Pernyataan ini mengharuskan dilakukannya taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (“recoverable amount”) dari suatu aktiva jika terdapat indikasi kejadian atau perubahan keadaan yang menunjukkan bahwa nilai tercatatnya tidak dapat dipulihkan sepenuhnya. Penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi dalam laporan laba rugi konsolidasi.
p. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan dari penjualan tanah yang di atasnya akan didirikan bangunan oleh pihak pembeli tanpa keterlibatan pihak penjual, diakui secara penuh (“full accrual method”) apabila seluruh persyaratan berikut terpenuhi:
(i) Jumlah pembayaran yang diterima sekurang-kurangnya mencapai 20% dari harga jual yang
telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; (ii) Harga jual akan tertagih;
(iii) Piutang penjualan tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa akan datang;
(iv) Proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kapling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan perundang-undangan; dan
(v) Hanya kapling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas tanah tersebut.
Pendapatan dari penjualan unit strata apartemen dan gedung perkantoran diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian (“percentage-of-completion method”) terhadap unit yang terjual, apabila seluruh persyaratan berikut terpenuhi:
(i) Proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan
semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah dipenuhi;
(ii) Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan
(iii) Jumlah pendapatan penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan andal. Apabila persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi seluruhnya maka penerimaan penjualan unit strata diterima di muka dicatat sebagai “Pendapatan Ditangguhkan”.
Pendapatan dari penjualan dan jasa hotel diakui pada saat barang atau jasa diberikan kepada tamu hotel.
Pendapatan sewa ruangan toko dan kantor milik Perusahaan dan sewa tanah DA diakui secara proporsional sesuai dengan jangka waktu sewa.
Beban dan beban pokok diakui pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan real estat di mana di dalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah yang terjual maupun yang sedang dikembangkan untuk penjualan di masa mendatang.
q. Penyisihan untuk Penggantian Peralatan Hotel
Perusahaan, sebagai pemilik Hotel, melakukan penyisihan untuk penggantian peralatan hotel dan membebankannya pada laporan laba rugi berdasarkan taksiran nilai ganti dari peralatan yang hilang atau rusak. Pembelian dibebankan pada akun penyisihan untuk penggantian peralatan hotel.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
Pada akhir tahun dilakukan penyesuaian terhadap akun penyisihan ini untuk mencerminkan perbedaan antara jumlah peralatan hotel yang ada pada akhir tahun dengan jumlah peralatan hotel yang semula diberikan oleh Perusahaan kepada Pengelola Hotel. Kelebihan jumlah peralatan yang ada dengan jumlah yang diberikan semula oleh Perusahaan dicatat sebagai “Persediaan”.
r. Pendapatan Ditangguhkan
Pendapatan ditangguhkan merupakan penangguhan sebagian laba yang berasal dari transaksi Perusahaan dengan perusahaan afiliasi sesuai dengan persentase pemilikan Perusahaan pada perusahaan afiliasi tersebut. Pendapatan ditangguhkan akan direalisasi sebagai pendapatan pada saat persentase pemilikan Perusahaan di perusahaan asosiasi tersebut mengalami penurunan atau bila aktiva tersebut dijual lagi kepada pihak ketiga.
s. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Laba atau rugi kurs yang terjadi dikredit atau dibebankan pada operasi tahun berjalan, kecuali laba atau rugi kurs yang dikapitalisasi
seperti dijelaskan pada Catatan 2l.
Untuk tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, kurs beli dan jual rata-rata wesel ekspor yang digunakan masing-masing sebesar Rp 9.595 dan Rp 7.100 untuk AS$ 1.
t. Instrumen Keuangan
Laba atau rugi yang timbul dari transaksi valuta berjangka (“forward contract”) ditangguhkan dan diperhitungkan bersama dengan transaksi valuta asing yang bersangkutan apabila kontrak tersebut dimaksudkan untuk dan efektif sebagai “hedging” dari suatu komitmen valuta asing yang mengikat. Laba atau rugi yang timbul dari penerapan metode penilaian “marked-to-market” atas transaksi yang tidak memenuhi kriteria “hedging”, dikredit atau dibebankan pada usaha tahun berjalan.
