• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI DALAM MENGIKUTIPELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD SANG TIMUR, SD JOANNES BOSCO, DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Maria Gabriela Kale NIM: 101124040. PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN. Dari hati yang tulus, kupersembahkan skripsi ini kepada Hati Terkudus Tuhan Yesus, Guru dan Sahabatku, Pendamping dan Penolong Utama dalam penulisan skripsi ini. Bunda Maria Penolong Abadi yang selalu setia membimbing, menuntun, menopang dan menguatkanku dalam penulisan skripsi ini. Kedua orangtuaku, bapak Philipus Meze dan ibu Philomena Maja pada usia perkawinan mereka yang ke-25 tahun, 17 April 2015. Kedua adikku, Melkior Kaju dan Kristoforus Talo atas doa dan dukungan dalam penulisan skripsi ini. Dominikus Duli Kalang, yang dengan cinta dan perhatiannya telah membantu dan mendukung selama penulisan skripsi ini. Kepada para dosenku yang selalu setia membimbing dan menuntun saya selama studi di Universitas Sanata Dharma. Kepada kampusku, rumah keduaku tempat aku merajut masa depan. Kepada Tata Mia Kalang, para sahabatku Sr. Auxilia, CIJ, Fransisca Anida Dyan Kusuma, Veronica Dwi Lestari, Bernadetha Linda K., Franciska Arindika, Florentina Hastriyani, Anselina Mabin, Maria Vinsensia, Serviana Mea, Susana Hoar, dan Lukas Lito Wato atas dukungan dan semangat yang mereka berikan.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. Tuhan... jika hidupku adalah salib, dan Salib adalah lambang kemenangan, maka aku akan menjadikan hidupku sebagai sebuah kemenangan bagi-Mu, hanya demi kemuliaan nama-Mu.. Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu (Lukas 1:38). v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Agung atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang. berjudul. PENGARUH. KOMPETENSI. PEDAGOGIK. GURU. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD SANG TIMUR, SD JOANNES BOSCO DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai bentuk keikutsertaan penulis sebagai calon guru PAK akan perkembangan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di masa mendatang. Tidak dapat dipungkiri bahwa guru PAK belum maksimal terutama dalam menguasai kompetensi pedagogik yang berakibat pada menurunnya minat belajar siswa terhadap pelajaran PAK. Maka melalui penguasaan kompetensi pedagogik seperti yang penulis paparkan, diharapkan guru PAK semakin mampu meningkatkan minat belajar peserta didik terhadap pelajaran PAK, serta tujuan PAK semakin dapat didekati dan dicapai secara maksimal. Penulis percaya bahwa terselesainya skripsi ini berkat kebaikan Tuhan melalui dukungan dan perhatian banyak pihak. Maka, menyadari semua itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, terutama kepada:. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK.,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabaran, ketelitian dan kesetiaannya dalam membimbing penulis selama masa penulisan skripsi ini. 2. Romo, Dr. B.A. Rukiyanto, SJ, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mendampingi penulis selama masa perkuliahan. 3. Bapak L. Bambang Hendarto, M.Hum., yang telah memberi dukungan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Para dosen, petugas sekretariat dan staf perpustakaan serta seluruh karyawan IPPAK yang telah mendampingi, memberi kemudahan dan perhatian selama penulis belajar di IPPAK. 5. Kedua orangtuaku yang berbahagia, bapak Philipus Meze dan ibu Philomena Maja yang dengan segala doa, cinta kasih dan pengorbanannya mengantar penulis hingga pada jenjang pendidikan S1. Terimalah kasih dan doaku selalu. 6. Kedua adikku, Melkior Kaju dan Kristoforus Talo untuk segenap cinta dan dukungannya yang memampukan penulis untuk terus melangkah dan berkarya. 7. Dominikus Duli Kalang yang dengan penuh kesabaran, perhatian, cinta dan doa yang mendukung penulis untuk menyelesaikan penulisan karya agung ini. 8. Kakak suster terkasih, Auxilia, CIJ (Benedikta Boleng Kelen) yang dengan segala kemurahan hatinya membantu dan memotivasi penulis agar tetap setia dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv. MOTTO ............................................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi. ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... ix. KATA PENGANTAR ......................................................................................... x. DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xx BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1. A. Latar Belakang ................................................................... ............ 1. B. Rumusan Masalah ............................................................................ 10. C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 10. D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 11. E. Metode Penulisan ............................................................................. 12. F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ............................................. 14. A. Guru Pendidikan Agama Katolik .................................................................. 14. 1. Pendidikan Agama Katolik..................................................... 14. a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah ....................... 14. b. Ruang Lingkup Materi PAK ......................................... 16. c. Proses PAK Di Sekolah................................................. 17. d. Tujuan PAK Di Sekolah ............................................... 18. 2. Guru PAK Di Sekolah ............................................................. 19. a. Guru PAK sebagai Pendidik Iman ................................ 21. b. Guru PAK sebagai Pewarta Iman ................................. 23. 1)Spiritualitas Guru PAK ........................................... 23. 2) Kepribadian Guru PAK ......................................... 26. 3) Pengetahuan Guru PAK.......................................... 27. 4) Kemampuan Berkomunikasi Guru PAK ............... 28. B. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik ............................... 31. 1. Kompetensi Guru Secara Umum ............................................ 31. a) Kompetensi Pedagogik Guru ........................................ 33. b) Kompetensi Kepribadian ............................................... 49. c) Kompetensi Profesional ................................................ 52. d) Kompetensi Sosial ........................................................ 53. 2. Kompetensi Pedagogik Guru PAK ......................................... 55. a)Kompetensi Pedagogik Guru PAK menurut Undang-Undang ........................................................... xiv. 55.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. b)Kompetensi Pedagogik Guru PAK Menurut Dokumen Gereja .............................................................. 63. C. Makna Belajar dan Minat Belajar................................................................. 72. 1. Makna Belajar ....................................................................... 72. 2. Pengertian Minat .................................................................... 76. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ................ 78. 4. Peranan Minat dalam Belajar ................................................ 79. 5. Minat Mengikuti PAK ............................................................ 80. D. Penelitian yang Relevan ................................................................................ 80. E. Kerangka Pikir dan Hipotesis ........................................................................ 82. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 84. A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 84. B. Disain Penelitian ........................................................................................... 84. C. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 85. 1. Tempat Penelitian ................................................................... 85. 2. Waktu Penelitian .................................................................... 86. D. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 86. E. Variabel Penelitian......................................................................................... 87. 1)Identifikasi Variabel ................................................................ 87. 2) Definisi Konseptual Variabel ................................................. 88. 3) Definisi Operasional Variabel ................................................ 89. F.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 89. 1) Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 89. 2) Instrumen Penelitian............................................................... 90. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3) Kisi-Kisi Penelitian ............................................................... 91. 4) Pengembangan Instrumen ..................................................... 94. G. Uji Persyaratan Analisis .................................................................. 98. H. Uji Hipotesis .................................................................................. 100. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 101. A. Hasil Penelitian. ...................................................................................... 101. 1. Uji Persyaratan Analisis ........................................................ 101. a. Uji Normalitas .............................................................. 102. b. Uji Linearitas................................................................ 106. c. Uji Homokedastisitas ................................................... 118. 2. Deskripsi Data ....................................................................... 110. a. Kompetensi Pedagogik Guru PAK .............................. 110. b. Minat Belajar Siswa ........................................................121 B. Uji Hipotesis ......................................................................................129 C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 136. D. Refleksi Kateketis ......................................................................... 143. 1)Pengertian Katekese .................................................................143 2) Tujuan Katekese .................................................................... 143. 3) Isi Katekese .......................................................................... 145. 4) Tugas dan Peranan Katekese ................................................. 146. 5) Aspek Kateketis dalam kompetensi Guru ............................. 146. 6) Aspek Kateketis dalam Minat Belajar Siswa ........................ 150. E. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 152. xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 153. A. Kesimpulan. .......................................................................................... 153. ................................................................................................... 156. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 158. LAMPIRAN ................................................................................................... 160. Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. (1). Lampiran 2 : Instrumen Penelitian ................................................................... (4). Lampiran 3 : Contoh Instrumen Penelitian ...................................................... (8). B. Saran. Lampiran 4 : Hasil Analisis Variabel Kompetensi Pedagogik Guru PAK .... (12) Lampiran 5 : Hasil Analisis Variabel Minat Belajar Siswa .......................... (16). Lampiran 6 : Hasil Analisis SPSS .................................................................. (20). Lampiran 7 : Keseluruhan Data Variabel X dan Y ........................................ (22) Lampiran 8 : Tabel nilai-nilai r Product Moment .......................................... xvii. (23).

