• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG

KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/Tanggal Pu k u l Tern pat Ketua Rapat

Se kre taris Rapa t Ac a r a Had i r 1991 /1992 III 3 (tiga) Rapat Kerja Terbuka Senin, 1 7 Pe bruari 1 99 2 09.00 WIB.

Ruang Rapat Komisi IV (KK. IV) Gedung DPR-RI Jalan Jenderal Gatot Subroto Jakarta.

Ir. Abdurachman Rangkuti Taqwim, S.H.

Pembahasan Tingkat III Rancangan Undang-undang . tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

l '. Anggota Komisi IV DPR-Rl: - 23 dari 44 orang Anggota

2. Pemerintah:

- Men teri Pertanian

- Jajaran Departemen Pertanian. PIMPINAN KOMISI IV:

1. Ir. A.R. Rangkuti, 2. Sutahan, M., 3. H. Imam Churmen, 4. Ir. H. Andjar Siswojo.

(2)

ANG GOT A KO¥JSI IV:

I. Ors. H. loekman, 2. H. Jamaris Joenoes, 3. Ors. H. Ismail Suko, 4. Hardoyo, 5. H. Oyon Tahyan, 6. Warno Hardjo. S.E. 7. H. Moh. Soelardi Hadisaputro, 8. Ny. Ora. Sukati Marwoto, 9. Drs. Soedarmadji, 10. Ors._ Syarif Said Alkadrie, 11. Drs. H. Sofyan 01.airul, 1 2. H. M. Ali Sri Inderadjaja, 13. Obos Syahbandi Purwana, 14. Bachtiar, 15. H. Ibrahim Salam, 16. Ir. Umbu Mehang Kunda, 17. Ir. S.M. Tampubolon, 18. Ny. Petronella Maria Innacio, 19. Muntaram, 20. PHM. Siahaan, 21. Siswadi, 22. R.P. Soebagio, 23. F. Sukorahardjo, 24. Ora. Siti Sundari, 25. D.P. Soenardi, S.H., 26. Ors.

H. Mardinsyah, 27. H. Moh. Djafar Siddiq, 28. H.R. Djaja Winatakusumah. PEMERINT AH:

I. Ir. Wardoyo (Mentan), 2. Nusyirwan Zein, 3. Ir. Hamzah Parakusumah,

4. Thamrin Bastari, 5. Moh. Musa, 6. TMG. Tambunan, 7. M. Winugroho,

8. A.R. Setioko, 9. Setiamanyungsang, 10. Sutjipto W.S., 11. Mardoyo,

12. Suherman, 13. Abdul Salam, 14. Achmad Hidayat, 15. Supratono, 16.

Adi Sarono, 17. Haryadi, 18. Syarnsul Bahri, 19. Jafri, 20. Alfataer. KETUA RAPAT (IR. ABDURACHMAN RANGKUTI): Bapak-bapak dan Ibu-ibu.

Skorsing hari Sabtu kita cabut dan kita mulai kembali Rapat Kerja hari ini, dan dinyatakan terbuka untuk umurn.

Bapak Menteri dan Bapak Sekretaris Jenderal seluruh Pejabat Depar-temen Pertanian yang kami hormati.

Rekan-rekan Anggota Komisi IV yang terhormat.

Pagi hari ini rnelanjutkan acara hari Sabtu dan tentunya juga rangkaian kita mulai dari penyampaian RUU, Pemandangan Umum, tanggapan dan seterusnya sampai kemarin hari Sabtu. Dari dialog-dialog baik secara lisan maupun dari naskah-naskah yang ada nampaknya kita sudah mempunyai banyak persamaan hanya di sana-sini ada sedikit perbedaan yang perlu kita rampungkan. Walau demikian sesuai metoda yang selama ini kita terapkan di dalam membah~ RUU, dan sejalan dengan musyawarah mufakat sistem musyawarah mufakat, maka kita akan lan~ungmeml:icarakan satu demi satu walaupun tidak ada masalah, tapi kita agar mengllllgkapkan dan akan kami ketok palu nan ti un~k pengesahan kita untuk setiap su}l,tansi yang telah kita perbincangkan dan disepaka1i.

Oleh karena itu untuk menyingkat waktu, kita mulai saja langsung mengenai RUU tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Kita mulai dengan judul. Dari DIM, dan juga tanggapan Pemerintah maka FABRI saja yang mempunyai sedikit perubahan terhadap judul. Oleh karena yang punya gawe FABRI.

(3)

Kami persilakan F ABRI untuk menjelaskan sedikit mengenai perubahan· nya.

Kami persilakan.

FABRI (R.P. SOEBAGIO): Terima kasih Bapak Pimpinan.

Dari judul F ABRI mengusulkan agar di belakang "Ikan" di tam bah dengan "koma" ( , ). Alasan kedua, sesuai dengan cara pen ulisan ejaan yang disempumakan. Jadi memang lazimnya memang "karantina hewan, ikan, dan turnbuhan ". lni kami usulkan untuk ditambahkan koma ( , ) di belakang "Ikan ". Kalau kami mernbaca jawaban Pemerintah, boleh. Kalau kami mem-baca dari jawaban Pemerintah atas DIM yang kami ajukan, maka usulan kami untuk menambahkan koma ( , ) ini dapat diterirna oleh Pemerintah sesuai · dengan usulan yang kami ajukan.

Demikian penjelasan kami. KETUA RAPAT:

Terima kasih FABRI.

Kembali lagi untuk musyawarah mufakat tentunya kita tanyakan dahulu dari sikap masing-masing yang blank ini ada yang "tetap'.'; maka kita urut saja FKP.

Kami persilakan.

FKP (DRS. SYARIF SAID ALKADRIE)• Terima kasih Bapak Pimpinan.

Bapak Menteri Pertanian yang kami hormati. lbu-ibu dan Bapak-bapak Eselon I, beserta Staf.

Dan Rekan-rekan Anggota dari Komisi IV yang kami hormati.

Dengan usulan dari FABRI yaitu menambahkan koma ( , ) pada judul

m1, sebelum kata "dan". Setelah kami pelajari dan kami sesuaikan dengan kamus ejaan bahasa Indonesia yang disempumakan yang diterbitkan Depar temen Pendidikan dan Kebudayaan, dan kami lihat dari FABRI cukup jeli melihat judul ini, sehingga kami menyetujui adanya koma ( , ) sebelum kata "dan" dan sesuai dengan ejaan yang disempurnakan terbitan dari De par temen Pen didikan dan Ke budayaan.

Terima kasih. KETUA RAP AT:

Terima kasih, kami persilakan FPP.

(4)

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ): Saudara Ketua.

Kalau sudah Pemerintah setuju dan FABRI juga setuju dan FKP juga setuju, dan karenanya memang masalahnya bukan masalah prinsip, masalah letak tanda koma ( , ) dan sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, kami kira FPP tidak keberatan terhadap usul penyempurnaan itu.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, silakan FPO I.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Terima kasih Bapak Ketua.

Setelah kami pelajari usul dari F ABRI dan juga atas perkenan dari Pemerintah, kami pun dapat menerima usul dari FABRI penambahan koma ( , ) setelah kalimat "ikan ".

Se kian dan terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Djadja dari FPDI.

Walaupun sudah ada naskahnya, untuk penegasan kami persilakan I, Pemerin tah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO):

Menanggapi usul dari FABRI agar penulisan judul disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan yakni dengan menambah tanda baca koma ( , ) setelah kata "ikan ", maka Pemerintah dapat menerima usul terse but karena setelah kami teliti kembali, cara penulisan yang benar menurut ejaan yang disempurnakan ternyata memang seperti yang diusulkan oleh FABRI.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Telah diputar mengenai tanggapan dari F ABRI, maka tidak ada per-bedaan pendapat lagi. lzinkan kami sebentar mengetuk palu untuk kesepakat-an kita terhadap judul yang diperbaiki sebagai berikut "RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN".

Dapat disetujui?

. (RAP AT SETUJU)

(5)

Selesai satu rumusan. Kemudian kita memasuki materi yang lain kon-siderans menimbang.

Dari konsiderans menimbang agak banyak pendapat-pendapat, substansi-nya ada yang minta dihilangkan ada yang ditambah. Tentusubstansi-nya ini kami kira, kami berikan kesempatan pada masing-masing Fraksi untuk mengajukan secara menyeluruh substansi, redaksinya tidak usah, substansi yang perlu dimuat di dalam "konsiderans menimbang", nanti baru kita langsung ke point-pointnya, misalnya kalau a okey, soal nomor itu soal belakang bisa diatur oleh Panitia Kerja, tapi substansinya apa yang diaju·kan Pemerintah, FABRI, FKP dan lainnya.

Kami mulai giliran pertama dari FKP. Silakan.

FKP (DRS. SY ARIF SAID ALKADRIE)1

Bapak Pimpinan, Bapak Menteri yang kami hormati serta Bapak-bapak dan Ibu Anggota Komisi IV yang kami hormati.

Dalam rumusan konsiderans Menimbang RUU tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. ·

_FKP berpendapat bahwa muatan yang dirumuskan dalam konsiderans Menimbang, adalah uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan Peraturan Perundang-undangan, ini yang menjadi landasan daripada FKP untuk merumuskan Konsiderans Menimbang. Alasan-alasan berupa pertimbangan pembentukan Undang-undang tersebut merupakan konstatering fakta-fakta secara singkat, dengan titik tolak pemikiran tersebut, maka FKP ingin menambahkan rumusan yang telah dirumuskan dalam R UU tiga butir menjadi 7 butir rumusan. Namun dari tiga butir rumusan yang dirumuskan oleh RUU dari Pemerintah pada dasarnya menurut hemat FKP telah mencerminkan pertimbangan-pertim-bangan tentang eksistensi pembentukan Undang-undang sebagaimana ter-tuang dalam Pasal RUU. Akan tetapi lebih jauh FKP men:ipelajari substansi yang termuat dalam konsiderans RUU, dengan disertai pertimbangan dari-pada pokok-pokok pikiran yang dikemukakan terdahulu FKP masih meng-inginkan penyempurnaan dan tambahan rumusan. Penyempumaan dan tambahan rumusan m1 tergambar merupakan suatu substansi yang mengandung baik aspek religius maupun aspek filosofis, yang menjadi latar belakang pembuatan Un dang-undang itu. ltu yang pertama.