u. Restrukturisasi Hutang
Perusahaan menerapkan Standar Akuntansi Keuangan No. 54, “Akuntansi Restrukturisasi Hutang-Piutang Bermasalah” yang mengharuskan debitur untuk mencatat dampak restrukturisasi sejak saat restrukturisasi dilaksanakan, dan tidak boleh mengubah nilai tercatat hutang pada saat restrukturisasi, kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru. Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru lebih rendah dari nilai tercatat, maka perbedaannya diakui sebagai keuntungan yang timbul dari restrukturisasi hutang yang diklasifikasikan sebagai pos luar biasa pada tahun berjalan.
v. Dana Pensiun
Perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 (“PSAK No. 24”) mengenai “Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun” secara konsisten untuk membukukan program dana pensiun manfaat pastinya.
w. Laba (Rugi) Per Saham
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 56, “Laba per Saham”, rugi usaha per saham, laba (rugi) sebelum pos luar biasa per saham dan laba (rugi) bersih per saham dihitung dengan membagi rugi usaha, laba(rugi) sebelum pos luar biasa dan laba (rugi) bersih dengan rata-rata tertimbang dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam tahun yang bersangkutan yaitu sebanyak 965.019.600 saham pada tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2000 dan 1999.
3. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN PENYAJIAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Seperti diungkapkan dalam Catatan 2n, pada tahun 2000, Perusahaan mengubah kebijakan akuntansi sehubungan dengan beban emisi saham dan obligasi. Untuk tujuan perbandingan, laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1999 telah disajikan kembali untuk mencerminkan penerapan retroaktif dari perubahan kebijakan akuntansi, yang berpengaruh pada akun-akun berikut:
Dilaporkan Disajikan Terdahulu Kembali Neraca Konsolidasi Jumlah aktiva Rp 4.195.730.093 Rp 4.181.665.516 Ekuitas - bersih 1.061.773.758 1.056.974.749
Laporan Laba Rugi Konsolidasi
Laba bersih 696.475 3.895.814
Laba bersih per saham 1 4
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi
Tambahan modal disetor - bersih 545.446.021 529.449.325
Defisit akhir tahun ( 1.193.519.137 ) ( 1.182.321.450 )
4. KAS DAN SETARA KAS
Kas dan setara kas terdiri dari:
2000 1999
Kas(termasuk AS$ 2.005 pada tahun 2000) Rp 377.746 Rp 250.890
Bank
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(lihat Catatan 31)
PT Bank Artha Graha (termasuk AS$ 119.423 pada tahun 2000 dan
AS$ 398.214 pada tahun 1999) 2.138.374 4.124.440
Pihak ketiga
American Express Bank N.A. (AS$ 380.183 pada tahun 2000 dan AS$ 139.112
pada tahun 1999) 3.647.858 987.695
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
2000 1999
Lain-lain, (termasuk AS$ 10.215 pada tahun 2000 dan AS$ 14.451
pada tahun 1999) Rp 257.642 Rp 3.302.446
Deposito Berjangka
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(lihat Catatan 31)
PT Bank Artha Graha (termasuk AS$ 72.590 pada tahun 2000 dan AS$ 696.742
pada tahun 1999) 26.978.199 40.621.218
Pihak ketiga
Lain-lain (AS$ 617.133) 5.921.394
-Jumlah Rp 39.321.213 Rp 49.286.689
Deposito berjangka dalam dolar A.S. yang jatuh tempo dalam tiga bulan atau kurang memperoleh suku bunga berkisar antara 4,68% sampai 7,35% per tahun pada tahun 2000 dan antara 4,63% sampai 7,59% per tahun pada tahun 1999. Suku bunga deposito berjangka dalam rupiah berkisar antara 11% sampai 13,2% per tahun pada tahun 2000 dan antara 9,5% sampai 43% per tahun pada tahun 1999.
5. INVESTASI SEMENTARA
Saldo pada tanggal 31 Desember 1999 merupakan surat sanggup dengan tingkat bunga mengambang dalam dolar A.S. merupakan Guaranteed Floating Rate Notes (“GFRN”) yang diterbitkan pada tanggal 22 Oktober 1996 oleh Mulialand Finance B.V. (“MFBV”) berdasarkan perjanjian perwaliamanatan antara MFBV, PT Mulialand Tbk (sebagai penjamin) dan Morgan Guaranty Trust Company of New York (sebagai Wali Amanat). GFRN ini memperoleh bunga sebesar LIBOR + 2,25% per tahun dan telah jatuh tempo pada tahun 1999.