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1 Jumlah Responden ................................................................................. 87. Tabel 2 Skor Alternatif Jawaban Variabel X dan Y ........................................... 90. Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik Guru PAK ........ 91. Tabel 4 Kisi-kisi instrumen Variabel Minat Belajar Siswa ................................ 92. Tabel 5 Reliability Statistics................................................................................ 96. Tabel 6 Kriteria Kategori Variabel X.................................................................. 97. Tabel 7 Kriteria Kategori Variabel Y.................................................................. 98. Tabel 8 Test of Normality ................................................................................... 103 Tabel 9 Anova. ........................................................................................... 107. Tabel 10 Rangkuman Statistik Deskripsi Kompetensi Pedagogik Guru PAK .. 110 Tabel 11 Statistik Mengelola Proses Belajar-Mengajar ..................................... 111 Tabel 12 Deskripsi Mengelola Proses Belajar-Mengajar................................... 112 Tabel 13 Statistik Memahami Perkembangan Peserta Didik ............................. 113 Tabel 14 Deskripsi Memahami Perkembangan Peserta Didik ........................... 114 Tabel 15 Statistik Memanfaatkan Strategi, model, media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK ........................ 116 Tabel 16 Deskripsi Memanfaatkan Strategi, model, media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan IPTEK ..................... 117 Tabel 17 Statistik Mengevaluasi Proses Pembelajaran PAK ............................. 118 Tabel 18 Deskripsi Mengevaluasi Proses Pembelajaran PAK ........................... 119 Tabel 19 Rangkuman Statistik Minat Belajar Siswa pada PAK ........................ 121 Tabel 20 Statistik Rasa ingin tahu terhadap PAK .............................................. 122 Tabel 21 Deskripsi Rasa ingin tahu terhadap PAK ............................................ 123 Tabel 22 Statistik Senang Belajar PAK ............................................................. 125 Tabel 23 Deskripsi Senang Belajar PAK ........................................................... 126 Tabel 24 Statistik Mau belajar sesuatu yang baru dari PAK ............................. 127 Tabel 25 Deskripsi Mau belajar sesuatu yang baru dari PAK ........................... 128 Tabel 26 Descriptive Statistics ........................................................................... 130. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Tabel 27 Model Summary .................................................................................. 130 Tabel 28 Anovab ................................................................................................. 132 Tabel 29 Coefficientsa ........................................................................................ 133 Tabel 30 Correlations ........................................................................................ 135. xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. xx.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. xxi.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN. A.. LATAR BELAKANG PENULISAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru. dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Konsep ini mengandung beberapa hal penting yaitu pertama, guru adalah tenaga pendidik yang profesional, artinya seorang guru adalah tenaga pengajar yang sungguh-sungguh menguasai bidang kerjanya yang diperoleh dengan menempuh berbagai jenjang pendidikan yang menunjang keahliannya. Kedua, tugas utama seorang guru adalah mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik lewat proses mengajarnya. Ketiga, guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan dan peningkatan mutu pendidikan peserta didik melalui berbagai proses pengajaran yang dilaksanakan di sekolah, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Kondisi tenaga pendidik di negeri ini, khususnya pada beberapa tahun terakhir belum sesuai dengan ketentuan dan harapan undang-undang di atas. Penyebab ketidaksesuaian harapan undang-undang dengan tenaga pendidik di Indonesia, di antaranya: pertama karena asas sentralisme dan sistem kekuasaan,.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. penyelenggaraan pendidikan nasional selama ini cenderung menuruti garis petunjuk dari atas atau indoktrinasi. Segala sesuatu telah disiapkan dalam bentuk petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sehingga tidak ada tempat untuk berpikir alternatif (Kompas, 10 Oktober 1998). Sejumlah tokoh pendidikan mengkritik secara tajam sistem pendidikan di Indonesia yang serba seragam, baik dalam kurikulum, ujian akhir, maupun kegiatan belajar mengajar di sekolah yang berakibat pada kurang optimalnya peran guru dalam merealisasikan kompetensikompetensi yang dimilikinya (Kompas, 26 Juni 1998). Kedua, guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu Komarudin Hidayat berpendapat bahwa “yang paling menentukan keberhasilan sebuah sekolah adalah kualitas guru. Guru yangmenguasai materi bidang studi, guru masuk kelas dengan antusias dan cinta, serta kreatif dalam menerapkan dan menggali metode yang cocok untuk kondisi kelasnya” (Kompas, 6 Desember 2005:7). Maka dari itu kemajuan pendidikan ada pada kualitas guru, yang kemudian akan berandil besar pada kemajuan bangsa. Sebaliknya rendahnya kualitas guru akan mengakibatkan keterpurukan mutu pendidikan dan akan menjadi bumerang besar bagi bangsa. Ketiga, dalam harian Kompas, 5 September 2001, diberitakan bahwa Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) yang pada waktu itu dijabat oleh Abdul Malik Fajar mengaku kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia. Penilaian tersebut merupakan hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC). Dari 12 negara yang disurvei oleh lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, menyebutkan bahwa Korea.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Selatan memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina dan Malaysia. Indonesia menduduki urutan ke-12 di bawah Vietnam. (Suparno, 2002:9). Masalah-masalah dalam dunia pendidikan timbul dari berbagai faktor. Faktor pertama adalah pemerintah. Dalam menyikapi masalah kependidikan, pemerintah telah berupaya memperbaiki mutu pendidikan yang masih rendah dengan mengeluarkan Undang-undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan membentuk BSNP (Badan Standarisasi Nasional Pendidikan, Kompas 6 Desember 2005:7). Namun upaya standarisasi ujian dan kelulusan secara nasional justru menimbulkan masalah karena tingkat pendidikan di tanah air amat beragam. Penetapan standarisasi ujian nasional untuk peningkatan mutu pendidikan tersebut melahirkan berbagai pandangan dan bahkan penolakan terhadap Ujian Nasional (UN) sendiri. Menurut Udin S.Winataputra, Dekan FIKIP UT, pendidikan yang serba seragam itu perlu dikaji ulang karena tidak sesuai dengan kemampuan manusia yang tidak seragam dan keadaan daerah yang tidak sama. Sementara Abdul Hadi, seorang sastrawan, berpendapat bahwa “pendidikan yang serba seragam itu tidak perlu. Pendidikan harus menghargai keberagaman, termasuk kurikulum.” Selain itu keterbatasan kemampuan dan wawasan pengajar serta perbedaan fasilitas pendidikan di pusat dan di daerah telah menyebabkan hasil kegiatan belajar pun berbeda (Kompas, 22 Oktober 2005:12). Banyak orang atau lembaga menilai keberhasilan peserta didik diukur menurut hal-hal yang mudah diamati: seperti nilai rapor, STTB, dan NEM..