Yang kedua, FKP melihat perlu di dalam Menimbang itu masuk aspek idiologis. Yang ketiga, FKP melihat yang lebih cukup mendasar adalah aspek strategis. Aspek strategis yang dimaksudkan oleh FKP letak peranan daripada Karantina, Hewan dan Tumbuhan dalam upaya mencegah penyebaran hama dan penyakit ke dalam dan ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dan lebih jauh sesuai dengan ketentuan-ketentuan internasional. Di samping 667

(6)

merupakan satu substansi yang mengandung aspek-aspek motivasi, yakni berupa peraturan perundang-undangan yang ada, yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan hukum dan kepentingan nasional. Ini yang merupakan substansi-substansi yang diharapkan ada di dalam konsiderans Menimbang, dengan dasar pertimbangan demikian. maka FKP mencoba merumuskan ada tujuh butir rumusan yang kami anggap bahwa keseluruhan daripada aspek-aspek tersebut terkandung di dalamnya, di samping merupakan penyempurna-an daripada Konsiderpenyempurna-ans Mengingat ypenyempurna-ang tercpenyempurna-antum dalam RUU.

Inilah yang merupakan gambaran umum tentang rumusan ketujuh butir yang diusulkan FKP.

Demikian Bapak Pimpinan secara umum kami kemukakan. Terima kasih.

KETUA Ri\.PAT: Terima kasih.

Giliran FPP kami persilakan.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ)1 Saudara Ketua, Saudara Menteri yang kami hormati dan Rekan-rekan Anggota Komisi IV yang kami hormati.

Sebagaimana lazimnya bahwa di dalam pembahasan RUU aspek atau masalah yang menyangkut menimbang ini memang sering kita kaji di dalam 1 kecermatan dan. kedalaman yang sungguh-sungguh, karena di dalamnya I

mengandung berbagai ungkapan, keinginan dan konsentrasi keadaan yang mengharuskan kita untuk membuat Undang-undang.

Pertama kita menyadari bahwa sumber daya alam hayati ini merupakan sebuah anugerah atau semacam anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang kita harus pelihara, kita kembangkan dan kita lindungi, itu adalah ide bangsa karena ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang dilimpahkan kepada Bangsa Indonesia. Jadi tujuan daripada RUU ini dalam kerangka tidak saja melindungi tetapi juga memelihara, mengembangkan. Tetapi nanti dalam aksenplasinya dari keinginan kita ini adalah pada aspek perlindungan. Oleh karena itu wajar, apabila di dalam hal menimbang itu kita ungkap-kan sebuah manifestasi dari perasaan pikiran bangsa Indonesia tentang peng-ungkapan bahwa hewan, ikan dan tumbuhan itu adalah merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu wajar kita patrikan di dalam bagian me-nimbang ini sebagai sebuah ungkapan atau manifestasi kita terhadap ke-syukuran kita.

Selanjutnya itu berarti juga sudah menyangkut dimensi ideologis sebagai bagian daripada Pancasila, dari konsentrasi lainnya adalah ungkapan lainnya adalah karena kenyataan kita melihat bahwa globalisasi dan era transformasi

(7)

sedemikian gencar telah merubah wajar dunia di mana mobilitas penduduk dan. barang demikian gencar meningkat, bahwa dunia bukan lagi semakin lebar, semakin sempit, maka terjadilah proses pertukaran yang cepat, per-dagangan yang cepat dan penyebaran yang cepat, yang menumpang pada kecermatan mobilitas alat-alat angkut dan sebagainya, sehingga membuka semacam peluang yang besar untuk semakin banyak hal-hal yang perlu di" cermati, diantisipasi dalam kaitan ini terutama terhadap eksistensi dari ke-kayaan kita bangsa Indonesia yang dia anugerahi Tuhan Yang Maha Esa tadi, supaya tidak hancur, tidak rusak dan sebagainya dari mobilitas barang dan manusia, yang memang menjadi ciri, era masa kini, dan tid.ak bisa kita elak-kan. Oleh karena itu diperlukan, jadi gambaran mobilitas itulah akan terjadi berbagai macam lingkaran-lingkaran arus perdagangan atau penyebaran-penyebaran yang tidak mustahil media-media itu akan membawa berbagai macam penyakit yang akan menghancurkan kekayaan kita anugerah Tuhan , itu, baik seperti yang kita kemukakan pada masa lampau, aspek yang mungkin bisa kita lihat secara mata kepala, walaupun aspek mikrokospis yang tidak mungkin kita lihat, misalnya dimensi daripada Nubika yaitu Nuklir, Biologis dan Kimia yang disengaja atau tidak disengaja oleh karena perpacuan dunia untuk meraih keunggulan masing-masing, maka tidak mustahil itu akan mem-bawa dampak yang sangat sensitif bagi eksistensi komoditas atau kekayaan kita itu. Dan dari gambaran itulah, maka mengantisipasi kemungkinan-ke-mungkinan bahaya penularan yang merusak sumber daya alarn hayati ini, maka kita perlukan ungkapan itu di dalam konsiderans sebagai sebuah khas konstatasi obyektif, dan alasan kita memerlukan sebuah R UU, oleh karena kecemasan kita, kekhawatiran kita dan keinginan kita untuk memproteksi atau memelihara sebagai akibat dari kehancuran yang mungkin terjadi dan dimensi lain dari ungkapan yang termuat dalam ketentuan menimbang ini adalah kenyataan bahwa peraturan-peraturan yang ada yang mengatur masalah karantina masalah usaha kita memelihara segala ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam berupa penyakit-penyakit tumbuhan dan hewan ini, belum menopang sepen uhnya keinginan daripada kondisi obyektif tadi, dan kemungkinan-kemungkinan yang sensitif tadi, karena peraturan-peraturan ada terlambat atau dibuat pada masa yang kurang ada kepekaan terhadap zamannya.

Oleh karena mengantisipasi zaman itu, dan melihat peraturan perundang-.an yang belum menopang, dan itupun kita ungkapkan dalam pengertian Menimbang ini, konsentrasi bahwa peraturan perundang-undangan yang menopang keinginan kita untuk secara maksimal bisa mengantisipasi per-kembangan itu, tidak mungkin ditopang oleh peraturan-peraturan yang ada diperlukan adanya ungkapan peraturan-peraturan yang ada belum sepenuh-nya menopang hal terse but.

Kemudian dari ketiga dimensi itulah maka timbul kesimpulan kita bahwa berdasarkan hal tersebut di atas dipandang perlu untuk menetapkan

(8)

Undang-undang yang mengatur Karantina Hewan dan Tumbuhan. Dengan demikian Saudara Ketua, kami esensinya sebenarnya tidak merubah RUU itu, tapi menyempurnakan dengan menguatkan piki ran tadi yang kami ke-mukakan. Dan oJeh karena itu kami mencoba untuk menambah, kalau tadi

di daJam RUU dikemukakan tiga butir menimbang, maka kita menambah menjadi empat butir menimbang, dengan tambahan seperti yang kami ke-mukakan di atas.

Kiranya Saudara Ketua dan Rekan-rekan Fraksi-fraksi dan Pemerintah dapat memahami apa yang kami kemukakan di atas sebagai bahan pertimbang-an untuk kita bersama-sama lebih mematpertimbang-angkpertimbang-an konsiderpertimbang-ans ini sebagai sebuah ekspresi, sebuah ungkapan dari keinginan kita bersama secara optimal dan sebaik-baiknya.

Demikian Saudara Ketua. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih dari FPP. Kami persilakan dari F ABRI. FABRI (R.P. SOEBAGIO):

Si dang yang mulia, dari F ABRI Pak.

Alasan mengenai masalah penyempumaan ini kami kira tidak jauh daripada alasan-alasan yang dikemukakan oleh Fraksi-fraksi yang lain, tentu 1 kami juga mengusulkan adanya perubahan berdasarkan konsultasi, filosofis, idiologis dan strategis. Jadi kami juga mengusulkan suatu

penyempurnaan-penyempumaan untuk ini. Perubahan-perubahan sebanyak tiga a, b, c, di samping itu Bapak Pim pin an kami dari F ABRI mengusulkan ini di dalam masalah mekanisme rapat, kami mengusulkan dapatkah kiranya substansi-substansi yang sama dari keseluruhan Undang-undang ini disahkan dulu yang sama, jadi mempercepat, setelah itu baru kita usulkan untuk diteruskan yang kiranya perlu mendapatkan suatu pembicaraan-pembicaraan dan sesuai usul pertama dari FABRI, kami menghimbau dapat kiranya pula masalah konsiderans ini dibicarakan paling akhir Pak, setelah substansi selesai

di-bicarakan.

Demikian usul kami P-ak. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Saya kira kita bahas dahulu soal mekanisme, tadi kami sudah menge-mukakan metode kita, biasanya terus saja, supaya jangan keputusan itu 670

(9)

mundur maju, jadi masuk itu sudah sepakat tinggal ketuk, gitu. Kalau sudah tidak ada masalah satu menit selesai, kami ketuk langsung itu, yang ada masalah saja yang kita bicarakan. Jadi sambil jalan, sehingga terns jalan dan ini yang kita sering pakai, kalau diketuk yang di depan-depan nanti entah ada kaitan, ini nanti repotnya. Jadi kita ketuk pada waktu tidak ada masalah, tidak perlu dipanggil lagi semua tinggal kami tawarkan saja, begitu Pak. Kami kira ini kita sepakati setuju.