6. PIUTANG USAHA
Akun ini terdiri dari piutang yang berasal dari transaksi berikut:
2000 1999
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(lihat Catatan 31) Pendapatan hotel Rp 809.783 Rp 134.112 Jasa manajemen 741.475 541.913 Jasa telekomunikasi - 49.307 Jumlah Rp 1.551.258 Rp 725.332
2000 1999 Pihak ketiga Real estat Rp 13.210.457 Rp 13.210.457 Pendapatan hotel 7.440.616 2.919.735 Jasa telekomunikasi 2.641.686 467.459 Jasa kontraktor 263.858 -Jasa manajemen 68.700 68.700 Jumlah 23.625.317 16.666.351
Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 13.779.948) ( 1.441.239 )
Bersih Rp 9.845.369 Rp 15.225.112
a. Analisis umur piutang adalah sebagai berikut:
2000 1999
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Pihak yang mempunyai hubungan
isitimewa:
Lancar Rp 891.769 57,49% Rp 543.751 74,97%
Telah jatuh tempo:
1 - 30 hari 507.263 32,70 48.648 6,70
31 - 60 hari 20.461 1,32 30.060 4,14
61 - 90 hari - - 49.307 6,80
Lebih dari 90 hari 131.765 8,49 53.566 7,39
Jumlah Rp 1.551.258 100,00% Rp 725.332 100,00%
Pihak ketiga:
Lancar Rp 4.856.083 20,56% Rp 1.674.230 10,05%
Telah jatuh tempo:
1 - 30 hari 2.872.722 12,16 873.930 5,24
31 - 60 hari 513.515 2,17 217.152 1,30
61 - 90 hari 26.279 0,11 -
-Lebih dari 90 hari 15.356.718 65,00 13.901.039 83,41
Jumlah Rp 23.625.317 100,00% Rp 16.666.351 100,00%
b. Perubahan dalam penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut:
2000 1999
Pihak ketiga
Saldo awal tahun Rp 1.441.239 Rp 1.185.753
Penyisihan tahun berjalan 12.338.709 255.486
Saldo akhir tahun Rp 13.779.948 Rp 1.441.239
Masing-masing sebesar 82% dan 25% dari saldo piutang usaha tahun 2000 dan 1999 digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (lihat Catatan 14).
Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan piutang ragu-ragu cukup untuk menutup kemungkinan tidak tertagihnya piutang usaha.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
7. PERSEDIAAN
Persediaan terdiri dari:
2000 1999
Tanah dan bangunan Rp 14.691.400 Rp 14.691.400
Tanah dan bangunan dalam pembangunan 1.087.357.207 1.040.809.805
Perlengkapan teknik 6.465.681 5.619.480
Makanan dan minuman 1.503.769 1.187.781
Perlengkapan telekomunikasi 73.189 127.143
Perlengkapan hotel 33.247 564.135
Jumlah 1.110.124.493 1.062.999.744
Dikurangi penyisihan penurunan nilai persediaan ( 52.792.987) ( 52.792.987)
Bersih Rp 1.057.331.506 Rp 1.010.206.757
Persediaan real estat merupakan harga pokok tanah dan akumulasi biaya pembangunan unit apartemen “Kusuma Candra” dan “Conrad International Center”.
Persediaan real estat mencakup kapitalisasi biaya pinjaman yang terjadi atas pinjaman yang digunakan untuk mendanai perolehan dan pematangan tanah dan pembangunan bangunan. Pada tahun 2000, kapitalisasi biaya pinjaman adalah sebesar Rp 42.931.137. Pada tahun 1999, laba kurs sebesar Rp 50.993.892, setelah dikurangi beban bunga dan beban pendanaan lainnya sebesar Rp 31.454.429, dibukukan sebagai penyesuaian terhadap rugi kurs yang dikapitalisasi pada tahun 1998.
Sebagian dari persediaan digunakan sebagai jaminan atas hutang bank (lihat Catatan 14).
Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian dari penurunan nilai persediaan karena usang.
8. TANAH DALAM PENGEMBANGAN
Akun ini merupakan tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan di masa yang akan datang.