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Mereka banyak melupakan hal-hal yang mengembangkan rasa, kepekaan hati, imajinasi, unsur sosial: solidaritas dan keterlibatan. Bila peserta didik tidak memperoleh nilai yang tinggi dikatakan tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Keadaan ini semakin sulit dibenahi oleh karena suasana kreatif dan bebas berpikir tidak dikondisikan di sekolah. Dari pihak siswa, tidak ada usaha bertanya, atau menantang pelajaran. Prestasi peserta didik terbatas pada memproduksi informasi yang telah didapat. Akibatnya peserta didik tidak termotivasi belajar mandiri. Proses semacam ini bukan merupakan cara untuk membantu peserta dalam mengembangkan diri, membebaskan diri dan menjadi dirinya sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Oleh karena itu, H.Moh.Ansyar (Kompas 3/4-1998) mengatakan bahwa “Proses belajar-mengajar di sekolah dari pendidikan dasar hingga sekolah menengah umum di Indonesia, belum menciptakan cara belajar yang bermakna. Kurikulum hanya dilihat sebagai substansi pengetahuan, tidak sebagai proses untuk mengetahui, sehingga yang dihasilkan dunia pendidikan hanya jago hafal”. Selanjutnya dikatakan: “Kurikulum kita berpusat pada deposito pengetahuan dan mengabaikan perhatian pada upaya belajar sendiri. Proses belajar-mengajar yang berwarna indoktrinasi dan otoriter yang mengakibatkan tertanamnya sikap bahwa materi yang diajarkan dalam buku teks seolah-olah merupakan suatu kebenaran tanpa syarat. Guru di sini bukan sebagai tenaga pendidik tetapi hanya sebagai pemberi informasi. Selain pemerintah dengan kurikulum yang diberlakukannya, keberhasilan program peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. kemaksimalan peran dan fungsi setiap komponen pendidikan yang terlibat di dalamnya. Salah satu komponen yang berpengaruh di antaranya adalah guru sebagai pengelola dan pelaksana pendidikan itu sendiri. Itu berarti bahwa guru memiliki peran dan pengaruh yang besar dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena guru menjadi “garda depan” yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam proses pelaksanaan pendidikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik pribadipribadi manusia dengan nilai-nilai konstruktif (Janawi, 2012:10). Untuk melaksanakan tugasnya secara baik, guru perlu menguasai berbagai kompetensi terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya di samping kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang juga penting. Guru dalam proses belajar harus memiliki kompetensi tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Untuk itu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guru semestinya harus dapat membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional dalam setiap proses pembelajaran. Dalam membina kemampuan peserta didik, seorang guru harus memiliki kompetensi tersendiri. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain kompetensi personal, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Namun dari keempat kompetensi ini yang menjadi sorotan penulis dalam penulisan ini adalah kompetensi pedagogik karena.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. kompetensi ini merupakan jenis kompetensi yang sangat melekat pada diri seorang guru dan memiliki daya pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan proses pendidikan. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan pengelompokkan kompetensi pedagogik ini, maka seorang guru memiliki tugas yang sangat berat. Realita membuktikan bahwa dalam menjalankan tugas itu tidak semua guru dapat menjalankan tugas pengajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat dan daya serap siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dan tidak menunggu. Guru harus memiliki ide dan kritis dengan situasi yang ada, bergerak dinamis dan peka terhadap perkembangan zaman (Suparno, 2004:vii) Upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru dimaksud agar guru dapat mengetahui kompetensi dirinya sehingga kemampuan yang dimiliki dapat diterapkan dalam gaya mengajar yang mampu mempengaruhi dan mmperkembangkan siswa dalam belajar. Untuk mencapai kemahiran dan keterampilan mengajar yang profesional, maka diharapkan guru mampu menghasilkan siswayang berkualitas sehingga dapat memasuki dunia kerja yang penuh kompetensi. Tuntutan untuk meningkatkan kualitas kompetensi pedagogik guru dimaksudkan agar guru mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan perubahan kurikulum yang harus menjadi perhatian khusus para tenaga pendidik jika menginginkan para siswa tetap menaruh minat pada mata pelajaran.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. yang diikutinya. Strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang lama perlu diubah agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Materi pelajaran yang dirasa sulit dan abstrak perlu dikemas dan disajikan dengan menyesuaikan pada tingkat kemampuan siswa untuk menerima pelajaran. Kita dapat melihat contoh kenyataan di dalam kelas ketika guru menjelaskan materi, siswa ribut dan asyik ngobrol dengan temannya, atau sering keluar kelas dengan alasan pergi ke toilet, dan lain sebagainya, kita dapat menarik kesimpulan bahwa materi dan metode penyajian mata pelajaran atau strategi guru tidak lagi diminati dan menarik perhatian siswa. Materi yang disajikan jauh dari pengalaman hidup harian siswa, metode penyajian klasikal yang membuat siswa tidak tertarik dan merasa jenuh. Cara mengajar guru yang lebih menekankan kepenuhan keinginan dan minat guru, kini harus diubah dengan menekankan pentingnya memperhatikan minat dan kebutuhan siswa dalam belajar. Menjawab kebutuhan siswa dalam belajar menjadi orientasi dasar, karena siswa bukanlah bank tempat menampung segala macam ilmu yang ditransfer oleh guru-gurunya. Kritikan Paulo Freire, seorang pemerhati pendidikan yang melihat kenyataan bahwa dalam proses belajar sering terjadi konsep bankingmasih terjadi di sekolah-sekolah jaman ini. Konsep ini menekankan bahwa guru adalah segala-galanya di dalam kelas. Proses pembelajaran disajikan dengan mentransfer ilmu dari guru kepada siswa. Guru lebih banyak berperan dan mengesampingkan kebutuhan siswa yang adalah subyek dalam kelas. Di sini bukan kebutuhan siswa yang dipenuhi tetapi minat dan kebutuhan guru..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. Pada umumnya, proses pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah masih berjalan secara klasikal. Seorang guru harus menghadapi sejumlah besar siswa dalam waktu, dengan materi dan metode yang sama (Suryobroto, 1986:141). Dalam sistem klasikal tidak mudah bagi guru untuk memperhatikan perbedaan (keunikan setiap siswa) secara lebih cermat. Oleh karena itu seorang guru sebaiknya berusaha menemukan perbedaan siswanya seawal mungkin sehingga dapat menindaklanjutinya dengan cepat dan tepat, sehingga dalam proses pembelajaran siswa memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk aktif berpartisipasi karena mereka tahu bahwa guru mereka mempertimbangkan kebutuhan mereka sebagai individu. Patut disadari bahwa siswa adalah seorang pribadi yang memiliki keunikan dan kekhasan baik yang berasal dari diri sendiri maupun latar belakangnya. Peserta didik sebagai seorang individu berbeda dalam banyak hal. Sisi ini sebenarnya yang harus mendapat perhatian dari para guru. Pengakuan penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan individual anak ini tentunya akan membawa konsekuensi lebih lanjut yaitu bahwa pendidikan harus memperhatikan perbedaan-perbedaan itu dan mengembangkan sejauh mungkin apa yang dimiliki oleh anak itu (Suryobroto, 1986:143). Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang memadai, peran seorang guru diharapkan memungkinan siswa dapat menaruh minat pada proses pembelajaran yang dilaksanakan. Demikian juga pada mata pelajaran pendidikan agama Katolik. Guru agama Katolik harus menempatkan peserta didik sebagai subyek bukannya obyek belajar. Thomas Groome menekankan tiga hakikat pendidikan iman yang salah satunya adalah kegiatan yang bersifat ontologis yakni.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. pendidikan harus berpusat pada pribadi manusia. Oleh karena itu, pendidikan iman harus sungguh bersifat manusiawi dan sekaligus ilahi sehingga diharapkan dapat memperkembangkan nilai-nilai kemanusiaan, artinya memanusiakan manusia dan memperjuangkan budaya kehidupan (budaya pro life). Hal ini berarti, pendidikan sedapat mungkin memberdayakan peserta didik agar dapat mencapai kepenuhan dan kesempurnaan hidup seperti yang dikehendaki Allah sendiri (bdk. Yoh. 10:10b). Kepenuhan hidup berarti segala kerinduan terpenuhi, mereka bahagia karena dapat dengan bebas menumbuhkembangkan seluruh aspek hidupnya secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan agama di sekolah hendaknya dilaksanakan. untuk. memperkembangkan. memberdayakan. peserta. didik. agar. mereka. dapat. head (kepala: intelek, pemikiran, akal budi, kehendak,. keyakinan, pengakuan iman), heart (hati: nilai estetis, perasaan, afeksi, kesadaran) dan hand (tangan yang bergerak melakukan tindakan, keterampilan, komitmen, solidaritas).Intinya adalah mendorong siswa untuk menemukan makna atas materi yang dipelajarinya (Groome, 2003:11-14). Oleh karena itu penulis merasa perlu mengkaji sejauh mana penguasaan kompetensi pedagogik itu dapat menarik minat siswa dalam mengikuti PAK yang dipaparkan dalam skripsi dengan judul: PENGARUH. KOMPETENSI. PEDAGOGIK. GURU. PENDIDIKAN. AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SD JOANNES BOSCO, SD SANG TIMUR, DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penulisan di atas ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik kelas VI di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta? 2. Bagaimana minat belajar siswa kelas VI SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada mata pelajaran pendidikan agama Katolik? 3.Seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta?. C. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Menguraikan pengertian kompetensi pedagogik guru PAK dan minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta. 2. Mendeskripsikan bagaimana kompetensi pedagogik guru PAK dapat menarik minat siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru PAK terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti PAK di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.. D. MANFAAT PENULISAN Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik Memberikan sumbangan gagasan dan menambah pemahaman tentang minat belajar para siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi guru Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya, sehingga dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran PAK. 2. Bagi Lembaga Pendidikan Agama Katolik Prodi IPPAK Menambah wawasan mahasiswa-mahasiswi IPPAK mengenai perlunya menguasai kompetensi pedagogik dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran pendidikan agama Katolik, sehingga tujuan dan fungsi pendidikan agama Katolik dapat tercapai dan dapat memperkaya para calon guru PAK agar kompetensi pedagogik yang dimiliki dapat diterapkan dalam proses pembelajaran PAK di sekolah..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. 3. Bagi Penulis Membantu penulis untuk semakin memahami kompetensi pedagogik sehingga dapat mengembangkan diri untuk menjadi seorang guru yang sungguhsungguh profesional dalam proses pembelajaran PAK. 4. Bagi Universitas Sanata Dharma Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma, sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut.. E. METODE PENULISAN Dalam menulis skripsi ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah usaha penulis menganalisis bukubuku sebagai sumber bahan, dan membahasakan kembali gagasan secara deskriptif dalam bentuk tulisan. Hal yang sama penulis lakukan dalam menggali konteks pembahasan permasalahan seputar pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap minat belajar PAK siswa. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAK, penulis melakukan penelitian sederhana dengan metode penelitian regresi sederhana terhadap siswa kelas VI SD Joannes Bosco, SD Sang Timur, dan SD Pangudi Luhur. Hasil penelitian akan dijadikan dasar dalam mengembangkan profesionalitas guru di sekolah.. G. SISTEMATIKA PENULISAN Skripsi ini mengambil judul PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MINAT BELAJAR.