Karena nanti bisa mundur maju ini, sudah nanti mencari-cari dokumen-nya lagi, jadi kalau kita terus pada waktu kita ketemu tida k: usah dibicarakan lagi, kami langsung tawarkan Pak, tidak usah dimin ta lagi penjelasan dan tanggapan dan sebagainya. Bagaimana Bapak-bapak bisa dapat disetujui? Motto dari kita ini yang kami bicarakan ini.

Silakan Pak Djadja.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH)t Bapak Ketua.

Dari kami mengharapkan adanya suatu kebulatan tekad dulu dari F ABRI keseluruhannya mengenai masalah mekanisme ini, maka untuk itu kami mengusulkan minta diskors 5 menit saja, untuk memberi kesempatan kepada teman-teman F ABRI untuk merumuskan.

Sekian dan terima kasih. KETUA RAPAT:

FPP, silakan.

Ini soal mekanisme dahulu belum substansi. Oleh karena itulah sesuai dikemukakan.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ): Setuju saja Saudara Ketua tidak ada masalah.

KETUA RAPAT:

Jadi urut saja begitu, FKP.

FKP (DRS. SYARIF SAID ALKADRIE):

Kami kira seperti yang diusulkan oleh Pimpinan, bahwa kita dalarn membahas ini, satu persatu, istilahnya urut kacang saja begitu. Jadi sepen-dapat dengan usulan Ketua.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Sebagai tambahan kalau begitu konsiderans menimbang ini perlu pen-671

(10)

ding, kita pendingkan begitu. Kami persilakan barangkali usul F ABRI kita setujui skors 5 menit, memerlukan. Baik jadi kita tempuh secara urut kacang mana yang mentok kita pending, tidak usah kita bertele-tele, mana taliu bisa setuju substansinya kita ketuk, redaksionalnya panjang.

Baiklah kita memasuki substansi kembali, karena di dalam DIM yang tetap adalah FPDI, langsung saja menanggapi tiga usul daripada FABRI, FKP dan FPP, nan ti akan FPDI, kemudian FKP, F ABRI untuk menanggapi yang dua lainnya, terakhir nan ti Pemerintah.

-Silakan, barangkali ada tanggapan terhadap usul yang diajukan oleh tiga Fraksi.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH)a. Saudara Ketua.

Dari kami dapat memahami yang dikemukakan rekan dari FKP mengenai dasar filosofis tersebut. Oleh karena ini akan menyangkut masalah kepenting-an hajat hidup rakyat bkepenting-anyak, ykepenting-ang menykepenting-angkut masalah di perairkepenting-an ini. Maka dengan demikian kami dapat menerimanya perubahan yang diusulkan oleh FKP mengenai masalah Judul Menimbang butir a ini. Dan juga mengenai yang disampaikan oleh F ABRI di dalam hal ini kami bisa memberikan tang-gapan sedikit, oleh karena ini menyangkut masalah konotasinya daripada

Menimbang ini, maka oleh karena demikian, mengenai masalah pertimbangan yang diajukan FABRI ini sementara dari kami menangguhkan dahulu untuk ,

m~angga~~~. I

Selanjutnya dari FPP nanti, kami akan kembali lagi menanggapi daripada 1 FABRI. Di dalam· hal ini kami sependapat dicantumkannya perkataan "Tuhan Yang Maha Esa" yang dapat di dalam Bab Menimbang a ini, oleh karena alasan yang disampaikan oleh FPP ini agar "dimuatkan juga bagaimana caranya memasukkan kepada yang disampaikan oleh FKP ini. ·

Yang terakhir Pak Ketua mengenai, dari F ABRI itu sendiri, oleh karena

di sini sudah menyangkut masalah falsafah dasar P-ancasila itu, untuk ini kami mengusulkan supaya dirembukkan kembali bersama.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Silakan FPP menanggapi FABRI dan FKP.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ): Saudara Ketua.

Kalau kita membahas masalah Menimbang ini dalam kesempatan ini dan masing-masing tadi kita sudah mengemukakan esensial yang ingin

(11)

muatkan di dalam. Dan kalau kami pelajari apa yang diungkapkan oleh FKP mungkin lebih detail lagi begitu, dan juga tidak bertentangan dengan keinginan kami cuma lebih detail begitu, dan juga sedangkan dari Fraksi lain, FABRI. Kami kira untuk lebih memantapkan pemikiran ini apabila kita semua sudah men uangkan pikiran-pikiran terbaik di dalam forum ini dan kemudian kita yakini bahwa tidak ada yang kontrafersi satu sama lain, maka kami kira masalah bagi penyempumaan materi bisa kita limpahkan saja kepada Panitia Kerja atau Tim Perumus, supaya lebih tenang, lebih dekat, lebih bisa memahami aspirasi-aspirasi yang tumbuh dari pikiran k:ita sehingga masalah ini, memang masalah ini kita anggap menimbang ini adalah sebuah ha! yang sangat merupakan pintu alur dari keinginan kita untuk mengungkapkan pikiran di dalam pasal-pasal. Oleh karena itu kami tidak membahas dalam forum ini, panjang lebar tetapi menyarankan sebaiknya ini kita limpahkan saja apakah ke Panitia Kerja.

Terima kasih. KETUA RAP AT: Terima kasih FPP.

FABRI kami persilakan untuk menanggapi FPP dan FKP.

FABRI (R.P. SOEBAGIO):

Kami menganggap masalah ini hakekat daripada isl, kami kira sama saja, memang betul apa yang dikatakan FPP tadi, masing-masing mempunyai suatu cara bagaimana menuangkan di dalam RUU ini, kami sangat setuju kalau di Panitia Kerja kan Pak.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada FPP.

Kami persilakan kepada FABRI uittuk menanggapi dari FKP dan PPP.

FABRI (R.P. SOEBAGIO):

Terima kasih.

Kami dari F ABRI berpendapat bahwa masalah ini hakekat daripada 1s1, kami kira ·sama saja. Hanya memang betul kata FPP tadi, bahwa masing-masing mempunyai suatu cara, bagaimana menuangkan di dalam RUU ini. Kami sangat setuju kalau di-Panja-kan.

Demi kian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

(12)

Kami persilakan kepada FKP.

FKP (DRS. SYARIF SAID ALKADRIE)1

Terima kasih.

Setelah men dengarkan la tar belakang dan penjelasan dari FPP dan FABRI, kami melihat bahwa apa yang kami usulkan pada dasamya substansi-nya itu sama. Hasubstansi-nya yang menjadi masalah adalah selera dalam perumusan. Oleh karena itu kami sependapat untuk di-Panja-kan, namun substansi yang kita usulkan itu, baik itu FABRI, FPP, ini 'merupakan kerangka acuan untuk kita rumuskan di dalam Panitia Ke1ja. Sehlngga alur pikirnya nanti mengalir. Oleh karena itu kami sependapat untuk di-Panja-kan.

Demikian, terima kasih.

KETUA ~AT:

Terima kasih.

Kami persilakan kepada FPD I pada putaran kedua.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH)1

Terima kasih.

Setelah mendengar pertirnbangan dari rekan-rekan Fraksi yang lain, ,

I

kami menyetujui untuk di-Panja-kan. Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Kami persilakan kepada pihak Pemerintah untuk menanggapinya.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOY0)1

Terima kasih Bapak Ketua.

Memperhatikan bahwa FKP, F ABRI, maupun FPP, sama-sama meng-usulkan penyempumaan rumusan Konsiderans Meni~bang, yang rumusannya merupakan konstatasi, fakta secara singkat dan di dalamnya mengandung aspek-aspek religius, filosofis, idiologis, strategis serta motivasi terhadap eksistensi daripada RUU ini. Pemerintah sependapat dengan usul penyem-pumaan yang diajukan oleh ketiga Fraksi tersebut. Setelah memperhatikan rumusan usulan yang diajukan, Pemetint.ah berpendapat bahwa usul yang diajukan oleh FKP dapat dijadikan rumusan baru Konsiderans Menimbang dari R UU ini, derigan penyempumaan sebagai berikut:

a. Rumusan butir b disempurnakan dengan menampung materi yang di-usulkan oleh F ABRI pada butir a, sehingga berbunyi sebagai berikut:

(13)

b. Bahwa sumber daya alam hayati tersebut merupakan modal dasar yang sangat penting

artiny_a

sekaligus sebagai faktor dominan yatg perlu diperhatikan dalam pembangunan nasional untuk mewujudk~:n masya-rakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 oleh karena itu perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya.

Rumusan Konsiderans Menimbang butir b yang diusulkan oleh FPP, setelah dihilangkan kata "oleh karena itu perlu dilakukan karantina secara cerrnat dan efektir' serta mengubah kata "wilayah" dengan kata "pulau", dijadikan butir d baru, dengan rumusan seb8gai berikut:

Bahwa dengan meningkatnya lalu lintas hewan, ikan dan tumbuhan antar negara dan antar pulau baik dalam rangka perdagangan, pertukaran ataupun pen ye barannya, semakin membuka peluang bagi kemungkinan masuk

dan menyebamya hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, dan organisme pengganggu tumbuhan berbahaya atau menular yang bisa me-rusak sumber daya alam hayati.

Dengan demikian, maka rumusan-rumusan pada butir d, butir e, butir f

dan butir g, usulan dari FKP menjadi butir e, butir f, butir g, dan butir h. Materi-materi lain yang diusulkan oleh FABRI maupun oleh FPP, menurut hemat kami telah tertampung dalam rumusan yang diusulkan oleh FKP secara keseluruhan.

Kami kira demikian. Terima kasih. KETUA RAPATt Terima kasih.