Perubahan pada akun tanah dalam pengembangan adalah sebagai berikut:
2000 1999
Saldo awal tahun Rp 1.258.980.461 Rp 1.299.230.492
Penambahan (pengurangan) 7.812 ( 40.250.031)
Saldo akhir tahun Rp 1.258.988.273 Rp 1.258.980.461
Tanah dalam pengembangan mencakup kapitalisasi biaya pinjaman yang digunakan untuk mendanai perolehan dan pematangan tanah. Pada tahun 2000 dan 1999, tidak terdapat kapitalisasi biaya pinjaman.
Sebagian dari tanah dalam pengembangan digunakan sebagai jaminan atas hutang bank tertentu (lihat Catatan 14).
9. AKTIVA TETAP
Aktiva tetap terdiri dari:
2000:
Perubahan selama Tahun Berjalan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
Nilai Tercatat:
Tanah Rp 314.298.580 Rp - Rp - Rp 314.298.580 Bangunan 378.201.680 8.461.181 242.820 386.420.041 Peralatan dan perabotan 367.078.282 1.131.713 192.059 368.017.936 Peralatan mekanis dan listrik 334.508.759 949.625 - 335.458.384 Kendaraan bermotor 5.287.405 849.539 863.871 5.273.073 Peralatan telekomunikasi 2.097.667 245.847 - 2.343.514 Partisi kantor 2.459.836 160.356 114.460 2.505.732 Aktiva dalam pembangunan
-Bangunan 920.680 380.783 - 1.301.463
Jumlah 1.404.852.889 12.179.044 1.413.210 1.415.618.723
Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi:
Tanah 1.013.579 - - 1.013.579
Bangunan 62.573.621 10.486.626 107.133 72.953.114 Peralatan dan perabotan 92.881.322 48.572.945 5.202 141.449.065 Peralatan mekanis dan listrik 59.405.979 24.047.117 - 83.453.096 Kendaraan bermotor 4.300.874 656.460 997.906 3.959.428 Peralatan telekomunikasi 1.329.634 355.976 - 1.685.610 Partisi kantor 1.577.291 416.169 110.484 1.882.976 Jumlah 223.082.300 84.535.293 1.220.725 306.396.868 Bersih Rp 1.181.770.589 Rp 1.109.221.855 1999:
Perubahan selama Tahun Berjalan
Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir
Nilai Tercatat:
Tanah Rp 314.298.580 Rp - Rp - Rp 314.298.580 Bangunan 362.490.885 17.470.952 1.760.157 378.201.680 Peralatan dan perabotan 406.665.864 2.377.359 41.964.941 367.078.282 Peralatan mekanis dan listrik 320.661.202 13.847.557 - 334.508.759 Kendaraan bermotor 5.899.372 203.150 815.117 5.287.405 Peralatan telekomunikasi 2.441.184 400.290 743.807 2.097.667 Partisi kantor 2.125.622 409.579 75.365 2.459.836 Aktiva dalam pembangunan
-Bangunan - 920.680 - 920.680
Jumlah 1.414.582.709 35.629.567 45.359.387 1.404.852.889
Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi:
Tanah 1.013.579 - - 1.013.579
Bangunan 50.227.151 12.462.949 116.479 62.573.621 Peralatan dan perabotan 56.406.764 73.512.474 37.037.916 92.881.322 Peralatan mekanis dan listrik 35.896.980 23.508.999 - 59.405.979 Kendaraan bermotor 3.935.876 942.481 577.483 4.300.874 Peralatan telekomunikasi 1.428.550 525.217 624.133 1.329.634 Partisi kantor 1.140.450 511.706 74.865 1.577.291 Jumlah 150.049.350 111.463.826 38.430.876 223.082.300 Bersih Rp 1.264.533.359 Rp 1.181.770.589
Penyusutan yang dibebankan pada operasi berjumlah Rp 84.457.030 pada tahun 2000 dan Rp 110.814.498 pada tahun 1999, dan dikapitalisasi pada “Persediaan” sebesar Rp 78.264 pada tahun 2000 dan Rp 649.328 pada tahun 1999.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
Sebagian aktiva tetap digunakan sebagai jaminan atas hutang bank (lihat Catatan 14).