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13. SISWA DALAM MENGIKUTI PELAJARAN PAK DI SD JOANNES BOSCO, SD SANG TIMUR, DAN SD PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Judul tersebut akan diuraikan dalam lima bab sebagai beikut: Bab I adalah pendahuluan. Pada bab yang pertama ini penulis menguraikan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II penulis akan menguraikan kajian pustaka dan hipotesis tentang hal ikhwal kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru pada umumnya, kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Katolik, Pendidikan Agama Katolik, dan minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran PAK sebagai landasan teori dalam penulisan skripsi ini. Bab III penulis memaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, desain penelitian tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, uji persyaratan analisis serta uji hipotesis. Bab IV penulis memaparkan hasil penelitian yang mendeskripsikan hasil penelitian, uji hipotesis, pembahasan hasil penelitian, dan refleksi kateketis serta keterbatasan dalam penelitian. Bab V adalah penutup. Dalam penutup ini penulis menguraikan dua hal yaitu pertama, tentang kesimpulan yang berisikan gagasan-gagasan pokok dari penulisan skripsi dan kedua, mengenai saran-saran yang kiranya dapat membantu guru PAK dalam meningkatkan minat belajar siswa pada proses pembelajaran PAK di SD Joannes Bosco, SD Sang Timur, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Fokus pembahasan bab kedua ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama penulis membahas mengenai kompetensi pedagogik guru PAK yang terdiri dari Guru PAK, PAK, kompetensi guru, kompetensi pedagogik, dan kompetensi pedagogik guru PAK. Sedangkan bagian kedua membahas mengenai minat siswa dalam mengikuti PAK yang terdiri dari minat belajar, dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran PAK. A. Guru Pendidikan Agama Katolik 1. Pendidikan Agama Katolik a. Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah Berkenaan dengan pendidikan agama Katolik, negara mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa negara dan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa serta berakhlak mulia, dan Gereja mewujudkannya dalam rangka pewartaan Injil. Semua itu demi membantu orangtua selaku pendidik pertama dan utama putera-puteri mereka. Muara dari semua pemikiran itu ialah peserta didik (Dapiyanta, 2008:1). Pendidikan agama Katolik secara operasional ialah komunikasi iman atau tukar pengalaman beriman (penghayatan iman) sebagai bentuk dari kesaksian.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15. iman antara guru dan para siswa dan antar sesama siswa melalui proses pembelajaran berdasar pendekatan tertentu dengan bantuan materi, metode, dan media, yang bertitik tolak dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik. Melalui kesaksian hidup yang terjadi diharapkan baik guru maupun siswa dapat saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Tekanan utamanya terletak pada penghayatan iman, namun pengetahuan tidak dilupakan. Untuk itulah pembelajaran di kelas diadakan. Tujuan utama pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Pada akhirnya peserta didik diharapkan memiliki akhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama, serta peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16. b. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Katolik Ruang lingkup materi pembelajaran pendidikan agama Katolik mencakup empat aspek, yakni: 1) Pribadi peserta didik Dalam aspek peserta didik, dibahas tentang bagaimana peserta didik memahami diri mereka sebagai makhluk ciptaan Allah, sebagai pria dan wanita yang diciptakan untuk saling mengasihi, menjaga, dan menghargai satu sama lain. Sebagai makhluk Allah yang paling mulia, manusia diciptakan berbeda dari makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Meskipun demikian, pria dan wanita memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam dirinya sehingga peserta didik diharapkan dapat saling menghargai dalam berelasi dengan sesama, dan ikut ambil bagian dalam merawat dan melestarikan alam sekitar.. 2) Yesus Kristus Dalam aspek Yesus Kristus dibahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah. Pokok pewartaan kabar gembira adalah Yesus Kristus sendiri. Yesus yang adalah Tuhan dan juga manusia adalah tokoh utama dalam cerita Kitab Suci. Ia tidak hanya menggambarkan kepada manusia betapa besarnya kasih Allah kepada manusia, namun Ia juga telah membuktikannya sendiri dengan memberikan diri-Nya bagi manusia. Oleh karena itu baik guru PAK maupun peserta didik diharapkan dapat mengenal, mencintai dan meneladani Yesus secara pribadi dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17. 3) Gereja Dalam aspek Gereja dibahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari. Gereja hadir di dunia melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah kepala Gerejanya. Iman tidak hanya dihayati ketika sedang mengikuti perayaan ekaristi atau perayaan misa kudus, namun lebih dari itu bahwa iman yang nyata adalah ketika diwujudkan dalam pikiran, perkataan, dan tindakan dalam hidup manusia seharihari. Oleh karena itu iman diharapkan tidak hanya menjadi buah bibir, tetapi benar-benar menjadi dasar hidup peserta didik dan guru PAK itu sendiri.. 4) Kemasyarakatan Dalam aspek kemasyarakatan dibahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai dengan firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja. Perintah utama Yesus adalah kasih. Kasih yang dihayati oleh orang Kristiani adalah kasih yang diwujudkan kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun, sehingga misi pewartaan Yesus yang adalah menghadirkan Kerajaan Allah di dunia sungguh-sungguh akan terwujud.. c. Proses PAK di Sekolah Guru PAK harus menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Katolik di sekolah harus berorientasi pada proses bukan pada penyelesaian materi. Ini berarti proses tidak dapat dipaksakan. Proses mesti menyediakan kesempatan sedemikian rupa hingga apa yang dipelajari sungguh meresap dalam.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18. hati. Dalam memproses PAK itu sendiri, guru diharapkan dapat membangun komunikasi, keakraban, dan keterlibatan aktif siswa sehingga apa yang menjadi kebutuhan dalam belajar dan minat siswa dalam PAK dapat terjawab dan terpenuhi. Segi lain dalam proses PAK ialah bahwa pendidikan agama Katolik lebihlebih mengembangkan perspektifnya (iman) dari pada objek kehidupannya. Ini berarti mengembangkan kemampuan refleksi dan relasi dengan Yesus yang adalah tujuan dan pusat pengalaman iman yang dialami dan dihayati oleh guru maupun peserta didik dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik di sekolah, keluarga, lingkungan bermain, maupun dalam hidup bermasyarakat. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru PAK harus terbuka pada aspek proses dalam PAK yang berkaitan dengan pendekatan yang bermanfaat dalam pembelajaran. Artinya guru tidak terpancang pada satu pendekatan saja, melainkan mencari dan menemukan sedemikian rupa pendekatan yang mendukung proses pembelajaran PAK. Beberapa contoh pendekatan seperti pendekatan. belajar. keterampilam. bersikap. iman,. pendekatan. mempertanggungjawaban iman dan sebagaimana, dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengelola pelajaran agama Katolik (Komkat KWI, 1989, 106-119). d. Tujuan PAK di Sekolah Pendidikan agama Katolik yang dilaksanakan di sekolah memiliki dua arah yang dirumuskan secara luas dan sempit. Menurut Dapiyanta, secara luas arah pendidikan agama Katolik adalah memperluas pengetahuan, memperteguh.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19. pergulatan iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman dalam pelbagai bentuk serta memperkembangkan relasi dalam dialog dengan orang yang beragama lain. Dengan pengetahuan, orang dapat menghayati imannya. Sedangkan secara sempit arah pendidikan agama Katolik di Indonesia dirumuskan membantu anak menggulati hidupnya dari sudut pandang Kristen. Dengan itu ia memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman dalam kehidupannya (Dapiyanta, 2008:23).. 2. Guru PAK Di Sekolah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Berdasarkan undang-undang tersebut, guru agama Katolik adalah seorang pribadi yang memenuhi kualifikasi sebagai tenaga pengajar dan memiliki wewenang mengajar secara khusus mata pelajaran pendidikan agama katolik baik di sekolah swasta maupun negeri. Memenuhi kualifikasi artinya untuk menjadi seorang guru agama katolik, seseorang harus memiliki kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan agama katolik. Dan wewenang mengajar adalah kuasa mengajar yang diperoleh karena telah memenuhi kualifikasi sebagai guru pendidikan agama katolik. Dengan.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20. demikian guru agama Katolik memiliki hak dan kewajiban layaknya profesi guru pada umumnya. Guru PAK di sekolah adalah seorang yang memiliki pekerjaan utama sebagai seorang pengajar/pendidik iman. Ia mengajar dan menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan agama Katolik. Dalam hal ini guru agama tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja tetapi juga menjadi saksi Kristus di lingkungan sekolah (Setyakarjana, 1997:69). Guru PAK di sekolah adalah orang beriman kristiani yang dipanggil secara khusus dan diutus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonicadari Gereja terutama ikut ambil bagian dalam karya pewartaan Gereja untuk memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan iman peserta didik di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Dalam mengemban tugas pewartaan itu seorang guru PAK di sekolah berperan sebagai: penafsir, pewarta, pendamping, penggerak, fasilitator, dan pemberdaya yang profesional (Komkat KWI, 2005:133). Guru PAK adalah pembina iman yang mengkhususkan diri untuk pembinaan peserta didik melalui pembelajaran agama Katolik di sekolah (Marinus Telaumbanua, 1997:4). Adapun beberapa tugas guru PAK disekolah yang uraikan oleh Marinus (1997:164) adalah diantaranya: tugas pertama, mengajar dan mendidik; yaitu menyampaikan ajaran agama dan tujuan pewartaan yang berkisar pada pengetahuan, supaya peserta didik mengetahui baik ajaran Gereja Katolik maupun Gereja reformasi. Tugas kedua, mengantar peserta didik ke alam liturgi dan praktek hidup beragama dengan cara membimbing peserta didik untuk.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21. memahami isi perayaan liturgi. Tugas ketiga, mengisahkan sejarah suci dengan memperkenalkan harta kekayaan iman Gereja. Tugas keempat, mengajarkan katekismus. Dalam menjalankan tugasnya, selain sebagai seorang tenaga pendidik, guru PAK di sekolah adalah seorang pewarta Sabda Allah. Oleh karena itu, dalam pribadi seorang guru PAK harus ada iman, pengharapan, dan cinta kasih. Iman seorang guru PAK (1997:173) dapat dipupuk melalui: (a) pembiasaan diri berkontemplasi, (b) memiliki cita rasa biblis, (c) Memiliki cita rasa liturgis, (d) memiliki cita rasa teologis. Pengharapan seorang guru PAK dihasilkan dari; (a) perjuangannya di hadapan Allah, (b) bergulat dengan diri sendiri. Cinta kasih seorang guru PAK bertujuan pada mengusahakan kemuliaan Allah dengan jalan memperkenalkan Allah yang mengutusnya. Ia mewartakan sabda Allah kepada manusia yang merupakan hasil dari; (a) refleksi atas iman guru PAK sendiri, (b) refleksi atas pengharapan guru PAK, (c) refleksi atas cinta kasih guru PAK. Identitas dan kekhasan peran guru PAK di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Guru PAK Sebagai Pendidik Iman Seorang guru PAK di sekolah dapat dipandang sebagai seorang pendidik iman bagi para peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya, sebagai seorang pendidik berarti guru PAK membentuk alam pikir dan nilai-nilai hidup, membimbing ke arah kebebasan, serta membantu untuk memiliki kemampuan mengambil keputusan sehingga pada akhirnya ia mampu memberikan penilaian secara individu dan dewasa (CT, 18). Guru PAK di sekolah harus menempatkan.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22. Kristus sebagai pusat dan dasar seluruh proses pembelajaran agama dan memperkenalkan Kristus kepada para peserta didik. Selain itu, guru PAK juga membimbing peserta didik menuju kepada pertobatan sejati yang berarti menjalin relasi yang mendalam dengan Kristus sendiri. Sebagai seorang pendidik iman, maka segala upaya yang dilaksanakan dalam proses mencapai tujuan PAK haruslah bermuara pada iman, yakni mengantar orang untuk sampai kepada iman akan Allah yang telah mewahyukan diri kepada manusia. Jawaban atas wahyu ini secara konkret mesti terwujud dalam bentuk penyerahan diri manusia secara menyeluruh dan bebas kepada Allah Pewahyu: “Supaya iman ini ada, perlu uluran tangan dan bantuan rahmat Allah serta pertolongan batin Roh Kudus, yang menggerakkan dan mengarahkan hati kepada Allah, membuka mata budi serta memberikan kepada semua orang kenikmatan dalam menyetujui dan mengimani kebenaran” (DV No.5). Iman merupakan perjumpaan rahmat Allah yang tak terselami dan misteri kebebasan manusia. Di satu sisi perlu diakui bahwa dalam kenyataan iman terdapat tindakan atau keterlibatan manusia dalam suasana kebebasan. Di sisi lain, pertumbuhan dan perkembangan iman merupakan anugerah cuma-cuma Allah kepada manusia. Iman merupakan rahmat yang penuh misteri. Dalam hal ini, guru PAK di sekolahlah yang mempunyai proses sentral untuk mendidik dan membimbing para murid sampai kepada Allah dengan iman yang mantap..