Setelah kita putar musyawarah ini yang menyangkut Konsiderans Me-·mbang secara menyeluruh, maka substansi-substansinya pada dasamya elah disepakati. Kemudian mengenai redaksinya, kita telah dibantu oleh ·hak Pemerintah dengan satu draft yang baru. Maka kami menawarkan pada sidang ini, keputusan kita adalah sebagai berikut, semua substansi uatan Konsiderans Menimbang dari FKP, FABRI, FPP, serta naskah pe-yempumaan dari Pemerintah disepakati. Sedangkan perumusan redabinya "serahkan kepada Panitia Kerja RUU ini. Artinya disepakati untuk menjadi ahan acuan pertimbangan . . . untuk dibawa ke Panitia Kerja . . . jangan cuan di bawah substansi, tetapi hams disetujui, itu menurut kami. Kalau limat itu boleh acuan seperti yang dikemukakan oleh Bapak Menteri tadi. etapi substansi yang ada di dalam naskah itu semua kita setujui, dari FABRI, KP, cuma tinggal merumuskan, tadi kita sudah dibantu oleh Pemerintah. adi yang dari Pemerintah itu kita jadikan sebagai acuan. Substansi kita tujui, tapi kalimat masih merupakan hal yang perlu kita rampungkan, ebab kalimat itu belum rapi dan nanti akan berpengaruh terhadap misi, tu masalahnya. Oleh karena itu jangan diputuskan sebagai kesepakatan 675

(14)

dalam pengertian total. Jadi kami baca pelan-pelan: sernua substansi muatan Konsiderans Menimbang dari FKP, FA~RI, dan FPP serta naskah penyem· purnaan dari pihak Pemerintah disepakati substansinya. Sedangkan perumus· an redaksinya diserahkan kepada Panitia Kerja RUU ini. Ini yang akan kami ketuk dan akan kami tawarkan.

Kami persilakan kepada FKP.

FKP (DRS. SYARIF SAID ALKADRIE): Terima kasih.

Karni kira apa yang disimpulkan oleh Bapak Pimpinan, dari FKP dapat men yetujui.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Kami persilakan kepada F ABRI. FABRI (R.P. SOEBAGIO)t Terima kasih.

Apa yang telah diusulkan oleh Pimpinan, kami cukup jelas dapat me· nyetujui.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Kami persilakan kepada FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Terima kasih.

Dari kami pun demikian Bapak Ketua, dapat menyetujui rumusan yan disampaikan oleh Bapak Ketua.

676

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih. Kami kembali kepada FPP.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ)• Terima kasih.

(15)

'

Saya ulangi lagi bahwa bukan berarti kita tidak menyetujuL cuma untuk meluruskan alur pemikiran kita, bahwa apa yang diungkapkan oleh keempat Fraksi dan kemudian disempurnakan oleh Pemerintah, yang telah berusaha untuk mencari rumusan yang lebih dapat menghimpun dari berbagai pikiran; telah kita rasakan sebagai suatu upaya yang sudah baik dan memang bahan-bahan materi itulah yang nantinya akan kita jadikan dasar di dalam penyusun-an Konsiderpenyusun-ans Menimbpenyusun-ang. Jadi kami menolak atau tidak menolak, se-benarnya kalau ini sudah begini keadaannya, kami kira nanti dalam pem-bahasan Panitia Kerja, itu-itu juga kem.bali. Jadi kami tidak mempunyai suatu sikap meniadakan atau, pokoknya kami sepakati bersama, setelah disepakati oleh pihak Peinerintah dan oleh Fraksi yang lain.

Mari kita lebih dekatkan lagi pembahasan nanti di dalam Panitia Kerja, dengan rumusan yang terbaik, mungkin juga bisa saja terjadi ada penambahan-penambahan hal yang lain berdasarkan kesepakatan bersama, tetapi barang inilah yang dapat kita terima yang kita akan sampaikan untuk pembahasan di Panitia Kerja. Dengan demikian, apa yang Bapak katakan kami sepakat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Kami persilakan kepada pihak Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO);

Terima kasih, kami kira kami setuju.

· KE TUA RAP AT:

Terima kasih.

Jadi kami ulang baca nanti kalau ada kurang mohon ditambah. Semua substansi muatan Konsiderans Menimbang yang akan dilengkapi. Dari FKP, FABRI dan FPP serta naskah penyempumaan dari pihak Pemerintah di-sepakati substansinya. Sedangkan perumusan redaksinya diserahkan kepada Panitia Kerja.

Apakah ini dapat disetujui?

(RAPA T SETUJU) Selesai sudah Konsiderans Menimbang. ~udara-saudara yang terhormat.

Kita maju lagi kepada Konsiderans Mengingat. Walaupun pada hari pertama kami telah mengumandangkan satu tawaran untuk mempending-kan ini sambil menunggu pihak Pemerintah memperoleh semacam pernyataan

(16)

atau semacam ketegasan secara tertulis, menyangkut mengenai apa saja muatan yang sebaiknya dituangkan d_i dalam Konsiderans Mengingat ini.

Kemudian kami persilakan kepada FPP.

FPP (DRS., H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ)i

Terima kasih.

Dalam kaitannya dengan masalah Mengingat, seperti kami kemukakan pada waktu yang lalu, dan kemudian juga setelah kita simak ungkapan-ungkapan yang kita terima dari para petugas Karantina di lapangan, serta serangkaian dialog yang telah kita lakukan di sana,. ternyata juga yang tadi-nya kami sendiri tidak membayangkan bahwa petadi-nyakit manusia itu bisa menular kepada tumbuh-tumbuhan, hewan dan sebagainya, sehingga bukan saja manusianya yang di karantina berdasarkan sisi kesehatan, tetapi juga media lainnya yang dibawa terkena penyakit dari aspek penyakitnya manusia itu perlu di karantina; maka memang perlu dipertimbangkan lebih lanjut untuk bisa menterkaitkan dengan beberapa RUU lainnya yang ada kaitannya. Sebab di situ juga akan terjadi suatu proses koordinasi dan juga kewenangan pada saat terjadinya karantina kapal, di mana menyangkut manusia, maka juga berlangsung dua petugas. Pertama petugas karantina kesehatan manusia dari Departemen Kesehatan; dan petugas karantina Budidaya Tanaman dari Departemen Pertanian, dan sebagainya untuk mentata atau mengantisipasinya. Dengan demikian mohon hal, sebagaimana juga kami kemukakan di atas, kira pihak Pemerintah bisa lebih mencermati dan mengadakan semacam koordinasi antara pihak Imigrasi dengan pihak Departemen Kesehatan, supaya sejauh mana sebenamya keterkaitan dan keterlibatannya, yang dasamya tidak saja bersifat koordinatif, juga mungkin ada sisi lain yang bersifat ma-terial. Dengan demikian kami harapkan bahwa masalah Mengingat ini kita endapkan saja sambil kita menunggu perkembangan lebih lanjut dari pen-dekatan Pemerintah dengan instansi terkait yang pada waktu pembahasan di lapangan terbang atau di Karantina kemarin, temyata ada hal-hal yang perlu dirumuskan sebaik-baiknya; sehingga begitu Undang-undang ini dikeluarkan, tidak ada pihak lain yang merasa terkena atau tersingkir dan sebagainya. Meskipun kami mengetahui bahwa RUU ini tentunya belum ke luar dari Sekretariat Negara, sudah ada semacam koordinasi antar Departemen. Namun demikian di lapangan kemarin kami masih melihat bahwa masih ada pen-jernihan-penjernihan kembar. Oleh karena itu masalah Mengingat ini, kami kira tidak kita bicarakan pada saat ini, kita endapkan dulu. Nanti kalau Pemerintah sudah mengadakan pendekatan-pendekatan dan sudah bisa mem-berikan gambaran-gambaran kepada kami tentang usaha pemikiran ulang itu, maka mulailah mungkin bisa kita bahas selanjutnya. Artinya apa yang termuat di dalam Mengingat ini, pada dasamya kami tidak keberatan, tetapi perlu ditambah lagi beberapa RUU yang terkait. Dab di dalam berbagai macam pola pembentukan RUU, memang ada dua alur; alur yang

(17)

hendaki .alur

yang

pokoknya saja, tetapi juga ada·

alut· yang

menghendaki

ya~g terkait yang dilekatkan di sini. Oleh karena itu kami mencukupi tanggap~ an ini.

Terima· kasih saudara Ketua. . .. KETUA RAPATa

Terima kasih, silakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH)

0

t ' : . Saudara Ketua.

Mengenai m~sal.ah B~b Mengmgat ini, memang a,dal,ah 8e\J3,gai kdai:ijutan dari Bab · Konsideran:s sebelumnya, seperti yang diungkapkan di. dalam .Bab, Ayat (1) ini, kami 'berpendapat untuk Ayat (l) sampai dengan. Ayat"(3) daripada yah~. l,(ftmi usu;ka~ ini. satu sama, Jain ada keter~ita~Y~r 91e4 karena i.tU:, d~ngan. deinikiap.' .kami memandang perlu datjpada. Pasal 33 ini keseluruhann

ya

dirn.u~t. ' · · · · ' · · · ·

Sekian, terima. k~h.· KETUA, RAPAT1

<' !" ,.- '!·.

Terima kasih,. kami

persilapn

FKP. FKP, (DRS. SY A.RJF · SAID ALMDRIE)t

Terima kasih Bapak Pimpinan. · ' · :·r ·

Bapak Menteri, Bapak-bapaK'danlbu·yang kami hormati.

Khusus kaitannya dengan konsiderans di dalam RUU ini kami dari FKP sependapat dengan tawaran dari Pimpinan pada waktu kemarln, bahwa khusus mengenai masalah mengingat ini kita beri kesempatan kepad~ Pe-merintah untµk konsultasi dan mencarLsumber dalam rumusan konsiderans, sehingga dapat kita jadikan patokan untuk merumuskan. konshlerans. meng~,

ingat ini, karena kami menganggap bahwa. dengan melanjutkan ke batang tubuh pasal demi pasal, kami kira dalam Konsiderans

Mengihgat

tidak ban yak pengaruhnya. Oleh karena itu supaya lebih lancamya musyawarah kita dalam membahas RUU ini, kami sependapat untuk sementara Konsiderans Meng-ingat ini kita endapkan.