Tanah merupakan hak atas tanah Perusahaan yang di atasnya dibangun Hotel Borobudur dengan “HGB” yang berlaku sampai tahun 2003. Perusahaan berkeyakinan bahwa hak tersebut dapat diperpanjang pada saat jatuh tempo.
Perusahaan mengasuransikan aktiva tetapnya, kecuali tanah, terhadap risiko kebakaran dan risiko tertentu lainnya dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 1.325.000.000 dan Rp 1.350.000.000 pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999.
Manajemen berkeyakinan bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian dari kebakaran dan risiko lainnya.
10. PAJAK DAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA
Akun ini terdiri dari:
2000 1999
Pajak:
Pajak Pertambahan Nilai Rp 24.394.711 Rp 34.092.648
Pajak Penghasilan:
Pasal 23 1.522.371
-Pemeriksaan pajak (lihat Catatan 15) 1.309.880
-Final 638.367 -Tagihan Pajak 7.990.834 7.059.043 Sub-jumlah 35.856.163 41.151.691 Biaya: Asuransi 263.870 1.218.345 Sewa 179.305 77.535 Lain-lain 269.466 164.060 Jumlah Rp 36.568.804 Rp 42.611.631 11. PENYERTAAN SAHAM
Rincian penyertaan saham adalah sebagai berikut:
2000:
Akumulasi Bagian
Persentase Rugi Bersih Nilai Pemilikan Biaya Perolehan Perusahaan Asosiasi Tercatat
Dicatat dengan Metode Ekuitas:
PT Bimagraha Telekomindo (“BGT”) 50% Rp 32.500.000 ( Rp 32.500.000 )* Rp -PT Majumakmur Arthasentosa (“MAS”) 49 38.814.664 ( 15.225.295 ) 23.589.369 PT Andana Utamagraha (“AU”) 49 18.648.818 ( 6.024.324 ) 12.624.494
Sub-jumlah 89.963.482 ( 53.749.619 ) 36.213.863
Dicatat dengan Metode Biaya:
PT Danareksa Jakarta International (“DJI”) 19 45.600.000 - 45.600.000 PT Graha Putranusa (“GPN”) 5 4.734.803 - 4.734.803
Jumlah Rp 140.298.285 ( Rp 53.749.619 ) Rp 86.548.666
1999:
Akumulasi Bagian
Persentase Laba (Rugi) Bersih Nilai Pemilikan Biaya Perolehan Perusahaan Asosiasi Tercatat
Dicatat dengan Metode Ekuitas:
PT Bimagraha Telekomindo (“BGT”) 50% Rp 32.500.000 Rp 78.102.727 * Rp 110.602.727 PT Majumakmur Arthasentosa (“MAS”) 49 38.814.664 ( 12.640.865 ) 26.173.799 PT Andana Utamagraha (“AU”) 49 18.648.818 ( 5.135.626 ) 13.513.192
Sub-jumlah 89.963.482 60.326.236 150.289.718
Dicatat dengan Metode Biaya
-PT Danareksa Jakarta International (“DJI”) 19 45.600.000 - 45.600.000 PT Graha Putranusa (“GPN”) 5 4.734.803 - 4.734.803
Jumlah Rp 140.298.285 Rp 60.326.236 Rp 200.624.521
* termasuk kenaikan ekuitas yang berasal dari dilusi pemilikan saham pada tahun 1996.
BGT bergerak di bidang penyelenggaraan fasilitas telekomunikasi, satelit dan kegiatan penunjang lainnya. BGT mempunyai pemilikan saham pada PT Satelit Palapa Indonesia (“Satelindo”) sebesar 45%. Satelindo bergerak di bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi selular bergerak, dan jasa telekomunikasi internasional serta jasa penyewaan transponder satelit (lihat Catatan 27f dan 34a). Pada tahun 1999, investasi tidak langsung GJS di Satelindo melalui BGT telah disesuaikan untuk menunjukkan kenaikan tambahan modal disetor yang berasal dari pembayaran salah satu pemegang saham Satelindo, PT De Te Mobil. Kenaikan tersebut setelah dikurangi dampak Pajak Penghasilan Tangguhan diklasifikasikan sebagai “Tambahan Modal Disetor” di neraca konsolidasi.