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23. b.Guru PAK sebagai Pewarta Iman Sebagai pendidik iman para peserta didik, guru PAK di sekolah memiliki tanggung jawab membina iman peserta didik di sekolah. Seorang pembina iman harus memiliki kualifikasi atau kemampuan dengan beberapa syarat mutlak yaitu: pengetahuan, pemahaman, pengalaman iman yang memadai serta kemampuan untuk mengkomunikasikan iman tersebut kepada para peserta didik atau orangorang yang dijumpainya (Setyakarjana, 1997:69). Selain sebagai pendidik iman, aspek lain yang lebih mendasar ialah guru PAK di sekolah adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus dan diutus Allah serta mendapat penugasan dari Gereja untuk mewartakan Injil. Karena itu, guru PAK sendiri mesti memiliki disposisi batin atau komitmen tetap sebagai seorang pewarta Injil atau saksi Kristus. Ada empat pilar penting yang menentukan efektivitas pewartaan Injil guru PAK di sekolah, yakni spiritualitas, kepribadian, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi.. 1) Spiritualitas Guru PAK Spiritualitas seorang katekis bersumber pada katekis ulung yakni Yesus Kristus. Dialah. Guru sejati, sang gembala agung yang mengajar dengan. sempurna baik perkataan dan perbuatan serta hidup-Nya. Sesuai dengan arti dasarnya, spirit yang berarti roh, spiritualitas menunjuk pada kehidupan yang berpusat pada dan digerakkan oleh Roh Kudus. Karena itu, spiritualitas memberikan identitas religius kepada seorang guru PAK. Seorang guru PAK di sekolah haruslah seorang beriman, menyadari dirinya dipanggil Tuhan menjadi.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24. pewarta Injil-Nya. Panggilan ini dihayati dengan penuh kegembiraan bahkan menjadi sumber kegembiraan itu sendiri. Ia juga seorang yang rela berkorban, mencintai tugas, mau berkontemplasi dan bersaksi, memiliki daya pikat dan daya tahan, bersemangat dalam mencari dan terus mencari pengetahuan (enrichment) melalui proses pembelajaran tanpa henti agar menjadi pribadi yang berwawasan luas (Komkat KWI, 2005:152). Di satu pihak hal ini merupakan konsekuensi logis dari orientasi PAK sebagai proses pendidikan dan pembinaan sikap kristiani. Di lain pihak pendidikan iman kristiani mengisyaratkan pentingnya sikap-sikap dasar yang perlu dimiliki oleh guru PAK, yakni: setia kepada Allah dan setia kepada manusia. Dengan setia kepada Allah, guru PAK dalam tugasnya senantiasa perlu meneladani Kristus, sang Guru Sejati dalam mengemban tugas perutusan-Nya (Yoh 5:36; 4:34; 9:4). Di samping setia kepada Allah, guru PAK harus setia juga pada panggilan, yakni ikut serta dalam karya Allah sebab sekarang pun Allah masih bekerja (Yoh 5:17). Penghayatan ini akan menumbuhkan pengharapan bahwa, daya kerja rahmat Allah akan bekerja dalam diri anak didik yang akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya. Komisi Kateketik KWI (2005:134-135) dengan jelas menyebut beberapa aspek spiritualitas, terutama menyangkut spiritualitas kenabian: a). Memiliki relasi erat dengan Allah Tritunggal dan mampu menafsirkan kehendak-Nya bagi Gereja dan dunia. b). Memiliki relasi dengan umat beriman dan umat lain serta masyarakat..