Terima kasih.

KETU~ :· RAPAT: ; "' · " : : ·

Tetima

i-~;f

''uhfur'fip·. ''' -

·

1 ·1 - ' '" • "· 1:.: ;uo:fo

;;.,fli,,,,,

;."'':Jf.·•1

tJi,·n·~

'·- '; .. .,.,<>. :«'.L _;w:i :.:ru. ( 1 ... ' "

...

~_t\~~

1

r

1

1

1

t&~~~·~1E~~91~?~:~'i~1£il~Ps,1.·,

· ·

·~

';.'

1

"A';

1

J'.;

1

i:;;·,;

1 :'';; 1, / 1 ,':'.::'.·; Saudara Ketua. .t; ~ .FJl11.;1:::1 t· 679,

(18)

Kami dari F ABRI, menganggap bahwa masalah mengingatnini~m~merlu­ kan pemikiran yang benar-benar menjadikan suatu dasar di dalanti-r~ngka

penyusunan Undang-undang ini, dan kami memohon izin untuk bisanmem-berikan kesempatan bagian hukum kami untuk menjelaskan }fm®J»lingkin bisa menjadi acuan pemikiran di dalam masalah pembicaraarut~mudian.

Kami mo non izin, Pak.

FABRI (D.P. SOENARDI, S.H.): Terima kasih Saudara Soebagio.

Saudara Pimpinan, Menteri dan Sidang yang kami hormati.

Masalah mengingat di dalarn Pemandangan Umum F ABRI rse~, tegas menyatakan bahwa FABRI tidak akan mengulangi lagi sikap~1tnasalab ini, karena setiap pembicaraan dalam pembahasan Undang-undang

R'ABR£

isudah mengutarakan mendukung himbauan dari Menteri Pertaniana p•1 waktu pembahasan R UU Perikanan tepatnya pada tanggal 25 Ma~E:-)} 9_85.i dan sesuai dengan Instruksi Presiden Nornor 15 Tahun 1970 tent~ ,~doman

Tehnik Penyusunan Perundang-undangan serta Pedoman Tehnik1. Pen~unan

Perundangan_yang disusun oleh Departemen Kehakiman tepatnya (>~h:Direk­

torat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan bahwa dalam 1n1mgiJi\gat ini hanya dimuatkan pasal-pasal UUD 1945 khususnya Pasal 5 ;\(y1a; (L) dan Pasal 20 Ayat (I), dan memang pasal UUD : 1945 yang menjadi ·daW'J_:h\lkum bentuknya RUU. Demikian pula sesuai dengan himbauan tadh1,ibJtli!,_selalu utarakan, kalau ada Undang-undang lain yang bersangkutan dam-:menjadi dasar hukum dari dibuatnya RUU ini.

Demikian sebagai penegasan dari F ABRI. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Kami kira F ABRI tetap konsisten dengan Pemandangan

Urn:um

itu, usul atau pemah diungkapkan, dipending.

Kami persilakan kepada pihak Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO): Terima kasih Bapak Pimpinan.

Mengingat mengenai Konsiderans Mengingat semua FraQi; ~enBUSul­

kan penyempumaan. Pemerintah dapat menyimpulkan bahwa ;tprdapat dua kelofilPOk pendapat mengenai materi yang perlu dicantumlcaniiUalQ0t.-Kon-siderans Mengingat, seperti yang telah kami kemukakan pac:Wg~h~l 15

Pebruari yang lalu. Kami sependapat atas saran Bapak Ketua ~idi1>1rkuat

melalui tanggapan wakil dari FPP, bahwa pembahasanKonSidentm~gat lebih baik kita lakukan kemudian setelah pembahasan materi dal:i~~tang

Tubuh RUU ini. 680

(19)

Atas saran Bapak Ketua, kami sedang menanyakan kepada Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan dan Badan \r'Hukum Nasional Departemen Kehakiman melalui surat, tentang pencantuman ketentuan atau peraturan yang benar dalam Konsiderans Mengingat. Oleh karena itu kami masih menunggu jawaban dari Departemen Kehakiman mengenai rumus-an usulrumus-an konkret yrumus-ang pernah kami jrumus-anjikrumus-an, drumus-an trumus-anggaprumus-an belum dapat kami sampaikan hari ini meski pun kami juga sudah mengadakan konsultasi dengan Menteri Kehakiman. Tetapi kami kira sekaligus saja nanti sampaikan setelah ja waban ataupun tanggapan tertulis dari Departemen Kehakiman.

Kami kira demikian, terima kasih. KETUA RAPAT1

Terima kasih kepada Pemerintah.

Kami kembali kepada FPDI yang belum ada sikap tegas mengenai di-endapkan atau sekarang kita bahas sekarang sebisa-bisanya.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH)t Terima kasih.

Mengenai masalah Konsiderans Mengingat ini kami sependapat untuk diendapkan, sesuai dengan saran Saudara Ketua dan diperkuat oleh pihak Pemerintah.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Setelah mendengar keempat Fraksi dan Pemerintah, maka kami ingin menawarkan suatu kesepakatan kita pada saat ini adalah sebagai berikut: muatan Konsiderans Mengingat pembahasannya ditunda sambil menunggu pihak Pemerintah dapat menyampaikan ketentuan yang tegas dari instansi berwenang mengenai muatan Konsiderans Mengingat terse but.

Apakah ini dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU) Terima kasih.

Telah tiga keputusan yang kita ambil. Kemudian kita akan lanjutkan ke Bab I Ketentuan Umum. Dari DIM . . . mohon maaf ada yang terlupa dari bagian daripada RUU dengan dua rumusan kalimat yaitu

Dengan persetujuan

(20)

DEWAN ·PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

\ l i

MEMUTUSKAN:·

Menetapk~11:,'

,uNDANO;_UNDANG T.ENTANG KARANTINA HEWAN,

·

· · . ·. ·1KAN,

DAN TUMBUHAN. · · .

• ' ' • ~ : c • • • • · - ; : • :' ~ :

. Kami'. persilakan. kepada FPDI terlebih dahUlu; FPDI· (H;R, • DJADJA WINAT AKUSUMAH)t Terima kasih.

Saudara Ketua.

Dari pihak kami sependapat sesuai dengan isi naskah mengenai masalah bab memutuskan ini, jadi kami tidak mengadakan perubahan.

Sekian·: terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Maaf kami tidak melihat daftarnya dalam DIM rupanya FABRI yang mempunyai usul penyempurnaan. Kami kira karena tidak ada lagi yang ini, jadi kami anggap tetap semua, maka dapat kita setujui rumusan yang ada dalam RUU.

Apakah ini dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU)

Baik, kita lanjutkan kepada Bab I. Bab I ini mulai dari Ketentuan Umum; kemudian · ada penulisan di dalam RUU semacam Sub Bab Bagian kesatu dan sebagainya. Kami kira ini dulu kita bahas, kemudian baru substansinya. Di sini ada dua usul, Bab Pengertian ini oleh F ABRI, FKP, kami kira dihapus. Dengan demikian pada perbincangan pertama kepada substansi pasal demi pasal.

Kami persilakan kepada F ABRI. F ABRI (R.P. SOEBAGIO): Terima kasih.

Mengingat .ketentuan umum FABRI tetap, tidak ada perubahan. Bagian Kesatu Pengertian, untuk FKP ditiadakan. Bagi kami ada usul satu penyem-purnaan kata-kata "Bagi.an Kesatu dan Pengertian" ditiadakan.

Itu saja terima kasih.

(21)

KETUA RAP AT: Terima kasih.

Kami lanjutkan kepada FKP. FKP (M. JAMARIS YOENOES): Terima kasih Bapak Ketua.

Dari FKP sebenarnya penjelasan usulan FKP dalam ketentuan umum menurut kami mengandung muatan yang berisi batasan dari pengertian, b singkatan atau akronim yang digunakan dalam peraturan, dan j hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya. Berdasar-kan acuan tersebut di atas, maka FKP mengusulBerdasar-kan agar dalam ketentuan umum di dalam RUU tersebut di samping berisikan batasan pengertian yang dicantumkan dalam Pasal 1, sekaligus merumuskan hal-hal lain yang bersifat umum, yaitu . . . .

KETUA RAPAT: INTERUPSI

Maaf, yang kami tawarkan tadi mengenai sistematikanya. Apakah masih ada bagian semacam Sub Bab dari Bab I belum sampai ke substansi daripada 1 Bab I ini.

FKP (H. JAMARIS JOENOES)i

Kalau begitu FKP menghilangkan sama dengan FABRI. KETUA RAPAT:

Kami persilakan dari FPP.

FPP (DRS. H. MARDINSY AH)t

Pimpinan dan Bapak Menteri beserta Bapak-bapak dan lbu-ibu yang terhormat.

Setelah kami mengacu kepada beberapa Undang-undang yang telah kita sahkan, rnaka kami sepakat dengan usu] dari FABRI dan FKP untuk menghilangkan kata bagian kesatu dan pengertian.

Se kian dan terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih. dipersilakan FPDI.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH)t Saudara Ketua.

(22)

Dari kami mengenai Bab mc-ngenai Ketentuan Umum bagian kesatu langsung kepada Pasal l

Sekian, terima kasih. KETUA RAPAT:

Dipersilakan dari Pemerintah.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO)~ Bapak Pimpinan.

Mengenai usu! mengenai penghapusan bagian-bagian dalam Bab I ke-tentuan umum yang diusulkan oleh FKP maupun FABRI Pemerintah dapat men yetujuin ya.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih.

Setelah kita mengadakan musyawarah maka penulisan daripada naskah RUU yang ada yang disampaikan oleh Pemerintah kita sempumakan atau diperbaiki untuk Bab I bagian-bagian dari Bab I ini tidak dicantumkan lagi lan~ung ke pasal-pasal.

Dapat disetujui?