MAS bergerak di bidang pengembangan hotel internasional kelas satu di Lot 23-A KNTS (lihat Catatan 14). AU bergerak di bidang pengembangan apartemen “service” yang berlokasi di Lot 23-B KNTS (lihat Catatan 14). Pada tanggal 31 Desember 2000, pengembangan hotel dan apartemen telah dihentikan sejak tahun 1998 sehubungan dengan memburuknya kondisi ekonomi yang mempengaruhi industri real estat.
DJI merupakan pemilik perkantoran serbaguna yang dikenal dengan “Jakarta Stock Exchange Building” yang berlokasi di KNTS.
12. AKTIVA LAIN-LAIN
Akun ini mencakup deposito berjangka di Korea First Bank masing-masing sejumlah AS$ 12.885.149 pada tahun 2000 dan AS$ 12.144.672 pada tahun 1999 yang digunakan sebagai jaminan atas hutang bank sindikasi AG (lihat Catatan 14). Suku bunga deposito berjangka berkisar antara 5,5% sampai 7,6% per tahun pada tahun 2000 dan antara 4,6% sampai 7,6% pada tahun 1999.
Pada bulan November 2000, Perusahaan membuka rekening di PT Bank Multicor yang digunakan sebagai rekening pembayaran hutang (“debt-service”) berdasarkan Perjanjian Perubahan dengan sindikasi bank yang dikoordinasi oleh Royal Bank of Scotland (lihat Catatan 14). Saldo rekening tersebut masing-masing berjumlah sebesar AS$ 992,60 atau Rp 9.524 pada tanggal 31 Desember 2000 dan diklasifikasikan sebagai bagian dari Uang Jaminan dan Lain-lain di neraca.
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
13. UANG MUKA
Akun ini terdiri dari pembayaran uang muka untuk:
2000 1999 Proyek pembangunan Rp 44.476.262 Rp 51.214.371 Pembelian tanah 21.500.000 500.000 Pemasok 18.425 40.036 Karyawan - 3.745.951 Jumlah Rp 65.994.687 Rp 55.500.358
Uang muka untuk proyek pembangunan merupakan uang muka kepada kontraktor, konsultan dan pemasok sehubungan dengan pembangunan “Conrad International Center”.
Pada tahun 1999, uang muka karyawan merupakan imbalan jasa (“service charge”) yang diberikan di muka kepada karyawan sebagai bantuan untuk mempertahankan pendapatan riil mereka selama masa krisis ekonomi. Uang muka ini akan dikreditkan dari rekening Hotel apabila imbalan jasa yang diterima dari tamu Hotel di masa yang akan datang melebihi jumlah imbalan jasa yang menjadi hak karyawan. Pada tahun 2000, seluruh uang muka tersebut telah dihapus ke operasi tahun berjalan.
14. HUTANG BANK
Akun ini terdiri dari pinjaman yang diberikan oleh pihak-pihak berikut:
2000 1999
Hutang bank sindikasi
-The Royal Bank of Scotland, Plc (“RBS”), sebagai “pengatur” (AS$ 85.987.587 pada tahun 2000 dan AS$ 70.000.000
pada tahun 1999) Rp 825.050.895 Rp 497.000.000
Hutang bank sindikasi -Korea First Bank (“KFB”),
sebagai “pengatur” (AS$ 56.707.162
pada tahun 2000 dan 1999) 544.105.215 402.620.847
UBS AG (AS$ 6.500.000 pada tahun 2000
dan 1999) 62.367.500 46.150.000
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (“BII”) - 20.650.000
Jumlah Rp 1.431.523.610 Rp 966.420.847
Informasi mengenai bagian hutang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun adalah sebagai berikut:
2000 1999
UBS AG (AS$ 2.000.000 pada tahun 2000
dan AS$ 1.000.000 pada tahun 1999) Rp 19.190.000 Rp 7.100.000
Hutang bank sindikasi - RBS
(AS$ 70.000.000 pada tahun 1999) - 497.000.000
Jumlah Rp 19.190.000 Rp 504.100.000
a. Pada tahun 1995, Perusahaan memperoleh pinjaman sebesar AS$ 70.000.000 dari bank sindikasi yang diatur oleh Schroder International Merchant Bankers Limited (yang kemudian sejak tanggal 28 Juli 1999 digantikan oleh The Royal Bank of Scotland, Plc). Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai renovasi Hotel Borobudur dan akan dilunasi seluruhnya setelah 84 bulan terhitung mulai tanggal perjanjian. Pinjaman tersebut dijamin dengan aktiva berwujud berupa persediaan dan bangunan hotel yang dimiliki atau yang akan diperoleh Perusahaan, piutang usaha dan hipotek atas tanah yang terletak di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat (lihat Catatan 6, 7 dan 9).