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25. c). Mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus, memiliki kegembiraan dalam menjalankan panggilan dan perutusan. d). Memiliki daya pikat, keteladanan dan daya juang. e). Mau belajar terus-menerus dan terbuka terhadap perkembangan zaman yang cepat berubah. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa spiritualitas guru agama Katolik adalah meneladani Yesus Kristus Sang Guru Sejati. Berkat sakramen baptis, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan dirahmati sekaligus diundang untuk mengambil bagian di dalam tugas pengutusan Yesus Kristus membangun Kerajaan Allah. Berkat sakramen Krisma kita dimampukan dengan bantuan Roh Kudus untuk melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia. Panggilan-Nya dapat ditanggapi dengan berbagai macam bentuk pelayanan. Bagi kita, panggilan itu kita tanggapi antara lain dengan melaksanakan proses pembelajaran sebagai seorang guru PAK di sekolah dan sebagai katekis di lingkungan jemaat serta pelayanan kelompok profesi di lingkup atau lingkungan lainnya. Profesi kehidupan itu kita hayati sebagai panggilan Allah. Di samping profesi guru PAK di sekolah kita memahami bahwa profesi guru PAK adalah suatu jalan hidup untuk menjadi muridNya. Dengan mengaktualisasikan semua potensi diri sehingga berdasar rahmatNya hidup para peserta didik dan jemaat yang kita layani serta hidup kita sendiri dapat berkembang mencapai kepenuhannya di dalam Allah..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26. 2) Kepribadian Guru PAK Menjadi guru PAK di sekolah adalah suatu panggilan yang istimewa dan kudus. seorang guru PAK adalah perantara untuk menyampaikan firman Tuhan kepada semua makhluk. Dengan kata lain ia harus mewartakan firman Tuhan kepada setiap peserta didik dan membimbing mereka untuk melaksanakan kehendak Allah. Kepribadian guru PAK di sekolah merupakan pilar yang menentukan kredibilitas pewartaan tersebut. Allah sendiri, melalui pewahyuanNya, telah menyatakan diri berpihak dan bersatu dengan manusia. Demikian juga, guru PAK dalam pewartaannya perlu juga berpihak pada manusia (peserta didik). Untuk itu, hidup dan kepribadian guru PAK di sekolah sendiri mesti konsisten dengan apa yang diwartakan. Dan sebelum, meminta peserta didik untuk melaksanakan isi pewahyuan Allah, guru PAK haruslah terlebih dahulu memberikan teladan. Oleh karena itu guru PAK di sekolah harus memiliki kepribadian yang matang dan peka sehingga peserta didik bisa dan lebih mudah menerima dan menjalankan isi pewartaannya. Dokumen-dokumen magisterium Gereja yang memuat tentang pewartaan Injil oleh guru agama menuntut pembinaan dan pendidikan umum maupun pembinaan dan pendidikan khusus untuk katekis termasuk guru PAK di sekolah. Dikatakan umum, karena didalamnya ada pengertian bahwa seluruh watak kepribadian mereka perlu dikembangkan. Dikatakan khusus, karena tugas khusus yang dituntut dari mereka yaitu mewartakan sabda, baik kepada orang-orang Kristen maupun bukan Kristen, memimpin umat, memimpin doa-doa liturgi. Dengan tuntuan tersebut, tampaklah bahwa aspek manusiawi dari guru PAK di.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27. sekolah, terutama menyangkut kematangan pribadi amat diperlukan. Kepribadian yang baik dan matang akan membuat pewartaan Injil lebih dipercaya, dan dengan demikian mempermudah misi Gereja yang lebih luas (Komkat KWI, 1997:43). Selain itu guru PAK di sekolah sebagai tenaga profesional juga dituntut untuk memiliki kriteria kepribadian sebagaimana yang dimiliki oleh tenaga guru profesional pada umumnya. Oleh karena itu, guru PAK perlu dipersiapkan melalui proses pembinaan dan pendidikan secara formal. Terbentuknya kepribadian seorang guru PAK bagaimanapun akan dipengaruhi oleh seberapa intens pembinaan dan pendidikan yang dialami, terutama yang berkaitan dengan kepribadian seorang guru.. 3) Pengetahuan Guru PAK Kepentingan pelayanan dalam Gereja oleh bantuan para katekis/guru agama diketahui secara resmi semasa Konsili Vatikan II (1962-1965). Salah satu dokumen Vatikan II yang menekankan pentingnya pelayanan katekis adalah dekrit tentang tugas pastoral para uskup dalam Gereja “Christus Dominus”. Dokumen ini menegaskan bahwa hendaklah para uskup mengusahakan, supaya para katekis/guru agama disiapkan dengan baik untuk tugas mereka, sehingga mereka mengenal ajaran Gereja dengan jelas, baik secara teoritis maupun praktis mempelajari kaidah-kaidah psikologi dan pedagogi (CD, art.14). Selain memiliki spiritualitas yang mantap dan kepribadian yang matang, guru PAK di sekolah juga harus memiliki pengetahuan yang memadai. Pengetahuan merupakan pilar penting dalam pendidikan iman. Dengan.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28. pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang dapat mempertanggungjawabkan imannya. Guru PAK di sekolah bertugas membantu siswa agar memiliki pengetahuan tentang iman yang cukup. Oleh karena itu guru PAK dituntut memiliki pengetahuan yang luas (Komkat KWI, 2005:134-135). Lebih dari itu guru PAK di sekolah selayaknya belajar terus-menerus untuk menambah pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pengetahuan keagamaan, terutama hal-hal yang aktual. Pengetahuan yang memadai dan sikap peka perkembangan zaman (up to date) yang dimiliki akan menunjang tugas panggilannya sebagai guru PAK di sekolah. Selain bidang agama, beberapa bidang pengetahuan lain yang relevan diantaranya, ilmu-ilmu gerejawi (Kateketik, Pastoral, Teologi, Moral, Kitab Suci, Hukum Gereja, Liturgi) dan ilmu-ilmu manusia/human sciences (Sosiologi, Psikologi, Pedagogi).. 4) Kemampuan Berkomunikasi Guru PAK Spiritualitas, kepribadian dan memiliki pengetahuan yang memadai merupakan kunci dalam tugas pewartaan guru PAK di sekolah. Ketiganya menentukkan otentisitas dan kredibilitas guru PAK di sekolah. Persoalannya sekarang adalah bagaimana pewartaan disampaikan kepada peserta didik. Disinilah guru PAK perlu memiliki keterampilan lain yakni, keterampilan berkomunikasi. Keterampilan ini sangat penting mengingat PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman antara guru dengan peserta didik maupun sesama peserta didik. Kemampuan berkomunikasi yang.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29. baik akan membawa dampak yang baik pula bagi perkembangan iman peserta didik. Karena itu guru PAK harus mampu mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan peserta didik sehingga sampai pada suatu tindakan nyata. Guru PAK di sekolah sendiri harus mampu mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan. Kemampuan berkomunikasi berkaitan juga dengan kemampuan menciptakan suasana yang akan memudahkan peserta didik mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman iman orang lain. Selain keterampilan berkomunikasi, guru PAK di sekolah juga harus memiliki keterampilan berefleksi. Keterampilan ini dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mengkaji dan mencermati dinamika pengalamannya untuk menemukan nilai-nilai manusiawi yang bermakna dari pengalaman/peristiwa hidup sehari-hari, (2) mampu membandingkan serta mengkonfrontasikan pengalaman hidup dengan Kitab Suci, ajaran gereja serta tradisi. Kristiani. serta. Tradisi. iman. Kristiani,. (3). menggumuli. atau. menginternalisasi nilai-nilai Kristiani tersebut sebagai suatu mentalitas/sikap dasar dalam kehidupan konkrit (Kristianto, 2004). Keterampilan berkomunikasi juga ditekankan oleh Komisi Kateketik KWI (2005:134-135) yang menegaskan bahwa pentingnya katekis termasuk guru PAK di sekolah memilikinya. Dengan keterampilan ini, maka diharapkan guru PAK disekolah dapat menyajikan pelajaran agama menjadi menarik/menyenangkan, efektif dan membuat pelajaran agama bermakna bagi hidup siswa. Beberapa hal penting yang perlu dimiliki guru PAK di sekolah adalah sebagai berikut: a) Keterampilan berkomunikasi dan membangun dialog.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30. b) Keterampilan berefleksi c) Keterampilan menganalisa d) Keterampilan menggeluti tanda-tanda zaman dalam terang Kitab Suci e) Keterampilan menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program katektik dan pastoral f) Keterampilan dalam kepemimpinan dan menajemen. Dari beberapa uraian tentang spiritualitas, kepribadian, pengetahuan, dan komunikasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru PAK di sekolah diharapkan: a) Memiliki cinta berkobar untuk mewartakan Injil Yesus Kristus kepada semua orang. b) Memiliki cinta berkobar kepada umat beriman, khususunya jemaat yang dilayaninya. c) Memiliki wawasan tentang ajaran Gereja yang memadai secara sistematis, dan setia kepada Kitab Suci, ajaran dan Tradisi Gereja. d) Memiliki. keterampilan. dalam. menyampaikan. pewartaan. iman. dan. pendampingan jemaat. e) Memiliki perikehidupan dan keteladanan iman yang mantap, terutama tampak dalam kesaksian hidup rohani dan kehidupan pribadi/keluarga dan sosialnya. f) Memiliki kematangan pribadi sebagai seorang Kristen dewasa..