(RAPA T SETUJ U)

Rumusan kalimatnya nanti akan kami buat untuk ditandatangani. Kita rnasuk ke substansinya.

Mengingat dari Pernerintah ada 11 yang akan dijelaskan di ketentuan umum rnengenai pengertian. Kami ingin menawarkan apakah kita bahas satu-satu dari sebelas ini pengertian dulu, Pasal 1 satu-satu substansinya atau-kah kita tawarkan ke sebelasnya dengan adanya DIM ini, kalau kira-kira sama rumusannya dengan konsiderans menirnbang tadi substansinya terus ini hapus, redaksinya silakan Panitia Kerja. lni karni tawarkan apakah dapat disetujui apakah kita satu-satu. Ini yang pertama kita walaupun tadi kami bilang urut kacang. Ini karena satu paket barangkali bisa kita ternpuh dengan konsiderans menimbang tadi supaya bisa lebih cepat.

Ada beberapa penyempumaan dari masing-masing Fraksi di sana-sini. ta pi ada juga substansi tambahan. Dari F ABRI, dari FKP ada. Jadi semua substansi baik dari Pemerintah dari Fraksi-f raksi dan ini tertampung dan disetujui untuk dijadikan bahan itulah kalau mufakat, redaksionalnya di-serahkan t.cepada Panitia Kerja. Kira-kira begitulah yang ingin kami tawarkan untuk paket Pasal I. Pasal demi pasal kita terus atau butir dengan butir ini

684

(23)

alternatifnya. Butir dengan butir akan memakan waktu agak lama, tapi kalau satu paket barangkali agak lebih cepat.

Apakah dapat disetujui?

(RAPAT SETUJU) Kita tempuh satu paket Pasal I.

Kita mulai dari FPDI, dipersilakan.

FPDI (H.R. DJADJA WINATAKUSUMAH): Saudara Ketua.

Mengenai pembahasan Pasal I sampai dengan muatannya 11 ini kami dapat . . Dari kami memang ada sedi kit perubahan Saudara Ketua. mengenai masalah kalimat binatang ini kami beranggapan bahwa yang menularkan itu tidak saja yang hidup, maka kami beranggapan bahwa binatang ini bisa diganti dengan sumber daya alam hewani dan bagian-bagiannya. Oleh karena dengan demikian kami menyempurnakan ayat sub 4 ini Pasal i ini, itu kalimat binatang diganti atau diusulkan dengan hewan semua jenis sumber daya alam hewani.

Demikian Saudara Ketua dari FPDL KETUA RAPAT:

Kami persilakan FKP.

FKP (H. JAMARIS YOENOESh

Bapak Pimpinan, Bapak Menteri dan Bapak-Ibu sekalian.

Dari FKP sebenarnya memang ada tambahan dan pengurangan. Dalam Pasal 1 Ayat (I) ada penyempurnaan, tambahan dengan karantina. Sedangkan yang nomor dua karantina hewan. Jadi ada penambahan pengertian umum-nya. Sedangkan di dalam butir 11 itu Menteri kita hilangkan dengan alasan bahwa di samping kata Menteri tidak terdapat dalam pasal-pasal batang tubuh RUU juga sekaligus menjelaskan bahwa wewenang daripada pelaksanaan undang Peraturan Pemerintah bukan pelaksanaan daripada Undang-undang kepada Menteri sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UUD 1945. Itu yang menyangkut mengenai penghapusan daripada DIM butir 11. Adanya penam-bahan sebagai penggantinya adalah butir 11 baru yaitu hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina atau organisme peng-ganggu tumbuhan karantina _adalah semua hama dan penyakit hewan dan

hama dan penyakit ikan atau organisme pengganggu tumbuhan yang ditetap-kan Pemerintah untuk dicegah masuknya di dalam dan ke luarnya di dalam wilayah negara Republik Indonesia. Jadi adanya pengusulan dan

penyempur-n aapenyempur-n dari FK P sepenyempur-n diri. ·

Sekian dan terima kasih.

685

(24)

-KETUA RAPAT:

Kami persilakan dari F ABRI. FABRI (R.P. SOEBAGIO):

Saudara Pimpinan kami ada beberapa hal yang perlu mendapat per-hatian. Yaitu di dalam Pasal l ini usul penyempurnaan bahwa di dalam tiap-tiap penjelasan dari pasal itu diberikan pengertian umum karantina. Lalu kami dari F ABRI dapat menerima organisme jasad diganti organisme, tapi hanya hal yang kami ingin menanyakan mengapa kami menggunakan jasad. Karena penjelasan daripada IPB. IPB kami anggap bahwa ini merupakan tempat dididiknya para pakar-pakar di mana di situ menyebutnya jasad. Sehingga di dalam kurikulum tentunya bukan Organisme tetapi jasad. Jadi kami nengikuti itu sehingga apa benar jasad itu bisa digunakan. Ini Pemerintah sendiri justru tidak mempergunakan j~ad tapi organisme.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih, dipersilakan FPP. FPP (DRS. H. MARDINSY AH)1 Saudara Pimpinan.

Tentang Pasal I ini kami ingin menambahkan beberapa penyempumaan saja redaksi di samping pengertian adanya suatu konsistensi daripada pe-makaian istilah.

Pada Ayat ( 1) kami nambahkan kata upaya, kemudian pada Pasal Ayat (3) ditambahkan juga mengenai tentang pemakaian setelah yang konsisten. Kemudian Ayat (9) nya itu tentang hama dan penyakit, jadi ada suatu ke-salahan tambahan.

KETUA RAPAT: Terima kasih.

Jadi ada usul dua dari FKP satu menghilangkan istilah Menteri juga FABRI dan menambahkan satu substansi. Demik.ian juga FKP, FABRI. Sedangkan dari FPP, FPDI redaksional walaupun tadi ada soal binatang.

FKP (DRS. SY ARIF SAID ALKADRIE): INTERUPSI

Dari FKP ada dua butir ketinggalan untuk penjelasan tambahan jadi bukan hanya dua, tapi ada butir tambahan yaitu butir 8 dengan butir 9 itu rumusan dari RUU menurut hemat FKP perlu dihilangkan kata dari bagi-an-bagiannya dan bagibagi-an-bagiannya ini dihapus. Alasan dan pertimbangan dari FKP karena kita juga.merumuskan pengertian daripada tambahan itu di dalam konservasi, maka kita mengusulkan supaya rumusan pengertian

(25)

tentang tambahan itu konsisten de,ngan rumusan yang pemah kita rumuskan di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990, itu alasannya.

Kemudian di dalam butir 9 usulan dari FKP menambahkan kalimat yang dianggap perlu. Dimaksudkan dengan penambahan. kata kalimat yang di-anggap perlu setelah kata lain ini maksud FKP untuk memberikan peluang dalam pengaturan selain tempat-tempat yang telah disebutkan, sehingga tidak menutup kemungkinan pengaturan tempat yang dianggap perlu sebagai tempat pemasukan dan pengeluaran. Jadi perlu adanya sa~u kalimat yang menyatakan yang dianggap perlu, itu tambahannya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, sebagai tambahan sebelum pusingan kedua pusingan yang kedua kembali FPDI Nomor I lalu kembali ke FKP lalu kembali ke tiga Fraksi lainn ya mengenai substansi.

FPP (DRS. H. MUHAMMAD DJA'FAR SIDDIQ): INTERUPSI

Saudara Ketua, pertama kalau kita membaca point 8, kami ingin mem-peroleh penjelasan dari Pemerintah sampai detail begitu itu apa maksudnya. Memang kalau sampai kepada bagian-bagian ini kemudian dalam rangka law imposementnya sampai barangnya mati, sperti misalnya kayu, phon kemudian barang mati, ikan, ikan asin misalnya atau ikan yang diawetkan itu. Mohon sedikit sebelum masuk ini penjelasan Pemerintah sehingga Pemerintah me-ngambil sebuah rumusan semacam ini sampai kepada bagian-bagian, sampai barang yang mati. Meskipun pada waktu diskusi dengan pihak karantina kita bisa melihat alurnya. Tapi ini perlu sedikit sebelum kami bisa menyepakatinya sebelum.kita membahas secara detail .masalah. Sebab bagaimanapun juga sebuah pengertian umum itu mengandung berbagai implikasi terhadap ke-pastiannya. Sebab ketentuan umum adalah sebuah aksiomatis yang perlu dipegangi oleh seluruh kita ini. Dan untuk bisa memahamii secara benar pe-ngertian aksiomat ini mohon kami ingin memperoleh sedikit penjelasan sebelum kita memasuki tanggapan.

Terima kasih Saudara Ketua.

KETUA RAPAT:

Saya kira bijak kita; Saudara Syarif kalau bisa lebih jelas walaupllll kita kemarin hari Sabtu sudah mendapat gambaran. yang lel:i.h jelas. Kini kita telah berikan kesempatan kepada Pemerintah menegaskan sehingga dapat. menjadi pegangan kita, kenapa formulasinya butir 8 itu begitti.

Kami persilakan.

(26)

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO):

Bapak Pimpinan dan Bapak lbu sekalian yang kami hormati, seperti diketahui bahwa berbagai hama penyakit menular dan pengganggu khususnya pada tanaman ini ada yang berbentuk virus, ada yang berbentuk cendawan, ada yang dalam bentuk bakteri. Yang bisa terbawa pada bagian-bagian dari-pada tanaman itu dan dari-pada waktu tertentu mereka itu bersifat laten, yang kalau suasana baik selalu bisa menjadi berkembang lagi. Oleh karena itulah saya kira disini harus kita waspadai meskipun kayu itu mati tapi kalau di dalapmya mengandung spora atau mengandung kepompong hama tertentu nanti kalau medianya baik itu nan ti akan bisa berkembang menjadi organisme yang hidup kembali. Jadi ini tentu tetap merupakan bahaya, oleh karena itulah maka di sini kita rumuskan bahwa tumbuhan itu adalah semua jenis sumberdaya alam nabati dan bagian-bagiannya, apakah berupa biji, apakah berupa kulit, apakah berupa kayu yang hidup atau mati. Meskipun mati itu masih bisa menjadi media pembawa untuk yang bersifat laten tadi, laten itu bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Saya kira sudah jelas. Marilah kita putar saja, FKP menanggapi tiga Fraksi lainnya termasuk juga keterangan Pemerintah yang terkait.