Sebelum restrukturisasi pada tahun 2000, Perusahaan tidak berhasil memenuhi persyaratan rasio keuangan konsolidasi tertentu dan membayar bunga pinjaman. Pada tanggal 31 Desember 1999, saldo beban bunga yang masih harus dibayar sebesar AS$ 12.699.098 (lihat Catatan 16). Bank belum memberikan pembebasan atas persyaratan yang tidak dapat dipenuhi oleh Perusahaan pada tahun 1999. Berdasarkan perjanjian pinjaman sindikasi, jika Perusahaan lalai memenuhi persyaratan perjanjian pinjaman, bank dapat menyatakan setiap waktu bahwa fasilitas pinjaman sindikasi dibatalkan dan hutang termasuk bunga yang belum dibayar dan jumlah terhutang lainnya segera jatuh tempo dan terhutang.
Sampai dengan tanggal 17 November 2000, pinjaman tersebut dikenakan bunga sesuai dengan suku bunga pasar antar bank di London untuk deposito berjangka dolar A.S. yang masing-masing berkisar antara 5,875% sampai 6,6875% dan antara 4,938% sampai 6,187% ditambah margin 3% dan denda 2% pada tahun 2000 dan 1999.
Pada tanggal 17 November 2000, Perusahaan memperoleh persetujuan dari kreditur untuk restrukturisasi hutang bank sindikasi. Berdasarkan Amandemen Perjanjian, yang berlaku efektif mulai tanggal 22 Desember 2000, kreditur menyetujui hal-hal sebagai berikut:
• Jatuh tempo hutang bank sindikasi diperpanjang sampai bulan Desember 2005, dan masih
dapat diperpanjang untuk jangka waktu maksimal 2 tahun;
• Bunga yang belum dibayar sejumlah AS$ 15.987.587 dijadikan pokok pinjaman dan sisa
bunga yang masih harus dibayar sampai dengan tanggal 22 Desember 2000 sejumlah AS$ 6.552.277 dihapuskan;
• Pinjaman baru dikenakan tingkat bunga sebesar LIBOR ditambah margin 3,5% untuk 5 tahun
sampai dengan tanggal 17 November 2005 dan LIBOR ditambah margin 4% apabila pinjaman diperpanjang. Pembayaran bunga ditetapkan sebesar 4% per tahun mulai tanggal 17 November 2000 yang meningkat sebesar 1% setiap tahun sampai dengan tanggal 17 November 2003. Selisih antara tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank dan bunga yang dibayarkan dikapitalisasi ke pokok pinjaman;
• Jaminan berupa pengalihan fiduciary (“fiduciary transfer”) rekening bank (lihat Catatan 12),
penyerahan (“assignment”) penggantian asuransi, pengalihan fiduciary hak atas harta tidak gerak dan hipotek pertama atas Hotel Borobudur (lihat Catatan 9).
Amandemen Perjanjian mencakup antara lain pembatasan dividen, merger dan akuisisi, dan jaminan serta prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan mengenai persyaratan keuangan (“financial covenant”).
Berdasarkan Amandemen Perjanjian, pokok pinjaman baru sebesar AS$ 85.987.587 atau Rp 825.050.895 dicatat sebagai bagian dari hutang jangka panjang pada tanggal 31 Desember 2000. Denda yang dihapuskan sejumlah Rp 61.460.358 (AS$ 6.552.277) diakui sebagai laba restrukturisasi hutang yang dilaporkan sebagai Pos Luar Biasa dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun 2000 (lihat Catatan 2u).
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
b. Pada tahun 1997, AG menarik pinjaman sebesar AS$ 56.707.162 dari fasilitas pinjaman konstruksi sebesar AS$ 232.700.000 yang berasal dari bank sindikasi dan lembaga keuangan yang diatur oleh KFB. Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan Conrad International Center. Jangka waktu pinjaman adalah delapan tahun dengan “grace period” selama 46 bulan.
Pinjaman tersebut dijamin dengan jumlah maksimum dua-per-tiga dari saldo pinjaman oleh Perusahaan dan Ssangyong (yang terdiri dari Ssangyong Corporation dan Ssangyong Engineering & Construction Co. Ltd.) dengan perbandingan masing-masing sebesar 70% dan 30%. Perusahaan juga memberikan jaminan tambahan kepada Ssangyong untuk selisih antara pemilikan saham Ssangyong di AG sebesar 11,62% dan jaminan yang diberikan oleh Ssangyong kepada bank sindikasi dan lembaga keuangan sebesar 30%.
Selanjutnya, pinjaman tersebut dijamin pula dengan aktiva berupa deposito berjangka, piutang usaha, persediaan, pembangunan dalam pelaksanaan, aktiva tetap yang dimiliki oleh AG dan tanah di mana akan didirikan “Conrad International Center”, (lihat Catatan 6, 7, 8, 9 dan 12). DA juga menawarkan penyertaan sahamnya di AG sebagai jaminan atas fasilitas pinjaman konstruksi tersebut (lihat Catatan 27c).
Berdasarkan perjanjian pinjaman konstruksi di atas, AG akan menggunakan pinjaman “Export Credit Agency” (“ECA”) sebesar AS$ 70.000.000 untuk mendanai impor barang dan peralatan sebelum tanggal 28 Januari 1998. Pinjaman tersebut akan disediakan dan dibayarkan sesuai jadual pengadaan barang dan peralatan impor tersebut. Jika AG tidak dapat menggunakan pinjaman ECA tersebut sampai dengan tanggal 28 Januari 1998, berdasarkan Perjanjian Pemegang Saham antara pemegang saham AG tanggal 22 Januari 1997, Perusahaan dan DA akan memberikan dana tambahan jika dan pada saat diperlukan untuk mengimpor barang dan peralatan tersebut. AG gagal memenuhi persyaratan tertentu dari perjanjian pinjaman yang ternyata dari ketidakmampuannya untuk mendapatkan pinjaman ECA sejumlah AS$ 70.000.000 tersebut, terjadinya kekurangan pendanaan proyek dan pemberhentian Manajer Konstruksi pada tahun 1998 tanpa persetujuan dari bank sindikasi. Pada tanggal 8 Maret 1999, AG, DA, Perusahaan dan KFB menandatangani surat pembebasan dan persetujuan (“waiver and consent”), di mana bank sindikasi membebaskan AG dari persyaratan tertentu berdasarkan perjanjian pinjaman konstruksi. Pembebasan dan persetujuan ini hanya diberikan untuk memungkinkan KFB menyediakan pendanaan untuk pekerjaan pemeliharaan. Sebagai tambahan, bank sindikasi mensyaratkan AG, DA dan Perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dari pihak ketiga. Dana yang diperoleh AG tersebut harus digunakan semata-mata untuk melunasi seluruh pinjaman bank yang ada. Pada tanggal 31 Desember 2000, belum diperoleh tambahan dana.
Perjanjian pinjaman konstruksi juga mencakup ketentuan yang berkaitan dengan rasio hutang atas modal, perubahan anggaran, perencanaan dan jadual konstruksi, merger dan akuisisi. Pada tanggal 31 Desember 2000, AG gagal memenuhi kriteria rasio kewajiban atas nilai kekayaan bersih dan gagal memperoleh asuransi yang diperlukan untuk proyek tersebut (lihat Catatan 33). AG tidak mampu melunasi bunga pinjaman sejak bulan Januari 1998. Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, saldo hutang bunga AG masing-masing berjumlah AS$ 16.519.079 (setara dengan Rp 158.500.563) dan AS$ 9.869.624 (setara dengan Rp 70.074.330). Jumlah tersebut dijamin dengan deposito berjangka milik AG sebesar AS$ 12.885.149 pada tahun 2000 dan AS$ 12.144.672 pada tahun 1999 (lihat Catatan 12).
Pada tanggal 9 Juli 1999, bagian pinjaman sindikasi KFB diambil alih oleh Korea Asset Management Corporation yang merupakan lembaga pemerintah Korea yang mengawasi pinjaman macet pada lembaga keuangan. Saat ini, KFB masih berperan sebagai agen atas permintaan dari beberapa pemberi pinjaman.