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31. B. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik 1) Kompetensi Guru secara Umum Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,. dan. dikuasai. guru. atau. dosen. dalam. melaksanakan. tugas. keprofesionalannya. Konsep ini berarti dalam melaksanakan proses pembelajaran, diharapkan guru nantinya tidak hanya menghasilkan lulusan siswa yang memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya, tetapi juga lulusan yang memiliki serangkaian keterampilan serta berbagai sikap dan nilai penting, yang tidak hanya berguna untuk melanjutkan pendidikan tetapi juga (terutama) untuk hidup dan bekerja di masyarakat. Lefrancois (dalam Asmani, 2009:37) mengatakan bahwa kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi adalah sesuatu yang berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu. Sementara itu, Majid (2008:5) mengatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru.

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32. akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Selanjutnya Majid mengungkapkan bahwa standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk. memenuhi. spesifikasi. tertentu. dalam. melaksanakan. tugas-tugas. kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan. Performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati, tetapi juga meliputi perihal yang tidak tampak (Hamzah B. Uno, 2008: 61). “Competence consists of one's possessing knowledge or expertise of a particular subject. If a teacher is to be perceived as competent, he or she is perceived to know what he or she is talking about” (Teven & Hanson, 2004: 39). Menurut Teven & Hanson, kompetensi terdiri dari kepemilikan pengetahuan atau keahlian dari pelajaran tertentu. Jika guru dianggap berkompeten, dia dianggap mengetahui apa yang dia bicarakan. Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya mengajar dan mendidik, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Guru harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33. teladan bagi siswa, mampu memberi nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar, dan sebagainya (Oemar Hamalik, 2008: 40). a. Kompetensi Pedagogik Guru Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pegagogik guru adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Mengelola pembelajaran mengandung arti bahwa guru yang memiliki kompetensi pedadogik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara interaktif, efektif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Daryanto, 2009: 208). Janawi (2011: 65-96) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik berhubungan dengan menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, mengembangkan kurikulum pembelajaran,. menyelenggarakan. memanfaatkan. Tujuan. pembelajaran. Instruksional. Khusus. yang (TIK). dan rancangan. mendidik untuk. dengan. kepentingan. pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar, memanfaatkan.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34. hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Secara rinci setiap sub-kompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial, sebagai berikut: 1) Menguasai Karakteristik Peserta Didik Menguasai karakteristik peserta didik berhubungan dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi anak didik. Peserta didik dalam dunia pendidikan harus diposisikan subyek dalam proses pembelajaran. Diposisikan sebagai subyek berarti bahwa anak merupakan sosok individu yang membutuhkan perhatian dan sekaligus berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari segi minat, bakat, motivasi, dayas erap mengikuti pelajaran, tingkat perkembangan, tingkat inteligensi, dan perkembangan sosial tersendiri (Janawi, 2011: 66-67). Menurut Conny R. Semiawan, manusia belajar, tumbuh dan berkembang dari pengalaman yang diperolehnya. Setiap anak dilahirkan dengan perbedaan kemampuan, bakat, minat. Faktor-faktor ini ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Untuk itu, jika anak diberi kesempatan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam belajar, anak dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya masing-masing. Untuk itu guru harus memahami dan menguasai teori-teori psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Kedua bidang keilmuan yang saling berkaitan tersebut dapat membantu guru untuk mengetahui dan memahami tentang anak dan tahap-tahap perkembangannya. Pada setiap tahap perkembangan, anak memiliki karakteristik tertentu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan inilah yang.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35. menjadi landasan mengapa guru harus menguasai teori-teori psikologi belajar dan psikologi pendidikan. Selain itu, dalam proses belajar mengajar, guru harus menempatkan peserta didik sebagai fokus perhatiannya sekaligus menjadi individu yang ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran (Janawi, 2011: 67).. 2) Menguasai Teori dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Janawi (2011:68) menjelaskan bahwa tujuan mengajar ialah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak. Dengan pengajaran, dapat membuat seorang anak menjadi orang lain, dalam hal apa yang ia lakukan dan yang dapat dicapainya. Perubahan ini biasanya disebabkan oleh orang yang berada di luar dirinya, seperti seorang guru. Oleh karena peserta didik memiliki tahap perkembangan yang berbedabeda, maka diharapkan guru dapat menggunakan pendekatan yang berbeda untuk setiap peserta didik. Di satu sisi guru harus memberikan perhatian kepada seluruh anak yang ada dalam proses pembelajaran di kelas, namun di sisi lain guru harus memberikan perhatian khusus kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu guru harus menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik (Janawi, 69). Janawi menegaskan bahwa, beberapa asas yang perlu dikuasai oleh guru, diantaranya adalah asas perhatian, asas aktivitas, asas apersepsi, asas peragaan, asas ulangan, asas korelasi, asas konsentrasi, asas individualisasi, asas sosialisasi, dan asas evaluasi..