Dipersilakan FKP.

FKP (H. JAMARIS YOENOES): Teri ma kasih Pimpinan.

Dari pihak FKP sebenarnya apa yang disampaikan oleh FABRI yang menyangkut rumusan yang mengganti kata organisme menjadi jasad dihubung-kan dengan pengganggu tumbuhan sebenamya FKP sependapat dengan penjelasan Pemerin tah ten tang penggunaan istilah organisme pengganggu tumbuhan. Jadi kita berpegangan dengan penjelasan Pemerintah sendiri. Kita lanjutkan mengenai tanggapan FABRI yang menyangkut wilayah Indonesia barangkali di dalam tanggapan FKP sebenamya di wilayah Negara Republik Indonesia menjadi Wilayah Indonesia menurut pendapat FKP yang tepat adalah wilayah Negara Republik Indonesia. Karena wilayah Negara Republik Indonesia menunjukkan adanya aspek yuridis formal yang diakui intemasional, sedangkan wilayah Indonesia cenderung menunjukan aspek supitivitas dalam pen en tuan Wilayah Indonesia. Ini yang menyangkut me-ngenai istilah Wilayah Indoensia dengan Wilayah Negara Republik Indonesia.

Menyangkut tanggapan yang disampaikan FPP seperti satu penambahan upaya FKP sependapat seperti apa yang disampaikan oleh FPP sendiri, tapi butir 3 yang menghilangkan hama dan penyakit dengan alasan mengefektifkan kalimat secara lebih efisien, menurut pendapat FKP jika ditinjau dari segi 688

(27)

(·eifopentipenulisahrkalimab~m1ang 1beMJn;1\Naml!llnnclahmtd<lonteikg<µttngertian rstU~tansi, mea1gand;t111g:.pengerti.Mt: yang berbedf3~, 1M{m~ly:a 1ikll1; penulisannya

;ihama ~an: peilyakit .he wan·,. ikain' atrau.organi~me· pmumanrggu ·tum!:: 1h'an

se-1:b~airrnan:k1:dHuliskah , old'l: RPP. rrq1ka ·.pengemtiann:yaL!~dait;a1h h imm dan

\ ~hyakfiaheW.an; ITT.amn ;dan !Denyia.!Qii ikan aitau~lhama 1cl.am )l>ertyakit:organisme

"pen_ggamg.gui l:,tumbuh!am; ~· li>engam: Eiemikian, .ham an rku r11r4~1 rte ID-at~ k:i1ll a1pakai

1 ttinij~J:~erdiasark'lrn h pfda:t!fusile·risi1kelimia1kiitti1sen di ri.

Lrn·,·~a;nggapan dl:itiP FiKP ,me:ngenai MaD lFPlitl: b:t1tilsL4ll uslllbfIDijngJili;angkan 1 tbiruit\lngg

yang,

!hiduP: rdidlir11t .:digantii' dengM jenis l:surllQe.rcWye1 atam 1htwani

lclap:1ba~+bagialnrdall.am!:kaadaarr:hiorup aitatli ilnatlf Fi"KP.imemrmhaml hlill!FPDI

wbaqwa ·~IJ)engerfian', he'Maitl ktida:lt.,_.terb~ta~b padai 1 :semi.Iai ibinaumg;:

ynng; ;hid up

:.di1 tdairat);,:melainmn1.9uku-p menpakup· semua. jimis .-sumben.iaya, abrm .. hewani ~; 1bagi~nabagiatLdafam, .keadaan ,hidup .. aitlau rrtatH' FKP11memahamil usul

; :FJIDJE "haqwa '.<pengertfan, .ihewan .. tida:k.terb:ftaS,• padar,:ifmUa· ihln_at}Ulg:,: yang

;hidupi.di1 .ctamh• melainkan, pukup .mencakup• 'sel)lmt jenis isumbe;r~a, alam

hewani dal'} bagiqntbagiannya·dalam keadaah,i}liduini atau' mati. ~aiikgyang di-pelihara maupun,7ang :hiduµ,secara lia.r. .Dalam kaitan ihi F~Ir.1ingin men-. dapatkan: penjelasan daripada Peme~intah. terjlapap pengertiah dafatn. RUU

.• bagaimana,,.derigan.·hewan yan>g hidui:Uli, dalam · airr

.udara,ataupuiriampi bi. ~adii;:pe:rlu;kete£angan·tega8 dari-Pemerin tah.

-T~ :·i 1ff.etimii1kasih.

i .. , FKf (IR::UMBU MEMNG K:UNDA):

· i '-' r" :ff;eltimmil<lisi-;lliBcjpakpPimpinan.

l.i ii •Bat>nk: .Men.tori yat}g, say,adrormati :dm rekan•rekatll''Anggota: Kohlisi IV.

~' Saiya: -;in gin, ;menambahkrul h :terp.ada:p . :usulan ".FKF '.sekaliglllSr~ meµaµ1ggapi

;ke~~rangan Pemerin tab men, yangkUt rli fittlsi" · tllllmbuhlm. , Ben~r apa: yang

.di:katakan Bapak Mentt:eti bahwa, memang bagian-bagian, tanamail baik: mati

· tta11 ~i<iup bisamerrjadimfdia pembawa hama;dan penyakit.

• 1 .Tetapi sa¥a kita" di1dalam.rumtlsan:Pasal 1 ·,jm:i lcita.'berbicara ;hep tang

defirtisi. da'ripada 'tmtmbuhan, ~hingga tian bagian .. Joogiannya itu se~tulnya sudah. tprisap di dalam_. ptfil.gertian tu!rnbuftan Pak·:Kefila:dJlengan1 demikian

nanti 1kalau kita berbioara }ntm.genai me.dia 'pembawa baratigkali .itu secara e:Mspl:iBit bisa kita t~pungl<;an pengertian'.•ya:ng •dil;:e·mukaRap .Ba~ Menteri .

. : Ole.h ·karena itu: us1ilan FKP mengenai difinisi ;11mmbuhan itu mernang

~se1~,t11ln:ya:.seolah-Oiah ovef boilig, 'kelebilhat1.J:1karena m~rri.ang bioara!mengenai zibtia~~t-!Dagiram ·:me-:pumg yan!g kiita.· kenal '.di 1dalam ·pengertfan 'tumbuhan itu

.adata1t1met~g:)'lanig lbetralkM\1 he1rdaun .d"1fl·sega1e:maoamJt~,:.dli•daltam

kamus-l)!tns

jetas

ttllH·~hingga· -sellot}tul!\y.a, kftia1'sepa~t'1~parti· l,1roJiftordan::dengan wn thlaft' <he wand Di 1 dadlam rdefim.isi <belt~

u

tu}llitn hltahiiti'a» utemt.lkanbutakan Miff:mgiiadaPada piat1 .pema1uu1tall:lrktimp

un

dafurrlalamt ~angmg!lll)gSinya

(28)

~bagai Jl}e(}ia- pepibawa hewan · itupun · punya . ba~-bagian

tertentu yaag

~ menjadi media pembawa hama dan penyakit.

· Saya kira ini tambahan Bapak Ketua .. Terima kasih .

. KETUA RAPAT:

Terirna kasih, silak~ F ABRI..

FADRI (DP; SOENARDI; S.R): .

Terjma kasih Saudara K.etua.

Bapak Menteri dan sidang yang kami hormati.

.,

Dari F ABRI sebenarnya mengenai Wilayah Negara Republik Indonesia kami memang sependapat itu, hanya maksud kami itu di d_alam .penulisan dipersingkat menjadi · wilayah Indonesia begitu saja. Sehingga kalau perlu ini nanti disebutkan di dalam pengertian tambahan butir kalau perlu. Jadi kami tidak berarti merubah Wilayah Republik Indonesia menjadi Wilayah Indonesia. Untuk singkatnya maksud kami begitu.

Yang kedua, kami sependapat dengan FPP ~engenai butir pengertian tumbuhan tadi. Jadi kami dapat memahami penjelasan dari Pemerlntah, tetapi saya kira kami sependapat dengan apa yang diutarakan oleft FKP

yang terakhir ini.

Kemudian juga mengenai pengertian hama dan p~nyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina dan sebagainya apabila memang I di dalam batang tu buhnya belum diu tarakan saya kira itu juga kami setuju menjadi tambah-an butir dalam Pasal 11, seperti ini tadi diutarakart oleh

FKP.

Demikian dan terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terirria kasih, silakan dari FPP.

FPP (DRS. H. MARDINSY AH):

Pimpinan dan Bapak Menteri, setelah kami menerima penjelasan dari Bapak Menteri. tenmng masalah angka 8 ini perlunya dicantumkan dan bagian adalah untuk pengertian kepada masyarakat bahwa setiap bagian

tu~ buhan ini perlu dijelaskan dalam hal ini. ' · · · Jadi apakah maksud Bapak Mente,ri menjelaskan di dal.am arti ke;seluruh"

aA. 9al~ pengMtian karantina ini dengan penge·rtian tumbµtian yang biasa. Kalau demikian ini menyangku t juga dengan angka 4. He wan adalah semua

bioatang yalig:hwut:t'di d,aratr:b.aik: ya:f\81dipeJih~ra, rnaupun•yang hi,e;lup s~Ji liar:i1~e.a11apa:J:tidak<ada·:pembag'iannya; kalaAA:itu-:-dise,bUtkan1n:i.~l~ll;--"ijt~J

(29)

pengertian. Kalau sesuai dengan yang angka 8 kita sebutkan ini bagian-bagian-nya. Ini mohon penjelasan Bapak Menteri tentang Angka 8 ini, seperti pen-jelasan Bapak Dja'far Siddiq waktu di Australia wayang kulit dan sebagainya.

Kemudian seperti apa yang disampaikan oleh F ABRI pengertian Wilayah Indonesia dengan Wilayah Repu blik Indonesia saya sependapat dengan pen-jelasan Bapak Men teri sesuai dengan konsep yang ada.

Tanggapan dari FKP masalah penggantian hama penyakit tadi kita kem bali kepada naskah yang kami sepakati. Kalau sistemnya kita pakai istilah-istilah dalam pengertian ini.

Untuk tanggapan dari FPDI binatang ini kami kembali pada konsep dengan tambahan penjelasan dari Bapak Menteri. Sek:aligus kami mohon penjelasan dari Bapak Menteri. Sekaligus kami mohon penjelasan dati Bapak Menteri tentang istilah. Jadi kalau kita melihat kepada angka l kembali di-samping penambahan upaya kami juga menambahkan hama dan penyakit ikan ini, apakah begitu semua ham a dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan dan seterusnya sampai ke bawah. Jadi mohon diberikan penjelasan untuk keseragaman. Mungkin maksud Bapak Menteri juga ada suatu efisien daripada kata-kata, tapi lebih baik kita teguhkan keseJuruhan hama dan penyakit hewan dan hama dan penyakit ikan, kemudian terus ke bawah.

Sekian dan terima kasih.

KETUA RAP AT: Terima kasih.

Kami silakan FPDI untuk menanggapi ketiga Fraksi yang lain, dan ke-terangan Pemerin tah.

FPDI (.H.R. DJAJA WINATAKUSUMAH):

Saudara Ketua, pertama kami menanggapi usu] dari FABRI, mengenai masalah jasad pengganti daripada organisme pengganggu 1 ini. Kami ber-pendapat kalau jasad ini disebut sebagai pengganti darip;ida ! organisme pengganggu, kalau kita memperhatikan penjelasa.n kemarin di Cengkareng itu wajar organisme pengganggu diganti menjadi jasad. Sebab apa yang di-konstatir oleh Bapak Dja'f ar Siddiq kemarin memang orang itu dari pen-jelasan dari Bapak Menteri sendiri mengenai masalah peserta KTT Non IDok

yang· akan datang kami sependapat pengertian organisme pengganggu ini diganti menjadi jasad.

Yang selanjutnya mengenai masalah Wilayah Indonesia kami kembali kepada konsep semula yaitu Wilayah Negara Repu blik Indonesia.

Mengenai usul FKP kembali kepada konsep semula dan juga mengenai masalah tanggapan untuk FPP untuk mengganti penyakit ikan untuk

(30)

kan dan diganti dengan kata ikan, dalam hal ini kami kembali kepada paket semula.

Sekian dan terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Silakan Pemerintah untuk menanggapi secara menyeluruh baik usul-usul dari Fraksi maupun dari yang dihilangkan Menteri, itu juga belum di-tanggapi oleh Fraksi lain.

PEMERINTAH (MENTERI PERTANIAN/IR. WARDOYO):

Terhadap usu! penyempurnaan Pasal l butir 1 yang diajukan keempat Fraksi, Pemerintah berpendapat sebagai berikut

"Usu! penambahan pengertian "karantina" sebagaimana diusulkan oleh FKP, secara substansif Pemerintah dapat menerimanya. Namun demikian karena istilah "karantina" tidak dipakai secara berdiri sendiri dalam pasal-pasal RUU maka Pemerintah lebih condong menempatkan-nya sebagai penjelasan Pasal I butir 1 seperti halnya yang diusulkan oleh F ABRI dengan rumusan sebagai berikut:

"lstilah karantina pada awalnya berarti pengasingan (isolasi). Namun demikian pengertian karantina kemudian berkembang sehingga men-cakup semua aspek yang berkaitan dengan upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dann penyakit atau organisme pengganggu." Usul penggantian istilah "organisme pengganggu tumbuhan" dengan "jasad pengganggu tumbuhan" sebagaimana diajukan oleh FABRI, Pemerintah kurang dapat menerimanya. Pada masa lalu memang istilah "jasad pengganggu tumbuhan" digunakan dalam bidang perlindungan tanaman sebagai padanan kata "pest". Namun sejak tahun 1987 atas saran Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, istilah "jasad pengganggu tumbuhan" diganti dengan "organisme pengganggu tumbuhan". Alasannya adalah bahwa "organisme" yang berarti "setiap bentuk kehidupan dalam dunia binatang dan tumbuhan" akan sesuai dengan pengertian "pest" yang diartikan "setiap bentuk kehidupan binatang dan tumbuhan atau agen penyebab penyakit (Pathogenic agent) yang merusak dan a tau merugikan tumbuhan". Kata "jasad" disarankan untuk dipakai se bagai padanan ka ta "body". Dengan demikian terhadap usul yang sama dari semua Fraksi dalam pasal:-pasal berikutnya dalam RUU ini, jawaban Pemerintah adalah sama.

Tentang penambahan kata "upaya" setelah kata "adalah sebagaimana , diusulkan oleh FABRI dan FPP, Pemerintah dapat menerimanya. Namun perubahan redaksional sebagaimana diusulkan oleh FPP, Pemerintah kurang sependapat karena pengertiannya menjadi kurangjelas.

(31)

Terhadap pengggantian istilah "Wilayah Negara Republik Indoensia" menjadi "Wilayah Indooesia" "organisme" yang diusulkan oleh Pemerintah kurang sependapat. Istilah "wilayah Negara Republik Indonesia" nampaknya le bih tepat untuk te tap digu nakan. Alasan-n ya kareAlasan-na yaAlasan-ng mempuAlasan-nyai wilayah adalah suatu Negara, daAlasan-n hal ini sering disebut di dalam persyaratan suatu Negara yang harus mem-punyai wilayah, warga/penduduk dan Pemerintahan yang berdaulat Sehingga apabila kita menyebut wilayah suatu negara.misalnya Indonesia, yang tepat adalah Wilayah Negara Republik Indonesia.

Terhadap usul FABRI tentang penyempurnaan Pasal I butir :2, Pemerintah dapat menerimanya dengan catatan isdlah "jasad" diganti dengan istilah "organisme".

Untuk usulan FABRI dan FPP tentang penyempurnaan pada Pasal I butir 3, Pemerintah menganggap bahwa usu! FABRI lebih tepat untuk digunakan dengan catatan bahwa istilah "jasad" diganti dengan istilah "organisme" dan kata '"dan" dibelakang kata "ikan" diganti dengan kata "atau". Sedangkan mengenai usul FPP untuk menghilangkan kata "hama dan penyakit" di depan kata "ikan", Pemerintah kurang sependapa t karena dalam pasal-pasal lain FPP justru mengusulkan pe-nam bahan kata "hama dan penyakit" di depan kata "ikan". Di samping itu apabila kata "hama dan penyakit" dihilangkan maka akan menimbul-kan salah penafsiran yang seharusnya adalah "media pembawa hama dan penyakit ikan" di tafsirkan se bagai "media pem bawa ikan". Dengan demikian terhadap usul yang sama dalam pasal-pasal berikutnya,jawaban Pemerin tah adalah sama.

Untuk penambahan pengertian istilah "hama dan penyakit hewan karan-tina, hama dan penyakit ikan karantina dan jasad pengganggu tumbuh-an kartumbuh-antina" pada Pasal 1 sebagaimtumbuh-ana rumustumbuh-an ytumbuh-ang diajuktumbuh-an oleh FABRI dan FKP, Pemerintah dapat menerima dengan catatan kata "jasad" diganti dengan kata "organis.me" dan kata "dan" di belakang kata "karantina", serta kata "ikan'', diganti dengan kata "atau".

Usul penggantian anak kalimat "binatang yang hidup di darat" dengan" jenis sumber daya alam hewani dan bagian-bagiannya dalain keadaan hidup atau mati", pada Pasal 1 butir 4 sebagaimana diusulkan oleh FPDI Pemerin tah kurang sependapa t karena:

a. Kata "binatang" dari semula memang dimaksudkan untuk pengerti.an binatang yang hidup di darat, sedangkan "sumberdaya alam hewani" mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk "ikan".

b. Istilah "mati" tidak dapat digunakan karena untuk "hewan mati" dipergunakan istilah "bahan asal hewan" atau "hasil bahan asal hewan".

Untuk penyempurnaan kata "di dalam" dengan "di dalam" sebagaimana diusulkan F ABRI pada Pasal 1 butir 7, Pemerintah dapat menerimanya 693

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina dilakukan penahanan apabila setelah

Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina dilakukan penahanan apabila setelah

rambunya dan persenjataannya atau peralatannya untuk melakukan pekerjaannya bisa mengakibatkan malapetaka bagi manusia dan lingkungan, oleh karena itu syarat dengan.. 6

Memang terus terang, ini ada satu kesalahan dari fraksi kita, pada waktu kita mengirimkan ke sekretariat, bahwa ada yang kita tidak mengisi itu, ditulis tetap,

Saya kira ini memang masih ada kaitan · dengan apa yang dibicaral&lt;an sebelumnya, kalau saya menangkap disini bahwa di daerah yang belum kompetisi itu bisa tidak ada

RI.. menjelaskan kembali mekanisme persidangan kita sehingga kita pada hari ini sudah masuk pada pembahasan DIM. Pertama, bahwa saya tidak usah bacakan satu per

RI.. Seperti Boscha itu kan sekarang ada peraturan misalnya itu radius 2 km itu tidak boleh dibangun. Padahal itu kan sudah sangat lama sekali wilayah itu sudah

Usul PDI iti\ sebenarnya tidc:l.k terlalu mengubah ma.teri atau esensi ha - nya penyemuurna.an satu kata,aaya juga tidak seoara. penuh mengklaim bahwa,g sul itu