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36. 1) Asas Perhatian Asas perhatian adalah asas membangkitkan perhatian peserta didik pada pelajaran yang disampaikan guru di kelas atau di luar kelas. Asas ini digunakan untuk membangkitkan minat belajar anak, karena tidak semua anak memiliki perhatian yang sama terhadap materi pelajaran yang sama. Dalam asas ini dikenal dua jenis perhatian, yakni perhatian yang dibangkitkan oleh guru disebut perhatian sengaja, dan perhatian yang timbul dari peserta didik disebut perhatian spontan. Dasar dilakukannya perhatian terhadap peserta didik adalah dasar psikologis. Perhatian adalah suatu gejala kejiwaaan yang ada hubungannya dengan dorongan minat dan aktivitas itu sendiri. Kemudian perhatian adalah suatu keadaan, sikap untuk memusatkan kesadaran yang diarahkan pada suatu obyek tertentu yang disertai reaksi-reaksi organis yang selanjutnya dapat memungkinkan pengamatan secara tajam dan jelas terhadap obyek tersebut. Perhatian memungkinkan adanya kesan, tanggapan, pengertian, dan pendapat yang semakin tajam dan jelas (Janawi, 2011: 69-70). 2) Asas Aktivitas Asas aktivitas adalah asas yang mengaktifkan jasmani dan rohani peserta didik. Proses belajar dianggap baik apabila interaksi belajar terjalin antara pendidik dan peserta didik dan antar sesama peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya tidak bersifat verbalis tetapi peserta didik harus dilatih untuk beraktifitas baik jasmani maupun rohani. Piaget dalam Tim Didaktik Metodik Malang (1987: 25) menjelaskan bahwa seorang anak.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37. berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar ia berpikir sendiri ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Secara psikologis, segala pengetahuan harus diperoleh siswa dari pengamatan sendiri dan pengalamannya sendiri. Karena jiwa bersifat dinamis, memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif yang didorong oleh kebutuhankebutuhan. Dalam hal ini peran guru adalah merangsang keaktifan dengan cara menyajikan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik sendiri sesuai dengan minat, bakat dan latar belakang masingmasing. Hal ini sebabkan karena belajar adalah suatu proses di mana anak-anak harus aktif (Janawi, 2011: 70-71). 3) Asas Apersepsi Asas apersepsi adalah asas yang digunakan guru ketika guru akan memulai proses pembelajaran. Apersepsi adalah proses pertautan gejala jiwa yang dialami sebagai proses kesadaran dengan kesan baru yang diterima. Dalam hal ini peran guru adalah menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan peserta didik sebelumnnya. Dari sudut pandang psikologis, apersepsi adalah proses pertautan gejala jiwa lama dengan gejala jiwa baru. Kesan lama dinamakan bahan apersepsi dan bahan apersepsi itu membangkitkan minat peserta didik. Aplikasinya, sebelum memberi materi pelajaran yang baru, guru harus memperhatikan materi yang menghubungkan sesuatu dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya (Janawi, 2011: 71-72)..

Gambar

Gambar  di  atas  terbentuk  dari  dua  variabel:  satu  variabel  bebas  yakni  kompetensi  pedagogik  guru  PAK  (X)  dan  satu  variabel  terikat  yakni  minat  mengikuti  PAK  (Y)
Tabel 1: Jumlah Responden dari Tiga Sekolah Katolik Di Kota Yogyakarta  Sekolah  SD Joannes  Bosco   SD Pangudi Luhur  SD Sang Timur   Jumlah  Populasi
Tabel 3: Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Pedagogik Guru Agama Katolik      dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Katolik
Tabel 4: Kisi-kisi Minat belajar siswa kelas VI SD Sang Timur,  SD Joannes  Bosco dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada Mata Pelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Titik I1 menunjukkan bahwa pengeluaran investasi dipengaruhi tingkat suku bunga , tanpa dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap keuntungan dimasa yang akan datang.

Untuk mewujudkan tegaknya konstitusi dalam upaya mewujudkan Negara hukum Indonesia yang demokratis, maka dalam amandemen ketiga Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia

Hasil penelitian yang diperoleh adalah pelatihan hardskill dan softskill PNPM Mandiri mempunyai peran aktif dalam mengambil keputusan peserta untuk berwirausaha, usaha

Pada langkah berikutnya, untuk melengkapi perbaikan yang telah dilakukan dalam langkah pertama hingga ketiga, akan dibuat sebuah alat untuk me-recycle tembakau, prinsipnya

Kesimpulan: RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II telah memiliki kesiapan sarana dan prasarana penanggulangan bencana kebakaran, namun masih terdapat beberapa unsur

Sanggahan sudah diterima selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kalender setelah pengumuman ini dengan tembusan kepada PPK Kegiatan Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Dinas

Metode Eksplanatoris Metode Normatif Meramalkan kesinambungan pola / hubungan Menduga kelanjutan pertumbuhan dalam penjualan/ produk nasional bruto (GNP) Memahami

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan